Qualitative Research

advertisement
Qualitative Research:
Samiaji Sarosa
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Apa ?
Apa yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif?
 Apa yang dimaksud dengan penelitian
empiris?
 Apa yang dimaksud dengan studi kasus?

Artikel
Illiquidity and stock returns: cross-section
and time-series effect
 An information system in it organisational
contexts: a systemic semiotic longitudinal
study
 Meaning in IS development: understanding
system requirements and use with actornetwork theory
 Non-parametric tests of consumer
behaviour

Salah Kaprah

Penelitian Kualitatif vs Kuantitatif bukan
berdasarkan ada atau tidak nya alat
statistik/ekonometri
Definisi Penelitian Kualitatif
Investigasi
 Pemahaman mendalam
 Menemukan makna
 Menyelidiki hal-hal yang tidak nampak jelas
pada interaksi beberapa faktor

Penelitian Empiris
Penelitian empiris adalah penelitian
melalui pengamatan atau mengalami
langsung atau tidak langsung suatu
fenomena.
 Bukti empiris (catatan pengamatan atau
pengalaman langsung) dapat dianalisa
secara kualitatif atau kuantitatif.
 Empiris vs Teoritis

Studi Kasus

Salah satu metodologi penelitian kualitatif
(dibahas minggu depan)
Perbedaan
Kuantitatif
Asumsi
Fakta adalah realitas yang obyektif
Variabel dapat diidentifikasi dan diukur
Terlepas dari obyek pengamatan
Tujuan Generalisasi hasil
Prediktif
Penjelasan sebab akibat
Proses Dimulai dengan teori dan hipotesis
Manipulasi dan pengendalian variabel
Menggunakan instrumen pengukuran
formal
Deduktif
Analisa terhadap komponen temuan
Mencari konsensus/generalisasi
Mereduksi data ke dalam angka
Peran
Lepas dan imparsial
Peneliti Pengungkapan obyektif
Kualitatif
Realitas merupakan bentukan komunitas
sosial
Variabel sulit diukur, kompleks, dan saling
terkait
Termasuk dalam obyek yang diamati
Menjelaskan konteks suatu fenomena
Interpretatif
Memahami perspektif pelaku
Diakhiri dengan hipotesis/teori
Mengikuti data dan hasil temuan
Peneliti sebagai instrumen
Induktif
Mencari pola dalam temuan
Mengungkap kompleksitas fenomena
Data numerik/statistik sebagai pelengkap
Keterlibatan personal dan parsial
Pemahaman empatik
Penelitian Kualitatif
Experiences (Pengalaman)
 Understanding (Pemahaman)
 Behaviours (Perilaku)

Politics
 Sensitive or high risk issues
 Non-mainstream ideas or behaviours
 Social and cultural

Output Penelitian Kualitatif
Teori Baru
 Deskripsi tentang suatu situasi/perilaku
yang belum pernah dijelaskan
 Naratif tentang suatu pengalaman
 Cara baru memahami suatu
peristiwa/perilaku
 Ide-ide baru
 Pemahaman

Landasan Filosofis
Paradigma penelitian
 Filosofi penelitian kualitatif

◦ Dominan Konstruktivime/Interpretivisme
◦
◦
◦
◦
◦

Phenomenology
Ethnography
Grounded Thoery
Feminisme
Critical Social Theory
Filosofi penelitian kuantitatif
◦ Dominan Positivisme
Positivisme
Positivism menganggap pengetahuan yang autentik adalah
pengetahuan yang telah melalui pengujian dengan metodologi
ilmiah.
 Akar positivism dapat ditelusuri mulai dari masa pencerahan
(Enlightement) dengan munculnya metode ilmiah sebagai
tradisi penelitian.
 Untuk bidang bisnis dan sistem informasi di Indonesia, paham
inilah yang banyak dianut. Metode ilmiah bahkan sudah mulai
diperkenalkan semenjak tingkat SMP.
 Berbagai metodologi penelitian kuantitatif menampakkan
metode ilmiah yang kuat dalam proses penelitian, dimulai dari
perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengumpulan data,
pengujian hipotesis, sampai dengan kesimpulan.

Interpretivisme
Interpretivism pada dasarnya menganggap
bahwa semua pengetahuan adalah masalah
interpretasi, orang yang berbeda akan
menginterpretasikan sesuatu secara
berbeda pula.
 Dalam aliran interpretivism terdapat
beberapa pendekatan, yaitu symbolic
interactionism, phenomenology, dan
hemerneutics (Crotty 1998)

Validitas/Reliabilitas

Pada penelitian kuantitatif, validitas
merujuk pada tingkat kemampuan suatu
penelitian mendukung kesimpulan yang
dikemukakan, sedangkan reliabilitas
merujuk pada konsistensi instrumen
dalam melakukan pengukuran
Validitas/Reliabilitas
Mencapai validitas dan reliabilitas seperti
halnya dalam penelitian kuantitatif sangat
sulit karena bukan obyektivitas yang
menjadi tujuannya.
 Dalam penelitian kualitatif, reliabilitas
merujuk pada kualitas penelitian itu
sendiri

Validitas/Reliabilitas

Triangulasi
◦
◦
◦
◦
Data
Peneliti
Teori
Metodologi
Review oleh peneliti lain/kolega
 Mendokumentasikan refleksi pribadi
selama penelitian

Sampling
Kuantitatif menggunakan probability
sampling
 Kualitatif menggunakan purposive sampling

◦ Theoretical sampling
◦ Convenience sampling
◦ Snowball sampling
Pengumpulan data

Interviews
◦ Individual, in-depth
◦ Focus group discussion
Observations (field study)
 Documents

In-depth Interview
Individuals
 Persepsi bukan fakta
 Unstructured, semi-structured, interactive

◦ Standardised open-ended interview
◦ General interview guide approach
◦ Informal conversational interview
Focus Group Discussion
Interaksi sosial untuk menggali informasi
mengenai suatu topik
 Sebuah group sebagai unit penelitian
 Peneliti berperan sebagai moderator
diskusi
 Peneliti memberikan topik dan kemudian
peserta mendiskusikan topik tersebut
 Peneliti merekam dan mencatat diskusi.

Analisa Data

Pendekatan terstruktur dalam analisa data
◦ Data reduction
◦ Data display
◦ Drawing conclusions
Menggunakan pendekatan kreatif
 Dipengaruhi oleh orientasi dan latar
berlakang peneliti.
 Hasil analisa pada data yang sama oleh dua
peneliti bisa berbeda

Coding
Membuat kode yang merupakan abstraksi
data
 Kode dapat berupa kata, frase, kalimat,
paragraf yang digunakan peneliti untuk
mendeskripsikan dan mengidentifikasi
kelompok data
 Kode merupakan simbol yang mewakili
data sesungguhnya

Coding

Tahapan Coding:
◦ Open coding : peneliti memberi label untuk
sekumpulan teks dari data
◦ Axial coding : menata kode hasil open coding
ke dalam berbagai tema/klasifikasi/kategori
◦ Selective coding : peneliti melakukan
interpretasi terhadap semua kode yang
dihasilkan dalam open coding dan axial coding
Hermeneutics
Metode untuk memahami dan
menginterpretasikan data tekstual.
 Biasa digunakan dalam studi terhadap
naskah kitab suci
 Tujuan hermeneutics adalah membantu
peneliti memahami apa yang dikatakan dan
dilakukan oleh manusia lain dan mengapoa
hal tersebut terjadi.

Hermeneutic Cycle
It refers to the idea that one's
understanding of the text as a whole is
established by reference to the individual
parts and one's understanding of each
individual part by reference to the whole.
Neither the whole text nor any individual
part can be understood without reference
to one another, and hence, it is a circle
Semiotics
Ilmu yang mempelajari simbol dan
penggunaannya dalam komunikasi.
 Semiotics menganalisa tanda dan simbol
yang digunakan beserta keterkaitan dan
artinya.
 Simbol dapat berupa teks, gambar, artefak,
dll.

Analisa Data


Induksi analitis adalah cara mengembangkan
penjelasan apa penyebab terjadinya suatu fenomena dari
satu atau lebih kejadian (case).
Series of Events (Daftar kejadian) adalah rangkaian
kejadian yang disusun secara kronologis. Rangkaian
kejadian tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan
kriteria tertentu. Beberapa kejadian dapat saling
berhubungan meski terjadi pada kurun waktu yang
berbeda. Kejadian dapat dideskripsikan dalam bentuk
narasi atau diringkas ke dalam bentuk tabel dan diagram.
Analisa Data


Critical Incidents adalah pendekatan di
mana peneliti dan partisipan mendiskusikan
peristiwa atau kejadian yang dianggapnya
sangat penting dan berkaitan erat dengan
penelitian
Content analysis didefinisikan sebagai cara
mencari makna materi tertulis atau visual
dengan cara alokasi isi sistematis ke kategori
terinci yang telah ditentukan sebelumnya dan
kemudian menghitung dan
menginterpretasikan hasilnya
Analisa Data

Memo komentar peneliti mengenai apa
yang telah terjadi atau apa yang dilakukan
peneliti dalam proses penelitian
Analisa Data
Conversation Analysis, dalam analisis percakapan,
penulis melihat penggunaan bahasa oleh seseorang
sebagai tindakan. Konsep inti analisis percakapan
adalah giliran berbicara (speaking turn). Giliran
berbicara merupakan hal universal dalam setiap
percakapan
 Discourse analysis mengamati cara teks disusun
dan konteks sosial yang terpendam pada teks itu .
Discourse merujuk ke komunikasi timbal balik
(misalnya debat atau adu argumen ).

Analisa Data

Analisis metafora (metaphorical
analysis) memungkinkan peneliti
mengidentifikasi metafora yang digunakan
dalam persepsi, pembicaraan, pemikiran,
dan tingkah laku
Perancangan Penelitian Kualitatif
Proposal penelitian kualitatif tidak kaku.
 Penelitian kualitatif bersifat iteratif artinya
peneliti mungkin harus kembali ke awal
dan memodifikasi desain penelitian karena
tuntutan di lapangan
 Temuan di lapangan yang mengarahkan
jalannya penelitian bukan sebaliknya.

Perancangan Penelitian Kualitatif
Proposal sebagai pedoman penelitian
bukan buku panduan/check list.
 Dari data dan hasil analisa mungkin akan
muncul hal-hal yang tidak diperkirakan
sebelumnya
 Perlu fleksibilitas untuk mengakomodasi
hal tersebut.

Metodologi Penelitian Kualitatif
Action Research
 Grounded Theory
 Ethnography
 Case Study

Action Research

Metodologi Action Research didefinisikan
sebagai proses demokratis partisipatif
yang bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan praktis dalam mencapai
tujuan mulia manusia, berdasarkan cara
pandang partisipan (Reason & Bradbury
2008)
Action Research

Definisi Action Research oleh Shani dan
Pasmore (1985) sebagai proses penelitian
di mana pengetahuan tentang perilaku
diintegrasikan dengan pengetahuan
tentang organisasi dan keduanya
diimplementasikan untuk menyelesaikan
permasalahan nyata pada suatu organisasi.
Action Research



Dalam Action Research, peneliti berusaha
membawa perubahan dalam organisasi,
mengembangkan kompetensi internal
anggota organisasi untuk menyelesaikan
masalah sendiri, dan menyumbangkan
pengetahuan ilmiah.
Action Research adalah proses yang berevolusi
dengan semangat kolaborasi.
Jadi Action Research ditujukan untuk
menyelesaikan permasalahan praktis sembari
mengembangkan ilmu pengetahuan (Myers
2009).
Action Research
Dalam Action Research, peneliti tidak hanya
melakukan penelitian atas sebuah fenomena tetapi
juga melakukan perubahan (menjadi lebih baik)
dan mempelajari fenomena dan perubahan
tersebut (Baburoglu & Ravn 1992).
 Action Research memiliki orientasi kolaborasi dan
perubahan yang melibatkan peneliti dan subyek
penelitiannya.
 Action Research merupakan proses iteratif di mana
peneliti dan subyek belajar dari tindakan mereka
dalam rangka perubahan organisasi.

Contoh Action Research
Activity Based Costing
 Balance Score Card
 Oleh Kaplan dkk

ABC & BSC

Kaplan (1998) mengemukakan empat langkah
siklus Action Research yang dilakukannya,
yaitu:
◦ Mengamati dan mendokumentasikan praktek
inovasi.
◦ Mengajarkan inovasi tersebut
◦ Menulis jurnal dan buku tentang inovasi tersebut
◦ Menerapkan konsep inovatif tersebut dalam
organisasi baru

Kaplan menyebutnya sebagai Innovation Action
Research
ABS & BSC

Kaplan sebagai peneliti mampu mencapai
beberapa hal, yaitu:
◦ Melakukan validasi terhadap konsep inovatif
yang dikembangkan berdasarkan konteks
suatu organisasi ke organisasi yang lain.
◦ Memberikan peluang untuk mempelajari dan
menyempurnakan konsep inovatif
◦ Menciptakan pengetahuan baru berdasarkan
implementasi konsep inovatif.
Tahapan Action Research
Merumuskan konteks dan tujuan sebagai persiapan
pra penelitian. Dalam tahapan ini peneliti harus dapat
menunjukkan pentingnya penelitian yang akan
dilakukan.
 Peneliti harus mengidentifikasi faktor pendorong
internal dan eskternal.
 Peneliti harus juga mengidentifikasi seberapa sensitif
organisasi partisipan terhadap perubahan, bagaimana
memperkenalkan perubahan, melaksanakan
perubahan, dan mengawal perubahan.
 Langkah selanjutnya dalam fase pra penelitian adalah
menetapkan konsensus kolaborasi antara peneliti dan
partisipan.

Tahapan Action Research
Tahapan Action Research
Membangun (Constructing) adalah fase
diagnosis masalah.
 Merencanakan tindakan (Planning Action)
adalah fase perencanaan solusi
 Melaksanakan tindakan (Taking Action) adalah
fase implementasi solusi
 Evaluasi tindakan (Evaluating Action) adalah
fase evaluasi untuk menguji apakah solusi
yang diimplementasikan cocok dan
menyelesaikan masalah.

Grounded Theory





Glasser and Strauss
Glasser vs Strauss
Grounded Theory adalah metodologi penelitian kualitatif yang
berusaha membangun teori berdasarkan data yang
dikumpulkan dan dianalisa (Glaser 1998, p. 89; Glaser &
Strauss 1967; Myers 2009; Strauss & Corbin 1990).
Grounded Theory didefinisikan sebagai metodologi yang
berusaha secara induktif menemukan teori dengan cara
peneliti mengembangkan teori dari suatu topik dan secara
simultan mendasarkan teori pada data atau observasi empiris
(Martin & Turner 1986).
Kekuatan utama Grounded Theory adalah pengembangan
induktif teori dari data yang tersedia untuk menjelaskan suatu
fenomena sosial.
Grounded Theory
Perbedaan mendasar Grounded Theory dengan
metodologi penelitian kualitatif adalah adanya
hubungan saling mempengaruhi antara data dan teori
yang dibangun oleh peneliti (Myers 1997b).
 Pengembangan teori mempengaruhi pencarian data
(theoretical sampling) dan kemudian hasil analisa data
yang terkumpul membentuk teori yang dibangun.
 Proses tersebut terus berlangsung sampai peneliti
mencapai kejenuhan teoritis (Theoretical Saturation) di
mana data baru dan hasil analisanya tidak lagi
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap teori
yang dibangun atau semua hal sudah dapat dijelaskan
dengan data (Corbin & Strauss 2008; Glaser 1998;
Glaser & Strauss 1967)

Grounded Theory
Prinsip Grounded Theory adalah (Dey 1999):
Tujuan dari Grounded Theory adalah menemukan atau merumuskan teori.
Peneliti mengabaikan teori yang dikuasainya dan membiarkan teori substantif muncul dari
data
Teori berfokus pada bagaimana para individu berinteraksi sehubungan dengan fenomena yang
dipelajari
Teori menyatakan adanya hubungan antar konsep
Teori diturunkan dari wawancara, pengamatan, dan telaah dokumen.
Analisa data dilakukan secara sistematis dan dimulai segera setelah ada data yang terkumpul.
Analisa data dilakukan dengan mengindentifikasi berbagai kategori dan menghubungkannya.
Pengumpulan data selanjutnya dilakukan berdasarkan hasil analisa data terdahulu.
Konsep dikembangkan dengan cara selalu membandingkan konsep dengan data yang
terkumpul (Constant Comparison).
Pengumpulan data dapat dihentikan ketika tidak ada konsep baru yang muncul.
Analisa data berlangsung dari open coding ke axial coding dan kemudian berkembang ke teori.
Teori yang dihasilkan dapat berupa narasi atau preposisi.
Proses Analisa Data Grounded Theory
Pengumpulan data
 Analisa Data dengan OPEN CODING
 Melakukan “Constant Comparison” yaitu
peneliti selalu membandingkan data yang
diperoleh untuk mencari pola kesamaan
maupun perbedaan.
 Kode diabstraksikan menjadi Kategori
 Setelah Open Coding dilanjutkan dengan
Selective Coding

Proses Analisa Data Grounded Theory
Selective Coding (Glaser 1992, 1998; Glaser &
Strauss 1967). Aktivitas utama di tahapan ini
adalah membangun suatu konsep yang dapat
menjelaskan interaksi antara berbagai kategori
(kode) yang ada
 Strauss dan Corbin (Corbin & Strauss 2008;
Strauss & Corbin 1990) menyarankan adanya
langkah Axial Coding setelah Open Coding tetapi
sebelum Selective Coding. Axial Coding adalah
sekumpulan prosedur di mana data ditata ulang
dengan cara baru setelah Open Coding dengan cara
saling menghubungkan kategori yang ada

Proses Analisa Data Grounded Theory
Tahapan ketiga adalah pembentukan teori
atau Theoretical Coding (Glaser & Strauss
1967). Tujuan utama tahapan ini adalah
membuat pernyataan yang sifatnya
menyimpulkan atau prediktif (bisa dalam
bentuk hipothesis) atas suatu fenomena.
 Peneliti secara eksplisit menyatakan
hubungan sebab akibat (kausal) atau korelasi
antar kategori/konsep.
 Teori yang muncul kemudian dibandingkan
dengan data dan teori yang relevan.

Proses Analisa Data Grounded Theory
Proses Coding dilakukan terus menerus
sampai tercapai Theoretical Saturation (Bohm
2004; Corbin & Strauss 2008; Glaser 1992,
1998; Glaser & Strauss 1967; Myers 2009;
Strauss & Corbin 1990; Strauss 1987).
 Kejenuhan teoritis adalah kondisi di mana
semua hubungan antar kategori/konsep telah
dapat dijelaskan secara memuaskan atau
tambahan data yang masuk tidak
memberikan lagi kontribusi bagi
pengembangan teori.

Etnografi




Etnografi adalah metodologi penelitian yang sifatnya
paling mendalam dibandingkan dengan Action Research,
Grounded Theory, maupun Case Study.
Disebut mendalam karena peneliti dapat menghabiskan
waktu yang sangat lama untuk mengamati para
partisipan dalam perilaku, perbuatan, dan perkataan.
Etnografi memungkinkan peneliti mengamati dan bahkan
terlibat dari dekat ke dalam fenomena yang diamati.
Peneliti dapat memperoleh pemahaman konteks di mana
partisipan beraktivit
Spradley (1980) memberikan penilaian atas Etnografi
sebagai cara untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan
para partisipan dan menunjukkan makna budaya yang
dianut oleh para partisipan.
Etnografi
Etnografi didefinisikan sebagai metodologi penelitian
yang menggunakan pengamatan dan partisipasi peneliti
di dalam suatu kelompok tertentu (Neyland 2008).
 Partisipasi dan pengamatan digunakan untuk
mengetahui bagaimana suatu kelompok bekerja dan
beraktivitas, apa artinya menjadi anggota suatu
kelompok, dan bagaimana perubahan mempengaruhi
kelompok tersebut.
 Pada awalnya Etnografi digunakan di dalam disiplin
ilmu Antropologi dan beberapa cabang ilmu Sosiologi.
 Saat ini, Etnografi banyak juga digunakan dalam bidang
bisnis terutama berkaitan dengan budaya organisasi
(Myers 2009).

Etnografi
Etnografi digunakan terutama dalam penelitian tentang aspek
budaya, misalnya budaya organisasi.
 Budaya dalam suatu organisasi tidak hanya nampak jelas
dalam aspek yang kasat mata seperti perilaku, aturan, tata
cara, dan tulisan.
 Ada nilai-nilai dalam budaya suatu organisasi yang tidak kasat
mata. Sangat sulit bagi peneliti untuk menggali aspek budaya
yang tidak kasat mata tersebut jika hanya melakukan
pengamatan dalam waktu singkat dan sebagai orang di luar
organisasi.
 Mengungkapkan hal-hal yang tidak kasat mata dalam budaya
suatu organisasi menuntut peneliti untuk merasakan sendiri
hidup sebagai anggota dalam komunitas organisasi.
Wawancara, survei, dan FGD tidak akan dapat menangkap
aspek yang tidak kasat mata

Contoh Etnografi
Satu contoh penelitian Etnografi yang cukup terkenal
dalam sejarah Indonesia adalah peran Christiaan
Snouck Hurgronje dalam membantu Pemerintah
Hindia Belanda meredam perlawanan rakyat Aceh
(Ibrahim 2001).
 Dengan menyamar sebagai Haji Abdul Ghaffar,
Christiaan Snouck Hurgronje mengamati kehidupan
sosial rakyat Aceh di akhir abad ke 19 dan
memberikan panduan berharga untuk meredam
perlawanan dengan cara memahami budaya
masyarakat Aceh.
 Pemerintah Hindia Belanda mengubah taktik dan
berhasil atas dasar masukan dari Christiaan Snouck
Hurgronje.

Etnografi
Salah satu ciri khas Etnografi adalah segala sesuatu
harus ditempatkan ke dalam konteksnya.
 Dalam Etnografi, konteks adalah hal yang ingin dicari
dan dipahami oleh peneliti (Harvey & Myers 1995).
 Memahami perilaku dan keyakinan para partisipan di
dalam konteksnya merupakan kunci bagi peneliti
untuk mengupas dan menggali aturan tidak tertulis
dan asumsi dasar dalam suatu organisasi. Dengan
demikian konteks adalah pemersatu realita sosial yang
dibentuk oleh para anggota organisasi.
 Tugas peneliti adalah mengamati dan menganalisa
konteks tersebut sehingga dapat memahami makna
konteks.

Studi Lapangan
Salah satu ciri khas Etnografi adalah adanya studi
lapangan untuk mendapatkan data.
 Peneliti Etnografi “menenggelamkan” diri ke dalam
kehidupan para partisipan yang diamatinya untuk
dapat mengamati fenomena dalam konteks sosial dan
kultural (Lewis 1976)
 Studi lapangan digunakan untuk mendapatkan
pemahaman mendalam atas partisipan dan budaya
mereka.
 Studi lapangan dapat berlangsung lama. Dalam banyak
penelitian antropologi, peneliti menghabiskan minimal
satu tahun untuk melakukan pengamatan partisipatif
terutama karena sang peneliti mungkin belum
mengenal dan dikenal oleh komunitas yang ditelitinya.

Studi Lapangan




Menuliskan catatan studi lapangan secara teratur dan sedapat
mungkin dilakukan pada hari yang sama dengan pengamatan serinci
mungkin (Hammersley & Atkinson 1983). Catatan studi lapangan
dapat berupa catatan pengamatan, perasaan dan kesan peneliti atas
suatu kejadian, firasat, pertanyaan-pertanyaan yang muncul setelah
pengamatan, dan lainnya. Seremeh apapun dan sekecil apapun
catatan studi lapangan sangat berguna untuk dianalisa.
Menuliskan hasil wawancara sesegera mungkin (Patton 2001).
Meskipun wawancara direkam, peneliti sebaiknya segera mencatat
dalam bentuk teks dan menganalisa.
Secara rutin menganalisa data yang terkumpul, mengembangkan
pemikiran tentang penelitian, dan menelaah kembali data.
Hammersley dan Atkinson (1983) menyarankan penggunaan memo
analitis.
Menggunakan metode pengelolaan data yang tepat (Myers 2009).
Data yang diperoleh dalam studi lapangan sangat banyak dan
beragam. Dari awal peneliti sebaiknya menyusun metode untuk
menyimpan, mengklasifikasikan, dan meringkas data.
Pendekatan Etnografi




Pendekatan Holistic menekankan pendekatan empatik pada para partisipan. Peneliti harus
mampu membaur dan hidup bersampur dengan komunitas yang ditelitinya (EvansPritchard 1950). Peneliti harus memulai dari nol dan membiarkan dirinya menyerap semua
aspek kehidupan komunitas yang diteliti (Harvey & Myers 1995).
Pendekatan Semiotic berlawanan dengan pendekatan Holistic dalam hal perlunya
pendekatan empatik. Peneliti harus mampu menangkap makna dari berbagai simbol yang
ada seperti perkataan, gambar, perilaku, dan lainnya sebagai satu kesatuan dalam sebuah
budaya (Geertz 1973, 1988). Lebih lanjut Geertz berargumen bahwa budaya suatu
komunitas atau organisasi akan tercermin pada simbol dan artefak yang dimiliki. Dengan
demikian, peneliti tidak perlu berempati.
Pendekatan Critical melihat Etnografi sebagai proses yang muncul sebagai akibat adanya
dialog antara peneliti dan para partisipan (Myers 1997). Critical Etnography memfokuskan
diri pada kehidupan sosial dalam konteks politik dan kekuasaan (Noblit 2004).
Pendekatan Netnography merupakan pendekatan untuk menggunakan Etnografi dalam
melakukan penelitian pada komunitas dan budaya di Internet (Kozinets 1997, 1998). Ciri
khas Netnography adalah mengganti studi lapangan dengan komunikasi berbasis komputer
khususnya melalui Internet. Data dikumpulkan dengan cara bergabung di dalam komunitas
di internet dan melakukan pengamatan partisipatif. Netnography menjadi pendekatan
Etnografi yang populer dengan adanya berbagai komunitas di Internet seperti forum,
mailing list, blog, dan social networking seperti Facebook dan Twitter.
Case Study
Case Study adalah salah satu metodologi yang
mungkin banyak menimbulkan
kesalahkaparahan.
 Case Study sering dapat diartikan sebagai
metodologi penelitian atau metode mengajar
terutama di sekolah bisnis seperti Harvard
Business School.
 Metodologi Case Study diartikan sebagai
penelitian yang dilakukan pada suatu oyek
penelitian tertentu. Misalnya, Penelitian X:
Studi Kasus PT A.

Case Study
Case Study juga merupakan salah satu metodologi
penelitian tertua yang ada hingga saat ini menurut
catatan sejarah yang ada (Flyvbjerg 2011).
 Sebagian besar literatur dalam bidang sejarah,
sosiologi, psikologi, antropologi, manajemen, ilmu
politik, pendidikan, ekonomi, biologi, dan
kedokteran menggunakan metodologi Case Study.
 Dalam bidang ilmu politik, lebih dari setengah
artikel jurnal ilmiah papan atas internasional
sampai dengan tahun 2005 menggunakan
metodologi Case Study (George & Bennett 2005) .

Case Study


Case Study adalah satu metodologi penelitian
yang menggunakan bukti empiris untuk
membuktikan apakah suatu teori dapat
diimplementasikan pada suatu kondisi atau
tidak.
Case Study didefinisikan sebagai suatu
pendekatan penelitian yang melakukan
eksplorasi suatu fenomena dalam konteksnya
dengan menggunakan data dari berbagai
sumber (Baxter & Jack 2008;Yin 2009)
Case Study
Case Study menyiratkan peneliti
melakukan analisa secara intensif pada
satu unit analisa yang diteliti (Case).
 Sebuah Case dapat berupa satu individu,
satu organisasi, satu peristiwa, satu
keputusan, satu periode, atau sistem yang
dapat dipelajari secara menyeluruh dan
holistik (Thomas 2011).

Case Study
Dalam melakukan penelitian menggunakan
metodologi Case Study, peneliti perlu menguasai
pengetahuan, teori, dan hasil penelitian yang
terperinci dan terkini mengenai topik yang diteliti
(Myers 2009).
 Peneliti kemudian harus menuliskan hasil
penelitiannya dan dikaitkan dengan teori dan hasil
penelitian terkini yang relevan.
 Tulisan yang dibuat harus mampu meyakinkan
komunitas ilmiah bahwa karya tulis tersebut
memberikan kontribusi signifikan terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan.

Case Study
Metodologi Case Study dapat digunakan sebagai salah
satu metodologi yang digunakan dalam suatu tahapan
penelitian dalam fase eksplorasi topik penelitian.
 Case Study dapat digunakan untuk menemukan faktor
atau permasalahan yang relevan dan dapat
diaplikasikan ke dalam situasi yang mirip.
 Selain eksplorasi Case Study juga dapat digunakan
dalam penelitian eksplanatori ketika teori dan
literatur yang membahas suatu permasalahn penelitian
ada dan tersedia dengan melimpah (Myers 2009).
 Dalam kondisi demikian, Case Study digunakan untuk
menguji teori, menjelaskan penyebab suatu kejadian,
dan membandingkan teori.

Case Study
Metodologi
Pertanyaan penelitian
Perlu pengendalian
terhadap perilaku kejadian?
ya
Fokus pada kejadian
masa kini?
Eksperimen
bagaimana, mengapa?
ya
Survei
siapa, apa, di mana, berapa tidak
banyak?
ya
Analisa arsip
siapa, apa,di mana, berapa tidak
banyak?
ya/tidak
Historis
bagaimana, mengapa?
tidak
tidak
Case Study
bagaimana, mengapa?
tidak
ya
Tabel 7. Pedoman Pemilihan Metodologi Penelitian (diadaptasi dari Yin 2009, p. 8)
Proses Case Study
Menggunakan metodologi Case Study diawali
dengan menemukan Case yang menarik.
 Kriteria Case yang menarik adalah suatu hal yang
dianggap baru (Baxter & Jack 2008; Myers 2009;
Yin 2009).
 Sesuatu yang baru adalah memberitahukan kepada
komunitas akademik sesuatu yang tadinya tidak
diketahui.
 Sesuatu yang baru dapat berupa eksplorasi suatu
subyek penelitian yang baru, membantah teori
yang sudah ada, atau memberikan alternatif teori
lain yang menjelaskan suatu fenomena.

Pemilihan Case
Memilih Case yang menarik kecil kemungkinannya
dilakukan dengan metode representatif.
 Case yang mewakili populasi kecil kemungkinannya
menarik dan memunculkan hal yang baru. Dalam
statistik, sering sekali ada data (yang mewakili
partisipan dalam sampel atau populasi) yang
dihilangkan dari analisa karena bersifat sangat ekstrim
(outlier).
 Case yang menarik lebih mungkin ditemukan dalam
Outlier daripada dalam data yang masuk norma (ratarata).
 Jadi dalam Case Study pemilihan sampel sebagai Case
lebih banyak menggunakan Purposive Sampling daripada
Representative Sampling.

Penentuan Case
Thomas (2011) mengemukakan tipologi dalam
Case Study dilakukan dengan cara:
◦ Merumuskan tujuan penelitian (evaluatif atau
eksploratif)
◦ Merumuskan pendekatan (menguji teori,
mengembangkan teori, atau memberikan ilustrasi)
◦ Menentukan apakah akan menggunakan Case
tunggal (single) atau Case majemuk (multiple)
◦ Menentukan apakah penelitian bersifat
retrospektif, memotret kondisi sesaat atau urut
waktu (diachronic), berjenjang, sejajar, atau
berurutan.
Pengumpulan Data
Menggunakan lebih dari satu sumber data atau
bukti. Penekanan ditujukann pada triangulasi data,
yaitu triangulasi sumber data, triangulasi di antara
para peneliti yang mengumpulkan dan mengolah
data, triangulasi terhadap satu kelompok data, dan
triangulasi metode.
 Membuat basis data Case Study sebagai alat untuk
mengelola data.
 Menjaga keberadaan rantai bukti (Chain of
Evidence) seperti halnya dalam bidang penyelidikan
pidana. Keberadaan rantai bukti ini memeprkuat
kredibilitas penelitian.

Analisa Data
Miles dan Huberman (1994) menyarankan langkah-langkah
berikut dalam pengolahan data:
 Menata informasi dalam berbagai rangkaian yang berbeda
 Membuat matriks yang berisi kategori dan menempatkan
bukti ke dalam kategori tersebut
 Membuat tampilan atau visualisasi data misalnya dengan
diagram alir (flowchart) untuk memudahkan pemahaman
 Menghitung frekuensi kemunculan suatu topik tertentu dalam
data
 Menggunakan alat statistik seperti analisa varians dan rerata
untuk melihat kompleksitas dan hubungan antar data
 Menata kembali informasi dalam urutan kronologis.
Penulisan Laporan & Publikasi





Menulis laporan penelitian, terutama penelitian kualitatif,
sering diabaikan sampai saat-saat terakhir.
Hal ini dapat menjadi hal yang merugikan terutama karena
menyusun tulisan dari hasil analisa data yang berlimpah
tidaklah mudah. Banyak sudut pandang yang bisa dikemukakan
dan banyak hal yang harus ditampilkan dalam tulisan.
Menuliskan hasil penelitian menjadi suatu laporan penelitian
(thesis, disertasi, dan lainnya) tidak sama dengan menuliskan
hasil analisa data.
Sangat disarankan, terutama untuk peneliti kualitatif pemula,
untuk menuliskan laporan penelitian sedini mungkin.
Tahapan analisa data dan hasilnya mungkin akan berubah
dengan bertambahnya data yang masuk dan dianalisa, akan
tetapi aspek lain seperti halnya pendahuluan dan lain tidak
akan berubah drastis.
Panduan Penulisan
Panduan
Deskripsi
Judul
Apa judul tulisan (thesis, artikel, buku) yang ditulis?
Tujuan
Apa tujuan penulisan artikel tersebut?
Penulis
Siapa saja yang berkontribusi pada tulisan tersebut?
Pembaca
Siapa yang akan membaca tulisan tersebut?
Metode
Apa metode penelitian yang digunakan
Sarana publikasi
Di mana tulisan akan dipublikasikan? Jurnal, seminar, dll
Kontribusi teoritis
Apa kontribusi tulisan tersebut terhadap teori?
Kontribusi praktis
Apa kontribusi tulisan terhadap praktek?
Saran Praktis
Memulai proses menulis sedini mungkin (Myers 2009; Wolcott 1990).
Menulis juga membantu peneliti untuk berpikir. Dengan menulis, peneliti
mulai memikirkan apa yang akan ditulis, hasil penelitian yang akan disajikan,
data yang mendukung, dan lainnya. Menulis juga memaksa peneliti untuk
mengklarifikasi, mengkaji, dan menguji berbagai konsep dan temuan.
 Laporan hasil penelitian kualitatif tidak harus mengikuti gaya tulisan
penelitian kuantitatif (Corbin & Strauss 2008; Myers 2009). Peneliti dapat
mendayagunakan berbagai alat bahasa dan gaya penulisan sehingga
tulisannya menarik. Tidak tertutup kemungkinan tulisan dibuat sama
menariknya seperti cerita dalam novel atau fiksi. Bedanya dengan fiksi dan
novel adalah, tulisan si peneliti didukung teori dan data bukan hanya
imajinasi belaka.
 Membuat kerangka tulisan untuk memandu (Hesse-Biber & Leavy 2011;
Kumar 2011). Tiap laporan penelitian dapat memiliki alur dan bagian yang
berbeda dengan laporan penelitian kuantitatif. Meskipun demikian kerangka
tulisan dapat membantu penulis untuk lebih fokus dan tidak kehilangan
orientasi dalam menulis. Tabel 6 merupakan salah satu contoh kerangka
tulisan

Saran Praktis
Pemilihan data yang akan disajikan perlu dipikirkan secara mendalam
(Corbin & Strauss 2008; Grills 1998; Leedy & Ormrod 2005; Myers 2009;
Van Maanen 1988). Tidak semua data dapat ditampilkan. Pertama karena
pertimbangan ruang (halaman). Kedua mungkin ada data yang sifatnya harus
disamarkan atau ditutupi keasliannya sesuai permintaan partisipan atau
pemilik data asli. Ketiga pembaca tidak perlu dibanjiri dengan data. Tugas
penulis adalah memahami, meringkas, dan menginterpretasi data bagi
pembaca. Meskipun demikian data yang disajikan harus mampu mendukung
argumen dan kesimpulan hasil penelitian.
 Untuk hal-hal seperti nama tempat, nama orang, nama organisasi, dan
sejenisnya harus ditulis dengan benar dari awal (Myers 2009; Saunders,
Lewis & Thornhill 2007). Penulisan yang benar akan menghemat waktu
dalam menyunting. Peneliti dapat lebih berkonsentrasi pada analisa data dan
kesimpulan. Selain itu, jika penulis akan mengutip langsung dari suatu
dokumen atau hasil wawancara, maka kutipan tersebut harus akurat.
 Referensi dan daftar pustaka harus lengkap (Leedy & Ormrod 2005;
Marshall & Rossman 2006; Myers 2009; Saunders, Lewis & Thornhill 2007).
Banyak kasus plagiarisme tidak sengaja terjadi karena kurang telitinya
penulis dalam mencantumkan referensi dan daftar pustaka.

Download