Uploaded by Abdul Hafidh

14990-39345-1-PB.en.id

advertisement
Phys. Comm. 3 (1) (2019) 41-46
fisika Komunikasi
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pc
Analisis Deskriptif Mahasiswa Self Efficacy di Discovery Proses Belajar
Husna Noor Mufida •• Suharto Linuwih, Sugianto
Pascasrjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Pasal
Abstrak
________________ Sejarah
___________________________________________________________________
Artikel:
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan efikasi diri pada penerapan pembelajaran model pembelajaran penemuan
Dikirim: Juli, 16
2018
tentang topik getaran harmonik. Selain mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan atau penurunan self efficacy
siswa dengan penerapan model pembelajaran penemuan. Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif kualitatif. model
pembelajaran penemuan diimplementasikan di kelas 38 siswa X MIPA 2 dari SMA 1 Bae Kudus. Pengumpulan data dilakukan
Diterima: Oktober, 26
dengan memberikan kuesioner, observasi, dan wawancara. Kuesioner self efficacy siswa juga telah diberikan untuk mengetahui
2018
kondisi self efficacy siswa sebelum dan sesudah proses pembelajaran dilaksanakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi
Diterbitkan: Oktober,
26 2018
self efficacy awal siswa yang memiliki rendah kenaikan awal meskipun tidak signifikan. Kondisi khasiat awal siswa sebelum proses
pembelajaran menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Analisis pertama kalinya diri khasiat siswa
dengan kategori rendah dapat digunakan sebagai antisipasi atau mencegah hasil belajar akhir siswa tidak menjadi rendah.
________________
Kata kunci:
self efficacy, penemuan
pembelajaran, Harmonic getaran.
____________________
© 2019 Universitas Negeri Semarang
•
Alamat korespondensi:
p-ISSN 2528-5971 e-ISSN
Fisika pembukaan Pascasarjana Universitas Negeri Semarang E-mail:
[email protected]
2528-598X
41
Husna Noor Mufida, et al. / Phys. Comm. 3 (1) (2019) 41-46
PENGANTAR
Globalisasi menuntut pengembangan pengetahuan dan teknologi, sehingga tidak hanya kecerdasan diperlukan tetapi harus
diimbangi dengan motivasi. Motivasi tidak hanya muncul ketika kecerdasan seseorang tinggi, tetapi juga ketika seseorang percaya diri
dalam kemampuannya untuk melakukan sesuatu. Keyakinan bahwa seseorang mampu melakukan sesuatu untuk tujuan tertentu
disebut self efficacy.
Dalam pendidikan hal oif, keberadaan efikasi diri sangat penting. efikasi diri yang kuat akan mendorong siswa untuk tetap maju
dalam mencapai tujuan mereka. efikasi diri bukanlah sesuatu yang ada dengan sendirinya, tapi dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan,
melalui beberapa faktor. Bandura (2010) pada umumnya mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy: a) Penguasaan
Pengalaman, b) Vicarious Pengalaman, c) Sosial persuation, dan d) Fisiologis dan kondisi emosional.
Siswa yang memiliki keyakinan bahwa mereka mampu mencapai lebih sukses dari kemampuan mereka, adalah siswa akan
mencapai hasil yang lebih tinggi. Sebaliknya, ada siswa yang memiliki kemampuan tinggi tetapi karena mereka malas dan
meremehkan tugas dari guru sehingga prestasi belajar di bawah kelompok rata-rata, ini disebut underachiever (Sulthon, 2014). Selain
itu, meskipun kegagalan, siswa dengan self efficacy yang tinggi akan dapat mendorong siswa untuk tidak mudah menyerah. Daniel
Cervone dan Lawrence A. Pervin (2012) berpendapat bahwa self efficacy mempengaruhi bagaimana orang mengatasi kekecewaan
dan tekanan dalam mencapai tujuan hidup mereka. Siswa dengan efikasi diri yang tinggi tentu lebih bisa menerima kekecewaan
kegagalan dan mencoba untuk bangun untuk mencapai itu lagi.
Ada beberapa studi yang telah berusaha untuk meningkatkan siswa self efficacy di sekolah-sekolah. Salah satu upayanya
adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang efektif, inovatif dan lucu. Wibowo (2016) menerapkan model pembelajaran
inkuiri terbimbing untuk meningkatkan siswa self efficacy. Penelitiannya berhasil meningkatkan siswa efikasi diri dari kategori 'tinggi'
untuk kategori 'sangat tinggi'. Liufeto (2012) juga telah menerapkan rekan Model atau bimbingan rekan belajar untuk meningkatkan
siswa self efficacy guru. Model pembelajaran terbukti untuk meningkatkan self efficacy lebih dari 60% dari siswa dalam sampel. The
Jigsaw II model pembelajaran juga telah berhasil dilakukan untuk meningkatkan siswa self efficacy jika dibandingkan dengan model
pembelajaran ceramah (Wahyu, 2015). model pembelajaran lain yang mempengaruhi dan dapat meningkatkan siswa
Penemuan pembelajaran adalah model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini
menekankan pentingnya memahami struktur atau ide-ide penting untuk disiplin, melalui keterlibatan aktif siswa dalam proses
pembelajaran. Bruner berpendapat bahwa belajar untuk menemukan / penemuan mengacu pada penguasaan pengetahuan untuk diri
sendiri (Mawaddah dkk, 2015). model pembelajaran penemuan adalah teori pembelajaran yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk akhir, namun diharapkan bahwa siswa mengatur
diri mereka sendiri.
Teori self efficacy berasal dari Teori Belajar Sosial dari peneliti bernama Bandura. Bandura menyatakan bahwa self efficacy
atau efikasi diri adalah persepsi individu dari / kemampuannya untuk melakukan tindakan yang diharapkan. keyakinan self efficacy
mempengaruhi pilihan tindakan yang harus diambil, jumlah usaha dan ketahanan saat menghadapi rintangan atau kesulitan. Individu
dengan self efficacy yang tinggi memilih untuk melakukan bisnis dan tidak pernah menyerah (Bednall et al, 2011)
Bandura menyebutkan bahwa ada tiga dimensi self efficacy (Mustaqim, 2008), yaitu: (1) Generality; Dimensi ini dari umum
berkaitan dengan luas dan berbagai bidang tugas. Dimensi ini berkaitan dengan luasnya dan keragaman daerah tugas yang dihadapi
individu. (2) Tingkat / Magnitude; Dimensi tingkat ini berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas di tangan. Jika tugas yang diberikan
kepada individu yang terstruktur sesuai dengan tingkat kesulitan, maka perbedaan efikasi diri individu mungkin terbatas sederhana,
menengah atau tugas yang tinggi. Individu akan melakukan tindakan yang dianggap mampu melakukan dan akan tugas-tugas yang
dianggap di luar batas kemampuan mereka. Aspek Tingkat adalah aspek yang memiliki pengaruh terbesar dalam diri
42
Husna Noor Mufida, et al. / Phys. Comm. 3 (1) (2019) 41-46
variabel efikasi dibandingkan dengan dua aspek lainnya, tetapi kekuatan dan umum aspek juga mempengaruhi efikasi diri secara
keseluruhan meskipun tidak besarnya (Pujiati, 2010). (3) Kekuatan; Dimensi ini kekuatan terkait dengan tingkat variasi dalam
kekuatan, yaitu dimensi terkait dengan diri seseorang keyakinan tentang kemampuan untuk mencapai keberhasilan atau optimal hasil,
meskipun tugas belum dihadapkan dengan itu. Tingkat yang lebih rendah dari self efficacy mudah terguncang oleh pengalaman
melemahkan, sedangkan individu dengan efikasi diri yang kuat akan rajin dalam meningkatkan upaya mereka meskipun pengalaman
melemahkan.
METODE
Penelitian ini dilakukan di SMA 1 Bae Kudus pada tahun akademik 2016/2017. SMA 1 Bae Kudus adalah salah satu sekolah
negeri di Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Para peneliti memilih SMA 1 Bae Kudus sebagai tempat penelitian karena SMA 1
Bae Kudus adalah salah satu SMA di kudus yang baik di bidang akademik setiap tahun. Penelitian ini dilakukan di kelas X IPA 2 di
semester materi 2 (bahkan) Harmonic Getaran dengan 5 kali pertemuan waktu 2x45minutes alokasi dan 3x45minutes.
Penelitian ini difokuskan pada analisis efikasi diri siswa dalam proses fisika belajar pada materi Harmonic Getaran dengan
menggunakan penemuan pembelajaran model pembelajaran. Sumber data penelitian ini ditentukan secara purposive sampling, yang
dipilih berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu, untuk mendapatkan akurasi dan kecukupan informasi yang diperlukan (Sugiyono,
2014). Siswa yang berfungsi sebagai sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa kelas SMA 1 Bae Kudus X IPA 2 semester
2 Pelajaran Tahun 2016/2017 dan telah dikelompokkan setiap 3 orang, sehingga terbentuk 10 kelompok. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) observasi partisipatif, (b) wawancara, dan (c) dokumentasi.
HASIL DAN DISKUSI
Dalam penelitian ini telah proses pembelajaran penemuan pembelajaran dilakukan untuk menentukan kondisi efikasi diri siswa
sebelum dan sesudah proses pembelajaran. Belajar belajar penemuan dalam penelitian efikasi diri menggunakan sampel dari siswa
kelas X MIPA 1 SMA 1 Bae Kudus. Instrumen untuk analisis efikasi dilakukan melalui beberapa tahap termasuk analisis awal
keberhasilan siswa, analisis efektivitas siswa dalam proses pembelajaran, analisis efikasi siswa setelah pembelajaran. instrumen
penelitian dalam bentuk kuesioner telah divalidasi oleh para ahli penyelidikan, ahli materi, dan kelompok-kelompok kecil peserta didik.
Penilaian keseluruhan rata-rata kuesioner dikembangkan kategori sangat baik. Dengan demikian, kuesioner ini layak untuk digunakan
untuk proses pengambilan data.
Langkah-langkah Belajar dalam penelitian ini terdiri dari lima pertemuan. Pertemuan pertama digunakan untuk berkenalan
dengan mahasiswa dan mengisi kuesioner awal pada siswa efektivitas diri sebelum berpartisipasi dalam pembelajaran materi getaran
harmonik dengan metode penemuan Learning. Kegiatan selanjutnya digunakan untuk pretest materi getaran harmonik. Pertemuan
kedua digunakan untuk belajar untuk menentukan konstanta pegas tunggal dan jumlah konstanta pegas seri dan pengaturan musim
semi paralel. Kendala yang ditemukan di pertemuan pertama ini adalah bahwa siswa tidak bisa berbagi tugas mereka dengan anggota
satu kelompok. Pertemuan ketiga menganalisis persamaan penyimpangan, kecepatan dan percepatan getaran harmonik. Siswa
mengalami kesulitan dalam memahami dan mengurangi penyimpangan, kecepatan dan persamaan percepatan.
Keempat fase mengidentifikasi pertemuan, fase, dan sudut perbedaan fasa dan menentukan nilai periode dan frekuensi
getaran harmonik di pendulum dan musim semi ayunan. Ini siswa pertemuan keempat mulai membagi tugas dengan anggota satu
kelompok. Siswa memiliki sedikit kesulitan dalam memahami grafik sinusoidal dan kesulitan dalam merumuskan fase matematis.
Peneliti secara acak menunjuk salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi dan kelompok dapat merespon lainnya. Pertemuan
kelima menjelaskan konsep energi dan hukum kekekalan energi dalam gerak harmonik sederhana dan dilakukan posttest dan mengisi
kuesioner akhir pada mahasiswa self-efficacy.
Hasil data data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari pretest dan posttest bahan getaran harmonik. Data
kualitatif dalam penelitian ini diperoleh dari
43
Husna Noor Mufida, et al. / Phys. Comm. 3 (1) (2019) 41-46
hasil kuesioner dan lembar observasi siswa yang telah diamati oleh tiga pengamat. Hasil belajar dari self efficacy, kognitif, dan tes
pengamatan peserta didik sebelum dan setelah mereka menjalani proses belajar penemuan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pernyataan dan hasil mahasiswa self efficacy kuesioner,
Pernyataan
Pertanyaan
1
Jika tiba-tiba guru memegang ujian, saya mencoba untuk
melakukannya juga mungkin
2
Aku mencoba mengerjakan soal tes dengan
kepercayaan
3
Jika saya merasa sulit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tes, saya akan melihat jawaban teman
Skor
Jumlah
4
10 siswa
Persentase
26%
3
15 siswa
39%
2
10 siswa
26%
1
3 siswa
8%
4
6 siswa
16%
3
23 siswa
61%
2
8 siswa
21%
1
1 siswa
3%
4
2 siswa
5%
3
19 siswa
50%
2
12 siswa
32%
1
5 siswa
13%
Skor awal dan akhir dari self efficacy siswa dibandingkan dan hasil keseluruhan menunjukkan bahwa total 23 siswa
mengalami peningkatan self efficacy, 4 siswa memiliki skor self efficacy, dan 11 siswa mengalami penurunan skor efikasi diri. Dari 23
siswa yang menerima skor self efficacy secara keseluruhan, hanya ada tujuh siswa yang umum, tingkat, dan kekuatan aspek
mengalami peningkatan dalam tiga aspek. ada 17 siswa yang memiliki skor self efficacy jumlah meningkat, namun peningkatan itu
hanya dalam dua aspek. Ada juga 11 siswa yang memiliki skor total self efficacy menurun, tetapi hanya ada satu siswa di mana dalam
ketiga aspek (umum, tingkat, dan kekuatan) menurun. Tabel untuk meningkatkan diri siswa keberhasilan dalam setiap aspek
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Peningkatan aspek diri siswa khasiat dan nilai hasil belajar.
Peningkatan
Mahasiswa
Keumuman
Kekuatan
Tingkat
Skor total
Hasil belajar
R1
+
+
+
+
+
R2
+
+
+
+
+
R9
=
+
=
+
+
R17
-
+
+
+
+
R23
-
-
-
-
-
R24
-
+
=
-
-
R27
+
+
-
-
+
Inf: (+) meningkat; (=) Constant; (-) Penurunan
Dalam Penemuan Learning pembelajaran yang dilakukan pada siswa penelitian efikasi diri, peneliti tidak mengambil tindakan
khusus untuk meningkatkan siswa self efficacy. Penelitian ini hanya bertujuan untuk mengeksplorasi informasi lebih lanjut tentang
kemanjuran awal siswa dan kemanjuran akhir siswa setelah pembelajaran penemuan. Data penelitian efikasi diri mahasiswa yang
diperoleh dari hasil kuesioner, observasi, dan wawancara disajikan secara rinci dengan metode kualitatif. self efficacy berkaitan dengan
keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan yang diharapkan. Selaras dengan Wulansari (2001) penelitian diri
44
Husna Noor Mufida, et al. / Phys. Comm. 3 (1) (2019) 41-46
khasiat mengacu keyakinan individu bahwa ia mampu melaksanakan tugas yang diinginkan. efikasi diri dapat dikembangkan dalam
siswa. Penelitian ini konsisten dengan pendapat Bandura di Alwisol (2004) bahwa self efficacy dapat diperoleh, diubah, diperbaiki atau
berasal dari satu atau empat sumber, yaitu pengalaman menguasai sesuatu (kinerja prestasi), pengalaman vicarious, persuasi sosial
(persuasi sosial, dan emosional / negara fisiologis.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif yang sangat signifikan antara efikasi diri dan hasil belajar. Artinya, semakin
tinggi efikasi diri siswa, semakin tinggi hasil belajar siswa dan sebaliknya. hasil belajar yang berhubungan dengan motivasi belajar.
Hasil ini sesuai dengan pendapat (Bandura, 2010) bahwa seseorang yang memiliki self efficacy tinggi akan memiliki motivasi belajar
yang lebih tinggi, semakin tinggi efikasi diri seseorang, semakin tinggi motivasi belajar. Hal ini tercermin dengan jumlah usaha yang
dilakukan dan ketekunan dalam mengatasi hambatan. Dia akan terus melakukan tugasnya dan tidak mudah menyerah dan bertahan
ketika menghadapi kesulitan. Orang yang memiliki self efficacy tinggi akan berusaha lebih keras dalam mengatasi hambatan.
Dari jawaban responden, diketahui bahwa self efficacy diperoleh dari berbagai sumber, termasuk dari dalam responden
sendiri, yaitu kemampuan untuk menyelesaikan berbagai tugas dan dari pengalaman orang lain di sekitar responden. Kebanyakan
siswa termotivasi oleh orang-orang di sekitar siswa. Guru yang memberikan motivasi kepada siswa untuk berhasil juga menjadi salah
satu rangsangan dari luar responden.
faktor khasiat juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah yang pertama dan terpenting lembaga
pendidikan, di mana sebagian besar keputusan anak-anak akan dipengaruhi oleh self-efficacy keluarga dalam pembelajaran fisika juga
dipengaruhi oleh lingkungan sekolah. Anak-anak cenderung meniru kebiasaan mayoritas lingkungan sekitarnya. Dalam pertanyaan
wawancara yang berkaitan dengan pekerjaan rumah yang sulit, beberapa siswa menyatakan "Aku tidak melakukan pekerjaan rumah,
karena teman saya tidak bekerja sehingga aman, meskipun ia dihukum ada teman"
KESIMPULAN
Penelitian ini telah menghasilkan deskripsi kemanjuran siswa sebelum dan sesudah proses pembelajaran fisika dilaksanakan.
Mahasiswa self efficacy mempengaruhi hasil belajar siswa, siswa dengan kemanjuran tinggi cenderung untuk mendapatkan hasil belajar yang
tinggi pada akhir proses pembelajaran, sedangkan siswa dengan efikasi rendah cenderung untuk mendapatkan belajar yang rendah juga.
Deskripsi efikasi diri sebelum pembelajaran mulai dapat digunakan sebagai antisipasi terhadap siswa yang memiliki khasiat rendah sehingga
hasil belajar mereka tidak rendah.
REFERENSI
Bandura, A. 2006. Panduan untuk Membangun Self-Effiacy Timbangan. USA: Usia Publishing. Bandura, A. 2010. Dirasakan
Self-Efficacy dalam Pembangunan Kognitif dan Berfungsi, pendidikan
Psikolog, 28 (2): 117-148.
Bednall, TC, & Kehoe, EJ 2011. Pengaruh Self-Regulatory Instruksional Aids di Self-Directed
Belajar, Instrumental Scince, 39 (5): 205-226. Dalyono. 2005. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Damayanti, H., Sarwi, B. Astuti. 2018. Sebuah Studi Mahasiswa Kesalahpahaman tentang Light Material dan
Cara Mengurangi itu menggunakan LKS-Assisted PBL di SMP Islam (SMP IT) Bina Amal Semarang. Fisika Komunikasi. 2
(2): 103-111.
Dewi, ARC, Susilo, NM Dharma Putra. 2018. Analisis Mahasiswa Praktis menggunakan Logger Pro
meningkatkan
Grafis Representasi Harmonic Oscillation Material. Fisika
Komunikasi. 2 (2): 112-121.
Huda, MS, Surbakti, A., Marpaung, RR 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Probleem
Instruksi Terhadap Self Efficacy Dan Hasil Belajar. Jurnal Bioterdidik: Wahana Ekspresi Ilmiah, 3 (9): 105-110. Mustaqim.
2008. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pustaka Belajar.
Mawaddah, NE 2015. Model Pembelajaran Penemuan Belajar DENGAN Pendekatan Metakognitif
Untuk Meningkatkan Metakognisi Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Unnes Jurnal Pendidikan Matematika
Research. 4 (1) 17-25.
Ni'mah, K. 2014. Hubungan ANTARA Dukungan sosial Dan diri khasiat hearts menyelesaikan skripsi.
Jurnal Indonesia Bimbingan dan Konseling: Teori dan Aplikasi, 3 (1).
45
Husna Noor Mufida, et al. / Phys. Comm. 3 (1) (2019) 41-46
Nurhayati, I., Wardani, DK, Totalia SA 2015. Upaya Meningkatkan Akademik Diri efficay Dan
Hasil Belajar Siswa through Model Pembelajaran Penemuan Belajar di SMK Negeri 3 Surakarta. Jurnal Pendidikan Ekonomi
dan Bisnis, 1 (1): 1-7. Santrock, JW 2007. Psikologi Pendidikan (edisi kedua) (Penerjemah Tri Wibowo, SE), Jakarta:
Kencana.
Singh, B., & Udainiya, R. 2009. Self Efficacy dan Kesehatan Remaja. Journal of The Indian
Academy of Applied Psychology, 35 (2): 227-232.
Wahyu, W. 2015. Peningkatan efikasi Peserta Didik hearts Pembelajaran Kimia through Teknik
Jigsaw II. Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran Dan Sains. 4 (2) 577-580.
46
Download