I. PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Spektroskopi B. Tujuan Praktikum 1. Menentukan panjang gelombang optimum suatu zat 2. Membuat kurva standar hubungan kadar dan absorbansi II. TINJAUAN PUSTAKA Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari tentang penentuan jumlah senyawa yang terdapat di dalam suatu sampel dengan cara mengukur secara akurat atau banyaknya cahaya yang diserap atau diemisikan oleh atom– atom atau molekul– molekul yang terdapat di dalam sampel tersebut (Cairns, 2008). Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Spektrofotometer merupakan alat untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1990). Menurut Forcier, dkk. (1971), spektrofotometri merupakan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang, radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu. Benda bercahaya seperti matahari atau suatu bohlam listrik memancarkan spektrum yang lebar dan terdiri dari panjang gelombang. Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya tampak mampu mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan karenanya menimbulkan kesan subjektif dan ketampakan. Prinsip dasar spektrofotometri ini adalah apabila suatu sinar melalui senyawa tertentu, maka senyawa tersebut akan menyerap sinar dengan panjang gelombang tertentu. Warna senyawa (larutan) tergantung pada jenis sinar yang dipancarkan yang tertangkap oleh mata kita, sehingga senyawa ada yang berwarna maupun yang tidak berwarna (Suhartono,1989). Menurut Day dan Underwood (1996), spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber cahaya yang digunakan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Spektrofotometri Vis (Visible) Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya variable termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380– 750 nm sehingga semua sinar yang di dapat berwarna putih, merah, biru, hijau, apapun itu selama ia dapat dilihat oleh mata maka sinar tersebut termasuk dalam sinar tampak (visible). Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama wolform merupakan unsur kimia dengan simbol W dan nomor atom 74. Tungsten memiliki titik didih yang tinggi (34 22 o C) dibanding logam lainnya karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh karena itu, untuk sampel yang tidak memiliki warna harus terlebih dahulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagen yang digunakan harus benar– benar spesifik hanya bereaksi dengan alat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar– benar stabil. 2. Spektrofotometri UV (Ultraviolet) Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190 – 380 nm sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah dilaut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteras yang berarti dua, mengacu pada intinya yang memiliki 2 partikel. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi dengan mata kita maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna, bening, dan transparan. Oleh karena itu, sampel tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagen tertentu bahkan sampel dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sampel keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau sentifungi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut sempurna, tidak ada partikel koloid/ suspense. 3. Spektrofotometri UV– Vis Merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra– violet dan sinar tampak. Alat ini digunakan mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut. Dalam hal ini, hukum Lambert– beer dapat menyatakan hubungan antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan. Dibawah ini adalah persamaan Lambert beer: A = - log T = ε.b.c Dimana : A = Absorbansi T = Transmitan ε = Absorvitas molar (Lcm-4 . mol-1) c = Panjang sel (cm) b = Konsentrasi zat (mol/jam) Pada spektrofotometer UV – Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa atau unsur adalah warna komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat diketahui dari larutan berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna komplementernya. Namun, apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau cahaya putih maka radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu akan secara selektif sedangkan radiasi yang tidak diserap akan diteruskan. 4. Spektrofotometri Inframerah Spektrofotometri ini berdasarkan pada penyerapan panjang gelombang inframerah. Cahaya inframerah terbagi menjadi inframerah dekat, inframerah pertengahan, dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 25 – 1000 µm. Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk mengidentisifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik. Setiap serapan pada panjang gelombang tertentu menggambarkan adanya suatu gugus fungsi spesifik. Menurut Khopkar (1990), hukum yang mendasari prinsip kerja spektrofotometri adalah hukum Lambert– beer yang berbunyi: 1. Jika suatu berkas radiasi monokromatik yang sejajar jatuh pada medium pengabsorbansi pada sudut tegak lurus setiap lapisan yang sangat kecil akan menurunkan intensitas berkas. 2. Jika suatu cahaya monokromatis mengenai suatu medium yang transparan laju pengurangan intensitas dengan ketebalan medium sebanding dengan intensitas cahaya 3. Intensitas berkas cahaya monokromatis berkurang secara eksponensial bila konsentrasi zat pengabsorbansi bertambah. Menurut Khopkar (1990), spektrofotometer tersusun dari komponen– komponen yang penting yaitu: 1. Sumber cahaya Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu wolfram. Keuntungan menggunakan lampu wolfram adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang. Tegangan dapat distabilkan dengan transformator karena bila tegangan tidak stabil akan memberikan pengukuran yang berbeda– beda. Gambar 1. Lampu wolfram Gambar 2. Lampu deuterium 2. Monokromator Alat ini digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma maupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan celah. Monokromator dipergunakan untuk memisahkan radiasi ke dalam komponen– komponen panjang gelombang dan dapat memisahkan bagian spektrum yang diinginkan dari lainnya (Triyati,1985). Gambar 3. Monokromator 3. Kuvet Kuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Kuvet harus memenuhi syarat– syarat sebagai berikut: 1) Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya 2) Permukaannya secara optis harus benar– benar sejajar 3) Harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan– bahan kimia 4) Tidak boleh rapuh 5) Mempunyai bentuk (design) yang sederhana Kuvet biasanya terbuat dari kwars, plexigalass, kaca, plastik dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai kuvet kwarsa atau plexiglass sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai karena kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam kuvet dapat dipakai untuk pengukuran di daerah sinar tampak (visible). Gambar 4. Kuvet 4. Detektor Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital. Syarat– syarat ideal sebuah detector yaitu : 1) Kepekaan yang tinggi 2) Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi 3) Respon konstan pada berbagai panjang gelombang 4) Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi 5) Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi Gambar 5. detector Pada metode deret standar, tabung-tabung seragam yang tidak berwarna dengan dasar datar (disebut tabung Nessler) digunakan untuk menampung larutan berwarna dengan jumlah volume tertentu. Warna ini kemudian dibandingkan dengan larutan standar yang dibuat dari komponen yang sama dengan yang dianalisis tetapi konsentrasinya telah diketahui. Pada dasarnya pengukur Nessler bekerja berdasarkan prinsip perbandingan warna (Khopkar, 1990). Menurut Chang (2005), larutan standard adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya secara pasti dan suatu larutan yang mengandung suatu gram zat dengan berat ekuivalen tertentu dalam volume tertentu. Larutan standar biasanya dinyatakan dalam besaran normal (N). Menurut Chang (2005), larutan standard dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : A. Larutan standar primer Larutan standard primer yaitu larutan yang larutan yang dibuat dari zat baku primer dengan cara penimbangan dan pelarutan teliti sehingga konsentrasinya dapat diketahui dengan perhitungan. Contoh larutan standard primer adalah Na2S2O3. B. Larutan standar sekunder Larutan standard sekunder yaitu larutan yang dibuat dari zat baku sekunder baik pelarutan maupun pengenceran atau larutan yang dibuat dari zat baku primer tetapi cara pembuatannya tidak teliti. Contoh larutan standard sekunder adalah NaOH dan HCl. Larutan blanko adalah larutan yang mempunyai perlakuan yang sama dengan analat tetapi tidak mengandung komponen analat. Tujuan pembuatan larutan blanko adalah untuk mengetahui besarnya serapan oleh zat yang bukan analat. Larutan analat adalah larutan yang dianalisis (Laksi, 2000). Fungsi perlakuan penambahan akuades adalah untuk mengikat Fe yang berada di luar NH4Fe(SO4). Fungsi perlakuan penambahan KCNS 10 % adalah sebagai indicator yang digunakan dalam percobaan dan digunakan untuk pemberi warna. Fungsi perlakuan vortex adalah untuk membuat larutan homogenisasi antara larutan satu dengan larutan yang lainnya. Reaksi yang terjadi (reaksi KCNS) : Fe3+ + 6CNS → Fe(CNS)6 Fe3+ + 3H2O → Fe(OH)3 + 3H+ Menurut Darusman (2003), panjang gelombang pada setiap proses penentuan absorbansi berada pada panjang gelombang maksimum. Hal ini disebabkan karena respon sinyal (absorbans) berada dalam kondisi maksimum sehingga akan memiliki sensitivitas yang baik dan limit deteksi yang rendah serta mereduksi kesalahan dalam pengukuran. Faktor– faktor yang mempengaruhi absorbansi adalah pelarut, pH, suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi dan adanya zat pengganggu. Pengaruh– pengaruh ini harus diketahui, kondisi analisis harus diketahui sedemikian sehingga absorbansi tidak akan di pengaruhi sedikitpun. Kebersihan juga akan mempengaruhi absorbansi termasuk bekas jari pada dinding tabung harus dibersihkan dengan kertas tissu dan hanya memegang bagian ujung atas tabung sebelum pengukuran (Hendayana, 1994). Menurut Darusman (2003), panjang gelombang pada setiap proses penentuan absorbansi berada pada panjang gelombang maksimum. Hal ini disebabkan karena respon sinyal (absorbans) berada dalam kondisi maksimum sehingga akan memiliki sensitivitas yang baik dan limit deteksi yang rendah serta mereduksi kesalahan dalam pengukuran. Faktor– faktor yang mempengaruhi absorbansi adalah pelarut, pH, suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi dan adanya zat pengganggu. Pengaruh– pengaruh ini harus diketahui, kondisi analisis harus diketahui sedemikian sehingga absorbansi tidak akan di pengaruhi sedikitpun. Kebersihan juga akan mempengaruhi absorbansi termasuk bekas jari pada dinding tabung harus dibersihkan dengan kertas tissu dan hanya memegang bagian ujung atas tabung sebelum pengukuran (Hendayana, 1994). Menurut Khopkar (1990), analisis kuantitatif dengan spektrofotometri UV terjadi bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu, dan sisanya akan diteruskan. Jika intensitas sinar masuk dinyatakan oleh Io, Ia intensitas sinar terserap, It intensitas sinar diteruskan, Ir intensitas sinar terpantulkan, maka: Io = Ia + It +Ir Untuk antar muka udara-kaca sebagai akibat penggunaan sel kaca, dapatlah dinyatakan bahwa sekitar 4% cahaya masuk dipantulkan. Ir biasanya terhapus dengan penggunaan suatu kontrol, seperti misalnya sel pembanding, sehingga persamaannya menjadi: Io = Ia + It Hukum Lambert. Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya medium yang menyerap (Fessenden dan Fessenden, 1985). Hukum Beer. Beer mengkaji efek konsentrasi penyusun yang berwarna dalam larutan, terhadap transmisi maupun absorbsi cahaya. Beer menemukan hubungan yang sama antara transmisi dan konsentrasi seperti yang dikemukakan oleh Lambert antara transmisi dan ketebalan lapisan, yakni intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier (Fessenden dan Fessenden, 1985). Menurut Mulja dan Suharman (1995), dari kedua hukum tersebut dapat diperoleh suatu persamaan matematik yang menggambarkan hubungan antara transmitan atau absorban terhadap konsentrasi zat yang dianalisis dan tebal larutan yang mengabsorbsi sebagai: It 10 a.b.c Io 1 A log a.b.c T T T = persen transmitan Io = intensitas radiasi yang datang It = intensitas radiasi yang diteruskan a = absorptivitas b = tebal kuvet c = konsentrasi (gram/liter) Absorptivitas ( a ) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet, dan intensitas radiasi yang mengenai sampel. Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi. Satuan a ditentukan oleh satuan – satuan dari b dan c. Jika satuan c dalam molar (M) maka absorptivitas disebut dengan absortivias molar dan dilambangkan dengan dan diberi satuan M-1cm-1 atau liter.mol-1.cm-1 didefinisikan sebagai daya serap molar atau absorptivitas molar (Rohman, 2007), sehingga rumus lambert – beer dapat ditulis menjadi A .b.c Serapan jenis didefinisikan sebagai serapan dari larutan 1% zat terlarut dalam sel dengan ketebalan 1 cm dan diberi lambang A (1 cm,1%). (Menurut Rohman 1% 1% (2007), hubungan antara dengan E1cm yaitu: = E1cm x BM . 10 III. METODE A. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada percobaan spektroskopi adalah sebagai berikut labu ukur, tabung reaksi, pro pipet, pipet ukur, spektrofotometer dan vortex. Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan spektroskopi adalah sebagai berikut larutan NH4Fe (SO4)2 Cl + HCl 0,1 N, Aquades dan KCNS 10%.\ B. Cara Kerja 1. Pembuatan Larutan Standar Sebanyak 10 ml larutan NH4Fe(SO4)2 +HCl diambil dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml Ditambahkan aquades hingga tanda batas Larutan standar siap digunakan 2. Pembuatan Larutan Blanko Sebanyak 15 ml aquades dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambahkan sebanyak 5 ml larutan KCNS 10% dan di vortex Larutan blanko siap digunakan 3. Pembuatan deret standar Sebanyak 1 ml, 3 ml, 5 ml, 7 ml, 9 ml larutan standar diambil dan masing– masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi Masing– masing tabung reaksi ditambahkan larutan KCNS 10% sebanyak 5ml Masing– masing tabung reaksi ditambahkan aquades hingga volume menjadi 20 ml dan di vortex Warna larutan dibandingkan dengan warna cuplikan Hasil yang mendekati warna cuplikan di catat Masing– masing larutan ditera dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang = 475 nm IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di dapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 1. Hasil absorbansi larutan standar No. Larutan standar Absorbansi (λ) 1. 1 ml 0,069 2. 3 ml 0,210 3. 5 ml 0,358 4. 7 ml 0,507 5. 9 ml 0,653 Tabel 2. Hasil absorbansi larutan blanko dan cuplikan Larutan Absorbansi Blanko 0 Cuplikan 0,264 B. Pembahasan Spektrofotometri merupakan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang dan radiasi demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu. Benda bercahaya seperti matahari atau suatu bohlam lisitrik memancarkan spektrum yang lebar dan terdiri dari panjang gelombang. Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya tampak mampu mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan karenanya menimbulkan kesan subjektif dan kenampakan (Day dan Underwood, 1996). Prinsip dasar spektrofotometer adalah suatu sinar melalui larutan senyawa tertentu maka senyawa tersebut akan menyerap sinar dengan panjang gelombang tertentu. Warna senyawa atau larutan tergantung pada jenis sinar yang dipancarkan dan yang tertangkap oleh mata manusia (sehingga senyawa kimia ada yang berwarna ataupun tidak berwarna). Hubungan antara konsentrasi dan absorbansi larutan adalah semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula absorbansi. Dengan kata lain, bertambahnya konsentrasi berbanding lurus dengan bertambahnya absorbansi larutan sehingga warnanya akan bertambah pekat. Cara kerja atau prinsip dasar spektrofotometer adalah suatu cahaya monokromatik dari sumber sinar akan menuju ke kuvet (tempat sampel/ sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detector yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca. Dapat dijelaskan dengan gambar sebagai berikut : Sumber cahaya Prisma (monokromator) Sampel Layar pembaca Photodetektor Gambar 6. Prinsip dasar spektrofotometer dalam mengukur absorbansi sampel Spektrofotometer yang digunakan adalah merk Genesis 10s UV- Vis. Penutup Layar display Tombol setting (Untuk mengatur spektrofotometer) Gambar 6. Spektrofotometer (sumber : dokumentasi pribadi) Set nm Measure blank Angka 1-5 Gambar7. Spektrofotometer bagian display (Sumber : dokumentasi pribadi) Kuvet Fotocell Gambar 8. Tampak dalam Spektrofotometer (Sumber : Dokumentasi pribadi) Fungsi layar display untuk melihat hasil setelah melakukan test. Fungsi penutup untuk menutup spektrofotometer bagian dalam agar memperlancar proses perhitungan. Fungsi tombol measure blank untuk kalibrasi larutan blanko. Fungsi set nm untuk mengatur gelombang yang akan digunakan. Fungsi fotosel adalah untuk meletakkan kuvet-kuvet. Langkah-langkah cara penggunaan spektrofotometer adalah : 1. Sambungkan alat spektrofotometer ke sumber listrik 2. Tunggu sesaat alat akan melakukan pemanasan selama kurang lebih 5 menit 3. Tekan set pada layar display untuk mengatur panjang gelombang yang akan dipakai yaitu 475 nm. 4. Masukkan larutan blanko dan sampel ke dalam kuvet, lalu diletakkan di fotocell 5. Tutup alat spektrofotometer, lalu tekan B untuk kalibrasi larutan blanko atau tekan Meausure blank 6. Tekan angka 1-5 secara urut, lalu lihat hasil di layar display 7. Karena ingin mengukur absorbansi larutan cuplikan, dilakukan tes dengan cara mengeluarkan sampel yang tidak dipakai (kecuali larutan 3 dan 5) 8. Lalu tekan nomor dimana larutan cuplikan diletakkan Digunakan panjang gelombang 475 nm karena warna kuning – jingga panjang gelombangnya antara 400-480 nm. Panjang gelombang optimum adalah 475 nm, sehingga pada percobaan ini digunakan 475 nm. Berdasarkan percobaan penentuan dengan metode deret standar adalah larutan yang dibuat dengan konsentrasi tertentu dan telah diketahui konsetrasinya. Larutan deret standar dibuat dengan cara larutan NH4Fe(SO4)2 + HCl diencerkan dengan aquades hingga tanda batas. Fungsi larutan standar adalah menentukan konsentrasi larutan cuplikan dalam grafik. Aquades berfungsi sebagai pengencer (pelarut) yang dengan penambahannya dapat memperkecil konsentrasi larutan. Larutan standar diambil dengan volume yang berada dalam 1 ml (tabung 1), 3 ml (tabung 2), 5 ml (tabung 3), 7 ml (tabung 4), dan 9 ml (tabung 5). Setiap larutan ditambahkan KCNS 10% dan larutan diencerkan dengan aquades hingga mencapai volume 20 ml. Larutan berubah warna menjadi orange. Larutan KCNS berfungsi sebagai indikator yang memberikan warna pada larutan standar. Pada percobaan ini dilakukan vortex agar larutan homogen dan warna yang terbentuk dapat merata. Larutan blanko adalah pelarut sebelum ditambahkan kompleks warna dan larutan yang tidak berisi analit. Larutan blanko yang digunakan adalah KCNS 10% yang telah diencerkan dengan aquades. Fungsi larutan blanko adalah sebagai pengoreksi absorbansi senyawa kimia yang akan diukur. Larutan cuplikan adalah larutan yang akan ditentukan konsentrasinya dapat diidentifikasi dengan cara membandingkan warna pada larutan standar atau menggunakan spektrofotometer untuk mendapatkan nilai absorbansinya. Penentuan warna larutan standar yang medekati warna larutan cuplikan. Larutan cuplikan bila dibandingkan warnanya mendekati warna larutan standar antara tabung 3ml dan larutan standar tabung 5ml. Warna yang terlihat hampir sama pada larutan standar hampir sama dengan warna yang terlihat pada larutan cuplikan. Larutan cuplikan diukur absorbansinya menggunakan panjang gelombang 475 nm. Diperoleh nilai absorbansi larutan cuplikan adalah sebesar 0,264 Å dan larutan blanko adalah nol. Hubungan antara konsentrasi dan absorbansi larutan adalah semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula absorbansi, sesuai dengan hukum lambert– beer. Dengan kata lain, bertambahnya konsentrasi berbanding lurus dengan bertambahnya absorbansi larutan sehingga warnanya akan bertambah pekat. Hal ini ditunjukkan dari hasil percobaan yaitu larutan standar dengan konsentrasi 1 ml, 3 ml, 5 ml, 7 ml, dan 9 ml secara berurutan memiliki absorbansi sebesar 0,069 Å; 0,210 Å; 0,358 Å; 0,507 Å; dan 0,653 Å. Seharusnya kemiripan terjadi antara tabung 7 ml dan 9 ml. Kesalahan bisa saja disebabkan oleh beberapa faktor, diantara lain : Proses pengenceran salah, terjadi kesalahan saat melakukan vortex, larutan cuplikan sudah teroskidasi. Spektrofotometri mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan antara lain : Kelebihan 1. Waktu pemanasan alat singkat 2. Ada banyak fotocell 3. Hasil absorbansi bisa di print Kekurangan 1. Alat harganya mahal 2. Perawatan alat sulit 3. Harus teliti dalam menggunakan alat V. KESIMPULAN Setelah dilakukan percobaan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Larutan cuplikan diukur absorbansinya menggunakan panjang gelombang 475 nm. 2. Hubungan antara konsentrasi dan absorbansi larutan adalah semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula absorbansi DAFTAR PUSTAKA Ciarns, D. 2008. Intisari Kimia Farmasi Edisi 2. Kedokteran EGC, Jakarta. Chang, R. 2005. Kimia Dasar : Konsep-konsep inti edisi ketiga jilid 1. Erlangga, Jakarta. Day, R.A., dan Underwood, A.L., 1996. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 5. Erlangga, Jakarta. Darusman, L. K. 2003. Diktat Kimia Analitik. FMIPA ITB Press, Bandung. Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S.1995. Kimia Organik.Penerbit Erlangga, Jakarta. Forcier, G.A., Mushinsky, R.F., and Wagner, R.L. 1971. Spektrophotometric Determination of Pyrantel Pamoate Bulk Samples and Pharmaceutical Formulations. Journal of Pharm.Sci. 60 (1) : 111 – 113. Hendayana. 1994. Kimia Analitik Instrumen. IKIP Semarang Press, Semarang. Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia, Jakarta. Laksi, M. 2000. Kimia Analitik Dasar. Grafindo Media Utama, Bandung. Mulja, H.M., Suharman. 1995. Analisis Instrumental.Airlangga University Press, Surabaya. Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Suhartono, M. T. 1989. Petunjuk Laboratorium Dasar Biokimia. ITB. Bandung. Triyati, E. 1985. Spektrofotometer ultra – violet dan sinar tampak serta aplikasinya dalam oseanologi. 10 (1) : 39 – 47. LAMPIRAN A. Tabel Tabung Volume Volume Volume Volume reaksi (ml) KCNS H2O (ml) total (ml) C1 (N) C2 (N) (ml) 1. 1 5 14 20 0,1 0,005 2. 3 5 12 20 0,1 0,0015 3. 5 5 10 20 0,1 0,0025 4. 7 5 8 20 0,1 0,0035 5. 9 5 6 20 0,1 0,0045 B. Perhitungan Keterangan : V1 = Volume NH4Fe(SO4)2 + HCl setelah diencerkan V2 = Volume NH4Fe(SO4)2 + HCl + aquades C1 = Konsentrasi NH4Fe(SO4)2 + HCl setelah diencerkan C2 = Konsentrasi larutan campuran NH4Fe(SO4)2 + HCl + aquades 1. Larutan standar 1 ml 3. Larutan standar 5ml V1 xC1 V2 xC2 V1 xC1 V2 xC2 1 x 0,1 = 20 x C2 5 x 0,1 = 20 x C2 C2 = 0,005 N C2 = 0,0025 N 2. Larutan standar 3 ml 4. Larutan standar 7 ml V1 xC1 V2 xC2 V1 xC1 V2 xC2 3 x 0,1 = 20 x C2 7 x 0,1 = 20 x C2 C2 = 0,0015 N C2 = 0,0035 N 5. Larutan standar 9 ml V1 xC1 V2 xC2 9 x 0,1 = 20 x C2 C2 = 0,0045 N C. Gambar Gambar 9. Larutan standar (Sumber : Dok. Pribadi) Gambar 11. Kuvet (Sumber Gambar 10. Proses Vortex (Sumber : dok. Pribadi) : dok. Pribadi)