Uploaded by Akhmad Nasykhuddin

ARTIKEL SABUN

advertisement
ARTIKEL SABUN
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK DERIVAT
Disusun Oleh:
Nama
: Akhmad Nasykhuddin
NIM
: 171710101136
Kelompok/Kelas
: 3 / THP A
Asisten: 1. Rina Kartika Wati
082340144468
2. Lutfi Putri Yusviani
082346057858
3. Dwi Cahya Putra
081217280695
4. Seno Dwi Pratama P
082233842560
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
1.
Pengertian sabun
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi. Sabun
terjadi karenareaksi antara garam natrium dan kalium dari asam lemak yang
berasal dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang digunakan sebagai
pembersih dapat berwujud padat (keras), lunak dan cair. Dewan Standarisasi
Nasional menyatakan bahwa sabun adalah bahan yang digunakan untuk tujuan
mencuci dan mengemulsi, terdiri dari asam lemak dengan rantai karbon C12-C18
dan sodium atau potassium (DSN, 1994).
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus
ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam
zatzat non polar. Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air.
Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan
tidaklah benar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air
karena membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50 - 150) molekul yang
rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung- ujung ionnya yang
menghadap ke air. (Ralph J. Fessenden, 1992).
Sabun diproduksi dan diklasifikasikan menjadi beberapa grade mutu. Sabun
dengan grade mutu A diproduksi oleh bahan baku minyak atau lemak yang terbaik
dan mengandung sedikit atau tidak mengandung alkali bebas. Sabun dengan grade
B diperoleh dari bahan baku minyak atau lemak dengan kualitas yang lebih
rendah dan mengandung sedikit alkali, namun kandungan alkali tersebut tidak
menyebabkan iritasi pada kulit. Sedangkan sabun dengan kualitas C mengandung
alkali bebas yang relatif tinggi berasal dari bahan baku lemak atau minyak yang
berwarna gelap. (Kamikaze, 2002).
2. Proses pembuatan sabun
Sabun dapat dibuat melalui dua proses, yaitu:
1. Saponifikasi
Saponifikasi melibatkan hidrolisis ikatan ester gliserida yang menghasilkan
pembebesan asam lemak dalam bentuk garam dan gliserol. Garam dari asam
lemak berantai panjang adalah sabun (Stephen, 2004). Reaksi kimia pada proses
saponifikasi adalah sebagai berikut:
2. Netralisasi
Netralisasi adalah proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak
atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau
pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (Ketaren, 2008). Reaksi kimia pada
proses saponifikasi adalah sebagai berikut:
3. Fungsi sabun
Fungsi Sabun Fungsi sabun dalam anekaragam cara adalah sebagai bahan
pembersih. Sabun menurunkan tegangan permukaan air, sehingga memungkinkan
air itu membasahi bahan yang dicuci dengan lebih efektif, sabun bertindak sebagai
suatu zat pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan gemuk; dan sabun
teradsorpsi pada butiran kotoran (Keenan, 1980). Kotoran yang menempel pada
kulit umumnya adalah minyak, lemak dan keringat. Zat-zat ini tidak dapat larut
dalam air karena sifatnya yang non polar. Sabun digunakan untuk melarutkan
kotoran-kotoran pada kulit tersebut. Sabun memiliki gugus non polar yaitu gugus
–R yang akan mengikat kotoran, dan gugus –COONa yang akan mengikat air
karena sama-sama gugus polar. Kotoran tidak dapat lepas karena terikat pada
sabun dan sabun terikat pada air (Qisti, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R. J., Fessenden, J. S. (1992), Kimia Organik, Jilid 2, Edisi ketiga,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kamizake, Dianthama. 2002. Studi Awal Pembuatan Sabun Menggunakan
Campuran Lemak Abdomen Sapi dan Curd Susu Aktif. Skripsi. Bogor: IPB.
Ketaren, S. (2008). Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press. Hal. 206.
Qisti, R., 2009, Sifat Kimia Sabun Transparan Dengan Penambahan Madu Pada
Konsetrasi Yang Berbeda, Skripsi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
SNI 06-3532-1994 Sabun Mandi. Badan Standarisasi Nasional.
Download