Uploaded by dyahputri998

4001416022- DYAH PUTRI PROPOSAL SKRIPSI

advertisement
HALAMANJUDUL
PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E
BERBASIS SETS BERBANTUAN ALAT PERAGA
PEMANASAN GLOBAL TERHADAP KEMAMPUAN
LITERASI SAINS SISWA
Proposal Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan IPA
oleh :
Dyah Putri Septyani
4001416022
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TERPADU
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar – benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul
“Pengaruh Model Learning Cycle 5E Berbasis SETS Berbantuan Alat Peraga
Pemanasan Global Terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa” disusun
berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber
informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar
dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.
Semarang,
Dyah Putri Septyani
NIM. 4001416022
i
PENGESAHAN
Proposal Skripsi yang berjudul
“Pengaruh Model Learning Cycle 5E Berbasis SETS Berbantuan Alat Peraga
Pemanasan Global Terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa”
Disusun oleh
Dyah Putri Septyani
4001416022
Telah diujikan di Seminar Ujian Proposal Skripsi FMIPA Unnes pada hari…
tanggal ….
Ketua Penguji
NIP.
Anggota Penguji/
Anggota Penguji/
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Ketua Jurusan IPA Terpadu
Novi Ratna Dewi., S.Si., M.Pd.
NIP. 19831110200801200
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat serta
hidayah-Nya dan tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW , sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Pengaruh Model Learning Cycle 5E Berbasis SETS Berbantuan Alat
Peraga Pemanasan Global Terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan serta dukungan dari
berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin
untuk melaksanakan penelitian.
3. Ketua Jurusan IPA Terpadu yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian.
4. Dr….. dosen penguji yang dengan penuh rasa kesabaran telah memberikan
saran dan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Dr….. dosen pembimbing yang telah tulus dan sabar membimbing dan
memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak / Ibu dosen jurusan IPA Terpadu atas seluruh ilmu yang diberikan
sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.
7. Dr.
Kepala SMP Negeri 36 Semarang yang telah mengizinkan penulis
melaksanakan penelitian.
8. Dr… Guru IPA yang telah memberikan inspirasi dan kesempatan penulis
untuk melaksanakan penelitian dan senantiasa memberikan dukungannya.
9. Siswa – siswi SMP Negeri 36 Semarang khususnya kelas VII yang telah
membantu kesuksesan jalannya penelitian.
10. Bapak dan Ibu saya tercinta , Hariyanto dan Sri Haryanti yang selalu
memberi doa, dukungan, bantuan serta semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
11. Adik laki laki saya, Muhammad Naufal Muflifiyanto yang selalu memberi
doa, dukungan, serta semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Puguh Kharisma yang selalu memberikan saran, dan motivasi untuk selalu
bersemangat mengerjakan skripsi.
13. Teman – teman Rombel 1 dan Rombel 2 Pendidikan IPA 2016 yang telah
memberikan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
14. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Semoga segala bantuan, bimbingan, dukungan dan pengorbanan yang telah
diberikan kepada penulis menjadi amal baik dan mendapat imbalan dari Allah
SWT. Aamiin. Akhirnya besar harapan penulis , mudah – mudahan skripsi ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Semarang,………. 2020
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
1.1
Rumusan
Masalah
1.2
Tujuan
Penelitian
1.3
Manfaat
Penelitian
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Learning Cycle 5E
2.1.2 SETS
2.1.3 Alat Peraga
2.1.4 Literasi Sains
2.2 Hipotesis
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2 Populasi dan Sampel
3.3 Variabel Penelitian
3.4 Desain Penelitian
3.5 Prosedur Penelitian
3.6 Data dan Cara Pengambilan Data
3.7 Metode Analisis Data
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil belajar siswa..
4.2 Pembahasan
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha penting yang harus dijalankan oleh setiap
manusia karena dapat membantu menjadi pribadi mandiri yang utuh, produktif
dan kreatif (Anggreni et al., 2013: 2). Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya, memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Pendidikan tidak pernah lepas dari masalah kurikulum. Kurikulum
merupakan pedoman yang penting untuk melaksanakan suatu pembelajaran guna
mencapai
tujuan
tertentu.
Kurikulum
di
Indonesia
sering
mengalami
pembaharuan. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang sedang dilaksanakan
saat ini, menyempurnakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kurikulum 2013 mengharuskan adanya keterpaduan antara satu bidang ilmu
dengan bidang ilmu lainnya, begitupun dengan mata pelajaran IPA. Mata
pelajaran IPA di tingkat SMP berdasarkan kurikulum 2013 merupakan mata
pelajaran yang dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science, bukan
sebagai pendidikan disiplin ilmu (Kemendikbud, 2013). Artinya, dalam
penyampaian materi konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu disajikan secara
terpadu dan tidak terpisah-pisah (Sholihat, 2015).
Menurut Kusumawati (2012: 11), tujuan pembelajaran IPA terpadu yaitu
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, meningkatkan minat dan
motivasi peserta didik, serta beberapa kompetensi dapat dicapai sekaligus.
Apabila tujuan pendidikan ini dapat tercapai, maka diharapkan sumber daya
manusia Indonesia menjadi sumber daya yang berkualitas yang mampu
menghadapi persaingan global, mampu mengembangkan kemampuan berpikir
agar melek ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta mampu mengikuti dan
memanfaatkan perkembangannya. Demikian pula pendidikan yang baik adalah
pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi
atau jabatan, tetapi untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi sains (scientific literacy) merupakan hal yang penting untuk
dikuasai karena aplikasinya yang luas dan hampir di segala bidang. Negara-negara
maju terus berupaya meningkatkan kemampuan literasi sains generasi muda
dengan harapan agar bisa lebih kompetitif terutama dalam dunia kerja global.
Untuk mengetahui apakah suatu negara telah memiliki siswa dengan kualitas
literasi sains yang baik sekaligus secara tidak langsung menguji kualitas
pendidikan negara itu sendiri, maka diselenggarakan Program for International
Student Assessment) (PISA) oleh negara-negara
anggota Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD) dan partisipannya. Setiap tiga
tahun sekali PISA dilaksanakan dengan fokus kemampuan literasi sains,
matematika dan membaca pada siswa usia 15-17 tahun (Hariadi, 2010: 1).
Menurut Setiowati (2016: 2), secara internasional mutu pendidikan di tanah
air masih rendah. Indeks mutu pendidikan Bangsa Indonesia dapat dilihat dari
PISA perbandingan prestasi internasional literasi bidang Science Achievement
atau Ilmu Pengetahuan Alam Indonesia. Penelitian dari PISA mengenai tingkat
pendidikan di Indonesia yang diselenggarakan oleh OECD pada anak usia 15
tahun pada level internasional, Indonesia memperoleh peringkat ke-62 dari 70
negara peserta dengan perolehan rata-rata nilai komponen literasi sains anak-anak
Indonesia sebesar 403 (OECD,2015).
Berdasarkan penelitian Azmil (2014: 3), hasil PISA 2012 untuk kemampuan
literasi sains siswa Indonesia memperlihatkan bahwa pada level 1 yaitu level
tentang keterbatasan pengetahuan sains siswa yang hanya bisa diaplikasikan pada
sedikit situasi yang familiar dengannya, Indonesia hanya mencapai 41,9%. Pada
level 2 yang menjelaskan tentang kemampuan siswa menjelaskan pengetahuan
sains dengan dilengkapi kesimpulan berdasarkan pencarian informasi yang
sederhana mencapai 26,3% dan level 3 yang menjelaskan tentang kemampuan
siswa menginterpretasikan konsep sains menggunakan fakta dan membuat
kesimpulan berdasarkan pengetahuan sains mencapai 6,5%. Level paling tinggi
yang dapat dijangkau adalah level 4. Level ini menjelaskan kemampuan siswa
dalam merefleksikan kegiatan mereka dan mengkomunikasikan kesimpulan
menggunakan pengetahuan sains. Namun pencapaian Indonesia pada level 4
hanya sebesar 0,6% saja (OECD, 2012). Hasil studi menunjukkan tidak ada siswa
Indonesia yang mencapai level 5 dan 6. Level 5 menuntut kemampuan siswa
mengidentifikasi komponen sains yang rumit di dalam kehidupan, menggunakan
konsep sains dan ilmu pengetahuan tentang sains serta dapat membandingkan dan
memilih usaha apa yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah sains yang
rumit, sedangkan level 6 menuntut siswa mengidentifikasi secara konsisten,
menjelaskan, dan menggunakan pengetahuan sains di dalam situasi lingkungan
yang rumit.
Rendahnya tingkat literasi sains siswa Indonesia seperti terungkap studi
PISA perlu dipandang sebagai masalah serius dan dicarikan jalan pemecahannya
dengan baik dan komprehensif. Menurut Hariadi (2010:47), siswa Indonesia
mempunyai penguasaan yang minim terhadap penyelidikan ilmiah. Persentase
jawaban benar terhadap item penyelidikan ilmiah, menurut PISA 2000, 2003 dan
2006 berturut-turut adalah: 13,18%; 17, 35% dan 21,11%. Siswa Indonesia sangat
baik ketika menjawab item yang berkaitan dengan mengingat fakta. Persentase
jawaban benar terhadap item tersebut selama tiga periode berturut-turut adalah
53,18%; 66,48% dan 71,10%.
Hasil analisis literasi sains di Kabupaten Tegal menunjukkan bahwa
kategori pengetahuan sains sangat dominan dibandingkan dengan ketiga kategori
lainnya. Apabila melihat fakta di lapangan, siswa lebih pandai hafalan
dibandingkan dengan keterampilan proses sains. Hal ini mungkin terkait dengan
kecenderungan menggunakan hafalan sebagai wahana untuk menguasai ilmu
pengetahuan, bukan kemampuan berpikir (Yuliyanti & Rusilowati, 2014: 70).
Mata pelajaran IPA berdasarkan Kurikulum 2013 dianjurkan menggunakan
pendekatan
saintifik
dalam
penyampaiannya.Pendekatan
saintifik
yang
diamanatkan oleh Kurikulum 2013 dimaksudkan memberikan pemahaman kepada
siswa untuk mengenal dan memahami materi menggunakan pendekatan ilmiah,
yang dapat diperoleh dari mana saja, kapan saja, dan dari mana saja, tidak hanya
bergantung dari guru.
Berdasarkan hal tersebut guru harus menyampaikan materi secara menarik
dan dapat memancing siswa menjadi aktif. Saat ini guru masih menyampaikan
materi dengan metode dan media konvensional seperti ceramah. Metode
penyampaian secara ceramah berpusat pada guru (teacher centered). Metode
ceramah dapat digunakan dalam menyampaikan materi yang memang memiliki
karakteristik untuk dihapalkan atau berupa rumus-rumus.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains merupakan pengetahuan yang
diperoleh melalui pembelajaran, penguasaan, pengetahuan, proses penemuan,
konsep-konsep, dan fakta-fakta yang melingkupi kebenaran dari hukum-hukum
alam yang terjadi dan dapat dibuktikan melalui metode ilmiah. Trianto (2010)
berpendapat bahwa sains diambil dari bahasa latin scientia yang artinya
pengetahuan. Dalam sains setiap teori selalu didasarkan pada langkah eksperimen
yang dapat dipertanggung jawabkan secara akal sehat. Pembelajaran sains
merupakan pembelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan (Sinambela & Turnip, 2015). Secara umum
IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu Fisika, Biologi, dan Kimia.
Metode penyampaian secara ceramah berpusat pada guru (teacher centered)
seingkali disebut metode konvensional. Metode ceramah dapat digunakan dalam
menyampaikan materi yang memang memiliki karakteristik untuk dihapalkan atau
berupa rumus-rumus. Namun, guru yang mendasari penyampaian materi
pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah yaitu karena materi yang
bersifat mengandung banyak hapalan, sehingga guru kesulitan jika harus
menggunakan metode yang lain.
Pada pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, pelaksanaan kegiatan
praktikum mempunyai peranan yang sangat krusial untuk mendukung kualitas
hasil dan proses pembelajaran karena kegiatan praktikum akan lebih efektif untuk
meningkatkan
keahlian
keterampilan/aspek
siswa
psikomotorik
dalam
serta
pengamatan
sebagai
dan
sarana
meningkatkan
berlatih
dalam
menggunakan atupun memanfaatkan alat dan bahan yang ada di laboratorium.
Selain itu, dengan kegiatan praktikum dapat mengembangkan rasa ingin tahu
siswa/mahasiswa, akan menumbuhkan keaktifan, sikap kerjasama, ketelitian,
toleran, serta menumbuhkan kejujuran ilmiah pada diri siswa (Wahyudiati, 2016).
Menurut Setiawan (2014: 1) pembelajaran sains tidak hanya teoritis saja,
tetapi juga mengaitkan dengan keadaan permasalahan nyata yang terjadi di
kehidupan nyata. Pesatnya perkembangan IPA dalam berbagai bidang kehidupan
masyarakat, menuntut cara pembelajaran yang dapat menyiapkan siswa untuk
memahami IPA, yang mampu berfikir logis, kreatif, serta beragumentasi yang
benar.
Menurut Siswanto (2014) proses pembelajaran yang dilaksanakan lebih
banyak pada transfer pengetahuan dengan metode ceramah di dalam kelas dan
latihan-latihan soal sebagai penguat konsep. Sagala (2009) juga berpendapat
bahwa pembelajaran yang berlangsung disekolah cenderung menunjukkan (1)
guru lebih banyak ceramah, (2) pengelolaan pembelajaran cenderung klasikal dan
kegiatan belajar kurang bervariasi.
Penting untuk menciptakan lingkungan belajar di kelas tempat siswa dapat
terasa akan ilmu sains nya dan menggunakan sains untuk memahami dunia.
Metode dan strategi yang digunakan dalam lingkungan seperti itu, harus
membimbing siswa menuju ke arah ilmu pengetahuan (Demircioglu et al., 2005
:37).
Menurut Ismawati et al., (2014 :23) guru diwajibkan untuk memperhatikan
cara mengajar dan cara siswa belajar dalam memahami konsep-konsep sains.
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan kemampuan
bertanya siswa, agar pemahaman konsep yang diperoleh siswa tidak hanya
bersifat informatif, tetapi siswa terlibat aktif dalam membangun pemahaman
konsep. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa adalah
dengan meningkatkan curiosity siswa atau rasa ingin tahu siswa pada materi
pelajaran. Rasa ingin tahu siswa dapat ditingkatkan dengan memberikan
pembelajaran yang menarik, misalnya kegiatan demonstrasi di awal pembelajaran.
Demonstrasi yang menarik dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa.
Keingintahuan terhadap suatu hal mendorong siswa untuk memperoleh jawaban
atas pertanyaan yang dimilikinya. Salah satu cara untuk mendapatkan jawaban
adalah bertanya kepada guru. Kegiatan bertanya membantu siswa untuk
mengkonstruksi pemahamannya secara mandiri. Pemahaman konsep yang
diperoleh dengan cara mengkonstruksi pemahaman lebih baik dibandingkan
dengan pemahaman yang diperoleh secara informatif pada kegiatan ceramah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dalam penelitian ini adalah:
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian eksperimen ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi
mengenai
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh tentang
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan alternatif dalam memilih model
pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA agar pembelajaran menyenangkan
dan mencapai hasil yang optimal.
3. Bagi Siswa
Membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan literasi sains dan
kreativitas siswa menggunakan model pembelajaran conceptual understanding
procedures.
4. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dan masukan untuk melakukan
pembinaan terhadap guru dan upaya meningkatkan profesionalisme guru di dalam
melakukan suatu proses kegiatan belajar mengajar. Memberikan sumbangan yang
baik bagi sekolah dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran yang dapat meningkatkan mutu sekolah.
1.5 Penegasan Istilah
Penulis perlu menjelaskan istilah-istilah dalam penelitian untuk menghindari
penafsiran yang salah, yaitu sebagai berikut:
BAB 2
TINJUAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.2 Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka dapat disusun
kerangka berpikir yang dapat dilihat pada Gambar 1.
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan pada Gambar 1 , maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.
Penerapan
model
pembelajaran Concetual Understanding Procedures (CUPs) dapat
berpengaruh terhadap kemampuan literasi sains siswa.
2.
Penerapan
model
pembelajaran Concetual Understanding Procedures (CUPs) lebih efektif
dibandingkan
dengan
model
pembelajaran
mempengaruhi kemampuan literasi sains siswa.
konvensional
dalam
BAB 3
METODE PENELITIAN
Download