makalah kolelitiasis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolelitiasis (kalkulus / kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk dalam kandung empedu dari unsur – unsur pasat yang membentuk cairan empedu: batu empedu memiliki ukuran,bentuk, dan komposisi yang bervariasi. Batu empedu tidak lazim dijumpai anak – anak dan dewasa muda tetapi insidensnya semakin sering pada individu dengan usia di atas 40 tahun. Sesudah itu, insidens kolelitiasis semakin meningkat hingga satu tingkat yang diperkirakan bahwa pada usia 75 tahun satu dari tiga orang akan memiliki batu empedu. (Brunner & Suddarth : 2001) Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara barat sedangkan di Indonesia baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi penelitian batu empedu masih terbatas. Sekitar 5,5 juta penderita batu empedu ada di Inggris dan 50.000 kolesistektomi dilakukan setiap tahunnya. Kasus batu empedu sering ditemukan di Amerika, yaitu pada 10 sampai 20% penduduk dewasa. Setiap tahun beberapa ratus ribu penderita ini menjalani pembedahan. Dua per tiga dari batu empedu adalah asimptomatis dimana pasien tidak mempunyai keluhan dan yang berkembang menjadi nyeri kolik tahunan hanya 14%. Sementara pasien dengan gejala simtomatik batu empedu mengalami komplikasi 12% dan 50% mengalami nyeri kolik pada episode selanjutnya. Risiko penderita batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil. Walaupun demikian, sekali batu empedu menimbulkan masalah serangan nyeri kolik yang spesifik maka resiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat. Insiden batu kandung empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti, karena belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa gejala dan ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos abdomen, USG, atau saat operasi untuk tujuan yang lain Batu empedu umumnya ditemukan di dalam kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran empedu menjadi batu saluran empedu dan disebut sebagai batu saluran empedu sekunder. Pada beberapa keadaan, batu saluran empedu dapat terbentuk primer di dalam saluran empedu intra-atau ekstra-hepatik tanpa melibatkan kandung empedu. Batu saluran empedu primer lebih banyak ditemukan pada pasien di wilayah Asia dibandingkan dengan pasien di negara Barat. Perjalanan batu saluran empedu sekunder belum jelas benar, tetapi komplikasi akan lebih sering dan berat dibandingkan batu kandung empedu asimtomatik.Pada sekitar 80% dari kasus, kolesterol merupakan komponen terbesar dari batu empedu. Biasanya batu - batu ini juga mengandung kalsium karbonat, fosfat atau bilirubinat, tetapi jarang batu- batu ini murni dari satu komponen saja. B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari asuhan keperawatan kolelitiasis yaitu: 1. Tujuan Umum Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I (KMB I) dan setelah dilakukan presentasi mahasiswa diharapkan mampu mendapatkan gambaran serta pengalaman nyata dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien kolelitiasis melalui proses keperawatan yang komprehensif. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui dan mengerti akan pengertian kolelitiasis b. Untuk mengetahui klasifikasi dari kolelitiasis c. Untuk memahami etiologi dari kolelitiasis d. Untuk memahami manifestasi klinis dari kolelitiasis e. Untuk memahami patofisiologi dari kolelitiasis f. Untuk memahami pemeriksaan penunjang serta penatalaksanaan dari kolelitiasis g. Untuk memahami pemberian asuhan keperawatan klien kolelitiasis BAB II TINJAUAN TEORI - A. Pengertian Cholelitiasis timbul karena adanya batu empedu. Terbentuknya batu dalam kandung empedu terjadi ketika terlalu jenuh dengan kolesterol atau endapan bilirubin. ( J. reeves, 2001 : 150) - Kolelitiasis (kalkulus / kalkul, batu empedu) biasanya terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu; batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat varisasi. (Smeltzer, 2002 ; 1205) - Kolelitrasis adalah pembentukan batu dan radang kronik penyerta (kolesistitis). (A. Price, 2005; 453) - Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan distensi kantung empedu. (Doenges, 2009; 521) - Kolelitiasis adalah kondisi yang menyebabkan ketergangguan sekresi berbagai substansi yang searusnya disekresikan ke dalam duodenum, sehinggamenyebabkan tertahannya bahan-bahan atau substansi tersebut di dalam hati dan menimbulkan kerusakan hepatasih. (Pusponegoro, 2004; 56) B.Klasifikasi 1. Hati terletak dibelakang tulang-tulang iga (kosta) dalam rongga abdomen daerah kanan atas hati memiliki berat sekitar 1500 gram. 2. Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan merupakan membran berotot, telrletak di dalam sebuah lekukan disebelah permukaan bawah hati, sampai di pinggiran didepannya. Panjang 8 sampai 12 cm dan dapat berisi kira-kira 60 cm kandung empedu terbagi dalam sebuah fundus, badan, dan leher terdiri atas 3 pembungkus : a. Di sebelah luar pembungkus serosa peritoneal. b. Di sebelah tengah jaringan berotot tak bergaris. c. Di sebelah dalam membran mukosa, yang bersambung dengan lapisan saluran empedu. Membran mukosnya memuat sel epitel silinder yang mengeluarkan sekret musin dan cepat mengabsorbsi air dan elektrolit tetapi tidak garam empedu atau pigmen, maka karena itu empedunya menjadi pekat. Fungsi kandung empedu : Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu juga melakukan fungsi penting yaitu getah empedu yang di simpan didalamnya dibuat pekat. Susunan dan fungsi getah empedu Getah empedu adalah cairan alkali yang disekretkan oleh sel hati. Jumlah yang setiap hari di keluarkan dalam seorang ialah dari 500 -1000 cm, Sekresinya berjalan terus-menerus, tetapi junlah produksi dipercepat sewaktu pencernaan khusunya sewaktu pencernaan lemak. - Fungsi kholeretik menambah sekresi empedu. - Fungsi kholagogi menyebabkan kandung empedu mengosongkan diri. Pigemen empedu (umbar empedu) Pigmen ini dibentuk didalam sitem retikulo endotelium (khususnya limfa dan sumsum tulang ) dari pecahan hemoglobin yang berasal dari sel darah merah yang rusak dan dialirkan ke hati dan yang kemudian diekskresikan kedalam empedu. Garam empedu bersifat di gestif dan memperlancar kerja enzim limpase dalam memecah lemak. Garam empedu juga membantu pengabsopsian lemak yang telah dicernakan (gliserin dan asam lemak) dengan cara menurunkan tegangan permukaan dan memperbesar daya tembus endotelium yang menutupi vili usus. ( Pearce, 2009) C.Etiologi - Kolesterol atau endapan bilirubin adalah metabolit yang mengandung lemak sterol yang di temukan pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah, merupakan sejenis lipid yang merupakan molekul lemak atau yang menerupai. - Infeksi adalah kolonialisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat membahayakan inang. - Iskemia mukosa dan dinding kandung empedu adalah simtoma berkurangnya aliran darah yang dapat menyebabkan perubahan fungsional pada sel normal. - Inflamasi bakteri - Faktor hormonal, khusunya selama kehamilan - Serosis hati adalah jenjang akhir dari proses fibrosis hati, yang merupakan konsekuensi dari penyakit kronis hati yang ditandai dengan adanyapenggantian jaringan normal dengan jaringan fibrous sehingga sel sel hati akan kehilangan fungsinya. - Pankreatitis adalah salah satu penyakit mematikan yang bisa menyerang pankreas anda, kenali dan jagalah kesehatan pankreas anda. - Kanker kandung empedu adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan kandung empedu, merupakan titik awal kanker lebih jarang ditemukan. - Diabetes adalah suatu penyakit dimana tubuh tidak dapat menghasilkan insulin atau insulin yang dihasilkan tidak mencukupi atau tidak bekerja dengan baik. - Penyakit usus adalah organ berbentuk tabung kecil dan tipis berukuran 5 – 10 cm yang terhubung di usus besar merupakan salah satu bagian dari organ yang berada di dalam perut manusia yang sampai sekarang belum diketahui pasti apa manfaat dari usus buntu ini. - Serosis pada hati atau pankreatitis. D. Tanda dan Gejala Gejala yang dapat timbul antara lain : a. Rasa nyeri dan kolik bilier (nyeri hilang timbul) Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan. Rasa nyeri ini biasanya disertai mual dan muntah dan bertambah hebat dalam waktu beberapa jam sesudah makn makanan dalam porsi besar. Pasien akan membolak – balik tubuhnya dengan gelisah karena tidak mampu menemukan posisi yang nyaman baginya. Pada sebagian pasien, rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten. Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta sembilan dan sepuluh kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga dada. Nyeri pada kolelitiasis akut dapat berlangsung sangat hebat sehingga diperlukan preparat analgesic yang kuat seperti meperidin. Pemberian morfin dianggap dapat meningkatkan spasme sfingter oddi sehingga perlu dihindari. b. Ikterus Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu: getah empedu yang tidak lagi dibawa ke dalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membrane mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai gejala gatal – gatal yang mencolok pada kulit. c. Perubahan warna urine dan feses Ekresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu dan biasanya pekat yang disebut “clay-colored” d. Defisiensi vitamin Obtruksi aliran empedu juga mengganggu absorbsi vitamin A,D,E dan K yang larut dalam lemak. Karena itu, pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin – vitamin ini jika obtruksi bilier berjalan lama. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal. E.Manisfestasi Klinik - Nyeri menyebar ke punggung dan bahu kanan - Penderita dapat berkeringat banyak atau berjalan mondar-mandir atau berguling ke kanan dan ke kiri. - Nausea dan muntah sering terjadi. ( Price, 1994;454) - Nyeri perut kuadran kanan atas. - Nyeri tekan - Defans otot - Demam. ( R. Sjamsuhidayat,1997;775) - Rasa nyeri dan klolik bilier, jika diktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan menglami distensi dan akhirnya infeksi. - Perubahan warna urine dan fases. - Defisiensi vitamin obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorpsi vitamin A.D.E.K yang larut dalam lemak. (Smeltzer,2002;1206) - Perasaan penuh di epigastrium. - Nyeri perut kanan atas. - Kolik bilier disertai demam. (Mansjoer,1999;510) F.Patofisiologi Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada bagian saluran empedu lainnya. Etiologi atau batu empedu belum diketahui dengan sempurna,akan faktor predisposisi yang paling penting adalah ganngguan metabolisme yang disebabkan : a. Perubahan susunan empedu. Hati penderita penyakit batu kolesterol mensekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolestero. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap dalam kandung empedu. b. Status empedu dalam kandung empedu. Disebabkan oleh gangguan kontraksi kandung empedu, spasme sphineter oddi atau keduanya dan perlambatan pengosongan kandung empedu oleh faktor hormonal terutama saat kehamilan. Akibatnya super satuturasi progresif perubahan susunan kimia. c. Infeksi bakteri dalam saluran empedu. Infeksi bakteri lebih sering menjadi akibat dari pembentukan batu empedu. Setelah terbentuk, batu empedu dapat berdiam dengan tenang dalam kandung empedu dan tidak menimbulkan masalah atau dapat menyebabkan komplikasi, seperti infeksi kandung empedu dan obstruksi duktus sistikus atau duktus koledokus. Kadang-kadang batu empedu dapat menembus dinding kandung empedu dan menyebabkan peradangan hebat, penritonitis atau rupturnya dinding kandung empedu. (A. Price, 1995;453-454). H.Pemeriksaan Penunjang - Darah perifer lengkap, gambaran darah perifer - Biokimia darah : Bilirubin direk dan indirek serum SEPT, SGOT Gamma Glutamil transpeptidiase (GGT) Alkali fosfatase Albumin Kolesterol, triglserida Gula darah puasa Urium, kreatini Asam protombin Asam empedu - Urine rutin (leukosit urine, bilirubin, urobilirubinogen, reduksi) fdan biokimia urine - Tinja - USG. ( D. Pusponegoro, 2004;57) - Kolestrogram : menyatakan batu pada sistem empedu - Skan CT : menyatakan kista kandung empedu - Skan hati : menunjukkan obtruksi percabangan bilier - Foto abdomen : gambaran klasifikasi batu empedu - Foto dada : pernafasan yang menyebabkan penyebaran nyeri. (Doenges,2000;522) Komplikasi - Hepatitis - Respirasi atau jantung. ( J. Revees,2001;151) - Infeksi kandung empedu (kolesistitis) - Obtruksi pada diktus sistikus (duktus koledokus). ( Price,1995;154) - Kolesistitis akut yang dapt menimbulkan perferasi dan peritonitis. - Kolesistitis kronik - Kolangiolitis piogenik - Fistel bilioenterik ilius batu empedu pankreatitis dan perubahan keganasan. (R. Sjamsuhidayat,1997;771) I.Penatalaksanaan a. Non Bedah - Diit merupakan bentuk therapi umum pasien yang hanya mengalami intoleransi terhadap makanan berlemak dan mengeluhkan gejala gastrointestinal ringan. - Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan seperti pelarutan batu empedu (farmakotherapi) b. Bedah (Smeltzer, 2002;1208) J. Pengkajian. 1.Pengkajian Data Dasar Riwayat data dasar mungkin termasuk dapat diperoleh dari klien dengan kolelitiasis dan kolisititis tambahan informasi dapat diperoleh jika keluarga satu klien sebelumnya ada riwayat batu empedu perawat menanyakan klien tentang tipe atau warna batu untuk mengidentifikasi dan jika ada pilihan manjemen kesehatan dan jika dapat menyembuhkan manajemen pengobatan (contohnya kontrol diit dan pengobatan nyeri intervensi bedah (kolesistitis) insisi bedah dari kantong empedu). (Donna,1991;1457) Kehebatan dari rasa nyeri dan munculnya gejala dari klien dengan kholelitiasis tergantung dari faktor dibawah ini: keragaman dari batu empedu adalah pergerakan atau perpindahan ukuran dan lokasi dari batu dengan, derajad dari obstruksi serta kehadiran dan luasnya inflamasi, permulaan nyeri dari kholelitiasis biasanya tetap, sedikit nyeri di lokasi mid epivastrik areal. Dapat juga peningkatan dalam intensitas dan durasi dan dapat menyebar ke bahu kanan sampai belakang. (Donna,1991;1457) Semua manifestasi klinins tampak pada kholesititis akut/kronik dapat menyebabkan kholelitiasis. Klien dengan kholesititis kronik dan obstruksi pembuluh akut mempunyai pengalaman nyeri yang sangat sakit sekali. Perawat meneliti kekuningan pada kulit. Sklera, palatum atas dan membran mukosa oral pada inspeksi. Jika batu empedu terjadi inflamsi pada waktu lama dan keruasakan hepar terjadi. Batu kantong empedu tanpa gejala yang menyertai obtruksi duktis mungkin pada saat diraba terjadi nyeri ringan, dan terdapat massa seperti sosis. Dengan kemungkinan obstruksi duktus, ujian pripasi dalam ditunda. Pada fungsional uyang digunakan yaitu pola fungsional menurut Virginia Henderson, karena teori keperawatan Virginia Henderson (Harmer dan Henderson,1995) mencakup seluruh kebutuhan dasar seorang manusia. Henderson (1964) mendefinisikan keperawatan sebagai : membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya bila ia memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan yang dibutuhkan. Dan hal ini dilakukan dengan cara membantu mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin. Kebutuhan dasar menurut Henderson (14 kebutuhan dasar Henderson) memberikan kerangka karya dalam melakukan asuhan keperawatan (Henderson,1996) a. Bernafas secara normal. Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok serta menggunakan bantal , alas dan sejenisnya sebagai alat bantu klien agar dapat bernafas dengan normal dan kemampuan mendemontrasikan dan menjelaskan pengaruh kepada klien perawat harus waspada terhadap tanda-tanda obtruksi jalan nafas dan siap memberikan bantuan dalam keadaan tertentu. b. Kebutuhan akan nutrisi Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan berat badan yang normal kebutuhan nutrisi yang diperlukan pemilihan dan penyediaan makanan, pendidikan kesehatannya atau berhasil bila diperhatikan latar belakang kultural dan sosial kultur, untuk itu perawat harus mengetahui kebiasaan kepercayaan klien tentang nutrisi disamping paerawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang nutrisi dan tumbuh kembang. c. Kebutuhan Eliminasi. Perawat dasarnya meliputi semua pengeluaran tubuh, perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan normalnya. Jarak waktu pengeluaran dan frekuensi pengeluara yang meliputi keringat, udara yang saat bernafas, menstruasi, muntah BABdan BAK. d. Gerak dan keseimbangan tubuh. Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip keseimbangan tubuh, miring dan bersandar, artinya perawat harus bisa memberikan rasa nyaman dalam semua posisi dan tidak membiarkan berbaring terlalu lama pada satu posisi, perawat harus dapat melindungi pasiennya selama sakit dengan berhati-hati saat memindahkan akan mengangkat. e. Kebutuhan istirahat dan tidur. Istirahat dan tidur sebagai tergantung pada relaksasi otot. Untuk itu perawat harus mengetahui tentang pergerakan badan yang baik disamping itu juga dipengaruhi oleh emosi (stress) dimana stres merupakan keadaan normal dari aktifitas kreatifitas dianggap patologis apabila ketegangan dapat diatasi atau tidak terkontrol dengan istirahat atau demam secukupnya. f. Kebutuhan berpakaian. Paerawat dasarnya meliputi membantu klien memilihkan pakaian yang tepat dari pakaian yang tersedia dan membantu untuk memakaianya, perawat tidak boleh memaksakan klien pakaian yag tidak disukai karena hal itu dapat menghilangkan rasa kebebasan klien. g. Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal. Perawat harus mengetahui phsikologi paras dan bisa mendorong ke arah tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan mengubah temperatur kelembaban atau pergerakan udara atau dengan mengetahui klien untuk meningkatkan atau mengurangi aktivitasnya menu makanan dan pakaian yang dikenakan iakut mempengaruhi dalam hal ini. h. Kebutuhan akan personal hygine. Klien harus di sediakan fasilitas perawatan dan bantuan dari perawat sangat dibutuhkan untuk membersihkan kulit, rambut, kuku hidung mulut dan giginya kosep-konsep mengenai kebersihan berbeda tiap klien tetapi tidak perlu menurunkan hanya karena sakit,sebaliknya standar yang rendah harus ditngkatkan. Perawat harus bisa menjaga pasiennya tetap bersih terlepas dari besarnya badan klein, kedudukan, keadaan fisik dan jiwanya. i. Kebutuhan rasa aman dan nyaman. Dalam keadaan sehat seseorang bebas mengontrol keadaan sekelilingnya/mengubah keadaan itu bila beranggapan sudah tidak cocok lagi jika sakit sikap tersebut tidak dapat dilakukannya ketidaktahuan dapat menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Seorang klien mungkin mempunyai pentanganan yang tidak diketahui petugas kesehatan, karena adat istiadat kepercayaan dana agama mempengaruhi perawat pada dasarnya melindungi klien dari trauma dan batasan yang timbul oleh mikroorganisme patogen. j. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi. Keingintahuan rasa takut dan pendapat dalam keadaan sehat tiap gerakan emosi nampak pada ekspresi fisik bertambah cepatnya denyut jantung/pernafasan/muka yang mendadak merah di interprestasikan sebagai pernyataan jiwa/emosi perawat mempunyai tugas yang kompleks baik yang bersifat pribadi maupun yangmenyangkut keseluruhan personalitas dalam hubungan klien dengan tim kesehatan dalam memajukan kesehata lain dalam memajukkan kesehatannya tugas terberat perawat adalah membuata klein mengerti dirinya sendiri, mengerti perlunya perubahan sikap yang memburuk kesehatannya dan menerima keadaan yang tidak dapat dirubah, penciptaan lingkungan yang teraprutik sangat membantu dalam hal ini. k. Kebutuhan spiritual. Dalam memberikan perawatan dalam situasi apapun kebutuhan spiritual klien harus dihormati dan perawat harus membantu dalam pemenuhan kebutuhan itu. Apabila sewaktu sehat melakukan ibadah agama merupakan faktor yang penting bagi seseorang maka saat sakit hal ini menjadi lebih penting perawat dan petugas kesehatan lainnya harus menyadari bahwa keyakinan kepercayaan dan agama sangata berpengaruh terhadap upaya penyembuhan. l. Kebutuhan bekerja. Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi terhadap kebutuhan dapat terus bekerja. Rasa keberatan terhadap terapi bedrest didasarkan pada peningkatannya perasaan tidak berguna untuk karena tidak aktif. Rehabilitasi pada klien berarti menempatkan kembali pada pekerjaannya yang diproduktif makin singkat waktu tidak bekerja makin mudah dilaksanakan. m. Kebutuhan bermain dan rekreasi. Seringkali keadaan sakit menyebabkan seseoarang kehilangan kesempatan menikmati variasi dan udara segar serta rekreasi untuk itu perlu dipilihkan beberapa aktivitas yang sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kecerdasan, pengalaman, dan serta klien dan keadaan penyakitnya. n. Kebutuhan belajar. Bimbingan latihan/pendidikan merupakan merupakan sebagaian dari pelajaran dasar dalam mendorong usaha penyembuhan dan meningkatkan kesehatan serta memperkuat dan mengikuti rencana tetapi yang diberikan. Fungsi perawat sebagai pendidik tampak dalam pemberian bimbingan dengan memberikan contoh dan menjawab pertanyaan yang diajukan.(Potter,2005) Pengkajian fisik Klien dengan pengalaman kolelitiasis banyak pengalaman perasaan emosi dengan penyerta kolelititas seperti nyeri, anslerus, prosedur diagnostik atau pembedahan dan kekhawatiran finansial. Penemuan laboratorium Tidak ada laboratorium yang spesifik untuk kholelitiasi. Kholelitiasis serum alkolin pespat laktat, dem dregenesa,AGT dan langsung dan bilirubin tidak langsung yang mungkin terelafasi. Sebuah tingkat saluran elifasi bilirubin urin terjadi dalam proses obtruksi apabila terjadi haluaran empedu terobtruksi, bilirubin tidak terjangakau pada usus kecil untuk terjadi konfersi ke vikel uru bilinogen. Pengujian dan spesimen feses secara acak pada tingkatan rendah dan urubilinegen di dalam feses, diindikasikan pada proses obstruktif. Di dalam pankreas gejala yang menyertai impaksi batu empedu, elifasi serum dan urine tingkatan amilase terlihat. (Donna, 1991;1457) Penemuan Radiografi. Klasifikasi batu empedu dapat dilihat dengan mudah pada foto rongen. Suatu chelecystrogram oral adalah diagnosa ketika batu radipaque kolesistografi (IV) adalah yang digunakan pada klien yang tidak dapat mengbabsorbsi agen kontras oral, kantong empedu dan sistem duktus diluar dan batu dapat terlihat. ( Donna, 1991; 1457) Cholongiografphy transhepatik percutaneas adalah suatu pemeriksaan fluroskopic pada empedu dan digunakan untuk diagnosa obtruksi juandice dan melihat lokasi batu dalam empedu. Tes diagnosa lain Ultrasonograpy pada kantong empedu adalah digunakan untuk menegaskan diagnosa dan kholelitiasis dan membedakan antara obstruktif dan non obstruktif joundile. (Donna, 1991;1457) Fokus Pengkajian a. Aktvitas / istirahat Gejala : kelemahan Tanda : gelisah b. Sirkulasi Tanda c. : takikardi, berkeringat Eliminasi Gejala : Perubahan warna urine dan feses Tanda : - Distensi abdomen - Teraba masa pada kuadran kanan atas - Urine gelap, pekat - Feses warna tanah liat, steatorea d. Makanan / cairan Gejala - : - Anoreksia, mual / muntah Tidak toleran terhadap lemak dan makanan “Pembentuk gas”, regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makan, flaktus dyspepsia - Berdahak Tanda e. Gejala : Kegemukan, adanya penurunan BB Nyeri / kenyamanan :- - Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan Nyeri tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30 detik Tanda : Nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas di tekan, tanda Murphy positif f. Pernafasan Tanda : - Peningkatan frekuensi pernafasan - Pernafasan tertekan ditandai oleh nafas pendek, dangkal g. Keamanan Tanda : - Demam menggigil - Ikterik dengan kulit berkeringat dan gatal (pruritus) - Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K) h. Penyuluhan / Pembelajaran Tanda : - Kecenderungan keluarga untuk menjadi batu empeduAdanya kehamilan: Riwayat DM, penyakit infamasi usus, diskrasias darah. ( Doenges 1999;521 ) K. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen cedera biologis : obstruksi/spasme duktus,proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis 2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui pengisapan gaster berlebihan : muntah, distensi, dan hipermotilitas gaster 3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia 4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi L. Intervensi (NANDA ,NIC-NOC.2010) 1. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen cedera biologis : obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis Hasil yang diharapkan : - Melaporkan nyeri hilang - Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai indikasi untuk situasi individual Intervensi : a. Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap, hilang timbul, kolik) Rasional : membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi. b. Catat respon terhadap obat, dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang Rasional : nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menunjukkan terjadinya komplikasi/kebutuhan terhadap intervensi lebih lanjut. c. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman Rasional : tirah baring pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intra abdomen, namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara alamiah d. Control suhu lingkungan Rasional : dingin pada sekitar ruangan membantu meminimalkan ketidaknyamanan kulit e. Dorong menggunakan tehnik relaksasi, contoh : bimbingan imajinasi, visualisasi, latihan nafas dalam, berikan aktivitas senggang Rasional : meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dapat meningkatkan koping f. Sediakan waktu untuk mendengar dan mempertahankan kontak dengan pasien sering Rsasional : membantu dalam menghilangkan cemas dan memusatkan kembali perhatian yang dapat menghilangkan nyeri g. Berikan obat sesuai indikasi Rasional : menghilangkan reflex spasme/kontraksi otot halus dan membantu dalam manajemen nyeri 2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui pengisapan gaster berlebihan : muntah, distensi, dan hipermotilitas gaster Hasil yang diharapkan : - Menunjukkan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil - Membrane mukosa lembab - Turgor kulit baik - Pengisapan kapiler baik - Secara individu mengeluarkan urin cukup dan tak ada muntah Intervensi : a. Pertahankan masukan dan haluaran akurat, perhatikan haluaran dari masukan, peningkatan berat jenis urin, nadi perifer, dan pengisian kapiler Rasional : memberikan informasi tentang cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian b. Awasi tanda/gejala peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, kram abdomen,kelemahan,kejang,kecepatan jantung tak teratur,parestesia,hipoaktif, atau tak adanya bising usus, depresi pernapasan Rasional : muntah berkepanjangan, aspirasi gaster, dan pembatasan pemasukan oral dapat menimbulkan deficit natrium, kalium, dan klorida c. Hindarkan dari lingkungan yang berbau Rasional : menurunkan rangsangan pada pusat muntah d. Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut : berikan minyak Rasional : menurunkan kekeringan membrane mukosa, menurunkan risiko perdarahan oral e. Gunakan jarum kecil untuk injeksi dan melakukan tekanan pada bekas suntikan lebih lama dari biasanya Rasional : menurunkan trauma, risiko perdarahan/pembentukan hematom f. Kaji perdaran yang tak biasanya, contoh perdarahan terus menerus pada sisi injeksi, mimisan, perdarahan gusi, ekimosis, ptekie, hematemesis/melena Rasional : protombin darah menurun dan waktu koagulasi memanjang bila aliran empedu terhambat, meningkatkan risiko perdarahan/hemoragik g. Pertahankan pasien puasa sesuai keperluan Rasional : menurunkan sekresi dan motilitas gaster 3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia Hasil yang diharapkan : - Melaporkan mual/muntah hilang - Menunjukkan kemajuan mencapai berat badan atau mempertahankan berat badan individu yang tepat Intervensi : a. Hitung masukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal Rasional : mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan nutrisi, berfokus pada masalah membuat suasana negative dan mempengaruhi masukan b. Timbang sesuai indikasi Rasional : mengevaluasi keefektifan rencana diet c. Konsul tentang kesukaan/ketidaksukaan pasien, makanan yang menyebabkan distress, dan jadwal makan yang disukai Rasional : melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan d. Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan berbau Rasional : untuk meningkatkan nafsu makan/menurunkan mual e. Berikan kebersihan oral sebelum makan Rasional : mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan f. Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi Rasional : membantu dalam mengeluarkan flatus, penurunan distensi abdomen, mempengaruhi penyembuhan dan rasa sehat dan menurunkan kemungkinan masalah sekunder sehubungan dengan imobilisasi g. Konsul dengan ahli gizi/tim pendukung nutrisi sesuai indikasi Rasional : berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi individual melalui rute yang paling tepat 4. Kurang Pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi Hasil yang diharapkan : - Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan, prognosis - Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan Intervensi : a. Berikan penjelasan/alasan tes dan persiapannya Rasional : informasi menurunkan cemas, dan rangsangan simpatis b. Kaji ulang proses penyakit/prognosis, diskusikan perawatan dan pengobatan, dorong pertanyaan, ekspresikan masalah Rasional : memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi. Komunikasi efektif dan dukungan turunkan cemas dan tingkatkan penyembuhan c. Diskusikan program penurunan berat badan bila diindikasikan Rasional : kegemukan adalah faktor risiko yang dihubungkan dengan kolesisitis, dan penurunan berat badan menguntungkan dalam manajemen medik terhadap kondisi kronis d. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak (contoh: susu segar, ice cream, mentega, makanan gorengan, kacang polong, bawang, minuman karbonat), atau zat iritan gaster (contoh: makanan pedas, kafein, sitrun) Rasional : mencegah/membatasi terulangnya serangan kandung empedu BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari apa yang dipaparkan pada pembahasan makalah diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan antara lain : Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan distensi kantung empedu. Cholelithiasis merupakan adanya atau pembentukan batu empedu; batu ini mungkin terdapat dalam kendung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam ductus choledochus (choledocholithiasis). Kolesisitis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko, yaitu : obesitas, usia lanjut, diet tinggi, lemak dan genetik. B. Saran Berdasarkan hasil penyusunan makalah ini, maka dapat dibuat saran sebagai berikut : Penulis berharap akademik dapat menyediakan sumber buku dengan tahun dan penerbit terbaru sebagai bahan informasi yang penting dalam pembuatan makalah ini dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan terutama dengan pembuatan asuhan keperawatan dalam praktek maupun teori. Bagi perawat supaya dapat meningkatkan mutu pelayanan, lebih ramah lagi terhadap pasien dan dapat memberikan asuhan keperawatan dengan sebaik-baiknya. DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddart. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2.Jakarta:EGC. Brunner & Suddart. 2013.Keperawatan Medikal Bedah edisi 12.Jakarta:EGC. Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC. Doengoes, Marlyn E.2005.Rencana AsuhanKeperawatan, Edisi 3.Jakarta:EGC. Mansjoer, Arif.2004.Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapis. NANDA, NIC- NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis &NAND, NIC- NOC. Jakarta: Media Action Publishing. Price, Sylvia. 2004. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC. Smeltzer C Suzanne. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and Suddarth’s,Ed 8 Vol 1. Jakarta: EGC.