Uploaded by yosdilahabrina

Laporan PKL Edamame

advertisement
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
PENANGANAN PASCA PANEN EDAMAME (Glycine max (L.) Merrill)
DI PT. BIMANDIRI AGRO SEDAYA LEMBANG
OLEH
AMILA YOSALFA F
240210110064
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
PENANGANAN PASCA PANEN EDAMAME (Glycine max (L.) Merrill)
DI PT. BIMANDIRI AGRO SEDAYA LEMBANG
OLEH
AMILA YOSALFA F
240210110064
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2014
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
: PENANGANAN PASCA PANEN EDAMAME (Glycine
max (L.) Merrill) DI PT. BIMANDIRI AGRO SEDAYA
LEMBANG
NAMA
: AMILA YOSALFA F
NPM
: 240210110064
PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN
: TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
DISETUJUI dan DISAHKAN
Untuk diajukan sebagai laporan mata kuliah Praktek Kerja Lapang (PKL)
Pada Jurusan Teknologi Industri Pangan
Koordinator Mata Kuliah
Pembimbing Akademis
Praktek Kerja Lapang
Herlina Marta, S.TP., M.Si
19820327 2006042002
Herlina Marta, S.TP., M.Si
19820327 2006042002
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapang di PT. Bimandiri Agro Sedaya dengan
judul “Penanganan Pasca Panen Edamame (Glycine max (L.) Merrill) Di PT.
Bimandiri Agro Sedaya, Lembang”. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah Praktek Kerja Lapangan pada Jurusan Teknologi Industri
Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Tidak sedikit kesulitan yang penulis alami dalam proses pembuatan laporan
ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Herlina Marta, S.TP., M.Si., koordinator mata kuliah Praktek Kerja Lapang
sekaligus pembimbing akademis yang telah memberikan bimbingan dan saran
dalam penulisan laporan ini.
2.
Achmad Rivani, Ir., Denny Hidajat, Ir., Irman F. Amrullah, Ir., Ahmad Hidayat,
Ir., Sudia Dharmawidjaja, Ir., Sandredo Tanjung, Ir.,
dan seluruh staf dan
karyawan PT. Bimandiri Agro Sedaya atas bimbingan dan bantuannya selama
pelaksanaan PKL.
3.
Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan sepenuhnya kepada penulis
selama pelaksanaan PKL.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga
keterbatasan ini tidak mengurangi nilai ilmiah serta penulis berharap laporan ini
bermanfaat bagi yang berkepentingan, khususnya bagi penulis sendiri.
Jatinangor, Agustus 2014
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
II.
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan
2.2 Visi dan Misi Perusahaan
2.3 Manajemen dan Struktur Organisasi
2.3.1 Manajemen
2.3.2 Struktur Organisasi
2.4 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan
2.5 Ketenagakerjaan
2.6 Sumber Daya Material dan Penggerak
2.7 Proses Produksi dan Pemasaran
III.
PENANGANAN PASCA PANEN EDAMAME (Glycine max (L.) Merrill)
3.1 Sejarah Edamame
3.2 Botani Edamame
3.3 Prinsip Penanganan Pasca Panen Edamame
3.4 Pemanenan dan Pengepakan Di Kebun
3.5 Penerimaan (Receiving)
3.6 Sortasi
3.7 Pengemasan dan Labeling
3.8 Pengepakan dan Transportasi
3.9 Permasalahan yang Menurunkan Mutu
3.10 Sanitasi dan Penanganan Limbah
3.11 Rekomendasi
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi
dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan
protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai
berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka
peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya.
Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk
dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai,
tauco, snack, dan sebagainya. Konsumsi per kapita pada tahun 1998 sebesar 8,13 kg
meningkat menjadi 8,97 kg pada tahun 2004. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan
akan kedelai cenderung meningkat (Agro Inovasi, 2014).
Kebutuhan kedelai pada tahun 2004 sebesar 2,02 juta ton, sedangkan produksi
dalam negeri baru mencapai 0,71 juta ton dan kekurangannya diimpor sebesar 1,31
juta ton. Hanya sekitar 35% dari total kebutuhan dapat dipenuhi dari produksi dalam
negeri. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan terus-menerus, mengingat potensi lahan
cukup luas, teknologi dan SDM handal cukup tersedia.
Upaya untuk menekan laju impor tersebut dapat ditempuh salah satunya
adalah menanam jenis kedelai yang dapat tumbuh dengan baik di dalam negeri. Salah
satu jenis kedelai yang dapat tumbuh dengan baik di dalam negeri adalah kedelai
Jepang atau dikenal dengan edamame (Glycine max (L.) Merrill). Edamame dipanen
ketika kedelai ini baru 80% matang. Perbedaan edamame dengan kedelai lainnya
adalah bijinya lebih besar, teksturnya halus, rasanya lebih manis dan gurih, dan
mudah dicerna (Pambudi, 2013).
Edamame sebagai bahan baku olahan pangan berpotensi dan berperan dalam
menumbuhkembangkan industri kecil menengah bahkan sebagai komoditas ekspor.
Berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai membuka peluang
kesempatan kerja dimulai dari budidaya, panen, pengolahan, transportasi, pasar
sampai pada industri pengolahan. Agar produksi edamame dan olahannya mampu
bersaing di pasar global, maka mutu edamame dan olahannya harus ditingkatkan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pembinaan dan pengembangan dalam proses
produksi, pengolahan dan pemasarannya, khususnya penanganan pasca panen
edamame.
Dalam laporan ini penulis akan mengkaji penanganan pasca panen edamame
(Glycine max (L.) Merrill) di PT. Bimandiri Agro Sedaya sebagai bahan referensi
dalam rangka mengetahui dan menanggulangi permasalahan yang ada.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapang di PT. Bimandiri Agro Sedaya
adalah:
1.
Mahasiswa memiliki pengalaman bekerja pada perusahaan di bidang pengolahan
pasca panen sayuran dan buah-buahan.
2.
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai cara-cara penanganan
pasca panen terhadap komoditas sayuran dan buah-buahan yang dilakukan oleh
PT. Bimandiri Agro Sedaya.
3.
Mempelajari proses pengolahan pasca panen edamame (Glycine max (L.)
Merrill) di PT. Bimandiri Agro Sedaya.
4.
Membahas permasalahan penanganan pasca panen edamame (Glycine max (L.)
Merrill) dan mencari solusi dalam rangka menyelesaikan permasalahan tersebut.
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan
PT. Bimandiri Agro Sedaya didirikan pada bulan Agustus 2003 dengan nama
CV. Bimandiri. Sebelumnya usaha pasokan sayur mayur ini dirintis sejak tahun 1994
oleh alumni Fakultas Pertanian UNPAD, yaitu Achmad Rivani dan Trisnaran.
Keinginan mempunyai usaha sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain
menimbulkan tekad yang kuat dari mereka berdua untuk mencoba berwiraswasta.
Tahun 1994 sampai tahun 1998 CV. Bimandiri melayani PT. Matahari Putra
Prima di Jabotabek dan Jawa Barat. Pada masa tersebut Achmad Rivani beserta
beberapa rekannya masih mengerjakan segala sesuatu sendiri mulai dari belanja dan
mencari sayuran, mengolah, mengemas hingga menjadi supir pengantar barang ke
toko. Selain Matahari, pada tahun 1997 menjalin hubungan mitra bisnis dengan
supermarket Matahari Cirebon, Cilegon, Tasikmalaya dan beberapa tempat di Jakarta
seperti Pondok Gede, Arion Plaza, Cipulir, King Harco, Pasar Baru, dll.
Pada tahun 1997, Bimandiri bergabung dengan Triple A selama 1 tahun dan
berhasil mendapat proyek di Walmart, yaitu perusahaan Amerika yang memesan
sayur mayur dalam kapasitas yang cukup besar, karena adanya kerusuhan di Jakarta
pada tahun 1998 mengakibatkan terbakarnya Walmart, sehingga Bimandiri terkena
imbas dari kebakaran tersebut. Akhirnya Bimandiri dan Triple A harus berjalan
masing-masing.
Pada tahun 1998, Bimandiri dinyatakan resmi menjalin hubungan dengan PT.
Kula Sentana Prima (PT. KSP) dan Carrefour Hypermarket Indonesia yang
merupakan perusahaan Prancis. Berbekal pengalaman sebelumnya, maka CV.
Bimandiri mulai menjadikan Carrefour sebagai tujuan pemasaran. Sampai pada tahun
2009, pengembangan pasar dilingkungan Carrefour mencapai 22 buah Carrefour di
wilayah Jakarta dan Bandung, diantaranya : Cempaka Putih, Duta Merlin, Mega Mall
Pluit, Cempaka Mas, Ratu Plaza, MT. Haryono, Lebak Bulus, Puri Indah,
Ambasador, Mollis Bandung, Permata Hijau, Mangga Dua, ITC, BSD, ITC Depok,
Taman Palem, Cikokol, Sukajadi, Blue Mall, Keramat Jati, Kelapa Gading, Cikarang,
dan TMII. Selain Carrefour ada juga Hypermart, diantaranya : Metropolis, Gajah
Mada, Cibubur, Kelapa Gading, Depok, Karawaci, Serpong, Kebun Kacang, Metro
TC, dan Hypermart BIP Bandung, serta Club Store, Sudirman.
Saat ini CV. Bimandiri memasok hampir 160 jenis sayuran setiap harinya.
Sumber bahan bakun sayuran di dapatkan dari kerjasama dengan para petani dan
suplayer sayuran yang tersebar di Lembang, Subang, Garut, dan Pangalengan,
sedangkan dengan petani Kebumen untuk kerjasama semangka baby black serta
Pemalang untuk kerjasama mangga. Dibutuhkan pengadaan yang terpadu untuk dapat
menjamin ketersediaan sayuran ke toko. Ada empat jenis pengadaaan yang dilakukan
CV. Bimandiri, pertama adalah pembeliaan langsung dari para petani yang datang
setiap hari menawarkan hasil panen kebun. Kedua adalah pengadaan melalui para
supplier di sentra-sentra produksi sayuran. Ketiga, pembeliaan ke pasar induk seperti
Pasar Caringin, dan Pasar Andir. Keempat, CV. Bimandiri mengadakan kerjasama
dalam bentuk kemitraan dengan kelompok mitra (tani) seperti kelompok tani Panagris
di Garut, Al-Fatah di Cikembang, Mekar Buah di Kebumen, Palmarosa di Manoko
Lembang adalah beberapa kelompok tani hasil binaan CV. Bimandiri yang
diandalkan.
Empat strategi pengadaan diatas sangat diperlukan dalam mendukung pasokan
sayuran ke toko. Pemberian pinjaman bibit serta dinamika kelompok terus dilakukan
terhadap para petani dan pemasok (supplier) yang merupakan mitra usaha CV.
Bimandiri pembinaan ini dilakukan dengan tujuan agar prinsip 4 K (Kualitas.
Kuantitas, Kontinuitas, Komitmen) dapat diterapkan.
Pada pertengahan tahun 2003, Bimandiri melepaskan diri dari manajemen PT.
KSP. Hal ini dilakukan agar perusahaan benar-benar menjadi mandiri. Didalam akte
CV. Bimandiri berdiri pada bulan Agustus 2003, dan secara resmi diproklamirkan
CV. Bimandiri yaitu pada tanggal 1 Januari 2004. Setelah hampir 10 tahun, pada
bulan September 2013 CV. Bimandiri berkembang dan berubah menjadi PT.
Bimandiri Agro Sedaya.
2.2 Visi dan Misi Perusahaan
PT. Bimandiri Agro Sedaya
Visi
• "Menjadi perusahaan agribisnis yang handal dalam menyalurkan
kebutuhan supermarket dalam jangkauan pulau Jawa dan antar
pulau di Indonesia dilandasi dengan kebersamaan, sifat jujur, dan
adil.”
Misi
• Sebagai penggerak petani Jawa Barat dalam memasarkan sayuran.
• Mengembangkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat.
• Membuka aplikasi teknologi budidaya pertanian dan teknologi pasca
panen untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian.
PT. Bimandiri Agro Sedaya mempunyai fokus pelanggan supermarket. Untuk
mencapai tingkat kemampuan distribusi (Pulau Jawa dan antar pulau) tersebut,
perusahaan harus terus meningkatkan performa disegala bidang, baik internal maupun
eksternal. Budaya timur membuat PT. Bimandiri Agro Sedaya mempunyai landasan
untuk bersifat jujur dan adil serta memiliki rasa kebersamaan antar pelanggan
perusahaan dan pemasok.
PT. Bimandiri Agro Sedaya juga berkeinginan memajukan daerah setempat
terlebih dahulu, serta memajukan pertanian Jawa Barat dengan membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat setempat. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk juga
menjadi misi dari Bimandiri untuk meningkatkan keuntungan perusahaan.
2.3 Manajemen dan Struktur Organisasi
2.3.1 Manajemen
Menurut George R. Terry dalam Malayu S. P. Hasibuan (2006), manajemen
adalah suatu proses yang berbeda yang terdiri dari planning, organizing, actuating,
dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan
menggunakan manusia dan sumber daya lainnya. Kegiatan di PT. Bimandiri Agro
Sedaya
tidak terlepas dari fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen
tersebut: proses perencanaan, pengorganisasian sumber daya, pelaksanaan pencapaian
tujuan, pengarahan serta pengawasan dan penilaian.
Kegiatan PT. Bimandiri Agro Sedaya dapat dilihat pada setiap bagian-bagian
yang ada dalam perusahaan, yaitu: purchasing, processing, marketing dan distribusi,
keuangan dan personalia, riset dan proyek, budidaya. Tiap-tiap bagian yang ada di
PT. Bimandiri Agro Sedaya memiliki bagian tugas (job description) masing-masing,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3.1
Tabel 2.3.1 Job Description di PT. Bimandiri Agro Sedaya
No Purchasing
No Processing
No
1.
Penerimaan order
1.
Penerimaan data order 1.
2.
Pembagian order
2.
Penerimaan barang
2.
3.
Transaksi
harga 3.
Distribusi pekerjaan
3.
dengan
supplier 4.
Pengolahan komoditi
4.
4.
(petani)
5.
Pembagian toko
Transaksi
harga 6.
Analisa wastage
dengan toko
5.
Pemesanan barang
kepada
supplier
6.
(petani)
Pembelian
barang
pasar
7.
Pengambilan barang
Pembinaan supplier
8.
Administrasi
No Keuangan
dan No Budidaya
No
Personalia
1.
Pembukuan
1.
Pola tanam
1.
2.
Pembayaran supplier 2.
Kebutuhan barang
Pembayaran transfer 3.
Pengolahan
lahan 2.
3.
Alokasi dana
pembibitan
3.
Pembinaan pegawai 4.
Penanaman
4.
Sistem
koordinasi 5.
Pemupukan
4.
5.
antar bagian
6.
Perawatan
7.
Pengendalian
8.
Hama dan penyakit
9.
Penen
10. Penjualan
Sumber: PT. Bimandiri Agro Sedaya (2014)
Marketing dan Distribusi
Distribusi jalur kendaraan
analisa pengiriman
Ekspedisi
Analisa karakteristik toko
administrasi
Administrasi Operasional
Menghitung
dan
memisahkan nota order
Membuat faktur
Memasukkan
nota
penjualan
Membuat nota pembelian
2.3.2 Struktur Organisasi
PT. Bimandiri Agro Sedaya telah melakukan beberapa penyempurnaan
terhadap struktur organisasinya. Struktur organisasi perusahaan PT. Bimandiri Agro
Sedaya per 1 Juni 2014 disajikan pada Lampiran 3.
Dalam struktur organisasi tersebut, PT. Bimandiri Agro Sedaya dipimpin oleh
seorang direktur yang membawahi tiga direktur, yaitu direktur produksi, direktur
keuangan dan administrasi, dan direktur marketing dan distribusi. Berikut ini
merupakan job description untuk masing-masing jabatan.
1.
Direktur
Bertanggung jawab terhadap seluruh aktivitas perusahaan dan dinamika
perusahaan.
 Menerapkan kebijakan dan anggaran rumah tangga perusahaan.
 Bertanggung jawab atas omset dan keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
 Menetapkan peraturan dan pemecahan masalah perusahaan.
 Melakukan negosiasi kerjasama maupun membangun kerjasama dengan pihak
toko maupun keputusan kontrak kerja.
2.
Coorporate Secretary
 Mengagendakan kegiatan perusahaan.
 Mengadakan rapat-rapat rutin mingguan, bulanan dan tahunan.
 Mengatur pertemuan penelitian dari luar.
 Perjanjian bisnis dan notulen rapat.
 Membuat dan mengadministrasikan keputusan-keputusan internal perusahaan.
3.
GM. Produksi
 Memelihara pasar untuk menjaga omset penjualan.
 Mengontrol penerapan kebijakan dalam bidang operasional.
 Menampung dan mengidentifikasi masalah yang terkait dengan nota atau arsip
pembelian, processing, distribusi dan penjualan.
 Mengelola aset-aset operasional.
 Melakukan analisa pembelian atau service level.
 Melakukan analisa harga bahan baku.
 Melakukan pengembangan dibidang purchasing.
4.
GM. Keuangan dan Administrasi Umum
 Mengkoordinasikan seluruh kegiatan keuangan, accounting, personalia dan
administrasi umum.
 Mengontrol penerapan kebijakan perusahaan dalam bidang keuangan dan
administrasi umum.
 Analisa keuangan kegiatan perusahaan meliputi analisa arus kas, analisa
biaya-biaya, dan analisa kesehatan perusahaan.
5. GM. Marketing dan Distribusi
 Membuat nota penagihan seluruh toko.
 Menginput nota penjualan harian toko dalam file omzet.
 Menyelesaikan faktur-faktur bermasalah seperti faktur pending, reject, kurang
bayar dan kurang input.
 Melakukan kunjungan toko
2.4 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan
PT. Bimandiri Agro Sedaya terletak di Jalan Panorama No. 54, Desa Kayu
Ambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Perusahaan ini terletak
diketinggian 700 meter dpl (di atas permukaan laut) dengan topografi berbukit-bukit.
Luas lahan PT. Bimandiri Agro Sedaya yaitu 2000 meter persegi yang terdiri dari
bangunan kantor, gudang pengemasan, gudang cucian, gudang basahan, lahan parkir
kendaraan, mushola, dan pos satpam.
Lokasi perusahaan ini menjadi salah satu faktor penunjang keberhasilan
usaha. Lokasi PT. Bimandiri Agro Sedaya sebagai usaha yang bergerak dibidang
agribisnis khususnya sayur-sayuran memiliki lokasi strategis. Perusahaan berada di
daerah Lembang yang memiliki cuaca yang dingin sangat menguntungkan bagi
perusahaan karena dapat mempertahankan bahan baku sayuran dalam menjaga
kesegaran, akses bahan baku cukup mudah yang diperlukan oleh perusahaan,
sehingga aksesibilitas perusahaan menjadi mudah baik ke petani pemasok sayuran
ataupun ke supermarket. Selain itu, daerah Lembang juga ditunjang oleh jalur
transportasi yang baik dan kondisi tersebut memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Tata letak perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 4.
2.5
Ketenagakerjaan
Sumber daya manusia sebagai penggerak utama sumber daya perusahaan
lainnya harus memiliki kemampuan prima dan kerja yang profesional serta
ditempatkan pada posisi yang tepat. Tenaga kerja yang ada di PT. Bimandiri Agro
Sedaya berjumlah 168 orang dengan posisi dan penempatan yang berbeda. Tenaga
kerja tersebut ditempatkan di bidang administrasi dan keuangan, umum dan
personalia, purchasing/pengadaan, kemitraan, receiving (penerimaan), processing
(pengepakan), marketing, pembagian, ekspedisi, dan sopir.
Tabel 2.4.1 Jumlah personalia
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Bagian
Direksi dan Manajemen
Administrasi dan Keuangan
Umum dan Personalia
Purchasing/Pengadaan
Receiving/Penerimaan
Kemitraan
Processing/Pengepakan
Marketing
Pembagian
Ekspedisi/SPM
Sopir
Total
Jumlah
6
13
8
8
10
1
51
4
19
37
11
168
(Bagian Personalia PT. Bimandiri Agro Sedaya, 2014)
%
3,57
7,74
4,76
4,76
5,95
0,60
30,40
2,38
11,30
22,00
6,50
100,00
Tabel 2.4.2 Tingkat pendidikan tenaga kerja
No.
1
2
3
4
5
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Diploma
Sarjana
Total
Jumlah
37
56
56
5
14
168
%
22,0
33,0
33,0
3,0
8,3
100,0
(Bagian Personalia PT. Bimandiri Agro Sedaya, 2014)
Tabel 2.4.3 Status kepegawaian
No.
1
2
3
Status
Owner
Staff
Harian
Total
Jumlah
6
66
96
168
%
3,6
39,3
57,1
100,0
(Bagian Personalia PT. Bimandiri Agro Sedaya, 2014)
Jam kerja karyawan dibagi menjadi dua, yaitu shift pagi dan shift siang. Shift
pagi dimulai pada pukul 07.00 – 17.00 dan shift siang dimulai dari pukul 14.0002.00. Aktivitas operasional dimulai dengan briefing dan doa bersama. Isi briefing
biasanya mengenai pengarahan-pengarahan dan antisipasi kenaikan atau penurunan
jumlah pemesanan barang, jumlah karyawan yang sekiranya perlu ditambah serta
penyediaan pengemas barang.
Jumlah karyawan shift pagi jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan
karyawan shift siang. Hal ini terjadi karena karyawan shift pagi hanya mengerjakan
stok barang pada hari sebelumnya yang terkadang berlebih atau tidak terkirim dan
proses purchase order dari toko seperti Carrefour, Hypermart, dan Lotte Mart
dilakukan maksimal jam 14.00. Karyawan pada shift siang lebih banyak jumlahnya
karena sebagian besar barang yang telah dipesan pada supplier/petani datang pada
siang hari sekitar pukul 14.00 sampai dini hari. Pada saat terjadi lonjakan jumlah
order maka diadakan rekruitmen untuk tenaga kerja kontrak. Biasanya tenaga kerja
kontrak dibutuhkan pada saat menjelang Lebaran.
Sebagian besar tenaga kerja yang ada didominasi oleh lulusan SD hingga
SMA. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat kesadaran akan pendidikan dan
kesulitan ekonomi sehingga para karyawan lebih memilih untuk bekerja dibanding
sekolah. Hal tersebut dapat diatasi dengan prinsip “the right man on the right place”
sehingga para staff dan karyawan dapat bekerja sesuai dengan kompetensi atau skill
masing-masing. Sebagian besar tenaga kerja tersebut ditempatkan dibagian
processing, pembagian, dan ekspedisi yang merupakan bagian yang membutuhkan
tenaga kerja padat karya.
2.6 Sumber Daya Material dan Penggerak
Keberadaan sarana dan prasarana sangat penting bagi perusahaan, karena
merupakan alat yang akan digunakan oleh tenaga kerja dalam kegiatan
operasionalisasi perusahaan, oleh karena itu sarana dan prasarana mutlak dimiliki
perusahaan.
Sarana dan prasarana yang ada di PT. Bimandiri Agro Sedaya dikelompokkan
sesuai dengan penggunaannya atau dalam kegiatan apa sarana dan prasarana tersebut
digunakan sesuai dengan bidang atau kegiatan yang ada di perusahaan, diantaranya:
sarana dan prasarana umum, sarana dan prasarana penunjang, sarana dan prasarana
pengepakan.
a.
Sarana dan Prasarana Umum
Adapun sarana dan prasarana umum yang dapat menunjang terlaksananya segala
kegiatan yang berlangsung di PT. Bimandiri Agro Sedaya antara lain : bangunan
kantor, ATK (Alat Tulis Kantor), pengatur tegangan/stabilizer, telepon sms,
printer, mesin fax, genset, dan power reduction (penghemat listrik).
b.
Sarana dan Prasarana Penunjang
Selain sarana dan prasarana umum yang terdapat di PT. Bimandiri Agro Sedaya,
adapula saranan dan prasarana penunjang yang dapat digunakan oleh seluruh
staf/karyawan perusahaan kapan pun, antara lain: dapur, mushalla, mushalla
kantor, pos satpam, toilet, wastafel, mobil box, dan sepeda motor.
c.
Sarana dan Prasarana Pengepakan
Demi lancarnya segala kegiatan yang berlangsung di perusahaan, maka dibidang
pengepakan pun terdapat sarana dan prasarana yang dapat digunakan antara lain:
ATK (Alat Tulis Kantor), hand wrapping, sealer, timbangan (kecil, besar, dan
digital), batu kilo (5 kg, 10 kg, 20 kg, 50 kg, 1 kw), kardus, tarikan kontainer,
kipas angin, roda pasir, tangga aluminium, tarikan selotip, tape dispenser, pallet
kayu, hand pallet, alat-alat kebersihan dan kontainer (merah, kuning, hijau, biru,
dan putih).
Penanganan pasca panen sayuran di PT. Bimandiri Agro Sedaya lebih banyak
ditangani secara manual dengan tenaga manusia. Alat-alat bantu seperti hand
wrapper, timbangan, mesin print dan facsimile dan lain-lain menggunakan tenaga
listrik dan digunakan juga solar (BBM) untuk mobil ekspedisi, mobil pengangkut
limbah, dan kendaraan kantor. Apabila terjadi pemadaman listrik maka digunakan
genset agar kegiatan operasional tetap berjalan.
2.7 Proses Produksi dan Pemasaran
Purchasing oleh
Toko
Pencatatan
Perusahaan
menghubungi
supplier
Supplier
mengirim
barang
Proses sortasi
dan trimming
Pengemasan
Pembagian
menurut tujuan
Distribusi
Pembayaran
dengan supplier
dan toko
Evaluasi
Gambar 1. Proses produksi PT. Bimandiri Agro Sedaya
(Bagian Produksi PT. Bimandiri Agro Sedaya, 2014)
Jenis produk yang ditangani PT. Bimandiri Agro Sedaya sebanyak 90% terdiri
dari sayur-sayuran dan sisanya terdiri dari buah-buahan yang
keberadaannya
tergantung musim. Jenis produk yang ditangani oleh PT. Bimandiri Agro Sedaya
sebanyak 138 buah.
Jenis buah-buahan yang ditangani perusahaan tidak terlalu banyak karena
keberadaannya sangat tergantung musim. Buah-buahan biasanya langsung diangkut
dari kebun menuju toko untuk dijual. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan
memiliki kualitas super atau grade A. Perusahaan juga memasarkan produk-produk
baru yang ada di Indonesia seperti baby kol merah, beetroot, paprika, edamame, dan
lain-lain. Namun produk-produk ini kurang mendapat perhatian di pasar tradisional
karena harganya relatif mahal dan kurang dikenal masyarakat umum.
Proses produksi dimulai dengan adanya purchase atau pembelian dari pihak
toko seperti Carrefour, Hypermart, Lotte Mart, dan lain-lain ke perusahaan. Proses
pembelian ini dimulai dari pagi hari jam 08.00 dan ditutup pada pukul 14.00. Proses
pembelian lewat dari jam di atas tidak akan dilayani oleh perusahaan. Jumlah
pemesanan dicatat dan dimasukkan ke dalam purchase order. Setelah itu perusahaan
menghubungi supplier atau petani pemasok jumlah barang yang akan dipesan. Barang
tersebut berupa sayuran segar yang pada umumnya telah mengalami proses presortasi dan grading di kebun.
Proses panen dilakukan oleh petani yang menjadi mitra perusahaan.
Terkadang bila jumlah purchase order melebihi biasanya, perusahaan mengambil
barang dari pasar induk seperti pasar Andir dan pasar Caringin. Barang yang dikirim
dari pasar induk tidak mengalami proses pre-sortasi dan grading di kebun sehingga
pekerja dibagian Processing harus lebih teliti. Setelah panen, barang diangkut ke
bagian Receiving untuk dicatat berapa berat barang yang diterima, data pemasok, dan
jam diterima. Biasanya barang diangkut dengan menggunakan bak terbuka yang
ditutup oleh terpal biru dan sepeda motor. Ada beberapa juga yang diangkut dengan
truk berpendingin seperti paprika.
Gambar 2. Truk berpendingin
(Dokumentasi pribadi, 2014)
Proses sortasi dan trimming dapat dilakukan dibagian Receiving atau dibagian
Processing. Untuk sayuran tertentu seperti sawi putih dan kol mengalami proses ini
di bagian Receiving agar ruang Processing tidak terlalu penuh dan sisa trimming
dapat dibuang langsung ke tempat pembuangan limbah akhir. Pada umumnya berat
komoditi menjadi susut ±5% karena proses sortasi dan trimming serta hal itu juga
bergantung pada komoditasnya. Selain sortasi dan trimming, terkadang perusahaan
melakukan grading pada saat barang datang di bagian Receiving untuk komoditi
tertentu. Barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi perusahaan biasanya
dikembalikan lagi petani/supplier.
Barang yang telah diterima dan diproses dibagian Receiving selanjutnya
diproses ke bagian Processing/Pengemasan. Barang dari Receiving ditransfer dengan
menggunakan kontainer tipe 2008 yang memiliki kapasitas kurang lebih 20-30 kg
tergantung komoditasnya. Bila barang yang ditransfer di atas 30 kg, barang diangkut
dengan hand pallet yang dapat memuat barang lebih banyak, cepat, dan praktis.
Barang yang masuk ke ruang Processing dibagi menurut tempatnya, ada
tempat khusus kubis-kubisan, cabe-cabean, buncis, paket sayuran (sayur lodeh, sayur
asem, dan lain-lain), rempah-rempah/kondimen, umbi-umbian, garnish vegetables
seperti paprika tomat, pare, terung, dan timun. Khusus untuk rempah-rempah dan
umbi-umbian setelah dibagian Receiving masuk ke ruangan pembersihan karena
kedua komoditi ini memiliki penampakan kurang baik. Pembersihan dilakukan
dengan air bertekanan tinggi. Setelah dibersihkan, kedua komoditi ini dikeringkan di
bawah sinar matahari atau dengan bantuan blower.
Di dalam ruang processing terdapat 1-2 mandor yang membawahi para
pekerja yang bertugas untuk menyampaikan permintaan/order toko untuk dikerjakan
oleh pekerja sekaligus melakukan pengawasan mutu pada produk yang telah dikemas.
Pengemas yang digunakan dalam mengemas komoditi bermacam-macam bentuknya,
ada yang menggunakan tray, plastik, plastik wrap, kain jala, dan karton. Sebelum
dikemas, komoditi ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan permintaan toko.
Komoditi yang dikemas dengan tray biasanya memiliki berat bersih 250-500 gram.
Terdapat komoditi yang dikemas dengan berat 1 kg seperti edamame. Bahan
pengemas tersebut dipesan dari Jakarta sementara label dipesan dari daerah Bandung.
Pada umumnya komoditi yang dikemas plastik dan karton diberi lubang karena
sayuran segar masih melakukan respirasi, kecuali yang dikemas dengan plastik wrap.
Gambar 3. Berbagai bahan pengemas yang digunakan di PT. Bimandiri Agro Sedaya
(Dokumentasi pribadi, 2014)
Proses pengemasan pada umumnya dilakukan dengan menggunakan alat
bantu seperti hand wrapper untuk pengemasan yang menggunakan tray dan plastik
wrap dan tape dispenser untuk memotong selotip.
Barang yang telah dikemas dimasukkan ke dalam kontainer untuk dibawa ke
bagian Transfer dan Barang Jadi. Di bagian ini, barang yang telah dikemas dicatat
dan beratnya ditimbang kemudian langsung dipindahkan ke bagian Pembagian untuk
ditempatkan sesuai permintaan dan tujuan toko. Di ruang Pembagian dilakukan
pengawasan mutu berupa pengecekan barang dan keadaan kemasan. Bila ada yang
kurang sesuai, maka barang dapat dikembalikan ke ruang Processing untuk diproses
atau dikemas ulang. Selain menerima produk yang siap untuk didistribusikan, bagian
Pembagian ini menerima produk tolakan dari pihak toko. Produk tolakan ini disortasi
grading, dan trimming ulang dibagian Processing. Hasil sortasi, grading, dan
trimming produk tolakan dapat dijual kembali ke toko dengan cara dikemas ulang,
dijual curah ke pasar, masuk grade salad bar yang nantinya diolah menjadi aneka
paket sayuran, atau dibuang menjadi limbah karena tidak layak untuk dijual dan
dikonsumsi.
Proses distribusi dilakukan pada malam hari untuk menjaga agar sayuran tetap
segar. Pengiriman dilakukan pada jam 02.00-03.00 yang dilakukan oleh karyawan
Ekspedisi dengan menggunakan mobil box tanpa berpendingin. Di dalam mobil box
tersebut terdapat kontainer-kontainer yang berisi produk yang akan dikirim sesuai
dengan tujuan. Penempatan kontainer juga diatur sedemikian rupa sehingga
meminimalisir kerusakan fisik pada produk. Kontainer tersebut dilapisi kertas koran
untuk melindungi produk dari kerusakan mekanis seperti gesekan dan benturan antar
pengemas dan memudahkan proses bongkar muat.
Penilaian terhadap kegiatan mutlak diperlukan guna adanya perbaikanperbaikan dimasa yang akan datang. PT. Bimandiri Agro Sedaya selalu diadakan
evaluasi dengan tahapan sebagai berikut: evaluasi mingguan, evaluasi operasional
keseluruhan, evaluasi bulanan, evaluasi triwulan, evaluasi enam bulan sekali, dan
evaluasi tahunan.
Pemasaran utama produk-produk PT. Bimandiri Agro Sedaya adalah ke
supermarket besar. Di antaranya adalah Carrefour dan Hypermart yang berada di
Bandung, Jakarta, dan sekitarnya. Alasan pemilihan pemasaran adalah target
konsumen merupakan konsumen golongan menengah ke atas. Hal ini juga
disesuaikan dengan kualitas produk yang ditawarkan, yakni PT. Bimandiri Agro
Sedaya menjual produk hortikultura yang bermutu baik.
Sistem penjualan PT. Bimandiri Agro Sedaya ke pelanggan, dalam hal ini
Carrefour dan Hypermart adalah sistem penjualan lepas. Prinsip sistem ini adalah PT.
Bimandiri Agro Sedaya mengirim produk ke pelanggan berdasarkan pesanan yang
diminta, kemudian dari pihak pelanggan ke bagian penerimaannya akan menyeleksi
kembali produk-produk tersebut. Bila ternyata terjadi kerusakan atau kriterianya tidak
sesuai dengan kriteria mutu mereka, maka produk sayuran tersebut akan
dikembalikan dan yang akan dibayar hanya produk yang lolos seleksi. Dengan sistem
penjualan seperti ini, PT. Bimandiri Agro Sedaya tidak bertanggung jawab atas
kerusakan pada produk-produk yang terjadi di pasar swalayan.
Perubahan harga di supermarket terjadi setiap satu minggu sekali. Perubahan
harga ini terjadi berdasarkan ketetapan dan kesepakatan pelanggan (supermarket)
dengan pihak PT. Bimandiri Agro Sedaya. Pembayaran atas produk yang diterima
pelanggan terhadap Bimandiri dilakukan setiap dua minggu sekali. Hal ini bertujuan
untuk mempermudah pembayaran produk. Waktu pembayaran diusahakan tidak
terlalu lama agar dana (piutang) dapat diputar kembali sebagai modal usaha. Kontrak
yang berlaku antara PT. Bimandiri Agro Sedaya dengan supermarket mempunyai
masa berlaku selama satu tahun. Setiap tahun akan dilakukan evaluasi mengenai
kinerja pengiriman barang (service level). Service level yaitu nilai persentase yang
diberikan supermarket pada supplier (PT. Bimandiri Agro Sedaya). Nilainya
diperoleh berdasarkan perhitungan rumus berikut.
Service level =
Nilai service level minimal diperbolehkan hingga 70%. Jika nilai service level
di bawah 70% maka akan dilakukan evaluasi dan bahkan pemutusan kontrak. Nilai
service level per bulan selalu dinilai oleh pelanggan dan dijadikan acuan terhadap
keberlangsungan kontrak bisnis dengan PT. Bimandiri Agro Sedaya.
III. PENANGANAN PASCA PANEN EDAMAME (Glycine max (L.) Merill)
3.1
Sejarah Edamame
Edamame (mao dou dalam bahasa Cina) tercatat sebagai tanaman yang
dibudidayakan di Cina pada tahun 200 SM, sebagai tanaman obat dan bahkan saat ini
masih populer. Meskipun edamame dikenalkan di Cina terlebih dahulu, edamame
baru dipasarkan di Jepang (dikenal sebagai aomame) di Engishiki pada tahun 972
Sesudah Masehi. Produk tersebut ditawarkan dalam bentuk segar, berupa polong
bertangkai di kuil Buddha (Pambudi, 2013).
Jepang adalah produsen komersial edamame terbesar, menghasilkan hampir
105.000 ton pada tahun 1988, selain itu Jepang juga merupakan importir edamame
terbesar, memasukkan hampir 33.000 ton pada tahun 1989. Hampir semua orang
Jepang mengonsumsi edamame segar selama musim panas.
Edamame dikenal dengan berbagai nama di Amerika Utara. Umumnya
dikenal sebagai vegetable soybean, atau beer bean, edible soybean, fresh green
soybean, garden soybean, green soybean, green-mature soybean, green vegetable
soybean, immature soybean, dan large-seeded soybean.
Kedelai edamame dikenal dengan beberapa nama lokal di antaranya adalah
kedele, kacang jepung, kacang bulu, gedela, dan demokam. Di Jepang, dikenal
adanya kedelai rebus (Edamame) atau kedelai manis, dan kedelai hitam (koramame)
sedangkan nama umum di dunia disebut “soyabean”.
Negara lain produsen edamame komersial meliputi Argentina, Australia,
Israel, Mongolia, Selandia Baru, dan Thailand. Pertanian edamame juga ditemukan di
Bhutan, Brazil, Inggris, Chile, Prancis, Jerman, Indonesia, Malaysia, Nepal, Filipina,
Singapura, dan Sri Lanka.
USA Edamame Research telah melakukan penelitian tentang edamame selama
50 tahun. Dorsett dan Morse mengumpulkan germplasm pada tahun 1929-1931, dan
Morse menggunakannya untuk mengembangkan 49 varietas edamame.
3.2
Botani Edamame
Gambar 4. Edamame (Glycine max (L.) Merrill)
(Dokumentasi pribadi, 2014)
Kedudukan kedelai dalam taksonomi diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Polypetales
Famili
: Leguminosa
Subfamili
: Papilionoideae
Genus
: Glycine
Species
: Glycine max (L.) Merrill.
Orang Jepang mengklasifikasikan edamame menjadi tipe musim panas dan
tipe musim gugur. Hampir semua varietas edamame musim panas memiliki sifat
sensitif terhadap suhu, sedangkan tipe musim gugur, sejumlah kecil varietasnya
sensitif terhadap panjang hari. Edamame tipe musim panas ditanam pada musim semi
dan dipanen belum matang setelah 75 hingga 100 hari, sedangkan tipe musim gugur
ditanam pada awal musim panas dan dipanen 105 hari setelah tanam atau lebih
(Pambudi, 2013).
Tipe pertumbuhan kedelai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: tipe
determinat, tipe semi-determinat, dan tipe indeterminat. Tipe determinat memiliki ciri
antara lain: ujung batang tanaman hampir sama besarnya, pembungaan serentak,
tinggi tanaman termasuk kategori pendek sampai sedang, daun paling atas ukurannya
sama besar dengan daun bagian tengah. Tipe indeterminat mempunyai ciri antara
lain: ujung ruas tanaman lebih kecil dari ujung tengah, ruas batangnya panjang dan
agak melilit, pembungaan berangsur-angsur dimulai dari bawah, pertumbuhan
vegetatif terus-menerus berlangsung, dan tinggi batang termasuk kategori sedang
sampai tinggi. Sedangkan tipe semi-determinat mempunyai ciri antara dua tipe di
atas. Daun kedelai mempunyai ciri antara lain: helai daun (lamina) oval dan tata
letaknya pada tangkai daun bersifat majemuk berdaun tiga (infoliatus) (Pambudi,
2013).
Kultivar edamame yang pernah dikembangkan di Indonesia seperti Ocumani,
Tsurunoko, Tsurumidori, Taiso, dan Ryoko adalah tipe determinat. Kultivar
edamame yang pernah ditanam di Indonesia tersebut mempunyai bobot biji yang
relatif sangat besar. Biji tanaman kedelai (grain soybean) dikatakan berbiji sedang,
bila bobot berat 100 biji antara 11-13 gram, dan besar bila bobot berat lebih dari 13
gram (Pambudi, 2013).
Saat ini, kultivar yang dikembangkan untuk produk edamame beku adalah
varietas Ryoko yang mempunyai bobot berat per 100 biji antara 40-56 gram. Ukuran,
warna, dan berat benih edamame bervariasi, yakni: mempunyai berat antara 30-56
gram/100 biji, warna kuning hingga hijau, berbentuk bulat hingga bulat telur, warna
hilum gelap hingga terang, warna bunga varietas Ryoko putih, sedangkan varietas
edamame lainnya (kebanyakan) berwarna ungu (Pambudi, 2013).
Kedelai dapat tumbuh baik ditempat yang berhawa panas di tempat-tempat
terbuka dan bercurah hujan 100-400 mm3 per bulan. Untuk mendapatkan hasil
optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm3 per bulan.
Kedelai kebanyakan ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas
permukaan laut dan jarang sekali ditanam di daerah yang kurang dari 600 m di atas
permukaan laut. Jadi, tanaman kedelai akan tumbuh baik jika ditanam di daerah yang
beriklim kering. Edamame menghendaki ketinggian lahan minimal 200 m di atas
permukaan laut (dpl), suhu berkisar 26oC-30oC, dengan penyinaran matahari penuh.
Edamame menghendaki tanah yang subur dengan pengairan yang baik dan
kemasaman tanah netral (Pambudi, 2013).
3.3
Prinsip Penanganan Pasca Panen Edamame
Menurut Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2008),
penanganan pasca panen merupakan tahapan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan
pada saat dan setelah panen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh
konsumen dan atau diolah lebih lanjut oleh industri. Berdasarkan sifat kegiatannya,
pasca panen dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:
1.
Pasca panen primer (penanganan pasca panen)
2.
Pasca panen sekunder (pengolahan hasil pertanian).
Tujuan dari penanganan pasca panen adalah sebagai berikut.
1.
Menekan tingkat kerusakan hasil panen komoditas pertanian, meningkatkan daya
simpan dan daya guna komoditas pertanian agar dapat menunjang usaha
penyediaan bahan baku industri.
2.
Meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani, memperluas kesempatan
kerja, melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup, dan meningkatkan
devisa negara.
Oleh karena itu, penanganan pasca panen yang tepat merupakan salah satu
kunci keberhasilan agribisnis. Pada umumnya prinsip penanganan pasca panen
edamame sama dengan penanganan pasca panen kedelai pada umumnya, yaitu
sebagai berikut.
1.
Pengeringan brangkasan,
2.
Pembijian/pemolongan,
3.
Pembersihan,
4.
Pengemasan dan pengangkutan,
5.
Penyimpanan
Proses pembijian atau pemolongan dilakukan apabila konsumen menghendaki
edamame yang diproses secara minimal. Selama ini PT. Bimandiri Agro Sedaya
menjual edamame bersama dengan polongnya yang dikemas dengan kemasan plastik.
Proses pembersihan juga dilakukan apabila pada edamame terjadi kontaminasi.
Edamame hasil panen petani binaan perusahaan pada umumnya memenuhi spesifikasi
atau standar yang diminta oleh toko (Carrefour, Hypermart) tanpa harus melewati
proses pembersihan, yaitu berwarna hijau, mulus, dan bebas dari kontaminan.
Menurut Tjahjadi, dkk (2008), pada semua tahapan pasca panen ini ada
beberapa hal yang harus diperhatikan seperti:
1.
Penanganan hati-hati hasil panenan
Kualitas dan kondisi produk yang dipasarkan dan harga yang akan diperoleh
petani sangat bergantung pada kehati-hatian saat panen dan penanganan
selanjutnya di kebun. Baik pada skala besar ataupun kecil, perencanaan, caracara pemanenan, dan penanganan di kebun, harus direncanakan dengan matang.
2.
Tujuan petani/pengusaha pada tahap ini haruslah:
-
Memanen komoditas bermutu tinggi dengan cara yang baik agar kehilangan
dan kerusakan panenan sekecil mungkin.
-
Mempertahankan panenan dalam kondisi yang baik sampai saat dikonsumsi
atau dijual.
3.
Menyalurkan komoditas secepat mungkin ke pembeli atau pasar.
Perencanaan yang cermat
Agar tujuan tentang pemanenan dan pemasaran tercapai, perencanaan harus
mulai dilakukan dari awal bercocok tanam, khususnya mengenai:
-
Pemilihan komoditas-komoditas kultivar untuk memenuhi permintaan pasar.
-
Melakukan kontak dengan pembeli agar dapat memperoleh harga yang baik
pada saat siap panen.
-
Merencanakan pemanenan dan penanganan di kebun pada waktunya
khususnya kebutuhan akan tenaga kerja, peralatan, dan kendaraan angkutan
yang dibutuhkan.
4.
Melakukan pengawasan yang penuh pada berbagai tahap pemanenan dan
penanganan di kebun.
Secara umum, proses penanganan pasca panen edamame di PT. Bimandiri
Agro Sedaya ditampilkan pada Gambar 5.
Petani/
Pemasok
Panen Edamame
Pre-sortasi dan Grading
Pengangkutan dari
Kebun ke Packinghouse
Bagian
Receiving
Menerima, mencatat,
dan menimbang
Sesuai dengan PO
Tidak
?
Ya
Bagian
Processing/
Pengemasan
Edamame disortasi dan
digrading
Edamame sesuai
standar
Tidak
Dijual curah ke pasar
Ya
Dikemas dan Labelling
- 250 gram dengan tray
- 1 kg dengan plastik PP
- Atau sesuai dengan
permintaan toko
Melihat permintaan
jumlah order dan jenis
kemasan dari toko
Penyimpanan dalam kontainer
Bagian
Transfer dan
Barang Jadi
Pengecekan kembali
apakah barang sesuai
pesanan atau tidak
Tidak
Diproses ulang ke
bagian Processing/
Pengemasan
Ya
Diproses ke bagian
Pembagian
Bagian
Pembagian
Bagian
Ekspedisi
Toko
(Carrefour,
Hypermart)
Edamame yang sudah
dikemas dibagi menurut
toko tujuan
Mengirim edamame
sesuai tujuan
Mengecek produk
edamame pesanan
Lulus
Tidak
Dikembalikan
kepada perusahaan
Ya
Menerima dan
membayar
Menetapkan jumlah
dan syarat mutu
Disimpan di ruang
pendingin untuk
dijual
Konsumen
Membeli dan
membayar
Permintaan dan
komplain
Gambar 5. Diagram alir proses pasca panen edamame di PT. Bimandiri Agro Sedaya
3.4
Pemanenan dan Pengepakan Di Kebun
Menurut Pambudi (2013), panen edamame dapat dilakukan apabila polong
tanaman sudah berwarna kuning kecokelatan sebanyak 95%. Panen sebaiknya
dimulai pukul 09.00 pagi saat embun sudah hilang dari daun/tanaman. Panen
dilakukan dengan memotong pangkal batang dengan sabit. Hasil panen segar dijemur
beberapa hari kemudian dikupas dengan thresher atau dengan pemukul (digeblok).
Edamame dari PT. Bimandiri Agro Sedaya dipanen muda setelah tanaman
berumur 68-72 hari. Proses pemanenan dilakukan dengan cara memetik setiap polong
yang ada pada tanaman kedelai edamame atau dengan sabit. Pemanenan dengan cara
manual memungkinkan biji edamame tercecer sedangkan dengan sabit jumlah
edamame yang tercecer dapat ditekan dan proses panen lebih cepat. Hasil panen
kemudian dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu kedelai edamame dengan polong
berisi 2-3 dan kedelai edamame dengan polong berisi satu dan empat. Waktu panen
dilakukan pada saat jam 12.00 siang.
Gambar 6. Pemanenan edamame di kebun
(Dokumentasi pribadi, 2014)
Hasil panen disimpan di terpal atau di ember yang bersih sambil dilakukan
pre-sortasi mana produk yang sesuai standar dan mana produk yang tidak sesuai
standar. Penetapan standar atau grading didasarkan pada jumlah bijinya. Edamame
yang berbiji satu dan empat ditolak sementara edamame biji dua dan tiga diterima.
Proses pre-sortasi dan grading ini penting dilakukan. Keuntungan melakukan
grading pada proses penanganan pasca panen adalah sebagai berikut (Tjahjadi, dkk,
2008).
Konsumen dan
Produsen
Petani
Penjual dan
Pembeli
•Dapat membeli produk sesuai dengan kualitas yang diinginkan bila
harganya cocok, bagi produsen pengolahan pangan tidak harus melakukan
sortasi lagi, sehingga pekerjaan menjadi lebih mudah.
•Menjadi dasar untuk menetapkan standar harga dan memungkinkan
pembagian pendapatan antara anggota-anggota suatu koperasi secara
adil.
•Menetapkan suatu bahasa yang umum dimengerti, sehingga
memungkinkan transaksi penjualan jarak jauh.
Trucker-Buyer
•Mengurangi kerusakan. Tingkat kerusakan lebih besar jika produk yang
sudah digrading dicampur dengan produk yang belum digrading.
Bank
•Dapat menjadi dasar untuk menentukan kemampuan bayar petani yang
mengajukan permohonan kredit.
Saat ini standar grading yang diterapkan oleh perusahaan hanya berdasarkan
pertimbangan jumlah biji dalam polong dan permintaan toko. Oleh karena itu,
perusahaan perlu menetapkan standar grading yang lebih jelas dan rinci sehingga
memudahkan proses penanganan, baik bagi produsen, toko, dan petani. Bila standar
grading telah ditetapkan, maka penetapan spesifikasi produk yang diterima
perusahaan akan lebih mudah. Dalam melakukan grading, ada hal-hal yang harus
diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
1) Membiasakan diri dengan standar – mengetahui jenis-jenis cacat dan
karakteristik apa yang mempengaruhi klasifikasi kualitas dan ukuran komoditikomoditi; Dalam hal ini, edamame biasanya mengalami cacat dari segi
penampakan (warna). Warna kuning pada polong, polong tampak kotor akibat
adanya kontaminan (biasanya tanah, setelah mengalami panen), dan adanya
polong berbiji satu merupakan hal-hal yang tidak diinginkan konsumen dan hal
tersebut menjadi salah satu penyebab edamame ditolak (reject).
2) Pegang sebanyak mungkin dalam tangan agar dapat memeriksa secara efektif.
Cara ini juga dapat dibantu dengan memakai conveyor. Jika toleransi didasarkan
pada berat, pisahkan yang berukuran besar terlebih dahulu. Untuk mempermudah
pekerjaan dapat juga memakai alat sortasi ukuran;
3) Penerangan di dalam packinghouse atau di kebun harus cukup baik. Jika warna
merupakan faktor dalam sortasi dan dibutuhkan cahaya buatan, pilihlah lampu
dengan cahaya yang mendekati cahaya siang hari (daylight).
4) Beri jeda istirahat cukup agar hasil kerja efisien.
Edamame yang diminta pasar adalah edamame dengan kualitas yang baik.
Polong berisi 2-3 biji per polong dengan jumlah polong antara 150-175 polong per
setengah kilogram dan bobot bobot polong antara 2,5 – 3,5 gram. Selain itu, polong
edamame harus berwarna hijau segar dan harus bebas dari bekas serangan hama
maupun penyakit (Pambudi, 2013).
Biasanya edamame yang segar dikelompokkan menjadi empat kelas mutu atau
grade, yaitu:

Grade 1: Kualitas Super, dengan ciri-ciri kulit polong mulus, warna hijau tua,
polong berisi penuh dengan isi polong tiga.

Grade 2: Kualitas Premium, dengan ciri-ciri warna hijau mulus namun polong
hanya berisi dua biji.

Grade 3: Kualitas Deluxe, dengan kualitas masih di bawah Grade 2, warna
kurang bagus, polong kurang bernas.

Grade 4: Kualitas grade ini disebut dengan Mukimame, biasanya digunakan
untuk olahan lebih lanjut, bukan dikonsumsi segar.
Saat pre-sortasi dan grading, edamame dikumpulkan menggunakan ember
atau terpal. Syarat wadah pengumpulan panenan yang baik, yaitu permukaan
dalamnya licin, berventilasi cukup, dan sedapat mungkin permukaan dalam diilapisi
bahan tahan air. Ada beberapa alternatif wadah untuk pemanen selain dua alat di atas,
yaitu:
1.
Kantung-kantung/tas yang dapat digantungkan pada pundak atau pinggang
pemanen. Jenis wadah ini sering digunakan untuk memanen buah yang memiliki
kulit yang kuat seperti alpukat dan jeruk. Keuntungan tas seperti ini adalah
kemudahan membawanya kemana-mana dan membiarkan kedua tangan pemanen
bebas bekerja. Tas/kantung seperti ini sebaiknya dapat dibuka dari bagian bawah
tas untuk memudahkan pencurahan di tempat pengumpulan. Penggunaan
tas/kantung ini juga dapat membantu petani saat panen ketika cuaca tidak
mendukung sehingga jumlah edamame yang terkena kontaminasi berkurang.
Gambar 7. Harvest bag dan bulk bins
(http://www.freshplaza.com/, 2010)
2.
Peti besar. Peti ini digunakan bila hasil panen edamame atau jenis sayuran
lainnya mencapai 200-500 kg. Peti ini terbuat dari kayu atau plastik (bulk bins).
Wadah-wadah ini digunakan oleh perkebunan-perkebunan besar dan dapat
diangkat dengan fork-lift. Jenis wadah ini juga bisa sekaligus berfungsi sebagai
wadah pengumpul. Bulk bins plastik lebih menguntungkan daripada yang terbuat
dari kayu karena kuat, ringan, mudah dicuci, tidak menyerap bau, permukaan
dalamnya licin serta tidak bereaksi dengan hasil panenan. Bulk bins juga harus
dilengkapi dengan ventilasi apabila pengangkutan dilakukan jarak jauh.
Dalam sekali panen, petani binaan perusahaan menghasilkan ±75 kg kedelai
edamame. Jumlah polong yang berisi biji dua dan tiga mencapai 60% dari total hasil
panen sedangkan sisanya (40%) adalah polong yang berisi biji satu dan empat. Saat
ini polong yang berisi biji satu dan empat dimanfaatkan sebagai camilan atau snack
dengan cara direbus oleh petani. Pemanfaatan yang polong satu dan empat ini masih
minim sehingga perlu adanya kajian lebih lanjut.
3.5 Penerimaan (Receiving)
Edamame yang telah dipanen dikemas di dalam plastik besar kapasitas ± 30
kg. Edamame diangkut dengan mobil box bersama dengan sayuran lain atau dengan
sepeda motor.
Gambar 8. Penerimaan edamame di bagian receiving
(Dokumentasi pribadi, 2014)
Edamame yang telah diangkut pertama kali diterima di bagian receiving untuk
ditimbang dan dicatat nama supplier, jam kedatangan, dan berat edamame yang
diterima. Biasanya sayuran yang datang disortasi dan ditrimming ulang pada bagian
receiving, namun edamame proses sortasi ulang dilakukan pada saat masuk ke ruang
processing/pengemasan. Setelah ditimbang dan dicatat, edamame menunggu untuk
masuk ke ruang processing/pengemasan. Waktu masuk antar bagian receiving dan
processing kurang lebih 1 jam karena banyaknya jenis sayuran yang datang untuk
diproses lebih lanjut sementara di ruang processing masih banyak pula sayur-sayuran
yang belum selesai disortir dan dikemas. Sebaiknya diantara waktu tunggu tersebut,
edamame disimpan ditempat yang sejuk dan plastik pengemasnya diberi lubang kecil
agar panas dalam kemasan tidak terperangkap dan susut berat dapat dicegah.
Penyimpanan dingin pada semua komoditas sayuran yang telah dilakukan di
perusahaan adalah ambient storage. Ambient storage adalah penyimpanan pada suhu
lingkungan. Pertimbangan pemilihan metode pendinginan ini adalah jumlah produk
yang diproses, biaya, dan keadaan iklim Lembang yang mendukung. Penyimpanan
ini tidak lebih efisien dibandingkan penyimpanan dingin, namun biaya lebih murah
dan dapat dihadirkan alternatif untuk refrigerasi mekanik (Tjahjadi, 2008).
Ambient storage meminimalisir kerusakan selama 3-14 hari untuk komoditi
yang sangat perishable seperti edamame dan 2-5 bulan untuk tanaman umbi.
Penyimpanan dingin ini efektif jika susut bobot minimal, kualitas dapat diterima
konsumen, dan untuk buah proses ripening dapat diperlambat (Tjahjadi, 2008).
Gambar 9. Ventilasi udara saat malam dan siang hari
(http://www.fao.org/, 2014)
Untuk menjaga suhu ruang tetap stabil dapat digunakan night air ventilation.
Struktur penyimpanan dapat didinginkan menggunakan udara malam jika perbedaan
hari dan suhu malam relatif besar (Thompson dalam Kader, 1992). Fasilitas
penyimpanan harus terisolasi dengan baik dan ventilasi harus ditempatkan di
permukaan tanah. Ventilasi dapat dibuka pada malam hari, dan kipas dapat digunakan
untuk menarik udara dingin. Gudang akan mempertahankan suhu dingin selama
panas hari jika terisolasi dengan baik dan ventilasi ditutup pagi.
3.6
Sortasi
Gambar 10. Proses sortasi edamame
(Dokumentasi pribadi, 2014)
Sortasi adalah proses mengklasifikasikan produk kedalam kelompokkelompok menurut kriteria-kriteria lain (warna, bentuk, diameter, dan sebagainya)
(Tjahjadi, 2008). Pre-sortasi edamame telah dilakukan di kebun namun masih banyak
edamame yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta, seperti warnanya
kusam, terdapat kontaminan, dan isi polong satu sehingga perlu disortasi ulang.
Gambar 11. Hasil sortasi edamame yang siap dikemas (kiri) dan edamame reject (kanan)
(Dokumentasi pribadi, 2014)
Edamame hasil sortasi disimpan di dalam kontainer yang telah diberi kertas
koran. Edamame yang memenuhi syarat dapat langsung dikemas, sedangkan
edamame yang tidak memenuhi syarat biasanya dijual curah ke pasar tradisional atau
dikonsumsi oleh karyawan perusahaan dengan cara direbus. Diperkirakan jumlah
edamame yang di bawah standar setelah sortasi mencapai ±20% dari berat
keseluruhan yang diterima dibagian receiving.
3.7
Pengemasan dan Labeling
Pengepakan (packaging) merupakan teknologi atau proses yang menjamin
perlindungan
yang
cukup
dalam
pengiriman
yang
aman
terhadap
suatu
produk/komoditi dari produsen ke konsumen. Kemasan (package) adalah struktur
yang dirancang untuk memuat suatu produk/komoditi. Kegiatan menyimpan atau
memasukkan suatu komoditi ke dalam kemasan disebut packing atau pengepakan
(Tjahjadi, 2008)
Hasil hortikultura seperti buah-buahan dan sayuran masih melakukan proses
kehidupan setelah pemanenan dengan menggunakan oksigen untuk merombak
karbohidrat menjadi air dan karbondioksida. Bila persediaan oksigen terbatas, maka
terjadi reaksi-reaksi kimia yang menghasilkan sedikit alkohol dan akan dihasilkan
juga perubahan bau dan citarasa serta rusaknya sel tanaman. Keadaan ini dikenal
sebagai kerusakan atau kebusukan anaerobik dan dapat berlangsung dalam beberapa
jam (Herudiyanto, 2008).
Pengemasan yang baik dapat memperpanjang kesegaran buah-buahan dan
sayuran dengan mencegah proses kelayuan tersebut. Kecepatan dehidrasi tergantung
dari jenis produk yang dikemas dan jenis bahan pengemas yang digunakan.
Pemberian lubang-lubang perforasi pada pengemas plastik bertujuan untuk permeasi
oksigen dan tidak berpengaruh nyata terhadap dehidrasi.
Gambar 12. Pengemasan edamame dengan tray
(Dokumentasi pribadi, 2014)
Edamame yang telah disortasi dikemas dengan dua macam pengemas, yaitu
dengan tray yang ditutup dengan plastik wrap yang memiliki berat bersih 250 gram
dan dengan plastik P yang memiliki berat 1 kg. Pada pengemasan plastik 1 kg, plastik
diberi lubang agar panas tidak terperangkap dan kesegaran edamame tetap terjaga.
Plastik tray yang digunakan merupakan jenis plastik PET. PET film bersifat
jernih, kuat, liat, dimensinya stabil, tahan nyala api, tidak beracun, permeabilitas
terhadap gas, aroma maupun air rendah (Mujiarto, 2005). Jenis plastik ini digunakan
untuk botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya.
Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis (sekitar 60%). Plastik jenis
PET direkomendasikan hanya sekali pakai karena bila terlalu sering dipakai, apalagi
digunakan untuk menyimpan air hangat atau panas, akan mengakibatkan lapisan
polimer pada plastik tersebut meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik
(Ompusunggu, 2010).
Plastik wrap yang digunakan terbuat dari PVC (Polyvinyl Chloride). Jenis
plastik ini paling sulit untuk didaur ulang. Kelebihan penggunaan plastik wrap pada
produk sayuran PT. Bimandiri Agro Sedaya adalah sayuran dapat dilihat secara jelas
dan tampak menarik. Namun penggunaan plastik ini terdapat kekurangannya, yaitu
PVC mengandung DEHA yang dapa bereaksi dengan makanan yang dikemas karena
DEHA ini lumer pada suhu -15oC (Ompusunggu, 2010).
Pengemasan edamame dengan tray dilakukan dengan cara menyusun
edamame dengan pola tertentu sampai mencapai berat 250 gram. Berat edamame
yang akan dikemas tidak boleh kurang dari 250 gram dan boleh berlebih (± 10 gram).
Setelah ditimbang, edamame dan tray diletakkan di atas hand wrapper dan dikemas
oleh plastik wrap dengan bantuan manusia. Proses wrapping ini memerlukan keahlian
khusus dan dilakukan secara cepat agar hasil kemas baik dan rapi. Setelah dikemas,
edamame diberi label Carrefour atau Hypermart.
Gambar 13. Edamame dikemas plastik PP
(Dokumentasi pribadi, 2014)
Kemasan 1 kg menggunakan plastik PX. PX memiliki karakteristik …
Pengemasan edamame dengan plastik PX dilakukan dengan cara menimbang
edamame di dalam plastik sampai beratnya 1 kg. Berat edamame tidak boleh kurang
dan batas toleransi berat adalah ±10 gram. Setelah ditimbang, plastik kemasan disegel
dengan bantuan sealer. Syarat kemasan plastik untuk pengemasan edamame 1 kg ini
adalah harus memiliki lubang perforasi. Setelah disegel, kemasan diberi label
Carrefour atau Hypermart.
Label terkadang disebut juga etiket. Dalam pengertian perdagangan etiket
didefinisikan sebagai label yang diletakkan, dicetak, diukir atau dicantumkan dengan
jalan apapun pada wadah pembungkus. Etiket tersebut harus cukup besar agar dapat
menampung semua keterangan yang diperlukan mengenai produk, tidak boleh mudah
lepas, luntur atau lekang karena air, gosokan atau pengaruh sinar matahari. Pemberian
label memegang peranan penting baik bagi konsumen dalam memilih produk yang
akan dibeli maupun bagi produsen untuk mendapat kepercayaan dari konsumen
(Herudiyanto, 2008).
Pelabelan yang dilakukan oleh PT. Bimandiri Agro Sedaya pada produk
edamame sudah cukup baik walaupun kurang lengkap seperti standar aturan label
pada umumnya. Pada label tersebut dicantumkan nama perusahaan dan keterangan
seperti “Produk Hortikultura Bermutu” dan “100% Segar, Freshly Picked” yang
menunjukkan bahwa produk perusahaan merupakan produk yang segar dan memiliki
kualitas yang baik. Ketentuan labeling juga disesuaikan dengan permintaan toko,
seperti pada cabe-cabean yang dikirim ke Lotte Mart harus mencantumkan tanggal
produksi dan tanggal kadaluwarsa.
Menurut Santana, dkk (2012), untuk menjaga kualitas bahan, edamame harus
disimpan pada suhu 30oC pada tray plastik terbuka dan dikonsumsi dalam waktu 24
jam. Untuk konsumsi jangka panjang (72 jam), edamame disimpan pada suhu 7oC
pada plastik yang tertutup yang memiliki daya simpan 3 hari. Menurut Anonim
(2014), edamame segar memiliki daya simpan selama 7 hari dengan penyimpanan
refrigerasi dan tidak dicuci.
3.8
Pengepakan dan Transportasi
Gambar 14. Edamame di bagian transfer
(Dokumentasi pribadi, 2014)
Pengepakan dan transportasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan pasca
panen yang penting. Setelah edamame dikemas, edamame disimpan di dalam
kontainer yang telah dilapisi kertas koran. Pada tahap ini, kontainer berperan sebagai
kemasan sekunder. Penyimpanan di dalam kontainer dengan kertas koran bertujuan
agar tidak terjadi gesekan mekanis yang menyebabkan kemasan menjadi rusak atau
berlubang. Edamame yang telah dipindahkan ke kontainer tersebut dicek oleh bagian
Transfer dan Barang Jadi berapa jumlah edamame yang telah dikemas dan beratnya.
Setelah itu barang dipindahkan ke bagian Pembagian. Pada bagian ini, barang dicek
ulang kondisi kemasan, penataan isi, jumlah order yang diminta toko, dan beratnya.
Setelah itu barang dibagi sesuai dengan tujuan pengiriman. Berikut ini gambar
edamame yang telah dibagi menurut tujuan pengiriman.
Gambar 15. Edamame di bagian Pembagian
(Dokumentasi pribadi, 2014)
Edamame yang telah dibagi kemudian didistribusikan ke toko tujuan dengan
menggunakan truk box. Pengiriman barang dilakukan secara bersamaan dengan
sayuran lain pada pukul 02.00-03.00. Pengiriman dilakukan pada dini hari untuk
mencegah kemacetan di jalan dan mempertahankan suhu selama transportasi
serendah mungkin sehingga barang yang telah dikemas masih dalam keadaan segar.
Selama ini perusahaan menggunakan truk tanpa pendingin dengan pertimbangan
biaya dan pada saat bongkar muat di tempat tujuan, barang langsung masuk ke ruang
pendingin.
Kontainer atau karton yang memuat barang yang telah dikemas juga diatur
sedemikian rupa. Untuk tujuan dekat, kontainer atau karton diposisikan paling luar
untuk memudahkan proses bongkar muatan. Fungsi kontainer pada tahap ini adalah
sebagai kemasan transportasi. Kemasan transportasi merupakan kemasan yang
dimaksudkan untuk memudahkan dan mengamankan produk selama dalam
perjalanan dan ketika bongkar muat (Herudiyanto, 2008).
Gambar 16. Tipe-tipe kontainer yang digunakan di PT. Bimandiri Agro Sedaya
(dari kiri ke kanan: tipe 2002, 2003, 2004, dan 2008)
(http://www.rabbit-plastics.com/multi3.htm, 2014)
Kontainer yang digunakan di perusahaan terdapat empat jenis kontainer, yaitu
tipe 2002, 2003, 2004, dan 2008. Kontainer tipe 2002 biasanya digunakan oleh DC
(Distribution Center) untuk pengangkutan saat setelah bongkar muat. Kontainer yang
sering digunakan di perusahaan adalah kontainer tipe 2004 dan 2008. Kontainer tipe
2008 dapat dibedakan dari warnanya. Penggunaan kontainer berdasarkan warna
disajikan pada Tabel 3.8.1
Tabel 3.8.1 Jenis Kontainer dan Penggunaannya
Warna Kontainer
Merah
Biru
Hijau
Putih
Kuning (tipe 2004)
Kuning (tipe 2008)
Tujuan
Carrefour
Lotte Mart
Hypermarket
Bandung/Market City
Pasar
Penggunaan di dalam
perusahaan
Penggunaan
Penyimpanan barang
selama distribusi
(area Pembagian)
- Pengumpulan barang di
bagian Receiving
- Penggunaan di bagian
Processing/Pengemasan.
Hampir semua komoditas sayuran menggunakan kontainer pada saat
pengangkutan ke toko tujuan. Namun, kontainer tersebut sering terjadi kehilangan
pada saat bongkar muat sehingga perusahaan harus berulang kali menambah
kontainer baru. Selain itu, kontainer tidak difungsikan sebagaimana mestinya,
misalnya kontainer untuk mengangkut barang Carrefour digunakan untuk packing di
ruang processing bahkan dijadikan tempat duduk. Adanya kehilangan kontainer
diatasi oleh perusahaan dengan cara mengganti kemasan sekunder dengan karton.
Namun sepertinya hal tersebut kurang efisien karena akan menambah biaya
operasional. Diperlukan sosialisasi tentang kesadaran penggunaan kontainer yang
baik, pemisahan kontainer bagian Pembagian dan bagian Processing/Pengemasan
dengan pemberian kode atau warna kontainer dibedakan, penambahan kursi di ruang
Processing/Pengemasan, dan menunjuk seorang penanggung jawab di bagian
Ekspedisi untuk menjaga kontainer perusahaan.
Gambar 17. Distribusi edamame ke toko tujuan
(Dokumentasi pribadi, 2014)
Jalur alternatif pengiriman telah dipersiapkan untuk mengantisipasi kemacetan
di jalan atau hal lain yang menghambat proses distribusi. Truk atau mobil box
kembali lagi ke tempat packinghouse kira-kira sore hari jam 15.00 sambil membawa
produk tolakan.
3.9
Permasalahan yang Menurunkan Mutu
Untuk mempermudah pengukuran kualitas maka kualitas selalu dinyatakan
sebagai kumpulan spesifikasi yang harus dipenuhi dalma batas-batas tertentu.
Umumnya kualitas dikatakan lebih baik apabila semua spesifikasi memenuhi nilai
rata-rata (tidak ada nilai yang ekstrim). Kualitas atau mutu makanan dapat
didefinisikan sebagai (Tjahjadi dan Marta, 2012):
1.
Keseluruhan sifat-sifat yang membedakan unit produk yang satu dengan yang
lainnya serta berpengaruh terhadap dapat diterima atau tidaknya unit tersebut
oleh konsumen.
2.
Derajat/tingkat kesempurnaan sifat-sifat (excellence) yang dimiliki suatu produk
agar dapat diterima oleh konsumen.
Tingkat atau kualitas mutu dari produk yang dihasilkan PT. Bimandiri Agro
Sedaya dapat dilihat salah satunya dengan tingkat tolakan produk yang bersangkutan.
Pada umumnya penyebab produk perusahaan ditolak toko adalah sebagai berikut.
Pengiriman
terlambat
Salah
pengiriman
Tidak
sesuai
spesifikasi
Produk
Tolakan
Kemasan
rusak
Program pengendalian dan peningkatan mutu di perusahaan tidak dapat
dilaksanakan dengan baik jika tidak didasarkan pada data kondisi kinerja nyata
perusahaan tersebut. Untuk memperoleh data yang akurat dan sekaligus analisis yang
valid, dikenal adanya tujuh alat bantu yang dikenal dengan istilah Seven Tools.
Ketujuh alat bantu ini yaitu: (1) Lembar pengumpul data (check sheet), (2)
Stratifikasi, (3) Grafik dan bagan pengendalian, (4) Diagram pareto, (5) Diagram
sebab akibat, (6) Diagram pencar, dan (7) Histogram (Muhandri, dkk, 2012).
Analisis sederhana untuk mengetahui hal-hal apa saja yang berpengaruh pada
mutu edamame yang dihasilkan adalah dengan menggunakan diagram sebab akibat
(cause and effect diagram). Diagram sebab akibat berguna untuk mengetahui faktorfaktor yang mungkin (memiliki peluang) menjadi penyebab munculnya masalah
(berpengaruh terhadap hasil). Penyusunannya dilakukan dengan teknik brainstorming
(sumbang saran) (Muhandri, dkk, 2012).
Meskipun tiap perusahaan dapat menentukan sendiri faktor-faktor utama
dalam penyusunan diagram sebab akibat, namun secara umum terdapat lima faktor
yang berpengaruh, yaitu: (1) lingkungan, (2) manusia, (3) metode, (4) bahan, dan (5)
mesin peralatan. Berikut ini diagram sebab akibat “Edamame ditolak oleh pihak
toko”.
Metode Panen
Cuaca tidak
mendukung
Teknik panen
yang kurang
tepat
Belum
terlatih
Lelah
Edamame ditolak
oleh pihak Toko
Belum ada spesifikasi
baku untuk edamame
Manusia
Gambar 18. Diagram sebab akibat ditolaknya edamame oleh toko
Permasalahan yang dapat menurunkan mutu edamame PT. Bimandiri Agro
Sedaya dapat dilihat pada Gambar 18. Diagram tersebut merupakan alat untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang berpeluang menjadi penyebab masalah, bukan
mengidentifikasi masalah. Langkah selanjutnya adalah melakukan verifikasi di
industri untuk menjawab pertanyaan “apakah setiap faktor sudah sesuai dengan SOP
atau aturan baku industri?” (Muhandri, dkk, 2012).
Gambar 19. Edamame yang ditolak oleh toko
(Dokumentasi pribadi, 2014)
Terdapat dua faktor yang diduga kuat menjadi penyebab produk edamame
ditolak oleh pihak toko, yaitu metode panen dan manusia. Kedua faktor ini sekiranya
menjadi fokus perusahaan untuk memperbaiki mutu edamame yang dihasilkan.
Penurunan tingkat cacat dan kesalahan pada saat proses pasca panen edamame juga
memberikan banyak manfaat, antara lain:

Menurunkan biaya karena komplain (kekecewaan) konsumen.

Menurunkan biaya produksi secara nyata

Meningkatkan produktivitas karena lebih banyak produk yang dapat digunakan
(dijual) dengan sumberdaya yang sama.

Menurunkan inventori untuk membantu penerapan konsep “just in time”.
Berbagai manfaat yang diperoleh dari kedua kegiatan di atas dapat dihasilkan
oleh tim perbaikan mutu yang dibentuk perusahaan atau adanya peluang-peluang bagi
karyawan untuk berpartisipasi atas inisiatif sendiri dalam bentuk Gugus Kendali
Mutu (GKM). Secara tradisional, banyak perusahaan tidak tertarik terhadap manfaat
tersebut sehingga memberikan prioritas yang rendah terhadap proyek perbaikan mutu
(Muhandri dan Kadarisman, 2013).
Sebaiknya perusahaan bersama mitra (petani dan supplier) memanen
edamame pada waktu dan cara yang tepat. Penggunaan harvest bag dapat membantu
petani panen ketika cuaca tidak mendukung seperti hujan. Edamame yang ditolak
oleh toko memiliki karakteristik berwarna hijau kekuningan, isi polong satu, dan
terdapat kontaminasi. Perbaikan mutu tersebut dapat dilakukan dengan membuat
spesifikasi edamame yang sesuai dengan persetujuan pihak toko. Berikut ini
spesifikasi umum edamame yang dapat menjadi pertimbangan PT. Bimandiri Agro
Sedaya.
Edamame (Glycine max (L.) Merrill)
• Panjang: 5 cm
• Isi polong: 2-3 biji
• Berat: 2,5 - 3,5 gram per polong
• Warna: hijau seragam
• Permukaan: mulus, tidak cacat, non
kontaminan
• Kemasan: tray dan plastik wrap, plastik
• Daya simpan: 3-7 hari
Gambar 20. Spesifikasi umum edamame (Glycine max (L.) Merrill)
Kualitas edamame dievaluasi oleh distributor dan konsumen dari sisi
kenampakan, aroma, rasa, ketahanan tekstur setelah dimasak. Polong edamame lebih
disukai yang lembut, tangkai polong berwarna coklat muda atau abu-abu, polong
mengandung dua atau tiga biji (Pambudi, 2013).
Di Iwate Prefecture, edamame grade A harus memiliki 90% atau lebih
polongan yang berisi dua atau tiga biji. Polong harus berbentuk sempurna, hijau
seutuhnya, dan tidak menunjukkan tanda-tanda luka atau noda. Edamame grade B
harus memiliki 90% atau lebih polongan yang berbiji dua atau tiga, warna polong
bisa hijau muda, beberapa polong terdapat noda, luka, berubah bentuk, pendek, atau
biji dengan ukuran kecil. Sedangkan hal-hal yang tidak boleh terdapat pada kedua
grade tersebut adalah polong terlalu matang, terkena penyakit, rusak karena serangga,
hanya mengandung satu biji, berubah bentuk, kekuningan, robek, ternoda, atau
kurang masak (Pambudi, 2013).
3.10 Sanitasi dan Penanganan Limbah
Pembersihan merupakan proses menghilangkan kotoran, sedangkan sanitasi
merupakan usaha mengurangi populasi bakteri sampai tahap aman, dengan perkataan
lain sanitasi adalah semua tindakan yang ditujukan untuk memelihara kesehatan dan
kebersihan lingkungan; atau semua hal yang berhubungan dengan kesehatan dan
kebersihan
lingkungan
serta
usaha-usaha
untuk
mempertahankan
dan
memperbaikinya (Tjahjadi, dkk, 2007).
Sanitasi yang baik dalam industri pangan tidak hanya terletak pada kebersihan
bahan baku, peralatan yang digunakan, ruangan dan pekerja; tetapii juga dalam
penanganan dan pembuangan limbah. Demikian pula halnya dengan perilaku hidup
bersih dan sehat dari pekerja pengolahan sangat menentukan terhadap kegiatan
sanitasi (Tjahjadi, dkk, 2007).
Pada setiap kegiatan sanitasi, dikenal empat tahap penting yang harus
dilaksanakan, yaitu:
1) Pembasahan
2) Pelarutan
3) Pembilasan
4) Sanitizing (kegiatan saniter)
Dalam kegiatan sanitasi, pembersihan merupakan salah satu kegiatan yang
sangat penting. Pembersihan termasuk kegiatan menghilangkan kotoran dari
permukaan bahan dan peralatan, melepaskan tanah dan lapisan bakteri (biofilm)
menggunakan deterjen dan merendamnya dalam larutan deterjen. Pembersihan dapat
dilakukan dengan menggunakan:
1) Proses mekanik (penyikatan, penyemprotan air, penghisapan dengan alat vakum).
2) Proses kimia kimia menggunakan sabun, deterjen, atau senyawa antiseptik.
3) Kombinasi antara proses mekanik dan kimia.
Sanitasi yang dilakukan di PT. Bimandiri Agro Sedaya meliputi kegiatan
pembersihan dengan menggunakan kombinasi proses mekanik dan kimia. Kegiatan
pembersihan dilakukan setiap hari pada saat pagi dan siang hari yang meliputi
pembersihan ruang kantor, ruang Receiving, Pembagian, dan Processing. Operasi
pencucian hanya dilakukan pada lantai saja sedangkan pada dinding pabrik tidak
dilakukan.
Menurut Buckle, dkk (1987), operasi pencucian dan sanitasi meliputi lantai
dan dinding pabrik harus dilakukan pada setiap akhir hari kerja atau jika keadaan
membutuhkan, dilakukan lebih sering. Pada tempat bahan-bahan pangan dipersiapkan
dan disajikan, alat-alat yang berhubungan dengan bahan pangan seperti pisau,
pengerat (slicer), dan papan pemotong/talenan harus dibersihkan dan disanitasi secara
baik.
Operasi pembersihan dimana bahan-bahan sanitasi digunakan dapat dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut.
1.
Alat-alat harus dibersihkan sebaik mungkin sehingga tidak ada sisa-sisa bahan
organik yang nampak oleh mata. Tindakan ini dapat dibantu dengan penggunaan
deterjen dan apabila bahan ini digunakan harus dibasuh/dibilas secara baik
dengan air bersih.
2.
Lakukan sanitasi. Beberapa contoh dari keadaan sanitasi termasuk menyiram
dengan air panas 80oC selama ½ - 1 menit, menyiram dengan larutan 50 ppm
klorin untuk waktu paling sedikit 1 menit; menyiram larutan iodofor yang berisi
paling sedikit 12,5 ppm iodin pada pH 5,0 pada waktu paling sedikit 1 menit.
3.
Bilasi bahan-bahan sanitasi dengan air bersih dan tidak tercemar.
Perencanaan pabrik pengolahan pangan dan toko penjualnya dapat banyak
berpengaruh terhadap pencemaran sekunder. PT. Bimandiri Agro Sedaya memiliki
layout pabrik yang sudah baik, misalnya kamar kecil dibangun agak jauh dari tempat
pengelolaan bahan pangan, hanya saja kegiatan sanitasi harus lebih ditingkatkan.
Tempat kerja yang baik, bersih, dan berventilasi serta penerangan yang baik dapat
memberi kepuasan pada pekerja yang akan menanggapinya dengan kebiasaan yang
baik dan bersih.
Kegiatan sanitasi tidak terlepas dari kegiatan penanganan limbah. Industri
pangan mempunyai kewajiban untuk menangani limbahnya dengan baik, dengan
demikian banyak dana yang dapat dihemat karena industri pangan terhindar dari
kerugian ekonomi karena kompensasi masalah yang dapat timbul akibat limbah yang
tidak tertangani dengan baik. Di samping itu, penanganan limbah juga merupakan
tanggung jawab sosial industri terhadap lingkungan. Menurut perkiraan, dari semua
bahan pangan yang diolah secara industri, 20% di antaranya menjadi limbah (Rahayu,
dkk, 2011).
Sampah
dikumpulkan
di TPA
perusahaan
Pengangkutan
ke kebun
Pemisahan
sampah
menurut
jenisnya
Penimbunan
Gambar 21. Penananganan limbah di PT. Bimandiri Agro Sedaya
(Dokumentasi pribadi, 2014)
Penanganan limbah di PT. Bimandiri Agro Sedaya dilakukan dengan cara
menimbun dan menyebarkan limbah di kebun di dekat lokasi perusahaan.
Penimbunan tersebut dilakukan dengan tujuan agar tanah semakin subur dan berperan
sebagai pupuk kompos. Limbah yang dihasilkan di perusahaan sekitar 2-3 kwintal
tergantung permintaan barang dari toko. Biasanya menjelang hari-hari besar
permintaan order meningkat, begitu pula limbah yang dihasilkan juga meningkat.
Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan terdiri dari sebagian besar hasil
sortasi sayuran daun, kardus, plastik, botol minuman, roll pengemas, kertas, tray,
rokok, kemasan makanan, dan karton. Berikut ini pemanfaatan limbah di PT.
Bimandiri Agro Sedaya.
Sejauh ini edamame tidak begitu menghasilkan banyak limbah karena
permintaan komoditi ini masih sedikit. Limbah organik yang biasa dihasilkan adalah
tangkai dan daun sisa sortasi dan grading yang terbawa saat pengepakan di kebun.
Pakan
ternak/ikan
Dijual
Limbah
Organik
dan
Anorganik
Pupuk
kompos
bagi tanah
Gambar 22. Pemanfaatan limbah di PT. Bimandiri Agro Sedaya
Limbah hasil pengolahan pangan biasanya dimanfaatkan menjadi pakan
ternak/ikan yang dimanfaatkan masyarakat sekitar, pupuk kompos, dan dijual.
Limbah yang dijual seperti karton bekas pengemas dan botol plastik minuman.
Pembuatan pupuk kompos ini dilakukan dengan cara menyebar limbah sayuran di
kebun atau menimbunnya.
3.11 Rekomendasi
Standar kebersihan dan prosedur biasanya digambarkan sebagai Good
Hygienic Practices (GHP) atau Good Manufacturing Practices (GMP), merupakan
alat penting dalam kontrol makanan tradisional. Konsep-konsep ini masih penting
dalam sistem kontrol makanan modern dengan menyediakan kondisi lingkungan dan
operasi dasar untuk produksi makanan yang aman dan dengan demikian menjadi
syarat atau dasar untuk HACCP dalam program manajemen keamanan pangan secara
keseluruhan (Gambar 23) (Huss, dkk, 2004).
Gambar 23. Keamanan dan mutu pangan, sebuah pendekatan terintegrasi
(Huss, dkk, 2004)
GMP memiliki beberapa pengertian yang cukup mendasar, yaitu suatu
pedoman yang menjelaskan bagaiamana memproduksi makanan agar aman bermutu,
dan layak untuk dikonsumsi dan berisi penjelasan-penjelasan tentang persyaratan
minimum dan pengolahan umum yang harus dipenuhi dalam penanganan bahan
pangan di seluruh mata rantai pengolahan dari mulai bahan baku sampai produk
akhir. GMP merupakan prasyarat utama sebelum suatu industri pangan dapat
memperoleh sertifikat sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)
(Susiwi, 2009).
PT. Bimandiri Agro Sedaya merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
agribisnis sehingga perlu untuk menerapkan GMP secara bertahap untuk menjamin
keamanan produk dan meningkatkan kepercayaan mitra serta meningkatkan kualitas
produk yang dihasilkannya. Penerapan GMP atau CPMB akan dapat membantu
jajaran manajemen untuk membangun suatu sistem jaminan mutu yang baik. Jaminan
mutu sendiri tidak hanya berkaitan dengan masalah pemeriksaan (inspection) dan
pengendalian (control) namun juga menetapkan standar mutu produk yang sudah
harus dilaksanakan sejak tahap perancangan produk (product design) sampai produk
tersebut didistribusikan kepada konsumen (Anonimb, 2014).
Beberapa industri pangan dunia menyimpulkan bahwa bisnis pangan perlu
dan harus menerapkan GMP dengan beberapa alasan sebagai berikut :

Untuk mengembangkan sistem mutu yang dapat dinilai agar dapat dipastikan
bahwa produk makanan aman, sehat dan yang terpenting adalah memenuhi
persyaratan pelanggan.

Memastikan bahwa proses pengolahan, penyimpanan dan distribusi produk
makanan dalam kondisi terkontrol dan konstan, mendekati produk yang
diinginkan (ISO 9001).
Secara umum, kegiatan sanitasi merupakan salah satu kegiatan yang kurang
mendapat perhatian sepanjang proses pasca panen produk di perusahaan. Oleh karena
itu, perlu diterapkannya GMP bersama dengan SSOP (Standard Sanitation Operating
Procedure). Secara umum perbedaan antara GMP dan SSOP adalah: GMP secara
luas terfokus dan pada aspek operasi pelaksanaan tugas dalam pabriknya sendiri serta
operasi personel. Sedang SSOP merupakan prosedur yang digunakan oleh industri
untuk membantu mencapai tujuan atau sasaran keseluruhan yang diharapkan GMP
dalam memproduksi pangan yang bermutu tinggi, aman, dan tertib (Susiwi, 2009).
Gambar 24. Kaitan HACCP dengan Good Practices dalam rantai pangan
(Michwan, 2009)
Agar sistem HACCP dapat berfungsi dengan baik dan efektif, perlu diawali
dengan pemenuhan program pre-requisite (persyaratan dasar), yang berfungsi
melandasi kondisi lingkungan dan pelaksanaan tugas serta kegiatan lain dalam
industri pangan. Peran GMP dalam menjaga keamanan pangan selaras dengan prerequisite penerapan HACCP. Pre-requisite merupakan prosedur umum yang
berkaitan dengan persyaratan dasar suatu operasi bisnis pangan untuk mencegah
kontaminasi akibat suatu operasi produksi atau penanganan pangan. Deskripsi dari
persyaratan dasar ini sangat mirip dengan deskripsi GMP yang menyangkut hal-hal
yang berkaitan dengan operasi sanitasi dan higiene pangan suatu proses produksi atau
penanganan pangan (Susiwi, 2009).
Penerapan GMP dapat mengacu berbagai referensi, namun sejauh ini tidak
ada standar internasional yang bersifat official seperti halnya standar ISO. Berbagai
negara dapat mengembangkan standar GMP tersendiri, seperti di Indonesia terdapat
berbagai standar GMP yang di terbitkan oleh BPOM (Badan Pengawasan Obat dan
Makanan) sesuai dengan jenis produk yang di hasilkan. Sebagai contoh beberapa
standar GMP, misalnya standar GMP untuk industri obat-obatan yang disebut
dengan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), standar GMP untuk industri
makanan yang disebut dengan CPMB (Cara Pembuatan Makanan yang Baik), dan
sebagainya.
Prinsip dasar GMP adalah mutu dan keamanan produk tidak dapat dihasilkan
hanya dengan pengujian (inspection/ testing), namun harus menjadi satu kesatuan dari
proses produksi. Ruang lingkup GMP adalah:
1.
Lingkungan dan Lokasi
Lingkungan sarana pengolahan harus terawat baik, bersih, dan bebas sampah,
memiliki sistem pembuangan dan penanganan limbah yang cukup baik, serta
memiliki sistem saluran pembuangan air yang lancar. Lokasi, terletak di bagian
pinggir kota, tidak padat penduduk, dan lebih rendah dari pemukiman. Bebas banjir,
polusi asap, debu, bau, dan kontaminan lain, serta bebas dari sarang hama, seperti
hewan pengerat dan serangga. Tidak berada dekat industri logam dan kimia, serta
pembuangan sampah atau limbah.
2.
Bangunan dan Fasilitas Unit Usaha
Desain bangunan, konstruksi, dan tata ruang harus sesuai dengan alur proses.
Bangunan cukup luas dan dapat dilakukan pembersihan secara intensif. Adanya
pemisahan antara ruang bersih dan ruang kotor, serta lantai dan dinding dari bahan
kedap air, kuat, dan mudah dibersihkan. Fasilitas unit usaha, meliputi penerangan
cukup yang sesuai spesifikasi proses, ventilasi memungkinkan udara mengalir dari
ruang bersih ke ruang kotor, adanya sarana pencucian tangan dan kaki yang
dilengkapi sabun dan pengering atau desinfektan. Gudang mudah dibersihkan, terjaga
dari hama, pengaturan suhu dan kelembaban sesuai, serta penyimpanan sistem FIFO
yang dilengkapi catatan.
3.
Peralatan Pengolahan
Alat yang kontak langsung dengan produk harus terbuat dari bahan yang tidak
toksik, tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan mudah didesinfeksi sehingga
mudah dilakukan perawatan. Letak penempatannya disusun sesuai dengan alur
proses, dilengkapi dengan petunjuk penggunaan dan program sanitasi.
4.
Fasilitas dan Kegiatan Sanitasi
Program sanitasi meliputi sarana penyediaan air, sarana pembuangan air dan
limbah, sarana pembersihan/ penyucian, sarana toilet/ jamban, serta sarana hygiene
karyawan.
5.
Sistem Pengendalian Hama
Meliputi pengawasan atas barang/bahan yang masuk, penerapan/praktik
hygienis yang baik, menutup lubang dan saluran yang memungkinkan menjadi
tempat masuknya hama, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, serta
mencegah hewan peliharaan berkeliaran di lokasi unit usaha.
6.
Higiene Karyawan
Meliputi persyaratan dan pemeriksaan rutin kesehatan karyawan, persyaratan
kebersihan karyawan yang meliputi menjaga kebersihan badan, mengenakan pakaian
kerja dan perlengkapannya, menutup luka, selalu mencuci tangan dengan sabun, serta
melatih kebiasaan karyawan.
7.
Pengendalian Proses
Meliputi pengendalian preproduksi (persyaratan bahan baku, komposisi
bahan, cara pengolahan bahan baku, persyaratan distribusi/ transportasi, penyiapan
produk sebelum dikonsumsi), pengendalian proses produksi, serta pengendalian
pascaproduksi (jenis dan jumlah bahan yang digunakan produksi, bagan alir proses
pengolahan, keterangan produk, penyimpanan produk, jenis kemasan, jenis produk
pangan yang dihasilkan).
8.
Manajemen Pengawasan
Pengawasan terhadap jalannya proses produksi dan perbaikan bila terjadi
penyimpangan yang dapat menurunkan mutu dan keamanan produk. Pengawasan
rutin dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses produksi.
9.
Pencatatan dan Dokumentasi
Berisi catatan tentang proses pengolahan, termasuk tanggal produksi dan
kadaluarsa, serta distribusi dan penarikan produk karena kadaluarsa. Dokumen yang
baik akan meningkatkan jaminan mutu dan keamanan produk.
IV.
4.1
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini
adalah sebagai berikut:
1.
Sayur dan buah merupakan produk hortikultura yang bersifat perishable sehingga
membutuhkan proses penanganan pasca panen yang baik dan benar agar produk
terhindar dari kerusakan-kerusakan.
2.
PT. Bimandiri Agro Sedaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang penanganan segar berbagai macam sayuran dan memasarkannya
melalui Carrefour, Hypermart dan Lotte Mart.
3.
Pasokan sayuran dan buah PT. Bimandiri Agro Sedaya berasal dari petani di
daerah Jawa Tengah, Cipanas, Cianjur, Pangalengan, Lembang, Garut, Subang,
Tasikmalaya, Sumedang, Majalengka, dan daerah Jawa Timur.
4.
Kegiatan pasca panen edamame di PT. Bimandiri Agro Sedaya meliputi
pemanenan dan pengepakan di kebun, penimbangan di area receiving, sortasi,
pengemasan, dan labeling di area processing, pengepakan dan transportasi ke
supermarket.
5.
Edamame yang diproduksi PT. Bimandiri Agro Sedaya berasal dari Cibodas,
Lembang.
6.
Pemanenan edamame di PT. Bimandiri Agro Sedaya dilakukan saat tanaman
berumur 68-72 hari.
7.
Penyortasian edamame di PT. Bimandiri Agro Sedaya berdasarkan penampakan
dan jumlah biji dalam polong.
8.
Edamame yang diproduksi PT. Bimandiri Agro Sedaya termasuk grade A.
9.
Edamame dikemas dengan tray dan plastic wrap (250 gram) dan plastik (1 kg).
10. Penyimpanan dingin edamame tidak dilakukan di PT. Bimandiri Agro Sedaya
karena terkait jumlah permintaan edamame yang masih sedikit.
11. Pengepakan edamame di PT. Bimandiri Agro Sedaya menggunakan kontainer
berventilasi yang dilapisi Koran atau karton berlubang dan ditransportasikan
pada dini hari dengan menggunakan mobil box tanpa pendingin.
12. Titik kritis penanganan pasca panen edamame di PT. Bimandiri Agro Sedaya
adalah saat panen.
4.2
Saran
1.
Pemanenan edamame sebaiknya dilakukan pada waktu yang tepat.
2.
Pada saat pengumpulan hasil panen, untuk mengurangi panas sebaiknya
digunakan terpal putih atau perak.
3.
Waktu panen diatur sedemikian rupa agar rentang waktu antara panen dan
pengolahan lanjut tidak terlalu lama.
4.
Penyimpanan di tempat yang teduh setelah panen.
5.
Plastik yang digunakan untuk mengangkut hasil panen sebaiknya diberi lubang.
6.
Precooling pada saat distribusi dan setelah sampai di tempat produksi.
7.
Bila memungkinkan proses pengemasan edamame diprioritaskan lebih
dibandingkan komoditas lainnya.
8.
Pembuatan spesifikasi edamame yang diterima di perusahaan.
9.
Memperbaiki infrastruktur packinghouse (ruang processing/pengemasan).
10. Penyediaan fasilitas alat dan bahan sanitasi untuk peralatan pengolahan dan
pekerja.
11. Manajemen harus mempunyai komitmen yang kuat untuk melakukan
pencegahan polusi dan penanganan limbah dengan menjadikannya sebagai salah
satu sasaran industrinya.
12. Melakukan pendidikan bagi pegawainya dengan berbagai cara promosi seperti
pemberian penghargaan bagi
pegawai
yang berprestasi
mengupayakan
pencegahan polusi dan melaksanakan penanganan limbah dengan baik.
13. Melakukan evaluasi dan perbaikan terus-menerus terhadap program pencegahan
polusi dan penanganan limbah yang telah dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. How to Store Fruits and Vegetables. Available at: http://www.tacoma
farmersmarket.com/media/static/pdf/Produce%20Storage%20Tips.pdf
(diakses 13 Agustus 2014).
_______b.
2014.
Good
Manufacturing
Practices.
Available
http://indag.tangerangkab.go.id/portal/good-manufacturing-practice-gmp/
(diakses 13 Agustus 2014).
at:
Herudiyanto, M. S. 2008. Teknologi Pengemasan Pangan. Penerbit Widya
Padjadjaran, Bandung.
Huss, H. H., L. Ababouch, dan L. Gram. 2004. Assessment and Management of
Seafood
Safety
and
Quality.
Available
at:
ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/006/y4743e/y4743e00.pdf (diakses 13 Agustus
2014).
Muhandri, T., D. Kadarisman, dan Tim PREMYSIS Consulting. 2012. Sistem
Jaminan Mutu Industri Pangan. PT. Penerbit IPB Press, Bogor.
Muhandri, T. dan D. Kadarisman. 2013. Mutu dan Kinerja Perusahaan Suatu
Pendekatan Pada Industri Pangan. Penerbit Alfabeta, Bandung.
Mujiarto, I. 2005. Sifat dan Karakteristik Material Plastik dan Bahan Aditif.
Available
at:
http://mesinunimus.files.wordpress.com/2008/02/sifatkarakteristik-material-plastik.pdf (diakses 12 Agustus 2014).
Ompusunggu, H. H. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa Kelas X
Terhadap Penggunaan Plastik sebagai Tempat Penyimpanan Makanan dan
Minuman
di
SMU
Negeri
14
Medan.
Available
at:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17909 (diakses 12 Agustus
2014)
Pambudi, S. 2013. Budidaya dan Khasiat Kedelai Edamame. Penerbit Pustaka Baru
Press, Yogyakarta.
Rahayu, W. P., dkk. 2011. Keamanan Pangan Peduli Kita Bersama. PT. Penerbit IPB
Press, Bogor.
Santana, A. C, dkk. 2012. Evaluation of the Shelf-Life of Vegetable-Type Soybean
Pods.
Available
at.:
http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S151689132012000400015&script=sci_arttext (diakses 7 Agustus 2014).
Susiwi, S. 2009. GMP (Good Manufacturing Practices): Cara Pengolahan Pangan
yang Baik. Available at: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._
KIMIA/195109191980032-SUSIWI/SUSIWI-29)._GMP.pdf (Diakses 13
Agustus 2014)
Tjahjadi, C., H. Marta., dan Y. Cahyana. 2008. Penanganan Pasca Panen Sayur dan
Buah. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Tjahjadi, C. dan H. Marta. 2012. Pengantar Teknologi Pangan Volume I. Universitas
Padjadjaran, Bandung.
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Harian Praktek Kerja Lapang (PKL)
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Menyelesaikan PKL
Lampiran 3. Struktur Organisasi PT. Bimandiri Agro Sedaya
Lampiran 4. Jenis Produk yang Diproduksi di PT. Bimandiri Agro Sedaya
Lampiran 5. Alat bantu pengolahan
Lampiran 4. Tata Letak PT. Bimandiri Agro Sedaya
Area
parkir
staff
Pos
Satpam
Area parkir truk dan
mobil box
Kontainer Umbi-umbian
Area parkir
karyawan
Tempat
sampah
Kantor
Ruang Kontainer
Area
barang
BS
Area
Pengepakan
(Kardus)
Area
Pembagian
Mushola
Area Pengeringan
Sayuran
Area Umbi-umbian
(Pembersihan)
Ruang
Basahan
Area Umbi-umbian dan
Kondimen
(Pengeringan)
Area
Transfer dan
Barang Jadi
Ruang Processing/
Pengemasan
Area
Sortasi
dan
Penimbangan
Area Sortasi dan
Penimbangan
Pekarangan
Area Sealing dan
Aneka Sayuran
Pekarangan
Dapur
Toilet
Ruang
Pengemasan
R.
PO
Area
Pencatatan
dan
Penimbangan
Area
Wrapping
Pekarangan
Area Wrapping
Cafe
Area
Receiving
Download