MOMEN KEMIRINGAN DAN KURTOSIS A. Momen Misal diketahui variabel X dengan harga X1, X2, X3 . . . . Xn. Jika A sebuah bilangan tetap dan r = 0, 1, 2, 3, maka momen di sekitar A disingkat m’r didefinisikan oleh Dengan n = ,Xi = tanda kelas interval dan fi = frekuensi yang sesuai dengan Xi. Dengan menggunakan cara coding, rumusnya: m’r = , P = Panjang kelas, C = Variabel koding. Dari m’r harga-harga mr dapat ditentukan berdasarkan hubungan: m2 = m2’ – (m1’)2 m3 = m3’ – 3m1’ + m2 + 2(m1’)3 m4 = m4’ – 4m1’ + 6 (m1’) m2 – 3 (m1’) Untuk menghitung momen disekitar rata-rata, untuk data dalam daftar distribusi frekuensi, kita lakukan sebagai berikut: TABLE 5.1: Table pembantu untuk mencari m Data f1 60 – 63 5 64 – 67 18 68 – 71 42 72 – 75 27 76 – 70 8 Jumlah 100 Dapat dihitung: m1 = Ci -2 -1 0 1 2 f1Ci -10 -18 0 27 16 15 f1C12 20 18 0 37 42 97 f1C13 -40 -18 0 27 64 35 f1C14 80 18 0 27 128 253 m2 = m3 = m4 = Sehingga dengan menggunakan hubungan di atas: m2 = m2’ – (m1’)2 = 15,52 – 0,36 = 15,16 m3 = m3’ – 3m1’ m2’ + 2(m1’)3 = 5,28 – 3x0,6x15,52 +2x (0,6) = 21,456 m4 = m4’ – 4m1’ m3’ + 6 (m1’)2 (m2’)........... = 40,48 – 4x0,6 x 5,28 + 6 x 0,62x15,52 – 3x0,42 = 60,9424 Jadi Varian S2 = m2 = 15,16 B . Kemiringan Kita sudah mengenal kurva halus atau model yang bentuknya bisapositif, negatif atau simetrik. Model positif terjadi bila kurvanya mempunyai ekor yang memanjang ke sebelah kanan. Sebaliknya, jika ekornya memanjang ke sebelah kiri didapat model negatif. Dalam kedua hal terjadi sifat taksimetri sebuah model, digunakan ukuran kemiringan yang ditentukan oleh : Rata-rata - Modus Kemiringan = Simpangan Baku C. a. b. c. Rumus empirik untuk kemiringan, adalah : berturut-turut 3 (Rata-rata - Rumus-rumus dinamakan koefisien kemiringan Kemiringan = Modus) pearson tipe pertama dan kedua. Simpangan Baku Kita katakan model positif jika kemiringan positif, negatif jika kemiringan negatif dan simetrik jika kemiringan sama dengan nol. Contoh : Data nilai ujian 80 mahasiswa telah menghasilkan rata-rata 76,62; Me = 77,3; Mo = 77,17 dan simpangan baku s = 13,07. 76,62 = Kemiringan = 77,17 0,04 13,07 Karena kemiringan negatif dan dekat kepada nol maka modelnya sedikit miring ke kiri. KURTOSIS Kurtosis adalah Ukuran kelancipan distribusi data dimanadistribusi normal sebagai pembanding. Kurva distribusi normal, yang tidak terlalu rucing atau tidak terlalu datar. Dinamakan mesokurtik, kurva yang runcing dinamakan leptokurtiksedangkan yang datar disebut platikurtik. Salah satu ukuran kurtosis ialah koefisien kurtosis, diberi simbol a4,ditentukan dengan rumus a4 = (m4/m) Kriteria yang didapat dari rumus ini ialah: a4 = 3 à Distribusi normal a4 > 3 à Distribusi yagn leptokurtik a4 < 3 à Distribusi yang platikurtik Untuk mengetahui apakah distribusi normal atau tidak sering pula dipakai koefisien kurtosis persentil, diberi simbul: κ= SK = rentang semi antar kuartil K3 = kuartik ketiga K1 = kuartil kedua P10 = persentil kesepuluh P90 = persentil ke 90 Untuk distribusi normal, harga κ = 0,263 Untuk contoh di atas telah di dapat m4 = 60,9424, sedangkan m = 15,17 sehingga besarnya koefisien kurtosis a4 = (m4/m ) = 60,9424/229,8256 = 0,265, ini kurang dari 3, jadi kurvanya cenderung aman platikurtik. Contoh: data nilai ujian Fisika dasar dari 80 mahasiswa, akan kita cari koefisien kurtosis persentil besarnya: κ= Dimana K1 dan K3 telah kita hitung; K1 = 81,676 dan K3 = 61,75, adapun datanya telah disusun dalam daftar sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 Nilai Ujian 31 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70 71 – 80 81 – 90 91 – 100 Jumlah Fi 3 5 10 16 24 17 5 80 Dengan menggunakan rumus Pi = b + P dimana P = panjang kelas dapat dihitung P10 dan P90. P10 akan terletak pada data ke , yaitu pada kelas interval ke 2 sehingga b = 40,5, P = 10; F = 3 f = 5 P10 = 40,5 + 10 = 50,5 P90 akan terletak pada data ke , yaitu pada kelas interval keenam, sehingga b = 80,5, P = 10, F = 8, f = 17 P90 = 80,5 + 10 = 81,32 Sumber : Sudjana. (2002). In Metode Statistika. Bandung: Tarsito. 5 MOMENT KEMIRINGAN DAN KURTOSIS A. Momen Misal diketahui variabel X dengan harga X1, X2, X3 . . . . Xn. Jika A sebuah bilangan tetap dan r = 0, 1, 2, 3, di sekitar A disingkat m’r didefinisikan oleh maka momen Dengan = tanda kelas interval dan fi = frekuensi yang sesuai dengan Xi. Dengan menggunakan cara coding, rumusnya: P = Panjang kelas, C = Variabel koding. Dari m’r harga-harga mr dapat ditentukan berdasarkan hubungan: m2 = m2’ – (m1’)2 m3 = m3’ – 3m1’ + m2 + 2(m1’)3 m4 = m4’ – 4m1’ + 6 (m1’) m2 – 3 (m1’) Untuk menghitung momen disekitar rata-rata, untuk data dalam daftar distribusi frekuensi, kita lakukan sebagai berikut: Data 60 – 63 64 – 67 68 – 71 72 – 75 76 – 70 Jumlah TABLE 5.1: Table pembantu untuk mencari m f1 Ci f1Ci f1C12 f1C13 f1C14 5 -2 -10 20 -40 80 18 -1 -18 18 -18 18 42 0 0 0 0 0 27 1 27 37 27 27 8 2 16 42 64 128 100 15 97 35 253 Sehingga dengan menggunakan hubungan di atas: m2 = m2’ – (m1’)2 = 15,52 – 0,36 = 15,16 m3 = m3’ – 3m1’ m2’ + 2(m1’)3 = 5,28 – 3x0,6x15,52 +2x (0,6) = 21,456 m4 = m4’ – 4m1’ m3’ + 6 (m1’)2 (m2’)........... = 40,48 – 4x0,6 x 5,28 + 6 x 0,6 2 x15,52 – 3x0,42 = 60,9424 Jadi Varian S2 = m2 = 15,1 B. Kemiringan Kurva distribusi normal, yang tidak terlalu rucing atau tidak terlalu datar. Dinamakan mesokurtik, kurva yang runcing dinamakan leptokurtik sedangkan yang datar disebut platikurtik. Salah satu ukuran kurtosis ialah koefisien kurtosis, diberi simbol a4, ditentukan dengan rumus a4 = (m4/m) Kriteria yang didapat dari rumus ini ialah: a) a4 = 3 Distribusi normal b) a4 > 3 Distribusi yagn leptokurtik c) a4 < 3 Distribusi yang platikurtik Untuk mengetahui apakah distribusi normal atau tidak sering pula dipakai koefisien kurtosis persentil, diberi simbul: SK = rentang semi antar kuartil K3 = kuartik ketiga K1 = kuartil kedua P10 = persentil kesepuluh P90 = persentil ke 90 Untuk distribusi normal, harga κ = 0,263 Untuk contoh di atas telah di dapat m4 = 60,9424, sedangkan m = 15,17 sehingga besarnya koefisien kurtosis a4 = (m4/m ) = 60,9424/229,8256 = 0,265, ini kurang dari 3, jadi kurvanya cenderung aman platikurtik. .. MOMEN Misalkan diberikan variable x dengan harga-harga: x1, x2, …., xn. Jika A = sebuah bilangan tetap dan r = 0, 1, 2, ……., n, maka momen ke-r sekitar A, disingkat mr, didefinisikan oleh hubungan: (1) …………… Untuk A = 0 didapat momen ke-r sekitar nol atau disingkat momen ke-r: (2) .............................. Dari rumus (2), maka untuk r = 1 didapat rata-rata . Jika A = ke-r sekitar rata-rata, biasa disingkat dengan mr. Jadi didapat: (3) …………………………... kita perolehmomen Untuk r = 2, rumus (3) memberikan varians s2 Untuk membedakan apakah momen itu untuk sampel atau untuk populasi, maka dipakai simbul: mr dan mr’ untuk momen sampel dan µr dan µr’ untuk momen populasi. Jadi, mr dan mr’ adalah statistik sedangkan µr dan µr’ merupakan parameter. Jika data telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi, maka rumus-rumus di atas berturut-turut berbentuk: (4) ……………………….. (5) ……………………….. (6) ……………………….. dengan n = ∑fi, xi = tanda kelas interval dan fi = frekuensi yang sesuai dengan xi. Dengan menggunakan cara sandi, rumus 4 menjadi: (7) ……………………… Dengan, p = panjang kelas interval, ci = variabel sandi Dari mr’, harga-harga mr untuk beberapa harga r, dapat ditentukan berdasarkan hubungan: m2 = m2’ – (m1’)2 m3= m3’ – 3m1’m2’ + 2(m1’)3 m4= m4’ - 4 m1’m3’ + 6(m1’)2 m2’ - 3(m1’)4 contoh untung menghitung 4 buah momen sekitar rata-rata untk data dalam daftar distribusi frekuensi sbb: 2. kemiringan Kemencengan atau kecondongan (skewness) adalah tingkat ketidaksimetrisan atau kejauhan simetri dari sebuah distribusi. Sebuah distribusi yang tidak simetris akan memiliki rata-rata, median, dan modus yang tidak sama besarnya sehingga distribusi akan terkonsentrasi pada salah satu sisi dan kurvanya akan menceng. Jika distribusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kanan daripada yang ke kiri maka distribusi disebut menceng ke kanan atau memiliki kemencengan positif. Sebaliknya, jika distribusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kiri daripada yang ke kanan maka distribusi disebut menceng ke kiri atau memiliki kemencengan negatif. Berikut ini gambar kurva dari distribusi yang menceng ke kanan (menceng positif) dan menceng ke kiri (menceng negatif). Untuk mengetahui bahwa konsentrasi distribusi menceng ke kanan atau menceng ke kiri, dapat digunakan metode-metode berikut : 1. Koefisien Kemencengan Pearson Koefisien Kemencengan Pearson merupakan nilai selisih rata-rata dengan modus dibagi simpangan baku. Koefisien Kemencengan Pearson dirumuskan sebagai berikut: Keterangan : Sk = koefisien kemencengan pearson Aoabila secar empiris didapatkan hubungan antarnilai pusat sebagai: Maka rumus kemenccengan diatas dapat dirubah menjadi: Jika nilai sk dihubungkan dengan keadaan kurva maka: 1) Sk =0 kurva memiliki bentuk simetris 2) Sk>0 Nilai-nilai terkonsentrasi pada sisi sebelah kanan ( terletak di sebelah kanan Mo), sehingga kurva memiliki ekor memanjang ke kanan, kurva menceng ke kanan atau menceng positif; 3) sk< 0 Nilai-nilai terkonsentrasi pada sisi sebelah kiri ( terletak di sebelah kiri Mo), sehingga kurva memiliki ekor memanjang ke kiri, kurva menceng ke kiri atau menceng negatif. Contoh soal : Berikut ini adalah data nilai ujian statistik dari 40 mahasiswa sebuah universitas. Nilai Ujian Statistika pada Semester 2, 2010 a) Tentukan nilai sk dan ujilah arah kemencengannya (gunakan kedua rumus tersebut) ! b) Gambarlah kurvanya ! Penyelesaian: Oleh karena nilai sk-nya negatif (-0,46) maka kurvanya menceng ke kiri atau menceng negatif. b. Gambar kurvanya : 2. Koefisien Kemencengan Bowley Koefisien kemencengan Bowley berdasarkan pada hubungan kuartil-kuartil (Q1, Q2 dan Q3) dari sebuah distribusi. Koefisien kemencengan Bowley dirumuskan : Koefisien kemencengan Bowley sering juga disebut Kuartil Koefisien Kemencengan.Apabila nilai skB dihubungkan dengan keadaan kurva, didapatkan : 1) Jika Q3 – Q2 > Q2 – Q1 maka distribusi akan menceng ke kanan atau menceng secara positif. 2) Jika Q3 – Q2 < Q2 – Q1 maka distribusi akan menceng ke kiri atau menceng secara negatif. 3) skB positif, berarti distribusi mencengke kanan. 4) skB negatif, nerarti distribusi menceng ke kiri. 5) skB = ± 0,10 menggambarkan distribusi yang menceng tidak berarti dan skB> 0,30 menggambarkan kurva yang menceng berarti. Contoh soal : Tentukan kemencengan kurva dari distribusi frekuensi berikut : Nilai Ujian Matematika Dasar I dari 111 mahasiswa, 1997 Penyelesaian : Kelas Q1 = kelas ke -3 Karena skB negatif (=−0,06) maka kurva menceng ke kiri dengan kemencengan yang berarti. 3. Koefisien Kemencengan Persentil Koefisien Kemencengan Persentil didasarkan atas hubungan antar persentil (P90,P50 dan P10) dari sebuah distribusi. Koefisien Kemencengan Persentil dirumuskan :\ Keterangan : skP = koefisien kemecengan persentil , P = persentil 4. Keofisien Kemencengan Momen Koefisien Kemencengan Momen didasarkan pada perbandingan momen ke-3 dengan pangkat tiga simpang baku. Koefisien menencengan momen dilambangkan dengan α3. Koefisien kemencengan momen disebut juga kemencengan relatif. Apabila nilai α3dihubungkan dengan keadaan kurva, didapatkan : 1) Untuk distribusi simetris (normal), nilai α3= 0, 2) Untuk distribusi menceng ke kanan, nilai α3 = positif, 3) Untuk distribusi menceng ke kiri, nilai α3= negatif, 4) Menurut Karl Pearson, distribusi yang memiliki nilai α3> ±0,50 adalah distribusi yang sangat menceng 5) Menurut Kenney dan Keeping, nilai α3 bervariasi antara ± 2 bagi distribusi yang menceng. Untuk mencari nilai α3, dibedakan antara data tunggal dan data berkelompok. a. Untuk data tunggal Koefisien Kemencengan Momen untuk data tunggal dirumuskan : α3 = koefisien kemencengan momen b. Untuk data berkelompok Koefisien kemencengan momen untuk data berkelompok dirumuskan : 5. KERUNCINGAN ATAU KURTOSIS Keruncingan atau kurrtosis adalah tingkat kepuncakan dari sebuah distribusi yang biasanya diambil secararelatif terhadap suatu distribusi normal. Berdasarkan keruncingannya, kurva distribusi dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu sebagai berikut : 1) Leptokurtik Merupakan distribusi yang memiliki puncak relatif tinggi. 2) Platikurtik Merupakan distribusi yang memiliki puncak hampir mendatar 3) Mesokurtik Merupakan distribusi yang memiliki puncak tidak tinggi dan tidak mendatar Bila distribusi merupakan distribusi simetris maka distribusi mesokurtik ianggap sebagai distribusi normal. Untuk mengetahui keruncingan suatu distribusi, ukuran yang sering digunakan adalah koefisien kurtosis persentil. 1. Koefisien keruncingan Koefisien keruncingan atau koefisien kurtosis dilambangkan dengan a4 (alpha 4). Jika hasil perhitungan koefisien keruncingan diperoleh : 1) Nilai lebih kecil dari 3, maka distribusinya adalah distribusi pletikurtik 2) Nilai lebih besar dari 3, maka distibusinya adalah distribusi leptokurtik 3) Nilai yang sama dengan 3, maka distribusinya adalah distribusi mesokurtik Untuk mencari nilai koefisien keruncingan, dibedakan antara data tunggal dan data kelompok. a. Untuk data tunggal Tentukan keruncingan kurva dari data 2, 3, 6, 8, 11 ! Penyelesaian : Karena nilainya 1,08 (lebih kecil dari 3) maka distribusinya adalah distribusi platikurtik. b. Untuk data kelompok 2. Koefisien Kurtosis Persentil Koefisien Kurtosis Persentil dilambangkan dengan K (kappa). Untuk distribusi normal, nilai K = 0,263. Koefisien Kurtosis Persentil, dirumuskan : Contoh soal : Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi dari tinggi 100 mahasiswa universitas XYZ. a. Tentukan koefisien kurtosis persentil (K) ! b. Apakah distribusinya termasuk distribusi normal ! Tinggi Mahasiswa Universitas XYZ Daftar Pustaka Irianto, Agus. 2008. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana. Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara