Uploaded by User44493

Bagian 1 revisi

advertisement
Bagian 1
Natasya sekali lagi mulai mengubrak-abrik kamar Vira –saudaranya yang sudah seperti
kakak sekaligus adik baginya, entah apa yang sedang dicarinya yang jelas dia sudah mengubah
kamar yang rapih itu menjadi kacau balau bagai kapal pecah. Vira justru terlihat santai di atas
kasurnya sambil mendengarkan musik. Karena mulai jemu melihat tingkah laku Natasya yang
semakin tidak karuan, akhirnya Vira pun bertanya tentang benda apa yang sedang dicari oleh
Natasya.
“Nat, gue bosen liat lu berantakin isi kamar gue. Sebenernya lu lagi nyari apaan si? Kebiasaan
banget deh suka berantakin kamar orang.”
“eheheh sori banget nih Vi, sebenernya gue nggak lagi nyari apa-apa. Cuma karena nggak ada
kerjaan dan bosen jadi gue ubrak-abrik aja kamar lu,” jawab Nat sembari nyengir kuda dan lanjut
mengubrak-abrik kamar Vira.
“Yaelah gue kira lo lagi nyari apaan, taunya cuma iseng doang. Emang ya lu tuh paling bisa deh
ngasih kerjaan buat gue, makasih banyak, ya,” sindir Vira.
“hahaha iya dong siapa dulu, gua.”
Vira melanjutkan aktivtasnya mendengarkan musik sembari mewarnai kuku-kukunya.
Nat masih saja mengbrak-abrik seisi kamar Vira.
“eh eh Vi, ini apaan?” Tanya Nat ketika menemukan sebuah buku, seperti album kenangan
sekolah.
Vira melirik sekilas dan menjawab, “udah jelas itu buku, ngapain acara nanya segala coba?”
Natasya mengerlingkan mata malas, “iya gue tau ini buku, maksud gue ini buku apaan? Album
kenangan ya?” Tanya Natasya lagi.
“iya itu album kenangan SMP gue,” jawab Vira tanpa sedikitpun melihat ke arah Nat.
Nat pun berhenti dari kegiatan mengubrak-abrik kamar Vira dan mulai tertarik untuk
membuka album kenangan tersebut. Tanpa meminta izin, ia pun langsung membuka halaman
demi halaman yang ada pada album tersebut. Sesekali bibirnya tersenyum bahkan tertawa ketika
membaca kesan dan pesan yang tertulis disana. Ketika sedang asik melihat-lihat sambil
membaca isi dari album kenangan tersebut, seketika matanya berhenti di salah satu data pribadi
siswa, ia terus menerus menatap foto yang terpampang disana. Sejenak ia ikut mengukir
senyuman di wajahnya. Kemudian, matanya beralih pada keterangan nama dari siswa tersebut.
“Raka Pratama. Raka,” ucapnya dalam hati dan kemudian bibirnya mulai menyunggingkan
senyum kembali.
“eh Vi, lo bakal sekolah di SMA Pelita kan bareng gue dan Bella?” Tanya Nat.
“hmm,” jawab Vira sekenanya.
“ngomong-ngomong dari SMP lu siapa aja yang mau lanjut ke SMA Pelita?” Tanya Nat,
berharap nama Raka ikut disebutkan.
“setahu gue sih cuma ada tiga orang.”
“oh emang siapa aja? Mau gue liat nih disini, siapa tau nanti sekelas sama gue.”
“gue, Salsa sama Raka.”
Nat menghembuskan napas lega, lagi-lagi bibirnya tersenyum tak tertahankan.
“eh, ngomong-ngomong ada apa nih? Tumben amat lo nanya-nanya hal beginian, biasanya bodo
amatan banget.”
“eh, nggak papa kok. Gue cuma iseng-iseng aja nanya ke lo kan udah gue bilang, barangkali
salah satu dari mereka nanti satu kelas sama gue,” Jawab Nat bohong.
“Oh,” jawab Vira tak acuh.
“eh Vi, udah sore nih. Gue pamit balik dulu ya,” ujar Nat sembari bangkit dari posisi duduknya.
“eh mana bisa, lo harus beresin barang-barang yang udah lo berantakin dulu dong,” jawab Vira
sedikit ngambek.
“eh beneran Vi udah sore banget nih, nanti malem aja deh gue dateng lagi sekalian mau nginep
disini. See you Vira. Selamat bekerja keras membereskan semuanya,” ujar Nat setengah
berteriak sambil diakhiri dengan gerakan kiss bye dan langsung melarikan diri dari kamar Vira.
“NATASYA SALSHABILA!!!!!!!!!!!!” Teriak Vira sekencang-kencangnya. Nat yang baru
ingin berpamitan kepada kedua orang tua Vira pun terkekeh geli saat mendengar teriakkan Vira
yang sangat dasyat itu.
Sejak hari itu gambaran wajah Raka sering sekali muncul dipikiran Nat. Terlebih Nat jadi
semakin rajin ke rumah Vira hanya untuk melihat foto Raka. Vira tidak pernah curiga karena Nat
selalu melihatnya secara sembunyi-sembunyi. Kadang Nat berpikir, mengapa ia jadi seperti ini?
Mengapa ia jadi lebih sering memikirkan Raka? Apakah Nat menyukai Raka? Tapi tentu saja
pikiran itu segara ditepis oleh Nat, karena Nat kembali berpikir bahwa mana mungkin Nat
menyukai Raka sedangkan mereka saja belum pernah bertemu sama sekali. Tapi semakin
disangkal semakin jelas pula bahwa Nat memang menyukai Raka. Diam-diam Nat mulai tidak
sabar untuk masuk sekolah.
Hari-hari Nat mulai dipenuhi pertanyaan-pertanyaan mengenai Raka. Nat mulai suka
melamun. Menebak-nebak seperti apa Raka yang sebenarnya. Terkadang dia berpikir untuk
berhenti memikirkan Raka. Namun, nyatanya semua itu sia-sia. Nat malah semakin kepikiran
hal-hal mengenai Raka. Seperti saat ini, ketika ia sedang bersama Bella-sahabatnya sejak kecil,
tapi pikirannya tak henti-henti memikirkan perihal Raka.
“Nat, gue tuh bete banget deh sama si Rez. Masa baru aja kemarin dia kirimin gue voice note
nyanyiin lagunya Marcell yang takkan terganti, eh sekarangnya udah ngilang lagi aja. Nyebelin
nggak si?” Tanya Bella sembari cemberut. Namun Nat masih saja melamun, tidak menanggapi
celotehan Bella. Bella yang tidak mendapatkan respon apapun segera melihat ke arah Nat dan
merasa semakin jengkel kala menemukan Nat yang hanya diam membisu menatap kosong ke
arah jendela kamar.
“Nat, lo dengerin gue gak si?!” belum ada respon
“Nat?!!” masih belum ada respon
“Nat?!!” tetap belum ada respon
Dengan perasaan jengkel, Bella pun melemparkan bantal ke arah Nat sambil berteriak,
“NATASYA SALSHABILA, SADAR WOI.”
Nat pun kaget tepat ketika bantal itu menimpa kepalanya juga karena teriakan Bella, kemudian ia
mulai sadar dari lamunannya.
“eh iya iya kenapa Bel?” ujar Nat gelagapan.
“lo tuh mikirin apa sih? Gue tuh lagi cerita serius sama lo, tapi dari tadi lo diemin mulu. Berasa
ngomong sama tembok tau gak?!” ucap Bella kesal.
“ya sori hehe.”
Bella akhirnya menghembuskan napas perlahan dan berkata, “sebenernya ada apa sih? Kok
belakangan ini lo jadi suka ngelamun? Mikirin apaan? Sini cerita sama gue, barangkali masalah
lo lebih berat dari gue. Gue siap dengerin apapun.”
Setelah mendengar ucapan Bella, Nat akhirnya kepikiran untuk menjahili Bella.
“uhuk.. uhuk.. uhukk.. se-se-sebenernya gu-gu-gue se-lama ini..” Nat berbicara dengan terbatabata dan menggantungkan kalimatnya.
“lo kenapa? Lo nggak papa kan? Jangan bikin gue khawatir bego,” jawab Bella mulai khawatir.
“gue nggak enakan bilang sama lo nya, gue takut lo jadi sedih,” jawab Nat sembari memasang
tampang melas juga sekuat tenaga menahan tawa.
“lo kenapa sih sebenernya? Bilang aja sama gue kenapa? Barangkali gue bisa bantu.”
“sebenernya gue sakit parah Bel, kemungkinan gue buat sembuh cuma sedikit dan kemungkinan
umur gue nggak lama lagi,” ujar Nat sembari berpura-pura menangis.
“ah serius lo? Jangan becanda, gak lucu,” jawab Bella sembari mencoba tertawa.
“gue serius Bel, gue nggak becanda,” Nat menekuk mukanya, menahan tawa.
“gue masih nggak percaya,” ucap Bella masih mencoba tertawa meski kini matanya mulai
berkaca-kaca.
“maaf ya Bel gue baru kasih tau lo sekarang, soalnya gue takut lo malah jadi sedih banget dan
kepikiran masalah gue ini,” ucap Nat masih dengan ekspresi sedih.
Akhirnya air mata Bella pun luruh. Nat senang tak terkira berhasil menipu sahabatnya.
Kemudian Bella berkata, “Nat, pokoknya lo jangan patah semangat. Gue yakin banget kok kalau
lo bisa sembuh, lo semangat ya? Lo kan sahabat gue satu-satunya.” Kemudian Bella memeluk
Nat. Nat tidak tahan lagi, tawanya pecah seketika. Bella kebingungan dan langsung melepaskan
pelukan mereka.
“Nat lo kenapa? Lo gak kesurupan kan?” Tanya Bella semakin khawatir.
“hahahaha, aing macan, aing macan.”
“Nat, jawab gue! Lo gak beneran kesurupan kan? Atau jangan-jangan lo bohongin gue ya?!”
ucap Bella sembari melotot ketika mulai sadar dirinya tengah dikerjai oleh seorang Natasya
Salshabila.
“Hahaha ini gue kesurupan nih kesurupan macan.”
“Natasya , gue serius.” Ucap Bella dengan nada kesal.
“sumpah ya ekspresi lo tuh lucu banget sih parah hahah.” Nat masih tak henti tetawa.
“Jadi bener, lo tuh cuma bercanda dan ngerjain gue?” Tanya Bella semakin marah.
“iya iya sori, gue gak tau kalau lu bakalan jadi sesedih itu Bel, sumpah gue gak ada niat bikin lo
sampe nangis gitu,” ucap Nat sembari mulai berhenti tertawa.
“sialan lu, nggak lucu ya sumpah,” ucap Bella, ngambek.
“iya iya sori Bel, gue nggak akan gitu lagi kok. Maafin gue ya?” ujar Nat.
“ok, awas aja sekali lagi kaya gitu, gue mutilasi juga lo,” ucap Bella dengan tatapan kejam.
“siap bu bos!” jawab Nat yang kemudian menggerakkan tangannya menjadi sikap hormat
sembari diiringi kekehan.
Download