LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PENANGANAN PASCA PANEN EDAMAME (Glycine max (L.) Merrill) DI PT. BIMANDIRI AGRO SEDAYA LEMBANG OLEH AMILA YOSALFA F 240210110064 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN JATINANGOR 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PENANGANAN PASCA PANEN EDAMAME (Glycine max (L.) Merrill) DI PT. BIMANDIRI AGRO SEDAYA LEMBANG OLEH AMILA YOSALFA F 240210110064 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN JATINANGOR 2014 LEMBAR PENGESAHAN JUDUL : PENANGANAN PASCA PANEN EDAMAME (Glycine max (L.) Merrill) DI PT. BIMANDIRI AGRO SEDAYA LEMBANG NAMA : AMILA YOSALFA F NPM : 240210110064 PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI PANGAN JURUSAN : TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN DISETUJUI dan DISAHKAN Untuk diajukan sebagai laporan mata kuliah Praktek Kerja Lapang (PKL) Pada Jurusan Teknologi Industri Pangan Koordinator Mata Kuliah Pembimbing Akademis Praktek Kerja Lapang Herlina Marta, S.TP., M.Si 19820327 2006042002 Herlina Marta, S.TP., M.Si 19820327 2006042002 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapang di PT. Bimandiri Agro Sedaya dengan judul “Penanganan Pasca Panen Edamame (Glycine max (L.) Merrill) Di PT. Bimandiri Agro Sedaya, Lembang”. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Praktek Kerja Lapangan pada Jurusan Teknologi Industri Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran. Tidak sedikit kesulitan yang penulis alami dalam proses pembuatan laporan ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Herlina Marta, S.TP., M.Si., koordinator mata kuliah Praktek Kerja Lapang sekaligus pembimbing akademis yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penulisan laporan ini. 2. Achmad Rivani, Ir., Denny Hidajat, Ir., Irman F. Amrullah, Ir., Ahmad Hidayat, Ir., Sudia Dharmawidjaja, Ir., Sandredo Tanjung, Ir., dan seluruh staf dan karyawan PT. Bimandiri Agro Sedaya atas bimbingan dan bantuannya selama pelaksanaan PKL. 3. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan sepenuhnya kepada penulis selama pelaksanaan PKL. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga keterbatasan ini tidak mengurangi nilai ilmiah serta penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi yang berkepentingan, khususnya bagi penulis sendiri. Jatinangor, Agustus 2014 DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan 2.2 Visi dan Misi Perusahaan 2.3 Manajemen dan Struktur Organisasi 2.3.1 Manajemen 2.3.2 Struktur Organisasi 2.4 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan 2.5 Ketenagakerjaan 2.6 Sumber Daya Material dan Penggerak 2.7 Proses Produksi dan Pemasaran III. PENANGANAN PASCA PANEN EDAMAME (Glycine max (L.) Merrill) 3.1 Sejarah Edamame 3.2 Botani Edamame 3.3 Prinsip Penanganan Pasca Panen Edamame 3.4 Pemanenan dan Pengepakan Di Kebun 3.5 Penerimaan (Receiving) 3.6 Sortasi 3.7 Pengemasan dan Labeling 3.8 Pengepakan dan Transportasi 3.9 Permasalahan yang Menurunkan Mutu 3.10 Sanitasi dan Penanganan Limbah 3.11 Rekomendasi IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco, snack, dan sebagainya. Konsumsi per kapita pada tahun 1998 sebesar 8,13 kg meningkat menjadi 8,97 kg pada tahun 2004. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan kedelai cenderung meningkat (Agro Inovasi, 2014). Kebutuhan kedelai pada tahun 2004 sebesar 2,02 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru mencapai 0,71 juta ton dan kekurangannya diimpor sebesar 1,31 juta ton. Hanya sekitar 35% dari total kebutuhan dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan terus-menerus, mengingat potensi lahan cukup luas, teknologi dan SDM handal cukup tersedia. Upaya untuk menekan laju impor tersebut dapat ditempuh salah satunya adalah menanam jenis kedelai yang dapat tumbuh dengan baik di dalam negeri. Salah satu jenis kedelai yang dapat tumbuh dengan baik di dalam negeri adalah kedelai Jepang atau dikenal dengan edamame (Glycine max (L.) Merrill). Edamame dipanen ketika kedelai ini baru 80% matang. Perbedaan edamame dengan kedelai lainnya adalah bijinya lebih besar, teksturnya halus, rasanya lebih manis dan gurih, dan mudah dicerna (Pambudi, 2013). Edamame sebagai bahan baku olahan pangan berpotensi dan berperan dalam menumbuhkembangkan industri kecil menengah bahkan sebagai komoditas ekspor. Berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai membuka peluang kesempatan kerja dimulai dari budidaya, panen, pengolahan, transportasi, pasar sampai pada industri pengolahan. Agar produksi edamame dan olahannya mampu bersaing di pasar global, maka mutu edamame dan olahannya harus ditingkatkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembinaan dan pengembangan dalam proses produksi, pengolahan dan pemasarannya, khususnya penanganan pasca panen edamame. Dalam laporan ini penulis akan mengkaji penanganan pasca panen edamame (Glycine max (L.) Merrill) di PT. Bimandiri Agro Sedaya sebagai bahan referensi dalam rangka mengetahui dan menanggulangi permasalahan yang ada. 1.2 Tujuan Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapang di PT. Bimandiri Agro Sedaya adalah: 1. Mahasiswa memiliki pengalaman bekerja pada perusahaan di bidang pengolahan pasca panen sayuran dan buah-buahan. 2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai cara-cara penanganan pasca panen terhadap komoditas sayuran dan buah-buahan yang dilakukan oleh PT. Bimandiri Agro Sedaya. 3. Mempelajari proses pengolahan pasca panen edamame (Glycine max (L.) Merrill) di PT. Bimandiri Agro Sedaya. 4. Membahas permasalahan penanganan pasca panen edamame (Glycine max (L.) Merrill) dan mencari solusi dalam rangka menyelesaikan permasalahan tersebut. II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan PT. Bimandiri Agro Sedaya didirikan pada bulan Agustus 2003 dengan nama CV. Bimandiri. Sebelumnya usaha pasokan sayur mayur ini dirintis sejak tahun 1994 oleh alumni Fakultas Pertanian UNPAD, yaitu Achmad Rivani dan Trisnaran. Keinginan mempunyai usaha sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain menimbulkan tekad yang kuat dari mereka berdua untuk mencoba berwiraswasta. Tahun 1994 sampai tahun 1998 CV. Bimandiri melayani PT. Matahari Putra Prima di Jabotabek dan Jawa Barat. Pada masa tersebut Achmad Rivani beserta beberapa rekannya masih mengerjakan segala sesuatu sendiri mulai dari belanja dan mencari sayuran, mengolah, mengemas hingga menjadi supir pengantar barang ke toko. Selain Matahari, pada tahun 1997 menjalin hubungan mitra bisnis dengan supermarket Matahari Cirebon, Cilegon, Tasikmalaya dan beberapa tempat di Jakarta seperti Pondok Gede, Arion Plaza, Cipulir, King Harco, Pasar Baru, dll. Pada tahun 1997, Bimandiri bergabung dengan Triple A selama 1 tahun dan berhasil mendapat proyek di Walmart, yaitu perusahaan Amerika yang memesan sayur mayur dalam kapasitas yang cukup besar, karena adanya kerusuhan di Jakarta pada tahun 1998 mengakibatkan terbakarnya Walmart, sehingga Bimandiri terkena imbas dari kebakaran tersebut. Akhirnya Bimandiri dan Triple A harus berjalan masing-masing. Pada tahun 1998, Bimandiri dinyatakan resmi menjalin hubungan dengan PT. Kula Sentana Prima (PT. KSP) dan Carrefour Hypermarket Indonesia yang merupakan perusahaan Prancis. Berbekal pengalaman sebelumnya, maka CV. Bimandiri mulai menjadikan Carrefour sebagai tujuan pemasaran. Sampai pada tahun 2009, pengembangan pasar dilingkungan Carrefour mencapai 22 buah Carrefour di wilayah Jakarta dan Bandung, diantaranya : Cempaka Putih, Duta Merlin, Mega Mall Pluit, Cempaka Mas, Ratu Plaza, MT. Haryono, Lebak Bulus, Puri Indah, Ambasador, Mollis Bandung, Permata Hijau, Mangga Dua, ITC, BSD, ITC Depok, Taman Palem, Cikokol, Sukajadi, Blue Mall, Keramat Jati, Kelapa Gading, Cikarang, dan TMII. Selain Carrefour ada juga Hypermart, diantaranya : Metropolis, Gajah Mada, Cibubur, Kelapa Gading, Depok, Karawaci, Serpong, Kebun Kacang, Metro TC, dan Hypermart BIP Bandung, serta Club Store, Sudirman. Saat ini CV. Bimandiri memasok hampir 160 jenis sayuran setiap harinya. Sumber bahan bakun sayuran di dapatkan dari kerjasama dengan para petani dan suplayer sayuran yang tersebar di Lembang, Subang, Garut, dan Pangalengan, sedangkan dengan petani Kebumen untuk kerjasama semangka baby black serta Pemalang untuk kerjasama mangga. Dibutuhkan pengadaan yang terpadu untuk dapat menjamin ketersediaan sayuran ke toko. Ada empat jenis pengadaaan yang dilakukan CV. Bimandiri, pertama adalah pembeliaan langsung dari para petani yang datang setiap hari menawarkan hasil panen kebun. Kedua adalah pengadaan melalui para supplier di sentra-sentra produksi sayuran. Ketiga, pembeliaan ke pasar induk seperti Pasar Caringin, dan Pasar Andir. Keempat, CV. Bimandiri mengadakan kerjasama dalam bentuk kemitraan dengan kelompok mitra (tani) seperti kelompok tani Panagris di Garut, Al-Fatah di Cikembang, Mekar Buah di Kebumen, Palmarosa di Manoko Lembang adalah beberapa kelompok tani hasil binaan CV. Bimandiri yang diandalkan. Empat strategi pengadaan diatas sangat diperlukan dalam mendukung pasokan sayuran ke toko. Pemberian pinjaman bibit serta dinamika kelompok terus dilakukan terhadap para petani dan pemasok (supplier) yang merupakan mitra usaha CV. Bimandiri pembinaan ini dilakukan dengan tujuan agar prinsip 4 K (Kualitas. Kuantitas, Kontinuitas, Komitmen) dapat diterapkan. Pada pertengahan tahun 2003, Bimandiri melepaskan diri dari manajemen PT. KSP. Hal ini dilakukan agar perusahaan benar-benar menjadi mandiri. Didalam akte CV. Bimandiri berdiri pada bulan Agustus 2003, dan secara resmi diproklamirkan CV. Bimandiri yaitu pada tanggal 1 Januari 2004. Setelah hampir 10 tahun, pada bulan September 2013 CV. Bimandiri berkembang dan berubah menjadi PT. Bimandiri Agro Sedaya. 2.2 Visi dan Misi Perusahaan PT. Bimandiri Agro Sedaya Visi • "Menjadi perusahaan agribisnis yang handal dalam menyalurkan kebutuhan supermarket dalam jangkauan pulau Jawa dan antar pulau di Indonesia dilandasi dengan kebersamaan, sifat jujur, dan adil.” Misi • Sebagai penggerak petani Jawa Barat dalam memasarkan sayuran. • Mengembangkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. • Membuka aplikasi teknologi budidaya pertanian dan teknologi pasca panen untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. PT. Bimandiri Agro Sedaya mempunyai fokus pelanggan supermarket. Untuk mencapai tingkat kemampuan distribusi (Pulau Jawa dan antar pulau) tersebut, perusahaan harus terus meningkatkan performa disegala bidang, baik internal maupun eksternal. Budaya timur membuat PT. Bimandiri Agro Sedaya mempunyai landasan untuk bersifat jujur dan adil serta memiliki rasa kebersamaan antar pelanggan perusahaan dan pemasok. PT. Bimandiri Agro Sedaya juga berkeinginan memajukan daerah setempat terlebih dahulu, serta memajukan pertanian Jawa Barat dengan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk juga menjadi misi dari Bimandiri untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. 2.3 Manajemen dan Struktur Organisasi 2.3.1 Manajemen Menurut George R. Terry dalam Malayu S. P. Hasibuan (2006), manajemen adalah suatu proses yang berbeda yang terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya. Kegiatan di PT. Bimandiri Agro Sedaya tidak terlepas dari fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut: proses perencanaan, pengorganisasian sumber daya, pelaksanaan pencapaian tujuan, pengarahan serta pengawasan dan penilaian. Kegiatan PT. Bimandiri Agro Sedaya dapat dilihat pada setiap bagian-bagian yang ada dalam perusahaan, yaitu: purchasing, processing, marketing dan distribusi, keuangan dan personalia, riset dan proyek, budidaya. Tiap-tiap bagian yang ada di PT. Bimandiri Agro Sedaya memiliki bagian tugas (job description) masing-masing, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3.1 Tabel 2.3.1 Job Description di PT. Bimandiri Agro Sedaya No Purchasing No Processing No 1. Penerimaan order 1. Penerimaan data order 1. 2. Pembagian order 2. Penerimaan barang 2. 3. Transaksi harga 3. Distribusi pekerjaan 3. dengan supplier 4. Pengolahan komoditi 4. 4. (petani) 5. Pembagian toko Transaksi harga 6. Analisa wastage dengan toko 5. Pemesanan barang kepada supplier 6. (petani) Pembelian barang pasar 7. Pengambilan barang Pembinaan supplier 8. Administrasi No Keuangan dan No Budidaya No Personalia 1. Pembukuan 1. Pola tanam 1. 2. Pembayaran supplier 2. Kebutuhan barang Pembayaran transfer 3. Pengolahan lahan 2. 3. Alokasi dana pembibitan 3. Pembinaan pegawai 4. Penanaman 4. Sistem koordinasi 5. Pemupukan 4. 5. antar bagian 6. Perawatan 7. Pengendalian 8. Hama dan penyakit 9. Penen 10. Penjualan Sumber: PT. Bimandiri Agro Sedaya (2014) Marketing dan Distribusi Distribusi jalur kendaraan analisa pengiriman Ekspedisi Analisa karakteristik toko administrasi Administrasi Operasional Menghitung dan memisahkan nota order Membuat faktur Memasukkan nota penjualan Membuat nota pembelian 2.3.2 Struktur Organisasi PT. Bimandiri Agro Sedaya telah melakukan beberapa penyempurnaan terhadap struktur organisasinya. Struktur organisasi perusahaan PT. Bimandiri Agro Sedaya per 1 Juni 2014 disajikan pada Lampiran 3. Dalam struktur organisasi tersebut, PT. Bimandiri Agro Sedaya dipimpin oleh seorang direktur yang membawahi tiga direktur, yaitu direktur produksi, direktur keuangan dan administrasi, dan direktur marketing dan distribusi. Berikut ini merupakan job description untuk masing-masing jabatan. 1. Direktur Bertanggung jawab terhadap seluruh aktivitas perusahaan dan dinamika perusahaan. Menerapkan kebijakan dan anggaran rumah tangga perusahaan. Bertanggung jawab atas omset dan keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Menetapkan peraturan dan pemecahan masalah perusahaan. Melakukan negosiasi kerjasama maupun membangun kerjasama dengan pihak toko maupun keputusan kontrak kerja. 2. Coorporate Secretary Mengagendakan kegiatan perusahaan. Mengadakan rapat-rapat rutin mingguan, bulanan dan tahunan. Mengatur pertemuan penelitian dari luar. Perjanjian bisnis dan notulen rapat. Membuat dan mengadministrasikan keputusan-keputusan internal perusahaan. 3. GM. Produksi Memelihara pasar untuk menjaga omset penjualan. Mengontrol penerapan kebijakan dalam bidang operasional. Menampung dan mengidentifikasi masalah yang terkait dengan nota atau arsip pembelian, processing, distribusi dan penjualan. Mengelola aset-aset operasional. Melakukan analisa pembelian atau service level. Melakukan analisa harga bahan baku. Melakukan pengembangan dibidang purchasing. 4. GM. Keuangan dan Administrasi Umum Mengkoordinasikan seluruh kegiatan keuangan, accounting, personalia dan administrasi umum. Mengontrol penerapan kebijakan perusahaan dalam bidang keuangan dan administrasi umum. Analisa keuangan kegiatan perusahaan meliputi analisa arus kas, analisa biaya-biaya, dan analisa kesehatan perusahaan. 5. GM. Marketing dan Distribusi Membuat nota penagihan seluruh toko. Menginput nota penjualan harian toko dalam file omzet. Menyelesaikan faktur-faktur bermasalah seperti faktur pending, reject, kurang bayar dan kurang input. Melakukan kunjungan toko 2.4 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan PT. Bimandiri Agro Sedaya terletak di Jalan Panorama No. 54, Desa Kayu Ambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Perusahaan ini terletak diketinggian 700 meter dpl (di atas permukaan laut) dengan topografi berbukit-bukit. Luas lahan PT. Bimandiri Agro Sedaya yaitu 2000 meter persegi yang terdiri dari bangunan kantor, gudang pengemasan, gudang cucian, gudang basahan, lahan parkir kendaraan, mushola, dan pos satpam. Lokasi perusahaan ini menjadi salah satu faktor penunjang keberhasilan usaha. Lokasi PT. Bimandiri Agro Sedaya sebagai usaha yang bergerak dibidang agribisnis khususnya sayur-sayuran memiliki lokasi strategis. Perusahaan berada di daerah Lembang yang memiliki cuaca yang dingin sangat menguntungkan bagi perusahaan karena dapat mempertahankan bahan baku sayuran dalam menjaga kesegaran, akses bahan baku cukup mudah yang diperlukan oleh perusahaan, sehingga aksesibilitas perusahaan menjadi mudah baik ke petani pemasok sayuran ataupun ke supermarket. Selain itu, daerah Lembang juga ditunjang oleh jalur transportasi yang baik dan kondisi tersebut memberikan keuntungan bagi perusahaan. Tata letak perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 4. 2.5 Ketenagakerjaan Sumber daya manusia sebagai penggerak utama sumber daya perusahaan lainnya harus memiliki kemampuan prima dan kerja yang profesional serta ditempatkan pada posisi yang tepat. Tenaga kerja yang ada di PT. Bimandiri Agro Sedaya berjumlah 168 orang dengan posisi dan penempatan yang berbeda. Tenaga kerja tersebut ditempatkan di bidang administrasi dan keuangan, umum dan personalia, purchasing/pengadaan, kemitraan, receiving (penerimaan), processing (pengepakan), marketing, pembagian, ekspedisi, dan sopir. Tabel 2.4.1 Jumlah personalia No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Bagian Direksi dan Manajemen Administrasi dan Keuangan Umum dan Personalia Purchasing/Pengadaan Receiving/Penerimaan Kemitraan Processing/Pengepakan Marketing Pembagian Ekspedisi/SPM Sopir Total Jumlah 6 13 8 8 10 1 51 4 19 37 11 168 (Bagian Personalia PT. Bimandiri Agro Sedaya, 2014) % 3,57 7,74 4,76 4,76 5,95 0,60 30,40 2,38 11,30 22,00 6,50 100,00 Tabel 2.4.2 Tingkat pendidikan tenaga kerja No. 1 2 3 4 5 Pendidikan SD SMP SMA Diploma Sarjana Total Jumlah 37 56 56 5 14 168 % 22,0 33,0 33,0 3,0 8,3 100,0 (Bagian Personalia PT. Bimandiri Agro Sedaya, 2014) Tabel 2.4.3 Status kepegawaian No. 1 2 3 Status Owner Staff Harian Total Jumlah 6 66 96 168 % 3,6 39,3 57,1 100,0 (Bagian Personalia PT. Bimandiri Agro Sedaya, 2014) Jam kerja karyawan dibagi menjadi dua, yaitu shift pagi dan shift siang. Shift pagi dimulai pada pukul 07.00 – 17.00 dan shift siang dimulai dari pukul 14.0002.00. Aktivitas operasional dimulai dengan briefing dan doa bersama. Isi briefing biasanya mengenai pengarahan-pengarahan dan antisipasi kenaikan atau penurunan jumlah pemesanan barang, jumlah karyawan yang sekiranya perlu ditambah serta penyediaan pengemas barang. Jumlah karyawan shift pagi jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan karyawan shift siang. Hal ini terjadi karena karyawan shift pagi hanya mengerjakan stok barang pada hari sebelumnya yang terkadang berlebih atau tidak terkirim dan proses purchase order dari toko seperti Carrefour, Hypermart, dan Lotte Mart dilakukan maksimal jam 14.00. Karyawan pada shift siang lebih banyak jumlahnya karena sebagian besar barang yang telah dipesan pada supplier/petani datang pada siang hari sekitar pukul 14.00 sampai dini hari. Pada saat terjadi lonjakan jumlah order maka diadakan rekruitmen untuk tenaga kerja kontrak. Biasanya tenaga kerja kontrak dibutuhkan pada saat menjelang Lebaran. Sebagian besar tenaga kerja yang ada didominasi oleh lulusan SD hingga SMA. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat kesadaran akan pendidikan dan kesulitan ekonomi sehingga para karyawan lebih memilih untuk bekerja dibanding sekolah. Hal tersebut dapat diatasi dengan prinsip “the right man on the right place” sehingga para staff dan karyawan dapat bekerja sesuai dengan kompetensi atau skill masing-masing. Sebagian besar tenaga kerja tersebut ditempatkan dibagian processing, pembagian, dan ekspedisi yang merupakan bagian yang membutuhkan tenaga kerja padat karya. 2.6 Sumber Daya Material dan Penggerak Keberadaan sarana dan prasarana sangat penting bagi perusahaan, karena merupakan alat yang akan digunakan oleh tenaga kerja dalam kegiatan operasionalisasi perusahaan, oleh karena itu sarana dan prasarana mutlak dimiliki perusahaan. Sarana dan prasarana yang ada di PT. Bimandiri Agro Sedaya dikelompokkan sesuai dengan penggunaannya atau dalam kegiatan apa sarana dan prasarana tersebut digunakan sesuai dengan bidang atau kegiatan yang ada di perusahaan, diantaranya: sarana dan prasarana umum, sarana dan prasarana penunjang, sarana dan prasarana pengepakan. a. Sarana dan Prasarana Umum Adapun sarana dan prasarana umum yang dapat menunjang terlaksananya segala kegiatan yang berlangsung di PT. Bimandiri Agro Sedaya antara lain : bangunan kantor, ATK (Alat Tulis Kantor), pengatur tegangan/stabilizer, telepon sms, printer, mesin fax, genset, dan power reduction (penghemat listrik). b. Sarana dan Prasarana Penunjang Selain sarana dan prasarana umum yang terdapat di PT. Bimandiri Agro Sedaya, adapula saranan dan prasarana penunjang yang dapat digunakan oleh seluruh staf/karyawan perusahaan kapan pun, antara lain: dapur, mushalla, mushalla kantor, pos satpam, toilet, wastafel, mobil box, dan sepeda motor. c. Sarana dan Prasarana Pengepakan Demi lancarnya segala kegiatan yang berlangsung di perusahaan, maka dibidang pengepakan pun terdapat sarana dan prasarana yang dapat digunakan antara lain: ATK (Alat Tulis Kantor), hand wrapping, sealer, timbangan (kecil, besar, dan digital), batu kilo (5 kg, 10 kg, 20 kg, 50 kg, 1 kw), kardus, tarikan kontainer, kipas angin, roda pasir, tangga aluminium, tarikan selotip, tape dispenser, pallet kayu, hand pallet, alat-alat kebersihan dan kontainer (merah, kuning, hijau, biru, dan putih). Penanganan pasca panen sayuran di PT. Bimandiri Agro Sedaya lebih banyak ditangani secara manual dengan tenaga manusia. Alat-alat bantu seperti hand wrapper, timbangan, mesin print dan facsimile dan lain-lain menggunakan tenaga listrik dan digunakan juga solar (BBM) untuk mobil ekspedisi, mobil pengangkut limbah, dan kendaraan kantor. Apabila terjadi pemadaman listrik maka digunakan genset agar kegiatan operasional tetap berjalan. 2.7 Proses Produksi dan Pemasaran Purchasing oleh Toko Pencatatan Perusahaan menghubungi supplier Supplier mengirim barang Proses sortasi dan trimming Pengemasan Pembagian menurut tujuan Distribusi Pembayaran dengan supplier dan toko Evaluasi Gambar 1. Proses produksi PT. Bimandiri Agro Sedaya (Bagian Produksi PT. Bimandiri Agro Sedaya, 2014) Jenis produk yang ditangani PT. Bimandiri Agro Sedaya sebanyak 90% terdiri dari sayur-sayuran dan sisanya terdiri dari buah-buahan yang keberadaannya tergantung musim. Jenis produk yang ditangani oleh PT. Bimandiri Agro Sedaya sebanyak 138 buah. Jenis buah-buahan yang ditangani perusahaan tidak terlalu banyak karena keberadaannya sangat tergantung musim. Buah-buahan biasanya langsung diangkut dari kebun menuju toko untuk dijual. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan memiliki kualitas super atau grade A. Perusahaan juga memasarkan produk-produk baru yang ada di Indonesia seperti baby kol merah, beetroot, paprika, edamame, dan lain-lain. Namun produk-produk ini kurang mendapat perhatian di pasar tradisional karena harganya relatif mahal dan kurang dikenal masyarakat umum. Proses produksi dimulai dengan adanya purchase atau pembelian dari pihak toko seperti Carrefour, Hypermart, Lotte Mart, dan lain-lain ke perusahaan. Proses pembelian ini dimulai dari pagi hari jam 08.00 dan ditutup pada pukul 14.00. Proses pembelian lewat dari jam di atas tidak akan dilayani oleh perusahaan. Jumlah pemesanan dicatat dan dimasukkan ke dalam purchase order. Setelah itu perusahaan menghubungi supplier atau petani pemasok jumlah barang yang akan dipesan. Barang tersebut berupa sayuran segar yang pada umumnya telah mengalami proses presortasi dan grading di kebun. Proses panen dilakukan oleh petani yang menjadi mitra perusahaan. Terkadang bila jumlah purchase order melebihi biasanya, perusahaan mengambil barang dari pasar induk seperti pasar Andir dan pasar Caringin. Barang yang dikirim dari pasar induk tidak mengalami proses pre-sortasi dan grading di kebun sehingga pekerja dibagian Processing harus lebih teliti. Setelah panen, barang diangkut ke bagian Receiving untuk dicatat berapa berat barang yang diterima, data pemasok, dan jam diterima. Biasanya barang diangkut dengan menggunakan bak terbuka yang ditutup oleh terpal biru dan sepeda motor. Ada beberapa juga yang diangkut dengan truk berpendingin seperti paprika. Gambar 2. Truk berpendingin (Dokumentasi pribadi, 2014) Proses sortasi dan trimming dapat dilakukan dibagian Receiving atau dibagian Processing. Untuk sayuran tertentu seperti sawi putih dan kol mengalami proses ini di bagian Receiving agar ruang Processing tidak terlalu penuh dan sisa trimming dapat dibuang langsung ke tempat pembuangan limbah akhir. Pada umumnya berat komoditi menjadi susut ±5% karena proses sortasi dan trimming serta hal itu juga bergantung pada komoditasnya. Selain sortasi dan trimming, terkadang perusahaan melakukan grading pada saat barang datang di bagian Receiving untuk komoditi tertentu. Barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi perusahaan biasanya dikembalikan lagi petani/supplier. Barang yang telah diterima dan diproses dibagian Receiving selanjutnya diproses ke bagian Processing/Pengemasan. Barang dari Receiving ditransfer dengan menggunakan kontainer tipe 2008 yang memiliki kapasitas kurang lebih 20-30 kg tergantung komoditasnya. Bila barang yang ditransfer di atas 30 kg, barang diangkut dengan hand pallet yang dapat memuat barang lebih banyak, cepat, dan praktis. Barang yang masuk ke ruang Processing dibagi menurut tempatnya, ada tempat khusus kubis-kubisan, cabe-cabean, buncis, paket sayuran (sayur lodeh, sayur asem, dan lain-lain), rempah-rempah/kondimen, umbi-umbian, garnish vegetables seperti paprika tomat, pare, terung, dan timun. Khusus untuk rempah-rempah dan umbi-umbian setelah dibagian Receiving masuk ke ruangan pembersihan karena kedua komoditi ini memiliki penampakan kurang baik. Pembersihan dilakukan dengan air bertekanan tinggi. Setelah dibersihkan, kedua komoditi ini dikeringkan di bawah sinar matahari atau dengan bantuan blower. Di dalam ruang processing terdapat 1-2 mandor yang membawahi para pekerja yang bertugas untuk menyampaikan permintaan/order toko untuk dikerjakan oleh pekerja sekaligus melakukan pengawasan mutu pada produk yang telah dikemas. Pengemas yang digunakan dalam mengemas komoditi bermacam-macam bentuknya, ada yang menggunakan tray, plastik, plastik wrap, kain jala, dan karton. Sebelum dikemas, komoditi ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan permintaan toko. Komoditi yang dikemas dengan tray biasanya memiliki berat bersih 250-500 gram. Terdapat komoditi yang dikemas dengan berat 1 kg seperti edamame. Bahan pengemas tersebut dipesan dari Jakarta sementara label dipesan dari daerah Bandung. Pada umumnya komoditi yang dikemas plastik dan karton diberi lubang karena sayuran segar masih melakukan respirasi, kecuali yang dikemas dengan plastik wrap. Gambar 3. Berbagai bahan pengemas yang digunakan di PT. Bimandiri Agro Sedaya (Dokumentasi pribadi, 2014) Proses pengemasan pada umumnya dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti hand wrapper untuk pengemasan yang menggunakan tray dan plastik wrap dan tape dispenser untuk memotong selotip. Barang yang telah dikemas dimasukkan ke dalam kontainer untuk dibawa ke bagian Transfer dan Barang Jadi. Di bagian ini, barang yang telah dikemas dicatat dan beratnya ditimbang kemudian langsung dipindahkan ke bagian Pembagian untuk ditempatkan sesuai permintaan dan tujuan toko. Di ruang Pembagian dilakukan pengawasan mutu berupa pengecekan barang dan keadaan kemasan. Bila ada yang kurang sesuai, maka barang dapat dikembalikan ke ruang Processing untuk diproses atau dikemas ulang. Selain menerima produk yang siap untuk didistribusikan, bagian Pembagian ini menerima produk tolakan dari pihak toko. Produk tolakan ini disortasi grading, dan trimming ulang dibagian Processing. Hasil sortasi, grading, dan trimming produk tolakan dapat dijual kembali ke toko dengan cara dikemas ulang, dijual curah ke pasar, masuk grade salad bar yang nantinya diolah menjadi aneka paket sayuran, atau dibuang menjadi limbah karena tidak layak untuk dijual dan dikonsumsi. Proses distribusi dilakukan pada malam hari untuk menjaga agar sayuran tetap segar. Pengiriman dilakukan pada jam 02.00-03.00 yang dilakukan oleh karyawan Ekspedisi dengan menggunakan mobil box tanpa berpendingin. Di dalam mobil box tersebut terdapat kontainer-kontainer yang berisi produk yang akan dikirim sesuai dengan tujuan. Penempatan kontainer juga diatur sedemikian rupa sehingga meminimalisir kerusakan fisik pada produk. Kontainer tersebut dilapisi kertas koran untuk melindungi produk dari kerusakan mekanis seperti gesekan dan benturan antar pengemas dan memudahkan proses bongkar muat. Penilaian terhadap kegiatan mutlak diperlukan guna adanya perbaikanperbaikan dimasa yang akan datang. PT. Bimandiri Agro Sedaya selalu diadakan evaluasi dengan tahapan sebagai berikut: evaluasi mingguan, evaluasi operasional keseluruhan, evaluasi bulanan, evaluasi triwulan, evaluasi enam bulan sekali, dan evaluasi tahunan. Pemasaran utama produk-produk PT. Bimandiri Agro Sedaya adalah ke supermarket besar. Di antaranya adalah Carrefour dan Hypermart yang berada di Bandung, Jakarta, dan sekitarnya. Alasan pemilihan pemasaran adalah target konsumen merupakan konsumen golongan menengah ke atas. Hal ini juga disesuaikan dengan kualitas produk yang ditawarkan, yakni PT. Bimandiri Agro Sedaya menjual produk hortikultura yang bermutu baik. Sistem penjualan PT. Bimandiri Agro Sedaya ke pelanggan, dalam hal ini Carrefour dan Hypermart adalah sistem penjualan lepas. Prinsip sistem ini adalah PT. Bimandiri Agro Sedaya mengirim produk ke pelanggan berdasarkan pesanan yang diminta, kemudian dari pihak pelanggan ke bagian penerimaannya akan menyeleksi kembali produk-produk tersebut. Bila ternyata terjadi kerusakan atau kriterianya tidak sesuai dengan kriteria mutu mereka, maka produk sayuran tersebut akan dikembalikan dan yang akan dibayar hanya produk yang lolos seleksi. Dengan sistem penjualan seperti ini, PT. Bimandiri Agro Sedaya tidak bertanggung jawab atas kerusakan pada produk-produk yang terjadi di pasar swalayan. Perubahan harga di supermarket terjadi setiap satu minggu sekali. Perubahan harga ini terjadi berdasarkan ketetapan dan kesepakatan pelanggan (supermarket) dengan pihak PT. Bimandiri Agro Sedaya. Pembayaran atas produk yang diterima pelanggan terhadap Bimandiri dilakukan setiap dua minggu sekali. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pembayaran produk. Waktu pembayaran diusahakan tidak terlalu lama agar dana (piutang) dapat diputar kembali sebagai modal usaha. Kontrak yang berlaku antara PT. Bimandiri Agro Sedaya dengan supermarket mempunyai masa berlaku selama satu tahun. Setiap tahun akan dilakukan evaluasi mengenai kinerja pengiriman barang (service level). Service level yaitu nilai persentase yang diberikan supermarket pada supplier (PT. Bimandiri Agro Sedaya). Nilainya diperoleh berdasarkan perhitungan rumus berikut. Service level = Nilai service level minimal diperbolehkan hingga 70%. Jika nilai service level di bawah 70% maka akan dilakukan evaluasi dan bahkan pemutusan kontrak. Nilai service level per bulan selalu dinilai oleh pelanggan dan dijadikan acuan terhadap keberlangsungan kontrak bisnis dengan PT. Bimandiri Agro Sedaya. III. PENANGANAN PASCA PANEN EDAMAME (Glycine max (L.) Merill) 3.1 Sejarah Edamame Edamame (mao dou dalam bahasa Cina) tercatat sebagai tanaman yang dibudidayakan di Cina pada tahun 200 SM, sebagai tanaman obat dan bahkan saat ini masih populer. Meskipun edamame dikenalkan di Cina terlebih dahulu, edamame baru dipasarkan di Jepang (dikenal sebagai aomame) di Engishiki pada tahun 972 Sesudah Masehi. Produk tersebut ditawarkan dalam bentuk segar, berupa polong bertangkai di kuil Buddha (Pambudi, 2013). Jepang adalah produsen komersial edamame terbesar, menghasilkan hampir 105.000 ton pada tahun 1988, selain itu Jepang juga merupakan importir edamame terbesar, memasukkan hampir 33.000 ton pada tahun 1989. Hampir semua orang Jepang mengonsumsi edamame segar selama musim panas. Edamame dikenal dengan berbagai nama di Amerika Utara. Umumnya dikenal sebagai vegetable soybean, atau beer bean, edible soybean, fresh green soybean, garden soybean, green soybean, green-mature soybean, green vegetable soybean, immature soybean, dan large-seeded soybean. Kedelai edamame dikenal dengan beberapa nama lokal di antaranya adalah kedele, kacang jepung, kacang bulu, gedela, dan demokam. Di Jepang, dikenal adanya kedelai rebus (Edamame) atau kedelai manis, dan kedelai hitam (koramame) sedangkan nama umum di dunia disebut “soyabean”. Negara lain produsen edamame komersial meliputi Argentina, Australia, Israel, Mongolia, Selandia Baru, dan Thailand. Pertanian edamame juga ditemukan di Bhutan, Brazil, Inggris, Chile, Prancis, Jerman, Indonesia, Malaysia, Nepal, Filipina, Singapura, dan Sri Lanka. USA Edamame Research telah melakukan penelitian tentang edamame selama 50 tahun. Dorsett dan Morse mengumpulkan germplasm pada tahun 1929-1931, dan Morse menggunakannya untuk mengembangkan 49 varietas edamame. 3.2 Botani Edamame Gambar 4. Edamame (Glycine max (L.) Merrill) (Dokumentasi pribadi, 2014) Kedudukan kedelai dalam taksonomi diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Polypetales Famili : Leguminosa Subfamili : Papilionoideae Genus : Glycine Species : Glycine max (L.) Merrill. Orang Jepang mengklasifikasikan edamame menjadi tipe musim panas dan tipe musim gugur. Hampir semua varietas edamame musim panas memiliki sifat sensitif terhadap suhu, sedangkan tipe musim gugur, sejumlah kecil varietasnya sensitif terhadap panjang hari. Edamame tipe musim panas ditanam pada musim semi dan dipanen belum matang setelah 75 hingga 100 hari, sedangkan tipe musim gugur ditanam pada awal musim panas dan dipanen 105 hari setelah tanam atau lebih (Pambudi, 2013). Tipe pertumbuhan kedelai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: tipe determinat, tipe semi-determinat, dan tipe indeterminat. Tipe determinat memiliki ciri antara lain: ujung batang tanaman hampir sama besarnya, pembungaan serentak, tinggi tanaman termasuk kategori pendek sampai sedang, daun paling atas ukurannya sama besar dengan daun bagian tengah. Tipe indeterminat mempunyai ciri antara lain: ujung ruas tanaman lebih kecil dari ujung tengah, ruas batangnya panjang dan agak melilit, pembungaan berangsur-angsur dimulai dari bawah, pertumbuhan vegetatif terus-menerus berlangsung, dan tinggi batang termasuk kategori sedang sampai tinggi. Sedangkan tipe semi-determinat mempunyai ciri antara dua tipe di atas. Daun kedelai mempunyai ciri antara lain: helai daun (lamina) oval dan tata letaknya pada tangkai daun bersifat majemuk berdaun tiga (infoliatus) (Pambudi, 2013). Kultivar edamame yang pernah dikembangkan di Indonesia seperti Ocumani, Tsurunoko, Tsurumidori, Taiso, dan Ryoko adalah tipe determinat. Kultivar edamame yang pernah ditanam di Indonesia tersebut mempunyai bobot biji yang relatif sangat besar. Biji tanaman kedelai (grain soybean) dikatakan berbiji sedang, bila bobot berat 100 biji antara 11-13 gram, dan besar bila bobot berat lebih dari 13 gram (Pambudi, 2013). Saat ini, kultivar yang dikembangkan untuk produk edamame beku adalah varietas Ryoko yang mempunyai bobot berat per 100 biji antara 40-56 gram. Ukuran, warna, dan berat benih edamame bervariasi, yakni: mempunyai berat antara 30-56 gram/100 biji, warna kuning hingga hijau, berbentuk bulat hingga bulat telur, warna hilum gelap hingga terang, warna bunga varietas Ryoko putih, sedangkan varietas edamame lainnya (kebanyakan) berwarna ungu (Pambudi, 2013). Kedelai dapat tumbuh baik ditempat yang berhawa panas di tempat-tempat terbuka dan bercurah hujan 100-400 mm3 per bulan. Untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm3 per bulan. Kedelai kebanyakan ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas permukaan laut dan jarang sekali ditanam di daerah yang kurang dari 600 m di atas permukaan laut. Jadi, tanaman kedelai akan tumbuh baik jika ditanam di daerah yang beriklim kering. Edamame menghendaki ketinggian lahan minimal 200 m di atas permukaan laut (dpl), suhu berkisar 26oC-30oC, dengan penyinaran matahari penuh. Edamame menghendaki tanah yang subur dengan pengairan yang baik dan kemasaman tanah netral (Pambudi, 2013). 3.3 Prinsip Penanganan Pasca Panen Edamame Menurut Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2008), penanganan pasca panen merupakan tahapan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan pada saat dan setelah panen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen dan atau diolah lebih lanjut oleh industri. Berdasarkan sifat kegiatannya, pasca panen dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: 1. Pasca panen primer (penanganan pasca panen) 2. Pasca panen sekunder (pengolahan hasil pertanian). Tujuan dari penanganan pasca panen adalah sebagai berikut. 1. Menekan tingkat kerusakan hasil panen komoditas pertanian, meningkatkan daya simpan dan daya guna komoditas pertanian agar dapat menunjang usaha penyediaan bahan baku industri. 2. Meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja, melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup, dan meningkatkan devisa negara. Oleh karena itu, penanganan pasca panen yang tepat merupakan salah satu kunci keberhasilan agribisnis. Pada umumnya prinsip penanganan pasca panen edamame sama dengan penanganan pasca panen kedelai pada umumnya, yaitu sebagai berikut. 1. Pengeringan brangkasan, 2. Pembijian/pemolongan, 3. Pembersihan, 4. Pengemasan dan pengangkutan, 5. Penyimpanan Proses pembijian atau pemolongan dilakukan apabila konsumen menghendaki edamame yang diproses secara minimal. Selama ini PT. Bimandiri Agro Sedaya menjual edamame bersama dengan polongnya yang dikemas dengan kemasan plastik. Proses pembersihan juga dilakukan apabila pada edamame terjadi kontaminasi. Edamame hasil panen petani binaan perusahaan pada umumnya memenuhi spesifikasi atau standar yang diminta oleh toko (Carrefour, Hypermart) tanpa harus melewati proses pembersihan, yaitu berwarna hijau, mulus, dan bebas dari kontaminan. Menurut Tjahjadi, dkk (2008), pada semua tahapan pasca panen ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti: 1. Penanganan hati-hati hasil panenan Kualitas dan kondisi produk yang dipasarkan dan harga yang akan diperoleh petani sangat bergantung pada kehati-hatian saat panen dan penanganan selanjutnya di kebun. Baik pada skala besar ataupun kecil, perencanaan, caracara pemanenan, dan penanganan di kebun, harus direncanakan dengan matang. 2. Tujuan petani/pengusaha pada tahap ini haruslah: - Memanen komoditas bermutu tinggi dengan cara yang baik agar kehilangan dan kerusakan panenan sekecil mungkin. - Mempertahankan panenan dalam kondisi yang baik sampai saat dikonsumsi atau dijual. 3. Menyalurkan komoditas secepat mungkin ke pembeli atau pasar. Perencanaan yang cermat Agar tujuan tentang pemanenan dan pemasaran tercapai, perencanaan harus mulai dilakukan dari awal bercocok tanam, khususnya mengenai: - Pemilihan komoditas-komoditas kultivar untuk memenuhi permintaan pasar. - Melakukan kontak dengan pembeli agar dapat memperoleh harga yang baik pada saat siap panen. - Merencanakan pemanenan dan penanganan di kebun pada waktunya khususnya kebutuhan akan tenaga kerja, peralatan, dan kendaraan angkutan yang dibutuhkan. 4. Melakukan pengawasan yang penuh pada berbagai tahap pemanenan dan penanganan di kebun. Secara umum, proses penanganan pasca panen edamame di PT. Bimandiri Agro Sedaya ditampilkan pada Gambar 5. Petani/ Pemasok Panen Edamame Pre-sortasi dan Grading Pengangkutan dari Kebun ke Packinghouse Bagian Receiving Menerima, mencatat, dan menimbang Sesuai dengan PO Tidak ? Ya Bagian Processing/ Pengemasan Edamame disortasi dan digrading Edamame sesuai standar Tidak Dijual curah ke pasar Ya Dikemas dan Labelling - 250 gram dengan tray - 1 kg dengan plastik PP - Atau sesuai dengan permintaan toko Melihat permintaan jumlah order dan jenis kemasan dari toko Penyimpanan dalam kontainer Bagian Transfer dan Barang Jadi Pengecekan kembali apakah barang sesuai pesanan atau tidak Tidak Diproses ulang ke bagian Processing/ Pengemasan Ya Diproses ke bagian Pembagian Bagian Pembagian Bagian Ekspedisi Toko (Carrefour, Hypermart) Edamame yang sudah dikemas dibagi menurut toko tujuan Mengirim edamame sesuai tujuan Mengecek produk edamame pesanan Lulus Tidak Dikembalikan kepada perusahaan Ya Menerima dan membayar Menetapkan jumlah dan syarat mutu Disimpan di ruang pendingin untuk dijual Konsumen Membeli dan membayar Permintaan dan komplain Gambar 5. Diagram alir proses pasca panen edamame di PT. Bimandiri Agro Sedaya 3.4 Pemanenan dan Pengepakan Di Kebun Menurut Pambudi (2013), panen edamame dapat dilakukan apabila polong tanaman sudah berwarna kuning kecokelatan sebanyak 95%. Panen sebaiknya dimulai pukul 09.00 pagi saat embun sudah hilang dari daun/tanaman. Panen dilakukan dengan memotong pangkal batang dengan sabit. Hasil panen segar dijemur beberapa hari kemudian dikupas dengan thresher atau dengan pemukul (digeblok). Edamame dari PT. Bimandiri Agro Sedaya dipanen muda setelah tanaman berumur 68-72 hari. Proses pemanenan dilakukan dengan cara memetik setiap polong yang ada pada tanaman kedelai edamame atau dengan sabit. Pemanenan dengan cara manual memungkinkan biji edamame tercecer sedangkan dengan sabit jumlah edamame yang tercecer dapat ditekan dan proses panen lebih cepat. Hasil panen kemudian dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu kedelai edamame dengan polong berisi 2-3 dan kedelai edamame dengan polong berisi satu dan empat. Waktu panen dilakukan pada saat jam 12.00 siang. Gambar 6. Pemanenan edamame di kebun (Dokumentasi pribadi, 2014) Hasil panen disimpan di terpal atau di ember yang bersih sambil dilakukan pre-sortasi mana produk yang sesuai standar dan mana produk yang tidak sesuai standar. Penetapan standar atau grading didasarkan pada jumlah bijinya. Edamame yang berbiji satu dan empat ditolak sementara edamame biji dua dan tiga diterima. Proses pre-sortasi dan grading ini penting dilakukan. Keuntungan melakukan grading pada proses penanganan pasca panen adalah sebagai berikut (Tjahjadi, dkk, 2008). Konsumen dan Produsen Petani Penjual dan Pembeli •Dapat membeli produk sesuai dengan kualitas yang diinginkan bila harganya cocok, bagi produsen pengolahan pangan tidak harus melakukan sortasi lagi, sehingga pekerjaan menjadi lebih mudah. •Menjadi dasar untuk menetapkan standar harga dan memungkinkan pembagian pendapatan antara anggota-anggota suatu koperasi secara adil. •Menetapkan suatu bahasa yang umum dimengerti, sehingga memungkinkan transaksi penjualan jarak jauh. Trucker-Buyer •Mengurangi kerusakan. Tingkat kerusakan lebih besar jika produk yang sudah digrading dicampur dengan produk yang belum digrading. Bank •Dapat menjadi dasar untuk menentukan kemampuan bayar petani yang mengajukan permohonan kredit. Saat ini standar grading yang diterapkan oleh perusahaan hanya berdasarkan pertimbangan jumlah biji dalam polong dan permintaan toko. Oleh karena itu, perusahaan perlu menetapkan standar grading yang lebih jelas dan rinci sehingga memudahkan proses penanganan, baik bagi produsen, toko, dan petani. Bila standar grading telah ditetapkan, maka penetapan spesifikasi produk yang diterima perusahaan akan lebih mudah. Dalam melakukan grading, ada hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut. 1) Membiasakan diri dengan standar – mengetahui jenis-jenis cacat dan karakteristik apa yang mempengaruhi klasifikasi kualitas dan ukuran komoditikomoditi; Dalam hal ini, edamame biasanya mengalami cacat dari segi penampakan (warna). Warna kuning pada polong, polong tampak kotor akibat adanya kontaminan (biasanya tanah, setelah mengalami panen), dan adanya polong berbiji satu merupakan hal-hal yang tidak diinginkan konsumen dan hal tersebut menjadi salah satu penyebab edamame ditolak (reject). 2) Pegang sebanyak mungkin dalam tangan agar dapat memeriksa secara efektif. Cara ini juga dapat dibantu dengan memakai conveyor. Jika toleransi didasarkan pada berat, pisahkan yang berukuran besar terlebih dahulu. Untuk mempermudah pekerjaan dapat juga memakai alat sortasi ukuran; 3) Penerangan di dalam packinghouse atau di kebun harus cukup baik. Jika warna merupakan faktor dalam sortasi dan dibutuhkan cahaya buatan, pilihlah lampu dengan cahaya yang mendekati cahaya siang hari (daylight). 4) Beri jeda istirahat cukup agar hasil kerja efisien. Edamame yang diminta pasar adalah edamame dengan kualitas yang baik. Polong berisi 2-3 biji per polong dengan jumlah polong antara 150-175 polong per setengah kilogram dan bobot bobot polong antara 2,5 – 3,5 gram. Selain itu, polong edamame harus berwarna hijau segar dan harus bebas dari bekas serangan hama maupun penyakit (Pambudi, 2013). Biasanya edamame yang segar dikelompokkan menjadi empat kelas mutu atau grade, yaitu: Grade 1: Kualitas Super, dengan ciri-ciri kulit polong mulus, warna hijau tua, polong berisi penuh dengan isi polong tiga. Grade 2: Kualitas Premium, dengan ciri-ciri warna hijau mulus namun polong hanya berisi dua biji. Grade 3: Kualitas Deluxe, dengan kualitas masih di bawah Grade 2, warna kurang bagus, polong kurang bernas. Grade 4: Kualitas grade ini disebut dengan Mukimame, biasanya digunakan untuk olahan lebih lanjut, bukan dikonsumsi segar. Saat pre-sortasi dan grading, edamame dikumpulkan menggunakan ember atau terpal. Syarat wadah pengumpulan panenan yang baik, yaitu permukaan dalamnya licin, berventilasi cukup, dan sedapat mungkin permukaan dalam diilapisi bahan tahan air. Ada beberapa alternatif wadah untuk pemanen selain dua alat di atas, yaitu: 1. Kantung-kantung/tas yang dapat digantungkan pada pundak atau pinggang pemanen. Jenis wadah ini sering digunakan untuk memanen buah yang memiliki kulit yang kuat seperti alpukat dan jeruk. Keuntungan tas seperti ini adalah kemudahan membawanya kemana-mana dan membiarkan kedua tangan pemanen bebas bekerja. Tas/kantung seperti ini sebaiknya dapat dibuka dari bagian bawah tas untuk memudahkan pencurahan di tempat pengumpulan. Penggunaan tas/kantung ini juga dapat membantu petani saat panen ketika cuaca tidak mendukung sehingga jumlah edamame yang terkena kontaminasi berkurang. Gambar 7. Harvest bag dan bulk bins (http://www.freshplaza.com/, 2010) 2. Peti besar. Peti ini digunakan bila hasil panen edamame atau jenis sayuran lainnya mencapai 200-500 kg. Peti ini terbuat dari kayu atau plastik (bulk bins). Wadah-wadah ini digunakan oleh perkebunan-perkebunan besar dan dapat diangkat dengan fork-lift. Jenis wadah ini juga bisa sekaligus berfungsi sebagai wadah pengumpul. Bulk bins plastik lebih menguntungkan daripada yang terbuat dari kayu karena kuat, ringan, mudah dicuci, tidak menyerap bau, permukaan dalamnya licin serta tidak bereaksi dengan hasil panenan. Bulk bins juga harus dilengkapi dengan ventilasi apabila pengangkutan dilakukan jarak jauh. Dalam sekali panen, petani binaan perusahaan menghasilkan ±75 kg kedelai edamame. Jumlah polong yang berisi biji dua dan tiga mencapai 60% dari total hasil panen sedangkan sisanya (40%) adalah polong yang berisi biji satu dan empat. Saat ini polong yang berisi biji satu dan empat dimanfaatkan sebagai camilan atau snack dengan cara direbus oleh petani. Pemanfaatan yang polong satu dan empat ini masih minim sehingga perlu adanya kajian lebih lanjut. 3.5 Penerimaan (Receiving) Edamame yang telah dipanen dikemas di dalam plastik besar kapasitas ± 30 kg. Edamame diangkut dengan mobil box bersama dengan sayuran lain atau dengan sepeda motor. Gambar 8. Penerimaan edamame di bagian receiving (Dokumentasi pribadi, 2014) Edamame yang telah diangkut pertama kali diterima di bagian receiving untuk ditimbang dan dicatat nama supplier, jam kedatangan, dan berat edamame yang diterima. Biasanya sayuran yang datang disortasi dan ditrimming ulang pada bagian receiving, namun edamame proses sortasi ulang dilakukan pada saat masuk ke ruang processing/pengemasan. Setelah ditimbang dan dicatat, edamame menunggu untuk masuk ke ruang processing/pengemasan. Waktu masuk antar bagian receiving dan processing kurang lebih 1 jam karena banyaknya jenis sayuran yang datang untuk diproses lebih lanjut sementara di ruang processing masih banyak pula sayur-sayuran yang belum selesai disortir dan dikemas. Sebaiknya diantara waktu tunggu tersebut, edamame disimpan ditempat yang sejuk dan plastik pengemasnya diberi lubang kecil agar panas dalam kemasan tidak terperangkap dan susut berat dapat dicegah. Penyimpanan dingin pada semua komoditas sayuran yang telah dilakukan di perusahaan adalah ambient storage. Ambient storage adalah penyimpanan pada suhu lingkungan. Pertimbangan pemilihan metode pendinginan ini adalah jumlah produk yang diproses, biaya, dan keadaan iklim Lembang yang mendukung. Penyimpanan ini tidak lebih efisien dibandingkan penyimpanan dingin, namun biaya lebih murah dan dapat dihadirkan alternatif untuk refrigerasi mekanik (Tjahjadi, 2008). Ambient storage meminimalisir kerusakan selama 3-14 hari untuk komoditi yang sangat perishable seperti edamame dan 2-5 bulan untuk tanaman umbi. Penyimpanan dingin ini efektif jika susut bobot minimal, kualitas dapat diterima konsumen, dan untuk buah proses ripening dapat diperlambat (Tjahjadi, 2008). Gambar 9. Ventilasi udara saat malam dan siang hari (http://www.fao.org/, 2014) Untuk menjaga suhu ruang tetap stabil dapat digunakan night air ventilation. Struktur penyimpanan dapat didinginkan menggunakan udara malam jika perbedaan hari dan suhu malam relatif besar (Thompson dalam Kader, 1992). Fasilitas penyimpanan harus terisolasi dengan baik dan ventilasi harus ditempatkan di permukaan tanah. Ventilasi dapat dibuka pada malam hari, dan kipas dapat digunakan untuk menarik udara dingin. Gudang akan mempertahankan suhu dingin selama panas hari jika terisolasi dengan baik dan ventilasi ditutup pagi. 3.6 Sortasi Gambar 10. Proses sortasi edamame (Dokumentasi pribadi, 2014) Sortasi adalah proses mengklasifikasikan produk kedalam kelompokkelompok menurut kriteria-kriteria lain (warna, bentuk, diameter, dan sebagainya) (Tjahjadi, 2008). Pre-sortasi edamame telah dilakukan di kebun namun masih banyak edamame yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta, seperti warnanya kusam, terdapat kontaminan, dan isi polong satu sehingga perlu disortasi ulang. Gambar 11. Hasil sortasi edamame yang siap dikemas (kiri) dan edamame reject (kanan) (Dokumentasi pribadi, 2014) Edamame hasil sortasi disimpan di dalam kontainer yang telah diberi kertas koran. Edamame yang memenuhi syarat dapat langsung dikemas, sedangkan edamame yang tidak memenuhi syarat biasanya dijual curah ke pasar tradisional atau dikonsumsi oleh karyawan perusahaan dengan cara direbus. Diperkirakan jumlah edamame yang di bawah standar setelah sortasi mencapai ±20% dari berat keseluruhan yang diterima dibagian receiving. 3.7 Pengemasan dan Labeling Pengepakan (packaging) merupakan teknologi atau proses yang menjamin perlindungan yang cukup dalam pengiriman yang aman terhadap suatu produk/komoditi dari produsen ke konsumen. Kemasan (package) adalah struktur yang dirancang untuk memuat suatu produk/komoditi. Kegiatan menyimpan atau memasukkan suatu komoditi ke dalam kemasan disebut packing atau pengepakan (Tjahjadi, 2008) Hasil hortikultura seperti buah-buahan dan sayuran masih melakukan proses kehidupan setelah pemanenan dengan menggunakan oksigen untuk merombak karbohidrat menjadi air dan karbondioksida. Bila persediaan oksigen terbatas, maka terjadi reaksi-reaksi kimia yang menghasilkan sedikit alkohol dan akan dihasilkan juga perubahan bau dan citarasa serta rusaknya sel tanaman. Keadaan ini dikenal sebagai kerusakan atau kebusukan anaerobik dan dapat berlangsung dalam beberapa jam (Herudiyanto, 2008). Pengemasan yang baik dapat memperpanjang kesegaran buah-buahan dan sayuran dengan mencegah proses kelayuan tersebut. Kecepatan dehidrasi tergantung dari jenis produk yang dikemas dan jenis bahan pengemas yang digunakan. Pemberian lubang-lubang perforasi pada pengemas plastik bertujuan untuk permeasi oksigen dan tidak berpengaruh nyata terhadap dehidrasi. Gambar 12. Pengemasan edamame dengan tray (Dokumentasi pribadi, 2014) Edamame yang telah disortasi dikemas dengan dua macam pengemas, yaitu dengan tray yang ditutup dengan plastik wrap yang memiliki berat bersih 250 gram dan dengan plastik P yang memiliki berat 1 kg. Pada pengemasan plastik 1 kg, plastik diberi lubang agar panas tidak terperangkap dan kesegaran edamame tetap terjaga. Plastik tray yang digunakan merupakan jenis plastik PET. PET film bersifat jernih, kuat, liat, dimensinya stabil, tahan nyala api, tidak beracun, permeabilitas terhadap gas, aroma maupun air rendah (Mujiarto, 2005). Jenis plastik ini digunakan untuk botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis (sekitar 60%). Plastik jenis PET direkomendasikan hanya sekali pakai karena bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat atau panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada plastik tersebut meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (Ompusunggu, 2010). Plastik wrap yang digunakan terbuat dari PVC (Polyvinyl Chloride). Jenis plastik ini paling sulit untuk didaur ulang. Kelebihan penggunaan plastik wrap pada produk sayuran PT. Bimandiri Agro Sedaya adalah sayuran dapat dilihat secara jelas dan tampak menarik. Namun penggunaan plastik ini terdapat kekurangannya, yaitu PVC mengandung DEHA yang dapa bereaksi dengan makanan yang dikemas karena DEHA ini lumer pada suhu -15oC (Ompusunggu, 2010). Pengemasan edamame dengan tray dilakukan dengan cara menyusun edamame dengan pola tertentu sampai mencapai berat 250 gram. Berat edamame yang akan dikemas tidak boleh kurang dari 250 gram dan boleh berlebih (± 10 gram). Setelah ditimbang, edamame dan tray diletakkan di atas hand wrapper dan dikemas oleh plastik wrap dengan bantuan manusia. Proses wrapping ini memerlukan keahlian khusus dan dilakukan secara cepat agar hasil kemas baik dan rapi. Setelah dikemas, edamame diberi label Carrefour atau Hypermart. Gambar 13. Edamame dikemas plastik PP (Dokumentasi pribadi, 2014) Kemasan 1 kg menggunakan plastik PX. PX memiliki karakteristik … Pengemasan edamame dengan plastik PX dilakukan dengan cara menimbang edamame di dalam plastik sampai beratnya 1 kg. Berat edamame tidak boleh kurang dan batas toleransi berat adalah ±10 gram. Setelah ditimbang, plastik kemasan disegel dengan bantuan sealer. Syarat kemasan plastik untuk pengemasan edamame 1 kg ini adalah harus memiliki lubang perforasi. Setelah disegel, kemasan diberi label Carrefour atau Hypermart. Label terkadang disebut juga etiket. Dalam pengertian perdagangan etiket didefinisikan sebagai label yang diletakkan, dicetak, diukir atau dicantumkan dengan jalan apapun pada wadah pembungkus. Etiket tersebut harus cukup besar agar dapat menampung semua keterangan yang diperlukan mengenai produk, tidak boleh mudah lepas, luntur atau lekang karena air, gosokan atau pengaruh sinar matahari. Pemberian label memegang peranan penting baik bagi konsumen dalam memilih produk yang akan dibeli maupun bagi produsen untuk mendapat kepercayaan dari konsumen (Herudiyanto, 2008). Pelabelan yang dilakukan oleh PT. Bimandiri Agro Sedaya pada produk edamame sudah cukup baik walaupun kurang lengkap seperti standar aturan label pada umumnya. Pada label tersebut dicantumkan nama perusahaan dan keterangan seperti “Produk Hortikultura Bermutu” dan “100% Segar, Freshly Picked” yang menunjukkan bahwa produk perusahaan merupakan produk yang segar dan memiliki kualitas yang baik. Ketentuan labeling juga disesuaikan dengan permintaan toko, seperti pada cabe-cabean yang dikirim ke Lotte Mart harus mencantumkan tanggal produksi dan tanggal kadaluwarsa. Menurut Santana, dkk (2012), untuk menjaga kualitas bahan, edamame harus disimpan pada suhu 30oC pada tray plastik terbuka dan dikonsumsi dalam waktu 24 jam. Untuk konsumsi jangka panjang (72 jam), edamame disimpan pada suhu 7oC pada plastik yang tertutup yang memiliki daya simpan 3 hari. Menurut Anonim (2014), edamame segar memiliki daya simpan selama 7 hari dengan penyimpanan refrigerasi dan tidak dicuci. 3.8 Pengepakan dan Transportasi Gambar 14. Edamame di bagian transfer (Dokumentasi pribadi, 2014) Pengepakan dan transportasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan pasca panen yang penting. Setelah edamame dikemas, edamame disimpan di dalam kontainer yang telah dilapisi kertas koran. Pada tahap ini, kontainer berperan sebagai kemasan sekunder. Penyimpanan di dalam kontainer dengan kertas koran bertujuan agar tidak terjadi gesekan mekanis yang menyebabkan kemasan menjadi rusak atau berlubang. Edamame yang telah dipindahkan ke kontainer tersebut dicek oleh bagian Transfer dan Barang Jadi berapa jumlah edamame yang telah dikemas dan beratnya. Setelah itu barang dipindahkan ke bagian Pembagian. Pada bagian ini, barang dicek ulang kondisi kemasan, penataan isi, jumlah order yang diminta toko, dan beratnya. Setelah itu barang dibagi sesuai dengan tujuan pengiriman. Berikut ini gambar edamame yang telah dibagi menurut tujuan pengiriman. Gambar 15. Edamame di bagian Pembagian (Dokumentasi pribadi, 2014) Edamame yang telah dibagi kemudian didistribusikan ke toko tujuan dengan menggunakan truk box. Pengiriman barang dilakukan secara bersamaan dengan sayuran lain pada pukul 02.00-03.00. Pengiriman dilakukan pada dini hari untuk mencegah kemacetan di jalan dan mempertahankan suhu selama transportasi serendah mungkin sehingga barang yang telah dikemas masih dalam keadaan segar. Selama ini perusahaan menggunakan truk tanpa pendingin dengan pertimbangan biaya dan pada saat bongkar muat di tempat tujuan, barang langsung masuk ke ruang pendingin. Kontainer atau karton yang memuat barang yang telah dikemas juga diatur sedemikian rupa. Untuk tujuan dekat, kontainer atau karton diposisikan paling luar untuk memudahkan proses bongkar muatan. Fungsi kontainer pada tahap ini adalah sebagai kemasan transportasi. Kemasan transportasi merupakan kemasan yang dimaksudkan untuk memudahkan dan mengamankan produk selama dalam perjalanan dan ketika bongkar muat (Herudiyanto, 2008). Gambar 16. Tipe-tipe kontainer yang digunakan di PT. Bimandiri Agro Sedaya (dari kiri ke kanan: tipe 2002, 2003, 2004, dan 2008) (http://www.rabbit-plastics.com/multi3.htm, 2014) Kontainer yang digunakan di perusahaan terdapat empat jenis kontainer, yaitu tipe 2002, 2003, 2004, dan 2008. Kontainer tipe 2002 biasanya digunakan oleh DC (Distribution Center) untuk pengangkutan saat setelah bongkar muat. Kontainer yang sering digunakan di perusahaan adalah kontainer tipe 2004 dan 2008. Kontainer tipe 2008 dapat dibedakan dari warnanya. Penggunaan kontainer berdasarkan warna disajikan pada Tabel 3.8.1 Tabel 3.8.1 Jenis Kontainer dan Penggunaannya Warna Kontainer Merah Biru Hijau Putih Kuning (tipe 2004) Kuning (tipe 2008) Tujuan Carrefour Lotte Mart Hypermarket Bandung/Market City Pasar Penggunaan di dalam perusahaan Penggunaan Penyimpanan barang selama distribusi (area Pembagian) - Pengumpulan barang di bagian Receiving - Penggunaan di bagian Processing/Pengemasan. Hampir semua komoditas sayuran menggunakan kontainer pada saat pengangkutan ke toko tujuan. Namun, kontainer tersebut sering terjadi kehilangan pada saat bongkar muat sehingga perusahaan harus berulang kali menambah kontainer baru. Selain itu, kontainer tidak difungsikan sebagaimana mestinya, misalnya kontainer untuk mengangkut barang Carrefour digunakan untuk packing di ruang processing bahkan dijadikan tempat duduk. Adanya kehilangan kontainer diatasi oleh perusahaan dengan cara mengganti kemasan sekunder dengan karton. Namun sepertinya hal tersebut kurang efisien karena akan menambah biaya operasional. Diperlukan sosialisasi tentang kesadaran penggunaan kontainer yang baik, pemisahan kontainer bagian Pembagian dan bagian Processing/Pengemasan dengan pemberian kode atau warna kontainer dibedakan, penambahan kursi di ruang Processing/Pengemasan, dan menunjuk seorang penanggung jawab di bagian Ekspedisi untuk menjaga kontainer perusahaan. Gambar 17. Distribusi edamame ke toko tujuan (Dokumentasi pribadi, 2014) Jalur alternatif pengiriman telah dipersiapkan untuk mengantisipasi kemacetan di jalan atau hal lain yang menghambat proses distribusi. Truk atau mobil box kembali lagi ke tempat packinghouse kira-kira sore hari jam 15.00 sambil membawa produk tolakan. 3.9 Permasalahan yang Menurunkan Mutu Untuk mempermudah pengukuran kualitas maka kualitas selalu dinyatakan sebagai kumpulan spesifikasi yang harus dipenuhi dalma batas-batas tertentu. Umumnya kualitas dikatakan lebih baik apabila semua spesifikasi memenuhi nilai rata-rata (tidak ada nilai yang ekstrim). Kualitas atau mutu makanan dapat didefinisikan sebagai (Tjahjadi dan Marta, 2012): 1. Keseluruhan sifat-sifat yang membedakan unit produk yang satu dengan yang lainnya serta berpengaruh terhadap dapat diterima atau tidaknya unit tersebut oleh konsumen. 2. Derajat/tingkat kesempurnaan sifat-sifat (excellence) yang dimiliki suatu produk agar dapat diterima oleh konsumen. Tingkat atau kualitas mutu dari produk yang dihasilkan PT. Bimandiri Agro Sedaya dapat dilihat salah satunya dengan tingkat tolakan produk yang bersangkutan. Pada umumnya penyebab produk perusahaan ditolak toko adalah sebagai berikut. Pengiriman terlambat Salah pengiriman Tidak sesuai spesifikasi Produk Tolakan Kemasan rusak Program pengendalian dan peningkatan mutu di perusahaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik jika tidak didasarkan pada data kondisi kinerja nyata perusahaan tersebut. Untuk memperoleh data yang akurat dan sekaligus analisis yang valid, dikenal adanya tujuh alat bantu yang dikenal dengan istilah Seven Tools. Ketujuh alat bantu ini yaitu: (1) Lembar pengumpul data (check sheet), (2) Stratifikasi, (3) Grafik dan bagan pengendalian, (4) Diagram pareto, (5) Diagram sebab akibat, (6) Diagram pencar, dan (7) Histogram (Muhandri, dkk, 2012). Analisis sederhana untuk mengetahui hal-hal apa saja yang berpengaruh pada mutu edamame yang dihasilkan adalah dengan menggunakan diagram sebab akibat (cause and effect diagram). Diagram sebab akibat berguna untuk mengetahui faktorfaktor yang mungkin (memiliki peluang) menjadi penyebab munculnya masalah (berpengaruh terhadap hasil). Penyusunannya dilakukan dengan teknik brainstorming (sumbang saran) (Muhandri, dkk, 2012). Meskipun tiap perusahaan dapat menentukan sendiri faktor-faktor utama dalam penyusunan diagram sebab akibat, namun secara umum terdapat lima faktor yang berpengaruh, yaitu: (1) lingkungan, (2) manusia, (3) metode, (4) bahan, dan (5) mesin peralatan. Berikut ini diagram sebab akibat “Edamame ditolak oleh pihak toko”. Metode Panen Cuaca tidak mendukung Teknik panen yang kurang tepat Belum terlatih Lelah Edamame ditolak oleh pihak Toko Belum ada spesifikasi baku untuk edamame Manusia Gambar 18. Diagram sebab akibat ditolaknya edamame oleh toko Permasalahan yang dapat menurunkan mutu edamame PT. Bimandiri Agro Sedaya dapat dilihat pada Gambar 18. Diagram tersebut merupakan alat untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpeluang menjadi penyebab masalah, bukan mengidentifikasi masalah. Langkah selanjutnya adalah melakukan verifikasi di industri untuk menjawab pertanyaan “apakah setiap faktor sudah sesuai dengan SOP atau aturan baku industri?” (Muhandri, dkk, 2012). Gambar 19. Edamame yang ditolak oleh toko (Dokumentasi pribadi, 2014) Terdapat dua faktor yang diduga kuat menjadi penyebab produk edamame ditolak oleh pihak toko, yaitu metode panen dan manusia. Kedua faktor ini sekiranya menjadi fokus perusahaan untuk memperbaiki mutu edamame yang dihasilkan. Penurunan tingkat cacat dan kesalahan pada saat proses pasca panen edamame juga memberikan banyak manfaat, antara lain: Menurunkan biaya karena komplain (kekecewaan) konsumen. Menurunkan biaya produksi secara nyata Meningkatkan produktivitas karena lebih banyak produk yang dapat digunakan (dijual) dengan sumberdaya yang sama. Menurunkan inventori untuk membantu penerapan konsep “just in time”. Berbagai manfaat yang diperoleh dari kedua kegiatan di atas dapat dihasilkan oleh tim perbaikan mutu yang dibentuk perusahaan atau adanya peluang-peluang bagi karyawan untuk berpartisipasi atas inisiatif sendiri dalam bentuk Gugus Kendali Mutu (GKM). Secara tradisional, banyak perusahaan tidak tertarik terhadap manfaat tersebut sehingga memberikan prioritas yang rendah terhadap proyek perbaikan mutu (Muhandri dan Kadarisman, 2013). Sebaiknya perusahaan bersama mitra (petani dan supplier) memanen edamame pada waktu dan cara yang tepat. Penggunaan harvest bag dapat membantu petani panen ketika cuaca tidak mendukung seperti hujan. Edamame yang ditolak oleh toko memiliki karakteristik berwarna hijau kekuningan, isi polong satu, dan terdapat kontaminasi. Perbaikan mutu tersebut dapat dilakukan dengan membuat spesifikasi edamame yang sesuai dengan persetujuan pihak toko. Berikut ini spesifikasi umum edamame yang dapat menjadi pertimbangan PT. Bimandiri Agro Sedaya. Edamame (Glycine max (L.) Merrill) • Panjang: 5 cm • Isi polong: 2-3 biji • Berat: 2,5 - 3,5 gram per polong • Warna: hijau seragam • Permukaan: mulus, tidak cacat, non kontaminan • Kemasan: tray dan plastik wrap, plastik • Daya simpan: 3-7 hari Gambar 20. Spesifikasi umum edamame (Glycine max (L.) Merrill) Kualitas edamame dievaluasi oleh distributor dan konsumen dari sisi kenampakan, aroma, rasa, ketahanan tekstur setelah dimasak. Polong edamame lebih disukai yang lembut, tangkai polong berwarna coklat muda atau abu-abu, polong mengandung dua atau tiga biji (Pambudi, 2013). Di Iwate Prefecture, edamame grade A harus memiliki 90% atau lebih polongan yang berisi dua atau tiga biji. Polong harus berbentuk sempurna, hijau seutuhnya, dan tidak menunjukkan tanda-tanda luka atau noda. Edamame grade B harus memiliki 90% atau lebih polongan yang berbiji dua atau tiga, warna polong bisa hijau muda, beberapa polong terdapat noda, luka, berubah bentuk, pendek, atau biji dengan ukuran kecil. Sedangkan hal-hal yang tidak boleh terdapat pada kedua grade tersebut adalah polong terlalu matang, terkena penyakit, rusak karena serangga, hanya mengandung satu biji, berubah bentuk, kekuningan, robek, ternoda, atau kurang masak (Pambudi, 2013). 3.10 Sanitasi dan Penanganan Limbah Pembersihan merupakan proses menghilangkan kotoran, sedangkan sanitasi merupakan usaha mengurangi populasi bakteri sampai tahap aman, dengan perkataan lain sanitasi adalah semua tindakan yang ditujukan untuk memelihara kesehatan dan kebersihan lingkungan; atau semua hal yang berhubungan dengan kesehatan dan kebersihan lingkungan serta usaha-usaha untuk mempertahankan dan memperbaikinya (Tjahjadi, dkk, 2007). Sanitasi yang baik dalam industri pangan tidak hanya terletak pada kebersihan bahan baku, peralatan yang digunakan, ruangan dan pekerja; tetapii juga dalam penanganan dan pembuangan limbah. Demikian pula halnya dengan perilaku hidup bersih dan sehat dari pekerja pengolahan sangat menentukan terhadap kegiatan sanitasi (Tjahjadi, dkk, 2007). Pada setiap kegiatan sanitasi, dikenal empat tahap penting yang harus dilaksanakan, yaitu: 1) Pembasahan 2) Pelarutan 3) Pembilasan 4) Sanitizing (kegiatan saniter) Dalam kegiatan sanitasi, pembersihan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting. Pembersihan termasuk kegiatan menghilangkan kotoran dari permukaan bahan dan peralatan, melepaskan tanah dan lapisan bakteri (biofilm) menggunakan deterjen dan merendamnya dalam larutan deterjen. Pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan: 1) Proses mekanik (penyikatan, penyemprotan air, penghisapan dengan alat vakum). 2) Proses kimia kimia menggunakan sabun, deterjen, atau senyawa antiseptik. 3) Kombinasi antara proses mekanik dan kimia. Sanitasi yang dilakukan di PT. Bimandiri Agro Sedaya meliputi kegiatan pembersihan dengan menggunakan kombinasi proses mekanik dan kimia. Kegiatan pembersihan dilakukan setiap hari pada saat pagi dan siang hari yang meliputi pembersihan ruang kantor, ruang Receiving, Pembagian, dan Processing. Operasi pencucian hanya dilakukan pada lantai saja sedangkan pada dinding pabrik tidak dilakukan. Menurut Buckle, dkk (1987), operasi pencucian dan sanitasi meliputi lantai dan dinding pabrik harus dilakukan pada setiap akhir hari kerja atau jika keadaan membutuhkan, dilakukan lebih sering. Pada tempat bahan-bahan pangan dipersiapkan dan disajikan, alat-alat yang berhubungan dengan bahan pangan seperti pisau, pengerat (slicer), dan papan pemotong/talenan harus dibersihkan dan disanitasi secara baik. Operasi pembersihan dimana bahan-bahan sanitasi digunakan dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut. 1. Alat-alat harus dibersihkan sebaik mungkin sehingga tidak ada sisa-sisa bahan organik yang nampak oleh mata. Tindakan ini dapat dibantu dengan penggunaan deterjen dan apabila bahan ini digunakan harus dibasuh/dibilas secara baik dengan air bersih. 2. Lakukan sanitasi. Beberapa contoh dari keadaan sanitasi termasuk menyiram dengan air panas 80oC selama ½ - 1 menit, menyiram dengan larutan 50 ppm klorin untuk waktu paling sedikit 1 menit; menyiram larutan iodofor yang berisi paling sedikit 12,5 ppm iodin pada pH 5,0 pada waktu paling sedikit 1 menit. 3. Bilasi bahan-bahan sanitasi dengan air bersih dan tidak tercemar. Perencanaan pabrik pengolahan pangan dan toko penjualnya dapat banyak berpengaruh terhadap pencemaran sekunder. PT. Bimandiri Agro Sedaya memiliki layout pabrik yang sudah baik, misalnya kamar kecil dibangun agak jauh dari tempat pengelolaan bahan pangan, hanya saja kegiatan sanitasi harus lebih ditingkatkan. Tempat kerja yang baik, bersih, dan berventilasi serta penerangan yang baik dapat memberi kepuasan pada pekerja yang akan menanggapinya dengan kebiasaan yang baik dan bersih. Kegiatan sanitasi tidak terlepas dari kegiatan penanganan limbah. Industri pangan mempunyai kewajiban untuk menangani limbahnya dengan baik, dengan demikian banyak dana yang dapat dihemat karena industri pangan terhindar dari kerugian ekonomi karena kompensasi masalah yang dapat timbul akibat limbah yang tidak tertangani dengan baik. Di samping itu, penanganan limbah juga merupakan tanggung jawab sosial industri terhadap lingkungan. Menurut perkiraan, dari semua bahan pangan yang diolah secara industri, 20% di antaranya menjadi limbah (Rahayu, dkk, 2011). Sampah dikumpulkan di TPA perusahaan Pengangkutan ke kebun Pemisahan sampah menurut jenisnya Penimbunan Gambar 21. Penananganan limbah di PT. Bimandiri Agro Sedaya (Dokumentasi pribadi, 2014) Penanganan limbah di PT. Bimandiri Agro Sedaya dilakukan dengan cara menimbun dan menyebarkan limbah di kebun di dekat lokasi perusahaan. Penimbunan tersebut dilakukan dengan tujuan agar tanah semakin subur dan berperan sebagai pupuk kompos. Limbah yang dihasilkan di perusahaan sekitar 2-3 kwintal tergantung permintaan barang dari toko. Biasanya menjelang hari-hari besar permintaan order meningkat, begitu pula limbah yang dihasilkan juga meningkat. Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan terdiri dari sebagian besar hasil sortasi sayuran daun, kardus, plastik, botol minuman, roll pengemas, kertas, tray, rokok, kemasan makanan, dan karton. Berikut ini pemanfaatan limbah di PT. Bimandiri Agro Sedaya. Sejauh ini edamame tidak begitu menghasilkan banyak limbah karena permintaan komoditi ini masih sedikit. Limbah organik yang biasa dihasilkan adalah tangkai dan daun sisa sortasi dan grading yang terbawa saat pengepakan di kebun. Pakan ternak/ikan Dijual Limbah Organik dan Anorganik Pupuk kompos bagi tanah Gambar 22. Pemanfaatan limbah di PT. Bimandiri Agro Sedaya Limbah hasil pengolahan pangan biasanya dimanfaatkan menjadi pakan ternak/ikan yang dimanfaatkan masyarakat sekitar, pupuk kompos, dan dijual. Limbah yang dijual seperti karton bekas pengemas dan botol plastik minuman. Pembuatan pupuk kompos ini dilakukan dengan cara menyebar limbah sayuran di kebun atau menimbunnya. 3.11 Rekomendasi Standar kebersihan dan prosedur biasanya digambarkan sebagai Good Hygienic Practices (GHP) atau Good Manufacturing Practices (GMP), merupakan alat penting dalam kontrol makanan tradisional. Konsep-konsep ini masih penting dalam sistem kontrol makanan modern dengan menyediakan kondisi lingkungan dan operasi dasar untuk produksi makanan yang aman dan dengan demikian menjadi syarat atau dasar untuk HACCP dalam program manajemen keamanan pangan secara keseluruhan (Gambar 23) (Huss, dkk, 2004). Gambar 23. Keamanan dan mutu pangan, sebuah pendekatan terintegrasi (Huss, dkk, 2004) GMP memiliki beberapa pengertian yang cukup mendasar, yaitu suatu pedoman yang menjelaskan bagaiamana memproduksi makanan agar aman bermutu, dan layak untuk dikonsumsi dan berisi penjelasan-penjelasan tentang persyaratan minimum dan pengolahan umum yang harus dipenuhi dalam penanganan bahan pangan di seluruh mata rantai pengolahan dari mulai bahan baku sampai produk akhir. GMP merupakan prasyarat utama sebelum suatu industri pangan dapat memperoleh sertifikat sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) (Susiwi, 2009). PT. Bimandiri Agro Sedaya merupakan perusahaan yang bergerak dibidang agribisnis sehingga perlu untuk menerapkan GMP secara bertahap untuk menjamin keamanan produk dan meningkatkan kepercayaan mitra serta meningkatkan kualitas produk yang dihasilkannya. Penerapan GMP atau CPMB akan dapat membantu jajaran manajemen untuk membangun suatu sistem jaminan mutu yang baik. Jaminan mutu sendiri tidak hanya berkaitan dengan masalah pemeriksaan (inspection) dan pengendalian (control) namun juga menetapkan standar mutu produk yang sudah harus dilaksanakan sejak tahap perancangan produk (product design) sampai produk tersebut didistribusikan kepada konsumen (Anonimb, 2014). Beberapa industri pangan dunia menyimpulkan bahwa bisnis pangan perlu dan harus menerapkan GMP dengan beberapa alasan sebagai berikut : Untuk mengembangkan sistem mutu yang dapat dinilai agar dapat dipastikan bahwa produk makanan aman, sehat dan yang terpenting adalah memenuhi persyaratan pelanggan. Memastikan bahwa proses pengolahan, penyimpanan dan distribusi produk makanan dalam kondisi terkontrol dan konstan, mendekati produk yang diinginkan (ISO 9001). Secara umum, kegiatan sanitasi merupakan salah satu kegiatan yang kurang mendapat perhatian sepanjang proses pasca panen produk di perusahaan. Oleh karena itu, perlu diterapkannya GMP bersama dengan SSOP (Standard Sanitation Operating Procedure). Secara umum perbedaan antara GMP dan SSOP adalah: GMP secara luas terfokus dan pada aspek operasi pelaksanaan tugas dalam pabriknya sendiri serta operasi personel. Sedang SSOP merupakan prosedur yang digunakan oleh industri untuk membantu mencapai tujuan atau sasaran keseluruhan yang diharapkan GMP dalam memproduksi pangan yang bermutu tinggi, aman, dan tertib (Susiwi, 2009). Gambar 24. Kaitan HACCP dengan Good Practices dalam rantai pangan (Michwan, 2009) Agar sistem HACCP dapat berfungsi dengan baik dan efektif, perlu diawali dengan pemenuhan program pre-requisite (persyaratan dasar), yang berfungsi melandasi kondisi lingkungan dan pelaksanaan tugas serta kegiatan lain dalam industri pangan. Peran GMP dalam menjaga keamanan pangan selaras dengan prerequisite penerapan HACCP. Pre-requisite merupakan prosedur umum yang berkaitan dengan persyaratan dasar suatu operasi bisnis pangan untuk mencegah kontaminasi akibat suatu operasi produksi atau penanganan pangan. Deskripsi dari persyaratan dasar ini sangat mirip dengan deskripsi GMP yang menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan operasi sanitasi dan higiene pangan suatu proses produksi atau penanganan pangan (Susiwi, 2009). Penerapan GMP dapat mengacu berbagai referensi, namun sejauh ini tidak ada standar internasional yang bersifat official seperti halnya standar ISO. Berbagai negara dapat mengembangkan standar GMP tersendiri, seperti di Indonesia terdapat berbagai standar GMP yang di terbitkan oleh BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) sesuai dengan jenis produk yang di hasilkan. Sebagai contoh beberapa standar GMP, misalnya standar GMP untuk industri obat-obatan yang disebut dengan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), standar GMP untuk industri makanan yang disebut dengan CPMB (Cara Pembuatan Makanan yang Baik), dan sebagainya. Prinsip dasar GMP adalah mutu dan keamanan produk tidak dapat dihasilkan hanya dengan pengujian (inspection/ testing), namun harus menjadi satu kesatuan dari proses produksi. Ruang lingkup GMP adalah: 1. Lingkungan dan Lokasi Lingkungan sarana pengolahan harus terawat baik, bersih, dan bebas sampah, memiliki sistem pembuangan dan penanganan limbah yang cukup baik, serta memiliki sistem saluran pembuangan air yang lancar. Lokasi, terletak di bagian pinggir kota, tidak padat penduduk, dan lebih rendah dari pemukiman. Bebas banjir, polusi asap, debu, bau, dan kontaminan lain, serta bebas dari sarang hama, seperti hewan pengerat dan serangga. Tidak berada dekat industri logam dan kimia, serta pembuangan sampah atau limbah. 2. Bangunan dan Fasilitas Unit Usaha Desain bangunan, konstruksi, dan tata ruang harus sesuai dengan alur proses. Bangunan cukup luas dan dapat dilakukan pembersihan secara intensif. Adanya pemisahan antara ruang bersih dan ruang kotor, serta lantai dan dinding dari bahan kedap air, kuat, dan mudah dibersihkan. Fasilitas unit usaha, meliputi penerangan cukup yang sesuai spesifikasi proses, ventilasi memungkinkan udara mengalir dari ruang bersih ke ruang kotor, adanya sarana pencucian tangan dan kaki yang dilengkapi sabun dan pengering atau desinfektan. Gudang mudah dibersihkan, terjaga dari hama, pengaturan suhu dan kelembaban sesuai, serta penyimpanan sistem FIFO yang dilengkapi catatan. 3. Peralatan Pengolahan Alat yang kontak langsung dengan produk harus terbuat dari bahan yang tidak toksik, tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan mudah didesinfeksi sehingga mudah dilakukan perawatan. Letak penempatannya disusun sesuai dengan alur proses, dilengkapi dengan petunjuk penggunaan dan program sanitasi. 4. Fasilitas dan Kegiatan Sanitasi Program sanitasi meliputi sarana penyediaan air, sarana pembuangan air dan limbah, sarana pembersihan/ penyucian, sarana toilet/ jamban, serta sarana hygiene karyawan. 5. Sistem Pengendalian Hama Meliputi pengawasan atas barang/bahan yang masuk, penerapan/praktik hygienis yang baik, menutup lubang dan saluran yang memungkinkan menjadi tempat masuknya hama, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, serta mencegah hewan peliharaan berkeliaran di lokasi unit usaha. 6. Higiene Karyawan Meliputi persyaratan dan pemeriksaan rutin kesehatan karyawan, persyaratan kebersihan karyawan yang meliputi menjaga kebersihan badan, mengenakan pakaian kerja dan perlengkapannya, menutup luka, selalu mencuci tangan dengan sabun, serta melatih kebiasaan karyawan. 7. Pengendalian Proses Meliputi pengendalian preproduksi (persyaratan bahan baku, komposisi bahan, cara pengolahan bahan baku, persyaratan distribusi/ transportasi, penyiapan produk sebelum dikonsumsi), pengendalian proses produksi, serta pengendalian pascaproduksi (jenis dan jumlah bahan yang digunakan produksi, bagan alir proses pengolahan, keterangan produk, penyimpanan produk, jenis kemasan, jenis produk pangan yang dihasilkan). 8. Manajemen Pengawasan Pengawasan terhadap jalannya proses produksi dan perbaikan bila terjadi penyimpangan yang dapat menurunkan mutu dan keamanan produk. Pengawasan rutin dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses produksi. 9. Pencatatan dan Dokumentasi Berisi catatan tentang proses pengolahan, termasuk tanggal produksi dan kadaluarsa, serta distribusi dan penarikan produk karena kadaluarsa. Dokumen yang baik akan meningkatkan jaminan mutu dan keamanan produk. IV. 4.1 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Adapun kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut: 1. Sayur dan buah merupakan produk hortikultura yang bersifat perishable sehingga membutuhkan proses penanganan pasca panen yang baik dan benar agar produk terhindar dari kerusakan-kerusakan. 2. PT. Bimandiri Agro Sedaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang penanganan segar berbagai macam sayuran dan memasarkannya melalui Carrefour, Hypermart dan Lotte Mart. 3. Pasokan sayuran dan buah PT. Bimandiri Agro Sedaya berasal dari petani di daerah Jawa Tengah, Cipanas, Cianjur, Pangalengan, Lembang, Garut, Subang, Tasikmalaya, Sumedang, Majalengka, dan daerah Jawa Timur. 4. Kegiatan pasca panen edamame di PT. Bimandiri Agro Sedaya meliputi pemanenan dan pengepakan di kebun, penimbangan di area receiving, sortasi, pengemasan, dan labeling di area processing, pengepakan dan transportasi ke supermarket. 5. Edamame yang diproduksi PT. Bimandiri Agro Sedaya berasal dari Cibodas, Lembang. 6. Pemanenan edamame di PT. Bimandiri Agro Sedaya dilakukan saat tanaman berumur 68-72 hari. 7. Penyortasian edamame di PT. Bimandiri Agro Sedaya berdasarkan penampakan dan jumlah biji dalam polong. 8. Edamame yang diproduksi PT. Bimandiri Agro Sedaya termasuk grade A. 9. Edamame dikemas dengan tray dan plastic wrap (250 gram) dan plastik (1 kg). 10. Penyimpanan dingin edamame tidak dilakukan di PT. Bimandiri Agro Sedaya karena terkait jumlah permintaan edamame yang masih sedikit. 11. Pengepakan edamame di PT. Bimandiri Agro Sedaya menggunakan kontainer berventilasi yang dilapisi Koran atau karton berlubang dan ditransportasikan pada dini hari dengan menggunakan mobil box tanpa pendingin. 12. Titik kritis penanganan pasca panen edamame di PT. Bimandiri Agro Sedaya adalah saat panen. 4.2 Saran 1. Pemanenan edamame sebaiknya dilakukan pada waktu yang tepat. 2. Pada saat pengumpulan hasil panen, untuk mengurangi panas sebaiknya digunakan terpal putih atau perak. 3. Waktu panen diatur sedemikian rupa agar rentang waktu antara panen dan pengolahan lanjut tidak terlalu lama. 4. Penyimpanan di tempat yang teduh setelah panen. 5. Plastik yang digunakan untuk mengangkut hasil panen sebaiknya diberi lubang. 6. Precooling pada saat distribusi dan setelah sampai di tempat produksi. 7. Bila memungkinkan proses pengemasan edamame diprioritaskan lebih dibandingkan komoditas lainnya. 8. Pembuatan spesifikasi edamame yang diterima di perusahaan. 9. Memperbaiki infrastruktur packinghouse (ruang processing/pengemasan). 10. Penyediaan fasilitas alat dan bahan sanitasi untuk peralatan pengolahan dan pekerja. 11. Manajemen harus mempunyai komitmen yang kuat untuk melakukan pencegahan polusi dan penanganan limbah dengan menjadikannya sebagai salah satu sasaran industrinya. 12. Melakukan pendidikan bagi pegawainya dengan berbagai cara promosi seperti pemberian penghargaan bagi pegawai yang berprestasi mengupayakan pencegahan polusi dan melaksanakan penanganan limbah dengan baik. 13. Melakukan evaluasi dan perbaikan terus-menerus terhadap program pencegahan polusi dan penanganan limbah yang telah dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2014. How to Store Fruits and Vegetables. Available at: http://www.tacoma farmersmarket.com/media/static/pdf/Produce%20Storage%20Tips.pdf (diakses 13 Agustus 2014). _______b. 2014. Good Manufacturing Practices. Available http://indag.tangerangkab.go.id/portal/good-manufacturing-practice-gmp/ (diakses 13 Agustus 2014). at: Herudiyanto, M. S. 2008. Teknologi Pengemasan Pangan. Penerbit Widya Padjadjaran, Bandung. Huss, H. H., L. Ababouch, dan L. Gram. 2004. Assessment and Management of Seafood Safety and Quality. Available at: ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/006/y4743e/y4743e00.pdf (diakses 13 Agustus 2014). Muhandri, T., D. Kadarisman, dan Tim PREMYSIS Consulting. 2012. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. PT. Penerbit IPB Press, Bogor. Muhandri, T. dan D. Kadarisman. 2013. Mutu dan Kinerja Perusahaan Suatu Pendekatan Pada Industri Pangan. Penerbit Alfabeta, Bandung. Mujiarto, I. 2005. Sifat dan Karakteristik Material Plastik dan Bahan Aditif. Available at: http://mesinunimus.files.wordpress.com/2008/02/sifatkarakteristik-material-plastik.pdf (diakses 12 Agustus 2014). Ompusunggu, H. H. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa Kelas X Terhadap Penggunaan Plastik sebagai Tempat Penyimpanan Makanan dan Minuman di SMU Negeri 14 Medan. Available at: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17909 (diakses 12 Agustus 2014) Pambudi, S. 2013. Budidaya dan Khasiat Kedelai Edamame. Penerbit Pustaka Baru Press, Yogyakarta. Rahayu, W. P., dkk. 2011. Keamanan Pangan Peduli Kita Bersama. PT. Penerbit IPB Press, Bogor. Santana, A. C, dkk. 2012. Evaluation of the Shelf-Life of Vegetable-Type Soybean Pods. Available at.: http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S151689132012000400015&script=sci_arttext (diakses 7 Agustus 2014). Susiwi, S. 2009. GMP (Good Manufacturing Practices): Cara Pengolahan Pangan yang Baik. Available at: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._ KIMIA/195109191980032-SUSIWI/SUSIWI-29)._GMP.pdf (Diakses 13 Agustus 2014) Tjahjadi, C., H. Marta., dan Y. Cahyana. 2008. Penanganan Pasca Panen Sayur dan Buah. Universitas Padjadjaran, Bandung. Tjahjadi, C. dan H. Marta. 2012. Pengantar Teknologi Pangan Volume I. Universitas Padjadjaran, Bandung. Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Harian Praktek Kerja Lapang (PKL) Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Menyelesaikan PKL Lampiran 3. Struktur Organisasi PT. Bimandiri Agro Sedaya Lampiran 4. Jenis Produk yang Diproduksi di PT. Bimandiri Agro Sedaya Lampiran 5. Alat bantu pengolahan Lampiran 4. Tata Letak PT. Bimandiri Agro Sedaya Area parkir staff Pos Satpam Area parkir truk dan mobil box Kontainer Umbi-umbian Area parkir karyawan Tempat sampah Kantor Ruang Kontainer Area barang BS Area Pengepakan (Kardus) Area Pembagian Mushola Area Pengeringan Sayuran Area Umbi-umbian (Pembersihan) Ruang Basahan Area Umbi-umbian dan Kondimen (Pengeringan) Area Transfer dan Barang Jadi Ruang Processing/ Pengemasan Area Sortasi dan Penimbangan Area Sortasi dan Penimbangan Pekarangan Area Sealing dan Aneka Sayuran Pekarangan Dapur Toilet Ruang Pengemasan R. PO Area Pencatatan dan Penimbangan Area Wrapping Pekarangan Area Wrapping Cafe Area Receiving