MAKALAH TENTANG PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT Disusun Oleh : 1. ALMA HAFIZHA (19102020055) 2. SYIFATUNNAZMIAH (19102020063) 3. ANINDITA ALMAS M. (19102020067) 4. RANITA (19102020071) 5. SUWARI AMALI A (19102020076) 6. NURLATIFAH FAUZIAH (19102020077) 7. MURSYID ALBANNA (19102020089) PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2019 KATA PENGANTAR Ucapan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan berupa waktu untuk menyusun dan menyelesaikan makalah tentang pancasila sebagai filsafat dengan baik. Makalah ini kami susun berdasarkan berbagai penelitian melalui media sosial dan referensi buku-buku mengenai pancasila. Di balik penyusunan makalah ini tentunya ada berbagai kendala yang menyebabkan kami menunda berdiskusi dalam pembentukannya, contohnya seperti waktu yang tidak mencukupi dalam berdiskusi karena jangka waktu antara satu mata kuliah dengan yang lain cukup dekat. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat kami dalam menyusun makalah ini. Dengan kerja sama antar anggota yang baik, menjadikan makalah ini tersusun dengan sebagaimana mestinya. Tersusunnya makalah mengenai pancasila sebagai filsafat, diharapkan memberikan manfaat berupa pengetahuan mengenai pancasila lebih mendalam untuk para pembaca. Dalam penyusunannya tentu masih terdapat kekurangan. Kritik dan saran baik pembaca sangat diharapkan untuk kami. Yogyakarta, 24 September 2019 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................. i DAFTAR ISI................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................................1 B. Rumusan Masalah .............................................................................................2 C. Tujuan ...............................................................................................................2 D. Manfaat .............................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Cara Berfikir Filsafat ........................................................................................3 1. Pengertian Filsafat .....................................................................................3 2. Ciri-ciri Berpikir Kefilsafatan ....................................................................3 3. Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat .................................................4 B. Pemikiran Filosofis Pancasila ..........................................................................5 C. Nilai-nilai Pancasila Sebagai Satu-kesatuan .....................................................7 D. Nilai-nilai Pancasila menjadi Dasar Antara Hak dan Kewajiban .....................9 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................................................12 B. Saran ...............................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki dasar-dasar negara yang lekat dengan hakikat bangsa, yaitu bangsa yang memiliki adat, suku, budaya, dan agama yang berbeda-beda. Salah satu dasar negara yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah pancasila. Yaitu mengenai pancasila sebagai filsafat. Sebagai warga negara indonesia, tentunya wajib untuk mempelajari pancasila dan seluk-beluknya. Itulah mengapa pendidikan pancasila diterapkan pada semua jenjang pendidikan. Di tingkat SD, SMP, SMA yang biasa dikenal dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yang di dalamnya mempelajari mengenai negara dan struktur-struktur penyusunnya termasuk pancasila. Namun, berbeda halnya dengan Perguruan Tinggi yang memisahkan antara Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila. Maka dalam kesempatan kali ini, kami dituntut untuk menyusun makalah mengenai pancasila sebagai filsafat. Keputusan tersebut diambil sesuai hasil diskusi antara teman-teman dan dosen pengampu mata kuliah pancasila. Dibentuknya makalah ini adalah salah satu bentuk pembelajaran yang harus dilakukan untuk kami para mahasiswa, untuk menjadi mahasiswa yang mau dan mampu berpikir kritis. Karena ditakutkan mahasiswa akan bermanja-manja apabila tidak diberikan tugas berupa makalah, sehingga sistem pembelajaran seperti ini adalah salah satu metode yang baik untuk mahasiswa. Disamping itu, karena pancasila adalah salah satu dasar negara yang begitu penting bagi bangsa dan negara. Sehingga sangat perlu, pancasila sebagai filsafat dijadikan makalah. Tak akan ada ilmu yang abadi kecuali dituliskan. Karena jika hanya dihapalkan saja, sewaktu-waktu hapalan itu sendiri akan hilang pada masanya. Jua karena otak manusia itu tidak kekal. Penyakit yang berupa lupa pasti akan menghampiri, tak tahu kapan umurnya dan keadaannya. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara berpikir filsafat dalam pancasila? 2. Jelaskan pemikiran filosofis pancasila menurut para ahli dan pendiri bangsa! 3. Apa nilai-nilai pancasila sebagai satu-kesatuan? 4. Bagaimana nilai-nilai pancasila menjadi dasar antara hak dan kewajiban? C. Tujuan 1. Agar mahasiswa mampu membuat makalah serta mampu untuk melakukan penelitian berdasarkan tema yang ditentukan 2. Memberikan tambahan pengetahuan mengenai pancasila sebagai filsafat kepada mahasiswa 3. Mengajak mahasiswa untuk berpikir kritis mengenai pancasila 4. Menuntut mahasiswa untuk belajar kerjasama dengan sesama anggota kelompok D. Manfaat 1. Mahasiswa memperoleh pengetahuan mengenai pembuatan makalah yang baik dan benar 2. Mendapatkan pengetahuan lebih luas mengenai pancasila sebagai filsafat melalui penelitian yang dilakukan di berbagai media 3. Mahasiswa mampu berpikir kritis 4. Tertanamnya nilai kemanusiaan berupa kerjasama dengan sesama manusia atau dengan antar kelompok BAB II PEMBAHASAN A. Cara Berpikir Filsafat 1. Pengertian Filsafat Filsafat merupakan awal dari ilmu pengetahuan, filsafat disebut juga sebagai “Mother of Science”. Filsafat adalah bentuk kata Arab falsafah yang berasal dari perkataan Yunani philosophia. Philos berarti suka atau cinta dan sophia berarti kebijaksanaan dan mempunyai makna “Pecinta Kebijaksanaan” yaitu kajian masalah umum dan mndasar tentang persoalan seperti eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa. 2. Ciri-ciri Berpikir secara Kefilsafatan a. Bersifat kritis Kefilsafatan bersifat kritis yaitu senantiasa mempertanyakan segaaka sesuatu, problema-problema, atau hal-hal yang sedang dihadapi manusia. b. Bersifat terdalam Suatu ciri yang sangat menonjol dalam berpikir secara kefilsafatan adalah bersifat mendalam, yaitu bukan hanya sampai pada fakta-fakta yang sifatnya sangat khusus dan empiris belaka, namun sampai pada intinya yang terdalam yaitu substansinya yang bersifat universal. c. Bersifat konseptual Perenungan kefilsafatan adalah kegiatan akal budi dan mental manusia yang berusaha untuk menyusun suatu bagan yang bersifat konseptual yang merupakan suatu hasil generalisasi serta abstraksi dan pengalaman tentang halhal yang sifatnya khusus dan individual (Kattsoff, 1986 ; 7). d. Koheren (runtut) Berpikir secara kefilsafatam bukanlah merupakan suatu pemikiran yang acak, kacau dan fragmentaris. Pemikiran kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan yang konseptual yang Koheren (runtut). e. Bersifat rasional Dalam pemikiran kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan yang bersifat konsepsional. Yang dimaksud dengan bagan konsepsional yang rasional adalah bagan yang bagian-bagiannya berhubungan secara logis antara satu dan lainnya. f. Bersifat menyeluruh (komprehensif) Hal ini berarti bahwa suatu pemikiran kefilsafatan bukan hanya berdasarkan pada suatu fakta khusus dan individual saja, namun pemikiran kefilsafatan haruslahsampai kepada suatu kesimpulan yang sifatnya paling umum. g. Bersifat universal Sifat universal berarti sampai pada suatu kesimpulan yang bersifat umum bagi seluru umat manusia dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan apapun. h. Bersifat spekulatif Spekulatif atau perekaan yaitu pengajuan dugaan-dugaan yang masuk akal (rasional) yang melampaui batas-batas fakta. i. Bersifat sistematis Kefilsafatan yang sistematis memiliki ciri-ciri yaitu suatu kesatuan bagianbagian, bagian-bagian tersebut memiliki fungsi sendiri-sendiri, saling berhubungan,kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan bersama atau tujuan sistem. j. Bersifat bebas Sifat berfikir secara kefilsafatan adalah berfikir secara bebas untuk sampai pada hakikat yang terdalam dan universal. 3. Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat a. Apa yang dimaksudkan dengan sistem filsafat Pengertian filsafat berdasarkan watak dan fungsinya sebagaimana yang dikemukakan Titus, Smith dan Nolan sebagai berikut : 1) Menurut arti secara informal, Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. 2) Menurut arti secara formal, Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi. 3) Menurut arti secara komprehensif, Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. 4) Menurut arti secara analisis linguistik, Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. 5) Menurut arti secara aktual-fundamental, Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. Dengan demikian, Pancasila merupakan suatu sistem mendasar dan fundamental karena mendasari seluruh kebijakan penyelenggaraan negara. Ketika suatu sistem bersifat mendasar dan fundamental, maka sistem tersebut dapat dinamakan sebagai sistem filsafat. B. Pemikiran Filosofis Pancasila menurut Para Ahli dan Pendiri Bangsa 1. Notonegoro Dalam sebuah Lokakarya Pengamalan Pancasila yang diadakan di Yogyakarta, sekitar tahun 1976, beliau mengatakan bahwa alinea keempat pada bagian kalimat akhir daripada Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi : “Maka disusunlah kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kata-kata dengan berdasarkan kepada tersebut menentukan kedudukan Pancasila dalam Negara Republik Indonesia sebagai dasar negara. Dasar negara tersebut bisa ibarat dasar filsafat pada sesuatu. Sifat kefilsafatan dari dasar negara ini terwujudkan dalam rumus abstrak dari kelima sila daripada Pancasila yang katakata intinya ialah Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Dasar filsafat adalah ratio daripada kehidupan negara dan bangsa kita yang berkaitan dengan Pancasila. Pancasila sebagai ratio daripada kehidupan negara dan bangsa itu yang sesuai dengan akal jiwa bagi peningkatan martabat kehidupan manusia, sebagai jiwa kehidupan negara dan bangsa, dan sebagai ideologi negara. 2. Abdulgani Menurut Abdulgani pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai collective ideologie (cita-cita bersama) dari bangsa Indonesia. 3. Soekarno Filsafat Pancasila oleh Soekarno dikembangkan lagi sejak tahun 1955 hingga berikutnya kekuasaannya tahun 1965. Pada saat itu, Soekarno selalu menyatakan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli negara Indonesia hindu-anyang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya india (Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam). 4. Soeharto Pancasila merupakan sistem filsafat yang memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis tersendiri yang membedakannya dengan sistem filsafat lain. Secara ontologis, dari kajian pancasila merupakan sebagai filsafat yang dimaknai sebagai upaya untuk dapat mengetahui pada hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Bahwa pada hakikatnya dasar ontologi Pancasila ialah manusia. Sebab Pancasila merupakan sebjek hukum pokok dari Pancasila itu sendiri. Kemudian pada hakikatnya manusia ialah semua kompleksitas makhluk hidup baik sebagai makhluk hidup sekaligus makhluk sosial. Dari bidang ilmu epistemologis, filsafat Pancasila dalam arti sebagai upaya untuk mencari kebenaran Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Dalam persoalan mendasar epistemologis dibagi menjadi tiga yaitu : a. Tentang sumber pengetahuan manusia b. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia c. Tentang watak pengetahuan manusia Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam UUD 1945, diundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tahun II No 7 bersama dengan UUD 1945. Pancasila dari bahasa Sansekerta yaitu “Panca” (Lima) dan “Syila” (Dasar). Pertama kali digunakan sebagai nama 5 dasar Negara pada 1 Juni 1945 oleh Ir. Sookarno. Bangsa Indonesia sudah ada sejak Zaman Sriwijaya, Majapahit dalam satu kesatuan. Namun, dengan datangnya bangsa-bangsa barat, persatuan dan kesatuan itu dipecah. Mereka dalam rangka menguasai daerah Indonesia yang kaya raya. Pada awalnya perjuangan dilakukan secara perang, karena gagal, Indonesia menggunakan cara politik yang di bentuk dengan bantuan Jepang. Tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin mengutamakan prinsip dasar negara. Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno membaas dasar negara. Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Undangundang dasar negara. Jadi, Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia ditetapkan bersamaan dengan ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945 dan menjadi ideologi bangsa Indonesiaa. Maka, arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak bagi seluruh tumpah darah Indonesia. C. Nilai-nilai Pancasila sebagai Satu-Kesatuan Sebelum pancasila ditentukan sebagai dasar filsafat negara Indonesia, nilainilainya telah ada sejak zaman daulu kala, yaitu sejak lahirnya bangsa Indonesia yakni sebelum proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun, demikian keberadaan bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang hidup mandiri di antara bangsa yang lain, bukanlah semata-mata ditentukan oleh ciri etnis belaka melainkan oleh sejumlah unsur khas yang ada pada suatu bangsa Indonesia serta menjadi pembeda dengan bangsa yang lain. Sebagai suatu bangsa, Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Dilahirkan dari satu nenek moyang, sehingga kita memiliki kesatuan darah 2. Memiliki satu wilayah di mana kita dilahirkan, hidup bersama dan mencari sumber-sumber kehidupan bersama. 3. Memiliki satu kesatuan sejarah, yaitu bangsa Indonesia yang dibesarkan di bawah gemilangnya kerajaan-kerajaan seperti Sriwijaya, Majapahit, Mataram, dan lain sebagainya. 4. Memiliki kesamaan nasib, yaitu berada dalam kesenangan dan kesusahan, dijajah Belanda, Jepang dan negara lainnya. 5. Memiliki satu ide, cita-cita dan satu tekad untuk hidup bersama dalam suatu negara Republik Indonesia Bagi bangsa Indonesia adanya kesatuan asas kerohanian, kesatuan pandangan hidup, kesatuan ideologi adalah sangat penting dan bersifat sentral, karena suatu bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui ke arah mana tujuan bangsa itu ingin dicapai. Maka, bangsa itu harus memiliki satu pandangan hidup, ideologi maupun satu asas kerohanian. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang dari berbagai macam suku bangsa yang dengan sendirinya memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang berbeda-beda pula. Namun, perbedaan itu harus didasari sebagai sesuatu yang memang senantiasa ada pada setiap manusia (suku bangsa) sebagai makhluk pribadi. Dengan adanya kesatuan asas kerohanian yang kita miliki, maka disinilah letak fungsi dan kedudukan asas kerohanian Pancasila sebagai asas persatuan, kesatuan dan asas kerjasama bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar filsafat hidup bangsa sekaligus berfungsi sebaagai pemersatu bangsa Indonesia, yang dalam penghayatan Pancasila merupakan penghayatan material. Kemudian diwujudkan dalam pengamalan subjektif Pancasila. Sila-sila dari Pancasila sebagai asas kehidupan adalah cita-cita hidup yang seharusnya terus diamalkan, tak ada hentinya, semakin baik, dan semakin sempurna. Pancasila sebagai pandangan hidup dasar pemersatu bangsa Indonesia dapat diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang sesuai dengan kelima sila tersebut. Maka bagi bangsa Indonesia dalam filsafat yang merupakan kerohanian Pancasila, asas pemersatu dan asas hidup bersama. Dalam hal ini, Pancasila dalam kenyataan, objektifnya sebagai suatu persatuan dan kesatuan yang telah ditentukan bersama setelah proklamasi sebagai dasar filsafat negara. D. Nilai-nilai Pancasila menjadi dasar antara Hak dan Kewajiban Asasi Manusia Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai yang mempengaruhi jiwa dan memberi kekuatan untuk mencapai cita-cita bangsa menuju masyarakat yang adil dan makmur. Nilai-nilai Pancasila dijadikan dasar antara hak dan kewajiban asasi manusia untuk Warga Negara Indonesia, dikarenakan nilai-nilai tersebut memiliki keserasian dengan adat dan budaya Indonesia. Yang memiliki beagam suku, ras, agama, dan budaya. Hak dan kewajiban asasi manusia yang berdasar nilai-nilai Pancasila ada sejak manusia lahir dan sejak seseorang itu menjadi bagian warga negara indonesia, selama seseorang itu berada di wilayah Indonesia. Penerapan-penerapan dasar nilai-nilai Pancasila dalam hak dan kewajiban asasi manusia yaitu : 1. Penerapan sila pertama, Nilai Ketuhanan Dalam menjalankan nilai ketuhanan ini, seluruh warga memiliki hak berupa memeluk agama yang diyakininya, sesuai dengan pasal 28 E ayat (2) UUD 1945. Sedangkan kewajibannya adalah tidak memaksakan keyakinan kepada orang lain, meghormati keyakinan orang lain dan menjunjung tinggi toleransi antar umat. 2. Penerapan sila kedua, Nilai Kemanusiaan Sila kedua mencerminkan bahwa seluruh rakyat Indonesia memiliki kedudukan yang sama. Dalam sila kedua ini, warga memiliki hak berupa mendapat jaminan dan perlindungan hukum yang sama dan mendapat kesempatan memperoleh kehidupan yang layak. Sedangkan kewajibannya adalah mengakui persamaan hak setiap perran waarga negara indonesia tanpa memandang suku, keturunan, jenis kelamin, agama, dan sebagainya. 3. Penerapan sila ketiga, Nilai Persatuan Sila ketiga mempunyai nilai bahwa walau suku dan agama berbeda-beda namun bangsa Indonesia tetap bersatu di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun hak yang dimiliki oleh warga dari nilai sila ketiga ini adalah mengembangkan seni dan budaya daerah dengan niat memperkaya seni dan budaya nasional. Sedangkan kewajibannya adalah menjunjung tinggi kebersamaan dan rela berorban jiwa dan raga demi terciptanya keutuhan NKRI. 4. Penerapan sila keempat, Nilai Kerakyatan Sila keempat ini mencerminkan kedaulatan rakyat dan juga kekuasaan berada di tangan rakyat. Dalam sila ini, warga memiliki hak berupa rakyat bebas mengeluarkan pendapat yang bersifat membangun dan bertanggungjawab, mendapat jaminan untuk berpolitik secara demokratis dengan kebebasan berpendapat dan berorganisasi. Sedangkan kewajibannya adalah tidak memaksakan pendapat pribadi atau golongan kepada pihak lain. Serta mengutamakan musyawarah dalam setiap masalah yang dihadapi. 5. Penerapan sila kelima, Nilai Keadilan Wujud nilai dari sila kelima ini adalah keadilan bagi seluruh warga Indonesia. Seseorang bisa dikatakan adil ketika ia bisa bersikap asil pada dirinya sendiri dan orang lain. Hak yang mencakup sila kelima adalah mendaapat perlakuan adil dalam seluruh aspek kehidupan yang melingkupi ekonomi, politk dan budaya. Sedangkan kewajibannya adalah mempertahankan sikap gotong royong di lingkungan masyarakat dan hidup sederhana tidak berlebihan, hemat dan tidak boros. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pembelajaran mengenai Pancasila sebagai filsafat dapat dipelajari melalui berbagai cara dan dapat diperoleh dari berbagai media, seperti buku, media sosial, dan lain sebagainya. Pada intinya, Pancasila sebagai filsafat adalah mengenai Pancasila yang menjadi dasar atas bangsa ini. Menjadi dasar-dasar dalam hal berpolitik, berhubungan dengan antar manusia satu dengan yang lainnya, dalam hidup bermasyarakat, dan yang lain sebagainya. B. Saran Dalam mempelajari sesuatu, janganlah hanya terpaku pada buku. Karena ilmu tidak hanya dalam lembaran-lembaran kertas saja, melainkan semua hal yang ada di bumi ini adalah ilmu dan karena semua hal yang akan kita lakukan juga semuanya adalah dari ilmu yang kita punya, yang tentunya bukan hanya dari lembaran semata, namun, bisa dari tatapan netra kita. DAFTAR PUSTAKA https://id.m.wikipedia.org/wiki/Filsafat http://www.google.com/amp/s/guruppkn.com/nilai-nilai-pancasila-mengandung-hubunganhak-dan-kewajiban/amp https://www.academia.edu/30687356/PANCASILA_SEBAGAI_FILSAFAT Kaelan,1996. Filsafat Pancasila.Yogyakarta : Paradigma Pradana,Dhika.Pancasila Sebagai Filsafat. Dikutip 2 Oktober 2019 dari Pancasila Sebagai Filsafat:. Soemasdi,Hartati.1992.Pemikiran Tentang Filsafat Pancasila.Yogyakarta: Andi Offset Yogyakarta.