TUGAS PSIKOSOSIAL TRANSCULTURAL NURSING BUDAYA SUKU SUNDA Disusun oleh : KELOMPOK V 1. Nova Syafriana 2. Risnawati Tanjung 3. Imelda Siringoringo 4. Laura Malyvania 5. Susi Damayanti 6. Nur Asiah Lintang 7. Eko Handoko Panjaitan 8. Rosna Ambarita 9. Melawati Simanjuntak 10. Khairunnisa 11. Mayawi 12. Filianus Hulu 13. Asazaro Ndruru 14. Nova Diansari Ginting 15. Pernando Tambunan 16. Fricella Lumbantoruan 17. Syukri Febri Yanda 18. Jeffry Sion Harianja 19. Arjoni 20. Indah Fitriani 21. Aspri Dermawan 22. Elly Purnama Sari Munthe 23. Nurhasanah 24. Marlina R Sitanggang 25. Martina Hasian Pasaribu 26. Gusti Beatrix Simanjuntak 27. Nur Maladewi 28. Restra Rina 29. Lia Fatmasari 30. Nurmiana 31. Murni Jelita Simanjuntak 32. Roslinda Susi Manalu 33. Dina Marlia 34. Kustiwa 35. Cut Rahmi Safrurrati PROGRAM PENDIDIKAN S1 KEPERAWATAN STIKES FLORA MEDAN TAHUN 2019/2020 KATA PENGANTAR Assalamualikum Wr.Wb Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia. Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikososial keperawatan dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat. Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Psikososial yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami. Wa’alaikumsalam Wr.Wb Medan, 1 Februari 2020 Tim Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang .............................................................................................................. 1 Tujuan ........................................................................................................................... 2 BAB II. TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Etnik dan Budaya ...................................................................................... 3 2.2 Pengertian Transkultural ........................................................................................ 3 2.3 Sejarah perkembangan keluarga Sunda ................................................................. 4 2.4 Aspek Demografi ................................................................................................... 4 2.5 Aspek Psikososial .................................................................................................. 4 2.6 Bentuk keluarga dalam sistem kekerabatan ........................................................... 5 2.7 Aspek budaya ......................................................................................................... 5 2.8 Praktik kesehatan keluarga ..................................................................................... 6 2.9 Implikasi keperawatan keluarga pada Etnik Sunda ............................................... 6 BAB III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 9 3.2 Saran ....................................................................................................................... 9 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuhan Keperawatan merupakan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien baik individu, kelompok, keluarga dan mayarakat dalam keadaan sehat dan sakit secara holistik (biologi, psikologi, sosial, spiritual dan kultural) dalam rentang kehidupan dengan pendekatan proses keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi). Asuhan keperawatan yang diberikan dapat berupa asuhan keperawatan medikal bedah, anak, maternitas, jiwa, gawat darurat, keluarga, komunitas dan gerontik. (Friedman , 1998) Asuhan Keperawatan Keluarga adalah asuhan keperawatan yang tidak kalah penting untuk dibahas, karena asuhan keperawatan keluarga merupakan bagian dari asuhan keperawatan komunitas dimana keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang terdiri dari individu dan kelompok. Keberhasilan kesehatan atau keperawatan keluarga merupakan salah satu tolok ukur dari keberhasilan kesehatan atau keperawatan di komunitas.(Friedman, 1998) Di dalam keluarga terjadi interaksi antar budaya, adaptasi serta mempertahankan budaya dimana budaya merupakan keyakinan atau perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia kepada generasi berikutnya. Karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut : (1) budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada budaya yang sama persis, (2) budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan dan (3) budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri (Leininger, 1978) Dari fenomena diatas dapat dilihat bahwa asuhan keperawatan keluarga tidak lepas dari budaya atau transkultural yang selalu dapat mempengaruhi hasil dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga sehingga perlu menelaah kembali asuhan keperawatan keluarga mulai dari pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi sampai dengan evaluasi dengan pendekatan transkultural sehingga dapat meningkatkan kemampuan keterampilan profesional yang meliputi kemampuan intelektual, teknikal dan interpersonal dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya dalam keluarga. Dalam makalah ini akan membahas asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan transkultural secara teori, aplikasi di lapangan sampai dengan kesenjangan antara teori dan lapanan. I.2 Tujuan A. Tujuan Umum Mahasiswa mampu mendiskripsikan tentang keperawatan transkultural keluarga Sunda B. Tujuan Khusus 1) Mahasiswa mampu mendiskripsikan tentang sejarah perkembangan keluarga Sunda 2) Mahasiswa mampu mendiskripsikan tentang aspek demografi 3) Mahasiswa mampu mendiskripsikan tentang aspek psikososial 4) Mahasiswa mampu mendiskripsikan tentang bentuk keluarga dalam sistem kekerabatan 5) Mahasiswa mampu mendiskripsikan tentang aspek budaya 6) Mahasiswa mampu mendiskripsikan tentang praktik kesehatan keluarga 7) Mahasiswa mampu mendiskripsikan tentang implikasi keperawatan keluarga pada Etnik Sunda 8) Mahasiswa mampu mendiskripsikan tentang pengkajian transkultural keluarga sunda BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Etnik dan Budaya Etnik adalah seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu (kelompok etnik). Sekelompok etnik adalah sekumpulan individu yang mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya ke generasi berikutnya (Handerson, 1981). Etik berbeda dengan ras (race). Ras merupakan sistem pengklasifikasian manusia berdasarkan karakteristik fisik,pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh dan bentuk kepala. Ada tiga jenis ras yang umumnya dikenal, yaitu Kaukasoid, Negroid, Mongoloid. Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan,keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota kemunitas setempat. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keselurahan hasil budi dan karyanya dan sebuah rencana untuk melakukan kegiatan tertentu (Leininger, 1991). Menurut konsep budaya Leininger (1978, 1984), karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut : (1) Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis, (2) budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan, (3) budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari. 2.2 Pengertian Transkultural Transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leininger, 1978). Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. 2.3 Sejarah perkembangan keluarga Sunda Keluarga dalam masyarakat Sunda sebenarnya memiliki dua pengertian, yaitu keluarga dengan pengertian sempit dan pengertian luas. Keluarga dalam pengertian empit berarti keluarga inti atau batih, sedangkan keluarga dalam pengertian luas berarti sanak saudara yang mempunyai ikatan keluarga karena pertalian darah dan perkawinan. Satu keluarga besar disebut sabondoyot atau sakulawedet. Sistem kekerabatan orang Sunda bersifat parental atau bilateral yaitu hak dan kedudukan anggota keluarga dari pihak ayah maupun ibu. Menurut penyelidikan Atmamiharja (1958), kata Sunda mempunyai arti sebagai berikut : Sanskerta : Sunda artinya tenaga, bersinar, nama dewa Wisnu, nama satria buta dalam cerita ”Upa Sunda dan Ni Sunda” Kawai : Sunda artinya air, tumpukan, pangkat, waspada Jawa :Sunda berarti menyusu, berganda, suara, naik, terbang Sunda : Sunda berarti bagus, indah, unggul, menyenangkan (Sudiharto, 2007) 2.4 Aspek Demografi Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berusia 10 tahun atau lebih. Mereka terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Proporsi penduduk yang tergolong angkatan kerja dikenal sebagai tingkat patisipasi angkatan kerja. Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan porsi penduduk yang masuk dalam pasar kerja (bekerja atau mencari pekerjaan). Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya tingkat penyerapan pasar kerja sehingga sehingga angkatan kerja yang tidak terserap disebut pengangguran. (Sudiharto, 2007) 2.5 Aspek Psikososial Menurut Sudiharto (2007) perbedaan kelas sosial dalam keluarga Sunda antara lain : Beberapa pengelompokan utama pada orang Sunda sebagai hasil sistem masyarakat didasarkan pada berbagai kriteria berikut : a) Berdasarkan tempat : Adanya beberapa orang Sunda pada berbagai tempat / daerah b) Berdasarkan keadaan materi : adanya lapisan masyaakat Sunda c) Berdasarkan prestise feodalistik : adanya orang Sunda bangsawan dan rakyat biasa, orang Sunda terpelajar dan tidak terpelajar d) Berdasarkan profesi mata pencaharian : pegawai negeri, pengusaha, petani, buruh, dan lain-lain. 2.6 Bentuk keluarga dalam sistem kekerabatan Sistem kekerabatan orang Sunda bersifat parenta dan bilateral yang berarti hak dan kedudukan anggota keluarga dari pihak ayah dan ibu. Kedudukan suami-istri dalam perkawinan sederajat. Sistem kekerabatannya meliputi hubungan ke atas-ke bawah sampai tujuh tingkatan, dan juga ke samping. Dalam mencari pasangan hidup, stratifikasi sosial sangat berpengaruh. Umumnya memilih orang sederajat tingkat sosial dan garis keturunannya. Sebelumnya, orang tua lebih berperan dalam memilihkan jodoh bagi anak mereka dan selanjutnya anaklah yang menentukan pilihannya.(Sudiharto, 2007) Stratifikasi suku sunda Masyarakat Jawa Barat, yaitu masyarakat Sunda, mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat. Nilai individu sangat tergantung pada penilaian masyarakat. Dengan demikian, dalam pengambilan keputusan, seperti terhadap perkawinan, pekerjaan, dll., seseorang tidak dapat lepas dari keputusan yang ditentukan oleh kaum keluarganya.(Sudiharto, 2007) Komunikasi Vertikal, Hubungan seseorang dengan orang lain dalam lingkungan kerabat atau keluarga dalam masyarakat Sunda menempati kedudukan yang sangat penting. Soalnya, hubungan kekerabatan seseorang dengan orang lain akan menentukan kedudukan seseorang dalam struktur kekerabatan keluarga besarnya, menentukan bentuk hormat menghormati, harga menghargai, kerjasama, dan saling menolong di antara sesamanya, serta menentukan kemungkinan terjadi-tidaknya pernikahan di antara anggotaanggotanya guna membentuk keluarga inti baru.(Suprajitno, 2004) Bahasa yang digunakan oleh suku ini adalah bahasa Sunda. Bahasa Sunda adalah bahasa yang diciptakan dan digunakan sebagai alat komunikasi oleh Suku Sunda, dan sebagai alat pengembang serta pendukung kebudayaan Sunda itu sendiri. Selain itu bahasa Sunda merupakan bagian dari budaya yang memberi karakter yang khas sebagai identitas Suku Sunda yang merupakan salah satu Suku dari beberapa Suku yang ada di Indonesia.(Diana, 2005) 2.7 Aspek budaya Kebudayaan Sunda memiliki ciri khas tertentu yang membedakannya dari kebudayaan–kebudayaan lain. Secara umum masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda, dikenal sebagai masyarakat yang lembut, religius, dan sangat spiritual. Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo silih asih, silih asah dan silih asuh; saling mengasihi (mengutamakan sifat welas asih), saling menyempurnakan atau memperbaiki diri (melalui pendidikan dan berbagi ilmu), dan saling melindungi (saling menjaga keselamatan). Selain itu Sunda juga memiliki sejumlah nilai-nilai lain seperti kesopanan, rendah hati terhadap sesama, hormat kepada yang lebih tua, dan menyayangi kepada yang lebih kecil. Pada kebudayaan Sunda keseimbangan magis di pertahankan dengan cara melakukan upacaraupacara adat sedangkan keseimbangan sosial masyarakat Sunda melakukan gotong-royong untuk mempertahankannya. Budaya lebih terlihat pada jenis makanan yang disenangi oleh masyarakat Sunda seperti lalapan dan ikan yang dipandang sebagai makanan khas Sunda yang telah dikenal oleh orang-orang didalam dan luar negeri. Minuman khas orang Sunda diantaranya air bening / mineral, bandrek, bajigur, es cincau, dan tuak.Bila kita telaah sajian makanan orang Sunda, kandungan lemaknya sedikit. Oleh karena itu anak-anak Sunda beresiko mengalami defisiensi vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K).(Sudihart, 2007) 2.8 Praktik kesehatan keluarga Dalam praktik kesehatan, anggota keluarga Sunda menggunakan orang pintar (dukun). Hal ini masih mendominasi upaya menolong anggota keluarganya yang mengalami gangguan kesehatan. Selain ke dukun, biasanya ke kyai, selanjutnya apabila tidak sembuh-sembuh, biasanya mereka baru pergi ke petugas kesehatan. Keluarga Sunda percaya bahwa apabila sakit lebih memilih membeli obat di warung atau pergi ke dukun yang dipercayai. Hal tersebut dipraktikkan oleh keluarga Sunda terutama keluarga golongan menengah ke bawah. (Sudiharto, 2007) 2.9 Implikasi keperawatan keluarga pada Etnik Sunda Menurut Sudiharto (2007) asuhan keperawatan keluarga pada etnik Sunda sebaiknya dilakukan dengan menggunakan pendekatan budaya (transkultural nursing). Pendekatan budaya dilakukan karena dipandang lebih sensitif. Pendekatan budaya bermakna bahwa asuhan keperawatan keluarga dimulai dari keinginan keluarga, kebiasan keluarga, sumber daya keluarga, dan nilai-nilai keluarga. Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga sebaiknya mengimpliasikan hal-hal berikut : 1) Menghargai struktur dan sistem nilai yang dianut keluarga 2) Batasan sehat sakit menurut keluarga 3) Aktualisasi praktik kesehatan Sunda 4) Meningkatkan keterbatasan regimen terapeutik keluarga Sunda A. Pengkajian transkultural keluarga sunda Menurut Leininger 1978 pengkajiannya meliputi : 1) Faktor teknologi (tecnological factors) Keluarga sunda mempunyai budaya yang terbuka dalam informasi tehnologi kesehatan. Keluarga sunda juga masih menggunakan tehnologi kesehatan yang tradisional “borehan(urut menggunakan minyak cimande)”, “Dukun” 2) Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors) Sejarah sunda dibidang keagamaan dan kepercayaan pada dasarnya mengalami empat periode yaitu : masa animisme dan dinamisme, masa pengaruh hindu, masa pengislaman, serta masa pengaruh agama katolik dan protestan. Sekarang masyarakat sunda banyak menganut agama islam Banyak ungkapan pamali/codu yaitularangan yang diwariskan turun – temurun dari generasi ke generasi lanjutnya 3) Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors) Sistem kekerabatan orang Sunda bersifat parenta dan bilateral yang berarti hak dan kedudukan anggota keluarga dari pihak ayah dan ibu. Kedudukan suami-istri dalam perkawinan sederajat. Perkawinan orang sunda memilih orang sederajat tingkat sosial dan garis keturunannya.jika tidak sederajat akan menimbulkan masalah yang tidak baik bagi yang bersangkutan, keluarga dan lingkungan sekitarnya. Perbedaan kelas sosial dalam keluarga Sunda antara lain : a) Berdasarkan tempat : Adanya beberapa orang Sunda pada berbagai tempat / daerah b) Berdasarkan keadaan materi : adanya lapisan masyaakat Sunda c) Berdasarkan prestise feodalistik : adanya orang Sunda bangsawan dan rakyat biasa, orang Sunda terpelajar dan tidak terpelajar d) Berdasarkan profesi mata pencaharian e) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Kebudayaan Sunda memiliki ciri khas tertentu yang membedakannya dari kebudayaan–kebudayaan lain. Secara umum masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda, dikenal sebagai masyarakat yang lembut, religius, dan sangat spiritual. Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo silih asih, silih asah dan silih asuh; saling mengasihi (mengutamakan sifat welas asih), saling menyempurnakan atau memperbaiki diri (melalui pendidikan dan berbagi ilmu), dan saling melindungi (saling menjaga keselamatan). Selain itu Sunda juga memiliki sejumlah nilai-nilai lain seperti kesopanan, rendah hati terhadap sesama, hormat kepada yang lebih tua, dan menyayangi kepada yang lebih kecil. Pada kebudayaan Sunda keseimbangan magis di pertahankan dengan cara melakukan upacaraupacara adat sedangkan keseimbangan sosial masyarakat Sunda melakukan gotong-royong untuk mempertahankannya. 4) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors) Kebijakan pemerintah : meningkatkan fasilitas dan sarana kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang tinggi memiliki komitmen yang kuat untuk menolong yang lebih membutuhkan, memiliki komitmen yang kuat untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan dan upacara adat, memiliki ikatan budaya yang kuat tercermin pada pola asuh anak misalnya tetap menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa ibu, dan memandang tampilan figur fisik sebagai suatu ukuran yang bersifat dominan 5) Faktor ekonomi (economical factors) Pekerjaan yang banyak dilakukan “ Petani 85 %,pedagang, membuat kerajinan tangan dan buruh ( pabrik, nelayan, perajin)” 6) Faktor pendidikan (educational factors) Mengenal pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi terdapat fleksibilitas dalam pendidikan BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. KESIMPULAN 1. Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya 2. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal 3. Asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan Transkultural akan mendapatkan data yang lebih lengkap dan mengena karena lebih mendekatkan pada pengkajian budaya yang merupakan bagian dari latar belakang keluarga 3.2. SARAN 1. Perlu penambahan data pengkajian budaya /transkultural pada pengkajian asuhan keperawatan keluarga 2. Perlu modifikasi bentuk format terutama untuk keluarga dengan latar belakang budaya yang kental yang dapat mempengaruhi kesehatan dan keperawatan DAFTAR PUSTAKA Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed, Philadelphia, JB Lippincot Company Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and Case Studies, Ditelusuri tanggal 29 Januari 2020 dari (http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing) Fitzpatrick. J.J & Whall. A.L, (1989), Conceptual Models of Nursing : Analysis and Application, USA, Appleton & Lange Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment and Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc Iyer. P.W, Taptich. B.J, & Bernochi-Losey. D, (1996), Nursing Process and Nursing Diagnosis, W.B Saunders Company, Philadelphia Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing : Concepts, Theories, Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw HillCompanies Swasono. M.F, (1997), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks Budaya, Jakarta, UI Press Royal College of Nursing (2006), Transcultural Nursing Care of Adult ; Section One Understanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing Care Ditelusuri tanggal 29 JANUARI 2020 dari (http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing)