MANAJEMEN AGRIBISNIS ANALISIS DATA TANAMAN PERKEBUNAN KARET OLEH : MIFTAHUL FADILLA 1706113595 AGROTEKNOLOGI-C JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2019 DATA ANALISIS TANAMAN KARET 1. Analisis produksi, produktivitas, dan luas lahan karet di Provinsi Riau Tabel 1. Provinsi Riau Tahun Produksi Produktivitas Luas Lahan 2015 322.517 1,045 2016 338.546 1,100 347.662 2017 368.573 1,128 349.370 2018 368.904 1,113 350.205 2019 361.403 1,107 350.918 348.140 Sumber. Direktorat Jendral Perkebunan Tabel 1. Menunjukkan bahwa pada tahun 2015 hingga 2018 Luas lahan karet di Provinsi Riau terus bertambah sehingga meningkatkan produksi karet tersebut. Menurut Dharma (2019) bahwa produksi karet padatahun 2019 mengalami kemunduran dikarenakan banyaknya perkebuna karet di Indonesia khususnya provinsi Riau beralih menjadi tanaman kelapa sawit. Namun tidak menutup kemungkinan bawa produktivitas karet semakin meningkat dari tahun 2015 meskipun sedikit mengalami penurunan namun tidak berpengaruh besar terhadap nilai produksi dibandingkan dengan perubahan luas area tanam karet. Pad tahun 2018 produksi tanaman karet sebanyak 368.904 ton/ tahun sehingga hal ini menyebabkan Indonesia merupakan Negara pengekspor produksi karet mentah keluar negeri, terlebih lagi di beberapa provinsi yang menghasilkan produksi karet lebih besar dari Provinsi Riau. Namun pada tahun 2019, Provinsi riau mengalami kemunduran baik dalam hasil produksinya maupun luas lahan nya dikarenakan hargayang terus menurun dan persaingan dengan kelapa sawit yang tidak dapat di seimbangkan sehinggabanyak perusahaan perkebunan memilih untuk beralih ketanaman perkebunan kelapa sawit. 2. Analisis produksi, produktivitas dan luas lahan di Kabupaten Indragiri Hulu Tabel 2. Kabupaten Indragiri Hulu Produksi Produktivitas (ton/th) (ton/ha) Tahun Luas lahan (ha) 2015 43.951 0,72 61.372 2016 43.508 0,71 61.372 2017 43.617 0,72 61.506 2018 42.312 0,71 61.768 2019 - - - Sumber. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tabel 2 menunjukkan perkembangan produksi, produksi, produktivitas dan luas lahan di kabrupaten Idnragiri Hulu. Menurut Dharma (2019) bahwa “pada tahun 2015 hingga 2016 luas lahan perkebunan karet di Kabupaten Indragiri Hulu tidak mengalami perubahan”. Namun produksi karetnya mengalami penurunan dari 43.951 menjadi 43.508 ton/tahun. Hal ini dapat disebabkan karena tanaman yang semakin tua, banyaknya perkebunan karet yang melakukan replanting, serta factor lainnya yang mempengaruhi produksi karet meskipun produktivitas karet tetap yaitu 0,71 ton/th. Produktivitas karet di Kabupaten Indragiri Hulu tidak sebanding dengan rata-rata produktivitas di Provinsi Riau hal ini dikarenakan terdapat beberapa Kabupaten di Provinsi Riau yang memiliki produktivitas lebih tinggi. 3. Analisis Produksi, Produktivitas dan Luas Lahan di Kabupaten Kampar Tabel 3. Kabupaten Kampar Produksi Produktivitas Tahun Luas Lahan (ha) (ton/tahun) (ton/ha) 2015 71.760 0,72 98.312 2016 71.883 0,72 99.322 2017 72.006 0,73 99.322 2018 71.972 0,72 99.360 2019 71.722 0,71 99.216 Sumber. BPS Provinsi Riau Tabel 3 menunjukkan perkembangan produksi, produktivitas dan luas lahan di kabupaten Kampar pada tahun 2015-2019. Jika dibandingkan dengan tabel 2. Perkembangan produksi, produktivitas dan luas lahan di Kabupaten Indragiri Hulu menunjukkan bahwa luas lahan perkebunan karet di Indragiri Hulu lebih sempit dibandingkan dengan kabupaten Kampar sehingga memacu tingkat produksi yang mengalami perubahan signifikan. Hal ini dikarenakan rendahnya daya saing karet terhadap kelapa sawit di kabupaten Inhu. Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa produktivitas karet di Kampar tidak berbeda jauh dengan Inhu yaitu 0,72 ton/ha. Produksi karet terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun hingga pada tahun 2019 mengalami kemunduran karena adanya alih fungsi lahan. 4. Daya Saing dan permintaan produk turunan karet Tabel 4. Permintaan Produk Karet Beberapa Provinsi di Indonesia Konsumsi karet dunia pada dua dekade ini mengalami peningkatan yang drastis. Walaupun permintaan akan karet dunia dari negara‐negara maju seperti Amerika dan negara‐negara di Eropa cenderung stagnan, namun pertumbuhan permintaan dunia akan karet terus meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan pertumbuhan perekonomian kekuatan ekonomi dunia baru yakni Cina. Selain itu juga pertumbuhan beberapa negara di Asia Pasifik dan Amerika Selatan seperti India, Korea Selatan dan Brazil juga memberikan pengaruh bagi peningkatan pertumbuhan permintaan karet dunia. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan permintaan karet dunia dan luas areal tanam yang dimiliki, Indonesia berpotensi untuk menjadi negara penghasil karet terbesar di dunia (Sony Hendra permana, dkk , 2010). Jenis karet alam ada beberapa yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi dan ada juga yang merupakan barang jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi. Jenis‐jenis karet alam yang dikenal luas adalah: a. Bahan olah karet (lateks kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump segar) b. Karet Konvensional (RSS, white crepes, dan pale crepe) c. Lateks pekat d. Karet bongkah atau block rubber (SIR 5, SIR 10, dan SIR 20) e. Karet Spesifikasi atau crumb rubber f. Karet Reklim atau Reclaim Rubber. Perbincangan tentang konsep daya saing ini akhirnya meluas dan memperkaya perspektif tentang apa dan bagaimana meningkatkan daya saing. Dalam literatur bahasan konsep daya saing dapat ditinjau pada tingkat: • Perusahaan • Industri atau sehimpunan/sekelompok industri, dan • Negara atau daerah (sebagai suatu entitas ekonomi. 5. Pabrik Karet Di Provinsi Riau Tabel 5. Pabrik Perkebunan Karet Di Riau No Nama Kapasitas 1 PT. TIRTA SARI SURYA 25-30 ton/hari 2 PT. RIAU CRUMB RUBBER FACTORY 9000 ton/th 3 PT. P & P BANGKINANG 50 ton/hari Pada tabel 5. Terdapat 3 pabrik karet di Provinsi Riau. Dilihat dari dapat tersebut bahwa PT. P&P BANGKINANG memiliki kapasitas produksi paling tinggi bahkan dua kali lipat disbanding dengan pabrik lainnya. PT. Tirta Sari Surya berada di jalan Pasir Jaya Km. 6 Kabupaten Indragiri Hulu, PT. Riau Crumb Rubber Factory berada di jalan Kampung Sukarami No. 63 Kota Pekanbaru, dan PT. P&P Bangkinang berada di jalan RayaPekanbaru-Lipat Kain Km. 38 Kabupaten Kampar. Kapasitas mesin produksi karet di PT. Tirta Sari Surya sebesar 25-30 ton / hari nya ( Eko Yulianto, 2012). Kapasitas produksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kapasitas produksi karet di PT. Riau Curmb Rubber Factory sebesar 9000 ton/tahun ( PT.Riau Crumb Rubber Factory, 2014). Kapasitas rata-rata harian pabri RCBF sebesar 24 ton / hari. Hal ini menunjukkan bahwa kapastitas produksi PT. RCBF lebih kecil dibandingkan dengan PT. TSS. Kapasitas produksi karet di PT. P&P Bangkinang sebesar 50 ton/hari (Asnelly Maryulia, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa kapsitas produksi PT.P&P Bangkinang jauh lebih besar dibandingkan dengan kedua PT. lainnya. DAFTAR PUSTAKA BPS Provinsi Riau. 2019. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Beberapa Komoditi Perkebunan di Provinsi Riau. Pekanbaru. Dharma, AM, dkk. 2019. Jurnal Agrbsinis. Vol 21. No 1. Pekanbaru. Di akses 28 Oktober 2019. Direktorat Jendral Perkebunan. 2019. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Karet Alam Di Indonesia. Maryulina, Asnelly. 2010. Analisis Pemeliharaan Mesin Produksi Pada PT. P&P Bangkinang Di desa simalinyang. UIN Suska Riau. Pekanbaru. Permana, Sony Hendra, dkk, 2010. Daya Saing Ekspor Barang-Barang Dari Karet. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik. 1 Desember. PT. Riau Crumb Rubber Factory. 2014. Data Produksi Pabrik PT. Tiau Crumb Rubber Factory pada Tahun 2014. Pekanbaru. Yulianto,Eko. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Karet Pada PT. Tirta Sari Surya Rengat Indragiri Hulu. Pekanbaru.