MODUL 4 KEGIATAN BELAJAR 1 KEMAMPUAN DASAR DALAM KEGIATAN MEMBACA A. MEMBACA DALAM HATI Kecepatan dalam hati jauh lebih cepat dibandingkan dengan membaca bersuara. Sehubungan dengan membaca dalam hati, menurut Tarigan (1993 : 30 – 31) secara garis besar kita dapat membedakannya atas dua jenis kegiatan membaca, yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif. Masih menurutnya, yang tergolong jenis membaca ekstensif adalah membaca survei (survey reading), membaca sekilas (skimming), dan membaca dangkal (superficial reading). Kemudian, yang tergolong jenis membaca intensif, yaitu membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Selanjutnya, membaca telaah isi tesebut terdiri atas jenis membaca teliti, membaca pemahaman,membaca kritis, dan membaca ide. Berikutnya, membaca telaah bahasa terdiri atas membaca bahasa dan mambaca sastra. 1. Membaca Wacana Informatif Sebagian informasi yang berlimpah tersebut tersedia dalam wujud bahan bacaan berupa Koran, majalah, jurnal, buku, serta surat elektronik (email), artikel, dan berita/artikel yang disampaikan melalui internet. Ada beberapa strategi membaca yaitu : a. Membaca memindai Kita perlu memindai judul-judul buku dalam kartu katalog dan kode-kode buku di rak sebelum memutuskan mengambil satu atau dua buah buku dari suatu rak, dan kita perlu memindai daftar makanan dan minuman di sebuah restoran sebelum memutuskan memesan makanan dan minuman. Jenis kegiatan membaca seperti ini disebut membaca memindai, yang sering pula disebut membaca scanning (Mikulecky, 1990 : 138). Jenis kegiatan membaca lain yang juga dapat disebut membaca memindai, yaitu membaca dengan cepat sesuatu bahan bacaan untuk mendapatkan sesuatu kesan awal atau untuk menemukan sesuatu yang kita cari yang mungkin terdapat di dalamnya. Sebagian pakar menamakan kegiatan membaca demikian dengan istilah membaca skimming (Mikulecky, 1990 : 138) Berdasarkan uraian tersebut, kita dapat mengatakan bahwa terdapat dua jenis membaca memindai, yaitu scanning dan skimming. Oleh karena itu kita dan para murid perlu berlatih agar dapat memanfaatkan kedua jenis keterampilan membaca tersebut. 1) Scanning Mikulecky (1990 : 49 – 51) memberi penjelasan mengenai jenis kegiatan membaca yang disebut scanning. Scanning adalah keterampilan membaca yang bertujuan menemukan informasi khusus dengan sangat cepat. Keterampilan membaca scanning hanya dapat diperoleh dengan melakukan latihan-latihan. Dalam scanning kita hanya perlu menangkap kata kunci yang menandai informasi yang kita cari. Tentu saja latar belakang pengetahuan pembaca turut menentukan kecepatan seseorang dalam membaca scanning. Iklan jenis tersebut terletak setelah iklan mengenai computer maka orang tersebut berkemungkinan akan dapat membaca scanning dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pengetahuan mengenai letak iklan yang dimaksud itu sebelumnya bila luas jangkauan pendangan mata dan kecepatan berpindah pandangan mereka relative sama. 2) Skimming Menurut Fry dalam Mikulecky (1990 : 138), skimming memiliki kesamaan dengan scanning, yaitu memerlukan kecepatan membaca yang tinggi. Namun, skimming memiliki perbedaan dengan scanning dalam hal berikut : scanning merupakan jenis membaca cepat dengan tujuan untuk menemukan informasi khusus dalam suatu teks. Berbeda dengan itu, skimming menuntut pembaca memiliki kemampuan memproses teks dengan cepat guna memperoleh gambaran umum mengenai teks tersebut. Dalam hal ini, melalui skimming pembaca memperoleh kesan umum mengenai bentuk dan isi teks, yaitu mengenai organisasi, gaya, dan focus tulisan, gagasan-gagasan utama yang disampaikan dan sudut pandang penulis, termasuk mengenai kaitan teks dengan kebutuhan dan minat pembaca. Kata-kata yang menyatakan suatu petunjuk (lexical clues), dan kemampuan menemukan ide pookdari suatu bacaan. b. Membaca pemahaman Kita menggunakan istilah membaca pemahaman guna merujuk kepada jenis kegiatan memabca dalam hati yang dilakukan untuk memperoleh pengertian tentang sesuatu atau untuk tujuan belajar sehingga memperoleh wawasan yang lebih luas tentang sesuatu yang dibaca. Tarigan (1993) menyebut jenis kegiatan membaca ini dengan istilah membaca teliti. Namun, kita tidak menggunakan istilah membaca teliti mengingat ada kesan bahwa membaca teliti selalu dilakukan dengan lambat. Selain itu, cakupan konsep membaca pemahaman ini tidak sama persis dengan cakupan konsep membaca dalam hati yang dikemukakan oleh Tarigan (1993). 1) Prabaca (previewing) Guna mendapatkan gambaran umum mengenai bahan bacaan yang akan kita baca, kita hendaknya melakukan kegiatan prabaca (previewing). Kegiatan prabaca akan memberikan pemahaman awal kepada kita mengenai bahan bacaan yang dihadapi. Kegiatan prabaca (previewing) yang perlu kita lakukan ketika akan membaca sebuah buku, antara lain berikut ini. a) Bacalah halaman judul buku dan halaman copyright. b) Bacalah daftar isi. c) Lakukan skimming terhadap bagian (bab) pendahuluannya. d) Perhatikan halaman pertama pada setiap bab. e) Lakukan skimming terhadap bab terakhir karena biasanya bab terakhir merupakan kesimpulan atau rangkuman dari isi buku. f) Perhatikan pula bagian akhir buku, apakah terdapat indeks, glosarium, daftar pustaka, dan hal lain yang dapat membantu memahami isi buku. 2) Pendugaan (predicting) Ketika melakukan dugaan, kita berupaya mendapatkan informasi: a) Jenis bahan bacaan yang akan kita baca, b) Apa yang sudah kita ketahui dan apa yang belum mengenai isi bacaan. c) Seberapa teliti kita harus membaca suatu bahan bacaan. 2. Membaca dengan Kecepatan Bervariasi dan Menandai Bahan Bacaan Untuk memperoleh pemahaman yang utuh mengenai bahan bacaan yang benar-benar baru bagi kita, kita perlu menggunakan keterampilan membaca skimming terhadap seluruh isi bacaan, kemudian membaca ulang dengan tempo yang lebih lambat bagian-bagian yang memerlukan ketelitian. Berdasarkan hasil prabaca dan dugaan yang sudah kita lakukan, mungkin untuk bagian-bagian yang sudah kita pahami, kita baca dengan sangat cepat (skimming) guna memperoleh kesan umum dan dibaca ulang dengan teliti bagian-bagian yang kita anggap perlu untuk itu. 3. Membuat Rangkuman Dalam belajar bahasa, kegiatan membaca bersuara sangat besar kontribusinya terhadap belajar berbicara, belajar mengucapkan kelompok kata, kalimat dan bahkan mengucapkan suatu wacana utuh dengan benar melalui membaca bersuara. Membaca bersuara merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pembaca bersama-sama dengan pendengar untuk menangkap informasi dari suatu bacaan atau untuk menikmati bacaan. B. MEMBACA BERSUARA Dalam belajar bahasa, kegiatan membaca bersuara sangat besar kontribusinya terhadap belajar berbicara. Belajar mengucapkan kelompok kata, kalimat dan bahkan mengucapkan suatu wacana utuh dengan benar melalui membaca bersuara. Membaca bersuara merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pembaca bersama-sama dengan pendengar untuk mengungkapkan informasi dari suatu bacaan atau untuk menikmati bacaan. MODUL 4 KEGIATAN BELAJAR 2 KEMAMPUAN DASAR DALAM KEGIATAN MEMBACA A. MEMBACA NASKAH PIDATO Dalam berpidato, kita dapat menggunakan2 metode persiapan tertulis. Cara pertama, kita dapat melakukan persiapan dengan hanya mencatat garis besar materi yangakan kita sampaikan dalam sebuah pidato. Dalam hal ini kita hanya mencatat topik dan sub-sub topik yangakan kita sajikan dalam sebuah pidato. Cara kedua, kita dapat melakukan persiapan pidato dengan menyiapkan naskah pidato secara lengkap. Memahami Isi Naskah dan Berlatih Membac Bersuara Bersifat member informasi, berupaya mempengaruhi ataukah sekedar suatu tindakan pendahuluan dari suatu rangkaian kegiatan (misalnya membuka suatu aacara pameran, perlombaan, seminar). Pemahaman terhadap suatu naskah pidato sangat diperlukan agar ketika membacakannya secara nyaring dapat dipilih intonasi, tekanan dan tempo suara yang tepat. Hal penting lain yangperlu diperhatikan ketika membacakan naskahpidato di depan public atau televisi adalah bahasa tubuh, terutama kontak mata dengan pendengar. Ketika melakukan latihan membaca bersuara tersebut, hendaknya dilatih menggunakan intonasi, tekanan dan tempo suara serta ekspresi wajah dan gerak tubuh. Sebaiknya, latihan menggunakan ekspresi wajah dan gerak tubuh dan memelihara kontak mata dengan pendengar dilakukan di muka cermin dan di depan orang lanin (teman atau anggota keluarga) B. MEMBACA WACANA INFORMATIF DI INTERNET Setiap hari disebarkan informasi yang melimpah ruah, mulai dari informasi ringan, seperti cara merawat binatang peliharaan, sampai kepada informasi yang kompleks, seperti cara kerja computer canggih. Beragam informasi tersedia melalui internet. Sebelum kita bahas beberapa tekhnik khusus mencari dan membaca wacana informative di internet, sekali lagi saya ingatkan bahwa kecepatan membaca sangat diperlukan. C. MEMBACA KARYA SASTRA Segala kejadian yang dituangkan dalam novel itu hanyalah hasil imajinasi Nh. Dini, sebuah rekaan belaka. Rekaan, hasil imajinasi pengarang, merupakan bagian dari kode sastra. Ada juga beberapa penyair yang merasa terkungkung oleh kode bahasa dan berupaya memberi makna baru di luar makna yang sudah ada. Dengan mengenal kode sastra dan budaya yang berlaku dalam suatu masyarakat, kita sebagai pembaca dapat memberi penilaian-penilaian terhadap karya sastra yang kita baca. Dengan berbekal pengalaman membaca dan kemampuan menilai karya sastra, kita dapat memilah dan memilih karya-karya yang bermanfaat bagi pendidikan anak didik kita. MODUL 5 KEGIATAN BELAJAR 1 KEMAMPUAN DASAR DALAM KEGIATAN MENULIS Menulis adalah suatu proses berpikir dan menuangkan pemikiran dalam bentuk wacana (karangan). Proses menulis tampak bola-balik dari membuat rencana tulisan. Berikut ini akan kita pelajari lebih lanjut proses menulis tersebut secara bertahap. Kajian dan latihan yangakan kita lakukan guna memperoleh ketrampilan menulis menggunakan pendekatan bottom-up processing “proses dari bawah ke atas” (Celce-Murcia dan Olhastain, 200:144) A. MENULIS KEBAHASAAN Dalam menulis karangan, apa pun bentuk organisasi karngan itu, tentu saja kita harus memilih katan dan entukannya yang tepat dan menyusun kalimat. Kemudian, kalimat-kalimat itu kita rangkai sehingga terbentuklah paragrafpragraf dan selanjutnya terwujudlah sebuah sebuah karangan utuh dengan menggunakan organisasi karangan tertentu. Dalam menuliskan kata serta kalimat, kita perlu pula memperhatikan dan menaati konvensi dalam penggunaan huruf, tanda baca, serta konvensi tata tulis lainnya. Ini berarti dalam menulis, kita dituntut untuk dapat memilih kata yang tepat, menggunakan kata yang benar, menyusun kalimat yang efektif dan memperhatikan aspek ejaan serta organisasi karangan. Kita dapat mengatakan bahwa kata dipersoalkan dan dipermasalahkan merupakan kata-kata yang bersinonim. Sedangkan yang menjadi masalah bagi penulis adalah menyangkut pemilihan kata di antara kedua kata yang bersinonim tersebut dalam menulis kalimat. Anda tentu mengenal bahwa kata-kata dalam bahasa Indonesia ada yang maknanya berhubungan dalam wujud sinonim dan antonym dan ada pula yang merupakan kata umum, kata khusus dan banyak lagi seluk-beluknya. Berikut ini kita bicarakan seluk-beluk kata tersebut dan berlatih memilih kata yang tepat sesuai dengan tujuan kita. a. Sinonim dan antonym Terdapat beberapa kata yang memiliki makna sama atau mirip. Contohnya sebagai berikut. Cara, motode Secara denotative memiliki makna yang sama persis. Bagaimana pula dengan kalimat (7). Kalimat itu diberi tanda (*) karena penggunaan kata pelik dalam kalimat itu terasa janggal. Jelaslah bahwa kita perlu melakukan pemilihan terhadap kata-kata yang akan kita gunakan dalam suatu tulisan dan harus hati-hati memilih kata-kata yang bersinonim. b. Denotasi dan konotasi Ketika kita mendiskusikan pemakaian kata-kata yang bersinonim. Sebuah kata selain memiliki makna denotative juga memiliki makina konotatif tertentu. Kata kemiskinan dan kemelaratan memiliki makna leksikal yang sama yaitu keadaan tidak memiliki harta benda yang cukup untuk keperluan hidup minimum sehari-hari. Kata kemelaratan dalam kalimat mempunyai pula makna konotatif menyedihkan c. Kata umum dan kata khusus Ada kata yang memiliki makna luas di dalamnya tercakup kata-kata lain. Kita dapat mengatakan sukumerupakan kata umum, sedangkan kata Bugis termasuk kata khusus. Makna media masa dalam kalimat lebih sulit dipahami dibandingkan dengan makna surat kabar. Kata media masa memiliki makna yang abstrak sedangkan makna kata surat kabar dapat dikatakan cukup konkret. d. Kata konkret dan kata abstrak Kata abstrak mempunyai referent berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referent berupa objek dapat diamati. Guna menyampaikan generalisasi-generalisasi tentuk kita memerlukan kata-kata abstrak, sedangkan untuk menyampaikan contoh-contoh mungkin lebih banyak memerlukan kata konkret. e. Kata popular dan kata kajian Kata popular dipakai untuk merujuk kepada kata-kata yang biasa dipakai dalam komunikasi sehari-hari, sedangkan kata kajian merujuk kepada kata-kata yang dipakai dalam komunikasiilmiah atau komunikasi profesi tertentu. Contoh kedua jenis kata tersebut, Kata Populer kata kajian Contoh sampel Cara metode Berarti signifikan f. Kata asing dan serapan Kata asing adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang bentuk dan pengucapannya dipertahankan seperti dalam bahasa aslinya. Sebagai penulis, kita pelru berhati-hati dalam menggunakan serapan agar tidak menyulitkan pembaca. Kalau masih ada padanan dalam bahasa Indonesia sebaiknya tidak menggunakan kata-kata asing. Syarat pemakaian kata efektif a. Unsur subjek dan predikat Dalam sebuahkalimat efektif sekurang-kurangnya terdapat unsur subjek dan predikat. Terdapat unsure subjek penyajian materi pelajaran dan predikat harus disesuaikan. Subjek kalimat yaitu pencapaian target pendidikan dan predikatnya adalah tidak mudah diraih. b. kehematan Selain hubungan subjek dan predikat dalam kalimat harus jelas pemakaian unsur bahasa dalam tulisan ekspositoris dan argumentative hendaknya tidak perlu berlebihan. c. Kesejajaran Syarat lain yang harus dipenuhi oleh sebuah kalimat efektif adalah kesejajaran bentuk. Memiliki materi pelajaran dan dua buah predikat, yaitu dikembangkan dan menjanjikannya. Kalimat ini memiliki subjek materi pelajaran dan dua buah predikat dikembangkannya dan disajikannya. d. Kevariasian Dapat kita bayangkan bagaimana jadinya bila kalimat-kalimat yang digunakan dalamsebuah karangan seragam. e. Penekanan Penekanaan itu biasanya diwujudkan dengan cara meletakan bagian yang mendapat penekanan itu pada awal kalimat. Pada kalimat yang mendapatkan penekanan adalah unsure onjek (anak-anak berbakat), pada kalimat penekanan itu diberikan pada unsure keterangan waktu. Aspek-aspek a. Pemenggalan kata 1. Jika di tengah kata terdapat dua vocal berurutan maka pemenggalannya di antara kedua vocal tersebut. Contoh : maaf → ma-af 2. Jika di tengah kata terdapat vocal dan konsonan maka pemenggalan kata dapat dilakukan sebelum konsonan. Media → me – di – a Metode → me – to – de 3. Jika ditengah kat terdapat dua konsonan Ahli → ah – li 4. Jika di tengah kata terdapat tiga konsonan atau lebih maka pemenggalan suku katanya. Instrument → in – stru – men 5. Imbuhan berupa awalan dan akhiran pada prinsipnya diperlakukan sebagai satu kata bila dipenggal Makanan b. Penulisan → ma – kan – an (bukan ma-ka-nan) Penulisan kata depan dalam frase atau kalimat sebetulnya sederhana yaitu selalu dipisahkan dari kata yang mengikutinya. c. Pemakaian tanda baca Pemakaian tanda baca adalah berkenaan dengan penulisan tanda koma(,), titik dua (:), dan tanda petik (“ … “) 1. Pemakaian tanda koma dalam penulisan gelar akademik 2. Pemakaian tanda koma dalam penulisan kalimat majemuk 3. Pemakaian tanda titik dua (:) 4. Penulisan tanda petik(K…”) d. Menulis paragraph Dalam sebuah paragraph, gagasan utama atau disebut juga pikiran utama atau topik atau disebut juga kalimat utama. Gagasan utama pargraf tersebut dituangkan dalam kalimat topik atau kalimat utama yang terletak pada awal paragraf. Sebuah paragraf dapat pula dimulai dengan pikiranpikiran yang dituangkan dalam kalimat-kalimat penjelas. Pengembangan paragraf dengan cara menyajikan serangkaian kalimat penjelas terlebih dulu dan diakhiri dengan kalimat utama dapat disebut pengembangan paragraf secara induktif. Pada paragraf tersebut pokok pikiran utama yang dikemukakan pada awal paragraf dikemukakan kembali diakhir paragraf. MODUL 5 KEGIATAN BELAJAR 2 KEMAAMPUAN LANJUT DALAM KEGIATAN MENULIS Secara dikotomis, membedakan tuisan atas dua jenis, yaitu fiksi dan non fiksi. Contoh fiksi, yaitu cerpen, novel, dan naskah drama sedangkan contoh non fiksi yaitu makalah, artikel dalam jurnal, artikel dan berita dalam surat kabar. A. MERENCANAKAN TULISAN FIKSI Tulisan fiksi adalah hasil kegiatan kreatif dan imajinatif penulisnya. Kalaupun terdapat fakta-fakta yang disajikan dalam suatu tulisan fiksi, faktafakta itu hanyalah imajinasi penulisnya. Pada umumnya, proses penulisan fiksi yang dilakukan setiap pengarang tidaklah sama. Ada pula yang mencari inspirasi untuk menulis fiksi dengan cara menekuni, berbagai bahan bacaaan diperpustakaan. B. MERENCANAKAN TULISAN NON FIKSI 1. Pemilihan Topik Ada beberapa criteria yang dapat dipakai dalam pemilihan topik karangan. Kriteria pertama, topic yang dipilih untuk ditulis hendaklah menarik hati bagi penulis sendiri dan dikuasai betul oleh penulis. Kriteria kedua topic yang dipilih hendaklah actual, sedang hangat dibicarakan atau sangat diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh pembaca sasaran. Kriteria ketiga, bahan-bahan yang kita perlu untuk menulis sehubungan dengantopik yang kita pilih tersedia atau dapat dijangkau. Kriteria keempat, topic yang dipilih hendaklah sesuai cakupan ruang lingkupnya dengan waktu dan sumber dana yang tersedia. 2. Perumusan tujuan Dengan tulisan yang akan disusun, kita dapat bermaksud member pengetahuan atau penjelasan kepada pembaca menyangkut topic yang telah kita pilih. Mungkin pula tujuan yang ingin kita capai dalam menulis adalah berupaya mempengaruhi sikap pembaca atau kita menginginkan pembaca melakukan suatu tindakan sehubungan dengan topic yang kita tulis. 3. Penulisan kerangka karangan Penulisan kerangka karangan bermanfaat terutama sebagai pedoman bagi penulis agar tidak ke luar dari topic dan tujuan penulisan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kerangka karangan merupakan panduan bagi penulis dalam penentuan struktur karangan serta dalam pengumpulan bahan bagi karangan. Ada 2 cara penulisan kerangka karangan. Cara pertama adlah dengan mendaftarkan seluruh subtopic dari topik yang telaah dipilih. Cara kedua penulis langsung menetukan subtopik apa yang perlu ditulis dan langsung mengurutkannya. MODUL 6 KEGIATAN BELAJAR 1 KETRAMPILAN BERBAHASA TERPADU DENGAN FOKS MENYIMAK Menyimak dan berbicara memiliki hubungan yang sangat erat karena keduanya merupakan dua ketrampilan yang berada dalam satu ragam bahasa, yaitu bahasa lisan. Bukti-bukti lain yang memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara menyimak dan berbicara . 1. Suatu ujaran dapat dipelajari melalui menyimak dan meniru 2. Seorang (anak atau dewasa) akan lebih mudah mengulang cerita apa yang disimaknya dibandingkan dengan cerita yang dibacanya. 3. Seorang pembicara yang ucapannya atau lafal ujarannya tidak jelas akan mempengaruhi hasil yang diperoleh penyimak. Berbicara adalah sebuah ketrampilan menyampaikan informasi atau pesan kepada orang lain dengan menggunakan media yang berupa simbol-simbol fonetis atau lebih singkatnya dengan menggunakan media berupa bahasa lisan. Jika pembicaraan berlangsung tidak secara tatap muka maka pembicara harus memiliki ketrampilan lain yang tidak kalah sulitnya dengan jika melakukannya melaui tatap muka, yaitu pembicara harus memiliki kemampuan mendengarkan aspek suprassegmental atau informasi yang jelas. MODUL 6 KEGIATAN BELAJAR 2 KETERPADUAN KETERAMPILAN MEMBACA DENGAN FOKUS MENYIMAK Hubungan antara menyimak dan membaca, 1. Penguasaan kosakata yang sedikit yang diperoleh melalui menyimak erat kaitannya dengan keseukaran-kesukaran yang dihadapi seseorang dalam membaca. 2. Daya simak yang buruk sangat mempengaruhi kemampuan membaca seseorang. 3. Peningkatan terhadap kemampuan yang satu (menyimak) akan menimbulkan peningkatan pada kemampuan yang lainnya (membaca, menulis, berbicara) Ahli lain mengatakan sebagai berikut. 1. Menyimak maupun membaca menuntut kesiapan kecakapan. 2. Pada umumnya, maksud dan tujuan menyimak serta membaca bersifat fungsional dan apresiatif. 3. Baik dalam menyimak maupun membaca kata buukanlah merupakan kesatuan pemahaman tetapi mempengaruhi pemahaman terhadap frase kalimat dan paragraph. 4. Menyimak dan membaca dapat berlangsung dalam situasi individual atau sosial. MODUL 6 KEGIATAN BELAJAR 3 KETERPADUAN KETRAMPILAN MENULIS DENGAN FOKUS MENYIMAK Perhatikan hal-hal yang harus Anda lakukan ketika mendengarkan/menyimak rekaman tersebut yaitu : 1. Tentukanlah gagasan pokok dan gagasan-gagasan penjelas yang terdapat dalam informasi tersebut. 2. Carilah gagasan pokok dan gagasan-gagasan penjelas yang Anda tetntukan itu. 3. Susunlah gagasan-gagasan tersebut menjadi sebuah kerangka karangan kecil.