Qualitative Research: Samiaji Sarosa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta Apa ? Apa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif? Apa yang dimaksud dengan penelitian empiris? Apa yang dimaksud dengan studi kasus? Artikel Illiquidity and stock returns: cross-section and time-series effect An information system in it organisational contexts: a systemic semiotic longitudinal study Meaning in IS development: understanding system requirements and use with actornetwork theory Non-parametric tests of consumer behaviour Salah Kaprah Penelitian Kualitatif vs Kuantitatif bukan berdasarkan ada atau tidak nya alat statistik/ekonometri Definisi Penelitian Kualitatif Investigasi Pemahaman mendalam Menemukan makna Menyelidiki hal-hal yang tidak nampak jelas pada interaksi beberapa faktor Penelitian Empiris Penelitian empiris adalah penelitian melalui pengamatan atau mengalami langsung atau tidak langsung suatu fenomena. Bukti empiris (catatan pengamatan atau pengalaman langsung) dapat dianalisa secara kualitatif atau kuantitatif. Empiris vs Teoritis Studi Kasus Salah satu metodologi penelitian kualitatif (dibahas minggu depan) Perbedaan Kuantitatif Asumsi Fakta adalah realitas yang obyektif Variabel dapat diidentifikasi dan diukur Terlepas dari obyek pengamatan Tujuan Generalisasi hasil Prediktif Penjelasan sebab akibat Proses Dimulai dengan teori dan hipotesis Manipulasi dan pengendalian variabel Menggunakan instrumen pengukuran formal Deduktif Analisa terhadap komponen temuan Mencari konsensus/generalisasi Mereduksi data ke dalam angka Peran Lepas dan imparsial Peneliti Pengungkapan obyektif Kualitatif Realitas merupakan bentukan komunitas sosial Variabel sulit diukur, kompleks, dan saling terkait Termasuk dalam obyek yang diamati Menjelaskan konteks suatu fenomena Interpretatif Memahami perspektif pelaku Diakhiri dengan hipotesis/teori Mengikuti data dan hasil temuan Peneliti sebagai instrumen Induktif Mencari pola dalam temuan Mengungkap kompleksitas fenomena Data numerik/statistik sebagai pelengkap Keterlibatan personal dan parsial Pemahaman empatik Penelitian Kualitatif Experiences (Pengalaman) Understanding (Pemahaman) Behaviours (Perilaku) Politics Sensitive or high risk issues Non-mainstream ideas or behaviours Social and cultural Output Penelitian Kualitatif Teori Baru Deskripsi tentang suatu situasi/perilaku yang belum pernah dijelaskan Naratif tentang suatu pengalaman Cara baru memahami suatu peristiwa/perilaku Ide-ide baru Pemahaman Landasan Filosofis Paradigma penelitian Filosofi penelitian kualitatif ◦ Dominan Konstruktivime/Interpretivisme ◦ ◦ ◦ ◦ ◦ Phenomenology Ethnography Grounded Thoery Feminisme Critical Social Theory Filosofi penelitian kuantitatif ◦ Dominan Positivisme Positivisme Positivism menganggap pengetahuan yang autentik adalah pengetahuan yang telah melalui pengujian dengan metodologi ilmiah. Akar positivism dapat ditelusuri mulai dari masa pencerahan (Enlightement) dengan munculnya metode ilmiah sebagai tradisi penelitian. Untuk bidang bisnis dan sistem informasi di Indonesia, paham inilah yang banyak dianut. Metode ilmiah bahkan sudah mulai diperkenalkan semenjak tingkat SMP. Berbagai metodologi penelitian kuantitatif menampakkan metode ilmiah yang kuat dalam proses penelitian, dimulai dari perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengumpulan data, pengujian hipotesis, sampai dengan kesimpulan. Interpretivisme Interpretivism pada dasarnya menganggap bahwa semua pengetahuan adalah masalah interpretasi, orang yang berbeda akan menginterpretasikan sesuatu secara berbeda pula. Dalam aliran interpretivism terdapat beberapa pendekatan, yaitu symbolic interactionism, phenomenology, dan hemerneutics (Crotty 1998) Validitas/Reliabilitas Pada penelitian kuantitatif, validitas merujuk pada tingkat kemampuan suatu penelitian mendukung kesimpulan yang dikemukakan, sedangkan reliabilitas merujuk pada konsistensi instrumen dalam melakukan pengukuran Validitas/Reliabilitas Mencapai validitas dan reliabilitas seperti halnya dalam penelitian kuantitatif sangat sulit karena bukan obyektivitas yang menjadi tujuannya. Dalam penelitian kualitatif, reliabilitas merujuk pada kualitas penelitian itu sendiri Validitas/Reliabilitas Triangulasi ◦ ◦ ◦ ◦ Data Peneliti Teori Metodologi Review oleh peneliti lain/kolega Mendokumentasikan refleksi pribadi selama penelitian Sampling Kuantitatif menggunakan probability sampling Kualitatif menggunakan purposive sampling ◦ Theoretical sampling ◦ Convenience sampling ◦ Snowball sampling Pengumpulan data Interviews ◦ Individual, in-depth ◦ Focus group discussion Observations (field study) Documents In-depth Interview Individuals Persepsi bukan fakta Unstructured, semi-structured, interactive ◦ Standardised open-ended interview ◦ General interview guide approach ◦ Informal conversational interview Focus Group Discussion Interaksi sosial untuk menggali informasi mengenai suatu topik Sebuah group sebagai unit penelitian Peneliti berperan sebagai moderator diskusi Peneliti memberikan topik dan kemudian peserta mendiskusikan topik tersebut Peneliti merekam dan mencatat diskusi. Analisa Data Pendekatan terstruktur dalam analisa data ◦ Data reduction ◦ Data display ◦ Drawing conclusions Menggunakan pendekatan kreatif Dipengaruhi oleh orientasi dan latar berlakang peneliti. Hasil analisa pada data yang sama oleh dua peneliti bisa berbeda Coding Membuat kode yang merupakan abstraksi data Kode dapat berupa kata, frase, kalimat, paragraf yang digunakan peneliti untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi kelompok data Kode merupakan simbol yang mewakili data sesungguhnya Coding Tahapan Coding: ◦ Open coding : peneliti memberi label untuk sekumpulan teks dari data ◦ Axial coding : menata kode hasil open coding ke dalam berbagai tema/klasifikasi/kategori ◦ Selective coding : peneliti melakukan interpretasi terhadap semua kode yang dihasilkan dalam open coding dan axial coding Hermeneutics Metode untuk memahami dan menginterpretasikan data tekstual. Biasa digunakan dalam studi terhadap naskah kitab suci Tujuan hermeneutics adalah membantu peneliti memahami apa yang dikatakan dan dilakukan oleh manusia lain dan mengapoa hal tersebut terjadi. Hermeneutic Cycle It refers to the idea that one's understanding of the text as a whole is established by reference to the individual parts and one's understanding of each individual part by reference to the whole. Neither the whole text nor any individual part can be understood without reference to one another, and hence, it is a circle Semiotics Ilmu yang mempelajari simbol dan penggunaannya dalam komunikasi. Semiotics menganalisa tanda dan simbol yang digunakan beserta keterkaitan dan artinya. Simbol dapat berupa teks, gambar, artefak, dll. Analisa Data Induksi analitis adalah cara mengembangkan penjelasan apa penyebab terjadinya suatu fenomena dari satu atau lebih kejadian (case). Series of Events (Daftar kejadian) adalah rangkaian kejadian yang disusun secara kronologis. Rangkaian kejadian tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu. Beberapa kejadian dapat saling berhubungan meski terjadi pada kurun waktu yang berbeda. Kejadian dapat dideskripsikan dalam bentuk narasi atau diringkas ke dalam bentuk tabel dan diagram. Analisa Data Critical Incidents adalah pendekatan di mana peneliti dan partisipan mendiskusikan peristiwa atau kejadian yang dianggapnya sangat penting dan berkaitan erat dengan penelitian Content analysis didefinisikan sebagai cara mencari makna materi tertulis atau visual dengan cara alokasi isi sistematis ke kategori terinci yang telah ditentukan sebelumnya dan kemudian menghitung dan menginterpretasikan hasilnya Analisa Data Memo komentar peneliti mengenai apa yang telah terjadi atau apa yang dilakukan peneliti dalam proses penelitian Analisa Data Conversation Analysis, dalam analisis percakapan, penulis melihat penggunaan bahasa oleh seseorang sebagai tindakan. Konsep inti analisis percakapan adalah giliran berbicara (speaking turn). Giliran berbicara merupakan hal universal dalam setiap percakapan Discourse analysis mengamati cara teks disusun dan konteks sosial yang terpendam pada teks itu . Discourse merujuk ke komunikasi timbal balik (misalnya debat atau adu argumen ). Analisa Data Analisis metafora (metaphorical analysis) memungkinkan peneliti mengidentifikasi metafora yang digunakan dalam persepsi, pembicaraan, pemikiran, dan tingkah laku Perancangan Penelitian Kualitatif Proposal penelitian kualitatif tidak kaku. Penelitian kualitatif bersifat iteratif artinya peneliti mungkin harus kembali ke awal dan memodifikasi desain penelitian karena tuntutan di lapangan Temuan di lapangan yang mengarahkan jalannya penelitian bukan sebaliknya. Perancangan Penelitian Kualitatif Proposal sebagai pedoman penelitian bukan buku panduan/check list. Dari data dan hasil analisa mungkin akan muncul hal-hal yang tidak diperkirakan sebelumnya Perlu fleksibilitas untuk mengakomodasi hal tersebut. Metodologi Penelitian Kualitatif Action Research Grounded Theory Ethnography Case Study Action Research Metodologi Action Research didefinisikan sebagai proses demokratis partisipatif yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan praktis dalam mencapai tujuan mulia manusia, berdasarkan cara pandang partisipan (Reason & Bradbury 2008) Action Research Definisi Action Research oleh Shani dan Pasmore (1985) sebagai proses penelitian di mana pengetahuan tentang perilaku diintegrasikan dengan pengetahuan tentang organisasi dan keduanya diimplementasikan untuk menyelesaikan permasalahan nyata pada suatu organisasi. Action Research Dalam Action Research, peneliti berusaha membawa perubahan dalam organisasi, mengembangkan kompetensi internal anggota organisasi untuk menyelesaikan masalah sendiri, dan menyumbangkan pengetahuan ilmiah. Action Research adalah proses yang berevolusi dengan semangat kolaborasi. Jadi Action Research ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan praktis sembari mengembangkan ilmu pengetahuan (Myers 2009). Action Research Dalam Action Research, peneliti tidak hanya melakukan penelitian atas sebuah fenomena tetapi juga melakukan perubahan (menjadi lebih baik) dan mempelajari fenomena dan perubahan tersebut (Baburoglu & Ravn 1992). Action Research memiliki orientasi kolaborasi dan perubahan yang melibatkan peneliti dan subyek penelitiannya. Action Research merupakan proses iteratif di mana peneliti dan subyek belajar dari tindakan mereka dalam rangka perubahan organisasi. Contoh Action Research Activity Based Costing Balance Score Card Oleh Kaplan dkk ABC & BSC Kaplan (1998) mengemukakan empat langkah siklus Action Research yang dilakukannya, yaitu: ◦ Mengamati dan mendokumentasikan praktek inovasi. ◦ Mengajarkan inovasi tersebut ◦ Menulis jurnal dan buku tentang inovasi tersebut ◦ Menerapkan konsep inovatif tersebut dalam organisasi baru Kaplan menyebutnya sebagai Innovation Action Research ABS & BSC Kaplan sebagai peneliti mampu mencapai beberapa hal, yaitu: ◦ Melakukan validasi terhadap konsep inovatif yang dikembangkan berdasarkan konteks suatu organisasi ke organisasi yang lain. ◦ Memberikan peluang untuk mempelajari dan menyempurnakan konsep inovatif ◦ Menciptakan pengetahuan baru berdasarkan implementasi konsep inovatif. Tahapan Action Research Merumuskan konteks dan tujuan sebagai persiapan pra penelitian. Dalam tahapan ini peneliti harus dapat menunjukkan pentingnya penelitian yang akan dilakukan. Peneliti harus mengidentifikasi faktor pendorong internal dan eskternal. Peneliti harus juga mengidentifikasi seberapa sensitif organisasi partisipan terhadap perubahan, bagaimana memperkenalkan perubahan, melaksanakan perubahan, dan mengawal perubahan. Langkah selanjutnya dalam fase pra penelitian adalah menetapkan konsensus kolaborasi antara peneliti dan partisipan. Tahapan Action Research Tahapan Action Research Membangun (Constructing) adalah fase diagnosis masalah. Merencanakan tindakan (Planning Action) adalah fase perencanaan solusi Melaksanakan tindakan (Taking Action) adalah fase implementasi solusi Evaluasi tindakan (Evaluating Action) adalah fase evaluasi untuk menguji apakah solusi yang diimplementasikan cocok dan menyelesaikan masalah. Grounded Theory Glasser and Strauss Glasser vs Strauss Grounded Theory adalah metodologi penelitian kualitatif yang berusaha membangun teori berdasarkan data yang dikumpulkan dan dianalisa (Glaser 1998, p. 89; Glaser & Strauss 1967; Myers 2009; Strauss & Corbin 1990). Grounded Theory didefinisikan sebagai metodologi yang berusaha secara induktif menemukan teori dengan cara peneliti mengembangkan teori dari suatu topik dan secara simultan mendasarkan teori pada data atau observasi empiris (Martin & Turner 1986). Kekuatan utama Grounded Theory adalah pengembangan induktif teori dari data yang tersedia untuk menjelaskan suatu fenomena sosial. Grounded Theory Perbedaan mendasar Grounded Theory dengan metodologi penelitian kualitatif adalah adanya hubungan saling mempengaruhi antara data dan teori yang dibangun oleh peneliti (Myers 1997b). Pengembangan teori mempengaruhi pencarian data (theoretical sampling) dan kemudian hasil analisa data yang terkumpul membentuk teori yang dibangun. Proses tersebut terus berlangsung sampai peneliti mencapai kejenuhan teoritis (Theoretical Saturation) di mana data baru dan hasil analisanya tidak lagi memberikan kontribusi yang signifikan terhadap teori yang dibangun atau semua hal sudah dapat dijelaskan dengan data (Corbin & Strauss 2008; Glaser 1998; Glaser & Strauss 1967) Grounded Theory Prinsip Grounded Theory adalah (Dey 1999): Tujuan dari Grounded Theory adalah menemukan atau merumuskan teori. Peneliti mengabaikan teori yang dikuasainya dan membiarkan teori substantif muncul dari data Teori berfokus pada bagaimana para individu berinteraksi sehubungan dengan fenomena yang dipelajari Teori menyatakan adanya hubungan antar konsep Teori diturunkan dari wawancara, pengamatan, dan telaah dokumen. Analisa data dilakukan secara sistematis dan dimulai segera setelah ada data yang terkumpul. Analisa data dilakukan dengan mengindentifikasi berbagai kategori dan menghubungkannya. Pengumpulan data selanjutnya dilakukan berdasarkan hasil analisa data terdahulu. Konsep dikembangkan dengan cara selalu membandingkan konsep dengan data yang terkumpul (Constant Comparison). Pengumpulan data dapat dihentikan ketika tidak ada konsep baru yang muncul. Analisa data berlangsung dari open coding ke axial coding dan kemudian berkembang ke teori. Teori yang dihasilkan dapat berupa narasi atau preposisi. Proses Analisa Data Grounded Theory Pengumpulan data Analisa Data dengan OPEN CODING Melakukan “Constant Comparison” yaitu peneliti selalu membandingkan data yang diperoleh untuk mencari pola kesamaan maupun perbedaan. Kode diabstraksikan menjadi Kategori Setelah Open Coding dilanjutkan dengan Selective Coding Proses Analisa Data Grounded Theory Selective Coding (Glaser 1992, 1998; Glaser & Strauss 1967). Aktivitas utama di tahapan ini adalah membangun suatu konsep yang dapat menjelaskan interaksi antara berbagai kategori (kode) yang ada Strauss dan Corbin (Corbin & Strauss 2008; Strauss & Corbin 1990) menyarankan adanya langkah Axial Coding setelah Open Coding tetapi sebelum Selective Coding. Axial Coding adalah sekumpulan prosedur di mana data ditata ulang dengan cara baru setelah Open Coding dengan cara saling menghubungkan kategori yang ada Proses Analisa Data Grounded Theory Tahapan ketiga adalah pembentukan teori atau Theoretical Coding (Glaser & Strauss 1967). Tujuan utama tahapan ini adalah membuat pernyataan yang sifatnya menyimpulkan atau prediktif (bisa dalam bentuk hipothesis) atas suatu fenomena. Peneliti secara eksplisit menyatakan hubungan sebab akibat (kausal) atau korelasi antar kategori/konsep. Teori yang muncul kemudian dibandingkan dengan data dan teori yang relevan. Proses Analisa Data Grounded Theory Proses Coding dilakukan terus menerus sampai tercapai Theoretical Saturation (Bohm 2004; Corbin & Strauss 2008; Glaser 1992, 1998; Glaser & Strauss 1967; Myers 2009; Strauss & Corbin 1990; Strauss 1987). Kejenuhan teoritis adalah kondisi di mana semua hubungan antar kategori/konsep telah dapat dijelaskan secara memuaskan atau tambahan data yang masuk tidak memberikan lagi kontribusi bagi pengembangan teori. Etnografi Etnografi adalah metodologi penelitian yang sifatnya paling mendalam dibandingkan dengan Action Research, Grounded Theory, maupun Case Study. Disebut mendalam karena peneliti dapat menghabiskan waktu yang sangat lama untuk mengamati para partisipan dalam perilaku, perbuatan, dan perkataan. Etnografi memungkinkan peneliti mengamati dan bahkan terlibat dari dekat ke dalam fenomena yang diamati. Peneliti dapat memperoleh pemahaman konteks di mana partisipan beraktivit Spradley (1980) memberikan penilaian atas Etnografi sebagai cara untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan para partisipan dan menunjukkan makna budaya yang dianut oleh para partisipan. Etnografi Etnografi didefinisikan sebagai metodologi penelitian yang menggunakan pengamatan dan partisipasi peneliti di dalam suatu kelompok tertentu (Neyland 2008). Partisipasi dan pengamatan digunakan untuk mengetahui bagaimana suatu kelompok bekerja dan beraktivitas, apa artinya menjadi anggota suatu kelompok, dan bagaimana perubahan mempengaruhi kelompok tersebut. Pada awalnya Etnografi digunakan di dalam disiplin ilmu Antropologi dan beberapa cabang ilmu Sosiologi. Saat ini, Etnografi banyak juga digunakan dalam bidang bisnis terutama berkaitan dengan budaya organisasi (Myers 2009). Etnografi Etnografi digunakan terutama dalam penelitian tentang aspek budaya, misalnya budaya organisasi. Budaya dalam suatu organisasi tidak hanya nampak jelas dalam aspek yang kasat mata seperti perilaku, aturan, tata cara, dan tulisan. Ada nilai-nilai dalam budaya suatu organisasi yang tidak kasat mata. Sangat sulit bagi peneliti untuk menggali aspek budaya yang tidak kasat mata tersebut jika hanya melakukan pengamatan dalam waktu singkat dan sebagai orang di luar organisasi. Mengungkapkan hal-hal yang tidak kasat mata dalam budaya suatu organisasi menuntut peneliti untuk merasakan sendiri hidup sebagai anggota dalam komunitas organisasi. Wawancara, survei, dan FGD tidak akan dapat menangkap aspek yang tidak kasat mata Contoh Etnografi Satu contoh penelitian Etnografi yang cukup terkenal dalam sejarah Indonesia adalah peran Christiaan Snouck Hurgronje dalam membantu Pemerintah Hindia Belanda meredam perlawanan rakyat Aceh (Ibrahim 2001). Dengan menyamar sebagai Haji Abdul Ghaffar, Christiaan Snouck Hurgronje mengamati kehidupan sosial rakyat Aceh di akhir abad ke 19 dan memberikan panduan berharga untuk meredam perlawanan dengan cara memahami budaya masyarakat Aceh. Pemerintah Hindia Belanda mengubah taktik dan berhasil atas dasar masukan dari Christiaan Snouck Hurgronje. Etnografi Salah satu ciri khas Etnografi adalah segala sesuatu harus ditempatkan ke dalam konteksnya. Dalam Etnografi, konteks adalah hal yang ingin dicari dan dipahami oleh peneliti (Harvey & Myers 1995). Memahami perilaku dan keyakinan para partisipan di dalam konteksnya merupakan kunci bagi peneliti untuk mengupas dan menggali aturan tidak tertulis dan asumsi dasar dalam suatu organisasi. Dengan demikian konteks adalah pemersatu realita sosial yang dibentuk oleh para anggota organisasi. Tugas peneliti adalah mengamati dan menganalisa konteks tersebut sehingga dapat memahami makna konteks. Studi Lapangan Salah satu ciri khas Etnografi adalah adanya studi lapangan untuk mendapatkan data. Peneliti Etnografi “menenggelamkan” diri ke dalam kehidupan para partisipan yang diamatinya untuk dapat mengamati fenomena dalam konteks sosial dan kultural (Lewis 1976) Studi lapangan digunakan untuk mendapatkan pemahaman mendalam atas partisipan dan budaya mereka. Studi lapangan dapat berlangsung lama. Dalam banyak penelitian antropologi, peneliti menghabiskan minimal satu tahun untuk melakukan pengamatan partisipatif terutama karena sang peneliti mungkin belum mengenal dan dikenal oleh komunitas yang ditelitinya. Studi Lapangan Menuliskan catatan studi lapangan secara teratur dan sedapat mungkin dilakukan pada hari yang sama dengan pengamatan serinci mungkin (Hammersley & Atkinson 1983). Catatan studi lapangan dapat berupa catatan pengamatan, perasaan dan kesan peneliti atas suatu kejadian, firasat, pertanyaan-pertanyaan yang muncul setelah pengamatan, dan lainnya. Seremeh apapun dan sekecil apapun catatan studi lapangan sangat berguna untuk dianalisa. Menuliskan hasil wawancara sesegera mungkin (Patton 2001). Meskipun wawancara direkam, peneliti sebaiknya segera mencatat dalam bentuk teks dan menganalisa. Secara rutin menganalisa data yang terkumpul, mengembangkan pemikiran tentang penelitian, dan menelaah kembali data. Hammersley dan Atkinson (1983) menyarankan penggunaan memo analitis. Menggunakan metode pengelolaan data yang tepat (Myers 2009). Data yang diperoleh dalam studi lapangan sangat banyak dan beragam. Dari awal peneliti sebaiknya menyusun metode untuk menyimpan, mengklasifikasikan, dan meringkas data. Pendekatan Etnografi Pendekatan Holistic menekankan pendekatan empatik pada para partisipan. Peneliti harus mampu membaur dan hidup bersampur dengan komunitas yang ditelitinya (EvansPritchard 1950). Peneliti harus memulai dari nol dan membiarkan dirinya menyerap semua aspek kehidupan komunitas yang diteliti (Harvey & Myers 1995). Pendekatan Semiotic berlawanan dengan pendekatan Holistic dalam hal perlunya pendekatan empatik. Peneliti harus mampu menangkap makna dari berbagai simbol yang ada seperti perkataan, gambar, perilaku, dan lainnya sebagai satu kesatuan dalam sebuah budaya (Geertz 1973, 1988). Lebih lanjut Geertz berargumen bahwa budaya suatu komunitas atau organisasi akan tercermin pada simbol dan artefak yang dimiliki. Dengan demikian, peneliti tidak perlu berempati. Pendekatan Critical melihat Etnografi sebagai proses yang muncul sebagai akibat adanya dialog antara peneliti dan para partisipan (Myers 1997). Critical Etnography memfokuskan diri pada kehidupan sosial dalam konteks politik dan kekuasaan (Noblit 2004). Pendekatan Netnography merupakan pendekatan untuk menggunakan Etnografi dalam melakukan penelitian pada komunitas dan budaya di Internet (Kozinets 1997, 1998). Ciri khas Netnography adalah mengganti studi lapangan dengan komunikasi berbasis komputer khususnya melalui Internet. Data dikumpulkan dengan cara bergabung di dalam komunitas di internet dan melakukan pengamatan partisipatif. Netnography menjadi pendekatan Etnografi yang populer dengan adanya berbagai komunitas di Internet seperti forum, mailing list, blog, dan social networking seperti Facebook dan Twitter. Case Study Case Study adalah salah satu metodologi yang mungkin banyak menimbulkan kesalahkaparahan. Case Study sering dapat diartikan sebagai metodologi penelitian atau metode mengajar terutama di sekolah bisnis seperti Harvard Business School. Metodologi Case Study diartikan sebagai penelitian yang dilakukan pada suatu oyek penelitian tertentu. Misalnya, Penelitian X: Studi Kasus PT A. Case Study Case Study juga merupakan salah satu metodologi penelitian tertua yang ada hingga saat ini menurut catatan sejarah yang ada (Flyvbjerg 2011). Sebagian besar literatur dalam bidang sejarah, sosiologi, psikologi, antropologi, manajemen, ilmu politik, pendidikan, ekonomi, biologi, dan kedokteran menggunakan metodologi Case Study. Dalam bidang ilmu politik, lebih dari setengah artikel jurnal ilmiah papan atas internasional sampai dengan tahun 2005 menggunakan metodologi Case Study (George & Bennett 2005) . Case Study Case Study adalah satu metodologi penelitian yang menggunakan bukti empiris untuk membuktikan apakah suatu teori dapat diimplementasikan pada suatu kondisi atau tidak. Case Study didefinisikan sebagai suatu pendekatan penelitian yang melakukan eksplorasi suatu fenomena dalam konteksnya dengan menggunakan data dari berbagai sumber (Baxter & Jack 2008;Yin 2009) Case Study Case Study menyiratkan peneliti melakukan analisa secara intensif pada satu unit analisa yang diteliti (Case). Sebuah Case dapat berupa satu individu, satu organisasi, satu peristiwa, satu keputusan, satu periode, atau sistem yang dapat dipelajari secara menyeluruh dan holistik (Thomas 2011). Case Study Dalam melakukan penelitian menggunakan metodologi Case Study, peneliti perlu menguasai pengetahuan, teori, dan hasil penelitian yang terperinci dan terkini mengenai topik yang diteliti (Myers 2009). Peneliti kemudian harus menuliskan hasil penelitiannya dan dikaitkan dengan teori dan hasil penelitian terkini yang relevan. Tulisan yang dibuat harus mampu meyakinkan komunitas ilmiah bahwa karya tulis tersebut memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Case Study Metodologi Case Study dapat digunakan sebagai salah satu metodologi yang digunakan dalam suatu tahapan penelitian dalam fase eksplorasi topik penelitian. Case Study dapat digunakan untuk menemukan faktor atau permasalahan yang relevan dan dapat diaplikasikan ke dalam situasi yang mirip. Selain eksplorasi Case Study juga dapat digunakan dalam penelitian eksplanatori ketika teori dan literatur yang membahas suatu permasalahn penelitian ada dan tersedia dengan melimpah (Myers 2009). Dalam kondisi demikian, Case Study digunakan untuk menguji teori, menjelaskan penyebab suatu kejadian, dan membandingkan teori. Case Study Metodologi Pertanyaan penelitian Perlu pengendalian terhadap perilaku kejadian? ya Fokus pada kejadian masa kini? Eksperimen bagaimana, mengapa? ya Survei siapa, apa, di mana, berapa tidak banyak? ya Analisa arsip siapa, apa,di mana, berapa tidak banyak? ya/tidak Historis bagaimana, mengapa? tidak tidak Case Study bagaimana, mengapa? tidak ya Tabel 7. Pedoman Pemilihan Metodologi Penelitian (diadaptasi dari Yin 2009, p. 8) Proses Case Study Menggunakan metodologi Case Study diawali dengan menemukan Case yang menarik. Kriteria Case yang menarik adalah suatu hal yang dianggap baru (Baxter & Jack 2008; Myers 2009; Yin 2009). Sesuatu yang baru adalah memberitahukan kepada komunitas akademik sesuatu yang tadinya tidak diketahui. Sesuatu yang baru dapat berupa eksplorasi suatu subyek penelitian yang baru, membantah teori yang sudah ada, atau memberikan alternatif teori lain yang menjelaskan suatu fenomena. Pemilihan Case Memilih Case yang menarik kecil kemungkinannya dilakukan dengan metode representatif. Case yang mewakili populasi kecil kemungkinannya menarik dan memunculkan hal yang baru. Dalam statistik, sering sekali ada data (yang mewakili partisipan dalam sampel atau populasi) yang dihilangkan dari analisa karena bersifat sangat ekstrim (outlier). Case yang menarik lebih mungkin ditemukan dalam Outlier daripada dalam data yang masuk norma (ratarata). Jadi dalam Case Study pemilihan sampel sebagai Case lebih banyak menggunakan Purposive Sampling daripada Representative Sampling. Penentuan Case Thomas (2011) mengemukakan tipologi dalam Case Study dilakukan dengan cara: ◦ Merumuskan tujuan penelitian (evaluatif atau eksploratif) ◦ Merumuskan pendekatan (menguji teori, mengembangkan teori, atau memberikan ilustrasi) ◦ Menentukan apakah akan menggunakan Case tunggal (single) atau Case majemuk (multiple) ◦ Menentukan apakah penelitian bersifat retrospektif, memotret kondisi sesaat atau urut waktu (diachronic), berjenjang, sejajar, atau berurutan. Pengumpulan Data Menggunakan lebih dari satu sumber data atau bukti. Penekanan ditujukann pada triangulasi data, yaitu triangulasi sumber data, triangulasi di antara para peneliti yang mengumpulkan dan mengolah data, triangulasi terhadap satu kelompok data, dan triangulasi metode. Membuat basis data Case Study sebagai alat untuk mengelola data. Menjaga keberadaan rantai bukti (Chain of Evidence) seperti halnya dalam bidang penyelidikan pidana. Keberadaan rantai bukti ini memeprkuat kredibilitas penelitian. Analisa Data Miles dan Huberman (1994) menyarankan langkah-langkah berikut dalam pengolahan data: Menata informasi dalam berbagai rangkaian yang berbeda Membuat matriks yang berisi kategori dan menempatkan bukti ke dalam kategori tersebut Membuat tampilan atau visualisasi data misalnya dengan diagram alir (flowchart) untuk memudahkan pemahaman Menghitung frekuensi kemunculan suatu topik tertentu dalam data Menggunakan alat statistik seperti analisa varians dan rerata untuk melihat kompleksitas dan hubungan antar data Menata kembali informasi dalam urutan kronologis. Penulisan Laporan & Publikasi Menulis laporan penelitian, terutama penelitian kualitatif, sering diabaikan sampai saat-saat terakhir. Hal ini dapat menjadi hal yang merugikan terutama karena menyusun tulisan dari hasil analisa data yang berlimpah tidaklah mudah. Banyak sudut pandang yang bisa dikemukakan dan banyak hal yang harus ditampilkan dalam tulisan. Menuliskan hasil penelitian menjadi suatu laporan penelitian (thesis, disertasi, dan lainnya) tidak sama dengan menuliskan hasil analisa data. Sangat disarankan, terutama untuk peneliti kualitatif pemula, untuk menuliskan laporan penelitian sedini mungkin. Tahapan analisa data dan hasilnya mungkin akan berubah dengan bertambahnya data yang masuk dan dianalisa, akan tetapi aspek lain seperti halnya pendahuluan dan lain tidak akan berubah drastis. Panduan Penulisan Panduan Deskripsi Judul Apa judul tulisan (thesis, artikel, buku) yang ditulis? Tujuan Apa tujuan penulisan artikel tersebut? Penulis Siapa saja yang berkontribusi pada tulisan tersebut? Pembaca Siapa yang akan membaca tulisan tersebut? Metode Apa metode penelitian yang digunakan Sarana publikasi Di mana tulisan akan dipublikasikan? Jurnal, seminar, dll Kontribusi teoritis Apa kontribusi tulisan tersebut terhadap teori? Kontribusi praktis Apa kontribusi tulisan terhadap praktek? Saran Praktis Memulai proses menulis sedini mungkin (Myers 2009; Wolcott 1990). Menulis juga membantu peneliti untuk berpikir. Dengan menulis, peneliti mulai memikirkan apa yang akan ditulis, hasil penelitian yang akan disajikan, data yang mendukung, dan lainnya. Menulis juga memaksa peneliti untuk mengklarifikasi, mengkaji, dan menguji berbagai konsep dan temuan. Laporan hasil penelitian kualitatif tidak harus mengikuti gaya tulisan penelitian kuantitatif (Corbin & Strauss 2008; Myers 2009). Peneliti dapat mendayagunakan berbagai alat bahasa dan gaya penulisan sehingga tulisannya menarik. Tidak tertutup kemungkinan tulisan dibuat sama menariknya seperti cerita dalam novel atau fiksi. Bedanya dengan fiksi dan novel adalah, tulisan si peneliti didukung teori dan data bukan hanya imajinasi belaka. Membuat kerangka tulisan untuk memandu (Hesse-Biber & Leavy 2011; Kumar 2011). Tiap laporan penelitian dapat memiliki alur dan bagian yang berbeda dengan laporan penelitian kuantitatif. Meskipun demikian kerangka tulisan dapat membantu penulis untuk lebih fokus dan tidak kehilangan orientasi dalam menulis. Tabel 6 merupakan salah satu contoh kerangka tulisan Saran Praktis Pemilihan data yang akan disajikan perlu dipikirkan secara mendalam (Corbin & Strauss 2008; Grills 1998; Leedy & Ormrod 2005; Myers 2009; Van Maanen 1988). Tidak semua data dapat ditampilkan. Pertama karena pertimbangan ruang (halaman). Kedua mungkin ada data yang sifatnya harus disamarkan atau ditutupi keasliannya sesuai permintaan partisipan atau pemilik data asli. Ketiga pembaca tidak perlu dibanjiri dengan data. Tugas penulis adalah memahami, meringkas, dan menginterpretasi data bagi pembaca. Meskipun demikian data yang disajikan harus mampu mendukung argumen dan kesimpulan hasil penelitian. Untuk hal-hal seperti nama tempat, nama orang, nama organisasi, dan sejenisnya harus ditulis dengan benar dari awal (Myers 2009; Saunders, Lewis & Thornhill 2007). Penulisan yang benar akan menghemat waktu dalam menyunting. Peneliti dapat lebih berkonsentrasi pada analisa data dan kesimpulan. Selain itu, jika penulis akan mengutip langsung dari suatu dokumen atau hasil wawancara, maka kutipan tersebut harus akurat. Referensi dan daftar pustaka harus lengkap (Leedy & Ormrod 2005; Marshall & Rossman 2006; Myers 2009; Saunders, Lewis & Thornhill 2007). Banyak kasus plagiarisme tidak sengaja terjadi karena kurang telitinya penulis dalam mencantumkan referensi dan daftar pustaka.