Uploaded by Gifta J P Tejeiro

Pengenalan B3 di Industri

advertisement
Pertemuan ke-4
S-1 Teknik Industri 2018/2019
Univ.Sumatera Utara
Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun
(B3)
di Industri
Oleh
Novrida Harpah
Tebak Gambar :
Yang mana termasuk
B3?
Dasar Hukum
• Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal
27 (2)
“Setiap warga
negara negara
berhak atas
pekerjaan dan
penghidupan yang
layak bagi
REGULASI TERKAIT
PENGELOLAAN B3 DI INDONESIA
PASAL
1 (21)
B3) adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi dan/atau jumlahnya,
baiksecara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan sertakelangsungan hidup
manusia dan mahluk hidup lain
Ps 58
(1)
bahwa setiap orang yang memasukkan
ke dalam wilayah NKRI, menghasilkan,
mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, memanfaatkan,
membuang, mengolah, dan/atau
menimbun B3 wajib melakukan
pengelolaan B3
UU No 32
Tahun 2009
PP No.7/1973 tentang
pengawasan atas
peredaran,penyimpanan
dan penggunaan
pestisida
Peraturan Menteri
Kesehatan
No.453/Menkes/Per/XI/1
983 tentang bahan
berbahaya
konvensi Stockholm
melalui Undang-undang
No. 19 tahun 2009
tentang Pengesahan
Konvensi Stockholm
tentang Bahan
Pencemar Organik yang
Persisten
PP No 74 tahun 2001
tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan
Beracun
Keputusan Menteri
Perindustrian RI
No.148/M/SK/4/1985
tentang pengamanan
B3 di lingkungan industri
Regulasi
PB3
Keputusan Menteri
Pertanian
No.724/Kpts/TP.270/9/1
984 tentang larangan
penggunaan pestisida
EDB
Pernah melihat seperti ini
Pengertian B3
•
Menurut PP 74/2001 :
‘bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkatdengan
B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan
atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan
atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya
•
Sasaran pengelolaan B3 :
“untuk mencegah dan atau mengurangi resiko dampak B3 terhadap
lingkungan hidup, kesehatan manusia dan mahluk hidup lainnya”
Pengecualian B3 dalam
PP 74/2001
bahan radioaktif
bahan peledak
hasil produksi
tambang serta
minyak dan gas
bumi dan hasil
olahannya
makanan dan
minuman serta
bahan tambahan
makanan lainnya
perbekalan
kesehatan
rumah tangga dan
kosmetika
bahan sediaan
farmasi
narkotika,
psikotiopila, dan
prekursornya serta
zat adiktiflainnya
senjata kimia dan
senjata biologi.
Klasifikasi
B3
Flammable
Mudah meledak
(explosive)
Pengoksidasi (oxidizing)
• Sangat mudah menyala (highly
lfammable)
• Sangat mudah sekali menyala
(extremely flammable
• Mudah menyala (flammable);
Toxic
• Amat sangat beracun (extremely
toxic
• Sangat beracun (highly toxic)
• Beracun (moderately toxic)
Bersifat iritasi (irritant)
Berbahaya (harmful
Korosif (Corrosive)
Berbahaya bagi
lingkungan (dangerous to
the environment)
Karsinogenlk
(carcinogenic)
Teratogenik (teratogenic)
Mutagenik (mutagenic).
Klasifikasi
Bahan
Berbahaya
Beracun (B3)
Mudah
Meledak
(Explosive)
After caption goes here
1. EXPLOSIVE
2.
OXIDIZING
3.
FLAMMABLE
4.
TOXIC
5.
HARMFU
6.
CORROSIVE
7.
IRRITAN
8.
DANGEROUS TO
THE ENVIRONMENT
9.
CARCINOGENIC
10. TERATOGENIC
11. MUTAGENIC
1. bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25oC, 760
mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau
fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan
tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan di
sekitamya.
2. Pengujiannya dapat dilakukan dengan menggunakan
Dffirential Scanning Calorymetry (DSC) atau Differential
Thermal Analysis (DTA), 2,4-dinitrotoluena atau Dibenzoilperoksida sebagai senyawa acuan. Dari hasil pengujian
tersebut akan diperoleh nilai temperatur pemanasan.
3. Apabila nilai temperatur pemanasan suatu bahan lebih
besar dari senyawa acuan, maka bahan ersebut
diklasifikasikan mudah meledak.
Contoh :
• Senyawa
Padatan
1. TNT
2. NH4NO3
3. Zat Warna
4. Diazo
5. Azo
6. Azida
• Debu Eksposif
1. Karbon
2. Batu Bara
3. Zat Warna
4. Magnesium
Klasifikasi
Bahan
Berbahaya
Beracun (B3)
1.
(oxidizing)
EXPLOSIVE
2. OXIDIZING
3.
FLAMMABLE
4.
TOXIC
5.
HARMFU
6.
CORROSIVE
7.
IRRITAN
8.
DANGEROUS TO
THE ENVIRONMENT
9.
Pengoksidasi
CARCINOGENIC
10. TERATOGENIC
11. MUTAGENIC
1. Pengujian bahan padat yang termasuk dalam kriteria B3
pengoksidasi dapat dilakukan dengan metoda uji
pembakaran menggunakan ammonium persulfat sebagai
senyawa standar.
2. Sedangkan unfuk bahan berupa cairan, senyawa standar
yang digunakan adalah larutan asam nitrat.
3. Dengan pengujian tersebut, suatu bahan dinyatakan
sebagai B3 pengoksidasi apabila waktu pembakaran
bahan tersebut sama atau lebih pendek dari waktu
pembakaran senyawa standar.
Contoh:
• Anorganik
1. KMO4
2. KClO3
3. K2Cr2O7
4. H2O2
5. K2S2O8
6. KJO3
• Organik
1. Bensin
Peroksida
2. Asetil
3. Eter-Oksida
4. Asam
Perasetat
Pencegahan : Simpan di botol
gelap dan hindarkan dari bahan
yang mudah terbakar
Klasifikasi
Bahan
Berbahaya
Beracun (B3)
1.
EXPLOSIVE
2.
OXIDIZING
3. FLAMMABLE
4.
TOXIC
5.
HARMFU
6.
CORROSIVE
7.
IRRITAN
8.
DANGEROUS TO
THE ENVIRONMENT
9.
CARCINOGENIC
10. TERATOGENIC
11. MUTAGENIC
Mudah
menyala
(Flammable)
A. Berupa cairan
Bahan berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24%/
volume dan atau pada titik nyala (lash point) tidak lebih dari 60.C
(140.F) akan menyala apabila tejadi kontak dengan api, percikan
api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg. Penguj
iannya dapat dilakukandengan metode Closed-Up Test.
B. Berupa padatan
B3 yang bukan berupa cairan, pada temperatur dan tekanan standar
(25"C, 760 mmHg) dengan mudah menyebabkan te{adinya kebakaran
melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara
spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang
terus menenrs dalam, l0 detik. Selain itu suatu bahan padatan
diklasifikasikan B3 mudah terbakar apabila dalam pengujian dengan
metode Sela Closed-Cup Flash Point lesl diperoleh titik nyala kurang
dari 40.C.
Klasifikasi
Bahan
Berbahaya
Beracun (B3)
1.
EXPLOSIVE
2.
OXIDIZING
3.
FLAMMABLE
4. TOXIC
5.
HARMFU
6.
CORROSIVE
7.
IRRITAN
8.
DANGEROUS TO
THE ENVIRONMENT
9.
CARCINOGENIC
10. TERATOGENIC
11. MUTAGENIC
Beracun
(Toxic)
B3 yang bersifat racun bagi manusia akan
menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila
masuk ke dalam tubuh melalui pemafasan, kulit atau
mulut.
Contoh :
1.
2.
3.
4.
Logam/Metaloid : Pb, Hg,Cd
Pelarut : Hidrokarbon, glikol
Gas Beracun : HCN, H2
Karsinogen : Benzene, Asbes,
Benzidine
5. Pestisida : Organoklorin dan Organo
posfat
Klasifikasi
Bahan
Berbahaya
Beracun (B3)
1.
EXPLOSIVE
2.
OXIDIZING
3.
FLAMMABLE
4.
TOXIC
5. HARMFU
6.
CORROSIVE
7.
IRRITAN
8.
DANGEROUS TO
THE ENVIRONMENT
9.
CARCINOGENIC
10. TERATOGENIC
11. MUTAGENIC
Berbahaya
(HARMFUL)
Berbahaya (harmful) adalah bahan
baik padatan maupun cairan
ataupun gas yang jika terjadi
kontak atau melalui inhalasi
ataupun oral dapat menyebabkan
bahaya terhadap kesehatan sampai
tingkat tertentu.
Klasifikasi
Bahan
Berbahaya
Beracun (B3)
1.
EXPLOSIVE
2.
OXIDIZING
3.
FLAMMABLE
4.
TOXIC
5.
HARMFU
6. CORROSIVE
7.
IRRITAN
8.
DANGEROUS TO
THE ENVIRONMENT
9.
CARCINOGENIC
10. TERATOGENIC
11. MUTAGENIC
Korosif
(Corrosive)
B3 yang bersifat korosif mempunyai sifat antara
lain :
1) menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;
2) Menyebabkan proses pengkaratan pada
lempeng baja SAE 1020 dengan laju korosi lebih
besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur
pengujian 55'C;
3) Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk
B3 bersifat asam dan >= dari 12,5 untuk yang
bersifat basa.
Contoh:
• Padat : anorganik (NaOH, KOH) ;
Organik(Fenol)
• Cair : anorganik (HCl, HNO3); Organik
(Asam Formiat)
• Gas :
– Amat larut dalam air (NH3, HCL,HF)
– Kelarutan sedang (SO2, Cl2, Br2)
– Kelarutan Kecil (Ozon, Fosgen, Nox)
Klasifikasi
Bahan
Berbahaya
Beracun (B3)
1.
EXPLOSIVE
2.
OXIDIZING
3.
FLAMMABLE
4.
TOXIC
5.
HARMFU
6.
CORROSIVE
7. IRRITAN
8.
DANGEROUS TO
THE ENVIRONMENT
9.
CARCINOGENIC
10. TERATOGENIC
11. MUTAGENIC
Iritasi
(Irritan)
Bahan baik padatan maupun cairan yang
jika terjadi kontak secara langsung, dan
apabila kontak tersebut terus menerus
dengan kulit atau selaput lendir dapat
menyebabkan peradangan
Klasifikasi
Bahan
Berbahaya
Beracun (B3)
Berbahaya
bagi lingkungan
(DANGEROUS TO
THE ENVIRONMENT)
1.
EXPLOSIVE
2.
OXIDIZING
3.
FLAMMABLE
4.
TOXIC
5.
HARMFU
6.
CORROSIVE
7.
IRRITAN
8.
DANGEROUS TO
THE ENVIRONMENT
9.
CARCINOGENIC
10. TERATOGENIC
11. MUTAGENIC
Bahaya yang ditimbulkan oleh
suatu bahan seperti merusak
lapisan ozon (misalnya CFC),
persisten di lingkungan (misalnya
PCBs), atau bahan tersebut dapat
merusak lingkungan
Klasifikasi
Bahan
Berbahaya
Beracun (B3)
1.
EXPLOSIVE
2.
OXIDIZING
3.
FLAMMABLE
4.
TOXIC
5.
HARMFU
6.
CORROSIVE
7.
IRRITAN
8.
DANGEROUS TO
THE ENVIRONMENT
9.
CARCINOGENIC
10. TERATOGENIC
11. MUTAGENIC
Karsinogenlk
Teratogenik
Mutagenik
Karsinogenlk (carcinogenic) adalah sifat bahan
penyebab sel kanker, yakni sel liar yang dapat merusak
tubuh.
Teratogenik (teratogenic) adalah sifat bahan yang dapat
mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio.
Mutagenik (mutagenic) adalah sifat bahan yang
menyebabkan perubahan kromosom yang berarti dapat
merubah genetika.
• Informasi penting yang selalu harus
disertakan dalam produksi B3 adalah
Lembar Data Keselamatan Bahan
(Material Safety Data Sheet - MSDS)
atau SDS (Safety Data Sheet) serta
label di kemasan B3
GHS Elements for Harmonised
Hazard Communication
2 types of chemical hazard communication for targetted
audiences like workers, customers, emergency responders,
transporters.
1.
Label
- appropriate group of written, printed or graphic information
element concerning a hazardous product
2. Safety Data Sheet (SDS)
-Data and Information sheet on chemical substance or
mixture
Labelling Elements according to GHS
6 key characteristcis to be put on a label:•
•
•
•
•
•
Product identifier
Supplier identification
Hazard pictograms
Signal words
Hazard statements
Precautionary statement
Characteristic of label
1)Product identifier/ingredient disclosure:
- describe the chemical identity of a substance or
mixtures
2)Supplier identification:
- identify the name, address and telephone/fax numbers
of the supplier/manufacturer/importer/distributor…
3)Hazard pictograms:
- show the type of safety symbols for the chemical
Characteristic of label
Continue…
4) Signal words
- use either ”Danger” or “Warning” phrases to warn user of
the potential hazard
5) Hazard statements
-show statements which indicate the hazardous properties of
the chemical in question.
6) Precautionary statements
-show statements that describe the recommended measures
to take in order to prevent or minimise harm
GHS Pictograms
Explosive
Self-Reactive
Organic
Peroxides
Corrosives
Gases under
Pressure
Flammables
Self-Reactive
Pyrophorics
Self-Heating
Emits
Flammable Gas
Carcinogen
Respiratory
Sensitizer
Reproductive
Toxicity
Target Organ
Toxicity
Mutagenicity
Aspiration
hazard
Acute
Toxicity
(severe)
Oxidizers
Organic
Peroxides
Environmental
Toxicity
Irritant
Skin Sensitizers
Acute Toxicity
(harmful)
!
GHS label with 6 elements
(6)
Signal word
Resin Solution
(5)
Hazard
pictogram
(1)
Product identifier
UN 1866
Danger
Highly flammable vapour & liquid. Causes damage
to liver & kidney through repeated exposure to the
skin.
(2)
Precautionary state
Keep away from heat & ignition sources. Keep
away from food & drink. Wash hands thoroughly
after use and before eating.
(4)
Aid: Wash affected areas of body thoroughly
Hazard statementFirst
with soap & water
GHS Co., 1 Jalan Kg.Attap, 50123 Kuala Lumpur.
Tel:03-22725936, fax:03-222725999
(3)
Supplier
identification
1. Identification
2. Hazards identification
16Section
Safety
Data
Sheet
3. Composition/information on ingredients
4. First aid measures
5. Fire fighting measures
6. Accidental release
7. Handling and storage
8. Exposure controls/personal protection
9. Physical and chemical properties
10. Stability and reactivity
11. Toxicological information
12. Ecological information
13. Disposal considerations
14. Transport information
15. Regulatory information
16. Other information
• Berdasarkan penggunaannya di
lapangan, B3 dibagi menjadi 3
bagian, yaitu (pasal 5):
1. B3 yang dapat atau boleh
dipergunakan di Indonesia
(Lampiran I PP 74/2001) = 209
Bahan Kimia
2. B3 yang dilarang dipergunakan
di Indonesia (Lampiran II Tabel
1, PP 74/2001) = 10 bahan
kimia
3. B3 yang terbatas dipergunakan
(Lampiran II Tabel 2, PP
74/2001). = 45 Bahan kimia
Tata Cara Impor/Ekspor B3 di
Indonesia
B3 Baru dalam
PP
B3 Baru yg tdk
ada dalam PP
• Mendaftar ke
Kementrian
LH (Pasal 6)
• Registrasi ke
pihak terkait
Impor B3
• Importir
melakukan
registrasi
• Penyampaian
notifikasi dr
negara
pengirim ke
otoritas fdi
Indonesia
Ruang Lingkup Pengelolaan
B3 berdasarkan PP 74/2001
• PP 74/2001 mengatur juga secara
umum :
1. Pengangkutan B3 (pasal 13)
2. Pengemasan B3 (pasal 15),
3. Pemberian label dan simbol (pasal 17),
4. Penyimpanan B3 (pasal 18).
Pengangkutan B3
Dasar Hukum dan Peraturan Lain
yang Relevan
•
•
•
•
UU No. 19 Th. 2009 tentang Pengesahan Konvensi Stockholm tentang
Bahan Pencemar Organik yang Persisten
Pasal 58, ayat 1,
Setiap orang yang memasukkan kedalam wilayah NKRI, menghasilkan,
mengangkut, mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan, membuang,
mengolah, dan atau menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan B3.
UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan
Pasal 180 ayat (1), “
Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus diberikan oleh Menteri
yang bertanggung jawab dibidang sarana angkutan dan prasarana lalu
lintas dan angkutan jalan dengan rekomendasi dari instansi terkait.
PP 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan B3
Pasal 1 ayat 2, Pengelolaan B3, adalah kegiatan yang
menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan
dan atau membuang B3;
•
•
•
Pasal 1 ayat 8, pengangkutan B3 adalah kegiatan pemindahan B3 dari suatu
tempat ke tempat lain dengan menggunakan sarana angkutan;
Pasal 13 ayat 1, Pengangkutan B3 wajib menggunakan sarana pengangkutan
yang laik operasi serta pelaksanaannya sesuai dengan tata cara pegangkutan
yang diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku.
Pasal 13 ayat 2, Persyaratan sarana pengangkutan dan tata cara pengangkutan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditetapkan oleh instansi yang berwenang
di bidang transportasi.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2008 tentang
Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun.
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor
SK.725/AJ.302/DRJD/2004 Tentang Pengangkutan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) di Jalan.
Pasal 31 ayat 1, Untuk keselamatan dan keamanan pengangkutan bahan
berbahaya dan beracun (B3) yang tingkat bahayanya besar dengan jangkauan
luas, penjalaran cepat serta penanganan dan penanganannya sulit, pengangkut
bahan berbahaya wajib mengajukan permohonan persetujuan kepada Direktur
Jenderal sebelum pelaksanaan pengangkutan.
Pasal 31 ayat 2 huruf b, persetujuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31
ayat 1, dapat diajukan kepada Direktur Jenderal dengan dilengkapi (huruf b)
“rekomedasi pengangkutan bahan berbahaya dari instansi yang berwenang”;
Pasal 31 ayat 3 huruf a, Instansi yang berwenang sebagaimana dimaksud
dalam pasal 31 ayat 2 huruf b adalah (huruf a)“ instansi yang berwenang dalam
pengendalian dampak lingkungan.
Persyaratan Umum Armada
Angkutan B3
1.
2.
3.
4.
5.
Plakat/Simbol B3
Nama Perusahaan
Jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard;
Kotak obat lengkap dengan isinya;
Alat pemantau unjuk kerja pengemudi, yang sekurangkurangnya dapat merekam kecepatan kendaraan dan perilaku
pengemudi dalam mengoperasikan kendaraannya;
6. Alat pemadam kebakaran;
7. Nomor telepon pusat pengendali operasi yang dapat dihubungi
jika terjadi keadaan darurat (emergency call), yang
dicantumkan pada sebelah kiri dan kanan kendaraan
pengangkut B3.
Persyaratan Safety Pada
Armada Pengangkut B3
1. Alat komunikasi antara pengemudi dengan pusat pengendali operasi dan/atau
sebaliknya;
2. Lampu tanda bahaya berwarna kuning yang ditempatkan diatas atap ruang
kemudi;
3. Rambu portabel;
4. Kerucut pengaman;
5. Segitiga pengaman;
6. Dongkrak;
7. Pita pembatas (Police line);
8. Serbuk gergaji;
9. Sekop yang tidak menimbulkan api;
10. Lampu senter;
11. Warna kendaraan khusus;
12. Pedoman pengoperasian kendaraan yang baik untuk keadaan normal dan
darurat;
13. Ganjal roda yang cukup kuat dan diletakan pada tempat yang mudah dijangkau
oleh pembantu pengemudi.
Penyimpanan B3
Gudang/Penyimapan B3
• Adalah tempat dimana terdapat potensi
bahaya yang cukup besardisimpan B3
dalam jumlah yang cukup besar dan
beragam. Oleh karena itu harus di
lakukan identifikasi mengeluruh guna
meminimalkan resiko. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan untuk
gudang/penyimpanan B3 yaitu:
1. Lokasi
1. Bebas banjir
2. Jauh dari pemukiman dan aktivitas
umum,pabrik makanan dan sumber air
3. Sebaiknya daerah yang khusus untuk
industri
2. Tata Letak Bangunan
1. Mudah bagi keluar masuk kendaraan,
bongkar muat dan pemadaman
kebakaran/ambulans (emergency
Vehicles)
2. Jarak antar bangunan maupun batasbatas dengan bangunan lain > 10 m
3. Bahan dan Konstruksi
Bangunan
1. Hindarkan bahan yang mudah terbakar
dan sumber api
2. Lantai dan dinding harus kedap
air/cairan serta mudah dibersihkan
3. Kerangka atap harus dari bahan yang
tidak mudah terbakar
4. Atap terbuat dari bahan ringan, tidak
mudah pecah oleh panas api, tidak
tembus cahaya.
4. Tata Cara Penyimpanan
1. Tiap barang masuk diperiksa
dengan seksama
2. Setiap kemasan dilarang
diletakkan langsung di atas lantai
3. Kemasan berat (drum, box besar
dll) disusun di atas pallet
4. Kemasan kecil dapat disusun
dalam rak.
5. Tinggi susunan kemasan
besar max 4 pallet, lebar 2
pallet dan panjang 4 pallet
6. FIFO harus dapat diterapkan
7. Kalau proses bongkar muat
menggunakan forklift, driver
harus terlatih
8. Pengisian baterai forklift
harus diruang khusus
Terima Kasih
Reference
• Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2001
tentang Pengelolaan B3
• Bahan Training Pengelolaan B3 di Tempat
Kerja oleh Dinas Ketenagakerjaan
• Damanhuri, E, Diktat Kuliah Pengelolaan
Bahan Berbahaya Beracun, Edisi Semester II
tahun 2009/2010, Teknik Lingkungan ITB.
• AOMG Technical Workshop on Hazard
Communication Elements at 2 Oct 2014
Download