Jurnal Ekonomi dan Pembangunan IndonesiaVol. 16 No. 2 Januari 2016: 154-172pISSN 1411-5212; e-ISSN 24069280DOI:http://dx.doi.org/10.21002/jepi.v16i2.601154Wajib Pajak dan Generasi Muda:Tax MoraleMahasiswa di IndonesiaTaxpayers and Young Generation: Tax Morale of Indonesian College StudentsBudi Susilaa,, Partomuan T. Juniulta,, Asrul Hidayata,aDirektorat Jenderal Pajak[diterima: 26 Januari 2016 — disetujui: 1 Februari 2017 — terbit daring: 28 Februari 2017]AbstractThis paper is aimed to investigate the level of tax morale on Indonesia college students regarding fulfillment of taxobligations as an indication of their characteristics as future taxpayers and the factors behind their tax morale. Thisresearch exercised a survey method with respondents from the University of Indonesia chosen with a random samplingtechnique. The results indicated that the level of tax morale on Indonesia college students is relatively good. As for thevariables that influenced the tax morale are gender, religious observance, and the perception of the importance of thegovernment.Keywords:Tax Morale; Indonesia; Tax Compliance; Young GenerationAbstrakPaper ini bertujuan untuk untuk menyelidiki sejauh manatax moralemahasiswa di Indonesia untukmemenuhi kewajiban perpajakannya apabila nanti mahasiswa memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak danjuga untuk mengetahui faktor-faktor yang mendasari kemauan mahasiswa tersebut. Penelitian menggunakanmetode survei dengan mahasiswa Universitas Indonesia sebagai responden melalui teknik pemilihansamplingsecara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwatax moralemahasiswa di Indonesia adalah cukupbaik. Adapun variabel yang ditemukan dapat memengaruhitax moraleadalah jenis kelamin, ketaatanberagama, dan persepsi tentang pentingnya sebuah pemerintahan.Kata kunci:Tax Morale; Indonesia; Kepatuhan Pajak; Generasi MudaKode Klasifikasi JEL:E17; H25PendahuluanSelama periode tahun 2004–2014, penerimaan pa-jak memberikan kontribusi rata-rata sebesar 72,5%dari total pendapatan yang belum mak-simal. Pada tahun pada Anggaran Pendapatandan Belanja 2015, pencapaian penerimaanpajak Negara (APBN) (Kementerian Keu- hanya berada di angka 82% (Direktorat angan/Kemenkeu, 2004–2014). Pada Jende-ral Pajak/DJP, 2016). Angka ini tahun-tahunyang akan datang, tuntutan merupakan tingkatpencapaian terendah terhadap peningkatanpenerimaan pajak selama lima tahun terakhir.Apabila akan semakin besar dilihat dari sisitax ratio, Indonesia mengingatpendapatan negara yang memi-liki angka yang tidak terlalu bersumber dari sumberdaya alam besar yaitu berada dikisaran 12–13% cenderung menurun. Hal ini dapat dili- (dengan memperhitungkan pajakpusat hat dari dataliftingminyak bumi dan pajak daerah) (DJP, 2015a). Indonesia yangmemiliki kecenderungan Sementaraitu, hasil menurun selama bebera-pa tahun estimasiInternational Monetary terakhir. Di sisi lain, Pemerintah Fund(IMF)dalam Arnold (2012) memilikiAlamat Korespondensi: menyatakan bahwa denganmenambah Kantor Pusat Direktorat JenderalPajak, jumlah Wajib Pajak dan Gedung Marie Muhammad Lantai 17, meningkatkankepatuhan, makatax Jakarta.E- ratioIndonesia dapat menca-JEPI Vol. mail:[email protected] 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 154–172 mail:[email protected](Part Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat, omuan T. Juniult)danE- A.155pai 21,5%. Artinya, dengan mail:[email protected](Asrul membandingkan aktualtax ratiosaat ini Hidayat).program-program unggulan dengan potensitax ratio, maka da-pat yang membutuhkanpembiayaan cukup diasumsikan bahwa tingkat kepatuhan besar dengan total anggaranbelanja saat iniberada di angka 55– menembus angka Rp2.095,7 triliun 60%.Tingkat kepatuhan tersebut sejalan padaAPBN 2016 (Kemenkeu, dengan hasilperhitungan tingkat 2016).Otoritas perpajakan Indonesia kepatuhan Pajak PertambahanNilai tidak hanya meng-hadapi target (PPN) tahun 2013 yang hanya sekitar penerimaan pajak yang semakin ting- 53%(Sugana dan Hidayat, 2014). Di gi, tetapi juga realisasi penerimaan samping itu, darisisi kepatuhan Wajib Pajak secara formal di Indo-nesia, yaitu Wajib Pajak memilikitax moraleyang kepatuhan dalam pendaftaran baik, maka tingkat kepatuhan akan NomorPokok Wajib Pajak (NPWP) dan tinggi danpada akhirnya penerimaan pelaporan SuratPemberitahuan pajak akan lebih opti-mal (Torgler, Tahunan (SPT), juga belum 2007). Dalam riset yang lebih optimal.Sampai dengan akhir tahun awal,Slemrod (1992) juga menyatakan 2015, telah terdaftar30.199.395 juta bahwatax moralememiliki pengaruh Wajib Pajak Orang Pribadi, atau seki- signifikan terhadap tingkat ke-patuhan. tar 26,3% dari jumlah angkatan kerja Melihat pentingnya pengaruhtax yang bekerja diIndonesia1. Dari angka moraletersebut, maka penelitian ini tersebut, yang melaporkanSPT Pajak sangat relevan untukmengetahui Penghasilan (PPh) Orang Pribadi tingkattax moraledi Indonesia.Tujuan hanyasekitar 10.291.198 juta atau dari penelitian ini adalah untuk menga- sekitar 34% (DJP, 2015b).As long as nalisis tingkattax moralemahasiswa di there are taxes, there will be non- Indonesia,sebagai calon Wajib Pajak complianceas well(Alink dan Kommer, yang potensial di masayang akan 2011). Pernyataan inisepertinya sudah datang. Penelitian ini juga bertujuan menjadi keniscayaan pada suatusistem un-tuk menyelidiki faktor-faktor yang administrasi perpajakan. Kesuksesan memengaruhitax morale. Alasan sebu-ah administrasi perpajakan dipilihnya mahasiswa sebagaiobjek harusnya dilihat darikemampuannya penelitian adalah untuk memahamitax untuk menaikkan tingkat kepa-tuhan morale1Jumlah angkatan kerja yang Wajib Pajak. Kepatuhan Wajib Pajak bekerja per Agustus 2015 me-nurut tidakhanya dipengaruhi oleh data BPS adalah 114,82 juta. kesempatan untuk meng-hindari Berdasarkan ”Grafik JumlahMahasiswa kewajiban, tarif pajak, atau Aktif* Berdasarkan Kelompok kemungkinandiketahuinya sebuah Bidang”, yang diakses da- pelanggaran, tetapi juga di-pengaruhi rihttp://forlap.dikti.go.id/mahasiswa/ho oleh kemauan Wajib Pajak untuk megraphbidangpada 12 Januari patuh.Kemauan Wajib Pajak tersebut 2015.dari calon Wajib Pajak potensial disebut dengantaxmorale. Apabila di masa yang akandatang. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pen-didikan ekonomi berargumen bahwa Wajib Tinggi tahun 2014, jumlah mahasiswa Pajak didalam memenuhi kewajiban diIndonesia adalah sebanyak 5.154.252 perpajakannya menda-sarkan pada orang2, jumlahyang cukup material perhitungan ekonomi, yakni sebagai tambahan Wajib seberapabesar manfaat yang Pajakperseorangan di Indonesia dalam diperoleh oleh Wajib Pajakapabila beberapa tahunke depan. Penelitian ini Wajib Pajak melaksanakan peraturan diharapkan dapat membe-rikan per-pajakan atau memutuskan untuk kontribusi keilmuan di bidang tidak mematuhiperaturan perpajakan. perpajakan,khususnya menyangkuttax Secara empiris, teori ini per-tama kali moraledi Indonesiayang masih berada dibuktikan oleh Allingham dan dalam tahap embrio perkemba- Sandmo(1972) yang menyatakan ngannya. Secara aplikatif, hasil bahwa keputusan untuktaat atau tidak penelitian ini jugadiharapkan dapat taat didasarkan pada empat memberikan sumbangan kepadaotoritas variabelyaitu (1) penghasilan yang perpajakan Indonesia berupa didapat oleh Wajib Pajak,(2) tarif pemahamanyang lebih mendalam pajak, (3) kemungkinan diperiksa, dan mengenai kepatuhan WajibPajak, yang (4)besarnya penalti.Tetapi belakangan, pada gilirannya dapat mulai mengemuka teori bah-wa dimanfaatkansebagai dasar kepatuhan Wajib Pajak bukan hanya pengambilan kebijakan di masa berdasarpada perhitungan untung rugi yangakan datang.Tinjauan sebagaimana diu-raikan sebelumnya. LiteraturDefinisiTax MoraleSejak awal Inilah yang kemudian mela-hirkan teori diterapkannya sistem perpajakan di du- baru yang menyatakan bahwa nia, pertanyaan utama yang selalu terdapatfaktor lainnya, yaitu faktor dicari jawaban-nya adalah faktor apa sosial dan psikologis.2Berdasarkan yang sebenarnya menyebab-kan orang ”Grafik Jumlah Mahasiswa Aktif* membayar atau tidak membayar BerdasarkanKelompok Bidang”, yang pajaksesuai dengan ketentuan. Terdapat diakses dua teori meng-enai hal ini, yaitu teori darihttp://forlap.dikti.go.id/mahasiswa/ ekonomi dan non-ekonomi.Teori homegraphbidangpada 12 Januari 2015.JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, status demografis Wajib Pajak(jenis hlm. 154–172 kelamin, usia, tingkat pendidikan), WajibPajak faktor so-sial ekonomi, dan tingkat danGenerasiMuda:...156Secara kepercayaan empiris, hal ini antara lain dibuktikan terhadappemerintahan.SkorTax olehPhillips (2011), yang mendasarkan MoraleBerhubung data empiristax pada data dariInternal Revenue moralekurang mema-dai (Torgler dan Service(IRS) di Amerika Serikat(AS), Murphy, 2004), maka yang bahwa walaupun terdapat sejumlah dipakaisebagai tolak ukurtax pengha-silan Wajib Pajak tertentu yang moralebiasanya adalah datadariWorld tidak dapat dilacakoleh IRS, Wajib Values Survey(WVS). WVS adalah Pajak tersebut tetap surveiyang dilakukan oleh sebuah melaporkanpenghasilannya. Hal ini lembaga yang jugabernamaWorld menunjukkan bahwa ter-dapat faktor Values Surveydengan dari dalam diri Wajib Pajak itu mengajukansejumlah pertanyaan sendiriyang menyebabkan Wajib Pajak mengenai nilai (value) yangdianut yang menjadi patuh.Faktor intrinsik untuk formatnya dibuat seragam, di membayar pajak inilahyang kemudian banyaknegara, dan dilakukan secara disebut sebagaitax moraleoleh Torg-ler berkala sehingga ha-silnya bisa dan Murphy (2004), atau yang tadinya dibandingkan antar-negara dan disebutsebagaitax mentalityoleh lintaswaktu. Salah satu pertanyaan Str ̈umpel (1969). Kajiantentangtax yang diajukan ada-lah menyangkut moraleini merupakan bagian dari perpajakan, yaitu ’Apabila pahamnon-ekonomi sebagaimana Andamempunyai kesempatan, apakah disebutkan sebelumnya,atau dikenal Anda akan meng-hindar dari kewajiban juga sebagai ’fiscal psychology’. tersebut?’. Dari pertanyaantersebut, Parapeneliti banyak melakukan riset disediakan alternatif pilihan berganda untuk mengeta-hui faktor-faktor apa – se-cara berjenjang dari skala ’sangat selain faktor ekonomi– setuju’ sampaidengan ’sangat tidak yangmenentukan kepatuhan Wajib setuju’ sebanyak sepuluh ting-katan. Pajak, termasuk didalamnya adalah Dari jawaban terhadap pertanyaan tersebut,dapat diketahui bahwatax kepercayaan kepada moralesuatu negara dankemudian bisa lembagapemerintahan, kebanggaan dibandingkan secara relatif nasional, bentuk ne-gara, efek jera, dengannegara lain atau di negara persepsi, sistem perpajakan, tersebut pada waktuyang danadministrasi perpajakan.Data dari berbeda.Faktor yang memengaruhiTax WVS juga pernah digunakan oleh MoraleTax moralesecara cukup Almdan Torgler (2004) dalam komprehensif diselidikioleh Torgler membandingkan ketaatanpajak di AS (2007) dengan mengaitkannya dan Eropa. Pada awalnya, perbanding- terhadaptingkat ketaatan beragama, an hanya dilakukan terhadap AS dan bentuk negara (demo-krasi dan Spanyol yangdalam hasil penelitian federalisme), budaya (kasus Jerman menunjukkan bahwatax mo-raledi AS Baratdan Jerman Timur), dan tambahan lebih tinggi dibandingkan di Spanyol. penyelidikantax moraledi Amerika Pe-nelitian kemudian diperluas Latin. Torgler mengguna-kan data meliputi empat belasnegara Eropa, dan yang diperoleh dari hasil perhitungan WVS,Latinobarometro(penelitian menunjukkanbahwatax moraledi AS serupa WVS di negara-negara lebih tinggi dari seluruhnegara di dalam AmerikaLatin), danInternational Social penelitian tersebut, diikuti olehAustria Survey Program(ISSP)(penelitian dan Swiss. Riset juga menunjukkan serupa WVS di negara-negara bahwaterdapat korelasi yang kuat Eropa).Melalui elaborasi dengan antara besarnya infor-mal ekonomi penelitian-penelitiannyasebelumnya, suatu negara dengantax moraledinegara Torgler berargumen bahwa tingkattax tersebut.Perbandingantax moralejuga moraleditentukan oleh faktor sosio- dilakukan oleh Te-keli (2011) demografisdan sosio-ekonomis. Faktor terhadap dua negaraOrganisation sosio-demografis meli-puti umur, jenis forEconomic Co-operation and kelamin, tingkat pendidikan, sta-tus Development(OECD), ya-itu Jepang perkawinan, dan pekerjaan. Sedangkan dan Turki dengan menggunakan da- faktorsosio-ekonomis meliputi situasi ta dari WVS. Riset tersebut ekonomi, tingkatketaatan beragama, menunjukkan bahwatax moraleJepang lebih tinggi daripada Turki danterdapat tingginyatax moralemaka semakinkecil korelasi positif antaratax informal ekonomi di suatu moraledengankebanggaan (pride) negara.Penyelidikantax moraleyang terhadap suatu negara dan ting-kat lainnya terutamabanyak dilakukan religiusitas, namun berkorelasi negatif terhadap negara berkembangyang dengansikap pro-demokrasi.Tax mana penerimaan pajaknya belum moraletidak berkorelasidengan mencapailevel yang diinginkan. Riset- kecenderungan aliansi politik dan riset tersebut dilaku-kan di Afrika kegem-biraan warga negara. Biaya (D’Arcy, 2011; Levi dan Sacks, kepatuhan berkorelasinegatif dengantax 2009),Amerika Latin (Daude dan morale.Tax moraletidak berkore-lasi Melguizo, 2010; Gaviriaet al., 2007; dengan jenis kelamin dan tingkat Torgler, 2005), Eropa Timur (Hug pendidikan,tetapi berkorelasi positif danSp ̈orri, 2011; Torgler, 2003), dan dengan umur.JEPI Vol. 16 No. 2 Asia (Torgler, 2004).Hasil riset sedunia Januari 2016, hlm. 154–172 yang dikompilasi oleh OECD(2013) Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat, menunjukkan bahwatax A.157Berkaitan dengan pertanyaan moraleberkorelasipositif dengan Wajib apakahtax mora-lebenar-benar Pajak yang mengaku lebih memengaruhi kepatuhan taatmenjalankan perintah agama, terhadapkewajiban pajak, Halla (2012) wanita, orang yanglebih tua, lebih mengklaim bahwadialah yang pertama tinggi tingkat pendidikannya, kali menemukan hubungansebab setujutidak mengklaimbenefityang akibattax moraledengan kepatuhan bukan haknya; berko-relasi negatif pajak.Melalui analisis data terhadap 64 dengan orang yang kerja paruh- negara dengan as-pek yang meliputi waktudan mempunyai usaha sendiri datatax moraleberdasar WVS dandata (negatif). Apabila di-hubungkan informal ekonomi (underground dengan institusi, makatax productivity),Halla menyimpulkan moraleyanglebih tinggi dimiliki oleh bahwatax moralememenga-ruhi Wajib Pajak yang percayabahwa kepatuhan pajak, hal tersebut demokrasi adalah sistem yang terbaik, membuktikanbahwa semakin per-caya kepada pemerintah, dan percaya redistribusipendapatan. OECD pengusaha perorang-an di AS. Dengan ini sendiri juga menggunakan data pemeriksaanyang mendasarkankesimpulannya pada WVS dilakukan oleh IRS, dari 6 faktor yang dan juga survei secarateoritis memiliki korelasi serupayaituAfrobarometer,Asiabaromet dengantax morale, terda-pat 3 faktor er, danLatinobaro-metro.Walaupun yang secara signifikan memengaruhitax cukup banyak peneliti yang menggu- moraleyaitu (1) penghasilan kena pajak nakan WVS sebagai acuan untuk dan (2)kenaikan penghasilan sebagai menganalisistaxmorale, terdapat indikatortax fairness,serta (3) kredit beberapa yang menggunakan dataselain pajak atas pajak penghasilan WVS. Frey dan Feld (2002), yangdibayarkan ke pemerintah negara contohnya, meng-analisistax bagian sebagaiindikatortrust to moraleberdasarkan kebijakan government. Sedangkan tiga faktorlain kantorpajak di Swiss. Data yang yang pengaruhnya kurang signifikan digunakan berasal darisurvei yang adalah (1)status kewarganegaraan dan dilakukan terhadap kantor-kantor re- (2) kontribusi sosialsebagai indikator gional pajak di Swiss mengenai aturan moral, serta (3) sumbang-an bagaimana merekamenangani Wajib kampanye pemilihan presiden sebagai Pajak yang tidak/belum patuh.Survei indikatortrust to government.Sebuah tersebut secara empiris menunjukkan kritik disampaikan oleh Luttmer bah-watax moraleWajib Pajak menurun danSinghal (2014) mengenai apabila kantorpajak menggunakan penggunaan WVS. Menu-rut mereka, pendekatan kekuasaan di da-lam skor di dalam WVS perlu interaksinya dengan Wajib Pajak. divalidasiapakah respons individu atas Sebaliknya,apabila kantor pajak perilaku tidak memba-yar pajak benar- bertindak simpatik, benar tercermin di dalam makataxmoraleWajib Pajak akan perilakumereka untuk patuh di meningkat.Sementara itu, McKercharet kehidupan nyata. Merekamengakui al. (2013) menggu-nakan cara yang bahwa akan sangat sulit menentukan berbeda untuk meneliti se-berapa taat sebenarnya Wajib Pajak faktordibaliktax moraleWajib Pajak di suatu negara.Alternatif yang bisa dilakukan untuk hasil riset tentang faktor-faktoryang mengukurtaxmoraleadalah dengan memengaruhitax morale, Pope dan membandingkan motif eko-nomi dalam McKerchar(2011) berusaha penghindaran pajak dengan menghimpun hasil-hasil ketaatanyang nyata terjadi, dan penelitiantersebut dan mengajukan mengatributkan selisih terse-but ke diagram yang menggam-barkan faktor dalamtax morale. Di luar masalah itu, yang memengaruhi ketaatan pajak,baik merekakemudian merumuskan secara sikap (tax morale) maupun bahwatax moralebekerjadalam ekonomisJEPI Vol. 16 No. 2 Januari mekanisme kepatuhan Wajib Pajak 2016, hlm. 154–172 melaluiseperangkat motivasi dasar. WajibPajak Motivasi dasar terse-but adalah (1) danGenerasiMuda:...158(kesempatan motivasi intrinsik, yaitu untuk menghindari pajak). Menurut- kepuasanpribadi seperti rasa bangga nya, dari hasil kompilasi atas riset-riset apabila menjadi wajibpajak patuh atau yang telahdilakukan dalam disiplin sebaliknya rasa malu/bersalah bi-la perpajakan, terdapat 6faktor yang tidak patuh, (2) hubungan timbal balik semata-mata memengaruhitax mora-le; warganegara dan pemerintahan, seperti 3 faktor yang memengaruhi, baik faktor kerelaan mem-bayar pajak dengan sikap(attitudinal factors) maupun faktor ketersediaan layanan publik,(3) ekonomis; dan 6faktor berbeda lainnya pengaruh teman dan masyarakat, yaitu yang masing-masing meme-ngaruhi bagai-mana pandangan pihak lain hanya faktor sikap dan faktor (lingkungan sosial)memengaruhi ekonomis.Enam faktor sikap tersebut perilaku membayar pajak, (4) adalah: norma, ketaatanberagama, fakturbudaya jangka panjang, yaitu pendidikan, sikap terhadap nilai-nilai yang sudahtertanam di suatu pemerintah,sikap terhadap masyarakat lingkungan secara lintas generasi,dan sekitar, dan persepsikeadilan hukum. (5) informasi yang kurang sempurna, Sedangkan enam faktor misalnyamengenai probabilitas ekonomisadalah besarnya hutang pajak, audit.Dengan semakin banyaknya kemungkinan dipe-riksa/besarnya peneliti yang meng-ajukan berbagai penalti, besarnya biaya kepatuhandan kerumitan sistem hukum pajak, McKerchar tersebut, penelitian kewajiban dankomitmen ekonomi, iniberusaha mengeksplorasi faktor sistem pajak, dan jenis pengha-silan. sikap (attitudinalfactors) yang dapat Terakhir, tiga faktor yang memengaruhitax moraledenganmemilih memengaruhi baikfaktor sikap maupun mahasiwa perguruan tinggi sebagai res- faktor ekonomis adalah kebi-jakan ponden.Ada tiga alasan pemilihan pemerintahan dan perpajakan, mahasiwa sebagairesponden dalam pengetahuanperpajakan dan peran penelitian ini. Alasan pertamaadalah konsultan, serta penelitian ini ditujukan untuk fokus preferensirisiko.MetodeMetode kepadafaktor sikap (attitudinal factor) PenelitianMetodologi yang dipakai sebagai penentu ke-patuhan pajak pada penelitian ini ada-lah kuantitatif seorang individu dan bukan dengan paradigma positivisme, kepadafaktor ekonomi. Diharapkan, yangmengacu pada McKerchar (2010), respons yang terekamakan lebih dengan pengerti-an bahwa pengetahuan mewakili faktor sikap seorang Wajib yang didapat adalah berasaldari data Pa-jak potensial yang belum banyak empiris hasil riset, terpisah dari terekspos denganfaktor ekonomi, pengeta-huan dan opini peneliti. seperti beban pajak dan tanggungjawab Sebagaimana didiskusikandalam hukum. Alasan kedua dari pemilihan tinjauan referensi, menurut Pope dan maha-siwa adalah untuk mengurangi McKer-char (2011), faktor sikap dan kemungkinan biasakibat adanya ekonomi adalah duafaktor utama yang pengalaman responden bersinggung-an memengaruhi kepatuhan dengan administrasi perpajakan. danketidakpatuhan seorang Wajib SebagaimanaTorgler (2007) Pajak, yakni bah-wa kunci untuk mengidentifikasikan bahwa bisa sa-ja memahami keduanya adalah Wajib Pajak yang pernah terlibat dalam padatingkat awaltax moraleseseorang praktikilegal di masa lalu akan dan interkoneksiantaratax cenderung untuk men-justifikasi sikap moraletersebut dengan peluang mereka dan mengklaimtax moraleyang untukmelakukan penghindaran pajak. baik. Dengan memilih mahasiswa Sejalan dengan ar-gumen Pope dan sebagai res-ponden, penulis berharap dapat memahami nilaiintrinsik mela-lui kuesioner yang disampaikan kepatuhan pajak pada saat seorang indi- langsung kepadacalon responden. vidu masih netral dari pelanggaran Kuesioner disebarkan secara acakoleh pajak. Alasanterakhir dari pemilihan ini suatu tim yang terdiri dari sebelas adalah untuk memaha-mi faktor-faktor orang maha-siswa UI kepada para yang harus diperhatikan mahasiswa yang menghadirikelas di dalammenentukan strategi kebijakan berbagai fakultas yang ada di pemerintah untukmembangun UI.Kuesioner yang disebarkan berupa 1 kepatuhan bagi para calon Wajib halaman ku-arto yang terdiri dari 3 Pajakpotensial di masa yang akan bagian. Bagian pertama berisipengantar datang. Hal ini men-jadi penting tentang tujuan survei dan mengingat bahwa mahasiswa permohonanuntuk pengisian secara adalahkelompok lapisan masyarakat sukarela. Bagian kedua ter-diri dari yang secara umumlebih terdidik dan enam pertanyaan sebagai variabel akan menjadi grup dengan peng-hasilan kontrol3Berdasarkan ”Grafik Jumlah yang signifikan bagi ekonomi Mahasiswa Aktif* Berdasark-an Jenis Indonesia dimasa yang akan Kelamin”. Diakses datang.Populasi dari penelitian ini darihttp://forlap.dikti.go.id/mahasiswa/ adalah mahasiswaIndonesia yang homegraphjkpada 12 Januari 2015.JEPI jumlah keseluruhannya Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 154– adalah5.143.0433. Sampel pada 172 penelitian ini adalah ma-hasiswa Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat, Universitas Indonesia (UI). Sebagai A.159yang menanyakan latar belakang salahsatu universitas terbaik dan pengisi kuesio-ner, meliputi jenis terbesar dengan 33.500mahasiswa aktif kelamin, umur, fakultas (semua strata), penulis meyakinibahwa tempatmahasiswa belajar, latar UI dapat memberikan keragaman belakang etnis, perkiraanpenghasilan demogra-fi (suku, agama, ataupun latar orang tua dalam sebulan, dan per- belakang ekonomi)atas populasi para tanyaan apakah mahasiswa tersebut mahasiwa di Indonesia.DataUntuk mempunyaipenghasilan sendiri. Bagian mendapatkan data, digunakan survei ketiga berupa pertanya-an pilihan ganda dengan lima alternatif pertengahan Februari 2015. jawaban(yaitu ’sangat setuju’, ’setuju’, Sampaidengan berakhirnya waktu ’netral’, ’tidak setuju’,dan ’sangat tidak penyebaran kuesioner,didapatkan 503 setuju’). Bagian ini terdiri dari15 lembar kuesioner yang telah teri-si. pertanyaan, yaitu 7 pertanyaan untuk Dari jumlah tersebut, sepuluh kuesioner menilaiindikasitax morale(variabel tidakdapat diolah lebih lanjut karena terikat), 7 pertanyaanmengenai faktor- berbagai sebab,seperti jawaban yang faktor yang memengaruhitax mo- tidak lengkap dan pengisianjawaban rale(variabel bebas), dan 1 pertanyaan yang tidak serius (misalnya menjawab mengenaiketaatan beragama. se-mua pilihan dengan jawaban ’A’). Pertanyaan mengenai ketaat-an Kuesioner yangdapat diolah akhirnya beragama ini selanjutnya menjadi berjumlah 493.Analisis EmpirisHasil bagian darivariabel kontrol. Tidak survei yang didapat melalui kuesioner terdapat permintaan untukmenyebutkan dika-tegorikan dalam skala Likert. nama responden untuk melindungidata Pengolahan statistikyang pertama pribadi responden.Sebanyak 600 dalam penelitian ini dilakukan de-ngan kuesioner dicetak dan dibagikankepada menggunakan statistik dekriptif guna calon responden. Mempertimbangkan men-dapatkan pemahaman atas respons ke-terbatasan tingkat pemahaman terhadap perta-nyaan di setiap tentang perpajakanpada mahasiswa, indikator. Statistik deskriptif juga di- penulis menghindari pengguna-an gunakan untuk mendapatkan gambaran terminologi pajak yang berlebihan dan demografiresponden. Pengolahan memasti-kan bahwa pertanyaan yang statistik yang berikutnyaadalah diajukan mudah un-tuk dipahami bagi konversi skala data ordinal dari hasil mahasiswa. Jumlah pertanyaandan Likertmenjadi data interval panjangnya kuesioner juga dibatasi, melaluisuccessive interval me-thod. dan untukmemperkecil resiko respons Konversi dilakukan untuk mendapatkan acuh tak acuh (indef-ferent) diberikan skalainterval dari preferensi atau insentif untuk mengisi kuesionerberupa pilihan pada responssurvei. Untuk makanan ringan.Penyebaran kuesioner memungkinkan pengujian dilakukan pada awal sam-pai dengan regresiordinary least square(OLS), konversi dilakukan de-ngan menjaga masingresponden. Diharapkan, metode konsistensi sifat pertanyaan (positifatau ini akan lebih baikuntuk negatif terhadaptax morale).Sebagai mencerminkan skortax moralesetiap contoh, apabila pertanyaan a.1 res-ponden meski terdapat beberapa bersifatpositif terhadap nilaitax kesulitan untukformulasinya. Untuk morale(contohnya, Bilasudah memastikan skortax moraleyang memenuhi syarat, saya akan diperoleh adalah valid sebagai variabel mendaftarkandiri untuk memiliki terikat,penulis membandingkan hasil NPWP), sedangkan pertanyaana.2 penelitian ini denganindekstax bersifat negatif (contohnya, Kalau moraledalam WVS. Dalam WVS memungkin-kan saya tidak akan gelom-bang kelima, terdapat data membayar pajak), maka pa-da saat mengenaitax moralediIndonesia yang konversi, respons terhadap pertanyaan berasal dari 1.976 reponden.Model a.2direkam terbalik seolah-olah yang dibangun dalam penelitian ini me- pertanyaan bersifatpositif (contohnya, nyesuaikan dengan model empiris yang saya tidak akan tidak membayarpajak digunakanoleh McKercharet al. (2013) walau memungkinkan). Konsistensi dalam penelitian ter-hadap indikatortax dijagaterhadap setiap indikator yang moraledi AS. Dalam penelitiantersebut, digunakan terhadaptax morale(variabel ekspolarasi faktor yang bebas dan variabel kontrol) memengaruhitaxmoraledilakukan agarkesimpulan yang didapat melalui terhadap Wajib Pajak aktif berda- uji regresi va-lid dan memberikan sarkan data sekunder dari IRS. informasi yang berguna sertadapat Sementara itu dalampenelitian ini, data dipahami.Sebagai variabel terikat, alih- yang diolah untuk mengeksplo-rasi alih menggunakan1 pertanyaan untuk faktortax moralebagi mahasiswa adalah mengukur skortax moralese-bagaimana dataprimer yang didapat dari hasil dilakukan Torgler dan Murphy kuesioner. Konstruk-si atas indikator (2004)dalam penelitian mereka, penulis yang digunakan dalam penelitianini mengajukan 7 per-tanyaan terkaittax mengacu pada argumen Torgler (2007) moraleyang akan digabungkanuntuk yang jugadijadikan acuan oleh memperoleh skortax moralemasing- McKercharet al. (2013), yaitubahwa terdapat tiga faktor utama yang semakin baik skortax morale.Penulis pentingdalam memahamitax morale: mengajukan tiga variabel untuk meng- (1) aturan moral, (2)persepsi tentang ukur indikator persepsi tentang keadilan dalam sistem pajak, danJEPI keadilan pajak,yaitu: (1) pengenaan Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 154– tarif pajak progresif atas peng-hasilan 172 (f airness1), (2) persepsi terhadap WajibPajak danGenerasiMuda:...160(3) konsis-tensi penerapan sanksi tingkat kepercayaan terhadap institusi perpajakan (f airness2), dan(3) persepsi peme-rintah (McKercharet al., 2013). mengenai Wajib Pajak yang terdaftardi Berdasarkan ketigaindikator tersebut Indonesia (f airness3). Penulis penulis mengajukan beberapa va-riabel memprediksikanterdapat hubungan bebas yang disesuaikan dengan kondisi positif antara ketiga variabeltersebut yangrelevan di Indonesia serta dengantax moraleyang mana semakin karakteristik responden.Untuk po-sitif persepsi seseorang terhadap mengukur indikator aturan moral, sistem pajak diIndonesia, maka penulismengajukan dua variabel yaitu: semakin baik skortax morale- (1) kesediaan mem-bayar zakat atau nya.Untuk indikator tingkat sumbangan keagamaan lainnyasesuai kepercayaan kepada pe-merintah, aturan agama (religiosity2) dan (2) penulis mengajukan dua variabel persepsimengenai kesetaraan antara yaitu:(1) keyakinan bahwa pajak yang pembayaran pajak danpembayaran dibayarkan ma-syarakat sudah sumbangan keagamaan dipergunakan dengan baik (religiosity3).Kedua variabel ini olehpemerintah untuk kesejahteraan diharapkan dapat mencermin-kan (trust1) dan (2)persepsi tentang aturan moral yang terdapat di Indonesia pentingnya sebuah pemerintah-an yang danmenjadi pemahaman luas diwujudkan melalui keikutsertaan masyarakat. Hipotesisatas kedua dalampemilihan umum (pemilu) variabel ini adalah terdapat asosiasi po- (trust2). Hipotesis yangdipakai adalah sitif antara aturan moral dantax morale, terdapat hubungan positif dengankata lain semakin baik aturan antarakeduanya dengantax morale, moral yang dipegangseseorang maka yakni individu yangberpandangan positif tentang keberadaan peme-rintah umur(Tekeli, 2011), (3) fakultas atau dan penggunaan anggaran oleh pendidikan (Torgler,2007; Tekeli, pemerin-tah akan berperilaku positif 2011), (4) latar belakang dalam hal kepatuhanpajak. Partisipasi etnis/budaya(Luttmer dan Singhal, dalam pemilu diajukan 2014), (5) latar belakang eko-nomi dalampertanyaan dengan (Torgler, 2007), dan (6) penghasilan mempertimbangkan bahwa sendiri(OECD, 2013). Penulis tidak isuperpajakan telah dipergunakan sepenuhnya memilikikeyakinan atas secara proporsionalsemasa kampanye asosiasi positif ataupun negatif para Calon Presiden di Pemilu2014. darimasing-masing elemen tersebut, Dengan mayoritas usia mahasiswa yang meskipun bebe-rapa penelitian su-dah memiliki hak pilih serta sebelumnya menunjukkan banyaknya eksposurmateri kampanye adanyahubungan positif antaratax dan debat para calon presidendi moraledengan umurataupun korelasi kampus, penulis berasumsi bahwa negatif dengan penghasilan sen- mahasiswapada umumnya telah diri.Profil dari responden adalah memiliki pemahaman yangcukup sebagai berikut. Dari493 responden, tentang pentingnya partisipasi publik mayoritas (66%) adalah perempu-an da-lam wujud pemilu untuk (324 orang) dan sisanya 34% adalah terselenggaranya laki-laki(169 orang). Berdasarkan sebuahpemerintahan.Penelitian ini juga umur, maka komposisi-nya adalah: di mencakup beberapa elemendemografi bawah 20 tahun (152 orang, sebagai variabel kontrol dalam anali- 31%),antara 20–25 tahun (334 orang, sis. Hal ini dilakukan mengingat dalam 68%), antara 26–30tahun (6 orang, penelitian-penelitian terdahulu, 1%), dan di atas 30 tahun (1 orang,1%). sebagaimana diuraikan dalamtinjauan Tabel 1 menyajikan profil responden referensi,tax moraledipengaruhi oleh berdasarfakultas tempat mereka faktordemografi dan sosial ekonomi. belajar.Berdasarkan latar belakang Faktor demografidan acuan yang etnis, suku Jawa men-duduki peringkat digunakan dalam penelitian iniadalah: pertama, yaitu sebanyak 222 res- (1) jenis kelamin (Torgler, 2007), (2) ponden (45%), disusul oleh suku Sunda (112 orang,23%), Minang (67 orang, Komputer326Kedokteran6613Keperaw 14%), kemudian sukuBatak (36 orang, atan377MIPA347Psikologi347Teknik4 7%). Sedangkan suku lainnya se- 910Vokasi377Jumlah493100Sumber: banyak 56 orang atau 11%.Latar Hasil Pengolahan Penulisnyak 334 belakang ekonomi dari responden orang (68%) menyatakan ’setuju’ bervaria-si. Peringkat paling tinggi bahwamereka adalah orang yang taat diduduki oleh mahasiswayang beragama. Sebanyak85 orang (17%) mempunyai orang tua berpenghasilan menyatakan ’netral’ terhadap per- anta-ra Rp5–10 juta sebulan sebanyak tanyaan apakah mereka taat 170 orang (35%),diikuti oleh mahasiwa menjalankan perintahagama. Sementara yang orangtuanya memper-oleh itu, 51 orang (10%) penghasilan di bawah Rp5 juta sebulan respondenmenyatakan ’sangat setuju’; (144orang, 29%), dan antara Rp11–15 17 orang (3%) menya-takan ’tidak juta (125 orang,25%), Rp16–20 juta setuju’; dan 6 orang (1%) (32 orang, 6%), dan yang ter-akhir menyatakan’sangat tidak setuju’.Hasil berpenghasilan di atas Rp20 juta (22 dan AnalisisSkorTax orang,4%).Terkait dengan penghasilan, MoraleBerdasarkan hasil penelitian, sebanyak 440 orang(89%) mengaku dengan skala 1–5 de-ngan ’1’ berartitax tidak mempunyai penghasilan sen-diri, moraledengan skor yang palingbagus sedangkan sisanya sebanyak 53 orang dan ’5’ skor yang paling buruk, maka (11%)mengaku memiliki penghasilan secarakeseluruhan dari 7 pertanyaan sendiri yang bukanberasal dari orang mengenaitax morale,skortax tua.Sehubungan dengan ketaatan moralemahasiswa Indonesia yang beragama, seba-JEPI Vol. 16 No. 2 dihitungdengan Januari 2016, hlm. 154–172 menggunakansuccessive interval Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat, methodada-lah 2,66. Secara terperinci A.161Tabel 1:Profil Responden skor tersebut disajikanpada Tabel Berdasarkan Fakultas Tempat 2.Apabila dirinci, maka terdapat BelajarFakultasN%Ekonomi326Farmas perbedaan skorantara pria dan wanita, i245FIB429FISIP418FKM327Hukum3 sebagaimana terlihat diTabel 3. 37Ilmu Responden laki-laki tampak memberikanrespons yang sedikit lebih dapat disimpulkan. Hal ini rendah dalam jugadidukung oleh kondisi yang mana skortaxmoraledibandingkan responden jarak usia respon-den tidak terlalu perempuan. Seja-lan dengan hasil riset lebar. Jumlah responden denganusia di yang dikompilasi oleh OECD(2013), atas 26 tahun sangat sedikit ditunjukkan bahwatax dibandingkandengan usia di bawah 26 moraleberkorelasipositif dengan jenis tahun.Berdasarkan tempat atau jurusan kelamin dengan perempuanumumnya di mana res-ponden kuliah, tidak memilikitax moralelebih baik dari laki- terdapat perbedaan yang da-pat laki.Berdasar hasil analisis data, disimpulkan terhadap nilaitax demografi respon-den menurut umur moralepadamasing-masing kelompok, menunjukkan bahwatax sebagaimana disajikanpada Tabel 5. moralemahasiswa Indonesia semakin Selain itu, penyebaran sampel memburuk denganbertambahnya umur padamasing-masing fakultas cukup sebagaimana terlihat pada Ta-bel 4. merata. Hal ini me-nandakan bahwa Keterkaitan antaratax moraledengan tidak terdapat keterkaitan antaralatar umurtelah dianalisis dalam penelitian belakang pendidikan dengantax yang dilakukanoleh Tekeli (2011) morale.Berdasar atas latar belakang terhadap dua negara OECD, etnis, seluruh kelom-pok tampak yaituJepang dan Turki dengan memiliki nilaitax moraleyang menggunakan data dariWVS. Namun relatifsama satu dengan lainnya, demikian, korelasi yang ada sebagaimana disajikanpada Tabel 6. bertolakbelakang, karena penelitian ini Oleh karena itu, latar belakang menunjukkan ada-nya kecenderungan etnistidak dapat dijadikan penentu bahwa generasi muda memilikitax tingkattax moralemasyarakat di moraleyang lebih baik dibandingkan dalamnya.Berdasarkan jumlah denganpenelitian WVS yang penghasilan orang tua, tidakterdapat menunjukkan kecenderungannilaitax perbedaan yang signifikan pada moraleyang lebih baik pada generasi skortaxmoraleseperti yang ditampilkan lanjutusia.Oleh karena itu, keterkaitan pada Tabel 7. Ter-lepas dari latar antaratax moralede-ngan umur belum belakang ekonomi masing-masingJEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 154– ObservasiLaki- 172 laki2,80169Perempuan2,58324Sumber: WajibPajak Hasil Pengolahan PenulisTabel 4:Tax danGenerasiMuda:...162Tabel MoraleBerdasar 2:Rincian SkorTax MoraleIndikasiTax UmurUmurSkorJumlah ObservasiDi MoraleSkorBila sudah memenuhi bawah 20 tahun2,61151Antara 20-25 syarat, saya akan mendaftarkan diri tahun2,67335Antara 26-30 untuk memiliki NPWP1,90Kalau tahun2,866Di atas 30 memungkinkan (walaupun melanggar tahun4,001Sumber: Hasil Pengolahan hukum), saya tidak akan membayar PenulisTabel 5:Tax MoraleBerdasar pajak2,11Kalau saya ragu apakah Tempat KuliahFakultasSkorJumlah penghasilan yang saya peroleh ObservasiEkonomi2,7632Farmasi2,722 dikenakan pajak atau tidak, saya lebih 4FIB3,1742FISIP2,4441FKM2,6632H memilih untuk tidakmelaporkan ukum2,6833Ilmu penghasilan tersebut dalam laporan Komputer2,5432Kedokteran2,5866Kep pajak2,32Saya tidak akan melaporkan erawatan2,4937MIPA2,5634Psikologi2 pajak saya, toh sanksinya tidak ,5634Teknik2,9049Vokasi2,4037Sumb seberapa2,01Adalah wajar apabila ada er: Hasil Pengolahan PenulisTabel orang yang tidak membayar pajak 6:Tax MoraleBerdasar Latar Belakang dengan benar, karena tidak akan EtnisLatar Belakang EtnisSkorJumlah ketahuan2,46Adalah wajar apabila ada ObservasiBatak2,6136Jawa2,66222Lai orang yang tidak membayar pajak nnya2,7955Minang2,4968Sunda2,6811 dengan benar, mengingat pajak tersebut 2Sumber: Hasil Pengolahan menjadi beban2,65Adalah wajar PenulisJEPI Vol. 16 No. 2 Januari apabila ada orang yang tidak membayar 2016, hlm. 154–172 pajak dengan benar, karena orang lain Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat, juga tidak membayar pajak2,45Skor A.163Tabel 7:Tax MoraleBerdasar rata-ratatax morale2,66Standard Besarnya Penghasilan Orang error0,03Sumber: Hasil Pengolahan TuaPenghasilan Orang TuaSkorJumlah PenulisTabel 3:Tax MoraleBerdasar ObservasiDi bawah Rp5 Jenis KelaminJenis kelaminSkorJumlah juta2,58143Rp5–10 juta2,64171Rp11– 15 juta2,65125Rp16–20 juta2,9432Di liki skortax moraleyang lebih baik dari atas Rp20 juta2,8322Sumber: Hasil respondenyang merasa tidak taat Pengolahan Penulisresponden, respons beragama. Hal ini mendu-kung hasil terhadaptax moraleberada da-lam level penelitian sebelumnya yang yang sama. Hal ini menandakan dilakukanoleh Tekeli (2011) dan hasil bahwalatar belakang kemampuan riset yang dikompilasioleh OECD ekonomi orang tua ti-dak memengaruhi (2013), yang keduanya skortax moralemahasiswa.Pada Tabel menunjukkanadanya korelasi positif 8 ditampilkan skortax moraleber- antara ketaatan beragamadengantax dasarkan kondisi apakah reponden morale.Tabel 9:Tax MoraleBerdasar mempunyaipenghasilan sendiri atau Ketaatan BeragamaKetaatan tidak. Adapun hasilnyaadalah tidak beragamaSkorJumlah ObservasiSangat terdapat perbedaan yang berarti taat2,3151Taat2,63334Netral2,7985Tid padaskortax morale. Atau dengan kata ak taat3,3517Sangat tidak lain, para ma-hasiswa yang telah taat2,856Sumber: Hasil Pengolahan memiliki penghasilan sendirirelatif PenulisTabel 3 sampai dengan Tabel 9 memiliki skortax moraledengan merupakan pen-jabaran rinci skortax mahasiswayang belum moralepada masing-masingvariabel berpenghasilan.Tabel 8:Tax kontrol. Pada bagian selanjutnya akan MoraleBerdasar Apakah Responden di-rinci skortax moralepada masing- PunyaPenghasilan SendiriApakah masing variabelbebas.Tabel 10 PunyaSkorJumlahPenghasilan menampilkan skortax moraleatas SendiriObservasiYa2,7853Tidak2,6444 kesedi-aan membayar zakat atau 0Sumber: Hasil Pengolahan sumbangan keagamaanlainnya sesuai PenulisBerdasarkan ketaatan beragama, aturan agama (religiosity2). Dari secara umum,tax moralesemakin baik tabeltersebut terlihat bahwatax dengan semakin tingginyatingkat moralesemakin mening-kat dengan ketaatan beragama seperti yang semakin tingginya kemauan ditampil-kan pada Tabel 9. Dapat membayarzakat atau sumbangan dilihat bahwa respondenyang merasa keagamaan lainnya. Halini konsisten lebih taat beragama cenderung memi- dengan respons yang direkam padaresponstax moraleterhadap dini. Dalam hal ini, pendidikan agama ketaatan beragama.Tabel 10:Tax harusdapat mendorong munculnya MoraleBerdasar Kesediaan kesadaran bahwa sa-lah satu peran MembayarZakat Sesuai Aturan pajak adalah untuk AgamaKesediaan Membayar mensejahterakanmasyarakat.JEPI Vol. Zakat/SkorJumlahSumbangan 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 154–172 KeagamaanObservasiSangat WajibPajak setuju2,13124Setuju2,26308Netral2,57 danGenerasiMuda:...164Tabel 11:Tax 48Tidak setuju2,7110Sangat tidak MoraleBerdasar Persepsi tentang Pajak setuju3,383Sumber: Hasil Pengolahan danPembayaran Sumbangan PenulisTabel 11 menampilkan skortax KeagamaanMembayar Pajak Setara moraleatas per-sepsi mengenai denganSkorJumlahKewajiban kesetaraan antara pembayaranpajak Membayar ZakatObservasiSangat dan pembayaran sumbangan setuju2,0680Setuju2,29161Netral2,292 keagamaan(religiosity3). Dari tabel 23Tidak setuju2,6321Sangat tidak tersebut terlihat setuju2,968Sumber: Hasil Pengolahan bahwataxmoralesemakin meningkat PenulisTabel 12 menampilkan skortax dengan semakin tinggi-nya perspektif moraleatas pe-ngenaan tarif pajak yang menganggap bahwa memba-yar progresif atas penghasilan(f airness1). pajak setara dengan kewajiban Dari tabel tersebut, secara umum, terli- membayar zakatatau sumbangan hat bahwatax moralecenderung keagamaan lainnya. Dari semakin meningkatseiring dengan responsresponden pada Tabel 9, 10, semakin tingginya perspektif dan 11, tampak terdapatkonsistensi yangmenganggap bahwa penerapan hubungan yang mana semakin tarif pajak progresifadalah positifpandangan individu terhadap mencerminkan keadilan. Hal ini juga agama, maka ada ke-cenderungan didu-kung oleh banyaknya responden semakin baik jugatax yang menyatakanbahwa penerapan tarif moraleindividutersebut. Berdasarkan pajak progresif mendukungterciptanya hasil tersebut, pendidikanagama perlu keadilan. Dalam konteks yang ditanamkan kepada generasi mudasejak lebihluas, terlihat bahwa sistem perpajakan yang adilakan berdampak bahwatax mo-ralesemakin baik sejalan positif terhadaptax moraledanpada dengan semakin tingginyakeyakinan akhirnya akan meningkatkan responden bahwa semua Wajib kepatuhan.Tabel 12:Tax Pajaktelah terdaftar pada sistem MoraleBerdasar Pengenaan Tarif administrasi perpajakandi PajakProgresif atas PenghasilanTarif Indonesia.Tabel 14:Tax Progresif Bersifat AdilSkorJumlah MoraleBerdasar Persepsi Mengenai ObservasiSangat WajibPajak yang Terdaftar di setuju2,2189Setuju2,24323Netral2,446 IndonesiaSemua Wajib Pajak Telah 1Tidak setuju2,7117Sangat tidak TerdaftarSkorJumlah ObservasiSangat setuju2,523Sumber: Hasil Pengolahan setuju2,0929Setuju2,28162Netral2,292 PenulisTabel 13 menampilkan skortax 31Tidak setuju2,2260Sangat tidak moraleatas persep-si terhadap setuju2,7411Sumber: Hasil Pengolahan konsistensi penerapan sanksi perpajak- PenulisTabel 15 menampilkan skortax an (f airness2). Dari tabel tersebut moraleatas keya-kinan bahwa pajak terlihat bahwasecara umum tidak ada yang dibayarkan masyarakatsudah pola tertentu pada semuatingkat dipergunakan dengan baik oleh perspektif responden.Tabel 13:Tax pemerin-tah untuk kesejahteraan MoraleBerdasar Persepsi (trust1). Dari tabel terse-but tidak terhadapKonsistensi Penerapan Sanksi terlihat kecenderungan tertentu PerpajakanSanksi yang Telah bahwatax moralesemakin baik DiterapkanSkorJumlahbagi Wajib dengan semakin tinggi-nya Pajak yang Tidak keyakinan/perspepsi bahwa Pemerintah PatuhObservasiSangat telahmenggunakan hasil pemungutan setuju2,1153Setuju2,29149Netral2,352 pajak untuk kese-jahteraan rakyat.Tabel 06Tidak setuju2,1577Sangat tidak 15:Tax MoraleBerdasar Perspektif setuju2,38Sumber: Hasil Pengolahan Bahwa PajakTelah Digunakan untuk PenulisTabel 14 menampilkan skortax KesejahteraanPajak yang Telah moraleatas persep-si mengenai Wajib DigunakanSkorJumlahuntuk Pajak yang terdaftar di Indonesia(f Kesejahteraan RakyatObservasiSangat airness3). Dari tabel tersebut terlihat setuju2,297Setuju2,3881Netral2,21175 Tidak setuju2,22199Sangat tidak setuju2,18104Setuju2,22296Netral2,44 setuju2,7231Sumber: Hasil Pengolahan 66Tidak setuju2,7120Sangat tidak PenulisTabel 16 menampilkan skortax setuju3,067Sumber: Hasil Pengolahan moraleatas persep-si tentang PenulisTabel 17:Hasil Estimasi pentingnya sebuah pemerintahan OLSVariabelKoefisienTaraf yangdiwujudkan melalui keikutsertaan KepercayaanVariabel KontrolFemale dalam pemilu(trust2). Dari tabel (dummy)-0,17067190,003Umur (Age)- tersebut terlihat bahwa sema-kin tinggi 0,01876360,751Tingkat ekonomi perspektif yang menganggap bahwa keluarga kei-kutsertaan dalam Pemilu Presiden (Incomelevel)0,03682420,158Ada adalah karenapentingnya keberadaan tidaknya penghasilan sendiri Pemerintah, maka secarakonsisten (Ownincome) semakin baik juga skortax morale. (dummy)0,10990950,212Ketaatan Halini mendukung kesimpulan dalam Bergama beberapa pene-litian sebelumnya yang (Religiosity1)0,08429250,029Variabel menyimpulkan bahwataxmoraleyang BebasKesediaan membayar zakat lebih tinggi dimiliki oleh Wajib (Religiosity2)0,05898620,141Persepsi Pajakyang percaya bahwa demokrasi tentang pajak dan pembayaran adalah sistem yangterbaik, percaya sumbangan kepada pemerintah, percaya redis- keagamaan(Religiosity3)0,06127250,0 tribusi pendapatan (OECD, 2013), 64Pengenaan tarif pajak progresif ataupun sikapterhadap pemerintah (Fairness1)0,04851990,144Konsistensi (Pope dan McKerchar, 2011).JEPI Vol. penerapan sanksi perpajakan 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 154–172 (Fairness2)-0,01478310,648Persepsi Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat, mengenai Wajib Pajak terdaftar A.165Tabel 16:Tax MoraleBerdasar (Fairness3)0,01320960,692Pajak telah Perspektif Ikut Pemilu karena digunakan untuk kesejahteraan Pentingnya Peran PemerintahIkut (Trust1)-0,03412030,264Pentingnya Pemilu karena Pentingnya peran pemerintah PemerintahSkorJumlah (Trust2)0,07906190,024R20,1432F- ObservasiSangat Value0Jumlah Observasi493Sumber: Hasil Pengolahan PenulisJEPI Vol. 16 responsyang berbeda terhadaptax No. 2 Januari 2016, hlm. 154–172 moraleantara pria danwanita yang mana WajibPajak responden wanita danGenerasiMuda:...166DeterminanTa memberikanresponstax moraleyang x MoraleSebagaimana telah dijelaskan lebih baik dari pria. Tigavariabel sebelumnya, uji sta-tistik dilakukan kontrol berikutnya, umur (age), dengan menggunakan metode tingkatekonomi keluarga OLSsetelah hasil respons pada skala (incomelevel), dan ada Likert dikonver-si menjadi data interval tidaknyapenghasilan sendiri dengan metodesuccessiveinterval. (ownincomedummy) memilikirespons Skortax moraledianalisis sebagai yang sesuai dengan prediksi, akan varia-bel terikat sedangkan masing- tetapitidak signifikan dalam hasil masing indikatortaxmorale, yaitu faktor OLS.Hasil yang menarik pada agama, keadilan dalam sistempajak, pengujian terhadap va-riabel kontrol dan kepercayaan kepada pemerintah adalah respons terhadap dia-nalisis sebagai variabel bebas. pertanyaanmengenai pendapat Beberapa variabelkontrol, yaitu responden mengenai kepatuh-an dalam fakultas (department) dan latar bela- menjalankan perintah agama. kang suku (ethnic) tidak diikutsertakan Meskipunkeimanan seseorang adalah dalam ujiOLS yang dilakukan. Penulis dimensi yang sangatsulit untuk diukur melakukan pengujianOLS terhadap dan disepakati, namun hasil pe-ngujian seluruh variabel bebas dan terhadap variabel ini menunjukkan beberapavariabel kontrol sebagai adanyaindikasi bahwa mereka yang variabeldummy(variabelf lebih taat menjalan-kan perintah agama emaledanownincome) sebagaimana (atau setidaknya dalam halini individu disajikan da-lam Tabel 17.Dalam hasil tersebut sendiri yang merasa pengujian OLS, jenis kelamin(f bahwamereka taat beragama) akan emaledummy) menghasilkan nilai cenderung memilikiskortax moraleyang koefisien nega-tif yang secara statistik lebih baik dari mereka yangmerasa signifikan. Koefisien negatifpada tidak menjalankan perintah agama. variabel ini mengindikasikan adanya Varia-bel ini tampak sejalan dengan konsep yang berlakuumum bahwa OLSterhadap ketiga variabel tersebut agama adalah sebuah nilai yang sa-ngat tidak memberikannilai staistik yang penting untuk membentuk masyarakat signifikan.Pengujian atas indikator yangmadani (civil society), termasuk yang terakhir, yaitu ke-percayaan dalam hal kepatuh-an berpartisipasi terhadap pemerintah (variabeltrust1 melalui pembayaran pajak.Hasil dantrust2), mendapatkan hasil yang pengujian OLS sebagaimana tersaji cukup menarikdalam hubungannya pada Ta-bel 17 juga menunjukkan dengantax morale. Untuk per-tanyaan indikasi pengaruh masing-masing mengenai bahwa pajak yang variabel bebas. Variabel bebas pertama dibayarkanoleh masyarakat sudah un-tuk indikator aturan moral, yaitu digunakan dengan baikoleh kesediaan mem-bayar zakat atau pemerintah untuk kesejahteraan rakyat, sumbangan keagamaan lainnyasesuai res-pons yang direkam tidak signifikan aturan agama, menghasilkan respons secara statistik.Akan tetapi, untuk positifsesuai prediksi akan tetapi tidak pertanyaan mengenai keikutser-taan signifikan seca-ra statistik. Variabel dalam pemilu tahun lalu sebagai kedua masih untuk indikatoraturan persetujuanbahwa keberadaan moral, yaitu kesetaraan antara pemerintah itu penting, responsyang pembayar-an pajak dan pembayaran direkam memberikan hasil sesuai sumbangan keagamaan,juga prediksidan secara statistik bernilai menunjukkan respons positif, walau signifikan. Hal terse-but dapat kita tidak sig-nifikan secara statistik. pahami bahwa individu yang Indikator keadilan dalamsistem pajak lebihmenghargai pemerintah dan setuju (tax system fairness) diuji oleh tiga akan penting-nya keberadaan sebuah vari-abel yang mencerminkan tarif pemerintahan juga dapatdiharapkan pajak progresif ataspenghasilan (f memilikitax moraleyang lebih airness1), persepsi terhadap konsis- baik.PembahasanTax Moraledan Hasil tensi penerapan sanksi perpajakan (f Survei WVSWVS menggunakan nilai airness2), danpersepsi mengenai wajib antara 1–10 dengan nilai’1’ berartitax pajak yang terdaftar diIndonesia (f moralesangat tinggi dan ’10’ airness3). Adapun hasil pengujian berartitaxmoralesangat rendah. Indonesia mendapat giliransurvei pada diolahnarkan, sedangkan 0,9% (18 tahun 2006. Pertanyaan yang orang) menyatakan’selalu bisa diajukanadalah ’Apakah Anda sangat dibenarkan’. Skortax moraledi Indone- setuju, sangat tidaksetuju, atau netral sia adalah 1,57 (yaitu angka rata-rata terhadap pernyataan berikut:Tidak pada tabeltersebut).Responden pada membayar pajak dengan benar bila penelitian ini adalah Andapunya kesempatan’. Jawaban mahasiswa,sedangkan pada WVS yang masuk berasaldari 1.976 adalah masyarakat umum de-ngan responden dengan hasil seperti berbagai tingkat pendidikan dan umur. disajikanpada Tabel 18.Dari Tabel 18, Padapenelitian ini, tingkat umur dapat dilihat bahwa 77,8% sebagaimana disajikansebelumnya (1.567orang) responden menyatakan adalah hampir semuanya di bawah bahwa pernyataan’tidak membayar 30tahun (hanya satu orang yang berusia pajak sesuai ketentuan walaupunada dia atas 30tahun).Perbandingan hasil kesempatan’ adalah tidak pernah dapat nilaitax moraleantara WVSdengan dibe-JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, penelitian ini adalah nilai 1,57 pada hlm. 154–172 WVSdan 2,66 pada penelitian ini. Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat, Kedua angka ini tidakbisa A.167Tabel 18:Tax dibandingkan langsung karena terdapat MoraleberdasarkanWorld Value Survey per-bedaan pada skala. Pada penelitian 2006JawabanJumlahProsentaseTidak ini, skalanyaadalah antara 1–5, pernah bisa sedangkan pada WVS skalanyaadalah dibenarkan1.56777,80%21999,90%358 1–10. Keduanya menunjukkan 2,90%4381,90%5271,30%6221,10%72 bahwataxmoraleIndonesia cukup 21,10%880,40%9170,80%Selalu bisa baik.WVS merinci skor Indonesia dibenarkan180,90%Tidak ditanyakan berdasar beberapaatribut responden dan pewawancara20,10%Tidak ada opini mereka. Atribut respon-den jawaban140,70%Tidak meliputi jenis kelamin, umur, jenis tahu231,10%(N)(2.015)100%Rata- pekerjaan,tingkat penghasilan, wilayah rata1,57N1,976Sumber:World Value tempat tinggal, dansektor pekerjaan. Survey 2006(WVS, 2006), Secara ringkas hasil WVS adalahbahwa berdasar umur, semakin tua orang mahasiswa,semakin buruk skornya. Indonesiaakan semakin bagus skornya; Sementara itu WVS menun-jukkan wanita lebih bagusskornya daripada bahwa semakin tua seseorang akan laki-laki; semakin taat beragamaakan semakinbaik skornya. Hasil pengujian semakin bagus skornya; dan tidak OLS untuk variabelumur tidak terdapatindikasi bahwa tingkat memberikan adanya pengaruh pendidikan, tingkat kesejah-teraan, yangsignifikan terhadap skortax tingkat kepercayaan terhadap morale. Hal tersebutdapat dipahami pemerintah,tingkat demokrasi, afiliasi mengingat responden pada peneli-tian dengan partai politik,dan jenis ini relatif berada pada rentang usia pekerjaan memengaruhi skor.Secara yang lebihsempit (hanya satu lebih detil, hasil penelitian ini responden yang berusia lebihdari 30 menunjuk-kan kesamaan dengan WVS tahun). Hal ini menjadikan terkait jenis kelamin.Terkait variabel perbandingankedua survei tidak ’apple tersebut, hasil penelitian ini menun- to apple’; bahwa respondensurvei pada jukan bahwa skor wanita lebih baik, penelitian ini adalah himpunan yaitu masing-masing 1,42 untuk wanita bagian(sub-set) dari responden survei berbanding 1,71 untuklaki-laki pada WVS.Faktor-faktor lain yang diuji pada survei WVS dan 2,58 untuk penelitian iniyang tidak wanitadibanding 2,8 untuk laki-laki memengaruhitax moraleadalah pada penelitian ini.Hasil pengujian fakultastempat belajar, latar belakang OLS juga menunjukkan etnis, penghasilanorang tua, dan apakah adanyapengaruh yang signifikan dari responden punya penghasil-an sendiri, jenis kelamin ter-hadap skortax yang kesemuanya sejalan dengan moraledengan wanita WVS.JEPI Vol. 16 No. 2 Januari 2016, cenderungmemberikan skortax hlm. 154–172 moraleyang lebih baik darilaki- WajibPajak laki.Aspek yang bertolak belakang danGenerasiMuda:...168Tax adalah terkaitumur. Penelitian ini MoraleMahasiwa di menunjukkan adanya kecen-derungan IndonesiaPenelitian ini berfokus bahwa semakin tua umur kepada para calon Wajib Pa-jak potensial di masa yang akan datang, dapatmemanfaatkan perbedaan perilaku yaitu paramahasiswa. Dalam penelitian sosial antaralaki-laki dan wanita untuk ini, penulis menga-jukan 3 indikator menentukan atastax moraleyang dirumuskanke kebijakanperpajakan.Stotsky (1996) dalam 7 variabel bebas dan 5 variabel dalam tulisannya yang berjudulHow kontroluntuk diuji secara regresi Tax System Treat Men and Women (tidak semua variabelkontrol diolah ke Differently,menyatakan bahwa terdapat dalam OLS). Hasil Pengujian beberapa pengalamandari negara maju OLSterhadap variabel bebas dan dan berkembang yang merefor-masi variabel kontrol (12 va-riabel sistem perpajakannya dengan pengujian), menunjukkan ada 3 pertimbangangender. Malaysia pernah variabel yangmemberikan pengaruh menerapkan sistem pa-jak penghasilan signifikan terhadap untuk orang pribadi yang serupadengan skortaxmoraledengan nilai R2=0,1423. Indonesia yang mana penghasilan Meskipun modelyang diuji hanya untukwanita menikah digabungkan ke mampu menjelaskan sebagian ke-cil penghasilan sua-mi untuk penghitungan dari fenomenatax morale, namun masih pajak, kecuali dikehendakiterpisah. dapatdilakukan beberapa interpretasi Namun pada tahun 1991, Malaysia yang berharga atasvariabel-variabel mengu-bah sistemnya menjadi yang signifikan tersebut.Salah satu pemisahan atas penghasilanistri dan kesamaan hasil temuan dalam peneliti- suami dalam penghitungan pajak, an ini dengan WVS adalah terkait kecua-li dikehendaki untuk digabung. variabel jenis ke-lamin. Dalam Beberapa negaralain juga disebutkan penelitian ini, wanita cenderung me- memiliki kebijakan perpajak-an yang milikitax moraleyang lebih baik dari membedakan perlakuan pengenaan laki-laki. Halini sejalan dengan WVS pajakberdasarkan jenis kelamin, seperti yang juga menunjukkan halyang sama. Singapura yangmemberikan tambahan Terlepas dari apa yang pengurang penghasilan un-tuk wanita menyebabkanwanita cenderung lebih menikah atau Pakistan yang memberi- patuh dibandingkan laki,perlu kan pengecualian penghasilan lebih dipertimbangkan bahwa pemerintah tinggi bagi wa-nita. Kebijakan serupa dapat dipertimbangkan olehpemerintah yang lebihbaik –merupakan sebuah ide dengan kajian yang lebih mendalamdan yang serupa dengankonsep zakat dalam disesuaikan dengan insentif yang setiap agama. Argumen inimudah dikehendakiuntuk membentuk perilaku dijelaskan dengan menghubungkan sosial di masyarakat.Pengujian OLS anta-ra ketersediaan berbagai layanan yang dilakukan menunjukkanadanya publik, sepertipendidikan gratis, pengaruh positif ketaatan beragama jaminan kesehatan, keamanan,ataupun terha-dap skortax morale. Hal ini fasilitas rekreasi yang semata-mata sejalan dengan teoriyang diajukan dise-diakan melalui penerimaan pajak. oleh Pope dan McKerchar Kedua logikaini dapat dimaksimalkan (2011)bahwareligious beliefadalah oleh pemerintah untukmenciptakan salah satu faktor yangmemengaruhitax persepsi yang lebih positif morale. Konsistensi hubungan an-tara tentangpajak. Dalam konteks edukasi, ketaatan beragama dengantax dapat disimpulkanbahwa salah satu moraleantarakedua penelitian ini dapat cara untuk membangun kultur pa-jak dijelaskan dengan bebe-rapa yang baik adalah melalui pendidikan logika.Logika pertamaadalah individu beragama,yang dalam hal ini harus yangtaat beragama akan cenderung diasosiasikan dengan pen-tingnya menaati peraturan.Dengan logika ini, menjunjung tinggi hukum serta maka membangun pendidik-an agama pentingnyakontribusi sosial dalam yang kuat bagi generasi muda bernegara.Berbeda dengan hasil WVS dapatdiarahkan untuk mendorong yang menunjukkanbahwa tidak ada terciptanya genera-si yang lebih taat indikasi tingkat kepercayaan ter-hadap hukum, termasuk taat pemerintah memengaruhitax morale, hukumperpajakan yang berlaku di dalampenelitian ini ditemukan bahwa Indonesia.Logika keduayang dapat kesadaran akanpentingnya sebuah dibangun dari temuan ini adalah pemerintahan, yang ditunjuk-kan bahwapajak dapat dipahami sebagai melalui partisipasi dalam pemilu, sebuah kontribusiyang mutlak memilikipengaruh yang signifikan dan dibutuhkan dari setiap warga nega-ra positif terhadaptaxmorale. Hasil ini untuk terciptanya kehidupan sosial menunjukkan bahwa indikatortrust to governmentharus menjadi perhatian pemerintah untuk membangun dalamupaya membanguntax moraledi kesadaranmasyarakat akan pentingnya Indonesia. Apabi-la dilihat sebagai terselenggara sebuahpemerintahan yang sebuah proses bernegara, sehat dan menjaga makapartisipasi dalam pemilu adalah kepercayaanmasyarakat terhadap titik awal darikesadaran akan akuntabilitas pemerintahandalam pentingnya pemerintahan dan pro-ses membelanjakan anggaran negara. tersebut harus diikuti dengan Konsisten-si akan hal tersebut akan terbentuknya danberjalannya sebuah mendorong terciptanyatax moraleyang pemerintahan yang dapat diper-caya lebih baik di masyarakat, dan masyarakat. Dalam kaitannya dengan padaakhirnya tingkat kepatuhan pajak pajak,maka kepercayaan terhadap secara umumjuga dapat diharapkan pemerintah harus di-bangun dengan meningkat.KesimpulanPada penelitian akuntabilitas dan transparansi atasJEPI ini,tax moralemerupakan varia-bel Vol. 16 No. 2 Januari 2016, hlm. 154– terikat. Adapun variabel bebas terdiri 172 dari tu-juh variabel, yaitu (1) kesediaan Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat, membayar zakatatau sumbangan A.169pemungutan pajak, serta yang tak keagamaan lainnya sesuai kalah pentingadalah bagaimana aturanagama; (2) persepsi mengenai penggunaaan uang pajak seba-gai kesetaraan antarapembayaran pajak dan belanja negara. Apabila layanan publik pembayaran sumbangankeagamaan tidaktersedia dengan baik atau praktik yang dikelompokkan dalam korupsi kerapterjadi di pemerintahan, indikatoraturan moral; (3) pengenaan maka kepercayaan terha-dap tarif pajak progresifatas penghasilan; pemerintah akan hilang. Konsekuensi (4) persepsi terhadap logisdari hilangnya kepercayaan konsistensipenerapan sanksi masyarakat terhadapbagaimana perpajakan; (5) persepsi menge-nai pemerintah mengelola keuangan ada- Wajib Pajak yang terdaftar di Indonesia lah turunnyatax moraledan tergerusnya yangdikelompokkan dalam indikator kepatuhanserta penerimaan pajak. Oleh keadilan pajak; (6)keyakinan bahwa sebab itu, sangat pen-ting bagi pajak yang dibayarkan masyara-kat sudah dipergunakan dengan baik oleh mendesak bagi Indonesia seba-gai pemerin-tah untuk kesejahteraan; dan negara berkembang mengingat porsi (7) persepsi tentangpentingnya sebuah ekonomiinformal tinggi dan kapasitas pemerintahan yang diwujudkanmelalui administrasi perpajak-an belum keikutsertaan dalam pemilu yang optimal. Pendekatan untuk dikelom-pokkan dalam indikator mereformasisistem perpajakan tingkat kepercayaan kepa-da berdasarkan gender –seperti di- pemerintah. Sementara itu, beberapa terapkan di beberapa negara variabelkontrol yang diuji adalah jenis berkembang, atau pen-dekatan kelamin, umur, ting-kat penghasilan, keagamaan melalui edukasi, atau penghasilan sendiri, dan upayameningkatkan kepercayaan ketaatanberagama.Berdasar hasil terhadap pemerintah–dapat menjadi pengujian regresi dan analisis des- salah satu fokus untuk reformasisistem kriptif, diketahui bahwa variabel jenis perpajakan di Indonesia. Masih kelamin, ke-taatan beragama, dan terdapatbanyak dimensi lain yang dapat persepsi tentang pentingnyasebuah membentuktaxmoraledi Indonesia. pemerintahan memiliki pengaruh Sehingga, eksplorasi akademisatas positifketax morale. Hal tersebut wilayah ini dapat mendukung upaya menunjukkan bahwapemerintah perlu pemerin-tah untuk membentuk mempertimbangkan aspek moraldalam kepatuhan pajak yang lebihbaik di mendorong kepatuhan pajak. Teori Indonesia.Implikasi dan tradi-sional seperti probabilitas audit KeterbatasanTingkat kepatuhan Wajib dan sanksi, yangselama ini telah Pajak dipengaruhi olehfaktor ekonomi menjadi fokus dari dan faktor sikap (Pope dan McKer- pendekatanpemerintah untuk char, 2011). Berdasarkan penelitian ini membentuk kepatuhan pajak,perlu diketahuibahwatax moralesebagai didukung dengan kebijakan yang faktor sikap dapat di-pengaruhi oleh diarahkanuntuk membentuktax faktor aturan moral dan moraleyang lebih baik di ma-syarakat. tingkatkepercayaan kepada pemerintah. Pendekatantax moraleuntuk Dengan berbagaiketerbatasan kepatuhanpajak menjadi lebih mengingat kompleksitas fenomenatax moralesebagai bagian dari ilmu sosial, WajibPajak dapatdisimpulkan bahwatax danGenerasiMuda:...170menjadi moraleadalah bagian yangtidak langkah awal untuk memahamitax terpisahkan dan harus menjadi salah moraledi generasi yang akan masuk ke satu ele-men yang dipertimbangkan dalam perekono-mian Indonesia. oleh pengambil kebi-jakan untuk Penyempurnaan atas penelitiantax meningkatkan kepatuhan Wajib moraledapat dilakukan dengan Pajak.Kembali ke pendapat Pope dan memperluassampel penelitian yang McKerchar (2011),bahwa kunci untuk melibatkan mahasiswa diseluruh memahami kepatuhan pajakadalah Indonesia atau terhadap Wajib Pajak level awal daritax moraleseseorang yangsudah terdaftar.Daftar daninterkoneksi antaratax Pustaka[1]Alink, M., & Kommer, V. moraledengan kesempatanuntuk (2011).Handbook on Tax Adminis- menghindari pajak.Dalam penelitian tration. Amsterdam: International ini, sampel yang digunakanadalah Bureau of Fiscal Docu-mentation mahasiswa di Universitas Indonesia. (IBFD).[2]Allingham, M. G., & Sam-pel diasumsikan sebagai calon Sandmo, A. (1972). Income Tax Wajib Pajak potensialdan tidak Evasion:A Theoretical Analysis.Journal mewakili persepsi Wajib Pajak yang of Public Economics, 1(3–4),323– sa-at ini sudah terdaftar. Dengan 338.[3]Alm, J., & Torgler, B. menyadari bahwaUniversitas Indonesia (20045). Culture Differences andTax ada salah satu universitasdengan Morale in the United States and in peringkat terbaik di Indonesia, Europe.Wor-king Paper, 2004 - 14. terdapatkemungkinan adanya Center for Research in perbedaan karakteristik an-tara Economics,Management and the Arts mahasiswa Universitas Indonesia (CREMA). Diakses dengan uni-versitas lainnya di darihttp://ww.w.crema- Indonesia. Namun research.ch/papers/2004-14.pdf. Tang- demikian,kesimpulan yang didapat dari gal akses 12 Januari 2015.[4]Arnold, J. penelitian ini dapatJEPI Vol. 16 No. 2 (2012). Improving the Tax System in Januari 2016, hlm. 154–172 Indonesia.OECD Economic Department Working Paper, 998. darihttp://www.pajak.go.id/sites/default Organisa-tion for Economic Co- /files/DJP%20AR%202015%20Fullpag operation and Development. Diak-ses es%20- darihttp://dx.doi.org/10.1787/5k912j3r2 %20Indonesia%20%28Lowres%29.pdf qmr-en.Tanggal akses 12 Januari . 2015.[5]D’Arcy, M. (2011). Why 2015.[9]DJP. (2016, 11 Januari). do Citizens Assent to PayTax? Realisasi Penerimaan Pajak Legitimacy, Taxation and the Tahun2015: Pertumbuhan Penerimaan Afri- can Sta-te.Afrobarometer di Tengah PerlambatanEkonomi.Siaran Working Paper, 126. Diakses Pers Nomor: 03/2016. Jakarta: darihttp://afrobarometer.org/sites/defau Direkto-rat Jenderal Pajak – lt/files/publications/Working%20paper/ Kementerian Keuangan. AfropaperNo126.pdf.Tanggal akses 8 Diaksesdarihttp://www.pajak.go.id/site Maret 2015.[6]Daude, C., & s/default/files/Siaran%20Pers%20- Melguizo, ́A. (2010). Taxation and %2011%20Januari%202016.pdf.Tangg MoreRepresentation? On Fiscal Policy, al akses 8 Maret 2015.[10]Frey, B. S., Social Mobility and De-mocracy in & Feld, L. P. (2002). Deterrence and Latin America.OECD Development Morale inTaxation: An Empirical Centre Wor-king Paper, 294. Diakses Analysis.CESifo Working Paper,760. darihttp://www.oecd.org/ctp/tax- Center for Economic Studies (CES) – policy/46753946.pdf. Tanggal akses 8 Ifo Institute. Di-akses Maret 2015.[7]DJP. (2015a).Buku darihttp://www.cesifo- Saku Pajak Dalam Angka. Jakarta: group.de/portal/page/portal/DocBase_C Direk-torat Jenderal Pajak – ontent/WP/WP- Kementerian Keuangan.[8]DJP. CESifo_Working_Papers/wp-cesifo- (2015b).Laporan Tahunan DJP tahun 2002/wp-cesifo-2002- 2015: TahunPembinaan Wajib Pajak: 08/760.pdf.Tanggal akses 8 Maret Membangun Budaya Taat 2015.[11]Gaviria, A., Graham, C., & Pajak.Jakarta: Direktorat Jenderal Braido, L. H. (2007). Social Mo-bility Pajak – Kementerian Keu-angan. and Preferences for Redistribution in Diakses Latin America[with Tanggal akses 8Maret Comments].Econom ́ıa, 8(1), 55– 5991.2009.01066.x.[17]Luttmer, E. F. 96.[12]Halla, M. (2012). Tax Morale P., & Singhal, M. (2014). Tax and Compliance Behavior:First Morale.Journalof Economic Evidence on A Causal Link.The B. E. Perspectives, 28(4), 149– Journal of EconomicAnalysis & Policy, 168.[18]McKerchar, M. (2010).Design 12(1), 1–27.[13]Hug, S., & Sp ̈orri, F. and Conduct Research in Tax,Law and (2011). Referendums, Trust, and Accounting. Pyrmont, N.S.W. : TaxEvasion.European Journal of Lawbook Co.[19]McKerchar, M., Political Economy, 27(1), 120– Bloomquist, K., & Pope, J. (2013). 131.[14]Kemenkeu. (2004–2014).Nota Indicatorsof Tax Morale: An Keuangan dan Rancangan Ang-garan Exploratory Study.eJournal of Tax Pendapatan dan Belanja Negara Research,11(1), 5–22.[20]OECD. (RAPBN) [Tahun Ang-garan 2004– (2013).What Drives Tax Morale?. 2014]. Jakarta: Direktorat Jenderal Paris: Tax andDevelopment Anggaran –Kementerian Keuangan Programme – Centre for Tax Policy Republik Indonesia.[15]Kemenkeu. andAdministration/Development Co- (2016).Nota Keuangan beserta operation Directo-rate – RancanganAnggaran Pendapatan dan Organisation for Economic Co- Belanja Negara Tahun Anggar-an operation andDevelopment. Diakses 2016, Buku II. Jakarta: Direktorat darihttp://www.oecd.org/ctp/tax- Jenderal Anggar-an – Kementerian global/TaxMorale_march13.pdf. Keuangan Republik Indonesia. Diak- Tanggal akses 12Januari ses 2015.[21]PDDIKTI. (t.t.).Grafik darihttp://www.anggaran.depkeu.go.id/ Jumlah Mahasiswa Aktif* Berdasark- Content/Publikasi/NK%20APBN/NK% an Kelompok Bidang. Pangkalan Data 20RAPBN%202016.pdf. Tanggalakses Pendidikan Tinggi– Kementerian 12 Januari 2015.[16]Levi, M., & Sacks, Riset, Teknologi dan Pendidikan A. (2009). Legitimating Beliefs: Sour- Tinggi.Diakses ces and Indicators.Regulation & darihttp://forlap.dikti.go.id/mahasiswa/ Governance, 3(4), 311– homegraphbidang. Tanggal akses 12 333.doi:10.1111/j.1748- Januari 2015.[22]PDDIKTI. (t.t.).Grafik Jumlah Mahasiswa Aktif* 2015.[27]Str ̈umpel, B,. 1969. The Berdasark-an Jenis Kelamin. Contribution of Survey Research Pangkalan Data Pendidikan Tinggi – toPublic Finance. In A.T. Peacock Kementerian Riset, Teknologi dan (Ed.),Quantitative Analysisin Public Pendidikan Tinggi.Diakses Finance, pp. 13–32. New York: darihttp://forlap.dikti.go.id/mahasiswa/ Praeger.JEPI Vol. 16 No. 2 Januari homegraphjk. Tanggal akses 12 Januari 2016, hlm. 154–172 2015.[23]Phillips, M. D. Susila, B., Juniult, P. T., & Hidayat, (2011).Reconsidering the A.171SURVEI MENGENAITAX DeterrenceParadigm of Tax MORALEMAHASISWA Compliance. Internal Revenue INDONESIALembar kuesioner yang Servi-ce. Diakses Anda pegang saat ini adalah bagian dari darihttps://www.irs.gov/pub/irs- penelitian yang dilakukan soi/11resconreconsider.pdf. Tanggal olehIndonesia Tax Research akses 8 Maret 2015.[24]Pope, J., & Center(ITRC), sebuahorganisasi nirlaba McKerchar, M. (2011). Understanding independen yang tidak terafiliasi Tax Moraleand its Effect on Individual dengan lembaga pemerintahan Taxpayer Compliance.BritishTax manapun. Tujuan pendirian ITRC Review, 5, 587–600.[25]Slemrod, J. adalah untuk memacu risetdalam (Ed.). (1992).Why People Pay Taxes: bidang perpajakan dengan tujuan untuk Tax Complian-ce and Enforcement. memperkaya pengetahuan dalam Ann Arbor, MI: University of bidang perpajakan dan juga MichiganPress.[26]Stotsky, J. G. memberikan rekomendasi (1996). How Tax Systems Treat kepadapengambil keputusan. Riset Menand Women Differently.Finance yang dilakukan ITRC sekarang ini & Development, 34(1),30–33. bertujuan untuk mengetahui sampai Washington, DC: International sejauh mana kesadaran perpajakan Monetary Fund.Diakses mahasiswaIndonesia sebagai calon darihttps://www.imf.org/external/pubs/ Wajib Pajak potensial. Anda tidak perlu ft/fandd/1997/03/pdf/stotsky.pdf. mencantumkan identitas Anda di Tanggal akses 12 Janu-ari lembaran ini.Seluruh pertanyaan dalam kuisioner ini terkait dengan Pajak (walaupun melang-gar hukum), saya Penghasilan (PPh) dan bukan jenis tidak akan membayar pa-jaklllllKalau pajak lainnya (Seperti: Pajak saya ragu apakah penghasilan yang sa- Kendaraan Bermotor,Pajak Bumi dan ya peroleh dikenakan pajak atau tidak, Bangunan (PBB), dll.).Penulis ucapkan sayalebih memilih untuk tidak terima kasih atas kesediaan Anda melaporkan peng-hasilan tersebut mengisi kuesioner ini.BERILAH dalam laporan pajaklllllSaya tidak akan TANDA SILANG (X) PADA KOTAK melaporkan pajak saya, tohsanksinya YANG SESUAI DENGAN FAKTA tidak seberapalllllAdalah wajar apabila TENTANG ANDA/OPINI ANDAJenis ada orang yang tidakmembayar pajak kelamin Anda:lLaki-lakilWanitaUmur dengan benar, karena tidakakan Anda:ldi bawah 20 tahunl20–25 ketahuanlllllAdalah wajar apabila ada tahunl26–30 tahunllebih dari 30 orang yang tidakmembayar pajak tahunFakultas tempat Anda dengan benar, mengingatpajak belajar:lMIPAlTekniklIlmu tersebut menjadi bebanlllllAdalah KomputerlEkonomilHukumlFISIPlFIB wajar apabila ada orang yang lKedokteranlFKMlKeperawatanlFarma tidakmembayar pajak dengan benar, silLainnyaLatar belakang karena oranglain juga tidak membayar etnis:lJawalSundalBataklMinanglLainn pajaklllllSaya adalah orang yang taat yaPerkiraan penghasilan orang tua menjalankanperintah agama Anda sebu-lan:ldi bawah 5 jutal5-10 sayalllllApabila saya mempunyai jutal11-15 jutal16-20 jutaldi atas 20 penghasilan, sayaakan membayar jutaApakah Anda mempunyai sumbangan keagamaan (za-kat/kolekte) penghasilan sendiri yang bukan dari sesuai aturan agama sayalllllSaya orang memandang bahwa kewajiban memba- tua?:lYalTidakPERNYATAANSangat yar pajak itu setara/sama pentingnya setujuSetujuNetralTidakSangatsetujuTi denganmembayar zakat atau dak setujuBila sudah memenuhi syarat, sumbangan keagama-an saya akan men-daftarkan diri untuk lainnyalllllMenurut saya adalah adil memiliki Nomor PokokWajib Pajak apabila semakinkaya seseorang maka (NPWP)lllllKalau memungkinkan semakin besar tarif pa-jak yang dikenakanlllllSaat ini, banyak orang akses 12 Januari2015.[30]Torgler, B. kaya yang sudah dike-nakan sanksi (2003). Does Culture Matter? Tax karena tidak membayar pajaksesuai Morale inan East-West-German dengan ketentuanlllllSaat ini, setiap Comparison.FinanzArchiv: orang yang mendapat peng-hasilan, PublicFinance Analysis, 59(4), 504– baik sedikit ataupun banyak, 528.[31]Torgler, B. (2004). Tax Morale sudahterdaftar menjadi Wajib in Asian Countries.Journal ofAsian PajaklllllPajak yang dibayarkan oleh Economics, 15(2), 237– masyarakat te-lah digunakan dengan 266.[32]Torgler, B., & Murphy, K. baik oleh Pemerintahuntuk (2004). Tax Morale in Australia:What kesejahteraan rakyatlllllSaya tahun Shapes It and Has It Changed Over kemarin ikut Pemilu Presiden ka-rena Time?.Journal ofAustralian Taxation, menurut saya keberadaan 7(2), 298–335.[33]Torgler, B. (2005). pemerintahitu pentinglllllJEPI Vol. 16 Tax Morale in Latin America.Public No. 2 Januari 2016, hlm. 154–172 Choice,122(1), 133–157.[34]Torgler, WajibPajak B. (2007).Tax Compliance and Tax danGenerasiMuda:...172[28]Sugana, Morale: A Theoriticaland Empirical R., & Hidayat, A. (2014). Analisis Analysis. Cheltenham, UK: Edward Potensi danKesenjangan Penerimaan Elgar.[35]WVS. (2006).World Values Pajak Pertambahan Nilai di Indo-nesia Survey wave 5 (2005– Tahun 2013.Jurnal Ekonomi dan 2008).WorldValuesSurvey.Diaksesdari Pembangunan Indonesia,15(1), 1– http://www.worldvaluessurvey.org/WV 40.[29]Tekeli, R. (2011). The SDocumentationWV5.jsp.Tanggal Determinants of Tax Morale: akses 12 Januari 2015.JEPI Vol. 16 No. TheEffects of Cultural Differences 2 Januari 2016, hlm. 154–172 and Politics.PRI Di-scussion Paper Series, (No. 11A-10). Tokyo: Policy Re-search Institute (PRI), Ministry of Finance of Jap-an. Diakses darihttp://www.mof.go.jp/pri/research/ discussion_paper/ron225.pdf. Tanggal