BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia untuk senantiasa hidup yang berasal dari hewan, tumbuhan, mineral, maupun dari zat-zat kimia sintetik. Pada umumnya makanan dan minuman tersebut, diproduksi oleh industri secara besar-besaran dan biasanya memakan waktu yang cukup lama dalam produksi, penyimpanan, distribusi dan akhirnya sampai ke tangan konsumen. Jadi kemungkinan dapat terjadi pertumbuhan mikroba di dalamnya. Adanya mikroba di dalam makanan dan minuman tidak dikehendaki karena akan menyebabkan perubahan organoleptis sediaan, apalagi makanan dan minuman yang akan masuk dalam tubuh. Baik mikroba patogen maupun non patogen bila terdapat dalam jumlah yang banyak, sangat berbahaya. Demikian pula dengan makanan atau minuman yang berasal dari bahan alam, kemungkinan pencemarannya ditimbulkan pada waktu pengolahan melalui tangan, atau peralatan yang kurang bersih, atau melalui bahan mentah. Oleh karena itu kualitas mikrobiologis dari makanan dan minuman merupakan suatu masalah yang penting dan sangat perlu diperhatikan Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah suatu percobaan Uji Mikrobiologis Makanan dan Minuman, untuk menguji secara kualitatif maupun kuantitatif mikroba yang terdapat pada makanan dan minuman. I.2 Maksud dan Tujuan Praktikum 1.2.1 Maksud Praktikum Mengetahui dan memahami cara-cara penentuan tingkat pencemaran makanan dan minuman secara mikrobiologis. 1.2.2 Tujuan Praktikum Menentukan tingkat cemaran mikroba dari makanan jalangkote dan minuman sirup ABC. I.3 Prinsip Praktikum • Uji ALT Bakteri Penentuan ALT bakteri berdasarkan perhitungan jumlah koloni yang tumbuh dengan tingkat pencemaran tertentu setelah makanan dan minuman diinokulasikan pada medium NA dan diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 1 x 24 jam. a. Uji Bakteri Escherichia coli Penentuan pertumbuhan bakteri Escherichia coli setelah makanan dan minuman diinokulasikan pada medium LB, berdasarkan adanya reaksi fermentasi dan pembentukan gugus di dalam tabung Durham setelah inkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37ºC dan terbentuknya warna hijau metalik pada medium EMBA. b. Uji Bakteri Salmonella thyposa Penentuan pertumbuhan bakteri Salmonella thyposa setelah makanan dan minuman diinokulasikan pada medium SCB, berdasarkan adanya kekeruhan pada medium setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37ºC dan terbentuknya koloni hitam zona kuning pada medium SSA setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37ºC. c. Uji Bakteri Staphylococcus aureus Penentuan pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus setelah makanan dan minuman diinokulasikan pada medium PW, berdasarkan adanya kekeruhan pada tabung setelah di inkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37ºC dan terbentuknya koloni hitam zona kuning pada medium VJA setelah di inkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37ºC. • Uji ALT Kapang Penentuan ALT kapang berdasarkan perhitungan jumlah koloni yang tumbuh dengan tingkat pencemaran tertentu setelah makanan dan minuman diinokulasikan pada medium PDA dan diinkubasikan pada suhu kamar selama 3 x 24 jam. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Umum Makanan manusia berasal dari dua sumber yaitu tanaman dan hewan. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila pada sediaan makanan dan minuman sejak dari bahan baku sampai menjadi bahan makanan dan minuman tidak akan bebas dari pengaruh adanya mikroba (1). Kondisi mikrobiologis dari makanan dan minuman menentukan keamanan dan daya tahan makanan dan minuman yang bersangkutan. Beberapa bakteri yamng mampu menimbulkan keracunan makanan dan minuman, tetapi jumlah mikroba yang mampu menimbulkan keracunan bergantung pada kepekaan indivisu dan virulensi bakteri tersebut serta kombinai makanan dan minuman itu sendiri (1). Pengujian mikrobiologis pada sediaan-sediaan farmasi terdiri dari uji angka lempeng total dan uji adanya bakteri serta jamur. Metode yang diguanakn untuk menghitung jumlah bakteri atau jamur dalam suatu sample digunakan dua metode yaitu secara langsung dan tidak langsung. Metode langsung menggunakan hemositometer atau colony counter. Metode tak langsung menggunakan metode hitungan cawan, metode turbidimetri, dan metode Most Probable Number (2). Metode hitungan cawan menggunakan sel jasad renik yang masih hidup yang ditumbuhkan pada medium agar sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitive untuk menentukan jumlah jasad renik, karena beberapa hal yaitu : 1. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung 2. Beberapa jasad renik dapat dhitung sekaligus 3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi jasad renik karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari suatu jasad renik yang mempunyai penampakan spesifik. Beberapa metode cawan, metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungan berdasarkan jumlah tabung yang positif setelah diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu (3). Escherichia coli adalah penghuni normal saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Biasanya tidak patogenik. Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktose dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35°C. Kelompok koliform mempunyai beberapa ciri yang juga dimiliki oleh anggota-anggota genus Salmonella dan Shigella, yaitu dua genera yang mempunyai species-species enteric patogenik. Namun, ada perbedaan biokimiawi utama yang nyata yaitu bahwa koliform dapat memfermentasi laktose dengan menghasilkan asam dan gas sedangkan Salmonella dan Shigella tidak memfermentasi laktose (4). 2. II.2 Uraian Bahan 1. Air suling (5) Nama resmi : Aqua destillata Nama lain : Aquades, air suling Rumus molekul/BM : H2O/18,02 Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak mengandung bahan kimia yang dapat membahayakan tubuh Kegunaan : Sebagai pelarut Alkohol (5) Nama resmi : Aethanolum Nama lain : Etanol, alkohol Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap Kelarutan : Sangat mudah larut dalam kloroform p dan dalam eter p Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : Sebagai Antiseptik air, dalam - Uraian sampel uji 1. Sirup ABC Sirsak Komposisi : Gula pasir, air, aroma, asam sitrat, pewarna, Karmoisin, biru berlian Isi : 650 ml No. Registrasi : MD 149410100017 Produksi : PT SUBA INDAH Tbk Bogor 16952 – Indonesia II.3 Uraian Mikroba II.3.1 Klasifikasi Mikroba 1. Escherichia coli (2) Kingdom : Protista Divisio : Protophyta Classis : Schizomycetes Ordo : Enterobacteriales Familia : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia Spesies : Escherichia coli 2. Staphylococcus aureus (2) Kingdom : Protista Divisio : Protophyta Classis : Schizomycetes Ordo : Enterobacteriales Familia : Micrococcaceae Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus 3. Salmonella thyposa (2) Kingdom : Protista Divisio : Protophyta Classis : Schizomycetes Ordo : Enterobacteriales Familia : Enterobacteriaceae Genus : Salmonella Spesies : Salmonella thyposa II.3.2 Morfologi Mikroba a. Escherichia coli (4) Batang lurus, 1,1 – 1,5 μm x 2,0 – 6,0 µm, motil dengan flagelum peritritikus atau non motil. Gram negatif. Tumbuh dengan mudah pada medium nutrien sederhana. Laktose difermentasi oleh sebagian besar galur dengan produksi asam dan gas. Koloninya utamanya pada nutrien gelatin, buram tidak tembus cahaya sampai sebagian translusent, smooth dan seragam konsistensinya. Jika ditumbuhkan pada medium Eosin Metilen Biru Agar, koloninya tampak seperti logam kemilau. b. Salmonella thyposa (4) Batang, biasanya motil dengan flagelum peritrikus, catalse positif. Kebanyakan galur akan tumbuh pada medium sintesis tanpa faktor tumbuh khusus, dan dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Fakultatif anaerob. c. Staphylococcus aureus (4) Sel-sel berbentuk bola, berdiameter 0,5 sampai 1,5 µm terdapat tunggal dan berpasangan, dan secara khas membelah diri pada lebih dari satu bidang sehingga membentuk gerombol yang tidak teratur. Non motil. Tidak diketahui adanya stadium istirahat. Gram positif. Dinding sel mengandung dua komponen utama : peptidoglikan serta asam tekoat yang berkaitan dengannya. Kemoorganotrof. Metabolisme dengan respirasi dan fermentatif. Anaerob fakultatif, tumbuh lebih cepat dan lebih banyak dalam keadaan aerobik. Suhu optimum 35 – 400C. Terutama berasosiasi dengan kulit, dan selaput lendir hewan berdarah panas. Pertumbuhan pada medium agar abundant, dan koloninya buram dan tidak tembus cahaya, smooth, dan berkilauan dalam penampakannya. Beberapa staphylococcus bentuk lipochrome pigmen yang memberikan koloni kuning emas atau kuning lemon dimana yang lainnya tidak dan putih. BAB III METODE KERJA III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat yang digunakan - Botol pengenceran - Cawan petri - Erlenmeyer - Gelas ukur - Hand sprayer - Inkubator - Lampu spiritus - Ose bulat - Otoklaf - Rak tabung - Sendok tanduk - Spoit 1 ml, 5 ml - Tabung Durham - Tabung reaksi - Timbangan O’hauss III.1.2 Bahan-bahan yang digunakan - Alkohol 70 % - Aluminium foil - Aquadest steril - Biakan Salmonella thyposa - Biakan Staphylococcus aureus - Jalangkote - Kapas - Medium LB (Lactose Broth) - Medium NA (Nutrien Agar) - Medium PDA (Potato Dextrosa Agar) - Medium PW (Pepton water) - Medium SCB (Selenite Cystein Agar) - Medium SSA (Salmonella Shigella Agar) - Medium VJA (Vogel Johnson Agar) - Sirup ABC Sirsak - Tissue rol III.2 Cara Kerja 1. Penyiapan sampel a. Jalangkote - Disiapkan botol pengenceran yang telah berisi 9 ml aquadest steril - Ditimbang 1 g jalangkote kemudian digerus sampai halus pada lumpang - Sampel yang telah digerus dimasukkan ke dalam botol pengenceran, dikocok hingga homogen (pengenceran 10-1) - Dari pengenceran 10-1, diambil 1 ml dengan spoit dan dimasukkan ke dalam botol pengenceran , dikocok hingga homogen (pengenceran 10-2) - Dari pengenceran 10-2, diambil 1 ml dengan spoit dan dimasukkan ke dalam botol pengenceran , dikocok hingga homogen (pengenceran 10-3) - Dilakukan hal yang sama untuk pengenceran 10-4, 10-5, dan 10-6 b. Sirup ABC Sirsak - Disiapkan botol pengenceran yang telah berisi 9 ml aquadest steril - Diambil 1 ml sirup ABC Sirsak dan dimasukkan ke dalam botol pengenceran, dikocok hingga homogen (pengenceran 10-1) - Dari pengenceran 10-1, diambil 1 ml dengan spoit dan dimasukkan ke dalam botol pengenceran , dikocok hingga homogen (pengenceran 10-2) - Dari pengenceran 10-2, diambil 1 ml dengan spoit dan dimasukkan ke dalam botol pengenceran, dikocok hingga homogen (pengenceran 10-3) - Dilakukan hal yang sama untuk pengenceran 10-4 2. Uji ALT bakteri - Diambil 3 pengenceran terakhir dari makanan jalangkote yaitu pengenceran 10-4, 10-5, dan 10-6 dipipet sebanyak 1 ml lalu dimasukkan dalam cawan petri steril. - Ditambahkan medium NA hingga seluruh dasar cawan tertutupi, dihomogenkan dengan cara diputar 7 kali ke kiri dan 7 kali ke kanan, dibiarkan memadat - Diinkubasikan selama 1 x 24 jam pada suhu 37o C - Dihitung jumlah koloni bakteri yang ada. - Dilakukan hal yang sama untuk sampel sirup ABC Sirsak pada pengenceran 10-2, 10-3, dan 10-4. 3. Uji ALT kapang - Diambil 3 pengenceran terakhir dari makanan jalangkote yaitu pengenceran 10-4, 10-5, dan 10-6, dipipet dimasukkan dalam cawan petri steril. sebanyak 1 ml lalu - Ditambahkan medium PDA hingga seluruh dasar cawan tertutupi, dihomogenkan dan dibiarkan memadat - Diinkubasikan selama 3 x 24 jam pada suhu kamar. - Dihitung jumlah koloni kapang yang ada - Dilakukan hal yang sama untuk sampel sirup ABC Sirsak pada pengenceran 10-2, 10-3, dan 10-4. 4. Uji bakteri Salmonella Thyposa - Disiapkan satu tabung reaksi yang berisi medium PW pengenceran Diambil 1 ml sampel dari 10-1 dan dimasukkan dalam tabung reaksi dan dihomogenkan. - Diinkubasikan pada suhu 37o C selama 1 x 24 jam - Dilakukan hal yang sama untuk sampel sirup ABC Sirsak pada pengenceran 10-2 - Dilakukan uji lanjutan untuk sampel makanan jalangkote karena hasilnya positif , diambil 1 ose sampel lalu digoreskan pada medium SSA secara aseptis dan diinkubasikan pada suhu 37°C selama 1 x 24 jam - Diamati terbentuknya koloni hitam zona kuning pada medium SSA 5. Uji Staphylococcus aureus - Disiapkan satu tabung reaksi yang berisi medium SCB - Diambil 1 ml sampel dari pengnenceran 10-1 dan dimasukkan dalam tabung reaksi dan dihomogenkan. - Diinkubasikan pada suhu 37o C selama 1 x 24 jam - Dilakukan hal yang sama untuk sampel sirup ABC Sirsak pada pengenceran 10-2 - Dilakukan uji lanjutan untuk sampel makanan jalangkote karena hasilnya positif , diambil 1 ose sampel lalu digoreskan pada medium VJA secara aseptis dan diinkubasikan pada suhu 37°C selama 1 x 24 jam - Diamati terbentuknya koloni hitam zona kuning pada medium VJA 6. Uji MPN - Disiapkan 9 tabung reaksi yang berisi tabung Durham dan medium LB - Diambil sebanyak 1 ml dari setiap sampel 3 pengenceran terakhir dari makanan jalangkote yaitu pengenceran 10-4, 10-5, dan 10-6 dan dimasukkan dalam tabung reaksi tadi, dimana tiap pengenceran terdiri dari tiga seri tabung - Diinkubasikan pada suhu 37o C selama 1 x 24 jam - Dilakukan hal yang sama untuk sampel sirup ABC Sirsak pada pengenceran 10-2, 10-3, dan 10-4. BAB IV HASIL PENGAMATAN IV.1 Data Hasil Pengamatan 1. Angka Lempeng Total (ALT) bakteri No 1. 2. Sampel makanan dan minuman Jalangkote Sirup ABC Sirsak 2. 10-4 10-5 10-6 85 - 42 - 3 - Angka Lempeng Total (ALT) kapang No 1. 2. Sampel Makanan dan minuman Jalangkote Sirup ABC Sirsak 3. 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 # 2 # 0 0 0 1 # 6 # Uji kualitatif Makanan dan minuman Jalangkote Sirup ABC Sirsak E. coli LB EMBA - Keterangan : - : Hasilnya negatif # : Tidak dilakukan S. thyposa SCB SSA + + - S. aureus PW VJA + + - LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN IV.2 Gambar Hasil Pengamatan LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN Keterangan : 1.Tutup tabung 2. Medium PW 10-4 Sampel 3. Medium SCB 3.Tabung durham 4. Cawan petri : Jalangkote Mikroba uji : Salmonella hyposa dan Staphylococcus 10-5 aureus 10-6 Sampel 5. Medium SSA 6. Koloni : Jalangkote Mikroba uji : LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN Keterangan : 1.Tutup tabung 2. Medium PW 3. Medium SCB 10-2 3.Tabung durham Sampel : Sirup ABC Sirsak Mikroba uji : 10-3 10-4 Sampel : Sirup ABC Sirsak Mikroba uji : - LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI Keterangan : UNIVERSITAS HASANUDDIN 1.Cawan petri 2.Medium NA 3.Koloni bakteri 10-4 10-5 Sampel 10-6 : Jalangkote Mikroba uji : - LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI Keterangan : UNIVERSITAS HASANUDDIN 1.Cawan petri 2.Medium NA 10-2 10-3 10-4 Sampel : Sirup ABC Sirsak Mikroba uji : - Keterangan : 1.Cawan petri 2.Medium PDA 3.Koloni Keterangan : 1.Cawan petri 2.Medium PDA 3.Koloni LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN 10-4 10-5 10-6 Keterangan : 1.Tutup tabung 10-4 10-5 10-6 2.Tabung reaksi 3. Medium LB 4. Tabung Durham 10-4 10-5 10-6 Sampel: Jalangkote Mikroba uji : - LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN 10-2 10-3 10-4 Keterangan : 1.Tutup tabung 10-2 10-3 10-4 2.Tabung reaksi 3. Medium LB 10-2 10-3 10-4 Sampel : Sirup ABC Sisak Mikroba uji : - 4. Tabung Durham IV.3 Perhitungan • Perhitungan Angka Lempeng Total (ALT) 1. ALT Bakteri - Jalangkote 42 X 105 ALT = = 4,94 > 2 4 85 X 10 Karena nilainya > 2 maka diambil pengenceran terendah Nilai ALT = 8,5 X 105 sel/ml 2. ALT Kapang - Jalangkote ALT = 0 sel / ml Karena semua data < 40, maka diambil pengenceran terendah yaitu 10-4. Dimana pada pengenceran terendah nilainya 0, berarti sampel makanan jalangkote tidak ditumbuhi oleh kapang. - Sirup ABC Sirsak ALT = 1,0 x 102 sel/ml Karena semua data < 40, maka diambil pengenceran terendah yaitu 10-2. BAB V PEMBAHASAN Uji mikrobiologis adalah salah satu pengujian yang menggunakan perubahan sifat mikroba terhadap lingkungan sebagai tolak ukurnya. Pengujian ini dilakukan karena pada umumnya makanan dan minuman dibuat oleh industri secara besar-besaran. Sediaan ini memakan waktu yang cukup lama baik dalam peyimpanan maupu dalam peredarannya. Sehingga dengan demikian akan dapat memberikan kemungkinan timbulnya beberapa mikroba tertentu didalamnya. Uji mikrobiologis terbagi menjadi 2, yaitu uji kualitatif dan uji kuantitatif. Uji kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui jenis mikro organisme yang ada di dalam sediaan tersebut, sedangkan uji kuantitatif dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah mikro organisme yang terdapat dalam sediaan tersebut. Pada penyiapan sampel kita melakukan pengenceran. ini dilakukan untuk menginaktifkan pengawet yang ada di dalam sediaan tersebut.karena dikhawatirkan aka mempengaruhi pengujian, sehingga data yang didapat tidak akurat. Pada uji kuantitatif, kita juga melakukan pengenceran. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah populasi dari mikroorganisme. Karena tanpa dilakukannya pengenceran maka akan menyulitkan dalam penghitungan jumlah mikroorganisme. Pada percobaan ini diperoleh data pada uji kuantitatif untuk pengujian bakteri yaitu jumlah koloni bakteri yang terdapat dalam makanan jalangkote pada pengenceran 10-4 adalah 85, pengenceran pada 10-5 adalah 42, dan pada pengenceran 10-6 adalah 3. Sedangkan untuk minuman yaitu sirup ABC Sirsak tidak ada koloni bakteri yang diperoleh baik itu pada pengenceran 10-2 , pengenceran 10-3, dan pengenceran 10-4. Sedangkan untuk pengujian jumlah kapang, pada makanan jalangkote tidak terdapat kapang pada pengenceran 10-4 , 1 kapang pada pengenceran 10-5, dan 6 kapang pada pengenceran 10-6. Dan untuk minuman sirup ABC Sirsak terdapat 2 kapang pada pengenceran 10-2, dan tidak ditumbuhi kapang baik pada pengenceran 10-3, dan 10-4. Pada uji kualitatif, diperoleh data bahwa pada makanan jalangkote pada pengenceran 10-1 menunjukkan tanda yang positif pada medium PW yaitu terjadi kekeruhan warna oleh karena itu dilakukan uji lanjutan pada medium VJA dengan cara menggoreskan biakan bakteri murni Staphylococcus aureus pada cawan petri dan ternyata hasilnya positif yang ditunjukkan dengan terbentuknya koloni hitam zona kuning. Dan pada medium SCB untuk menunjukkan ada tidaknya bakteri Salmonella thyposa atau tidak, ditambahkan hasil pengenceran 10-1 dari jalangkote yang hasilnya positif karena terjadi kekeruhan warna pada medium oleh karena itu dilakukan juga uji lanjutan pada medium SSA dengan cara menggoreskan biakan bakteri murni Salmonella thyposa pada cawan petri dan ternyata hasilnya juga positif yang ditunjukkan dengan terbentuknya koloni hijau. Sedangkan untuk minuman sirup ABC Sirsak hasilnya negatif oleh karena itu tidak dilakukan uji lanjutan. Mekanisme terjadinya perubahan warna, kekeruhan atau gas yang timbul pada medium setelah diinkubasikan pada waktu tertentu, yaitu : a. Pada medium Pepton Water (PW), medium ini kaya akan nutrien dan menghasilkan kecepatan pertumbuhan yang tinggi untuk bakteri subletal yang merugikan sehingga memungkinkan bakteri untuk tumbuh. Sistem buffer fosfat dalam medium ini mencegah bakteri mati karena terjadinya perubahan pH medium. Medium yang diperkaya ini akan memberikan pertumbuhan yang cepat dari bakteri enterobacteriaceae patogen. Jika uji pada medium PW positif maka uji dilanjutkan dengan menggunakan medium Vogel Johnson Agar (VJA). b. Pada medium Vogel Johnson Agar (VJA) pertumbuhan koloni terlihat sebagai koloni hitam zona kuning. Terbentuknya koloni hitam karena Staphylococcus mereduksi kalium telurit menjadi metalik telurik. Mannitol juga bertindak sebagai reaktan pembeda yang akan terurai menjadi asam oleh kebanyakan spesies staphylococcus, reaksi ini diindikasikan oleh fenol merah menjadi kuning yang nampak sebagai zona kuning. c. Pada medium Selenit Cystein Broth (SCB), kandungan selenitnya yang menghambat pertumbuhan bakteri koliform dan enterococcus pada inkubasi awal 6 – 12 jam, sehingga hanya bakteri Salmonella, Shigella, Proteus dan Pseudomonas yang dapat tumbuh. d. Pada medium Salmonella Shigella Agar (SSA), mikroba melakukan reduksi tiosulfat menjadi sulfat sehingga terlihat sebagai koloni hitam juga degradasi laktosa menjadi asam yang diindikasikan oleh merah netral yang berubah menjadi kuning. Pada medium SSA, pertumbuhan bakteri gram positif dihambat terutama bakteri enterobacteriaceae, lebih lanjut koloninya dapat dibedakan dari perbedaan warna yang dihasilkan dengan adanya indikator merah netral dan anilin biru. Positif untuk Salmonella thyposa, bila terlihat koloni kecil, kuning, pada inkubasi lebih lanjut noda hitam kadang-kadang muncul pada koloni kuning dan warna medium menjadi kuning. BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Berdasarkan uji yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Makanan jalangkote tidak memenuhi syarat 2. Minuman sirup ABC Sirsak memenuhi syarat VI.2 Saran - DAFTAR PUSTAKA 1. Djidje, M.N., Sartini., (2003), “Instrumentasi Mikrobiologi Farmasi”, Laboratorium Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi, F. MIPA, UNHAs, Makassar, 19 2. Djiwoseputro, D., (1964), “Dasar-Dasar Mikrobiologi”, Penerbit Djambatan, Malang, 116 3. Fardiaz, S., (1993), “Mikrobiologi Pangan I”, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 73, 74 4. Pelczar, M.J., Chan, E.C.S., (1988), “Dasar-Dasar Mikrobiologi 2”, UI-Press, Jakarta, 873 5. Ditjen Pom., (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III, Depkes RI, Jakarta, 64, 96 LAMPIRAN A. Komposisi Medium 1. Medium LB (Lactose Broth) Peptone dari gelatin 5,0 Ekstrak daging 3,0 Laktosa 5,0 Air 1000 ml 2. Medium NA (Nutrien Agar) Peptone 5,0 Ekstrak beef 3,0 Agar 15 Aquadest 1000 ml 3. Medium PDA (Potato Dekstrose Agar) Ekstrak kentang 4,0 dari 200 g kentang D-glukosa 20 Agar 15 Pembuatan: Larutkan 39 g/ liter, otoklaf 4. Medium PW (Pepton Water) Pepton dari daging 10 Sodium chlorida 5 Di-sodium hydrogen phosphate 9,0 Potassium dyhidrogen phosphate 1,5 Air 1000 ml Pembuatan: Larutkan 25,5 g/liter 5. Medium SCB (Selenite Cistein Broth) Peptone dari casein 5,0 L-cystine 0,01 Lactose 4,0 Sodium phosphate Sodium hydrogen selenite Air 10,0 4,0 1000 ml Pembuatan: Larutkan 23 g/liter pada suhu kamar jika tidak larut panaskan ≤ 60 ºC, tidak diotoklaf 6. Medium SSA (Salmonella Shigella Agar) Meat extract Lactosa Oxbile kering Na-citrat 5,0 10,0 8,5 10,0 NA thiosulfat 8,5 Amonium Iron (III) citrat 1,0 Brilliant green 0,0003 Neutral red 0,025 Agar 12,0 Air 1000 ml Pembuatan: Larutkan 60 g/liter, tidak diotoklaf 7. Medium VJA (Vogel Johnsen Agar) Pepton dari casein 10,0 Yeast extract 5,0 Dipotassium hydrogen phosphate 5,0 D(-) mannitol Lithium chloride Glycine Phenol red Agar 10,0 5,0 10,0 0,025 13,0 Juga ditambahkan Potassium tellunte 0,2 Pembuatan: Larutkan 58 g/liter dan otoklaf. Pada waktu mau digunakan ditambahkan 0,2 g potassium telluntel / liter dalam bentuk filter. Sterilkan larutan pada temperatur ± 50 ºC. Campur dan tuang dalam cawan.