Seorang yeoja tengah terlelap di kasurnya, namun silau mentari terlihat mengintip melalui celah tirai kamarnya, karena merasa terganggu yeoja tersebut menyembunyikan seluruh tubuhnya dibalik selimutnya. Kring... “Aish.. mengganggu tidurku saja,” gerutu yeoja tersebut dan menyibakkan selimutnya dan terduduk di atas kasurnya dan mematikan alarm yang membuat dirinya terbangun kemudian menatap kalender yang tergantung disebelah kiri dinding kamarnya. “Ternyata sudah bulan Oktober. Tidak terasa waktu bergulir begitu cepat,” terdengar suara lirih dan yeoja tersebut mulai melangkahkan kakinya menuju jendela kamarnya dan melihat burung-burung yang berterbangan menghiasi langit, daun-daun kering berwarna kecoklatan begitu banyak gugur di halaman rumahnya. “Yewon-ie, seharusnya aku tidak melakukan itu padamu,” kini sang yeoja menatap lurus pemandangan yang ada di depannya dengan tatapan sendunya “Hiks..ikkss.. seharusnya aku tidak melakukan itu padammu, Won-ie.. hikkss.. Yewon-ie..,” kini sang yeoja menangis dengan suara lirihnya dan air mata yang mengalir membasahi pipi sang yeoja tersebut dan menggenggam kalung yang melingkar dilehernya, sebuah kunci dan sepasang sayap di lehernya. “Mianhe Yewon-ie, jeongmal mianhaeyo,” ### Tahun ajaran baru, penerimaan siswa baru School Art of Performance. Terlihat dua orang yeoja tengah mengayuh sepeda mereka dengan sesekali tertawa dan bercerita. “Eunbi-ie.. aku bahagia sekali bisa satu sekolah lagi denganmu,” ucap seorang yeoja berpipi chubby dan poni yang menghiasi dahinya yang menambah kesan imut pada dirinya. “Aku juga Yewon-ie.. aku benar-benar tidak menyangka akan masuk ke sekoloh ini. Kau tahu sendiri bukan IQ ku sangat rendah,” ucap seorang yeoja yang bersepeda di sebelahnya. “Jangan seperti itu, Bi-ie.. kalau IQ mu rendah, tidak mungkin kau masuk sekolah ini bukan ?,” “Kau benar, Won-ie,” Kedua yeoja tersebut pun memarkirkan sepedanya di tempat parkir sepeda dan berjalan melihat papan pengumuman. Kini mata mereka terfokus melihat jejeran nama yang tertulis pada papan pengumuman dan secara tiba-tiba yeoja berwajah imut itu keluar dari gerombolan siswa dan siswi baru. “Kyaaaa....!!! Yewon-ie.. Aku bangga padamu, chukkaeyo ne.. Kau masuk kelas unggulan. Aigoo.. Sahabatku memang Jjjang !!,” Teriak Eunbi keluar dari gerombolan tersebut dan memeluk tubuh Yewon dengan erat dan mengangkat kedua jempolnya. Namun Eunbi merasakan Yewon tidak membalas pelukannya, kemudian Eunbi mengendurkan pelukannya dan menatap sahabatnya yang terlihat lesu. “Kau kenapa, Won-ie.. kenapa kau tidak terlihat senang ? kau tahu ? Kau mas-” “Untuk apa aku masuk kelas unggulan Bi-ie, jika kau tidak sekelas denganku. Kau tahu sendiri bukan, hanya ka-” “Bukankah itu kesempatanmu untuk memiliki teman baru, bukan ?,” “Aku tidak perlu teman baru, dengan kau ada disampingku. Itu sudah cukup untuk ku Bi-ie,” “YAK KIM YEWON!!,” teriak Eunbi dan membuat Yewon menegang “Kau tahu ? aku tidak mungkin selalu berada disampingmu, bukan ? kau harus bergaul Yewon!,” teriak Eunbi dan meninggalkan Yewon yang terdiam dan mulai menitikan air matanya, sedangkan Eunbi ? jujur saja Eunbi hanya ingin Yewon bisa bersosialisasi dan bergaul dengan teman-teman barunya dan bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Eunbi juga tahu kenapa Yewon memiliki sifat introved, hal ini dikarenakan Yewon dari kecil hingga beranjak sekolah menengah pertama, tidak pernah keluar dari rumahnya, bahkan untuk belajar saja. Yewon harus homeschooling. Lalu bagaimana bisa Yewon bertemu Eunbi ? Hal ini terjadi karena keluarga Hwang –keluarga Eunbi menjadi tetangga mereka. Kalian tahu mengapa Yewon selalu dijaga atau terkesan di kekang ? itu terjadi karena Yewon adalah anak tunggal dan terlebih Yewon memiliki penyakit yang cukup aneh, dirinya bisa tertidur kapan saja dan dimana saja, tapi apakah kalian ingin tahu 1 hal yang menjadi suatu rahasia ? sebenarnya Eunbi bisa masuk School of Art Performance karena orang tua Yewon, dan kalian tahu Eunbi bersekolah di School of Art Performance hanya untuk menjaga Yewon. Lalu apakah Eunbi keberatan ? tentu tidak, karena Eunbi sudah menganggap Yewon seperti adiknya, karena Eunbi berulangtahun lebih dulu dibanding Yewon. Lalu kenapa Eunbi membentak Yewon ? hal ini karena Eunbi ingin Yewon menikmati hidupnya dan masa sekolah yang begitu indah dan berwarna. “Mianhe Yewon-ie.. mulai sekarang aku akan menjauhimu dan menjaga darimu,” batin Eunbi dan berjalan menuju kelasnya ### Kini Yewon berjalan menuju kelasnya dengan wajah yang menunduk menuju kelasnya Brukk.. “Aaww.. Appoyo,” ringis Yewon yang merasa badannya menabrak sesuatu dan dengan berani Yewon mendongakkan wajahnya dan dapat dilihatnya punggung tegap seseorang dan kemudian menoleh pada Yewon. “A... nuu.. Emhh... Engg...,” kini Yewon tergagap saat melihat kini mata pemilik punggung itu dan kini matanya bergerak entah kemana. “Hei.. Gwenchana ?,” tanya sang namja pelan dan Yewon asik menundukkan wajahnya. “Ommo..Yoongi oppa.... apa yang kau lakukan di depan pintu ?,” ucap seorang yeoja menatap namja di depannya dan Yewon semakin menundukkan wajahnya. “Anii.. oppa hanya ingin melihat dongsaeng oppa,” ucap Yoongi mencubit pipi yeoja yang baru disebelahnya kini. “Aishh.. oppa aku bukan anak kecil lagi” ucap sang yeoja kini menatap Yewon yang menunduk “Yak oppa! Apakah kau membuat takut teman sekelasku, huh?,” tanya sang yeoja mendelik tajam Yoongi “Anni.. Oppa tidak tahu, Ha-ie. Gadis ini sedari dari me-” “Yak!!,” teriak Yoongi saat tiba-tiba Yewon masuk tanpa permisi dan menabrak bahu Yoongi dan adiknya. “Eunha-ie.. Oppa ke kelas dulu, ne,” ucap Yoongi dan mengusak kepala Eunha pelan dan pergi meninggalkan Eunha. ### Jam istirahat pun berbunyi, Yewon berjalan menuju kelas Eunbi dengan membawa bekal. “Eunbi-ie.. kajja kita makan,” ucap Eunbi saat melihat Eunbi yang sedang duduk di bangkunya. “Dahyun-ah, kajja kita ke kantin,” ucap Eunbi dan mengabaikan ajakan makan Yewon dan Yewon hanya menatap bekalnya. Yewon kemudian berjalan menuju halaman belakang sekolahnya dan duduk seorang diri, lalu membuka bekalnya dan memakannya. “Hei.. kau tadi yang menabrakku tadi, bukan ?,” tanya seorang namja menghampiri Yewon “Uhuk..,” dan dengan cepat namja itu memberikan minum yang berada disamping Yewon dan memberikannya. Dengan cepat Yewon meneguknya. “Hahh.. leganya,” cicit Yewon pelan dan menatap namja disampingnya dan tersenyum “Gomawo” dan beranjak meninggalkan namja yang masih terdiam. “Kiyowo,” ucap namja itu menatap Yewon yang mulai menjauh. Hari demi hari telah di lalui, Yewon dan Eunbi semakin menjauh dan tentu Yewon menjalani kehidupan dengan kesendiriannya. Tapi sungguh, tanpa Yewon sadari Eunbi selalu mengawasi dan menjaga Yewon dari jauh. “Aishh.. Yewon-ie padahal sudah dua bulan kau tetap tidak memiliki teman,” lirih Eunbi dan melangkah mendekati Yewon “Wahh.. wahh.. kasihan sekali aku melihatmu. Ckckck...,” ucap Eunbi tertawa remeh sedangkan Yewon hanya mendongakkan wajahnya dan berdiri. “Bi-ie-” “Berhenti memanggil nama kecil ku. Kau tahu kenapa aku menjauhi mu ? karena aku muak berteman denganmu! Seharusnya kau membiarkan aku berteman dengan yang lain,” “Kau bohong, Bi-ie... kalau benar kau muak denganku seharusnya kau sud-” “Itu karena aku kasihan padamu! Kau selalu sendiri, belum lagi dengan penyakitmu itu. Seandainya kau punya banyak teman, aku juga tidak akan terpaksa berteman denganmu dan aku bisa tenang,” ucap Eunbi kali ini meninggalkan Yewon. Yewon yang mendengar perkataan Eunbi hanya terdiam dan seketika dirinya menangis terisak “Hikks.. hikkss.. ikss.. jadi kau hanya kasihan pada ku ?,” tanya Yewon bermonolog dan ditemani oleh hembusan angin yang menerbangkan beberapa helai daun kecoklatan yang berguguran. “Hikkss.. entah kenapa aku jadi tidak menyukai musim gugur,” ucap Yewon menatap daun-daun kecoklatan yang berguguran “Mianhe Won-ie.. Aku hanya ingin kau tidak selalu bergantung padaku,” batin Eunbi dan meninggalkan Yewon ### Setelah makan siangnya yang bisa dikatakan cukup menyedihkan baginya, kini Yewon bertekad untuk memulai bersosialisasi dengan teman-teman dikelasnya. Yewon mulai menghampiri seorang yeoja yang Yewon tahu bernama Chaeyoung. “A..nn-“ “Yeong-ie.. Kajja kita ke perpustakaan” ucap seorang yeoja dan menarik tangan Chaeyeong. Yewon yang merasa diabaikan hanya menghela nafas. “Sudahlah. Mungkin mereka tidak melihatku,” ucap Yewon bermonolog dan tanpa diketahui Yewon seorang yeoja menatapnya. ### Kini hujan membasahi kota Seoul, dan terlihat seorang yeoja merajuk melalui ponselnya. “Oppa.. kau dimana ?,” tanya Yeoja itu lagi melalui ponselnya “....” “Jadi aku pulang hujan-hujanan, begitu ?,” “....” “Aishh.. kau menyebalkan Min Yoongi” kini yeoja itu memutuskan panggilannya secara sepihak “Aigoo.. kenapa hujannya deras sekali ?,”tanya yeoja itu lagi “Ini untukmu. Pakailah,” ucap seseorang yeoja memberikan payungnya. “Lalu kau pakai apa, Yewon-ah ?,” tanya sang yeoja itu lagi dan menolak pemberian Yewon “Kau saja Eunha-ssi.. aku bisa bersama Eun-” ucapan Yewon terputus saat Eunbi ternyata memakai payung bersama Dahyun “Lah ? itu Eunbi-ya.. Dia sudah bersama Dahyun, lebih baik kita pulang bersama,” ajak Eunha tersenyum “Tak apa, aku bisa menelepon supir,” “Baiklah.. aku duluan ya, bye,” ucap Eunha dan berlalu meninggalkan Yewon sendiri 1 jam 2 jam “Kau belum pulang ?,” ucap seorang namja yang sudah berdiri disampingnya. “Belum.. aku menunggu hujan reda, Yoongi Sunbaenim,” ucap Yewon menundukkan wajahnya “Berhenti menundukkan wajahmu, Yewon-ah” seketika Yewon mendongakkan wajahnya “Aku takut” ucap Yewon pelan namun dapat didengar Yoongi dan membuat Yoongi gemas. “Tenanglah, tidak ada yang memakanmu” ucap Yoongi dan mengusak rambut Yewon pelan dan melihat bahwa hujan sudah berhenti. “Sunbae.. hujan sudah reda. Aku pulang, ne” ucap Yewon senang dan merasa dirinya sudah bisa terbuka dengan orang-orang sekitarnya. “Terimakasih Eun-” Brukk.. TIN.. TIN.. Bruaghh... Seketika Yewon tertabrak sebuah mobil karena tiba-tiba Yewon pingsan secara mendadak. Yewon kini terbaring dijalan dengan tidak berdaya dan mengeluarkan darah. “Gomawo Eunbi-ya.. aku yakin kau mengatakan hal kasar padaku supaya aku bisa bersosialisasi bukan ? dan aku sudah bisa, Eunbi-ie,” secara perlahan Yewon terpejam dan memegang sebuah kalung kunci dengan dua sayapnya. Kunci persahabatan itu seperti sayap. Jika salah satu sayapnya patah atau luka, maka tidak dapat terbang ke langit yang indah. END