Uploaded by Sri Wullan

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan IndonesiaVol

advertisement
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan IndonesiaVol. 16 No. 2 Januari 2016: 154-172pISSN 1411-5212; e-ISSN 24069280DOI:http://dx.doi.org/10.21002/jepi.v16i2.601154Wajib Pajak dan Generasi
Muda:Tax MoraleMahasiswa di IndonesiaTaxpayers and Young Generation: Tax
Morale of Indonesian College StudentsBudi Susilaa,, Partomuan T. Juniulta,, Asrul
Hidayata,aDirektorat Jenderal Pajak[diterima: 26 Januari 2016 — disetujui: 1 Februari
2017 — terbit daring: 28 Februari 2017]AbstractThis paper is aimed to investigate the
level of tax morale on Indonesia college students regarding fulfillment of
taxobligations as an indication of their characteristics as future taxpayers and the
factors behind their tax morale. Thisresearch exercised a survey method with
respondents from the University of Indonesia chosen with a random
samplingtechnique. The results indicated that the level of tax morale on Indonesia
college students is relatively good. As for thevariables that influenced the tax morale
are gender, religious observance, and the perception of the importance of
thegovernment.Keywords:Tax Morale; Indonesia; Tax Compliance; Young
GenerationAbstrakPaper ini bertujuan untuk untuk menyelidiki sejauh manatax
moralemahasiswa di Indonesia untukmemenuhi kewajiban perpajakannya apabila
nanti mahasiswa memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak danjuga untuk mengetahui
faktor-faktor yang mendasari kemauan mahasiswa tersebut. Penelitian
menggunakanmetode survei dengan mahasiswa Universitas Indonesia sebagai
responden melalui teknik pemilihansamplingsecara acak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwatax moralemahasiswa di Indonesia adalah cukupbaik. Adapun
variabel yang ditemukan dapat memengaruhitax moraleadalah jenis kelamin,
ketaatanberagama, dan persepsi tentang pentingnya sebuah pemerintahan.Kata
kunci:Tax Morale; Indonesia; Kepatuhan Pajak; Generasi MudaKode Klasifikasi
JEL:E17; H25PendahuluanSelama periode tahun 2004–2014, penerimaan pa-jak
memberikan kontribusi rata-rata
sebesar 72,5%dari total pendapatan
yang belum mak-simal. Pada tahun
pada Anggaran Pendapatandan Belanja
2015, pencapaian penerimaanpajak
Negara (APBN) (Kementerian Keu-
hanya berada di angka 82% (Direktorat
angan/Kemenkeu, 2004–2014). Pada
Jende-ral Pajak/DJP, 2016). Angka ini
tahun-tahunyang akan datang, tuntutan
merupakan tingkatpencapaian terendah
terhadap peningkatanpenerimaan pajak
selama lima tahun terakhir.Apabila
akan semakin besar
dilihat dari sisitax ratio, Indonesia
mengingatpendapatan negara yang
memi-liki angka yang tidak terlalu
bersumber dari sumberdaya alam
besar yaitu berada dikisaran 12–13%
cenderung menurun. Hal ini dapat dili-
(dengan memperhitungkan pajakpusat
hat dari dataliftingminyak bumi
dan pajak daerah) (DJP, 2015a).
Indonesia yangmemiliki kecenderungan
Sementaraitu, hasil
menurun selama bebera-pa tahun
estimasiInternational Monetary
terakhir. Di sisi lain, Pemerintah
Fund(IMF)dalam Arnold (2012)
memilikiAlamat Korespondensi:
menyatakan bahwa denganmenambah
Kantor Pusat Direktorat JenderalPajak,
jumlah Wajib Pajak dan
Gedung Marie Muhammad Lantai 17,
meningkatkankepatuhan, makatax
Jakarta.E-
ratioIndonesia dapat menca-JEPI Vol.
mail:[email protected]
16 No. 2 Januari 2016, hlm. 154–172
mail:[email protected](Part
Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat,
omuan T. Juniult)danE-
A.155pai 21,5%. Artinya, dengan
mail:[email protected](Asrul
membandingkan aktualtax ratiosaat ini
Hidayat).program-program unggulan
dengan potensitax ratio, maka da-pat
yang membutuhkanpembiayaan cukup
diasumsikan bahwa tingkat kepatuhan
besar dengan total anggaranbelanja
saat iniberada di angka 55–
menembus angka Rp2.095,7 triliun
60%.Tingkat kepatuhan tersebut sejalan
padaAPBN 2016 (Kemenkeu,
dengan hasilperhitungan tingkat
2016).Otoritas perpajakan Indonesia
kepatuhan Pajak PertambahanNilai
tidak hanya meng-hadapi target
(PPN) tahun 2013 yang hanya sekitar
penerimaan pajak yang semakin ting-
53%(Sugana dan Hidayat, 2014). Di
gi, tetapi juga realisasi penerimaan
samping itu, darisisi kepatuhan Wajib
Pajak secara formal di Indo-nesia, yaitu
Wajib Pajak memilikitax moraleyang
kepatuhan dalam pendaftaran
baik, maka tingkat kepatuhan akan
NomorPokok Wajib Pajak (NPWP) dan
tinggi danpada akhirnya penerimaan
pelaporan SuratPemberitahuan
pajak akan lebih opti-mal (Torgler,
Tahunan (SPT), juga belum
2007). Dalam riset yang lebih
optimal.Sampai dengan akhir tahun
awal,Slemrod (1992) juga menyatakan
2015, telah terdaftar30.199.395 juta
bahwatax moralememiliki pengaruh
Wajib Pajak Orang Pribadi, atau seki-
signifikan terhadap tingkat ke-patuhan.
tar 26,3% dari jumlah angkatan kerja
Melihat pentingnya pengaruhtax
yang bekerja diIndonesia1. Dari angka
moraletersebut, maka penelitian ini
tersebut, yang melaporkanSPT Pajak
sangat relevan untukmengetahui
Penghasilan (PPh) Orang Pribadi
tingkattax moraledi Indonesia.Tujuan
hanyasekitar 10.291.198 juta atau
dari penelitian ini adalah untuk menga-
sekitar 34% (DJP, 2015b).As long as
nalisis tingkattax moralemahasiswa di
there are taxes, there will be non-
Indonesia,sebagai calon Wajib Pajak
complianceas well(Alink dan Kommer,
yang potensial di masayang akan
2011). Pernyataan inisepertinya sudah
datang. Penelitian ini juga bertujuan
menjadi keniscayaan pada suatusistem
un-tuk menyelidiki faktor-faktor yang
administrasi perpajakan. Kesuksesan
memengaruhitax morale. Alasan
sebu-ah administrasi perpajakan
dipilihnya mahasiswa sebagaiobjek
harusnya dilihat darikemampuannya
penelitian adalah untuk memahamitax
untuk menaikkan tingkat kepa-tuhan
morale1Jumlah angkatan kerja yang
Wajib Pajak. Kepatuhan Wajib Pajak
bekerja per Agustus 2015 me-nurut
tidakhanya dipengaruhi oleh
data BPS adalah 114,82 juta.
kesempatan untuk meng-hindari
Berdasarkan ”Grafik JumlahMahasiswa
kewajiban, tarif pajak, atau
Aktif* Berdasarkan Kelompok
kemungkinandiketahuinya sebuah
Bidang”, yang diakses da-
pelanggaran, tetapi juga di-pengaruhi
rihttp://forlap.dikti.go.id/mahasiswa/ho
oleh kemauan Wajib Pajak untuk
megraphbidangpada 12 Januari
patuh.Kemauan Wajib Pajak tersebut
2015.dari calon Wajib Pajak potensial
disebut dengantaxmorale. Apabila
di masa yang akandatang. Berdasarkan
data Direktorat Jenderal Pen-didikan
ekonomi berargumen bahwa Wajib
Tinggi tahun 2014, jumlah mahasiswa
Pajak didalam memenuhi kewajiban
diIndonesia adalah sebanyak 5.154.252
perpajakannya menda-sarkan pada
orang2, jumlahyang cukup material
perhitungan ekonomi, yakni
sebagai tambahan Wajib
seberapabesar manfaat yang
Pajakperseorangan di Indonesia dalam
diperoleh oleh Wajib Pajakapabila
beberapa tahunke depan. Penelitian ini
Wajib Pajak melaksanakan peraturan
diharapkan dapat membe-rikan
per-pajakan atau memutuskan untuk
kontribusi keilmuan di bidang
tidak mematuhiperaturan perpajakan.
perpajakan,khususnya menyangkuttax
Secara empiris, teori ini per-tama kali
moraledi Indonesiayang masih berada
dibuktikan oleh Allingham dan
dalam tahap embrio perkemba-
Sandmo(1972) yang menyatakan
ngannya. Secara aplikatif, hasil
bahwa keputusan untuktaat atau tidak
penelitian ini jugadiharapkan dapat
taat didasarkan pada empat
memberikan sumbangan kepadaotoritas
variabelyaitu (1) penghasilan yang
perpajakan Indonesia berupa
didapat oleh Wajib Pajak,(2) tarif
pemahamanyang lebih mendalam
pajak, (3) kemungkinan diperiksa, dan
mengenai kepatuhan WajibPajak, yang
(4)besarnya penalti.Tetapi belakangan,
pada gilirannya dapat
mulai mengemuka teori bah-wa
dimanfaatkansebagai dasar
kepatuhan Wajib Pajak bukan hanya
pengambilan kebijakan di masa
berdasarpada perhitungan untung rugi
yangakan datang.Tinjauan
sebagaimana diu-raikan sebelumnya.
LiteraturDefinisiTax MoraleSejak awal
Inilah yang kemudian mela-hirkan teori
diterapkannya sistem perpajakan di du-
baru yang menyatakan bahwa
nia, pertanyaan utama yang selalu
terdapatfaktor lainnya, yaitu faktor
dicari jawaban-nya adalah faktor apa
sosial dan psikologis.2Berdasarkan
yang sebenarnya menyebab-kan orang
”Grafik Jumlah Mahasiswa Aktif*
membayar atau tidak membayar
BerdasarkanKelompok Bidang”, yang
pajaksesuai dengan ketentuan. Terdapat
diakses
dua teori meng-enai hal ini, yaitu teori
darihttp://forlap.dikti.go.id/mahasiswa/
ekonomi dan non-ekonomi.Teori
homegraphbidangpada 12 Januari
2015.JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016,
status demografis Wajib Pajak(jenis
hlm. 154–172
kelamin, usia, tingkat pendidikan),
WajibPajak
faktor so-sial ekonomi, dan tingkat
danGenerasiMuda:...156Secara
kepercayaan
empiris, hal ini antara lain dibuktikan
terhadappemerintahan.SkorTax
olehPhillips (2011), yang mendasarkan
MoraleBerhubung data empiristax
pada data dariInternal Revenue
moralekurang mema-dai (Torgler dan
Service(IRS) di Amerika Serikat(AS),
Murphy, 2004), maka yang
bahwa walaupun terdapat sejumlah
dipakaisebagai tolak ukurtax
pengha-silan Wajib Pajak tertentu yang
moralebiasanya adalah datadariWorld
tidak dapat dilacakoleh IRS, Wajib
Values Survey(WVS). WVS adalah
Pajak tersebut tetap
surveiyang dilakukan oleh sebuah
melaporkanpenghasilannya. Hal ini
lembaga yang jugabernamaWorld
menunjukkan bahwa ter-dapat faktor
Values Surveydengan
dari dalam diri Wajib Pajak itu
mengajukansejumlah pertanyaan
sendiriyang menyebabkan Wajib Pajak
mengenai nilai (value) yangdianut yang
menjadi patuh.Faktor intrinsik untuk
formatnya dibuat seragam, di
membayar pajak inilahyang kemudian
banyaknegara, dan dilakukan secara
disebut sebagaitax moraleoleh Torg-ler
berkala sehingga ha-silnya bisa
dan Murphy (2004), atau yang tadinya
dibandingkan antar-negara dan
disebutsebagaitax mentalityoleh
lintaswaktu. Salah satu pertanyaan
Str ̈umpel (1969). Kajiantentangtax
yang diajukan ada-lah menyangkut
moraleini merupakan bagian dari
perpajakan, yaitu ’Apabila
pahamnon-ekonomi sebagaimana
Andamempunyai kesempatan, apakah
disebutkan sebelumnya,atau dikenal
Anda akan meng-hindar dari kewajiban
juga sebagai ’fiscal psychology’.
tersebut?’. Dari pertanyaantersebut,
Parapeneliti banyak melakukan riset
disediakan alternatif pilihan berganda
untuk mengeta-hui faktor-faktor apa –
se-cara berjenjang dari skala ’sangat
selain faktor ekonomi–
setuju’ sampaidengan ’sangat tidak
yangmenentukan kepatuhan Wajib
setuju’ sebanyak sepuluh ting-katan.
Pajak, termasuk didalamnya adalah
Dari jawaban terhadap pertanyaan
tersebut,dapat diketahui bahwatax
kepercayaan kepada
moralesuatu negara dankemudian bisa
lembagapemerintahan, kebanggaan
dibandingkan secara relatif
nasional, bentuk ne-gara, efek jera,
dengannegara lain atau di negara
persepsi, sistem perpajakan,
tersebut pada waktuyang
danadministrasi perpajakan.Data dari
berbeda.Faktor yang memengaruhiTax
WVS juga pernah digunakan oleh
MoraleTax moralesecara cukup
Almdan Torgler (2004) dalam
komprehensif diselidikioleh Torgler
membandingkan ketaatanpajak di AS
(2007) dengan mengaitkannya
dan Eropa. Pada awalnya, perbanding-
terhadaptingkat ketaatan beragama,
an hanya dilakukan terhadap AS dan
bentuk negara (demo-krasi dan
Spanyol yangdalam hasil penelitian
federalisme), budaya (kasus Jerman
menunjukkan bahwatax mo-raledi AS
Baratdan Jerman Timur), dan tambahan
lebih tinggi dibandingkan di Spanyol.
penyelidikantax moraledi Amerika
Pe-nelitian kemudian diperluas
Latin. Torgler mengguna-kan data
meliputi empat belasnegara Eropa, dan
yang diperoleh dari
hasil perhitungan
WVS,Latinobarometro(penelitian
menunjukkanbahwatax moraledi AS
serupa WVS di negara-negara
lebih tinggi dari seluruhnegara di dalam
AmerikaLatin), danInternational Social
penelitian tersebut, diikuti olehAustria
Survey Program(ISSP)(penelitian
dan Swiss. Riset juga menunjukkan
serupa WVS di negara-negara
bahwaterdapat korelasi yang kuat
Eropa).Melalui elaborasi dengan
antara besarnya infor-mal ekonomi
penelitian-penelitiannyasebelumnya,
suatu negara dengantax moraledinegara
Torgler berargumen bahwa tingkattax
tersebut.Perbandingantax moralejuga
moraleditentukan oleh faktor sosio-
dilakukan oleh Te-keli (2011)
demografisdan sosio-ekonomis. Faktor
terhadap dua negaraOrganisation
sosio-demografis meli-puti umur, jenis
forEconomic Co-operation and
kelamin, tingkat pendidikan, sta-tus
Development(OECD), ya-itu Jepang
perkawinan, dan pekerjaan. Sedangkan
dan Turki dengan menggunakan da-
faktorsosio-ekonomis meliputi situasi
ta dari WVS. Riset tersebut
ekonomi, tingkatketaatan beragama,
menunjukkan bahwatax moraleJepang
lebih tinggi daripada Turki danterdapat
tingginyatax moralemaka semakinkecil
korelasi positif antaratax
informal ekonomi di suatu
moraledengankebanggaan (pride)
negara.Penyelidikantax moraleyang
terhadap suatu negara dan ting-kat
lainnya terutamabanyak dilakukan
religiusitas, namun berkorelasi negatif
terhadap negara berkembangyang
dengansikap pro-demokrasi.Tax
mana penerimaan pajaknya belum
moraletidak berkorelasidengan
mencapailevel yang diinginkan. Riset-
kecenderungan aliansi politik dan
riset tersebut dilaku-kan di Afrika
kegem-biraan warga negara. Biaya
(D’Arcy, 2011; Levi dan Sacks,
kepatuhan berkorelasinegatif dengantax
2009),Amerika Latin (Daude dan
morale.Tax moraletidak berkore-lasi
Melguizo, 2010; Gaviriaet al., 2007;
dengan jenis kelamin dan tingkat
Torgler, 2005), Eropa Timur (Hug
pendidikan,tetapi berkorelasi positif
danSp ̈orri, 2011; Torgler, 2003), dan
dengan umur.JEPI Vol. 16 No. 2
Asia (Torgler, 2004).Hasil riset sedunia
Januari 2016, hlm. 154–172
yang dikompilasi oleh OECD(2013)
Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat,
menunjukkan bahwatax
A.157Berkaitan dengan pertanyaan
moraleberkorelasipositif dengan Wajib
apakahtax mora-lebenar-benar
Pajak yang mengaku lebih
memengaruhi kepatuhan
taatmenjalankan perintah agama,
terhadapkewajiban pajak, Halla (2012)
wanita, orang yanglebih tua, lebih
mengklaim bahwadialah yang pertama
tinggi tingkat pendidikannya,
kali menemukan hubungansebab
setujutidak mengklaimbenefityang
akibattax moraledengan kepatuhan
bukan haknya; berko-relasi negatif
pajak.Melalui analisis data terhadap 64
dengan orang yang kerja paruh-
negara dengan as-pek yang meliputi
waktudan mempunyai usaha sendiri
datatax moraleberdasar WVS dandata
(negatif). Apabila di-hubungkan
informal ekonomi (underground
dengan institusi, makatax
productivity),Halla menyimpulkan
moraleyanglebih tinggi dimiliki oleh
bahwatax moralememenga-ruhi
Wajib Pajak yang percayabahwa
kepatuhan pajak, hal tersebut
demokrasi adalah sistem yang terbaik,
membuktikanbahwa semakin
per-caya kepada pemerintah, dan
percaya redistribusipendapatan. OECD
pengusaha perorang-an di AS. Dengan
ini sendiri juga
menggunakan data pemeriksaanyang
mendasarkankesimpulannya pada WVS
dilakukan oleh IRS, dari 6 faktor yang
dan juga survei
secarateoritis memiliki korelasi
serupayaituAfrobarometer,Asiabaromet
dengantax morale, terda-pat 3 faktor
er, danLatinobaro-metro.Walaupun
yang secara signifikan memengaruhitax
cukup banyak peneliti yang menggu-
moraleyaitu (1) penghasilan kena pajak
nakan WVS sebagai acuan untuk
dan (2)kenaikan penghasilan sebagai
menganalisistaxmorale, terdapat
indikatortax fairness,serta (3) kredit
beberapa yang menggunakan dataselain
pajak atas pajak penghasilan
WVS. Frey dan Feld (2002),
yangdibayarkan ke pemerintah negara
contohnya, meng-analisistax
bagian sebagaiindikatortrust to
moraleberdasarkan kebijakan
government. Sedangkan tiga faktorlain
kantorpajak di Swiss. Data yang
yang pengaruhnya kurang signifikan
digunakan berasal darisurvei yang
adalah (1)status kewarganegaraan dan
dilakukan terhadap kantor-kantor re-
(2) kontribusi sosialsebagai indikator
gional pajak di Swiss mengenai
aturan moral, serta (3) sumbang-an
bagaimana merekamenangani Wajib
kampanye pemilihan presiden sebagai
Pajak yang tidak/belum patuh.Survei
indikatortrust to government.Sebuah
tersebut secara empiris menunjukkan
kritik disampaikan oleh Luttmer
bah-watax moraleWajib Pajak menurun
danSinghal (2014) mengenai
apabila kantorpajak menggunakan
penggunaan WVS. Menu-rut mereka,
pendekatan kekuasaan di da-lam
skor di dalam WVS perlu
interaksinya dengan Wajib Pajak.
divalidasiapakah respons individu atas
Sebaliknya,apabila kantor pajak
perilaku tidak memba-yar pajak benar-
bertindak simpatik,
benar tercermin di dalam
makataxmoraleWajib Pajak akan
perilakumereka untuk patuh di
meningkat.Sementara itu, McKercharet
kehidupan nyata. Merekamengakui
al. (2013) menggu-nakan cara yang
bahwa akan sangat sulit menentukan
berbeda untuk meneliti
se-berapa taat sebenarnya Wajib Pajak
faktordibaliktax moraleWajib Pajak
di suatu negara.Alternatif yang bisa
dilakukan untuk
hasil riset tentang faktor-faktoryang
mengukurtaxmoraleadalah dengan
memengaruhitax morale, Pope dan
membandingkan motif eko-nomi dalam
McKerchar(2011) berusaha
penghindaran pajak dengan
menghimpun hasil-hasil
ketaatanyang nyata terjadi, dan
penelitiantersebut dan mengajukan
mengatributkan selisih terse-but ke
diagram yang menggam-barkan faktor
dalamtax morale. Di luar masalah itu,
yang memengaruhi ketaatan pajak,baik
merekakemudian merumuskan
secara sikap (tax morale) maupun
bahwatax moralebekerjadalam
ekonomisJEPI Vol. 16 No. 2 Januari
mekanisme kepatuhan Wajib Pajak
2016, hlm. 154–172
melaluiseperangkat motivasi dasar.
WajibPajak
Motivasi dasar terse-but adalah (1)
danGenerasiMuda:...158(kesempatan
motivasi intrinsik, yaitu
untuk menghindari pajak). Menurut-
kepuasanpribadi seperti rasa bangga
nya, dari hasil kompilasi atas riset-riset
apabila menjadi wajibpajak patuh atau
yang telahdilakukan dalam disiplin
sebaliknya rasa malu/bersalah bi-la
perpajakan, terdapat 6faktor yang
tidak patuh, (2) hubungan timbal balik
semata-mata memengaruhitax mora-le;
warganegara dan pemerintahan, seperti
3 faktor yang memengaruhi, baik faktor
kerelaan mem-bayar pajak dengan
sikap(attitudinal factors) maupun faktor
ketersediaan layanan publik,(3)
ekonomis; dan 6faktor berbeda lainnya
pengaruh teman dan masyarakat, yaitu
yang masing-masing meme-ngaruhi
bagai-mana pandangan pihak lain
hanya faktor sikap dan faktor
(lingkungan sosial)memengaruhi
ekonomis.Enam faktor sikap tersebut
perilaku membayar pajak, (4)
adalah: norma, ketaatanberagama,
fakturbudaya jangka panjang, yaitu
pendidikan, sikap terhadap
nilai-nilai yang sudahtertanam di suatu
pemerintah,sikap terhadap masyarakat
lingkungan secara lintas generasi,dan
sekitar, dan persepsikeadilan hukum.
(5) informasi yang kurang sempurna,
Sedangkan enam faktor
misalnyamengenai probabilitas
ekonomisadalah besarnya hutang pajak,
audit.Dengan semakin banyaknya
kemungkinan dipe-riksa/besarnya
peneliti yang meng-ajukan berbagai
penalti, besarnya biaya kepatuhandan
kerumitan sistem hukum pajak,
McKerchar tersebut, penelitian
kewajiban dankomitmen ekonomi,
iniberusaha mengeksplorasi faktor
sistem pajak, dan jenis pengha-silan.
sikap (attitudinalfactors) yang dapat
Terakhir, tiga faktor yang
memengaruhitax moraledenganmemilih
memengaruhi baikfaktor sikap maupun
mahasiwa perguruan tinggi sebagai res-
faktor ekonomis adalah kebi-jakan
ponden.Ada tiga alasan pemilihan
pemerintahan dan perpajakan,
mahasiwa sebagairesponden dalam
pengetahuanperpajakan dan peran
penelitian ini. Alasan pertamaadalah
konsultan, serta
penelitian ini ditujukan untuk fokus
preferensirisiko.MetodeMetode
kepadafaktor sikap (attitudinal factor)
PenelitianMetodologi yang dipakai
sebagai penentu ke-patuhan pajak
pada penelitian ini ada-lah kuantitatif
seorang individu dan bukan
dengan paradigma positivisme,
kepadafaktor ekonomi. Diharapkan,
yangmengacu pada McKerchar (2010),
respons yang terekamakan lebih
dengan pengerti-an bahwa pengetahuan
mewakili faktor sikap seorang Wajib
yang didapat adalah berasaldari data
Pa-jak potensial yang belum banyak
empiris hasil riset, terpisah dari
terekspos denganfaktor ekonomi,
pengeta-huan dan opini peneliti.
seperti beban pajak dan tanggungjawab
Sebagaimana didiskusikandalam
hukum. Alasan kedua dari pemilihan
tinjauan referensi, menurut Pope dan
maha-siwa adalah untuk mengurangi
McKer-char (2011), faktor sikap dan
kemungkinan biasakibat adanya
ekonomi adalah duafaktor utama yang
pengalaman responden bersinggung-an
memengaruhi kepatuhan
dengan administrasi perpajakan.
danketidakpatuhan seorang Wajib
SebagaimanaTorgler (2007)
Pajak, yakni bah-wa kunci untuk
mengidentifikasikan bahwa bisa sa-ja
memahami keduanya adalah
Wajib Pajak yang pernah terlibat dalam
padatingkat awaltax moraleseseorang
praktikilegal di masa lalu akan
dan interkoneksiantaratax
cenderung untuk men-justifikasi sikap
moraletersebut dengan peluang
mereka dan mengklaimtax moraleyang
untukmelakukan penghindaran pajak.
baik. Dengan memilih mahasiswa
Sejalan dengan ar-gumen Pope dan
sebagai res-ponden, penulis berharap
dapat memahami nilaiintrinsik
mela-lui kuesioner yang disampaikan
kepatuhan pajak pada saat seorang indi-
langsung kepadacalon responden.
vidu masih netral dari pelanggaran
Kuesioner disebarkan secara acakoleh
pajak. Alasanterakhir dari pemilihan ini
suatu tim yang terdiri dari sebelas
adalah untuk memaha-mi faktor-faktor
orang maha-siswa UI kepada para
yang harus diperhatikan
mahasiswa yang menghadirikelas di
dalammenentukan strategi kebijakan
berbagai fakultas yang ada di
pemerintah untukmembangun
UI.Kuesioner yang disebarkan berupa 1
kepatuhan bagi para calon Wajib
halaman ku-arto yang terdiri dari 3
Pajakpotensial di masa yang akan
bagian. Bagian pertama berisipengantar
datang. Hal ini men-jadi penting
tentang tujuan survei dan
mengingat bahwa mahasiswa
permohonanuntuk pengisian secara
adalahkelompok lapisan masyarakat
sukarela. Bagian kedua ter-diri dari
yang secara umumlebih terdidik dan
enam pertanyaan sebagai variabel
akan menjadi grup dengan peng-hasilan
kontrol3Berdasarkan ”Grafik Jumlah
yang signifikan bagi ekonomi
Mahasiswa Aktif* Berdasark-an Jenis
Indonesia dimasa yang akan
Kelamin”. Diakses
datang.Populasi dari penelitian ini
darihttp://forlap.dikti.go.id/mahasiswa/
adalah mahasiswaIndonesia yang
homegraphjkpada 12 Januari 2015.JEPI
jumlah keseluruhannya
Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 154–
adalah5.143.0433. Sampel pada
172
penelitian ini adalah ma-hasiswa
Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat,
Universitas Indonesia (UI). Sebagai
A.159yang menanyakan latar belakang
salahsatu universitas terbaik dan
pengisi kuesio-ner, meliputi jenis
terbesar dengan 33.500mahasiswa aktif
kelamin, umur, fakultas
(semua strata), penulis meyakinibahwa
tempatmahasiswa belajar, latar
UI dapat memberikan keragaman
belakang etnis, perkiraanpenghasilan
demogra-fi (suku, agama, ataupun latar
orang tua dalam sebulan, dan per-
belakang ekonomi)atas populasi para
tanyaan apakah mahasiswa tersebut
mahasiwa di Indonesia.DataUntuk
mempunyaipenghasilan sendiri. Bagian
mendapatkan data, digunakan survei
ketiga berupa pertanya-an pilihan
ganda dengan lima alternatif
pertengahan Februari 2015.
jawaban(yaitu ’sangat setuju’, ’setuju’,
Sampaidengan berakhirnya waktu
’netral’, ’tidak setuju’,dan ’sangat tidak
penyebaran kuesioner,didapatkan 503
setuju’). Bagian ini terdiri dari15
lembar kuesioner yang telah teri-si.
pertanyaan, yaitu 7 pertanyaan untuk
Dari jumlah tersebut, sepuluh kuesioner
menilaiindikasitax morale(variabel
tidakdapat diolah lebih lanjut karena
terikat), 7 pertanyaanmengenai faktor-
berbagai sebab,seperti jawaban yang
faktor yang memengaruhitax mo-
tidak lengkap dan pengisianjawaban
rale(variabel bebas), dan 1 pertanyaan
yang tidak serius (misalnya menjawab
mengenaiketaatan beragama.
se-mua pilihan dengan jawaban ’A’).
Pertanyaan mengenai ketaat-an
Kuesioner yangdapat diolah akhirnya
beragama ini selanjutnya menjadi
berjumlah 493.Analisis EmpirisHasil
bagian darivariabel kontrol. Tidak
survei yang didapat melalui kuesioner
terdapat permintaan untukmenyebutkan
dika-tegorikan dalam skala Likert.
nama responden untuk melindungidata
Pengolahan statistikyang pertama
pribadi responden.Sebanyak 600
dalam penelitian ini dilakukan de-ngan
kuesioner dicetak dan dibagikankepada
menggunakan statistik dekriptif guna
calon responden. Mempertimbangkan
men-dapatkan pemahaman atas respons
ke-terbatasan tingkat pemahaman
terhadap perta-nyaan di setiap
tentang perpajakanpada mahasiswa,
indikator. Statistik deskriptif juga di-
penulis menghindari pengguna-an
gunakan untuk mendapatkan gambaran
terminologi pajak yang berlebihan dan
demografiresponden. Pengolahan
memasti-kan bahwa pertanyaan yang
statistik yang berikutnyaadalah
diajukan mudah un-tuk dipahami bagi
konversi skala data ordinal dari hasil
mahasiswa. Jumlah pertanyaandan
Likertmenjadi data interval
panjangnya kuesioner juga dibatasi,
melaluisuccessive interval me-thod.
dan untukmemperkecil resiko respons
Konversi dilakukan untuk mendapatkan
acuh tak acuh (indef-ferent) diberikan
skalainterval dari preferensi atau
insentif untuk mengisi kuesionerberupa
pilihan pada responssurvei. Untuk
makanan ringan.Penyebaran kuesioner
memungkinkan pengujian
dilakukan pada awal sam-pai dengan
regresiordinary least square(OLS),
konversi dilakukan de-ngan menjaga
masingresponden. Diharapkan, metode
konsistensi sifat pertanyaan (positifatau
ini akan lebih baikuntuk
negatif terhadaptax morale).Sebagai
mencerminkan skortax moralesetiap
contoh, apabila pertanyaan a.1
res-ponden meski terdapat beberapa
bersifatpositif terhadap nilaitax
kesulitan untukformulasinya. Untuk
morale(contohnya, Bilasudah
memastikan skortax moraleyang
memenuhi syarat, saya akan
diperoleh adalah valid sebagai variabel
mendaftarkandiri untuk memiliki
terikat,penulis membandingkan hasil
NPWP), sedangkan pertanyaana.2
penelitian ini denganindekstax
bersifat negatif (contohnya, Kalau
moraledalam WVS. Dalam WVS
memungkin-kan saya tidak akan
gelom-bang kelima, terdapat data
membayar pajak), maka pa-da saat
mengenaitax moralediIndonesia yang
konversi, respons terhadap pertanyaan
berasal dari 1.976 reponden.Model
a.2direkam terbalik seolah-olah
yang dibangun dalam penelitian ini me-
pertanyaan bersifatpositif (contohnya,
nyesuaikan dengan model empiris yang
saya tidak akan tidak membayarpajak
digunakanoleh McKercharet al. (2013)
walau memungkinkan). Konsistensi
dalam penelitian ter-hadap indikatortax
dijagaterhadap setiap indikator yang
moraledi AS. Dalam penelitiantersebut,
digunakan terhadaptax morale(variabel
ekspolarasi faktor yang
bebas dan variabel kontrol)
memengaruhitaxmoraledilakukan
agarkesimpulan yang didapat melalui
terhadap Wajib Pajak aktif berda-
uji regresi va-lid dan memberikan
sarkan data sekunder dari IRS.
informasi yang berguna sertadapat
Sementara itu dalampenelitian ini, data
dipahami.Sebagai variabel terikat, alih-
yang diolah untuk mengeksplo-rasi
alih menggunakan1 pertanyaan untuk
faktortax moralebagi mahasiswa adalah
mengukur skortax moralese-bagaimana
dataprimer yang didapat dari hasil
dilakukan Torgler dan Murphy
kuesioner. Konstruk-si atas indikator
(2004)dalam penelitian mereka, penulis
yang digunakan dalam penelitianini
mengajukan 7 per-tanyaan terkaittax
mengacu pada argumen Torgler (2007)
moraleyang akan digabungkanuntuk
yang jugadijadikan acuan oleh
memperoleh skortax moralemasing-
McKercharet al. (2013), yaitubahwa
terdapat tiga faktor utama yang
semakin baik skortax morale.Penulis
pentingdalam memahamitax morale:
mengajukan tiga variabel untuk meng-
(1) aturan moral, (2)persepsi tentang
ukur indikator persepsi tentang
keadilan dalam sistem pajak, danJEPI
keadilan pajak,yaitu: (1) pengenaan
Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 154–
tarif pajak progresif atas peng-hasilan
172
(f airness1), (2) persepsi terhadap
WajibPajak danGenerasiMuda:...160(3)
konsis-tensi penerapan sanksi
tingkat kepercayaan terhadap institusi
perpajakan (f airness2), dan(3) persepsi
peme-rintah (McKercharet al., 2013).
mengenai Wajib Pajak yang terdaftardi
Berdasarkan ketigaindikator tersebut
Indonesia (f airness3). Penulis
penulis mengajukan beberapa va-riabel
memprediksikanterdapat hubungan
bebas yang disesuaikan dengan kondisi
positif antara ketiga variabeltersebut
yangrelevan di Indonesia serta
dengantax moraleyang mana semakin
karakteristik responden.Untuk
po-sitif persepsi seseorang terhadap
mengukur indikator aturan moral,
sistem pajak diIndonesia, maka
penulismengajukan dua variabel yaitu:
semakin baik skortax morale-
(1) kesediaan mem-bayar zakat atau
nya.Untuk indikator tingkat
sumbangan keagamaan lainnyasesuai
kepercayaan kepada pe-merintah,
aturan agama (religiosity2) dan (2)
penulis mengajukan dua variabel
persepsimengenai kesetaraan antara
yaitu:(1) keyakinan bahwa pajak yang
pembayaran pajak danpembayaran
dibayarkan ma-syarakat sudah
sumbangan keagamaan
dipergunakan dengan baik
(religiosity3).Kedua variabel ini
olehpemerintah untuk kesejahteraan
diharapkan dapat mencermin-kan
(trust1) dan (2)persepsi tentang
aturan moral yang terdapat di Indonesia
pentingnya sebuah pemerintah-an yang
danmenjadi pemahaman luas
diwujudkan melalui keikutsertaan
masyarakat. Hipotesisatas kedua
dalampemilihan umum (pemilu)
variabel ini adalah terdapat asosiasi po-
(trust2). Hipotesis yangdipakai adalah
sitif antara aturan moral dantax morale,
terdapat hubungan positif
dengankata lain semakin baik aturan
antarakeduanya dengantax morale,
moral yang dipegangseseorang maka
yakni individu yangberpandangan
positif tentang keberadaan peme-rintah
umur(Tekeli, 2011), (3) fakultas atau
dan penggunaan anggaran oleh
pendidikan (Torgler,2007; Tekeli,
pemerin-tah akan berperilaku positif
2011), (4) latar belakang
dalam hal kepatuhanpajak. Partisipasi
etnis/budaya(Luttmer dan Singhal,
dalam pemilu diajukan
2014), (5) latar belakang eko-nomi
dalampertanyaan dengan
(Torgler, 2007), dan (6) penghasilan
mempertimbangkan bahwa
sendiri(OECD, 2013). Penulis tidak
isuperpajakan telah dipergunakan
sepenuhnya memilikikeyakinan atas
secara proporsionalsemasa kampanye
asosiasi positif ataupun negatif
para Calon Presiden di Pemilu2014.
darimasing-masing elemen tersebut,
Dengan mayoritas usia mahasiswa yang
meskipun bebe-rapa penelitian
su-dah memiliki hak pilih serta
sebelumnya menunjukkan
banyaknya eksposurmateri kampanye
adanyahubungan positif antaratax
dan debat para calon presidendi
moraledengan umurataupun korelasi
kampus, penulis berasumsi bahwa
negatif dengan penghasilan sen-
mahasiswapada umumnya telah
diri.Profil dari responden adalah
memiliki pemahaman yangcukup
sebagai berikut. Dari493 responden,
tentang pentingnya partisipasi publik
mayoritas (66%) adalah perempu-an
da-lam wujud pemilu untuk
(324 orang) dan sisanya 34% adalah
terselenggaranya
laki-laki(169 orang). Berdasarkan
sebuahpemerintahan.Penelitian ini juga
umur, maka komposisi-nya adalah: di
mencakup beberapa elemendemografi
bawah 20 tahun (152 orang,
sebagai variabel kontrol dalam anali-
31%),antara 20–25 tahun (334 orang,
sis. Hal ini dilakukan mengingat dalam
68%), antara 26–30tahun (6 orang,
penelitian-penelitian terdahulu,
1%), dan di atas 30 tahun (1 orang,1%).
sebagaimana diuraikan dalamtinjauan
Tabel 1 menyajikan profil responden
referensi,tax moraledipengaruhi oleh
berdasarfakultas tempat mereka
faktordemografi dan sosial ekonomi.
belajar.Berdasarkan latar belakang
Faktor demografidan acuan yang
etnis, suku Jawa men-duduki peringkat
digunakan dalam penelitian iniadalah:
pertama, yaitu sebanyak 222 res-
(1) jenis kelamin (Torgler, 2007), (2)
ponden (45%), disusul oleh suku Sunda
(112 orang,23%), Minang (67 orang,
Komputer326Kedokteran6613Keperaw
14%), kemudian sukuBatak (36 orang,
atan377MIPA347Psikologi347Teknik4
7%). Sedangkan suku lainnya se-
910Vokasi377Jumlah493100Sumber:
banyak 56 orang atau 11%.Latar
Hasil Pengolahan Penulisnyak 334
belakang ekonomi dari responden
orang (68%) menyatakan ’setuju’
bervaria-si. Peringkat paling tinggi
bahwamereka adalah orang yang taat
diduduki oleh mahasiswayang
beragama. Sebanyak85 orang (17%)
mempunyai orang tua berpenghasilan
menyatakan ’netral’ terhadap per-
anta-ra Rp5–10 juta sebulan sebanyak
tanyaan apakah mereka taat
170 orang (35%),diikuti oleh mahasiwa
menjalankan perintahagama. Sementara
yang orangtuanya memper-oleh
itu, 51 orang (10%)
penghasilan di bawah Rp5 juta sebulan
respondenmenyatakan ’sangat setuju’;
(144orang, 29%), dan antara Rp11–15
17 orang (3%) menya-takan ’tidak
juta (125 orang,25%), Rp16–20 juta
setuju’; dan 6 orang (1%)
(32 orang, 6%), dan yang ter-akhir
menyatakan’sangat tidak setuju’.Hasil
berpenghasilan di atas Rp20 juta (22
dan AnalisisSkorTax
orang,4%).Terkait dengan penghasilan,
MoraleBerdasarkan hasil penelitian,
sebanyak 440 orang(89%) mengaku
dengan skala 1–5 de-ngan ’1’ berartitax
tidak mempunyai penghasilan sen-diri,
moraledengan skor yang palingbagus
sedangkan sisanya sebanyak 53 orang
dan ’5’ skor yang paling buruk, maka
(11%)mengaku memiliki penghasilan
secarakeseluruhan dari 7 pertanyaan
sendiri yang bukanberasal dari orang
mengenaitax morale,skortax
tua.Sehubungan dengan ketaatan
moralemahasiswa Indonesia yang
beragama, seba-JEPI Vol. 16 No. 2
dihitungdengan
Januari 2016, hlm. 154–172
menggunakansuccessive interval
Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat,
methodada-lah 2,66. Secara terperinci
A.161Tabel 1:Profil Responden
skor tersebut disajikanpada Tabel
Berdasarkan Fakultas Tempat
2.Apabila dirinci, maka terdapat
BelajarFakultasN%Ekonomi326Farmas
perbedaan skorantara pria dan wanita,
i245FIB429FISIP418FKM327Hukum3
sebagaimana terlihat diTabel 3.
37Ilmu
Responden laki-laki tampak
memberikanrespons yang sedikit lebih
dapat disimpulkan. Hal ini
rendah dalam
jugadidukung oleh kondisi yang mana
skortaxmoraledibandingkan responden
jarak usia respon-den tidak terlalu
perempuan. Seja-lan dengan hasil riset
lebar. Jumlah responden denganusia di
yang dikompilasi oleh OECD(2013),
atas 26 tahun sangat sedikit
ditunjukkan bahwatax
dibandingkandengan usia di bawah 26
moraleberkorelasipositif dengan jenis
tahun.Berdasarkan tempat atau jurusan
kelamin dengan perempuanumumnya
di mana res-ponden kuliah, tidak
memilikitax moralelebih baik dari laki-
terdapat perbedaan yang da-pat
laki.Berdasar hasil analisis data,
disimpulkan terhadap nilaitax
demografi respon-den menurut umur
moralepadamasing-masing kelompok,
menunjukkan bahwatax
sebagaimana disajikanpada Tabel 5.
moralemahasiswa Indonesia semakin
Selain itu, penyebaran sampel
memburuk denganbertambahnya umur
padamasing-masing fakultas cukup
sebagaimana terlihat pada Ta-bel 4.
merata. Hal ini me-nandakan bahwa
Keterkaitan antaratax moraledengan
tidak terdapat keterkaitan antaralatar
umurtelah dianalisis dalam penelitian
belakang pendidikan dengantax
yang dilakukanoleh Tekeli (2011)
morale.Berdasar atas latar belakang
terhadap dua negara OECD,
etnis, seluruh kelom-pok tampak
yaituJepang dan Turki dengan
memiliki nilaitax moraleyang
menggunakan data dariWVS. Namun
relatifsama satu dengan lainnya,
demikian, korelasi yang ada
sebagaimana disajikanpada Tabel 6.
bertolakbelakang, karena penelitian ini
Oleh karena itu, latar belakang
menunjukkan ada-nya kecenderungan
etnistidak dapat dijadikan penentu
bahwa generasi muda memilikitax
tingkattax moralemasyarakat di
moraleyang lebih baik dibandingkan
dalamnya.Berdasarkan jumlah
denganpenelitian WVS yang
penghasilan orang tua, tidakterdapat
menunjukkan kecenderungannilaitax
perbedaan yang signifikan pada
moraleyang lebih baik pada generasi
skortaxmoraleseperti yang ditampilkan
lanjutusia.Oleh karena itu, keterkaitan
pada Tabel 7. Ter-lepas dari latar
antaratax moralede-ngan umur belum
belakang ekonomi masing-masingJEPI
Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 154–
ObservasiLaki-
172
laki2,80169Perempuan2,58324Sumber:
WajibPajak
Hasil Pengolahan PenulisTabel 4:Tax
danGenerasiMuda:...162Tabel
MoraleBerdasar
2:Rincian SkorTax MoraleIndikasiTax
UmurUmurSkorJumlah ObservasiDi
MoraleSkorBila sudah memenuhi
bawah 20 tahun2,61151Antara 20-25
syarat, saya akan mendaftarkan diri
tahun2,67335Antara 26-30
untuk memiliki NPWP1,90Kalau
tahun2,866Di atas 30
memungkinkan (walaupun melanggar
tahun4,001Sumber: Hasil Pengolahan
hukum), saya tidak akan membayar
PenulisTabel 5:Tax MoraleBerdasar
pajak2,11Kalau saya ragu apakah
Tempat KuliahFakultasSkorJumlah
penghasilan yang saya peroleh
ObservasiEkonomi2,7632Farmasi2,722
dikenakan pajak atau tidak, saya lebih
4FIB3,1742FISIP2,4441FKM2,6632H
memilih untuk tidakmelaporkan
ukum2,6833Ilmu
penghasilan tersebut dalam laporan
Komputer2,5432Kedokteran2,5866Kep
pajak2,32Saya tidak akan melaporkan
erawatan2,4937MIPA2,5634Psikologi2
pajak saya, toh sanksinya tidak
,5634Teknik2,9049Vokasi2,4037Sumb
seberapa2,01Adalah wajar apabila ada
er: Hasil Pengolahan PenulisTabel
orang yang tidak membayar pajak
6:Tax MoraleBerdasar Latar Belakang
dengan benar, karena tidak akan
EtnisLatar Belakang EtnisSkorJumlah
ketahuan2,46Adalah wajar apabila ada
ObservasiBatak2,6136Jawa2,66222Lai
orang yang tidak membayar pajak
nnya2,7955Minang2,4968Sunda2,6811
dengan benar, mengingat pajak tersebut
2Sumber: Hasil Pengolahan
menjadi beban2,65Adalah wajar
PenulisJEPI Vol. 16 No. 2 Januari
apabila ada orang yang tidak membayar
2016, hlm. 154–172
pajak dengan benar, karena orang lain
Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat,
juga tidak membayar pajak2,45Skor
A.163Tabel 7:Tax MoraleBerdasar
rata-ratatax morale2,66Standard
Besarnya Penghasilan Orang
error0,03Sumber: Hasil Pengolahan
TuaPenghasilan Orang TuaSkorJumlah
PenulisTabel 3:Tax MoraleBerdasar
ObservasiDi bawah Rp5
Jenis KelaminJenis kelaminSkorJumlah
juta2,58143Rp5–10 juta2,64171Rp11–
15 juta2,65125Rp16–20 juta2,9432Di
liki skortax moraleyang lebih baik dari
atas Rp20 juta2,8322Sumber: Hasil
respondenyang merasa tidak taat
Pengolahan Penulisresponden, respons
beragama. Hal ini mendu-kung hasil
terhadaptax moraleberada da-lam level
penelitian sebelumnya yang
yang sama. Hal ini menandakan
dilakukanoleh Tekeli (2011) dan hasil
bahwalatar belakang kemampuan
riset yang dikompilasioleh OECD
ekonomi orang tua ti-dak memengaruhi
(2013), yang keduanya
skortax moralemahasiswa.Pada Tabel
menunjukkanadanya korelasi positif
8 ditampilkan skortax moraleber-
antara ketaatan beragamadengantax
dasarkan kondisi apakah reponden
morale.Tabel 9:Tax MoraleBerdasar
mempunyaipenghasilan sendiri atau
Ketaatan BeragamaKetaatan
tidak. Adapun hasilnyaadalah tidak
beragamaSkorJumlah ObservasiSangat
terdapat perbedaan yang berarti
taat2,3151Taat2,63334Netral2,7985Tid
padaskortax morale. Atau dengan kata
ak taat3,3517Sangat tidak
lain, para ma-hasiswa yang telah
taat2,856Sumber: Hasil Pengolahan
memiliki penghasilan sendirirelatif
PenulisTabel 3 sampai dengan Tabel 9
memiliki skortax moraledengan
merupakan pen-jabaran rinci skortax
mahasiswayang belum
moralepada masing-masingvariabel
berpenghasilan.Tabel 8:Tax
kontrol. Pada bagian selanjutnya akan
MoraleBerdasar Apakah Responden
di-rinci skortax moralepada masing-
PunyaPenghasilan SendiriApakah
masing variabelbebas.Tabel 10
PunyaSkorJumlahPenghasilan
menampilkan skortax moraleatas
SendiriObservasiYa2,7853Tidak2,6444
kesedi-aan membayar zakat atau
0Sumber: Hasil Pengolahan
sumbangan keagamaanlainnya sesuai
PenulisBerdasarkan ketaatan beragama,
aturan agama (religiosity2). Dari
secara umum,tax moralesemakin baik
tabeltersebut terlihat bahwatax
dengan semakin tingginyatingkat
moralesemakin mening-kat dengan
ketaatan beragama seperti yang
semakin tingginya kemauan
ditampil-kan pada Tabel 9. Dapat
membayarzakat atau sumbangan
dilihat bahwa respondenyang merasa
keagamaan lainnya. Halini konsisten
lebih taat beragama cenderung memi-
dengan respons yang direkam
padaresponstax moraleterhadap
dini. Dalam hal ini, pendidikan agama
ketaatan beragama.Tabel 10:Tax
harusdapat mendorong munculnya
MoraleBerdasar Kesediaan
kesadaran bahwa sa-lah satu peran
MembayarZakat Sesuai Aturan
pajak adalah untuk
AgamaKesediaan Membayar
mensejahterakanmasyarakat.JEPI Vol.
Zakat/SkorJumlahSumbangan
16 No. 2 Januari 2016, hlm. 154–172
KeagamaanObservasiSangat
WajibPajak
setuju2,13124Setuju2,26308Netral2,57
danGenerasiMuda:...164Tabel 11:Tax
48Tidak setuju2,7110Sangat tidak
MoraleBerdasar Persepsi tentang Pajak
setuju3,383Sumber: Hasil Pengolahan
danPembayaran Sumbangan
PenulisTabel 11 menampilkan skortax
KeagamaanMembayar Pajak Setara
moraleatas per-sepsi mengenai
denganSkorJumlahKewajiban
kesetaraan antara pembayaranpajak
Membayar ZakatObservasiSangat
dan pembayaran sumbangan
setuju2,0680Setuju2,29161Netral2,292
keagamaan(religiosity3). Dari tabel
23Tidak setuju2,6321Sangat tidak
tersebut terlihat
setuju2,968Sumber: Hasil Pengolahan
bahwataxmoralesemakin meningkat
PenulisTabel 12 menampilkan skortax
dengan semakin tinggi-nya perspektif
moraleatas pe-ngenaan tarif pajak
yang menganggap bahwa memba-yar
progresif atas penghasilan(f airness1).
pajak setara dengan kewajiban
Dari tabel tersebut, secara umum, terli-
membayar zakatatau sumbangan
hat bahwatax moralecenderung
keagamaan lainnya. Dari
semakin meningkatseiring dengan
responsresponden pada Tabel 9, 10,
semakin tingginya perspektif
dan 11, tampak terdapatkonsistensi
yangmenganggap bahwa penerapan
hubungan yang mana semakin
tarif pajak progresifadalah
positifpandangan individu terhadap
mencerminkan keadilan. Hal ini juga
agama, maka ada ke-cenderungan
didu-kung oleh banyaknya responden
semakin baik jugatax
yang menyatakanbahwa penerapan tarif
moraleindividutersebut. Berdasarkan
pajak progresif mendukungterciptanya
hasil tersebut, pendidikanagama perlu
keadilan. Dalam konteks yang
ditanamkan kepada generasi mudasejak
lebihluas, terlihat bahwa sistem
perpajakan yang adilakan berdampak
bahwatax mo-ralesemakin baik sejalan
positif terhadaptax moraledanpada
dengan semakin tingginyakeyakinan
akhirnya akan meningkatkan
responden bahwa semua Wajib
kepatuhan.Tabel 12:Tax
Pajaktelah terdaftar pada sistem
MoraleBerdasar Pengenaan Tarif
administrasi perpajakandi
PajakProgresif atas PenghasilanTarif
Indonesia.Tabel 14:Tax
Progresif Bersifat AdilSkorJumlah
MoraleBerdasar Persepsi Mengenai
ObservasiSangat
WajibPajak yang Terdaftar di
setuju2,2189Setuju2,24323Netral2,446
IndonesiaSemua Wajib Pajak Telah
1Tidak setuju2,7117Sangat tidak
TerdaftarSkorJumlah ObservasiSangat
setuju2,523Sumber: Hasil Pengolahan
setuju2,0929Setuju2,28162Netral2,292
PenulisTabel 13 menampilkan skortax
31Tidak setuju2,2260Sangat tidak
moraleatas persep-si terhadap
setuju2,7411Sumber: Hasil Pengolahan
konsistensi penerapan sanksi perpajak-
PenulisTabel 15 menampilkan skortax
an (f airness2). Dari tabel tersebut
moraleatas keya-kinan bahwa pajak
terlihat bahwasecara umum tidak ada
yang dibayarkan masyarakatsudah
pola tertentu pada semuatingkat
dipergunakan dengan baik oleh
perspektif responden.Tabel 13:Tax
pemerin-tah untuk kesejahteraan
MoraleBerdasar Persepsi
(trust1). Dari tabel terse-but tidak
terhadapKonsistensi Penerapan Sanksi
terlihat kecenderungan tertentu
PerpajakanSanksi yang Telah
bahwatax moralesemakin baik
DiterapkanSkorJumlahbagi Wajib
dengan semakin tinggi-nya
Pajak yang Tidak
keyakinan/perspepsi bahwa Pemerintah
PatuhObservasiSangat
telahmenggunakan hasil pemungutan
setuju2,1153Setuju2,29149Netral2,352
pajak untuk kese-jahteraan rakyat.Tabel
06Tidak setuju2,1577Sangat tidak
15:Tax MoraleBerdasar Perspektif
setuju2,38Sumber: Hasil Pengolahan
Bahwa PajakTelah Digunakan untuk
PenulisTabel 14 menampilkan skortax
KesejahteraanPajak yang Telah
moraleatas persep-si mengenai Wajib
DigunakanSkorJumlahuntuk
Pajak yang terdaftar di Indonesia(f
Kesejahteraan RakyatObservasiSangat
airness3). Dari tabel tersebut terlihat
setuju2,297Setuju2,3881Netral2,21175
Tidak setuju2,22199Sangat tidak
setuju2,18104Setuju2,22296Netral2,44
setuju2,7231Sumber: Hasil Pengolahan
66Tidak setuju2,7120Sangat tidak
PenulisTabel 16 menampilkan skortax
setuju3,067Sumber: Hasil Pengolahan
moraleatas persep-si tentang
PenulisTabel 17:Hasil Estimasi
pentingnya sebuah pemerintahan
OLSVariabelKoefisienTaraf
yangdiwujudkan melalui keikutsertaan
KepercayaanVariabel KontrolFemale
dalam pemilu(trust2). Dari tabel
(dummy)-0,17067190,003Umur (Age)-
tersebut terlihat bahwa sema-kin tinggi
0,01876360,751Tingkat ekonomi
perspektif yang menganggap bahwa
keluarga
kei-kutsertaan dalam Pemilu Presiden
(Incomelevel)0,03682420,158Ada
adalah karenapentingnya keberadaan
tidaknya penghasilan sendiri
Pemerintah, maka secarakonsisten
(Ownincome)
semakin baik juga skortax morale.
(dummy)0,10990950,212Ketaatan
Halini mendukung kesimpulan dalam
Bergama
beberapa pene-litian sebelumnya yang
(Religiosity1)0,08429250,029Variabel
menyimpulkan bahwataxmoraleyang
BebasKesediaan membayar zakat
lebih tinggi dimiliki oleh Wajib
(Religiosity2)0,05898620,141Persepsi
Pajakyang percaya bahwa demokrasi
tentang pajak dan pembayaran
adalah sistem yangterbaik, percaya
sumbangan
kepada pemerintah, percaya redis-
keagamaan(Religiosity3)0,06127250,0
tribusi pendapatan (OECD, 2013),
64Pengenaan tarif pajak progresif
ataupun sikapterhadap pemerintah
(Fairness1)0,04851990,144Konsistensi
(Pope dan McKerchar, 2011).JEPI Vol.
penerapan sanksi perpajakan
16 No. 2 Januari 2016, hlm. 154–172
(Fairness2)-0,01478310,648Persepsi
Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat,
mengenai Wajib Pajak terdaftar
A.165Tabel 16:Tax MoraleBerdasar
(Fairness3)0,01320960,692Pajak telah
Perspektif Ikut Pemilu karena
digunakan untuk kesejahteraan
Pentingnya Peran PemerintahIkut
(Trust1)-0,03412030,264Pentingnya
Pemilu karena Pentingnya
peran pemerintah
PemerintahSkorJumlah
(Trust2)0,07906190,024R20,1432F-
ObservasiSangat
Value0Jumlah Observasi493Sumber:
Hasil Pengolahan PenulisJEPI Vol. 16
responsyang berbeda terhadaptax
No. 2 Januari 2016, hlm. 154–172
moraleantara pria danwanita yang mana
WajibPajak
responden wanita
danGenerasiMuda:...166DeterminanTa
memberikanresponstax moraleyang
x MoraleSebagaimana telah dijelaskan
lebih baik dari pria. Tigavariabel
sebelumnya, uji sta-tistik dilakukan
kontrol berikutnya, umur (age),
dengan menggunakan metode
tingkatekonomi keluarga
OLSsetelah hasil respons pada skala
(incomelevel), dan ada
Likert dikonver-si menjadi data interval
tidaknyapenghasilan sendiri
dengan metodesuccessiveinterval.
(ownincomedummy) memilikirespons
Skortax moraledianalisis sebagai
yang sesuai dengan prediksi, akan
varia-bel terikat sedangkan masing-
tetapitidak signifikan dalam hasil
masing indikatortaxmorale, yaitu faktor
OLS.Hasil yang menarik pada
agama, keadilan dalam sistempajak,
pengujian terhadap va-riabel kontrol
dan kepercayaan kepada pemerintah
adalah respons terhadap
dia-nalisis sebagai variabel bebas.
pertanyaanmengenai pendapat
Beberapa variabelkontrol, yaitu
responden mengenai kepatuh-an dalam
fakultas (department) dan latar bela-
menjalankan perintah agama.
kang suku (ethnic) tidak diikutsertakan
Meskipunkeimanan seseorang adalah
dalam ujiOLS yang dilakukan. Penulis
dimensi yang sangatsulit untuk diukur
melakukan pengujianOLS terhadap
dan disepakati, namun hasil pe-ngujian
seluruh variabel bebas dan
terhadap variabel ini menunjukkan
beberapavariabel kontrol sebagai
adanyaindikasi bahwa mereka yang
variabeldummy(variabelf
lebih taat menjalan-kan perintah agama
emaledanownincome) sebagaimana
(atau setidaknya dalam halini individu
disajikan da-lam Tabel 17.Dalam hasil
tersebut sendiri yang merasa
pengujian OLS, jenis kelamin(f
bahwamereka taat beragama) akan
emaledummy) menghasilkan nilai
cenderung memilikiskortax moraleyang
koefisien nega-tif yang secara statistik
lebih baik dari mereka yangmerasa
signifikan. Koefisien negatifpada
tidak menjalankan perintah agama.
variabel ini mengindikasikan adanya
Varia-bel ini tampak sejalan dengan
konsep yang berlakuumum bahwa
OLSterhadap ketiga variabel tersebut
agama adalah sebuah nilai yang sa-ngat
tidak memberikannilai staistik yang
penting untuk membentuk masyarakat
signifikan.Pengujian atas indikator
yangmadani (civil society), termasuk
yang terakhir, yaitu ke-percayaan
dalam hal kepatuh-an berpartisipasi
terhadap pemerintah (variabeltrust1
melalui pembayaran pajak.Hasil
dantrust2), mendapatkan hasil yang
pengujian OLS sebagaimana tersaji
cukup menarikdalam hubungannya
pada Ta-bel 17 juga menunjukkan
dengantax morale. Untuk per-tanyaan
indikasi pengaruh masing-masing
mengenai bahwa pajak yang
variabel bebas. Variabel bebas pertama
dibayarkanoleh masyarakat sudah
un-tuk indikator aturan moral, yaitu
digunakan dengan baikoleh
kesediaan mem-bayar zakat atau
pemerintah untuk kesejahteraan rakyat,
sumbangan keagamaan lainnyasesuai
res-pons yang direkam tidak signifikan
aturan agama, menghasilkan respons
secara statistik.Akan tetapi, untuk
positifsesuai prediksi akan tetapi tidak
pertanyaan mengenai keikutser-taan
signifikan seca-ra statistik. Variabel
dalam pemilu tahun lalu sebagai
kedua masih untuk indikatoraturan
persetujuanbahwa keberadaan
moral, yaitu kesetaraan antara
pemerintah itu penting, responsyang
pembayar-an pajak dan pembayaran
direkam memberikan hasil sesuai
sumbangan keagamaan,juga
prediksidan secara statistik bernilai
menunjukkan respons positif, walau
signifikan. Hal terse-but dapat kita
tidak sig-nifikan secara statistik.
pahami bahwa individu yang
Indikator keadilan dalamsistem pajak
lebihmenghargai pemerintah dan setuju
(tax system fairness) diuji oleh tiga
akan penting-nya keberadaan sebuah
vari-abel yang mencerminkan tarif
pemerintahan juga dapatdiharapkan
pajak progresif ataspenghasilan (f
memilikitax moraleyang lebih
airness1), persepsi terhadap konsis-
baik.PembahasanTax Moraledan Hasil
tensi penerapan sanksi perpajakan (f
Survei WVSWVS menggunakan nilai
airness2), danpersepsi mengenai wajib
antara 1–10 dengan nilai’1’ berartitax
pajak yang terdaftar diIndonesia (f
moralesangat tinggi dan ’10’
airness3). Adapun hasil pengujian
berartitaxmoralesangat rendah.
Indonesia mendapat giliransurvei pada
diolahnarkan, sedangkan 0,9% (18
tahun 2006. Pertanyaan yang
orang) menyatakan’selalu bisa
diajukanadalah ’Apakah Anda sangat
dibenarkan’. Skortax moraledi Indone-
setuju, sangat tidaksetuju, atau netral
sia adalah 1,57 (yaitu angka rata-rata
terhadap pernyataan berikut:Tidak
pada tabeltersebut).Responden pada
membayar pajak dengan benar bila
penelitian ini adalah
Andapunya kesempatan’. Jawaban
mahasiswa,sedangkan pada WVS
yang masuk berasaldari 1.976
adalah masyarakat umum de-ngan
responden dengan hasil seperti
berbagai tingkat pendidikan dan umur.
disajikanpada Tabel 18.Dari Tabel 18,
Padapenelitian ini, tingkat umur
dapat dilihat bahwa 77,8%
sebagaimana disajikansebelumnya
(1.567orang) responden menyatakan
adalah hampir semuanya di bawah
bahwa pernyataan’tidak membayar
30tahun (hanya satu orang yang berusia
pajak sesuai ketentuan walaupunada
dia atas 30tahun).Perbandingan hasil
kesempatan’ adalah tidak pernah dapat
nilaitax moraleantara WVSdengan
dibe-JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016,
penelitian ini adalah nilai 1,57 pada
hlm. 154–172
WVSdan 2,66 pada penelitian ini.
Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat,
Kedua angka ini tidakbisa
A.167Tabel 18:Tax
dibandingkan langsung karena terdapat
MoraleberdasarkanWorld Value Survey
per-bedaan pada skala. Pada penelitian
2006JawabanJumlahProsentaseTidak
ini, skalanyaadalah antara 1–5,
pernah bisa
sedangkan pada WVS skalanyaadalah
dibenarkan1.56777,80%21999,90%358
1–10. Keduanya menunjukkan
2,90%4381,90%5271,30%6221,10%72
bahwataxmoraleIndonesia cukup
21,10%880,40%9170,80%Selalu bisa
baik.WVS merinci skor Indonesia
dibenarkan180,90%Tidak ditanyakan
berdasar beberapaatribut responden dan
pewawancara20,10%Tidak ada
opini mereka. Atribut respon-den
jawaban140,70%Tidak
meliputi jenis kelamin, umur, jenis
tahu231,10%(N)(2.015)100%Rata-
pekerjaan,tingkat penghasilan, wilayah
rata1,57N1,976Sumber:World Value
tempat tinggal, dansektor pekerjaan.
Survey 2006(WVS, 2006),
Secara ringkas hasil WVS adalahbahwa
berdasar umur, semakin tua orang
mahasiswa,semakin buruk skornya.
Indonesiaakan semakin bagus skornya;
Sementara itu WVS menun-jukkan
wanita lebih bagusskornya daripada
bahwa semakin tua seseorang akan
laki-laki; semakin taat beragamaakan
semakinbaik skornya. Hasil pengujian
semakin bagus skornya; dan tidak
OLS untuk variabelumur tidak
terdapatindikasi bahwa tingkat
memberikan adanya pengaruh
pendidikan, tingkat kesejah-teraan,
yangsignifikan terhadap skortax
tingkat kepercayaan terhadap
morale. Hal tersebutdapat dipahami
pemerintah,tingkat demokrasi, afiliasi
mengingat responden pada peneli-tian
dengan partai politik,dan jenis
ini relatif berada pada rentang usia
pekerjaan memengaruhi skor.Secara
yang lebihsempit (hanya satu
lebih detil, hasil penelitian ini
responden yang berusia lebihdari 30
menunjuk-kan kesamaan dengan WVS
tahun). Hal ini menjadikan
terkait jenis kelamin.Terkait variabel
perbandingankedua survei tidak ’apple
tersebut, hasil penelitian ini menun-
to apple’; bahwa respondensurvei pada
jukan bahwa skor wanita lebih baik,
penelitian ini adalah himpunan
yaitu masing-masing 1,42 untuk wanita
bagian(sub-set) dari responden survei
berbanding 1,71 untuklaki-laki pada
WVS.Faktor-faktor lain yang diuji pada
survei WVS dan 2,58 untuk
penelitian iniyang tidak
wanitadibanding 2,8 untuk laki-laki
memengaruhitax moraleadalah
pada penelitian ini.Hasil pengujian
fakultastempat belajar, latar belakang
OLS juga menunjukkan
etnis, penghasilanorang tua, dan apakah
adanyapengaruh yang signifikan dari
responden punya penghasil-an sendiri,
jenis kelamin ter-hadap skortax
yang kesemuanya sejalan dengan
moraledengan wanita
WVS.JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016,
cenderungmemberikan skortax
hlm. 154–172
moraleyang lebih baik darilaki-
WajibPajak
laki.Aspek yang bertolak belakang
danGenerasiMuda:...168Tax
adalah terkaitumur. Penelitian ini
MoraleMahasiwa di
menunjukkan adanya kecen-derungan
IndonesiaPenelitian ini berfokus
bahwa semakin tua umur
kepada para calon Wajib Pa-jak
potensial di masa yang akan datang,
dapatmemanfaatkan perbedaan perilaku
yaitu paramahasiswa. Dalam penelitian
sosial antaralaki-laki dan wanita untuk
ini, penulis menga-jukan 3 indikator
menentukan
atastax moraleyang dirumuskanke
kebijakanperpajakan.Stotsky (1996)
dalam 7 variabel bebas dan 5 variabel
dalam tulisannya yang berjudulHow
kontroluntuk diuji secara regresi
Tax System Treat Men and Women
(tidak semua variabelkontrol diolah ke
Differently,menyatakan bahwa terdapat
dalam OLS). Hasil Pengujian
beberapa pengalamandari negara maju
OLSterhadap variabel bebas dan
dan berkembang yang merefor-masi
variabel kontrol (12 va-riabel
sistem perpajakannya dengan
pengujian), menunjukkan ada 3
pertimbangangender. Malaysia pernah
variabel yangmemberikan pengaruh
menerapkan sistem pa-jak penghasilan
signifikan terhadap
untuk orang pribadi yang serupadengan
skortaxmoraledengan nilai R2=0,1423.
Indonesia yang mana penghasilan
Meskipun modelyang diuji hanya
untukwanita menikah digabungkan ke
mampu menjelaskan sebagian ke-cil
penghasilan sua-mi untuk penghitungan
dari fenomenatax morale, namun masih
pajak, kecuali dikehendakiterpisah.
dapatdilakukan beberapa interpretasi
Namun pada tahun 1991, Malaysia
yang berharga atasvariabel-variabel
mengu-bah sistemnya menjadi
yang signifikan tersebut.Salah satu
pemisahan atas penghasilanistri dan
kesamaan hasil temuan dalam peneliti-
suami dalam penghitungan pajak,
an ini dengan WVS adalah terkait
kecua-li dikehendaki untuk digabung.
variabel jenis ke-lamin. Dalam
Beberapa negaralain juga disebutkan
penelitian ini, wanita cenderung me-
memiliki kebijakan perpajak-an yang
milikitax moraleyang lebih baik dari
membedakan perlakuan pengenaan
laki-laki. Halini sejalan dengan WVS
pajakberdasarkan jenis kelamin, seperti
yang juga menunjukkan halyang sama.
Singapura yangmemberikan tambahan
Terlepas dari apa yang
pengurang penghasilan un-tuk wanita
menyebabkanwanita cenderung lebih
menikah atau Pakistan yang memberi-
patuh dibandingkan laki,perlu
kan pengecualian penghasilan lebih
dipertimbangkan bahwa pemerintah
tinggi bagi wa-nita. Kebijakan serupa
dapat dipertimbangkan olehpemerintah
yang lebihbaik –merupakan sebuah ide
dengan kajian yang lebih mendalamdan
yang serupa dengankonsep zakat dalam
disesuaikan dengan insentif yang
setiap agama. Argumen inimudah
dikehendakiuntuk membentuk perilaku
dijelaskan dengan menghubungkan
sosial di masyarakat.Pengujian OLS
anta-ra ketersediaan berbagai layanan
yang dilakukan menunjukkanadanya
publik, sepertipendidikan gratis,
pengaruh positif ketaatan beragama
jaminan kesehatan, keamanan,ataupun
terha-dap skortax morale. Hal ini
fasilitas rekreasi yang semata-mata
sejalan dengan teoriyang diajukan
dise-diakan melalui penerimaan pajak.
oleh Pope dan McKerchar
Kedua logikaini dapat dimaksimalkan
(2011)bahwareligious beliefadalah
oleh pemerintah untukmenciptakan
salah satu faktor yangmemengaruhitax
persepsi yang lebih positif
morale. Konsistensi hubungan an-tara
tentangpajak. Dalam konteks edukasi,
ketaatan beragama dengantax
dapat disimpulkanbahwa salah satu
moraleantarakedua penelitian ini dapat
cara untuk membangun kultur pa-jak
dijelaskan dengan bebe-rapa
yang baik adalah melalui pendidikan
logika.Logika pertamaadalah individu
beragama,yang dalam hal ini harus
yangtaat beragama akan cenderung
diasosiasikan dengan pen-tingnya
menaati peraturan.Dengan logika ini,
menjunjung tinggi hukum serta
maka membangun pendidik-an agama
pentingnyakontribusi sosial dalam
yang kuat bagi generasi muda
bernegara.Berbeda dengan hasil WVS
dapatdiarahkan untuk mendorong
yang menunjukkanbahwa tidak ada
terciptanya genera-si yang lebih taat
indikasi tingkat kepercayaan ter-hadap
hukum, termasuk taat
pemerintah memengaruhitax morale,
hukumperpajakan yang berlaku di
dalampenelitian ini ditemukan bahwa
Indonesia.Logika keduayang dapat
kesadaran akanpentingnya sebuah
dibangun dari temuan ini adalah
pemerintahan, yang ditunjuk-kan
bahwapajak dapat dipahami sebagai
melalui partisipasi dalam pemilu,
sebuah kontribusiyang mutlak
memilikipengaruh yang signifikan dan
dibutuhkan dari setiap warga nega-ra
positif terhadaptaxmorale. Hasil ini
untuk terciptanya kehidupan sosial
menunjukkan bahwa indikatortrust to
governmentharus menjadi perhatian
pemerintah untuk membangun
dalamupaya membanguntax moraledi
kesadaranmasyarakat akan pentingnya
Indonesia. Apabi-la dilihat sebagai
terselenggara sebuahpemerintahan yang
sebuah proses bernegara,
sehat dan menjaga
makapartisipasi dalam pemilu adalah
kepercayaanmasyarakat terhadap
titik awal darikesadaran akan
akuntabilitas pemerintahandalam
pentingnya pemerintahan dan pro-ses
membelanjakan anggaran negara.
tersebut harus diikuti dengan
Konsisten-si akan hal tersebut akan
terbentuknya danberjalannya sebuah
mendorong terciptanyatax moraleyang
pemerintahan yang dapat diper-caya
lebih baik di masyarakat, dan
masyarakat. Dalam kaitannya dengan
padaakhirnya tingkat kepatuhan pajak
pajak,maka kepercayaan terhadap
secara umumjuga dapat diharapkan
pemerintah harus di-bangun dengan
meningkat.KesimpulanPada penelitian
akuntabilitas dan transparansi atasJEPI
ini,tax moralemerupakan varia-bel
Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 154–
terikat. Adapun variabel bebas terdiri
172
dari tu-juh variabel, yaitu (1) kesediaan
Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat,
membayar zakatatau sumbangan
A.169pemungutan pajak, serta yang tak
keagamaan lainnya sesuai
kalah pentingadalah bagaimana
aturanagama; (2) persepsi mengenai
penggunaaan uang pajak seba-gai
kesetaraan antarapembayaran pajak dan
belanja negara. Apabila layanan publik
pembayaran sumbangankeagamaan
tidaktersedia dengan baik atau praktik
yang dikelompokkan dalam
korupsi kerapterjadi di pemerintahan,
indikatoraturan moral; (3) pengenaan
maka kepercayaan terha-dap
tarif pajak progresifatas penghasilan;
pemerintah akan hilang. Konsekuensi
(4) persepsi terhadap
logisdari hilangnya kepercayaan
konsistensipenerapan sanksi
masyarakat terhadapbagaimana
perpajakan; (5) persepsi menge-nai
pemerintah mengelola keuangan ada-
Wajib Pajak yang terdaftar di Indonesia
lah turunnyatax moraledan tergerusnya
yangdikelompokkan dalam indikator
kepatuhanserta penerimaan pajak. Oleh
keadilan pajak; (6)keyakinan bahwa
sebab itu, sangat pen-ting bagi
pajak yang dibayarkan masyara-kat
sudah dipergunakan dengan baik oleh
mendesak bagi Indonesia seba-gai
pemerin-tah untuk kesejahteraan; dan
negara berkembang mengingat porsi
(7) persepsi tentangpentingnya sebuah
ekonomiinformal tinggi dan kapasitas
pemerintahan yang diwujudkanmelalui
administrasi perpajak-an belum
keikutsertaan dalam pemilu yang
optimal. Pendekatan untuk
dikelom-pokkan dalam indikator
mereformasisistem perpajakan
tingkat kepercayaan kepa-da
berdasarkan gender –seperti di-
pemerintah. Sementara itu, beberapa
terapkan di beberapa negara
variabelkontrol yang diuji adalah jenis
berkembang, atau pen-dekatan
kelamin, umur, ting-kat penghasilan,
keagamaan melalui edukasi, atau
penghasilan sendiri, dan
upayameningkatkan kepercayaan
ketaatanberagama.Berdasar hasil
terhadap pemerintah–dapat menjadi
pengujian regresi dan analisis des-
salah satu fokus untuk reformasisistem
kriptif, diketahui bahwa variabel jenis
perpajakan di Indonesia. Masih
kelamin, ke-taatan beragama, dan
terdapatbanyak dimensi lain yang dapat
persepsi tentang pentingnyasebuah
membentuktaxmoraledi Indonesia.
pemerintahan memiliki pengaruh
Sehingga, eksplorasi akademisatas
positifketax morale. Hal tersebut
wilayah ini dapat mendukung upaya
menunjukkan bahwapemerintah perlu
pemerin-tah untuk membentuk
mempertimbangkan aspek moraldalam
kepatuhan pajak yang lebihbaik di
mendorong kepatuhan pajak. Teori
Indonesia.Implikasi dan
tradi-sional seperti probabilitas audit
KeterbatasanTingkat kepatuhan Wajib
dan sanksi, yangselama ini telah
Pajak dipengaruhi olehfaktor ekonomi
menjadi fokus dari
dan faktor sikap (Pope dan McKer-
pendekatanpemerintah untuk
char, 2011). Berdasarkan penelitian ini
membentuk kepatuhan pajak,perlu
diketahuibahwatax moralesebagai
didukung dengan kebijakan yang
faktor sikap dapat di-pengaruhi oleh
diarahkanuntuk membentuktax
faktor aturan moral dan
moraleyang lebih baik di ma-syarakat.
tingkatkepercayaan kepada pemerintah.
Pendekatantax moraleuntuk
Dengan berbagaiketerbatasan
kepatuhanpajak menjadi lebih
mengingat kompleksitas fenomenatax
moralesebagai bagian dari ilmu sosial,
WajibPajak
dapatdisimpulkan bahwatax
danGenerasiMuda:...170menjadi
moraleadalah bagian yangtidak
langkah awal untuk memahamitax
terpisahkan dan harus menjadi salah
moraledi generasi yang akan masuk ke
satu ele-men yang dipertimbangkan
dalam perekono-mian Indonesia.
oleh pengambil kebi-jakan untuk
Penyempurnaan atas penelitiantax
meningkatkan kepatuhan Wajib
moraledapat dilakukan dengan
Pajak.Kembali ke pendapat Pope dan
memperluassampel penelitian yang
McKerchar (2011),bahwa kunci untuk
melibatkan mahasiswa diseluruh
memahami kepatuhan pajakadalah
Indonesia atau terhadap Wajib Pajak
level awal daritax moraleseseorang
yangsudah terdaftar.Daftar
daninterkoneksi antaratax
Pustaka[1]Alink, M., & Kommer, V.
moraledengan kesempatanuntuk
(2011).Handbook on Tax Adminis-
menghindari pajak.Dalam penelitian
tration. Amsterdam: International
ini, sampel yang digunakanadalah
Bureau of Fiscal Docu-mentation
mahasiswa di Universitas Indonesia.
(IBFD).[2]Allingham, M. G., &
Sam-pel diasumsikan sebagai calon
Sandmo, A. (1972). Income Tax
Wajib Pajak potensialdan tidak
Evasion:A Theoretical Analysis.Journal
mewakili persepsi Wajib Pajak yang
of Public Economics, 1(3–4),323–
sa-at ini sudah terdaftar. Dengan
338.[3]Alm, J., & Torgler, B.
menyadari bahwaUniversitas Indonesia
(20045). Culture Differences andTax
ada salah satu universitasdengan
Morale in the United States and in
peringkat terbaik di Indonesia,
Europe.Wor-king Paper, 2004 - 14.
terdapatkemungkinan adanya
Center for Research in
perbedaan karakteristik an-tara
Economics,Management and the Arts
mahasiswa Universitas Indonesia
(CREMA). Diakses
dengan uni-versitas lainnya di
darihttp://ww.w.crema-
Indonesia. Namun
research.ch/papers/2004-14.pdf. Tang-
demikian,kesimpulan yang didapat dari
gal akses 12 Januari 2015.[4]Arnold, J.
penelitian ini dapatJEPI Vol. 16 No. 2
(2012). Improving the Tax System in
Januari 2016, hlm. 154–172
Indonesia.OECD Economic
Department Working Paper, 998.
darihttp://www.pajak.go.id/sites/default
Organisa-tion for Economic Co-
/files/DJP%20AR%202015%20Fullpag
operation and Development. Diak-ses
es%20-
darihttp://dx.doi.org/10.1787/5k912j3r2
%20Indonesia%20%28Lowres%29.pdf
qmr-en.Tanggal akses 12 Januari
.
2015.[5]D’Arcy, M. (2011). Why
2015.[9]DJP. (2016, 11 Januari).
do Citizens Assent to PayTax?
Realisasi Penerimaan Pajak
Legitimacy, Taxation and the
Tahun2015: Pertumbuhan Penerimaan
Afri- can Sta-te.Afrobarometer
di Tengah PerlambatanEkonomi.Siaran
Working Paper, 126. Diakses
Pers Nomor: 03/2016. Jakarta:
darihttp://afrobarometer.org/sites/defau
Direkto-rat Jenderal Pajak –
lt/files/publications/Working%20paper/
Kementerian Keuangan.
AfropaperNo126.pdf.Tanggal akses 8
Diaksesdarihttp://www.pajak.go.id/site
Maret 2015.[6]Daude, C., &
s/default/files/Siaran%20Pers%20-
Melguizo, ́A. (2010). Taxation and
%2011%20Januari%202016.pdf.Tangg
MoreRepresentation? On Fiscal Policy,
al akses 8 Maret 2015.[10]Frey, B. S.,
Social Mobility and De-mocracy in
& Feld, L. P. (2002). Deterrence and
Latin America.OECD Development
Morale inTaxation: An Empirical
Centre Wor-king Paper, 294. Diakses
Analysis.CESifo Working Paper,760.
darihttp://www.oecd.org/ctp/tax-
Center for Economic Studies (CES) –
policy/46753946.pdf. Tanggal akses 8
Ifo Institute. Di-akses
Maret 2015.[7]DJP. (2015a).Buku
darihttp://www.cesifo-
Saku Pajak Dalam Angka. Jakarta:
group.de/portal/page/portal/DocBase_C
Direk-torat Jenderal Pajak –
ontent/WP/WP-
Kementerian Keuangan.[8]DJP.
CESifo_Working_Papers/wp-cesifo-
(2015b).Laporan Tahunan DJP tahun
2002/wp-cesifo-2002-
2015: TahunPembinaan Wajib Pajak:
08/760.pdf.Tanggal akses 8 Maret
Membangun Budaya Taat
2015.[11]Gaviria, A., Graham, C., &
Pajak.Jakarta: Direktorat Jenderal
Braido, L. H. (2007). Social Mo-bility
Pajak – Kementerian Keu-angan.
and Preferences for Redistribution in
Diakses
Latin America[with
Tanggal
akses
8Maret
Comments].Econom ́ıa, 8(1), 55–
5991.2009.01066.x.[17]Luttmer, E. F.
96.[12]Halla, M. (2012). Tax Morale
P., & Singhal, M. (2014). Tax
and Compliance Behavior:First
Morale.Journalof Economic
Evidence on A Causal Link.The B. E.
Perspectives, 28(4), 149–
Journal of EconomicAnalysis & Policy,
168.[18]McKerchar, M. (2010).Design
12(1), 1–27.[13]Hug, S., & Sp ̈orri, F.
and Conduct Research in Tax,Law and
(2011). Referendums, Trust, and
Accounting. Pyrmont, N.S.W. :
TaxEvasion.European Journal of
Lawbook Co.[19]McKerchar, M.,
Political Economy, 27(1), 120–
Bloomquist, K., & Pope, J. (2013).
131.[14]Kemenkeu. (2004–2014).Nota
Indicatorsof Tax Morale: An
Keuangan dan Rancangan Ang-garan
Exploratory Study.eJournal of Tax
Pendapatan dan Belanja Negara
Research,11(1), 5–22.[20]OECD.
(RAPBN) [Tahun Ang-garan 2004–
(2013).What Drives Tax Morale?.
2014]. Jakarta: Direktorat Jenderal
Paris: Tax andDevelopment
Anggaran –Kementerian Keuangan
Programme – Centre for Tax Policy
Republik Indonesia.[15]Kemenkeu.
andAdministration/Development Co-
(2016).Nota Keuangan beserta
operation Directo-rate –
RancanganAnggaran Pendapatan dan
Organisation for Economic Co-
Belanja Negara Tahun Anggar-an
operation andDevelopment. Diakses
2016, Buku II. Jakarta: Direktorat
darihttp://www.oecd.org/ctp/tax-
Jenderal Anggar-an – Kementerian
global/TaxMorale_march13.pdf.
Keuangan Republik Indonesia. Diak-
Tanggal akses 12Januari
ses
2015.[21]PDDIKTI. (t.t.).Grafik
darihttp://www.anggaran.depkeu.go.id/
Jumlah Mahasiswa Aktif* Berdasark-
Content/Publikasi/NK%20APBN/NK%
an Kelompok Bidang. Pangkalan Data
20RAPBN%202016.pdf. Tanggalakses
Pendidikan Tinggi– Kementerian
12 Januari 2015.[16]Levi, M., & Sacks,
Riset, Teknologi dan Pendidikan
A. (2009). Legitimating Beliefs: Sour-
Tinggi.Diakses
ces and Indicators.Regulation &
darihttp://forlap.dikti.go.id/mahasiswa/
Governance, 3(4), 311–
homegraphbidang. Tanggal akses 12
333.doi:10.1111/j.1748-
Januari 2015.[22]PDDIKTI.
(t.t.).Grafik Jumlah Mahasiswa Aktif*
2015.[27]Str ̈umpel, B,. 1969. The
Berdasark-an Jenis Kelamin.
Contribution of Survey Research
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi –
toPublic Finance. In A.T. Peacock
Kementerian Riset, Teknologi dan
(Ed.),Quantitative Analysisin Public
Pendidikan Tinggi.Diakses
Finance, pp. 13–32. New York:
darihttp://forlap.dikti.go.id/mahasiswa/
Praeger.JEPI Vol. 16 No. 2 Januari
homegraphjk. Tanggal akses 12 Januari
2016, hlm. 154–172
2015.[23]Phillips, M. D.
Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat,
(2011).Reconsidering the
A.171SURVEI MENGENAITAX
DeterrenceParadigm of Tax
MORALEMAHASISWA
Compliance. Internal Revenue
INDONESIALembar kuesioner yang
Servi-ce. Diakses
Anda pegang saat ini adalah bagian dari
darihttps://www.irs.gov/pub/irs-
penelitian yang dilakukan
soi/11resconreconsider.pdf. Tanggal
olehIndonesia Tax Research
akses 8 Maret 2015.[24]Pope, J., &
Center(ITRC), sebuahorganisasi nirlaba
McKerchar, M. (2011). Understanding
independen yang tidak terafiliasi
Tax Moraleand its Effect on Individual
dengan lembaga pemerintahan
Taxpayer Compliance.BritishTax
manapun. Tujuan pendirian ITRC
Review, 5, 587–600.[25]Slemrod, J.
adalah untuk memacu risetdalam
(Ed.). (1992).Why People Pay Taxes:
bidang perpajakan dengan tujuan untuk
Tax Complian-ce and Enforcement.
memperkaya pengetahuan dalam
Ann Arbor, MI: University of
bidang perpajakan dan juga
MichiganPress.[26]Stotsky, J. G.
memberikan rekomendasi
(1996). How Tax Systems Treat
kepadapengambil keputusan. Riset
Menand Women Differently.Finance
yang dilakukan ITRC sekarang ini
& Development, 34(1),30–33.
bertujuan untuk mengetahui sampai
Washington, DC: International
sejauh mana kesadaran perpajakan
Monetary Fund.Diakses
mahasiswaIndonesia sebagai calon
darihttps://www.imf.org/external/pubs/
Wajib Pajak potensial. Anda tidak perlu
ft/fandd/1997/03/pdf/stotsky.pdf.
mencantumkan identitas Anda di
Tanggal akses 12 Janu-ari
lembaran ini.Seluruh pertanyaan dalam
kuisioner ini terkait dengan Pajak
(walaupun melang-gar hukum), saya
Penghasilan (PPh) dan bukan jenis
tidak akan membayar pa-jaklllllKalau
pajak lainnya (Seperti: Pajak
saya ragu apakah penghasilan yang sa-
Kendaraan Bermotor,Pajak Bumi dan
ya peroleh dikenakan pajak atau tidak,
Bangunan (PBB), dll.).Penulis ucapkan
sayalebih memilih untuk tidak
terima kasih atas kesediaan Anda
melaporkan peng-hasilan tersebut
mengisi kuesioner ini.BERILAH
dalam laporan pajaklllllSaya tidak akan
TANDA SILANG (X) PADA KOTAK
melaporkan pajak saya, tohsanksinya
YANG SESUAI DENGAN FAKTA
tidak seberapalllllAdalah wajar apabila
TENTANG ANDA/OPINI ANDAJenis
ada orang yang tidakmembayar pajak
kelamin Anda:lLaki-lakilWanitaUmur
dengan benar, karena tidakakan
Anda:ldi bawah 20 tahunl20–25
ketahuanlllllAdalah wajar apabila ada
tahunl26–30 tahunllebih dari 30
orang yang tidakmembayar pajak
tahunFakultas tempat Anda
dengan benar, mengingatpajak
belajar:lMIPAlTekniklIlmu
tersebut menjadi bebanlllllAdalah
KomputerlEkonomilHukumlFISIPlFIB
wajar apabila ada orang yang
lKedokteranlFKMlKeperawatanlFarma
tidakmembayar pajak dengan benar,
silLainnyaLatar belakang
karena oranglain juga tidak membayar
etnis:lJawalSundalBataklMinanglLainn
pajaklllllSaya adalah orang yang taat
yaPerkiraan penghasilan orang tua
menjalankanperintah agama
Anda sebu-lan:ldi bawah 5 jutal5-10
sayalllllApabila saya mempunyai
jutal11-15 jutal16-20 jutaldi atas 20
penghasilan, sayaakan membayar
jutaApakah Anda mempunyai
sumbangan keagamaan (za-kat/kolekte)
penghasilan sendiri yang bukan dari
sesuai aturan agama sayalllllSaya
orang
memandang bahwa kewajiban memba-
tua?:lYalTidakPERNYATAANSangat
yar pajak itu setara/sama pentingnya
setujuSetujuNetralTidakSangatsetujuTi
denganmembayar zakat atau
dak setujuBila sudah memenuhi syarat,
sumbangan keagama-an
saya akan men-daftarkan diri untuk
lainnyalllllMenurut saya adalah adil
memiliki Nomor PokokWajib Pajak
apabila semakinkaya seseorang maka
(NPWP)lllllKalau memungkinkan
semakin besar tarif pa-jak yang
dikenakanlllllSaat ini, banyak orang
akses 12 Januari2015.[30]Torgler, B.
kaya yang sudah dike-nakan sanksi
(2003). Does Culture Matter? Tax
karena tidak membayar pajaksesuai
Morale inan East-West-German
dengan ketentuanlllllSaat ini, setiap
Comparison.FinanzArchiv:
orang yang mendapat peng-hasilan,
PublicFinance Analysis, 59(4), 504–
baik sedikit ataupun banyak,
528.[31]Torgler, B. (2004). Tax Morale
sudahterdaftar menjadi Wajib
in Asian Countries.Journal ofAsian
PajaklllllPajak yang dibayarkan oleh
Economics, 15(2), 237–
masyarakat te-lah digunakan dengan
266.[32]Torgler, B., & Murphy, K.
baik oleh Pemerintahuntuk
(2004). Tax Morale in Australia:What
kesejahteraan rakyatlllllSaya tahun
Shapes It and Has It Changed Over
kemarin ikut Pemilu Presiden ka-rena
Time?.Journal ofAustralian Taxation,
menurut saya keberadaan
7(2), 298–335.[33]Torgler, B. (2005).
pemerintahitu pentinglllllJEPI Vol. 16
Tax Morale in Latin America.Public
No. 2 Januari 2016, hlm. 154–172
Choice,122(1), 133–157.[34]Torgler,
WajibPajak
B. (2007).Tax Compliance and Tax
danGenerasiMuda:...172[28]Sugana,
Morale: A Theoriticaland Empirical
R., & Hidayat, A. (2014). Analisis
Analysis. Cheltenham, UK: Edward
Potensi danKesenjangan Penerimaan
Elgar.[35]WVS. (2006).World Values
Pajak Pertambahan Nilai di Indo-nesia
Survey wave 5 (2005–
Tahun 2013.Jurnal Ekonomi dan
2008).WorldValuesSurvey.Diaksesdari
Pembangunan Indonesia,15(1), 1–
http://www.worldvaluessurvey.org/WV
40.[29]Tekeli, R. (2011). The
SDocumentationWV5.jsp.Tanggal
Determinants of Tax Morale:
akses 12 Januari 2015.JEPI Vol. 16 No.
TheEffects of Cultural Differences
2 Januari 2016, hlm. 154–172
and Politics.PRI Di-scussion Paper
Series, (No. 11A-10). Tokyo: Policy
Re-search Institute (PRI), Ministry
of Finance of Jap-an. Diakses
darihttp://www.mof.go.jp/pri/research/
discussion_paper/ron225.pdf. Tanggal
Download