Uploaded by Dina Agustina

Seorang yeoja tengah terlelap di kasurnya

advertisement
Seorang yeoja tengah terlelap di kasurnya, namun silau mentari terlihat mengintip melalui
celah tirai kamarnya, karena merasa terganggu yeoja tersebut menyembunyikan seluruh
tubuhnya dibalik selimutnya.
Kring...
“Aish.. mengganggu tidurku saja,” gerutu yeoja tersebut dan menyibakkan selimutnya
dan terduduk di atas kasurnya dan mematikan alarm yang membuat dirinya terbangun
kemudian menatap kalender yang tergantung disebelah kiri dinding kamarnya.
“Ternyata sudah bulan Oktober. Tidak terasa waktu bergulir begitu cepat,” terdengar
suara lirih dan yeoja tersebut mulai melangkahkan kakinya menuju jendela kamarnya dan
melihat burung-burung yang berterbangan menghiasi langit, daun-daun kering berwarna
kecoklatan begitu banyak gugur di halaman rumahnya.
“Yewon-ie, seharusnya aku tidak melakukan itu padamu,” kini sang yeoja menatap
lurus pemandangan yang ada di depannya dengan tatapan sendunya “Hiks..ikkss.. seharusnya
aku tidak melakukan itu padammu, Won-ie.. hikkss.. Yewon-ie..,” kini sang yeoja menangis
dengan suara lirihnya dan air mata yang mengalir membasahi pipi sang yeoja tersebut dan
menggenggam kalung yang melingkar dilehernya, sebuah kunci dan sepasang sayap di
lehernya.
“Mianhe Yewon-ie, jeongmal mianhaeyo,”
###
Tahun ajaran baru, penerimaan siswa baru School Art of Performance. Terlihat dua orang yeoja
tengah mengayuh sepeda mereka dengan sesekali tertawa dan bercerita.
“Eunbi-ie.. aku bahagia sekali bisa satu sekolah lagi denganmu,” ucap seorang yeoja
berpipi chubby dan poni yang menghiasi dahinya yang menambah kesan imut pada dirinya.
“Aku juga Yewon-ie.. aku benar-benar tidak menyangka akan masuk ke sekoloh ini.
Kau tahu sendiri bukan IQ ku sangat rendah,” ucap seorang yeoja yang bersepeda di
sebelahnya.
“Jangan seperti itu, Bi-ie.. kalau IQ mu rendah, tidak mungkin kau masuk sekolah ini
bukan ?,”
“Kau benar, Won-ie,”
Kedua yeoja tersebut pun memarkirkan sepedanya di tempat parkir sepeda dan berjalan
melihat papan pengumuman. Kini mata mereka terfokus melihat jejeran nama yang tertulis
pada papan pengumuman dan secara tiba-tiba yeoja berwajah imut itu keluar dari gerombolan
siswa dan siswi baru.
“Kyaaaa....!!! Yewon-ie.. Aku bangga padamu, chukkaeyo ne.. Kau masuk kelas
unggulan. Aigoo.. Sahabatku memang Jjjang !!,” Teriak Eunbi keluar dari gerombolan tersebut
dan memeluk tubuh Yewon dengan erat dan mengangkat kedua jempolnya.
Namun Eunbi merasakan Yewon tidak membalas pelukannya, kemudian Eunbi
mengendurkan pelukannya dan menatap sahabatnya yang terlihat lesu.
“Kau kenapa, Won-ie.. kenapa kau tidak terlihat senang ? kau tahu ? Kau mas-”
“Untuk apa aku masuk kelas unggulan Bi-ie, jika kau tidak sekelas denganku. Kau tahu
sendiri bukan, hanya ka-”
“Bukankah itu kesempatanmu untuk memiliki teman baru, bukan ?,”
“Aku tidak perlu teman baru, dengan kau ada disampingku. Itu sudah cukup untuk ku
Bi-ie,”
“YAK KIM YEWON!!,” teriak Eunbi dan membuat Yewon menegang
“Kau tahu ? aku tidak mungkin selalu berada disampingmu, bukan ? kau harus bergaul
Yewon!,” teriak Eunbi dan meninggalkan Yewon yang terdiam dan mulai menitikan air
matanya, sedangkan Eunbi ? jujur saja Eunbi hanya ingin Yewon bisa bersosialisasi dan
bergaul dengan teman-teman barunya dan bisa beradaptasi dengan lingkungan baru.
Eunbi juga tahu kenapa Yewon memiliki sifat introved, hal ini dikarenakan Yewon dari
kecil hingga beranjak sekolah menengah pertama, tidak pernah keluar dari rumahnya, bahkan
untuk belajar saja. Yewon harus homeschooling. Lalu bagaimana bisa Yewon bertemu Eunbi
? Hal ini terjadi karena keluarga Hwang –keluarga Eunbi menjadi tetangga mereka. Kalian tahu
mengapa Yewon selalu dijaga atau terkesan di kekang ? itu terjadi karena Yewon adalah anak
tunggal dan terlebih Yewon memiliki penyakit yang cukup aneh, dirinya bisa tertidur kapan
saja dan dimana saja, tapi apakah kalian ingin tahu 1 hal yang menjadi suatu rahasia ?
sebenarnya Eunbi bisa masuk School of Art Performance karena orang tua Yewon, dan kalian
tahu Eunbi bersekolah di School of Art Performance hanya untuk menjaga Yewon. Lalu apakah
Eunbi keberatan ? tentu tidak, karena Eunbi sudah menganggap Yewon seperti adiknya, karena
Eunbi berulangtahun lebih dulu dibanding Yewon.
Lalu kenapa Eunbi membentak Yewon ? hal ini karena Eunbi ingin Yewon menikmati
hidupnya dan masa sekolah yang begitu indah dan berwarna.
“Mianhe Yewon-ie.. mulai sekarang aku akan menjauhimu dan menjaga darimu,”
batin Eunbi dan berjalan menuju kelasnya
###
Kini Yewon berjalan menuju kelasnya dengan wajah yang menunduk menuju kelasnya
Brukk..
“Aaww.. Appoyo,” ringis Yewon yang merasa badannya menabrak sesuatu dan dengan
berani Yewon mendongakkan wajahnya dan dapat dilihatnya punggung tegap seseorang dan
kemudian menoleh pada Yewon.
“A... nuu.. Emhh... Engg...,” kini Yewon tergagap saat melihat kini mata pemilik
punggung itu dan kini matanya bergerak entah kemana.
“Hei.. Gwenchana ?,” tanya sang namja pelan dan Yewon asik menundukkan
wajahnya.
“Ommo..Yoongi oppa.... apa yang kau lakukan di depan pintu ?,” ucap seorang yeoja
menatap namja di depannya dan Yewon semakin menundukkan wajahnya.
“Anii.. oppa hanya ingin melihat dongsaeng oppa,” ucap Yoongi mencubit pipi yeoja
yang baru disebelahnya kini. “Aishh.. oppa aku bukan anak kecil lagi” ucap sang yeoja kini
menatap Yewon yang menunduk
“Yak oppa! Apakah kau membuat takut teman sekelasku, huh?,” tanya sang yeoja
mendelik tajam Yoongi
“Anni.. Oppa tidak tahu, Ha-ie. Gadis ini sedari dari me-”
“Yak!!,” teriak Yoongi saat tiba-tiba Yewon masuk tanpa permisi dan menabrak bahu
Yoongi dan adiknya.
“Eunha-ie.. Oppa ke kelas dulu, ne,” ucap Yoongi dan mengusak kepala Eunha pelan
dan pergi meninggalkan Eunha.
###
Jam istirahat pun berbunyi, Yewon berjalan menuju kelas Eunbi dengan membawa
bekal.
“Eunbi-ie.. kajja kita makan,” ucap Eunbi saat melihat Eunbi yang sedang duduk di
bangkunya.
“Dahyun-ah, kajja kita ke kantin,” ucap Eunbi dan mengabaikan ajakan makan Yewon
dan Yewon hanya menatap bekalnya.
Yewon kemudian berjalan menuju halaman belakang sekolahnya dan duduk seorang
diri, lalu membuka bekalnya dan memakannya.
“Hei.. kau tadi yang menabrakku tadi, bukan ?,” tanya seorang namja menghampiri
Yewon
“Uhuk..,” dan dengan cepat namja itu memberikan minum yang berada disamping
Yewon dan memberikannya. Dengan cepat Yewon meneguknya.
“Hahh.. leganya,” cicit Yewon pelan dan menatap namja disampingnya dan tersenyum
“Gomawo” dan beranjak meninggalkan namja yang masih terdiam.
“Kiyowo,” ucap namja itu menatap Yewon yang mulai menjauh.
Hari demi hari telah di lalui, Yewon dan Eunbi semakin menjauh dan tentu Yewon
menjalani kehidupan dengan kesendiriannya. Tapi sungguh, tanpa Yewon sadari Eunbi selalu
mengawasi dan menjaga Yewon dari jauh.
“Aishh.. Yewon-ie padahal sudah dua bulan kau tetap tidak memiliki teman,” lirih
Eunbi dan melangkah mendekati Yewon
“Wahh.. wahh.. kasihan sekali aku melihatmu. Ckckck...,” ucap Eunbi tertawa remeh
sedangkan Yewon hanya mendongakkan wajahnya dan berdiri.
“Bi-ie-”
“Berhenti memanggil nama kecil ku. Kau tahu kenapa aku menjauhi mu ? karena aku
muak berteman denganmu! Seharusnya kau membiarkan aku berteman dengan yang lain,”
“Kau bohong, Bi-ie... kalau benar kau muak denganku seharusnya kau sud-”
“Itu karena aku kasihan padamu! Kau selalu sendiri, belum lagi dengan penyakitmu itu.
Seandainya kau punya banyak teman, aku juga tidak akan terpaksa berteman denganmu dan
aku bisa tenang,” ucap Eunbi kali ini meninggalkan Yewon.
Yewon yang mendengar perkataan Eunbi hanya terdiam dan seketika dirinya menangis
terisak
“Hikks.. hikkss.. ikss.. jadi kau hanya kasihan pada ku ?,” tanya Yewon bermonolog
dan ditemani oleh hembusan angin yang menerbangkan beberapa helai daun kecoklatan yang
berguguran.
“Hikkss.. entah kenapa aku jadi tidak menyukai musim gugur,” ucap Yewon menatap
daun-daun kecoklatan yang berguguran
“Mianhe Won-ie.. Aku hanya ingin kau tidak selalu bergantung padaku,” batin Eunbi
dan meninggalkan Yewon
###
Setelah makan siangnya yang bisa dikatakan cukup menyedihkan baginya, kini Yewon
bertekad untuk memulai bersosialisasi dengan teman-teman dikelasnya.
Yewon mulai menghampiri seorang yeoja yang Yewon tahu bernama Chaeyoung.
“A..nn-“
“Yeong-ie.. Kajja kita ke perpustakaan” ucap seorang yeoja dan menarik tangan
Chaeyeong. Yewon yang merasa diabaikan hanya menghela nafas. “Sudahlah. Mungkin
mereka tidak melihatku,” ucap Yewon bermonolog dan tanpa diketahui Yewon seorang yeoja
menatapnya.
###
Kini hujan membasahi kota Seoul, dan terlihat seorang yeoja merajuk melalui
ponselnya.
“Oppa.. kau dimana ?,” tanya Yeoja itu lagi melalui ponselnya
“....”
“Jadi aku pulang hujan-hujanan, begitu ?,”
“....”
“Aishh.. kau menyebalkan Min Yoongi” kini yeoja itu memutuskan panggilannya
secara sepihak “Aigoo.. kenapa hujannya deras sekali ?,”tanya yeoja itu lagi
“Ini untukmu. Pakailah,” ucap seseorang yeoja memberikan payungnya.
“Lalu kau pakai apa, Yewon-ah ?,” tanya sang yeoja itu lagi dan menolak pemberian
Yewon
“Kau saja Eunha-ssi.. aku bisa bersama Eun-” ucapan Yewon terputus saat Eunbi
ternyata memakai payung bersama Dahyun
“Lah ? itu Eunbi-ya.. Dia sudah bersama Dahyun, lebih baik kita pulang bersama,” ajak
Eunha tersenyum
“Tak apa, aku bisa menelepon supir,”
“Baiklah.. aku duluan ya, bye,” ucap Eunha dan berlalu meninggalkan Yewon sendiri
1 jam
2 jam
“Kau belum pulang ?,” ucap seorang namja yang sudah berdiri disampingnya.
“Belum.. aku menunggu hujan reda, Yoongi Sunbaenim,” ucap Yewon menundukkan
wajahnya
“Berhenti menundukkan wajahmu, Yewon-ah” seketika Yewon mendongakkan
wajahnya
“Aku takut” ucap Yewon pelan namun dapat didengar Yoongi dan membuat Yoongi
gemas.
“Tenanglah, tidak ada yang memakanmu” ucap Yoongi dan mengusak rambut Yewon
pelan dan melihat bahwa hujan sudah berhenti.
“Sunbae.. hujan sudah reda. Aku pulang, ne” ucap Yewon senang dan merasa dirinya
sudah bisa terbuka dengan orang-orang sekitarnya. “Terimakasih Eun-”
Brukk..
TIN.. TIN..
Bruaghh...
Seketika Yewon tertabrak sebuah mobil karena tiba-tiba Yewon pingsan secara mendadak.
Yewon kini terbaring dijalan dengan tidak berdaya dan mengeluarkan darah.
“Gomawo Eunbi-ya.. aku yakin kau mengatakan hal kasar padaku supaya aku bisa
bersosialisasi bukan ? dan aku sudah bisa, Eunbi-ie,” secara perlahan Yewon terpejam dan
memegang sebuah kalung kunci dengan dua sayapnya.
Kunci persahabatan itu seperti sayap. Jika salah satu sayapnya patah atau luka, maka tidak
dapat terbang ke langit yang indah.
END
Download