BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya berorientasi pada kualitas di segala bidang dan aspek telah menjadi suatu kesadaran umum setiap organisasi dalam rangka menciptakan keunggulan bersaing. Namun demikian, Segala program peningkatan kualitas (quality improvement) dalam organisasi tidak serta merta tercipta tanpa adanya perilaku kolektif yang berorientasi kualitas yang salah satunya adalah perilaku kerja inovatif dari seluruh SDM dan entitas yang ada dalam organisasi. Oleh karena itu, bagaimana perilaku kolektif yang berorientasi pada kualitas dalam hal ini perilaku kerja inovatif dapat ditumbuhkembangkan menjadi sesuatu yang bersifat kritikal. Dalam konteks pendidikan, berbicara tentang kualitas pendidikan, juga tidak dapat terlepas dari peningkatan sumber daya manusia. Guru adalah sumber daya manusia utama dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, karena guru sebagai pelaku pembelajaran di kelas. Guru diharapkan mampu menampilkan perilaku yang menggambarkan kualitas dan profesionalitasnya sebagai guru, salah satunya adalah perilaku kerja inovatif guru. Oleh karenanya perilaku kerja inovatif guru menjadi tuntutan dalam pengembangan dan persaingan antar lembaga pendidikan. Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu peneliti mengadakan wawancara dengan beberapa guru dan siswa. Wawancara dilakukan pada jam 1 istirahat mengajar hari senin 15 April 2013. Dari hasil wawancara diperoleh beberapa fakta yang tidak menunjukkan adanya perilaku kerja inovatif guru, antara lain metode pengajaran beberapa guru yang masih konvensional dan tradisional, tidak ada knowledge sharing tentang metode pembelajaran yang tepat diantara anggota MGMP mikro, serta masih kurangnya minat membaca guru maupun mengikuti pelatihan. Perilaku kerja guru yang jauh dari inovatif tersebut tentunya akan menghambat tercapainya tujuan pembelajaran di sekolah. Guru yang berperilaku kerja inovatif akan selalu mempunyai hal-hal baru untuk diberikan ke siswa, sehingga kehadirannya selalu dinantikan oleh siswa. Siswa dengan penuh semangat selalu menantikan saat pertemuan selanjutnya dengan guru yang bersangkutan. Pada posisi yang demikian, guru yang inovatif dijadikan figur sentral oleh siswa dalam hal minat dan semangat belajar, terutama dalam hal mata pelajaran yang diampu oleh guru tersebut. Oleh karena itu, guru yang inovatif dengan sendirinya akan memiliki kontribusi yang besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, khususnya melalui proses belajar mengajar yang tidak sekedar mengajar tetapi juga memotivasi siswa untuk lebih kreatif dan inovatif. Mengingat peran penting perilaku kerja inovatif guru dalam kaitan tujuan besar peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia, maka menjadi perlu untuk mendorong terbentuknya perilaku kerja inovatif pada setiap sosok guru. 2 Secara umum perilaku kerja inovatif guru tidak lahir dalam sekejap dan tidak terbentuk dari ruang hampa. Perilaku kerja inovatif guru diduga merupakan bentukan dari berbagai faktor, misalnya faktor kepercayaan kepada kepala sekolah. Bagaimanapun, secara konseptual dan faktual, kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu sekolah, karena sebagian besar keberhasilan dan/atau kegagalan suatu visi, misi dan tujuan sekolah ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah tersebut. Hal ini dipertegas lagi oleh Sergiovanni (1987) yang mengungkapkan bahwa tidak ada peserta didik yang tidak dapat dididik, yang ada adalah guru yang tidak berhasil mendidik. Tidak ada guru yang tidak berhasil mendidik, yang ada adalah kepala sekolah yang tidak mampu membuat guru berhasil mendidik. Dengan demikian kepala sekolah memiliki peran sentral dalam meningkatkan perilaku kerja inovatif guru. Salah satu peran tersebut adalah menumbuhkan kepercayaan guru pada kepala sekolah. Berdasarkan hasil wawancara awal pada hari yang sama, terungkap bahwa para guru kurang mempunyai kepercayaan pada kepala sekolah. Berkembang anggapan bahwa kepala sekolah tidak kompeten dalam memimpin dan mengelola sekolah. Terbaca adanya anggapan bahwa kepala sekolah kurang jujur dalam memimpin dan mengelola. Guru-guru merasa kurang nyaman untuk menyatakan pendapat saran-kritik dan gagasan kreatif karena merasa tidak yakin bahwa kalau mereka menyatakan dan mengemukakan pendapat dan gagasan tersebut akan mendapat respon positif dari kepala sekolah. Kekhawatiran akan respon negatif emosional dari kepala 3 sekolah jauh lebih besar sehingga membuat mereka cenderung bersikap apatis terhadap upaya-upaya pengembangan sekolah. Faktor lain yang juga diduga dapat mempengaruhi perilaku inovatif guru adalah self efficacy. Diperlukan keyakinan dari dalam diri seseorang bahwa dia mampu untuk berperilaku inovatif. Tanpa adanya keyakinan tersebut, secara umum, siapapun dan dalam hal apapun maka mustahil untuk mewujudkan suatu perilaku tertentu. Penelitian yang dilakukan Lee dan Bobko dalam Engko (2008) menyatakan bahwa individu yang memiliki self efficacy pada situasi tertentu akan mencurahkan semua usaha dan perhatiannya sesuai dengan tuntutan situasi tersebut dalam mencapai tujuan. Hasil wawancara juga mengungkapkan adanya permasalahan tentang self efficacy, misalnya : guru menghindari tugas yang belum pernah dilakukan, melakukan tugas selalu berdasarkan arahan pimpinan, yang berarti guru tersebut tidak berani mengambil resiko, serta guru merasa pesimis terhadap hal – hal yang baru. Lebih jauh, hasil wawancara juga mengindikasikan adanya permasalahan yang berkaitan dengan perilaku kerja inovatif guru-guru di SMK N 2 Sewon Bantul. Mereka relatif memiliki banyak gagasan, namun dalam banyak hal gagasan tersebut sekedar berhenti pada gagasan saja. Kurang adanya upaya yang sungguh-sungguh dan kurang adanya keberanian dalam mengambil resiko sehingga gagasan-gagasan yang dimiliki tidak berujung jadi kenyataan. 4 Berdasarkan fakta tersebut diatas, maka SMK Negeri 2 Sewon menghadapi permasalahan tentang perilaku kerja inovatif guru, kepercayaan kepada kepala sekolah, dan self efficacy. Beberapa permasalahan tersebut menarik penulis untuk meneliti tentang PENGARUH DAN KEPERCAYAAN LEADER) TERHADAP KEPADA PERILAKU SELF EFFICACY PIMPINAN (TRUST KERJA INOVATIF TOWARD GURU (INNOVATIVE WORK BEHAVIOUR) DI SMK NEGERI 2 SEWON BANTUL. 1.2 Rumusan Masalah Dalam rangka membangun kualitas pendidikan dalam lingkup sekolah, diperlukan sosok guru yang mempunyai perilaku kerja inovatif. Untuk menjadi guru yang inovatif, diperlukan keyakinan dari dalam dirinya sendiri bahwa dia mampu untuk berperilaku inovatif. Selain itu kepercayaan bahwa kepala sekolah akan memberikan dorongan dan motivasi serta kebebasan berkreasi baginya, serta lingkungan kerja yang nyaman tentunya akan mendorong guru untuk berperilaku inovatif. Yang menjadi masalah adalah apakah self efficacy serta kepercayaan guru kepada kepala sekolah memang dapat mendorong secara positif terhadap perilaku kerja inovatif guru di SMK Negeri 2 Sewon Bantul. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Apakah self efficacy berpengaruh positif terhadap perilaku kerja inovatif guru (innovative work behaviour) ? 5 2. Apakah kepercayaan kepada pimpinan (trust toward leader) berpengaruh positif terhadap perilaku kerja inovatif guru (innovative work behaviour)? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk menguji apakah self efficacy berpengaruh positif terhadap perilaku kerja inovatif guru (innovative work behaviour). 2. Untuk menguji apakah kepercayaan kepada pimpinan (trust toward leader) berpengaruh positif terhadap perilaku kerja inovatif guru (innovative work behaviour). 1.5 Manfaat Penelitian Diharapkan hasil dari penelitian ini bisa dipakai sebagai dasar untuk menyusun kebijakan pengembangan mutu pendidikan melalui pengembangan mutu guru dalam konteks self efficacy guru dan perilaku kerja inovatif (innovative work behaviour), serta pengembangan mutu kepemimpinan kepala sekolah terkait kepercayaan kepada pimpinan (trust toward leader), dalam hal ini kepala sekolah. 1.6 Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi pada lingkup kepemimpinan kepala sekolah yang sedang berjalan. Selain itu, dalam hal perilaku inovatif guru (innovative work behaviour) hanya dibatasi kaitannya pada proses belajar mengajar. 1.7 Sitematika Penulisan Tulisan hasil penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu : 6 Bab I pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II tinjauan pustaka yang mengungkapkan beberapa konsep atau teori berkaitan dengan topik yang dibahas. Bab III metode penelitian yang terdiri atas desain penelitian, definisi istilah, populasi dan sampel, instrumen penelitian, pengumpulan data, dan metode analisis data. Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan, meliputi deskripsi data, pengujian hipotesis, pembahasan. Bab V berisi tentang simpulan, keterbatasan, dan implikasi. 7