KELOMPOK 1 1. Zaman Purba Tujuan pendidikan saat itu adalah agar generasi muda dapat mencari nafkah, membela diri dan hidup bermasyarakat. Belum ada pendidikan formal, maka kurikulum pendidikannya meliputi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan mengenai agama. Kurikulum pendidikannya meliputi pengetahuan, sikap dan nilai mengenai kepercayaan melalui upacaraupacara keagamaan dalam rangka menyembah nenek moyang, pendidikan keterampilan mencari nafkah (khususnya bagi anak laki-laki) dan pendidikan hidup bermasyarakat serta bergotong royong melalui kehidupan riil dalam masyarakatnya. Pendidiknya terutama adalah para orangtua (ayah dan ibu), dan secara tidak langsung adalah para orang dewasa di dalam masyarakatnya. Sekalipun ada yang belajar kepada empu, apakah kepada pandai besi atau kepada dukun jumlahnya sangat terbatas, utamanya adalah anak-anak mereka sendiri. 2. Zaman Kerajaan Hindu-Budha Pendidikan bersifat aristokratis, artinya masih terbatas hanya untuk minoritas yaitu anak-anak kasta Brahmana dan Ksatria, belum menjangkau masyarakat mayoritas, yaitu anak-anak kasta Waisya dan Syudra, apalagi bagi anak-anak dari kasta Paria. Tujuan pendidikan umumnya agar menjadi penganut agama yang taat, mampu hidup bermasyarakat, mampu membela diri, dan membela negara. Kurikulum pendidikannya meliputi agama, bahasa sansekerta termasuk membaca dan menulis (huruf Palawa), kesusasteraan, keterampilan memahat atau membuat candi, dan bela diri (ilmu berperang). Sesuai dengan jenis lembaga pendidikannya (perguruan), maka metode atau cara-cara pendidikannya adalah Sistem Gurukula. 3. Zaman Kerajaan Islam Tujuan pendidikan pada zaman kerajaan Islam diarahkan agar manusia bertaqwa kepada Allah S.W.T., sehingga mencapai keselamatan di dunia dan akhirat melalui iman, ilmu dan amal. Kurikulum pendidikannya tidak tertulis (tidak ada kurikulum formal). Pendidikan berisi tentang tauhid (pendidikan keimanan terhadap Allah S.W.T.), Al-Qur’an, hadist, fikih, bahasa Arab termasuk membaca dan menulis huruf Arab. Pendidikan dilakukan dengan metode yang bervariasi, tergantung dengan sifat materi pendidikan, tujuan, dan peserta didiknya. Contoh metode yang sering digunakan adalah: ceramah atau tabligh dan sorogan (cara-cara belajar individual). Selain itu dilakukan pula melalui media dan cerita-cerita yang telah digunakan para pandita Hindu-Budha, hanya saja isi ajarannya diganti dengan ajaran yang Islami. 4. Zaman Pengaruh Portugis dan Spanyol Pengaruh bangsa Portugis dalam bidang pendidikan utamanya berkenaan dengan penyebaran agama Katholik. Demi kepentingan tersebut, tahun 1536 mereka mendirikan sekolah (Seminarie) di Ternate, selain itu didirikan pula di Solor. Kurikulum pendidikannya berisi pendidikan agama Katolik, ditambah pelajaran membaca, menulis dan berhitung. Pendidikan diberikan bagi anak-anak masyarakat terkemuka. 5. Zaman kolonial Belanda Kondisi pendidikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah kolonial belanda sesuai kepentingan penjajahan dan pendidikan yang dilaksanakan oleh kaum pergerakan sebagai sarana perjuangan demi mencapai kemerdekaan. Ciri-ciri pendidikan zaman itu adalah minimnya partisipasi bagi rakyat hanya untuk bangsa belanda dan putera golongan priayi, pendidikan bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja murah atau pegawai rendahan. Implikasi dari kondisi politik, ekonomi, dan sosial-budaya di Indonesia pada zaman ini, secara umum dapat dibedakan dua garis penyelenggaraan pendidikan, yaitu: Pertama, pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda; Kedua, pendidikan yang diselenggarakan oleh rakyat dan Kaum Pergerakan Kebangsaan (Pergerakan Nasional) sebagai sarana perjuangan demi merebut kembali kemerdekaan dan sebagai upaya rintisan ke arah pendidikan nasional. Pendidikan pada masa penjajahan Belanda dilakukan oleh VOC dengan tujuan untuk misi keagamaan khususnya agama Protestan, bukan untuk misi intelektualitas. Adapun tujuan lainnya adalah untuk menghasilkan pegawai administrasi rendahan di pemerintahan dangereja. Kurikulum pendidikannya berisi pelajaran agama Protestan, membaca dan menulis. Kurikulum pendidikan belum bersifat formal (belum tertulis), dan lama pendidikannya pun tidak ditentukan dengan pasti. Murid-muridnya berasal dari anak anak pegawai, sedangkan anak-anak rakyat jelata tidak diberi kesempatan untuk sekolah. 6. Zaman Kedudukan Jepang pada masa Jepang dihapusnya sistem dualisme pengejaran, berbagai jenis sekolah rendah yang diselenggarakan pada zaman pemerintahan Belanda dihapuskan. Sehingga hanya ada satu sekolah rendah, yaitu Sekolah Rakyat 6 tahun ( Kokimin Gakkoo ) 7. Pendidikan Sesudah Kemerdekaan Perkembangan pendidikan sesudah kemerdekaan terbagi mejadi 2 priode yaitu: 1) Kondisi Pendidikan Periode 1945 – 1969, pada masa awal kemerdekaan terdapat perubahanperubahan yang medasar dari pendidikan Indonesia. Pertama, Revolusi Fisik Kemerdekaan diamana jenjang pendidikan disempurnakan menjadi SMTP dan SMTA dan mulai mempersiapkan sistem pendidikan nasional sesuai dengan amanat UUD 1945. Menteri pendidikan, pengajaran dan kebudayaan mengintruksikan agar membuang sistem pendidikan kolonial dan mengutamakan patriotisme. Rancangan UU yang dihasilkan : UURI no. 4 tahun 1950 tentang dasardasar pendidikan dan pengajaran di sekolah. Kedua, mengenaidasar Pendidikan Nasional mulai tanggal 18 Agustus 1945, sejak PPKI menetapkan UUD 1945 sebagai konstitusi negara yang didalamnya memuat pancasila, implikasinya bahwa sejak saat itu dasar sistem pendidikan nasional kita adalah Pancasila dan UUD 1945. Tiga, lahirnya LPTK pada Tingkat Universiter, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan mendorong Prof. Moh. Yamin mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). Atas dasar konferensi antar FKIP negeri seluruh Indonesia maka lembaga pendidikan tenaga guru ( PGSLP, Kursus BI, BII, dan PTPG) diintegrasikan dalam FKIP pada Universitas. Kemudian didirkan IKIP yang berdiri sendiri sebagai pindahan dari PTPG sesuai dengan UU PT No. 22 tahun 1961. 2) Kondisi Pendidikan Priode 1969 – 1993, selama kurun waktu pelita I-V, pendidikan Indonesia mengalami banyak kemajuan. Pada masa ini masyarakat dan pemerintah Indonesia sudah memiliki rasa kepedulian yang tinggi mengenai pendidikan dan merencanakan serta memutuskan secara matang peraturan-peraturan yang akan berlaku berkaitan dengan pendidikaan di Indonesia. Bukti bahwa semakin mantapnya sistem pendidikan nasional dengan disahkannya Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta sejumlah Peraturan Pemerintah yang menyertainya.Sebagai penjabaran Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional disahkan 8 Peraturan Pemerintah (PP) yaitu :a) PP No. 27/1990 tentang Pendidikan Prasekolah, b) PP No. 28/1990 tentang Pendidikan Dasar, c) PP No. 29/1990 tentang Pendidikan Menengah, d) PP No. 30/1990 tentang Pendidikan Tinggi (kemudian diganti PP No. 60/1999), e) PP No. 72/1991 tentang Pendidikan Luar Biasa, f) PP No. 73/1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah, g)PP No. 38/1992 tentang Tenaga Kependidikan, h) PP No. 39/1992 tentang Peran serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional. KELOMPOK 2 1. Ciri-ciri sitem pendidikan Hindu-Budha untuk setiap kasta: 1) Bagi kaum Brahmana (kasta tertinggi), pendidikan bertujuan untuk menguasai kitab suci (Weda untuk Hindu dan Tripitaka untuk Budha) sebagai sumber kebenaran dan pengetahuan yang universal.(2) Bagi golongan Ksatria sebagai raja yang berkuasa, pendidikan bertujuan untuk memiliki pengetahuan teoritis yang berkaitan tentang pengaturan pemerintahan (kerajaan).(3) Bagi rakyat biasa, pendidikan bertujuan agar warga masyarakat memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup, sesuai dengan pekerjaan yang secara turun temurun. Misalnya keterampilan bercocok tanam, pelayaran, perdagangan, seni pahat dan sebagainya. 2. Jenis-jenis pendidikan masa Hindu-Budha dan manfaatnya: Pendidikan Intelektual Kegiatan pendidikan ini dikhususkan untuk menguasai kitab-kitab suci. Pendidikan intelektual juga berkaitan dengan penguasaan doa dan mantera, yang berkaitan dengan penguasaan alam semesta, pengabdian kepada Syiwa dan Budha Gautama. Pendidikan Kesatriaan Kegiatan pendidikan ini dilakukan untuk mendidik kaum bangsawan keluarga istana kerajaan, untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan yang berkaitan dengan mengatur pemerintahan (kerajaan), mengatur Negara, dan belajar untuk berperang. Pendidikan Keterampilan Pendidikan keterampilan dan pendidikan kesatriaan merupakan pendidikan kegiatan yang deprogram secara tertib(dalam arti pendidikan bagi kaum Brahmana dan bangsawan (keluarga raja) KELOMPOK 3 membaca dan menerangkan pelajaran sedangkan 1. Jelaskan pengaruh perkembangan islam dimasa siswa mempelajari atau mendengar saja, hampir awal2 perkembangan islam mirip dengan sistem klasikal yang berlaku Sebelum Islam masuk dan berkembang, sekarang. Sistem ini mendidik palajar belajar Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang secara mandiri. dipengaruhi oleh Agama Hindu-Budha. Dengan b. Meunasah, Rangkang dan Dayah masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami Di tinjau dari segi pendidikan, meunasah adalah proses akulturasi (proses bercampurnya dua atau lembaga pendidikan awal bagi anak-anak yang lebih kebudayaan) yang melahirkan kebudayaan dapat di samakan dengan tingkatan sekolah dasar. baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Di Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu- menulis/membaca huruf Arab, ilmu agama dalam Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari bahasa Jawi (Melayu), dan akhlak. Rangkang proses akulturasi tersebut tidak hanya bersifat adalah tempat tinggal murid yang di bangun di kebendaan/material sekitar masjid. Sistem pendidikan di Rangkang ini tetapi juga menyangkut meunasah para murid di ajarkan perilaku masyarakat Indonesia. sama dengan sistem pendidikan di pesantren, Wujud budaya yang sudah mengalami proses murid-murid duduk membentuk lingkaran dan si akulturasi diantaranya bentuk bangunan masjid guru menerangkan pelajaran, berbentuk halakah, dan proses metode yang disampaikan di dunia pesantren di pendidikan Islam di Indonesia. Kebanyakan sebut dengan sorogan dan wetonan. Sistem masjid di Indonesia terutama di Jawa berbentuk pendidikan yang dikembangkan di dayah atau seperti pendopo yang berbentuk bujur sangkar. rangkang Selain itu atap masjid berbentuk tumpang. Ini dikembang di pesantren-pesantren di Jawa atau merupakan perpaduan dengan Hindu dimana surau-surau di Sumatera Barat, yakni bisa ditinjau tumpang dalam Agama Hindu menghiasi pura. dari berbagai segi, yaitu (1) ditinjau dari segi Atap ini sangat berbeda dengan atap-atap masjid materi pelajarannya, yang diajarkan adalah mata di Timur Tengah sebagai asal Islam. Akan tetapi pelajaran agama semata-mata yang bertitik tolak dalam Islam tidak ada aturan khusus dalam kepada kitab-kitab klasik. . (2) Ditinjau dari segi masalah atap masjid, yang terpenting dapat metodenya adalah dijadikan sebagai tempat sholat. muedeubat. (3) 2. jelaskan sistem pend.di Indonesia di masa awal pembelajaran adalah non-klasikal, yakni santri perkembangan islam (aneuk dayah) tidak dibagi berdasarkan tingkatan a. Masjid dan Langgar kelas, tetapi berdasarkan kitab yang dipelajarinya. Selain dari fungsi utama masjid dan langgar (4) Ditinjau dari segi manajemen pendidikan, difungsikan juga untuk tempat pendidikan di maka di lembaga pendidikan ini tidak mengenal tempat ini dilakukan pendidikan buat orang nomor induk pelajar, ada rapor, ada sertifikat dan dewasa maupun anak-anak. Sistem pengajaran di lain sebagainya. Surau di artikan tempat (rumah) masjid sering memakai sistem halaqah, yaitu guru ummat Islam melakukan ibadahnya (shalat, menara yang berperan dalam tidak berbeda dengan hafalan, Ditinjau dari apa meudrah segi yang dan sistem mengaji dan sebagainya). Sistem pendidikan di surau banyak kemiripannya dengan sistem madrasah walaupun sudah berada dibawah naungan Departemen Agama tetapi hanya sebatas pembinaan dan pengawasan. pendidikan di pesantren. Murid tidak terikat dengan sistem administrasi yang ketat. Syekh atau guru mengajar dengan metode bendongan dan sorongan, ada juga murid yang berpindah ke surau lain apabila dia sudah merasa cukup memperoleh ilmu di surau terdahulu. KELOMPOK 4 1. Jelaskan pend.formal dan non formal bercorak islam di masa sebelum dan sesudah kemerdekaan a. Periode Sebelum Kemerdekaan Pendidikan dan pengajaran agama Islam dalam bentuk pengajaran Al-Qur’an dan pengajian kitab yang diselenggarakan di rumah-rumah, surau, masjid, pesantren, dan lain-lain. Pada perkembangan selanjurtnya mengalami perubahan bentuk baik dari segi kelembagaan, materi pengajaran, metode maupun struktur organisasinya, sehingga melahirkan suatu bentuk yang baru yang disebut madrasah b. Periode Sesudah Kemerdekaan Setelah kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, kemudian pada tanggal 3 januari 1946 dibentuklah Departemen Agama yang akan mengurus masalah keberagamaan di Indonesia termasuk didalamnya pendidikan, khususnya madrasah. Namun pada kemerdekaan selanjutnya 2. adakah persamaan dan perbedaan sistem pend.nonformal bercorak islam sebelum dan setelah adanya SKB Sistem pendidikan madrasah mulai tersebar di mana-mana sistem itu terbagi menjadi dua, yaitu: madrasah yang khusus memberikan pendidikan dan pengajaran agama di sebut Madrasah Diniyah kemudian madrasah yang di samping memberikan pengajaran agama juga memberi pelajaran umum. Untuk tingkat dasar di sebut Madrasah Ibtidaiyah, untuk tingkat menengah pertama di sebut Madarsah Tsanawiyah, dan untuk tingkat menengah atas di sebut Madrasah Aliyah. Di dorong oleh keinginan memberi bekal pada anak-anak agar dapat menyesuaikan diri dalam dunia modern maka selain di madrasah di ajarkan agama seperti tersebut di atas juga di ajarkan ilmu pengetahuan umum. Sebagai contoh dapat di lihat Rencana Pelajaran Madrasah Tajhiziyah Masrulah Tanjung Pura Langkat tahun 1927-1942. Berdasarkan SKB3M (Surat Keputusan Bersama 3 Menteri) ini, pengetahuan umum dan pengetahuan agama di berikan di madrasah berbanding 70% (umum) dan 30% (agama). Adapun tujuan pokok dari SKB3M (surat keputusan 3 menteri) ini agar mutu pengetahuan umum di madrasah sama dengan di sekolah umum sederajat, oleh karena itu ijasah dai madrasah di samakan dengan ijazah sekolah umum yang sederajat yaitu ijazah Madrasah Itidiyah= SD, Madrasah Sanawiyah= SMP Madrasah Aliyah= SMA. KELOMPOK 5 1. Jelaskan ciri2 pokok sistem pend.di jenjng dasar, menengah dan tinggi pd masa kependudukan belanda 2. VOC SESUDAH REFORMASI PROSES EVALUASI TUJUAN PENDIDIKAN KELOMPOK 6 1. jenis2 persekolahan yg berkembang pd masa belanda & perbedaanyadari segi mata pelajaran, tempat pembelajaran dan lama kependudukan PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH KELAS 1 MATA PELAJARAN TEMPAT PEMBELAJARAN SEKOLAH KELAS 2 meliputi pelajaran membaca, menulis, dan berhitung Sekolah Kelas Dua menggunakan berbagai macam gedung sebagai tempat belajar, yakni(1) di gereja, . (2) Sekolah yang didirikan oleh penduduk, yang biasanya tidak memenuhi syarat. (3) Rumah sewaan, tangsi militer, atau benteng tua, . (4) Sekolah yang dibangun pemerintah berdasarkan biaya yang tersedia. SEKOLAH DESA . Di samping pelajaran membaca, menulis, dan berhitung juga diajarkan kerajianan membuat keranjang, pot, genteng dan sebagainya Yang digunakan sebagai tempat belajar sementara ialah pendopo, Sebidang tanah dipagari sebagai tempat untuk menggembala kerbaukerbau saat mereka sedang belajar yang diawasi oleh seorang yang dewasa Europese Lagere School(ELS) SEMUA MAPEL TERMASUK MEMPELAJARI BAHASA BELANDA Hollands Chinese School (HCS) Pada mulanya Bahasa Belanda termasuk dalam kurikulum. MEMPELAJARI B. PERANCIS DAN INGGRIS (1) membaca dan menulis dalam bahasa daerah dalam huruf daerah dan latin, (2)membaca dan menulis dalam bahasa melayu, (3) berhitung, (4) ilmu bumi Indonesia, (5) ilmu alam, (6) sejarah pulau tempat tinggal, (7) menggambar, dan (8) mengukur tanah. LAMA KEPENDUDUKAN Sekolah Kelas Satu, yang dikhususkan bagi anakanakkaum bangsawan lamanya 5 tahun. Mulai tahun 1912 bahasa Belanda di ajarkan sejak kelas 1 dan lama belajar diperpanjang menjadi 7 tahun Perbedaan lama belajar juga cenderung hilang setelah menambah kelas 4 dan kelas 5. ELS menetukan pola sekolah rendah 7 tahun, yang kemudian diikuti oleh HCS dan HIS Kurikulum HCS sama dengan ELSagar dapat memberikan pendidikan yang murni kepada anakanak cina. PENDIDIKAN MENENGAH MATA PELAJARAN Meer Uitgebreid bahasa belanda sebagai bahasa pengantar. Program kurikulum terdiri atas 4 bahasa: Belanda, Perancis, Inggris, dan Jerman. Setengah dari waktu digunakan untuk pelajaran bahasa, sepertiga untuk matematika dan ilmu pengetahuan alam, dan seperenam untuk ilmu pengetahuan sosial. Lager Onderwijs (Mulo) Algemene Middelbare School (AMS) Hogere Burger School (HBS) TEMPAT PEMBELAJARAN LAMA KEPENDUDUKAN 3 -4TAHUN (SETARA SMP) 3 TAHUN ( SETARA AMS menggunakan sekolah AMS hanya ada di pengantar bahasa Belanda beberapa ibu kota provinsi Hindia SMA) dan pada tahun 1930-an Belanda yaitu Medan (Sumatera), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur), Makassar (Indonesia Timur). Selain itu AMS ada di Yogyakarta (Kasultanan Yogyakarta), Surakarta (Kasunanan Surakarta) dan beberapa kota Karesidenan seperti di Malang bahasa Belanda sebagai Pada waktu itu HBS hanya ada di 3 tahun bahasa pengantarnya kotaSurabaya,Semarang,Bandung, Jakarta dan Medan, sedangkan AMS ada di kota Jakarta, Bandung, Medan, Yoyakarta dan Surabaya PENDIDIKAN KEJURUAN Sekolah Pertukangan (Amachts leergang) sekolah berbahasa daerah dan menerima sekolah lulusan bumi putra kelas III (limatahun). bertujuan untuk mendidik tukang-tukang Sekolah Pertukangan sekolah pertukangan berbahasa pengantar Belanda dan lamanya sekolah tiga (Ambachtsschool) tahun menerima lulusan HIS, HCS atau Schakel. Bertujuan untuk mendidik dan mencetak mandor jurusanya antara lain montir mobil, mesin, listrik, kayu dan piñata batu. Sekolah Teknik kelanjutan dari Ambachtsschool, berbahasa Belanda, lamanya sekolah 3 tahun. (Technish Onderwijs) bertujuan untuk mendidik tenaga-tenaga Indonesia untuk menjadi pengawas, semacam tenaga teknik menengah dibawah insinyur. 4. Pendidikan Tinggi (Hooger Onderwijs) Sekolah Tehnik Tinggi (Technische Hoge School) Sekolah Tehnik Tinggi ini yang diberi nama THS didirikan atas usaha yayasan pada tahun 1920 di Bandung. THS adalah sekolah Tinggi yang pertama di Indonesia, lama belajarnya lima tahun. Sekolah ini kemudian menjelma menjadi ITB. Sekolah Hakim Tinggi (Rechskundige Hoge school). RHS didirikan pada tahun 1924 di Jakarta. Lama belajarnya 5 tahun, yang tama AMS dapat diterima di RHS. Tamatan ini dijadikan jaksa atau hakim pada pengadilan. Pendidikan Tinggi kedokteran Lembaga ini di Indonesia di mulai dari sekolah dasar lima tahun. Bahasa pengantarnya bahasa melayu .pada tahun 1902 sekolah dokter jawa diubah menjadi STOVIA (School Tot Opleiding Voor Indische Artsen) yang menerima lulusan ELS, dan berbahasa pengantar Belanda. Lama belajarnya 7 tahun. Kemudian syarat penerimaannya ditingkatkan menjadi lulusan MULO. Pada tahun 1913 disamping STOVIA di Jakarta didirikan sekolah tinggi kedokteran (Geneeskundige Hogeschool) Yang lama belajaranya 6 tahun dan menerima lulusan AMS dan HBS. KELOMPOK 7 1.Perbedaan sistem pend.zaman VOC & Jepang dilihat dari tujuan, sistem pend., proses pembelajaran