Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu kabupaten di Wilayah Provinsi Aceh adalah yang terletak paling barat ujung pulau Sumatera di Negara Indonesia, dan berada di pesisir dan dataran tinggi. Kabupaten Aceh Utara terletak pada geografis dengan titik koordinat 96.52.000-97.31.000 Bujur Timur dan 04.46.000-05.00.400 Lintang Utara. Secara administratif Kabupaten Aceh Utara memiliki luas wilayah 3.296,86 km2, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Lhokseumawe dan Selat Malaka; b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah; c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur; dan d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bireuen. Kabupaten Aceh Utara terdiri dari 27 Kecamatan, 70 Kemukiman, 852 Desa (Gampong), secara rinci disajikan dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2 Luas Wilayah, Jumlah Kemukiman, Gampong dan Kelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010 No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Sawang Nisam Nisam Antara Banda Baro Kuta Makmur Simpang Keuramat Syamtalira Bayu Geureudong Pase Meurah Mulia Matangkuli Paya Bakong Pirak Timu Cot Girek Tanah Jambo Aye Langkahan Seunuddon Baktiya Baktiya Barat Lhoksukon Tanah Luas Nibong Luas (km2) 384,650 193,470 30,000 18,000 151,320 79,780 75,360 271,450 202,570 78,650 418,320 45,990 189,000 162,980 150,520 100,630 158,670 83,080 243,000 30,640 44,910 Kemukiman 2 3 1 1 3 2 4 3 4 4 2 3 4 3 3 3 3 4 3 2 Jumlah Gampong 39 29 6 9 39 16 38 11 50 49 39 23 24 47 23 33 57 26 75 57 20 Kelurahan - Total 39 29 6 9 39 16 38 11 50 49 39 23 24 47 23 33 57 26 75 57 20 5 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 No 22 23 24 25 26 27 Kecamatan Samudera Syamtalira Aron Tanah Pasir Lapang Muara Batu Dewantara Jumlah Luas (km2) 43,280 28,130 20,290 19,360 33,340 39,470 3.296,860 Kemukiman 3 4 1 1 2 2 Jumlah Gampong 40 34 18 11 24 15 Total Kelurahan - 40 34 18 11 24 15 70 852 - 852 Sumber : Aceh Utara Dalam Angka 2009 Pengelolaan wilayah di Daerah Aliran Sungai (DAS) terpadu merupakan sektor terpenting dalam menunjang pengembangan wilayah yang terencana. Wilayah disekitar sungai merupakan daerah yag sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sosial masyarakat. Pada daerah agraris seperti Kabupaten Aceh Utara pengelolaan wilayah sungai menjadi lebih berarti karena mempengaruhi ekonomi masyarakat. Terdapat 5 (lima) sungai besar dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara meliputi : Kr. Jambo Aye, Kr Keureto, Kr Pase, Kr. Nisam dan Kr. Mane yang membentang dari arah hulu disekitar daratan tinggi di bagian selatan hingga bermuara ke selat malaka di wilayah pesisir bagian utara. Pengelolaan sumber daya air yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat untuk melangsungkan kehidupan dan kesejahteraan yang diperlukan upaya-upaya strategis secara berjenjang baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Kabupaten Aceh Utara terdiri dari 16 ( Enam Belas) Daerah Aliran Sungai (DAS), sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2-1 berikut ini : Tabel 2-1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Aceh Utara No Nama DAS 1 Kr. Mane 2 Kr. Tuan 3 Kr. Gunci 4 Kr. Lambayong 5 Kr. sawang 6 Kr. Nisam 7 Kr. Kereuto 8 Kr. Pirak 9 Kr. Peuto 10 Kr. Kreh 11 Kr. Alue Leuhop 12 Kr. Pase 13 Kr. Jawa 14 Kr. Buloh 15 Kr. Beudari 16 Kr. Jambo Aye Sumber : Aceh Utara Dalam Angka 2009 Rata-rata Debit Sungai (m2/det) 20.62 0.21 0.96 0.34 5.37 0.67 39.48 1.10 0.77 0.24 1.91 80.90 0.56 0.15 0.65 141.27 6 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 Peta 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Aceh Utara 7 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 Jenis tanah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesesuaian lahan untuk budidaya pertanian maupun non-pertanian yang akan dikembangkan. Pengenalan terhadap karakteristik dan sebaran jenis tanah sangat penting terkait dengan upaya pemanfaatan sumber daya tanah / lahan di Kabupaten Aceh Utara. Secara umum sebaran jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Aceh Utara dapat dibedakan atas 2 kelompok besar, yaitu dominan kelompok hidromorf di pesisir, sementara kelompok podsolik dominan di pedalaman. Karakter ini selaras pula dengan kedalaman efektif tanah, di mana sejak dari yang terdalam (>90 cm) sampai yang terdangkal (<30 cm) adalah mengikuti pola dari pesisir ke pedalaman. Wilayah Kabupaten Aceh Utara sebagai bagian dari wilayah Provinsi Aceh, termasuk tipe iklim muson; dan klasifikasi menurut Mohr, Schmid & Ferguson, termasuk iklim tipe C. Wilayah Kabupaten Aceh Utara relatif lebih kering dibandingkan dengan dengan wilayah lainnya di Provinsi Aceh, karena pengaruh Pegunungan Bukit Barisan, di mana wilayah sebelah utara dan timur Pegunungan Bukit Barisan cenderung lebih kering dibandingkan wilayah sebelah barat dan selatannya. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Aceh Utara berkisar antara 1000 – 2500 mm, dengan hari hujan 92 hari. Musim hujan terjadi pada bulan Agustus sampai Januari, dengan curah hujan maksimal terjadi di bulan Oktober-November, yang mencapai di atas 350 mm per bulan dengan hari hujan lebih dari 14 hari. Sementara musim dengan curah hujan lebih rendah (cenderung kemarau) terjadi pada bulan Februari sampai Juli, dan yang cenderung terendah adalah sekitar bulan Maret-April. Rata-rata suhu udara adalah 300 C, dengan kisaran antara 260 C sampai 360 C. Suhu rata-rata pada musim penghujan adalah 280 C, dan pada musim kemarau suhu rata-rata adalah 32,80 C. Kelembaban udara berkisar antara 84 – 89 %, dengan rata-rata 86,6 %. Bencana alam gelombang pasang terjadi pada daerah di pesisir Kabupaten Aceh Utara. Bencana alam ini merupakan ancaman laten yang datang pada saat tertentu atau bila terjadi perubahan cuaca yang ekstrim. Akibat dari bencana alam ini dapat menyebabkan pengikisan daratan di wilayah pesisir. Kawasan rawan gelombang pasang meliputi : 1. Kecamatan Muara Batu; 2. Kecamatan Dewantara; 3. Kecamatan Syamtalira Bayu; 4. Kecamatan Samudera; 5. Kecamatan Tanah Pasir; 6. Kecamatan Lapang; 7. Kecamatan Baktiya Barat; dan 8. Kecamatan Seunuddon. 8 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 2.2 Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Utara tahun 2010 adalah sebesar 529.751 jiwa. Dengan luas wilayah adalah 329.686 Ha, maka kepadatan penduduk Kabupaten Aceh Utara adalah 1,61 jiwa/km. Jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Lhoksukon yaitu 43.998 jiwa dan kepadatan penduduk terbesar di Kecamatan Dewantara yaitu 11 jiwa/ha (pembulatan 10,99), sedangkan jumlah terkecil di Kecamatan Geureudong Pase yaitu 4.448 jiwa dan 1 jiwa/ha (pembulatan 0,17). Bila dilihat dari letaknya, maka dapat diindikasikan bahwa kecamatan-kecamatan di sekitar sumbu wilayah atau di sekitar Jalan Nasional cenderung mempunyai jumlah dan kepadatan penduduk lebih besar. Angka Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Aceh Utara tahun 2000-2010 adalah sebesar 1,76 % per tahun. Sementara LPP untuk masing-masing kecamatan sangat bervariasi ada yang lebih besar dari 3 % tersebut, sampai ada yang negatif pertumbuhan penduduknya. Kecamatan-kecamatan di atas LPP Kabupaten Aceh Utara, ternyata terletak di sekitar sumbu wilayah, dan LPP yang negatif umumnya yang terletak ke arah pedalaman. Terkait dengan peristiwa bencana alam gempa dan gelombang tsunami 26 Desember 2004, maka terjadi penurunan nilai LPP pada beberapa kecamatan pada tahun 2004-2005. Penurunan LPP ini terjadi pada kecamatan-kecamatan di wilayah pesisir yang terkena dampak langsung. Dalam hal ini diindikasikan adanya pertumbuhan negatif di Kecamatan Muara Batu, Syamtalira Bayu, Samudera, Tanah Pasir, Lapang, Seunuddon dan Tanah Jambo Aye. 9 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 Tabel 2.3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2011 dan Proyeksi Tahun 2016 Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga Tingkat Pertumbuhan Tahun Tahun Tahun Nama Kecamatan 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 1 Sawang 34.932 35.524 36.116 36.708 37.300 7.841 7.974 8.107 8.239 8.372 1,72 1,69 1,67 1,64 1,61 2 Nisam 17.781 18.115 18.448 18.781 19.114 3.949 4.023 4.097 4.171 4.245 1,91 1,87 1,84 1,81 1,77 3 Nisam Antara 12.326 12.441 12.557 12.672 12.787 2.970 2.998 3.026 3.054 3.081 0,94 0,93 0,93 0,92 0,91 4 Banda Baro 7.426 7.450 7.475 7.499 7.524 1.827 1.833 1.839 1.845 1.851 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 5 Kuta Makmur 23.280 23.906 24.532 25.158 25.784 5.301 5.443 5.586 5.728 5.871 2,76 2,69 2,62 2,55 2,49 6 Simpang Keuramat 9.855 10.427 10.999 11.572 12.144 2.170 2.296 2.422 2.548 2.674 6,17 5,81 5,49 5,20 4,95 7 Syamtalira Bayu 19.286 19.451 19.616 19.781 19.947 4.601 4.640 4.680 4.719 4.759 0,86 0,86 0,85 0,84 0,84 8 Geureudong Pase 4.857 5.062 5.267 5.471 5.676 1.279 1.333 1.387 1.441 1.495 4,40 4,21 4,04 3,89 3,74 9 Meurah Mulia 18.128 18.387 18.645 18.903 19.161 4.424 4.487 4.550 4.613 4.676 1,44 1,42 1,40 1,38 1,37 10 Matang Kuli 16.950 17.213 17.477 17.740 18.003 3.897 3.957 4.018 4.078 4.139 1,58 1,55 1,53 1,51 1,48 11 Paya Bakong 13.592 14.043 14.494 14.945 15.395 3.169 3.275 3.380 3.485 3.590 3,43 3,32 3,21 3,11 3,02 12 Pirak Timu 7.775 7.957 8.138 8.319 8.500 1.850 1.893 1.936 1.979 2.022 2,39 2,33 2,28 2,23 2,18 13 Cot Girek 18.782 19.001 19.221 19.441 19.661 4.956 5.014 5.072 5.130 5.188 1,18 1,17 1,16 1,14 1,13 5 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 Nama Kecamatan 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 14 Tanah Jambo Aye 39.572 39.788 40.004 40.220 40.435 8.876 8.924 8.973 9.021 9.069 0,55 0,55 0,54 0,54 0,54 15 Langkahan 22.414 23.153 23.891 24.629 25.367 5.121 5.290 5.459 5.627 5.796 3,41 3,29 3,19 3,09 3,00 16 Seunuddon 24.256 24.750 25.245 25.739 26.234 5.862 5.982 6.101 6.221 6.340 2,08 2,04 2,00 1,96 1,92 17 Baktiya 33.312 33.735 34.158 34.582 35.005 7.366 7.459 7.553 7.647 7.740 1,29 1,27 1,25 1,24 1,22 18 Baktiya Barat 17.369 17.581 17.794 18.007 18.220 3.719 3.765 3.810 3.856 3.901 1,24 1,23 1,21 1,20 1,18 19 Lhoksukon 44.817 45.227 45.636 46.046 46.455 10.624 10.721 10.818 10.915 11.012 0,92 0,91 0,91 0,90 0,89 20 Tanah Luas 22.771 23.137 23.504 23.871 24.238 5.175 5.258 5.341 5.425 5.508 1,64 1,61 1,59 1,56 1,54 21 Nibong 9.038 9.034 9.029 9.025 9.020 2.038 2.037 2.036 2.035 2.034 (0,05) (0,05) (0,05) (0,05) (0,05) 22 Samudera 25.736 26.409 27.082 27.755 28.429 5.681 5.830 5.978 6.127 6.275 2,69 2,62 2,55 2,49 2,43 23 Syamtalira Aron 16.894 17.113 17.332 17.550 17.769 3.677 3.724 3.772 3.819 3.867 1,31 1,30 1,28 1,26 1,25 24 Tanah Pasir 8.558 8.650 8.741 8.832 8.923 2.280 2.304 2.328 2.352 2.377 1,08 1,07 1,05 1,04 1,03 25 Lapang 8.067 8.145 8.224 8.303 8.382 2.103 2.124 2.144 2.165 2.186 0,99 0,98 0,97 0,96 0,95 26 Muara Batu 24.905 25.165 25.426 25.686 25.946 5.507 5.564 5.622 5.679 5.737 1,06 1,04 1,03 1,02 1,01 43.548 43.601 43.654 43.708 43.761 10.358 10.371 10.383 10.396 10.409 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 546.227 554.465 562.704 570.942 579.180 126.619 27 Dewantara Jumlah/Rata-Rata 128.518 130.416 132.315 134.214 1,76 1,71 1,67 1,62 1,59 Sumber : BPS Kabupaten Aceh Utara 2012 6 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Aceh Utara sejak tahun 2008 sampai 2012 dapat ditunjukkan rekapitulasinya seperti pada Tabel 2.4. Untuk pendapatan ternyata sumbangan dari dana perimbangan sangat menonjol dan jauh lebih besar dari pendapatan asli daerah (PAD). Sementara dari sisi belanja, belanja pelayanan publik lebih besar proporsinya, yaitu 3 kali dari belanja aparatur daerah. Dari belanja pelayanan publik tersebut, sekitar 34 % adalah belanja modal. Dalam belanja modal inilah terdapat investasi publik (umumnya dikenal juga dengan Social Overhead Capital / SOC) yang merupakan anggaran untuk dapat mengimplementasikan rencana pembangunan secara umum, termasuk rencana tata ruang wilayah ini (yang lazimnya diindikasikan programnya dalam rencana). Peran masyarakat dan dunia usaha (atau bukan-pemerintah) umumnya adalah pada investasi privat/swasta, berupa Directly Productive Activity / DPA. Investasi privat ini juga berperan dalam upaya implementasi rencana pembangunan, termasuk rencana tata ruang wilayah ini, yang umumnya berupa kegiatan usaha atau kegiatan produksi. Lazimnya investasi privat ini akan “mengikuti” setelah adanya investasi publik di atas. Dengan kata lain, semakin besar investasi publik akan diikuti pula oleh semakin besarnya investasi privat ini. Dengan ditetapkannya UU No.11/2006 tentang Pemerintahan Aceh, maka besar harapan akan meningkat tajamnya investasi publik di masa datang, yang pada gilirannya akan merangsang pula peningkatan investasi privat ini baik pada sektor ekonomi primer, sekunder, maupun tersier. Tabel 2.4 Rekapitulasi Realisasi APBK Aceh Utara Tahun 2008 - 2012 No Anggaran A Pendapatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Dana Perimbangan ( Transfer ) Lain-lain Pendapatan yang Sah 1 2008 2009 2010 2011 2012 81.488.364.245,00 75.015.143.500,00 42.046.966.500,00 53.079.754.320,00 62.523.383.254,00 764.238.658.616,00 680.228.097.668,00 746.369.853.263,00 911.922.176.197,00 1.012.205.657.000,00 138.615.042.367,00 16.939.084.781,00 76.171.184.885,00 179.017.139.036,00 27.913.578.223,00 Jumlah Pendapatan 984.342.065.228,00 772.182.325.949,00 864.588.004.648,00 1.144.019.069.553,00 1.102.642.618.477,00 1 Belanja Belanja Tidak Langsung 702.556.521.988,00 720.809.623.679,64 553.291.697.056,00 707.582.278.888,00 693.060.560.300,00 2 Belanja Langsung 1.314.500.853.069,00 843.496.632.097,65 385.365.792.753,00 533.544.026.604,00 415.981.058.177,00 Jumlah Belanja Surplus/Defisit Anggaran 2.017.057.375.057,00 1.564.306.255.777,29 938.657.489.809,00 1.241.126.305.492,00 1.109.041.618.477,00 (1.032.715.309.829,00) (792.123.929.828,29) (74.069.485.161,00) (97.107.235.939,00) (6.399.000.000,00) 2 3 B Sumber : APBK Aceh Utara 5 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 Tabel. 2.5 Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi per Penduduk 5 Tahun Terakhir Sumber : Bappeda 2011 Tabel 2.6 Data Mengenai Ruang Fiskal Kabupaten Aceh Utara 5 Tahun Terakhir NO Tahun I ndeks Kemampuan Fiskal/Ruang Fiskal daerah 1 2008 0,2290 2 2009 0,2025 3 2010 0,1710 4 2011 0,6210 5 2012 0,4600 Sumber : Bappeda 2011 Pada Tabel 2.7 di bawah ini memperlihatkan PDRB Kabupaten Aceh Utara yang diperoleh berdasarkan harga dari Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012. PDRB yang diperoleh memperlihatkan ada tahun yang nilainya naik jika dibandingkan pada Tahun 2012 dan ada juga PDRD yang nilainya menurun. Naik turunnya PDRB Kabupaten Aceh Utara disebabkan atas dasar harga yang berlaku selama periode 6 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 tersebut yang dipengaruhi oleh perubahan-perubahan harga, disamping melorotnya kegiatan ekonomi daerah yang dipengaruhi oleh bencana Tsunami dan lain sebagainya. Jika dilihat dari harga konstan, maka PDRB Kabupaten Aceh Utara diperlihatkan pada Tabel 2.7 sebagai berikut : Tabel 2.7 Data Perekonomian Umum Kabupaten Aceh Utara Tahun 2008 - 2012 Berdasarkan data tersebut di atas, PDRB Kabupaten Aceh Utara pada Tahun 2008 diperoleh sebesar 5.010.807,08 Juta, pada Tahun 2009 diperoleh nilai sedikit menurun menjadi sebesar 4.251.203,25 Juta, pada Tahun 2010 terjadi sedikit kenaikan menjadi sebesar 4.258.430,15 Juta pada Tahun 2011 diproyeksikan diperoleh sebesar 4.068.796,08 Juta dan untuk Tahun 2012 PDRB yang diproyeksikan sebesar 3.952.040,90 Juta. Berdasarkan tabel-tabel di atas, hal ini sangat menimbulkan keprihatinan yang serius bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. Dengan kata lain bahwa kesempatan kerja dan produktivitas dari sektor migas sudah tidak bisa diharapkan dimasa depan. Untuk mengantisipasi persoalan pasca gas, kebijakan-kebijakan dibidang ekonomi dan tenaga kerja perlu dirumuskan segera oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. 2.4 Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Utara dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah pesisir, wilayah tengah dan wilayah hulu dan pedalaman. Dalam pengembangan ketiga wilayah tersebut strategi atau skenario yang diimplementasikan adalah sebagai berikut: 7 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 1) Bagian Wilayah Pesisir, terletak dibagian utara wilayah dengan karakter pembangunannya berciri menurun (down ward transitional area), sebagai dampak dari bencana gelombang Tsunami 26 Desember 2004. Pembangunan wilayah ini dilakukan dengan langkah-langkah rehabilitasi dan rekonstruksi, yang meliputi perumahan dan permukiman, fasilitas umum, prasarana, kegiatan ekonomi disertai dengan bentuk-bentuk antisipasi mitigasi bencana. 2) Bagian Wilayah Tengah, terletak sepanjang sumbu wilayah (regional exis) berupa jalan negara dengan karakter perkembangan berciri menaik (up ward transitional area). Pada bagian wilayah ini berkembang pusat-pusat pelayanan yang bercirikan perkotaan (urban). Bagian wilayah ini pembangunan dilakukan dengan prinsip mengarahkan pada kegiatan yang dapat mengantisipasi permasalahan yang mungkin timbul atau terjadi dikemudian hari, terutama di kawasan perkotaan, berupa kemacetan lalu lintas, prasarana penyehatan lingkungan, kawasan-kawasan kumuh, ketidakteraturan ruang, dan sebagainya. 3) Bagian Wilayah Hulu dan Pedalaman, di bagian selatan wilayah dengan karakter perkembangannya sebagai kawasan jelajah baru (Resource frontier area) dengan potensi sumberdaya alamnya di sektor pertanian. Pembangunan wilayah ini dilakukan dengan prinsip mendorong dan merangsang segenap potensi yang ada. Berdasarkan RTRW Kabupaten Aceh Utara yang telah disusun, rencana struktur dan pola ruang dapat digambarkan sebagai berikut : 1) Rencana Struktur Ruang Rencana ini dapat dijelaskan pada rencana pengembangan sistem permukiman perkotaan dan rencana pengembangan sistem perwilayahan. Dalam sistem kota ditetapkan hierarkhi kota, yaitu : Hierarkhi I : Kota Lhoksukon (sebagai ibukota Kabupaten). Hierarkhi II : Kota Krueng Geukueh dan Kota Panton Labu. Hierarkhi III : Melayani kecamatan lainnya dengan jangkauan pelayanan masing-masing kota, yaitu sebagai berikut : a. Kota Lhoksukon : melayani Kecamatan Syamtalira Bayu, Samudera, Syamtalira Aron, Tanah Pasir, Tanah Luas, Meurah Mulia, Nibong, Paya Bakong, Matangkuli dan Cot Girek. b. Kota Krueng Geukueh : melayani Kecamatan Sawang, Muara Batu, Nisam, Kuta Makmur dan Simpang Keuramat. c. Kota Panton Labu : melayani Kecamatan Baktiya, Baktiya Barat, Seunuddon dan Langkahan. 8 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 2.4.1 Kawasan Peruntukan Permukiman a. Kawasan Permukiman Perkotaan Dalam jenis pemanfaatan ruang kawasan permukiman perkotaan ini termasuk juga kawasan permukiman semi-perkotaan, yang dalam jangka panjang diantisipasi akan semakin bergeser menjadi kawasan permukiman perkotaan. Kawasan permukiman perkotaan ini relatif menonjol luasannya pada kecamatan-kecamatan yang dilintasi Jalan Nasional / Jalan Arteri Primer, sehubungan dengan perkembangan kawasan perkotaan memang lebih pesat pada koridor sepanjang jalan tersebut daripada bagian wilayah lainnya. Luas kawasan permukiman perkotaan ini adalah 5.620 Ha. Seperti dikemukakan di depan dalam kawasan permukiman perkotaan ini tercakup kawasan perkotaan dan semi-perkotaan yang akan mengarah menuju kawasan perkotaan. Dalam kawasan permukiman perkotaan dan semi-perkotaan tersebut akan bermukim penduduk dengan kegiatan yang semakin berkembang ke kegiatan bukan pertanian, yang ditata dengan baik sebagaimana layaknya permukiman perkotaan, serta dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang meliputi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan pelayanan ekonomi. Pengembangan permukiman yang berada di kawasan perkotaan yang diutamakan untuk dikembangkan adalah di kawasan perkotaan Lhoksukon (Kecamatan Lhoksukon), Panton Labu (Kecamatan Tanah Jambo Aye), Simpang Keramat (Kecamatan Simpang Keramat). Rencana pengelolaan kawasan perkotaan (dan semi perkotaan) adalah sebagai berikut: Untuk kawasan permukiman perkotaan pemanfaatan utamanya adalah permukiman perkotaan, sementara untuk kawasan permukiman semi-perkotaan pemanfaatan utamanya adalah percampuran antara permukiman perkotaan dengan permukiman perdesaan yang diantisipasi akan berkembang semakin mengarah menjadi kawasan perkotaan. Pada tahap awal atau segera harus dilakukan delineasi kawasan permukiman perkotaan dan kawasan permukiman semi-perkotaan ini, yang dapat dilakukan secara simultan dengan penyusunan rencana tata ruang kawasan perkotaan dan kawasan semi-perkotaan tersebut. Membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana permukiman perkotaan yang meliputi jaringan jalan, jaringan utilitas (air bersih, sistem pengelolaan sampah, sistem pembuangan limbah, drainase, jaringan listrik, jaringan telepon, dan sebagainya). Mengembangkan atau menyediakan fasilitas pelayanan, baik untuk skala pelayanan wilayah maupun skala pelayanan lokal, yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan, dan perbelanjaan, rekreasi, taman, pemakaman, pusat kebudayaan dan kesenian, pelayanan pemerintahan, keamanan dan pertahanan, informasi dan penyiaran, dan fasilitas-fasilitas pelayanan lainnya. Mengembangkan kegiatan perekonomian dan jasa pendukungnya, baik dengan skala pelayanan wilayah maupun skala pelayanan lokal, seperti : industri pengolahan dan manufaktur, jasa keuangan, jasa transportasi, dan kegiatan jasa lainnya. Pada penyusunan rencana tata ruang kawasan permukiman perkotaan dan semi-perkotaan ini harus dirumuskan struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang kawasan yang harus diselaraskan dengan : 9 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 fungsi, bentuk, dan ukuran (function, form, size) kawasan perkotaan dan kawasan semi perkotaan tersebut. Kawasan permukiman perkotaan meliputi: a. Pada pusat-pusat kecamatan; b. Sepanjang Jalan Nasional/Jalintim; c. Kawasan permukiman perkotaan memiliki luas sekitar 5.620 Ha. d. Kawasan prioritas pengembangan permukiman meliputi: 1. kawasan perkotaan Lhoksukon; 2. kawasan perkotaan Panton Labu; dan 3. kawasan perkotaan Simpang Keramat. b. Kawasan Permukiman Perdesaan Kawasan permukiman perdesaan yang ditetapkan di sini, adalah kawasan permukiman perdesaan yang relatif signifikan luasnya dan menunjukkan ciri-ciri intensitas yang memadai sebagai kawasan permukiman. (Catatan : permukiman perdesaan yang tidak dapat didelineasikan secara keruangan tercakup atau ”terselip” dalam kebun campuran, dan sebagian kecil di kawasan sawah dan kawasan tambak). Kawasan permukiman perdesaan ini tersebar di semua kecamatan, dengan luas total 8.290 Ha. Sebagai kawasan permukiman, maka dalam kawasan permukiman perdesaan ini akan terdiri atas perumahan yang dilengkapi dengan sarana atau fasilitas yang selaras sebagai permukiman perdesaan. Dalam kawasan ini pula berkemungkinan terselip kegiatan ekonomi lainnya seperti industri kecil / industri rumah tangga, perdagangan dan jasa pelayanan perdesaan, dan pada banyak lokasi bersama-sama dengan kebun campuran yang melingkupinya juga terdapat kegiatan peternakan, baik ternak besar, ternak kecil, maupun unggas, sebagai kegiatan sampingan atau diversifikasi. Selaras dengan karakter sebagai kawasan perdesaan, maka dominasi fungsi permukiman ini adalah terkait dengan kegiatan pertanian. Rencana pengelolaan kawasan permukiman perdesaan ini adalah : Fungsi pemanfaatan utama kawasan ini adalah sebagai permukiman perdesaan, yang terdiri atas perumahan (hunian) yang dilengkapi dengan segenap fasilitas dan sarana pendukung yang selaras dengan tingkat pelayanan permukiman perdesaan tersebut. Fungsi atau kegiatan budidaya lainnya yang dapat dikembangkan sebagai ikutan dalam kawasan ini antara lain meliputi : industri kecil dan menengah/ industri rumah tangga, perdagangan dan jasa tingkat perdesaan, peternakan, dan lain-lainnya, yang pada prinsipnya selaras dengan fungsi sebagai permukiman perdesaan. Dengan kegiatan utama pada sektor pertanian, maka pengembangan ke depan yang diperlukan pada kawasan ini adalah sarana transportasi bagi jalur pemasaran produk dan sekaligus sebagai jalur distribusi bahan kebutuhan. 10 Peta 2.2 Rencana Pusat Layanan Kabupaten Aceh Utara Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 5 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 Peta 2.3 Rencana Pola Ruang Kabupaten Aceh Utara 5 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 2.5 Sosial dan Budaya Bidang sosial budaya pada dasarnya meliputi 3 (tiga) sektor utama, yaitu sebagai berikut: 1) Sektor Pendidikan Kabupaten Aceh Utara hingga saat ini memiliki prasarana dan sarana pendidikan umum yang relatif memadai, mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan jenjang perguruan tinggi. Untuk lebih rinci tentang jumlah sarana dan prasarana pendidikan tersebut disajikan dalam Tabel 2-4 berikut ini : Tabel 2.8 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid/Pelajar/Siswa/Mahasiswa Menurut Jenjang Pendidikan Di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2007 No Jenjang Pendidikan Sekolah (Unit) 1 2 3 4 5 TK SD SLTP SLTA/SMU SMK 952 346 72 36 8 6 7 POLITEKNIK 1 1 UNIMAL Jumlah Tenaga Murid/Pelajar/ Pengajar Siswa/Mahasiswa (Organg) (Orang) 430 5133 4153 70210 1780 23718 1163 16963 188 1364 273 356 1523 4703 Rasio Tenaga PengajarM/P/S/Mhs 1 : 12 1 : 17 1 : 13 1 : 15 1:7 SekolahM/P/S/Mhs 1 : 56 1 : 203 1 : 329 1 : 471 1 : 171 1:6 1 : 13 Sumber : Aceh Utara Dalam Angka, 2008 Tabel di atas memperlihatkan bahwa rasio guru-murid/pelajar/siswa/ mahasiswa untuk semua jenjang pendidikan (Negeri dan Swasta) dinilai efektif, tetapi tidak efisien. Ini terlihat dari seorang guru SD misalnya mengajar/mengasuh 17 orang murid. Seorang guru SLTP mengasuh 13 orang pelajar. Seorang guru SLTA (SMU) mengasuh 15 orang siswa. Seorang guru SMK mengasuh 7 orang siswa. Demikian pula seorang dosen Politeknik mengajar 6 orang Mahasiswa, dan seorang dosen UNIMAL mengajar 13 orang Mahasiswa. Ini bermakna bahwa guru lebih banyak dari murid/pelajar/siswa/mahasiswa. Tidak efisien tapi efektif. Idealnya seorang guru mengasuh 30-40 orang murid. Jumlah Prasarana Pendidikan yang ada di Kabupaten Aceh Utara tersebut sudah termasuk sekolahsekolah milik swasta yang belum berstatus negeri. Selain Pendidikan Umum, di daerah Kabupaten Aceh Utara juga tersedia sejumlah Pendidikan Agama yang meliputi 39 buah MIN, 40 unit MTs Negeri dan 19 unit MA. 2) Sektor Kesehatan Dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan di Kabupaten Aceh Utara, daerah ini memiliki sejumlah sarana dan prasarana kesehatan. Pengembangan kesehatan dimasa depan adalah meningkatkan sarana dan prasarana yang ada disamping menambah tenaga kesehatan yang bermutu. Tujuan dari sektor kesehatan ini adalah untuk menanggulangi berbagai jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat di daerah ini, seperti Campak, ISPA, Malaria, Diare, Disentri dan Pneumonia. Kabupaten Aceh Utara selain memiliki 5 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 beberapa Puskesmas dan Pustu serta 1 unit Rumah Sakit Umum (RSU) Cut Meutia yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. 3) Sektor Sosial Kemasyarakatan Sektor sosial kemasyarakatan ini terutama menyangkut dengan upaya mewujudkan kesejahteraan sosil dengan cara membina dan menangani permasalahan sosial yang dialami oleh masyarakat. Permasalahan sosial tersebut meliputi masyarakat penyandang sosial seperti tuna netra , bisu/tuli, cacat tubuh , cacat mental, kusta, dan sebagainya. Pada tahun 2007 terdapat 830 orang tuna netra, 859 orang bisu/tuli, 2.182 orang cacat tubuh, 628 orang cacat mental dan 166 orang yang mengidap penyakit kusta. Usaha-usaha pembinaan bagi penyandang sosial ini didukung oleh 67 buah yayasan yang bergerak dibidang Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) yang berada dihampir semua kecamatan yang ada di Aceh Utara. Disamping itu, Pemerintah Aceh Utara juga menyediakan 28 unit panti asuhan yang menampung sebanyak 675 orang penyandang sosial terutama anak-anak yatim dan anak-anak cacat. Pembinaan terhadap penyandang sosila tersebut, disamping menyediakan konsumsi yang cukup, terutama perawatan kesehatan serta pelaksanaan kursus-kursus keterampilan. Untuk kegiatan ini memerlukan biaya besar. Karena itu diperlukan kepedulian sosial bagi masyarakat yang berkemampuan untuk turut berperan dalam pembinaan dan penanggulangan masalah sosial masyarakat ini, selain bantuan dana dari pemerintah. Tabel 2.9. Informasi Status Kesejahteraan Rumah Tangga dan Individu di Kabupaten Aceh Utara Nama Kecamatan Sawang Nisam Nisam antara Banda baro Kuta makmur Simpang keramat Syamtalira bayu Geureudong pase Meurah mulia Matangkuli Paya bakong Pirak timu Cot girek Tanah jambo aye Langkahan Seunudon Jumlah Rumah Tangga Kelompok 1 (paling miskin) 2366 1007 343 501 1252 254 505 153 927 604 649 223 522 1512 1102 1075 Kelompok 2 (Miskin) 1492 652 335 368 754 209 477 88 765 538 399 193 556 1230 850 780 TOTAL 3858 1659 678 869 2006 463 982 241 1692 1142 1048 416 1078 2742 1952 1855 6 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 Nama Kecamatan Baktiya Baktiya barat Lhoksukon Tanah luas Nibong Samudera Syamtalira aron Tanah pasir Lapang Muara batu Dewantara Total Jumlah Rumah Tangga Kelompok I 1436 1225 1528 954 518 705 449 346 424 614 817 22011 TOTAL Kelompok II 873 645 1232 784 355 679 400 305 294 573 790 16616 2309 1870 2760 1738 873 1384 849 651 718 1187 1607 38627 4) Sektor Perumahan Kabupaten Aceh Utara memiliki rumah sebanyak 122.825 rumah yang tersebar di 27 Kecamatan. Pada tabel 2.10 jumlah rumah terbanyak terdapat pada kecamatan Lhoksukon dan Kecamatan Dewantara. Dan Jumlah Rumah yang paling sedikit terdapat pada kecamatan Geureudong Pase yaitu sebanyak 1.169 rumah. Sebaran rumah di Kabupaten Aceh Utara lebih banyak dipengaruhi oleh akses jalan, pusat kecamatan dan pusat kabupaten. Seluas 473 hektar kawasan pemukiman kumuh berada di Kecamatan Tanah Jambo Aye dan Kecamatan Lhoksukon. Umumnya kawasan perumahan pemukiman di bantaran sungai dan Kawasan perkotaan Tabel 2.10 Jumlah Rumah per Kecamatan Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Nama Kecamatan Sawang Nisam Nisam Antara Banda Baro Kuta Makmur Simpang Keuramat Syamtalira Bayu Geureudong Pase Meurah Mulia Matang Kuli Paya Bakong Pirak Timu Cot Girek Jumlah Rumah 7.514 3.810 2.906 1.812 4.993 1.922 4.521 1.169 4.289 3.792 3.002 1.764 4.827 7 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 14 15 16 NO 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Tanah Jambo Aye Langkahan Seunuddon Nama Kecamatan Baktiya Baktiya Barat Lhoksukon Tanah Luas Nibong Samudera Syamtalira Aron Tanah Pasir Lapang Muara Batu Dewantara Total 8.753 4.805 5.721 Jumlah Rumah 7.175 3.627 10.407 5.005 2.044 5.381 3.575 2.236 2.063 5.387 10.325 122.825 Sumber : BPS Kab. Aceh Utara 2011 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara 8