Uploaded by User36533

tb ekstraparu

advertisement
DEFINISI
Tuberkulosis ekstraparu adalah pasien dengan gambaran klinis sesuai dengan tuberkulosis aktif
atau pasien dengan kelainan histologis atau pasien dengan satu sediaan dari organ
ekstraparunya menunjukkan hasil bakteri Mycobacterium tuberculosis.1 Tuberkulosis yang
menyerang organ tubuh lain selain paru yaitu saluran napas bagian atas (epiglotis, laring, faring),
mulut, tonsil, lidah, selaput otak, perikardium, kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, saluran
kemih, alat kelamin, usus/peritoneal, mata, adrenal, kulit dan jaringan di bawah kulit (abses).1,2
EPIDEMIOLOGI
Lebih sering ditemukan di negara berkembang dengan penyakit tuberkulosis yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat.1,3 Kasus total dari tuberkulosis ekstraparu dari suatu negara
ditemukan antara 4000/tahun.4 Tuberkulosis ekstraparu terjadi apabila terdapat daya tahan tubuh
yang rendah. Risiko tinggi untuk mendapat tuberkulosis ekstraparu meningkat pada orang yang
terinfeksi HIV, anak-anak, dan pada orang tua. Dari 50% pasien yang mempunyai tuberkulosis
aktif ditemukannya penyakit tuberkulosis ekstraparu dan 25% dari pasien yang didiagnosis
tuberkulosis ekstraparu biasanya selalu mempunyai riwayat tuberkulosis dan sering dengan
terapi yang tidak adekuat.5,6 Penelitian di Amerika membuktikan bahwa anak-anak dengan usia
di bawah 15 tahun, dan orang tua dengan usia di atas 65 tahun, perempuan, penduduk asing
suatu negara lebih mudah untuk mendapatkan tuberkulosis ekstraparu.4,6
ETIOLOGI
Tuberkulosis ekstraparu disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis sebagai basil
tuberkel merupakan salah satu dari tiga puluh genus Mycobacterium. Lebih dari 80%
Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil mengenai organ tubuh lain.
2,3
Kuman tuberkulosis berbentuk batang ramping lurus berukuran panjang 0,4 x 3 mm, mempunyai
dinding sel lipid sehingga tahan terhadap asam, ketika dilakukan pewarnaan Ziehl Neelson
kuman berwarna merah dengan latar belakang berwarna biru. Oleh karena itu kuman ini disebut
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat hidup dalam beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat dorman, tertidur lama dalam beberapa tahun.3,7,8
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS EKSTRAPARU
Tuberkulosis ekstraparu di klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terinfeksi. Dalam tinjauan
pustaka ini akan dibahas secara tersendiri.7,9,10
TUBERKULOSIS PADA SALURAN NAPAS BAGIAN ATAS: EPIGLOTIS, LARING, FARING
Hampir semua tuberkulosis pada traktus respiratoris atas merupakan komplikasi penyakit paru.
Terapi infeksi secara hematogen kadang menyebabkan tuberkulosis laring sering didiagnosis
salah sebagai kanker laring. Kelainan epiglotis dan faring sering diikuti tuberkulosis laring. 7,11
1. Gambaran Klinis
1. Penderita batuk dan keluar spuntum selama beberapa waktu karena penyakit laring lebih
sering tejadi pada tuberkulosis lanjut. Penderita menurun berat badannya.
2. Suara serak dan perubahan suara menjadi serak- serak basah.
3. Otalgia
4. Odinofagia (sakit telan) biasanya epiglotis terkena. Rasa sakit dapat berat.
5. Pada tingkat lanjut ditemukan ulkus pada lidah
6. Penelitian menunjukkan ulkus pada pita suara atau area lain traktus respiratorius
atas.7,9,12,13
2. Diagnosis
1. Pemeriksaan sputum tuberculosis
2. Foto toraks.
3. Biopsi. 7,12
3. Diagnosis Banding
Penyakit utama yang dibedakan dari tuberkulosis adalah kanker. Penyakit keganasan laring
jarang mengeluh sakit. Sputum biasanya positif diagnosis dapat ditegakkan dari pemeriksaan
biopsy pada kasus yang sulit. Jika anda tidak dapat melakukan biopsi dan memperkirakan
kemungkinan penyakitnya tuberkulosis, cobalah efek OAT.7,13
4. Penatalaksanaan
Tuberkulosis laring mempunyai respon yang baik dengan OAT. Bila nyeri tidak segera berkurang
dengan OAT, tambahkan prednisolon 10 mg dua kali sehari selama 2 sampai 3 minggu. Sesudah
itu turunkan dosis harian 5 mg perminggu.7
TUBERKULOSIS PADA MULUT, TONSIL dan LIDAH
Tuberkulosis mulut jarang terjadi. Biasanya terdapat pada gusi, berupa pembengkakan yang tidak
nyeri dan sering kali menjadi ulkus. Lesi primer disertai pembengkakan kelenjar limfe regional.
Tuberkulosis mulut dan tonsil penularannya lewat susu yang terinfeksi, kadang dari makanan
maupun droplet lewat udara. 7,14 Lesi lidah biasanya merupakan lesi skunder dari tuberkulosis
paru. Lesinya berbentuk ulkus dan mungkin sangat nyeri. Respon terhadap OAT baik. 7,15
TUBERKULOSIS MENINGITIS
Tuberkulosis meningitis merupakan masalah besar dan penting sebagai penyebab kematian di
beberapa negara. Human Mycobacterium tuberkulosis merupaka penyebab, tetapi mikobakteria
lain terjadi pada penderita Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).7
1. Patogenesis
Adanya focus primer tuberkulosis atau tuberkulosis milier yang menyebar, menyebabkan adanya
tuberkel kecil di otak atau selaput meningen. Biasanya juga menyebar ke tulang tengkorak atau
vertebra. Bila tuberkel ini pecah ke ruang subaraknoid, menyebabkan:7,17
1. Peradangan selaput meningen
2. Terbentuknya masa abu-abu seperti jeli di dasar otak
3. Peradangan dan penyempitan arteri, sehingga terjadi kerusakan lokal pada otak.
Ketiga kejadian tersebut menyebabkan tampaknya gejala klinik.
2. Gejala Klinis
Biasanya terjadi penurunan keadaan umum 2 sampai 8 minggu, berupa: malaise, kelelahan,
iritabel, perubahan tingkah laku, nafsu makan turun, penurunan berat badan dan demam ringan.
Kemudian karena proses:7,9
1. Meningitis menyebabkan nyeri kepala, muntah dan kaku kuduk
2. Eksudat abu-abu pada dasar otak menyebabkan gangguan N.II-VIII berupa gangguan
penglihatan, paralisis kelopak mata, pupil anisokor, ketulian. Oedem papil terjadi pada
40% penderita.
3. Kerusakan arteri menyebabkan gangguan berbicara, gangguan motorik anggota gerak.
Beberapa area otak mungkin mengalami kerusakan bersama.
4. Kadang terjadi hidrosefalus. Ini terjadi karena tersumbatnya saluran cairan serebrospinal
oleh eksudat. Hidrosefalus merupakan penyebab utama gangguan kesadaran. Kerusakan
yang ditimbulkan mungkin permanen dan merupakan tanda prognosis yang buruk.
5. Blockade spinal oleh eksudat dapat menyebabkan kelemahan ’upper motor neuron’ atau
paralisis tungkai.
6. Perlu dicari tuberkulosis di lain tempat diseluruh tubuh:
1. Tuberkulosis kelenjar getah bening
2. Dari pemeriksaan foto rontgen dapat ditemukan tuberkulosis paru, tuberkulosis
milier.
3. Pembesaran hati dan lien.
4. Tuberkulosis koroid, tuberkel terlihat pada pemeriksaan retina.
Uji tuberkulin mungkin negatif, khususnya pada penyakit stadium lanjut.
3. Diagnosis
Keadaan yang terutama yang harus dibedakan dengan meningitis bakterial, meningitis virus dan
meningitis kriptokokus yang berhubungan dengan HIV. Meningitis bakterial dan viral onsetnya
lebih akut. Kriptokokus onsetnya lebih lama. Riwayat keluarga yang tuberkulosis paru atau
tuberkulosis lain perlu dicurigai. Tetapi bukti utama adalah dengan pemeriksaan cairan
serebrospinal dengan pungsi lumbal. Hal-hal penting:7
1. Tekanan: biasanya meningkat
2. Kejernihan : mula-mula jernih dan kemudian membentuk jaring laba-laba. Mungkin
kekuningan bila terjadi blokade spinal.
3. Sel 200-800/m3. Mula-mula banyak sel neutrofil (tapi tidak sebanyak infeksi baktrial) ada
akhirnya banyak limfosit.
4. Glukosa: rendah pada 90% penderita, tetapi mungkin normal pada tahap awal. Ini penting
untuk membedakan dengan infeksi virus yang glukosanya normal.
5. Bakteriologi: preparat hapus (+) hanya pada 10% penderita, kecuali jika volumenya
banyak (10-12ml) dan disentripus kuat dan lama. Jika diamati selama 30 menit, maka
hampir 90% penderita hasilnya (+). Biakan bias dilakukan bila mungkin. Biasanya (+),
tetapi ini hanya untuk konfirmasi diagnosis yang terlambat karena prosesnya lama.
Diagnosis bakteriologis banya ditegakkan bila dijumpai kuman di spesimen, seperti
sputum dan pus.
4. Penatalaksanaan
Respon dengan OAT baik ditambah dengan kortikosteroid (prednisolon) 30 mg dua kali sehari
selama 4 minggu, kemudian diturunkan secara bertahap selama beberapa minggu. Tindakan
bedah dapat diperlukan untuk mengurangi tekanan berlebihan dalam cairan serebrospinal di
dalam ventrikel otak. 7,17
5. Prognosis
Kematian terjadi bila tidak diobati. Semakin dini diagnosis dibuat dan di obati, semakin baik
pemulihannya tanpa disertai kerusakan permanen. Semakin baik kesadarannya saat awal
pengobatan, semakin baik prognosisnya. Bila penderita koma, prognosisnya untuk pulih sangat
jelek. 10-30% yang selamat biasanya menderita beberapa kerusakan seperti paralisis (N kranial),
serangan epilepsi atau gangguan intelektual.7 Karena tingginya angka kematian bila diagnosis
terlewatkan, maka obatilah segera bila diagnosisnya mirip atau curiga meningitis tuberkulosis. 7
TUBERKULOSIS PERIKARDIUM
Penyakit ini jarang dijumpai, hanya di daerah tertentu khususnya bila infeksi HIV tersebar luas,
antara lain di Transkei.7,9
1. Patogenesis
Kuman mencapai perikardium lewat darah (bila dijumpai tuberkulosis di organ lain) tetapi
umumnya timbul karena pecahnya kelenjar getah bening mediastinal ke rongga perikardial.
Jarang terjadi bersamaan dengan tuberkulosis paru.7
2. Gejala Klinik
1. Perikarditis kering berupa:7
1. Nyeri akut dibelakang sternum, yang akan membaik bila penderita duduk condong
kedepan
2. Terdengar suara gesekan pada saat bunyi jantung
3. EKG: perubahan gel-T melebar.
4. Efusi perkardial:7
1. Sesak napas saat kegiatan (ataupun istirahat)
2. Nadi cepat dan paradoksial, atau terjadi penurunan tekanan darahdan
tekanan nadi saat inspirasi. (normalnya tekanan rongga dada yang negatif
saat inspirasi akan memacu darah dari vena ke jantung, tetapi hal ini
dihambat oleh cairan efusi). Hal ini jarang dijumpai;
3. Tekanan darah rendah (kadang berat)
4. JVP meningkat
5. Pembesaran hati
6. Cairan dalam rongga perut
7. Demam (bervariasi)
8. Suara gesekan mungkin hilang bila cairannya banyak, tapi biasanya tetap
terdengar.
9. Uji tuberkulin biasanya positif.
Perikarditis konstriktif 7
Peradangan perikardium dapat menyebabkan penebalan dan kalsifikasi. Kalsifikasi tampak pada
foto sebagai garis putih tipis ireguler sepanjang tepi bayangan jantung. Hal ini menghambat
dilatasi jantung saat diastole, sehingga jantung tidak mendapat cukup darah dari vena untuk
dipompa. Konstriksi mungkin timbul beberapa bulan atau minggu setelah efusi. Kadang timbul
beberapa tahun kemudian dan mungkin tak pernah didiagnosis efusi sebelumnya. Gejala yang
ada:
1. Sesak napas. Selama paru belum edema. Penderita bisa tiduran tanpa menimbulkan
sesak selama belum edema paru tidak terdengar krepitasi.
2. Edema kaki dsb, terjadi karena hambatan curahan darah vena sistemik.
3. Hati mungkin sangat besar, mungkin ada asites dan pembesaran lien.
4. Jantung kecil dan lemah. Lemahnya suara jantung berbeda dengan kasus gagal jantung
kongestif yang jantungnya melebar
5. JVP meningkat selama inspirasi menurun
6. Terjadi nadi paradoksikal
7. Cari tanda tuberkulosis di organ lain
Kebanyakan perikarditis konstriktif terjadi oleh karena Tuberkulosis. Patut dicurigai bila jantung
kecil dan edema anggota gerak tanpa disertai edema paru. Bila mungkin terjadi ambilan foto
rontgen yang dapat menunjukkan kalsifikasi sebagai konfirmasi.7
3. Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis perikarditis bila:7
1. Ada tuberkulosis di bagian tubuh manapun
2. Kultur cairan perikardium (60% positif)
3. Biopsi perikardium, (70% positif)
Harus dibedakan dengan penyakit otot jantung, gagal jantung, dan keganasan.
4. Penatalaksanaan
Respons terhadap OAT standar baik. Bila perlu prednisolon 5 mg 4 kali sehari dapat diberikan
selama 12 minggu. Ini akan mengurangi tindakan aspirasi cairan dan menurunkan angka
kematian. Drainase terbuka jarang diperlukan. 7 Pembedahan perikardium kadang diperlukan bila
terjadi konstriksi . tetapi coba dahulu dengan OAT. Bila tidak mungkin dilakukan pembedahan
maka
yang
terbaik
yang
dapat
dilakukan
adalah
OAT.7
TUBERKULOSIS KELENJAR GETAH BENING
1. Gejala Klinik
Tuberkulosis kelenjar getah bening pada orang dewasa mirip tuberkulosis kelenjar pada anak.
Namun ada sedikit catatan yang perlu diperhatikan:7,9
1. Pada orang dewasa mengingat kemungkinan bahwa perluasan nodus mungkin
disebabkan timbunan karsinoma yang berasal dari karsinoma primer dari tempat lain
(area pindahan). Kelenjar yang keras di medial bagian dalam klavikula sering
dihubungkan dengan kanker paru. Di beberapa negara kejadian ini berkembang sering
dengan kebiasaan merokok yang meluas.
2. Pada dewasa, seperti pada anak-anak, biasanya tanpa disertai demam, kadang-kadang
subfebril. Pada keadaan tertentu terdapat demam yang sangat tinggi pada orang dewasa
yang dengan foto rontgen toraks menunjukkan pembesaran kelenjar getah bening di
leher.
Uji tuberkulin biasanya positif, tapi mungkin negatif, jika ada malnutrisi.
2. Penatalaksanaan
OAT standar dapat diberikan, perhatikan reaksi pada kelenjar getah bening ketika memberikan
pengobatan. Sekitar 25% kelenjar getah bening mungkin membesar pada pengobatan. Kelenjarkelenjar baru mungkin tumbuh. Pada sekitar 20% akan timbul abses dan kadang-kadang timbul
sinus. Kejadian tersebut diatas dimungkinkan oleh reaksi hipersensitivitas pada tuberkulin yang
dilepaskan dari kuman yang mati. Jangan mengubah terapi jika hal ini terjadi. Kelenjar-kelenjar
tersebut akan berkurang jika anda meneruskan terapi sebelumnya.3,7 Sekitar 5% penderita anda
mungkin masih dapat merasakan kelenjar-kelenjar pada akhir terapi, tapi biasanya tidak
memberikan kesulitan lebih jauh. Pemberian prednisolon, secara rutin, tidak perlu. Tapi jika timbul
abses luas, prednisolon mungkin mencegah timbulnya sinus dan membantu penghilangan abses
tanpa pembedahan. Gunakan prednisolon, jika ada kelenjar mediastinum yang masif. Hal ini
membantu mengecilkan kelenjar. Aspirasi abses sebaiknya dihindari jika mungkin sebab sinus
mungkin berkembang pada daerah bekas suntikan. Bedah insisi lebih dianjurkan dilakukan untuk
mengeluarkan pus.7,17 Zaman dahulu banyak pembedahan dikerjakan pada tuberkulosis kelenjar
getah bening dan banyak operasi untuk menghilangkannya. Dengan adanya OAT hal tersebut
tidak begitu perlu. Alas an utama untuk menghilangkan kelenjar adalah jika benar-benar ragu
terhadap diagnosis.7
3. Prognosis
Prognosis adalah baik sejauh perkembangan terus diperhatikan. Tapi jika ada banyak terjadi
fistulasi akan mengakibatkan banyak bekas luka.7
TUBERKULOSIS TULANG dan SENDI
Kuman tuberkulosis dapat menyebar dari kompleks primer ke tulang atau sendi manapun. Risiko
kejadian tersebut semakin besar pada anak dengan usia semakin muda. Kebanyak dari
tuberkulosis tulang atau sendi terjadi dalam waktu 3 tahun sesudah terjadinya infeksi pertama,
tetapi dapat saja timbul lebih lama sesudahnya. Sekalipun tulang atau sendi manapun dapat
terkena, tetapi yang menahan berat badan cenderung lebih sering terkena adalah tulang
belakang, kemudian pinggul, lutut, serta tulang-tulang kaki, sedangkan tulang-tulang lengan atau
tangan lebih jarang terkena. Pembengkakkan pada sendi muncul secara perlahantanpa adanya
rasa panas atau nyeri akut seperti pada infeksi septik (sekalipun sendi terkadang teraba sedikit
lebih hangat, dibandingkan dengan sendi tungkai sebelahnya). Pembengkakan yang muncul
secara perlahan pada daerah di sekitar tulang atau sendi perlu mengarahkan anda pada
kemungkinan adanya tuberkulosis.1,3,7,17 Berhubung temuan klinis tuberkulosis tulang dan sendi
pada orang dewasa dan anak serupa, keduanya akan dibicarakan bersama pada bagian berikut
ini.7,17
Tuberkulosis Tulang Belakang
1. Patogenesis
Tuberkulosis tulang belakang timbul akibat penyebaran kuman tuberkulosis melalui aliran darah.
Pada sekitar 70% dari pasien, dua ruas tulang belakang (vertebra) terkena: pada 20%, tiga atau
lebih. Tuberkulosis tulang belakang berawal di sudut anterior superior (depan, atas) atau inferior
(bawah) dari badan vertebra dan meluas ke vertebra yang berdekatan. Diskus terkena dan ruang
antar diskus akan menyempit. Sejalan dengan perkembangan penyakit, terbentuk abses yang
dapat menjalar ke rongga dada bagian bawah atau ke bawah ligament inguinal (abses psoas).
Hal ini juga dapat menekan susunan saraf tulang belakang. Lokasi yang paling sering terkena
adalah torakal 10 (T10). Tulang belakang yang semakin jauh dari T10, baik ke atas maupun
kebawah, semakin jarang terkena.7
2. Gejala Klinis
Penyakit tuberkulosis tulang belakang tidak di temukan pada bayi usia di bawah satu tahun.
Penyakit ini baru muncul setelah anak tersebut belajar berjalan dan melompat. Setelah itu
penyakit ini dapat timbul pada usia berapa saja.7
1. Gejala pertama adalah rasa nyeri, untuk mengurangi rasa tersebut, anak atau orang
dewasa yang sakit enggan menggerakkan punggungnya, sehingga seakan-akan kaku.
Orang tersebut akan menolak untuk membungkuk atau mengangkat barang dari lantai.
Bila diminta, orang tersebut akan menekuk lututnya agar punggung tetap lurus. Nyeri
tersebut berkurang bila orang tersebut beristirahat.7
2. Tanda-tanda pada berbagai lokasi:7,9
1. Pada leher: bila vertebra servikal terkena, pasien akan enggan menoleh dan
mungkin menumpangkan dagunya pada tangan bila duduk. Orang tersebut dapat
saja merasakan nyeri pada leher dan bahunya. Sesuai jalur abses, dapat timbul
benjolan lunak yang berfluktuasi pada salah satu sisi leher di belakang otot
strenomastoideus atau menonjol di bagian belakang mulut (faring).
2. Pada punggung ke bawah hingga ke tulang rusuk terakhir (region torakalis).
Dengan adanya penyakit pada daerah tersebut, pasien merasa punggungnya
kaku. Bila orang tersebut memutar tubuhnya, ia akan memutar kakinya ketimbang
memutar pinggulnya. Bila mengenai sesuatu dari lantai, pasien akan menekuk
lututnya sementara punggungnya tetap kaku. Di kemudian hari, dapat tampak
benjolan atau lekukan pada tulang belakang (Gibbus) yang menandakan lokasi
kolapsnya badan vertebra.
3. Abses dapat meluas membentuk jalur yang dapat mengelilingi dada ke kiri atau ke
kanan dan muncul sebagai benjolan yang lunak ada dinding dada. (abses dingin
yang serupa dapat ditimbulkan oleh tuberkulosis kelenjar getah bening
interkostal). Bila abses tersebut menekan punggung susunan saraf tulang
belakang dapat tertekan dan mengakibatkan paralisis (paraplegia).
4. Bila tulang belakang di bawah dada yang terkena (region lumbal), letaknya juga di
tulang belakang bagian bawah, tetapi nanah dapat masuk ke dalam otot-otot yang
sama sebagaimana terjadi pada tulang belakang yang lebih tinggi. Bila hal ini
terjadi, tuberkulosis tersebut dapat tampak sebagai benjolan lunak di atas atau di
bawah ligament lipat paha atau lebih di bawah lagi pada sisi dalam dari paha
(abses psoas). Nanah dapat menyusuri pelvis hingga mencapai permukaan di
belakang sendi pinggul, hal ini jarang terjadi. Di negara-negara dengan prevalensi
tinggi, pada 1 dari 4 pasien dengan tuberkulosis spinal terdapat abses yang dapat
di raba secara klinis.
5. Pada pasien yang kurang gizi. Dapat timbul demam (terkadang demam tinggi).
Penurunan berat badan dan hilangnya nafsu makan. Pada sebagian orang Afrika,
juga dapat ditemukan pembesaran kelenjar getah bening, tuberkel subkutan,
pembesaran hati dan limpa.7
6. Pada
penyakit
yang
sudah
lanjut,
terkadang
tidak
hanya
terdapat
gibbus(punggung bungkuk membentuk sudut). Dapat juga ditemukan kelemahan
tungkai bawah dan paralisis (paraplegia) akibat tekanan pada saraf tulang
belakang atau pada pembuluh darah terkait.7,9
3. Diagnosis
1. Bila mungkin, ambil foto rontgen antero-posterior dan lateral. Ciri-ciri awal yang
seringdi jumpai adalah hilangnya sudut anterior superior atau inferior dari badan
vertebra dan hilangnya rongga antar vertebra (diskus). Ingat bahwa lesi
multiple/ganda dapat ditemukan pada sekitar 10% dari pasien. Abses lokal akan
mengikis permukaan anterior badan vertebra. Abses intratorakal dapat
menyerupai aneurisma aorta.
2. Tes darah terhadap titer anti-stafilokokus dan anti-streptolisin hemolisin, tifoid,
paratifoid, dan bruselosis dapat membantu penegakkan diagnosis pada kasus sulit
dan pada pusat-pusat dengan fasilitas yang memadai.
3. Biopsi jarum juga dapat bermanfaat pada kasus sulit, namun membutuhkan
pengalaman serta pemeriksaan histologi yang baik.
4. Jangan berupaya membuka abses. Abses tersebut akan menghilang dengan
pengobatan.7
4. Komplikasi
Komplikasi utama adalah kelemahan atau kelumpuhan tungkai, hilangnya kekuatan
terkadang terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Bila diobati dengan segera, sering kali
cepat menunjukkan perbaikan (dibandingkan dengan kelumpuhan akibat tumor).7
5. Diagnosis Banding
Pada kebanyakan kasus diagnosis langsung jelas, tetapi terkadang tuberkulosis sulit di
bedakan dengan: - Infeksi piogenik - Infeksi enterik - Tumor. 7
6. Penatalaksanaan
Gunakan OAT standar, dapat berobat jalan, tanpa istirahat di tempat tidur. Penelitian
disertai kontrol membuktikan bahwa penyakit selalu dapat dihentikan dengan OAT. Akan
tetapi jika terdapat destruksi yang luas, pembedahan secara terampil dapat mengurang I
deformitas di kemudian hari melalui tindakan operasi secara dini. Ahli bedah
membersihkan jaringan abses dan jaringan mati, lalu melakukan pemasangan/penguatan
tulang. Pasca operasi pasien istirahat selama 3-6 minggu di tempat tidur. Tindakan
operasi kadang-kadang perlu, guna mengurangi tekanan pada saraf-saraf spinal.7
Tuberkulosis Tulang Pinggul
Pinggul merupakan letak Tuberkulosis tulang yang paling sering di jumpai setelah tuberkulosis
tulang/sendi. Penyakit tersebut juga lebih sering di temukan setelah usia 5 tahun dari pada
sebelumnya. Anak-anak kecil dapat tampak menderita, berhenti berjalan, dan menolak berjalan
bila diminta. Anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa terkadang berjalan pincang dan
mengeluh nyeri yang terkadang beralih ke lutut. Otot paha umumnya mengecil. 7 Pemeriksaan
foto rontgen harus dibuat dari kedua pinggul. Kebanyakan penyakit mulai pada bagian dalam
kapsul sendi, tetapi terkadang sendi tersebut tampak sehat dan penyakit berada pada leher
femur. Pada awalnya terdapat penyempitan dari ruang sendi antara asetabulum dan kepala
femur, tetapi kemudian dapat timbul perubahan pada tulang sejalan dengan berlangsungnya
penyakit. Pada kasus yang sudah berat, sendi rusak berat, dan terjadi dislokasi femur. 7
Penatalaksanaan diawali dengan istirahat hingga spasme menghilang. Semakin muda umur,
semakin banyak regenerasi tulang yang dapat diharapkan, pengobatan anti tuberkulosis yang
teratur dan lama akan menghasilkan kesembuhan yang cukup berarti.7
Tuberkulosis Sendi Lutut
Penyakit pada sendi lutut umumnya muncul perlahan dengan pembengkakan yang diikuti rasa
nyeri. Pembengkakan muncul akibat adanya cairan di dalam sendi. Pada perabaan hangat dan
dapat teraba penebalan sinovia di atas patella. Otot paha umumnya menyusut. Pada foto rontgen
mungkin
tidak
akan
tampak
adanya
perubahan
pada
tulang.7
Tuberkulosis Pergelangan Kaki dan Tulang-tulang Kecil Kaki
Gejala klinis awal rasa nyeri dan pincang. Pembengkakan pada tulang atau sendi yang terkena
menandakan pembentukan suatu abses. Otot betis sering kali mengalami penyusutan. Tulang
yang sama dapat terkena pada setiap sisi. 7 Pembengkakan cepat reda dengan pengobatan. Bila
kulit di atas daerah yang bengkak menjadi merah dan berfluktuasi, keluarkan nanah dengan alat
suntik. Hal ini dapat mencegah terbentuknya sinus yang mengeluarkan nanah.
7
Tuberkulosis Lengan dan Tangan
Anggota gerak atas lebih jarang terkena di bandingkan dengan yang bawah. Rasa nyeri lebih
jarang. Pada pundak, siku, dan pergelangan tangan mula-mula terdapat keterbatasan gerak dan
kemudian pembengkakan di sekitar sendi. Bila tulang-tulang kecil pada pergelangan tangan atau
jari-jari terkena, lesi dapat mengenai tulang yang sama pada setiap sisi. Tuberkulosis jari-jari
(daktilitis) dapat tampak sebagai pembengkakan jari yang memanjang, dengan pembengkakan
sedikit oval dan pembengkakan lebih ringan di sekitar falang proksimal dan terminal. Beberapa
jari dapat terkena pada setiap tangan. Tanda awal dari infeksi tuberkulosis pada pergelangan
tangan hampir selalu merupakan benjolan yang tidak nyeri pada punggung tangan.7 Seperti
halnya pada sendi-sendi besar yang lain, tuberkulosis pada pundak dapat muncul dalam bentuk
cairan di dalam sendiatau fokus tulang pada kepala humerus; dengan terbatasnya gerak, otot
pundak menjadi lunak dan menyusut. Tuberkulosis sendi siku mengikuti pola yang serupa,
dengan keterbatasan gerak, pembengkakan sendi, rasa nyeri lebih ringan di bandingkan dengan
tuberkulosis tulang tungkai.7
Tuberkulosis Tulang-tulang Lainnya
Tuberkulosis dapat mengenai tulang manapun. Umumnya akan tampak sebagai bengkak yang
tidak nyeri. Lambat laun bengkak tersebut dapat menjadi merah dan mengeluarkan nanah dari
sinus. Dapat ditemukan lebih satu dari pembengkakan. Terkadang ditemukan adanya abses
tulang multipel secara bersamaan, disertai demam, terkadang tidak nyeri tetapi beberapa
penelitian di jumpai abses yang terasa sakit dan nyeri tekan pada orang dewasa, sekalipun kulit
tidak terlalu memerah. Foto rontgen menunjukkan berkurangnya bayangan tulang pada lokasi
pembengkakan.7
Tuberkulosis Kistik dari Tulang
Tuberkulosis kistik ditemukan di daerah yang banyak terdapat tuberkulosis seperti Afrika. Tampak
sebagai pembengkakan yang lebih keras dan tidak nyeri secara perlahan yang tidak mengenai
kulit di atasnya yang tidak mengeluarkan nanah ataupun membentuk abses. Kelainan tersebut
terutama ditemukan pada tangan, kaki, tulang tengkorak, dan tulang panjang, terutama pada
kepala humerus dekat sendi pundak atau pada kepala tibia. Foto rontgen menujukkan
pembengkakan memiliki rongga-rongga yang menyerupai kista dengan dindingnya yang
menyerupai sarang laba-laba. Kista tersebut berisi perkijuan dan mengandung kuman
tuberkulosis dalam jumlah yang besar. Diperlukan pengobatan yang lengkap.
1,7
TUBERKULOSIS GINJAL dan SALURAN KENCING
1. Patogenesis
Tuberkulosis ginjal disebabkan oleh penyebaran hematogen dari infeksi primer. Penyakit
biasanya berkembang lambat, 5-15 tahun setelah infeksi pertama. Penyakit ini tidak tampak
seperti bentuk tuberkulosis umumnya, bahkan di negara-negara dengan prevalensi tuberkulosis
yang tinggi. Jarang terjadi pada anak-anak. Basanya terjadi hanya pada salah satu ginjal.7
Penyakit biasanya mulai dari bagian terluar ginjal (korteks). Seiring dengan penyebarannya akan
merusak jaringan ginjal dan membentuk kavitas. Bila material inflamasi menghambat hubungan
antar ginjal dan ureter, tekanan balik mungkin mengakibatkan kerusakan lebih luas pada ginjal.
Infeksi menyebar melalui ureter (menimbulkan obstruksi). Infeksi dapat menyebar melalui ureter
(menimbulkan obstruksi). Infeksi dapat menyebar ke kandung kencing di mana ulserasi mungkin
terbentuk di prostat, vesikula seminalis, dan epididimis.7
2. Gejala Klinis
1. Kencing yang sering
2. Sakit ketika kencing
3. Sakit pada ginjal, biasanya lemah, kadang-kadang akut (kolik ginjal).
4. Darah dalam air kemih. Bila penyakit utama pada ginjal, dengan sedikit infeksi pada
kandung kencing, darah dalam air kemih mungkin merupakan satu-satunya gejala. Ingat
akan kemungkinan tumor ginjal. Ingat akan kemungkinan tumor ginjal.
5. Pembengkakan pada epididimis
6. Nanah di dalam air kemih.
7. Abses pinggang pada kasus yang lanjut.7
3. Diagnosis
Beberapa pemeriksaan yang harus diperhatikan: 7
1. Urin:
periksa
untuk
nanah
dan
Tuberkulosis.
Pemeriksaan
apusan
dapat
ditunda/diabaikan. Bakteri tahan asam non-tuberkolosis yang tak ganas umumnya
terdapat dalam air kemih. Jangan bertumpu pada hal di atas untuk diagnosis kecuali jika
ada tanda-tanda lain mengarah pada tuberkulosis. Biakan untuk tuberkulosis, jika
mungkin merupakan metode yang dapat dipercaya. Tapi tentu butuh waktu beberapa
minggu.
2. Foto rontgen dari ginjal: metode terbaik, yaitu pielogram intravena dapat membantu jika
tersedia.
3. Pemeriksaan klinik untuk epididimis dan testis dapat sangat berguna. Periksa prostat
melalui rektum. Disamping permukaan yang lunak, anda dapat merasakan daerah
berbatu-batu atau tidak rata pada satu atau dua sisi.
4. Foto rontgen toraks: biasanya tidak ada kelainan.
5. Uji tuberkulin: tidak begitu membantu
6. Ureum darah (jika tersedia) akan menggambarkan apakah ginjal yang lain fungsinya
normal.
Bila hanya sedikit pemeriksaan yang tersedia: jika anda tidak dapat melakukan biakan air kemih
atau foto rontgen anda harus memutuskan atas dasar klinis apakah akan memulai pengobatan
atau tidak. Frekuensi dan nyeri pada saat kencing biasanya berkurang secara bertahap. Hal
tersebut mungkin terjadi selama seminggu atau sebulan sebelum anda bertemu penderita, seperti
sistitis akut biasanya bermula secara tiba-tiba dan penderita harus segera mendapat
pertolongan.13 Periksalah secara teliti tanda-tanda tuberkulosis di daerah yang lain, terutama di
epididimis. Jika ragu-ragu, berikan terapi standar untuk sistitis sederhana, jika perderita tidak
menunjukkan perbaikan anda boleh mencoba OAT antituberkulosis. Gejala-gejala biasanya
membaik setelah 10 hari.7,17
TUBERKULOSIS SALURAN GENITALIA WANITA
1. Patogenesis
Tuberkulosis genitalia wanita sebagai akibat penyebaran aliran darah dari infeksi primer.
Tuberkulosis menginfeksi endometrium dan tuba falopi.7
2. Gejala Klinis
1. Infertilitas, merupakan alasan umum untuk mencari pertolongan. Diagnosis sering
ditegakkan sebagi hasil pemeriksaan rutin untuk infertilitas. Hal ini seharusnya termasuk
mencari tanda-tandatTuberkulosis.
2. Sakit perut bawah, rasa tak enak, gangguan siklus menstruasi.
3. Perkembangan membentuk abses tuba falopi kadang-kadang dengan massa abdomen
yang besar.
4. Kehamilan ektopik 7
3. Diagnosis
1. Pemeriksaan pelvis, massa yang kecil atau besar dapat dirasakan diatas daerah tuba
falopi.
2. Foto rontgen dari saluran genitalia. 7
4. Penatalaksanaan
Penderita membaik dengan OAT. Massa yang luas`bias menghilang. Pembedahan tidak
diperlukan untuk ini. Walaupun penyakit sering tertahan, jika OAT diberikan dengan benar,
kerusakkan pada tuba falopi ini dapat menutup lumen yang sangat kecil sehingga penderita tetap
infertil. Oleh karena ovum mungkin tidak dapat melalui tuba yang menyempit maka kehamilan
ektopik tuba dapat terjadi (tidak dalam uterus namun dalam tuba). Perawatan atau terapi
pembedahan yang terampil dari tuba yang menutup, jika tersedia kadang-kadang dapat
memperbaiki fertilitas.7,17
TUBERKULOSIS SALURAN GENITALIA LAKI-LAKI
1. Patogenesis
Prostat, vesikula seminalis dan epididimis terlibat secara terpisah atau bersama-sama. Infeksi
mungkin dari aliran darah atau dari ginjal melalui saluran kencing.7,13,17
2. Gejala Klinis
Penderita datang dengan keluhan ada sesuatu yang tidak beres dengan salah satu testis.
Biasanya pada epididimis bukan testis. Epididimis membesar dan menjadi keras dan tak rata,
biasanya bermula dari ujung atas. Kadang hanya sedikit mengeras. Epididimitis tuberkulosis akut
biasanya sangat membengkak dan nyeri. Lesi dari epididimis dapat menjadi abses menembus
kulit dan menghasilkan suatu sinus. Seharusnya juga diperiksa vesikula seminalis melalui rectum.
Prostat mungkin terasa tak rata dan and dapat merasakan vesikulasi seminalis pada tiap sisi,
proksimal dan lateral dari prostat. Bila vesikula seminalis dapat diraba, biasanya berarti ada
kelainan. Pada 40% kasus penderita juga mempunyai gejala-gejala dan tanda-tanda dari
tuberkulosis saluran kemih. 7,17
3. Diagnosis
1. Urin untuk mencari adanya kuman tuberkulosis
2. Foto rontgen ginjal
3. Uji tuberkulin jarang membantu 7
4. Diagnosis Banding
1. Epididimitis akut: seperti demam, nyeri lokal akut
2. Tumor: biasanya licin dank eras, permukaan massa dari tuberkulosis biasanya khas.7
5. Penatalaksanaan
OAT akan memberikan hasil yang memuaskan jika diberikan dengan baik. Pembedahan hanya
diperlukan jika dicurigai adanya tumor. 7
TUBERKULOSIS USUS/GASTROINTESTINAL/PERITONEAL
1. Patogenesis
Ada tiga bentuk tuberkulosis abdomen: tuberkulosis primer, skunder dan tuberkulosis ileo-caecal
hiperplastik. Secara klinis, bentuk-bentuk primer dan skunder hampir serupa. 7
1. Fokus primer. Dahulu di Eropa disebabkan oleh tuberkulosa Bovinus melalui infeksi dari
susu sapi. Lesi primer mungkin terjadi pada dinding usus besar tetapi lesi-lesi pada
kelenjar limfe mesenterika dan penyebarannya yang menyebabkan timbulnya gejal-gejala
klinik. Pada beberapa kasus, penyakit timbul dari penyebaran hematogen melalui kelenjar
limfe atau peritoneum. Hal ini mengkin sama dengan yang terjadi di Asia Afrika, dimana
penyakit bovines jarang dicurigai, meskipun di banyak negara kita tidak mempunyai
informasi yang cukup. Kelenjar limfe membesar dan jika kelenjar ini pecah, infeksi akan
menyebar ke kavum peritoneum dan dapat terjadi asites. Perlekatan dari kelenjar-kelenjar
usus besar, menyebabkan terjadinya obstruksi. Fistula mungkin terjadi antara usus dan
kandung kencing atau usus dengan dinding perut.
2. Pada bentuk skunder, pasien dengan tuberkulosis paru menelan sputumnya. Kuman
tuberkulosis pada sputum menginfeksi dinding usus, biasanya ileum dan menyebabkan
ulserasi . Fistula dapat terjadi. Infeksi dapat menyebar ke kavum abdomen dan
menyebabkan asites.
3. Tuberkulosis ileo-caecal hiperplastik, merupakan bentuk yang jarang terjadi pada
penyakit ini. Terjadi pada daerah katup ileocaecal.7,10,11
2. Gejala Klinis
Gejala klinis dari tuberkulosis usus yaitu:7
1. Kehilangan berat badan, kehilangan nafsu makan sering terjadi.
2. Nyeri samar abdomen, demam, keringat malam hari, diare, memendeknya masa
menstruasi
3. Massa abdomen sering terasa lunak, sering juga terdapat cairan abdomen (asites),
kadang-kadang banyak terdapt cairan, sehingga tidak dapat dirasakan adanya suatu
massa, sehingga asites merupakan satu-satunya tanda. Pada Tuberkulosis ileocaecal
hiperplastik terdapat nyeri dan massa yang dirasakan di perut kanan bawah. Mungkin
tidak ditemukan tanda-tanda ditempat lain
4. Serangan obstruksi gastrointestinal dengan nyeri akut dan distensi abdomen.
5. Batuk dengan sputum, jika kelainan usus besar ini disebabkan oleh tertelannya sputum
dari tuberkulosisi paru bentuk skunder.
3. Diagnosis
Kecurigaan adanya tuberkulosis abdominal pada penderita yang kehilangan berat badan,
demam, nyeri samar abdomen. Lebih dicurigai lagi jika ditemukan massa di abdomen atau cairan
di abdomen. Kadang-kadang anda dapat menentukan diagnosis dari gambaran klinik, diperlukan
pemeriksaan tambahan antara lain:7
1. Foto rontgen di usus besar
2. Biopsi kelenjar limfe atau peritoneum dengan operasi atau laparoskopi.
3. Biakan bahan aspirasi cairan abdomen atau pus dari sinus.
Kadang-kadang penderita hanya merasakan nyeri samar di abdomen yang berulang. Mungkin
tidak dirasakan adanya cairan atau massa, hanya demam ringan. Jika tidak mungkin melakukan
pemeriksaan diatas maka OAT dapat diberikan. Jika penyakitnya tuberkulosis maka gejalagejalanya akan menghilang dan keadaan akan membaik.
4. Penatalaksanaan
OAT mempunyai efektifitas yang tinggi. Bahkan massa yang besar dapat hilang. Kadang-kadang
penyembuhan dari penyakit ini meninggalkan perlekatan di antara usus atau jaringan parut yang
menyebabkan obstruksi mekanik yang memerlukan tindakan bedah. Jika terdapat banyak cairan,
seharusnya dilakukan aspirasi. Sebaiknya diberikan prednisolon bersamaan dengan OAT jika
memungkinkan.7
5. Komplikasi
Fistula anus, merupakan komplikasi dari tuberkulosis abdominal. Tetapi mungkin juga merupakan
satu-satunya gejala yang terlihat. Di negara dengan prevalensi tuberkulosis tinggi, tuberkulosis
merupakan penyebab yang paling sering. Namun hal ini dapat terjadi bersamaan dengan kolitis
ulserativa, “crohn diseases”, dan kelainan yang lain. Jika oleh karena tuberkulosis maka
perbaikan akan segera terjadi dengan pemberian OAT. 7
TUBERKULOSIS MATA
Tuberkulosis menyerang mata lebih sering dari pada yang diduga. Kuman dapat tertanam di
bawah kelopak mata melalui debu atau dari batuk orang yang terinfeksi, atau mencapai mata
melalui aliran darah berasal dari fokus primer atau tempat lain.7 Selain itu, terdapat juga keadaan
yang disertai nyeri hebat, yaitu konjunktivitis fliktenular-yang tidak di akibatkan oleh infeksi
langsung, tetapi kemungkinan terjadi akibat “sensitivitas” terhadap tuberkulin yang dihasilkan dari
lokasi fokus primer pada paru atau lokasi lain.7
Infeksi Primer pada Mata (Konjunktiva)
Bila kuman tuberkulosis tertanam di bawah kelopak mata atas atau bawah dari seorang anak
yang selama ini belum terkena infeksi primer pada paru atau abdomen, kuman tersebut dapat
berkembang biak dan membentuk lesi tuberkulosis. Keadaan ini sama halnya seperti infeksi
primer pada tempat lain. Perkembangbiakan kuman diikuti oleh timbulnya perkejuan. Bila anda
membalik kelopak mata, maka tampak bintik-bintik kuning kecil-kecil.7 Reaksi ini tidak
menimbulkan rasa nyeri atau gangguan pada anak. Mata anak tersebut dapat berair dan mungkin
ada sedikit iritasi dan kelopak dapat sedikit membengkak. Namun sejalan dengan perkembangan
proses pada mata, aliran limfe dari bagian tubuh tersebut akan melalui kelenjar getah bening kecil
tepat di depan telinga. Kelenjar getah bening terkena tuberkulosis, membesar, dan dapat
melunak. Pembengkakan atau perlunakan tersebut atau bahkan pecahnya absess kelenjar getah
bening yang membawa anak tersebut untuk datang berobat.7 Hal ini menjadi contoh yang baik
bagaimana infeksi primer tuberkulosis selalu terdiri dari dua hal, tempat masuknya kuman dan
pembesaran kelenjar getah bening terdekat.7 Dari jenis infeksi ini, kuman tuberkulosis juga dapat
lolos ke dalam aliran darah dan terbawa ke jaringan tubuh lainnya, seperti tulang, sama halnya
seperti yang terjadi setelah infeksi primer di paru.7 Pengobatannya sama seperti pada infeksi
primer di manapun.7
Konjunktivitis Fliktenularis
Reaksi yang sangat menyakitkan ini dapat terjadi kapan saja pada perjalanan infeksi tuberkulosis,
tetapi paling sering dijumpai pada tahun pertama setelah infeksi. Penyakit tersebut diawali oleh
nyeri, rasa gatal, lakrimasi (mata berair) dan fotofobia (rasa silau yang berlebihan) pada salah
satu atau kedua mata. Ditemukan satu atau lebih bintik kelabu atau kuning disekitar limbus
dimana kornea berbatasan dengan sklera. Sejumlah pembuluh darah kecil mengalir dari tepi
kantung konjunktiva menuju bintik-bintik tersebut. Tiap-tiap bintik bertahan selama sekitar satu
minggu kemudian perlahan-lahan menghilang. Namun bintik itu dapat digantikan oleh bintik-bintik
yang baru.7 Pada serangan yang berat, kornea dapat mengalami ulserasi, bila hal ini terjadi,
timbul nyeri hebat dan pasien tidak tahan menatap cahaya, sehingga menutupi atau memejam
matanya atau duduk pojok yang gelap.7 Bila timbul infeksi sekunder, dapat terjadi pernanahan
dan kornea dapat terkena cacat menetap berupa bintik- bintik putih di lokasi bekas ulkus.7
Keadaan yang sangat nyeri dan berulang ini terutama mengenai usia 5-15 tahun dan sering
dijumpai di Afrika, India, dan Asia tenggara. Keadaan ini umumnya diakibatkan oleh tuberkulosis,
tetapi dapat juga terjadi pada infeksi Streptococcus haemolyticus.7 Pengobatan: pupil harus
dalam keadaan dilatasi dengan salep atropine 0,25%, bila tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
sekunder, pemberian tetes mata hidrokortison 1% dapat memberikan rasa nyaman dengan cepat,
tetapi pengobatan ini tidak dapat diberikan bila terdapat infeksi atau ulkus kornea. Lanjutkan
pengobatan terhadap infeksi primer.7
Tuberkel Koroid (retina)
Pemeriksaan retina dengan oftalmoskop setelah pupil diperlebar dengan salep atropine 0,25%
terkadang dapat menegakkan diagnosis tuberkulosis. Pemeriksaan tersebut terutama penting
dikerjakan bila dibutuhkan diagnosis secepatnya seperti pada kasus tuberkulosis milier atau pada
meningitis tuberkulosis. Pada seorang anak yang sakit dan rewel, pemeriksaan retina secara
menyeluruh baru dapat dilaksanakan bila anak tersebut dibius total. Hal ini layak dikerjakan pada
kasus yang sulit.7,9 Saat anda melihat kedalam bola mata, perhatikan diskus optikus dan arteri
retina sentralis yang meluas dari pusat retina. Coba ikuti tiap-tiap cabang utama saat menyebar
ke dalam retina. Tuberkel baru akan tampak sebagi bercak-bercak 1-3 mm yang kekuningan,
bula, dan sedikit menonjol. Batas-batasnya membaur ke dalam retina yang secara umum
berwarna merah muda. Bercak-bercak tersebut terutama di temukan di dalam daerah dengan
diameter dua kali diskus pada pusat diskus optikus. Tuberkel yang sudah semakin tua akan
berbatas tegas dengan pusat yang berwarna putih.7 Bila pengobatan dimulai saat tuberkel masih
berwarna kuning, tuberkel tersebut dapat lenyap seluruhnya tanpa meninggalkan bekas, namun
bila bercak sudah berwarna putih dengan batas yang tegas pada saat pertama kali ditemukan,
bercak akan menetap dan daerah yang berwarna putih dapat perlahan-lahan semakin dipenuhi
oleh bintik-bintik pigmen berwarna hitam.7
Panoftalmitis Tuberkulosis Akut
Keadaan ini merupakan abses yang sangat destruktif yang mengenai seluruh mata. Pasien akan
kehilangan penglihatannya secara progresif dan seluruh mata menjadi berawan. Pada akhirnya
mata tersebut mungkin harus diangkat seluruhnya.7
Uveitis
Kelainan “mutton fat” dapat muncul pada belakang kornea dan iris.7
Retinitis
Lapisan berwarna putih kelabu muncul pada retina dan pembuluh darah balik mungkin
membengkak dengan perdarahan-perdarahan lokal.7
Pengobatan Tuberkulosis mata:
Semua penyakit tuberkulosis mata yang diuraikan diatas menunjukkan respons yang baik
terhadap pengobatan dengan OAT. Obat kortikosteroid juga dapat berguna pada tahap-tahap
awal dari penyakit yang destruktif yang mengancam penglihatan mata.7
TUBERKULOSIS ADRENAL
1. Gejala klinis
Di negara dimana tuberkulosis sering terjadi, diduga menjadi penyebab 50% dari kasus
insufisiensi adrenal (Addison disease). Kuman tuberkulosis sampai di adrenal melalui aliran
darah.7 Gejala utamanya: kelelahan yang sangat dan kelemahan umum. Sering muntah-muntah
dan diare berulang. Pigmentasi kulit terutama terjadi di daerah yang banyak mengalami
penekanan, misalnya siku atau punggung bagian bawah. Juga timbul bercak-bercak disekitar
mulut, terutama dapat dinilai pada ras kulit putih. Tekanan darah turun. Kadang-kadang uji
tuberkulin dapat membantu. 7
2. Diagnosis
Jika dapat diperiksa, maka kadar Na dalam serum sering dibawah normal dan K plasma yang
tinggi sering terjadi.7 Foto rontgen abdomen menunjukkan adanya kalsifikasi di bagian adrenal
kira-kira pada 20% kasus. Tuberkulosis kelenjar adrenal biasanya meluas tetapi hanya bias
diamati dengan USG atau tomografi yang sering tersedia.
7
3. Penatalaksanaan
Tuberkulosis bisa diobati dengan OAT namun perlu diberikan pengganti hormon-hormon yang
hilang. Seharusnya penderita di rujuk ke dokter ahli yang tepat. 7
TUBERKULOSIS KULIT dan ABSES (Jaringan di Bawah Kulit)
Tuberkulosis kulit tidak begitu banyak dijumpai. Tetapi diagnosisnya sering keliru. Jika anda dapat
menegakkan diagnosis yang benar pada kulit, maka juga akan membantu menemukan
tuberkulosis di bagian tubuh yang lain. Beberapa macam jenis kelainan akibat tuberkulosis. 7
1. Lesi Primer
Tuberkulosis dapat menginfeksi kulit baik pada stadium infeksi primer maupun sewaktu kuman
menyebar dalam aliran darah. Infeksi primer jarang diketahui karena tidak menyakitkan dan
kebanyakkan terlewatkan. Kuman masuk ke kulit melalui irisan atau abrasi ini sering terjadi pada
permukaan yang terbuka seperti muka, tungkai bawah lutut/kaki, tangan dan lengan. Irisan atau
abrasi mula-mula menyembuh kemudian secara perlahan setelah waktu tertentu dapat pecah
membentuk suatu ulkus yang dangkal. Nodus limfatikus regional membesar dan dapat
mengalami perlunakan. Pembesaran kelenjar dapat terlihat sebagai penebalan kulit dan di
kelilingi oleh bintik-bintik kekuningan kecil pada kulit.7,16
2. Eritema Nodosum
Merupakan jenis hipersensitivitas tuberkulin. Biasanya terjadi bersamaan dengan infeksi primer.
Kulit putih lebih sering dari kulit hitam. Eritema nodosum tidak hanya disebabkan oleh
tuberkulosis. Penyebab lain meliputi: infeksi streptokokus, obat-obatan, sarkoidosis, lepra,
histoplasmosis dan koksidiodomikosis.7,16 Jarang terjadi pada usia kurang 7 tahun, sering terjadi
pada wanita, pada semua umur. Sering didahului dengan demam yang dapat tinggi pada wanita
muda. Pada wanita mungkin didapatkan nyeri pada sendi-sendi besar, yang mungkin terasa
panas dan lunak seperti pada demam reumatik.7,10,11 Yang lebih sering ditemukan yaitu
perlunakan, merah kehitaman, lesi noduler yang tipis pada bagian depan kaki di bawah lutut.
Diameter 5-20 mm dan tepinya tidak tegas. Lesi-lesi tersebut muncul bersamaan dan menyatu,
biasanya di atas pergelangan kaki. Lesi akan membentuk suatu batas yang tegas. Lesi terasa
perih berwarna merah kehitaman.7 Uji tuberkulin biasanya memberikan hasil yang positif. Pada
dosis normal tuberkulin dapat menimbulkan reaksi kulit yang berat atau bahkan reaksi umum
dengan demam. Pertama berikan sepersepuluh dari dosis normal, jika reaksinya negatif berikan
dosis normal. Jika tuberkulosis, maka eritema nodosum biasanya akan segera membaik dengan
pengobatan tuberkulosis.7,16
3. Lesi Milier
Lesi jarang terjadi, tetapi mungkin banyak ditemukan pada penderita dengan infeksi HIV dan
tuberkulosis. Dapat atau tidak dapat berhubungan dengan tuberkulosis millier generalisata. Ada
3 bentuk :
1. Nodul-nodul kecil, multiple, berwarna keperakan,
2. Papula multiple, cekung di tengah dan membentuk pustule
3. Abses subkutan multiple, pada tangan dan kaki, dinding dada atau abses perianal.7,16
4. Tuberkulosis Verukosa
Lesi-lesi terjadi pada penderita dengan imunitas yang baik terhadap tuberkulosis, terutama
terlihat pada pekerja kesehatan. Lesi-lesi yang menyerupai kutil terlihat pada bagian tubuh yang
terpapar. Kelenjar getah bening tidak membesar.7,16
5. Luka pada mulut, hidung dan anus
Kadang-kadang terjadi pada penderita dengan tuberkulosis lanjut. Luka dirasakan sangat
nyeri.7,16
6. Skrofuloderma
Merupakan hasil pendesakkan langsung dan kerusakkan kulit dari lesi tuberkulosis yang
mendasari. Biasanya kelenjar limfe, tulang atau epididimis. Sinus biasanya membesar dan
meninggalkan jaringan parut setelah sembuh.7,16
7. Lupus Vulgaris
Biasanya pada kepala dan leher. Sering juga pada batang hidung dan pipi. Tampak gambaran
nodul seperti jeli. Kadang-kadang mengalami ulserasi. Hal ini akan menimbulkan jaringan parut
yang luas dan kerusakkan jaringan wajah. Kuman tuberkulosis jarang terlihat tetapi uji tuberkulin
biasanya positif. Umumnya penyakit ini kronik. Diagnosisnya dapat terlewatkan selama sekian
tahun.7,16
8. Tuberkulid
Berupa penebalan kulit yang berbentuk bundar, bersifat local, warna merah kebiruan, agak
menonjol dan agak nyeri. Terutama terdapat pada bagian belakang dari betis. Tes tuberkulin
hampir selalu positif. Lesi demikian tidak selalu disebabkan oleh tuberkulosis.7,16
9. Penatalaksanaan Tuberkulosis Kulit dan Abses
Semua kelainan kulit dan jaringan di bawah kulit bereaksi baik terhadap OAT anti tuberkulosis.
7,16
OAT ANTI TUBERKULOSIS
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan. OAT atau
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yaitu:1,2,8
Tabel 2.1 Jenis dan dosis OAT
Dosis yang
Dosis
Obat
(mg/
kgBB/
hari)
Dosis (mg)/BB (kg)
Dianjurkan
Dosis
Harian
Intermitten
(mg/kgBB/
(mg/kgBB/
Hari
kali
Maks(mg)
<40
40-60
>60
R
8-12
10
10
600
300
450
600
H
4-6
5
10
300
150
300
450
Z
20-30
25
35
750
1000
1500
E
15-20
15
30
750
1000
1500
S
15-18
15
15
750
1000
1000
Sesuai
BB
International Union Against Tuberkulosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO menyarankan
untuk
menggantikan
paduan
obat
tunggal
dengan
kombinasi
dosis
tetap.1,2,8
Tabel 2.2 Dosis obat anti tuberkulosis kombinasi dosis tetap.
BB
Fase intensif
Fase lanjutan
(2 bulan)
(4 bulan)
Harian
Harian
3x/minggu
Harian
3x/minggu
(RHZ)
(RHZ)
(RH)
(RH)
150/75/400
150/150/500
150/75
150/150
(RHZE)
150/75/400/
275
30-37
2
2
2
2
2
38-54
3
3
3
3
3
55-70
4
4
4
4
4
>71
5
5
5
5
5
2.6 PENCEGAHAN
a. Terhadap Infeksi tuberkulosis.2,7
1. Pencegahan terhadap sputum yang infeksius
- Case finding
- Isolasi penderita dan mengobati penderita
- Ventilasi harus baik, kepadatan penduduk dikurangi.
2. Pasteurisasi susu sapi dan membunuh hewan yang terinfeksi oleh Mikobakterium
bovis akan mencegah tuberkulosis bovin pada manusia
b. Meningkatkan daya tahan tubuh
1. Memperbaiki standar hidup
2. Usahakan peningkatan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG Imunisasi BCG diberikan
dibawah usia 2 bulan, jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux
dahulu. Vaksinasi dilakukan bila hasil tes tersebut negatif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bahar A, Amin Z. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, 2007: 988-93.
2. Aditama TY, et al. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006: 1-40.
3. Fauci AS, Kasper DL. Extrapulmonary Tuberculosis in Infectious Diseases. In: Isselbacher
KJ, et al, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Volume 1. 13th Edition United
State America: McGraw Hill, 2005: 712-4.
4. 4. Mehta JB, Dutt A, Harvill L, Mathews KM. Epidemiology of Extrapulmonary
Tuberculosisa – A Comparative Analysis with Pre-AIDS Era. Chest 1998; 99:1134-38.
5. 5. Albert RK, Spiro SG, Jett JR. Ekstrapulmonary Tuberculosis In: Tuberculosis and
Desease Caused by Atypical Mycobacteria. Clinical Respiratory Medicine 2004; 2:325-7.
6. 6. Antaz PR, Ding L, Hackman J, Hammock LR, Shintani AK, Schiffer J, et al. Decreased
CD4+ Lymphocytes and Innate Immune Responses in Adults with Previous
Ekstrapulmonary Tuberculosis. J Allergy Clin Immunol 2006; 117:916-23.
7. Crofton J, Horne N, Miller F. Tuberkulosis nonpulmonal pada orang dewasa. Dalam:
Tuberkulosis klinis. Jakarta: Widya Medika, 2002: 121-39.
8. Alsagaff H, Mukty A. Tuberkulosis paru. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Jakarta:
Ailangga, 2002: 73-108.
9. Tumer HE. Tuberkulosis paru. Dalam: Davey P, editors. At a Glance Medicine. Jakarta:
Erlangga. 2006; 274-5.
10. 10. Rieder HL, Snider DE, Cauthen GM. Extrapulmonary Tuberculosis in the United
States. Am Rev Respir Dis 1998; 141:347-51.
11. 11. Yoon HJ, Song YG, Park W, Choi JP, Chang KH, Kim JM. Clinical Manifestations and
Diagnosis of Extrapulmonary Tuberculosis. Yonsei Med J 2004; 45:453-61.
12. 12. Crompton GK, Haslett C. Diseases of the Respiratory System. In: Edwards CRW,
Bouchier IAD, Haslett C, Chilvers ER, editors. Davidsons Principles and Practice of
Medicine. 17th edition. Edinburgh: Churchill Livingstone, 2000: 358-67.
13. Kumar PJ, Clark ML, Huskisson EC, Davies RJ. Extrapulmonary Tuberculosis. In: Kumar
PJ, Clark ML, editors. Clinical Medicine. 2sd edition. London: Bailliere Tindall, 1998: 20929, 401-3, 677-83.
14. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Tuberkulosis Paru.
Dalam: Rani AA, Soegondo S, Nasir AUZ, Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer A, editors.
Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta: Pengurus Besar PAPDI,
2004. 251-5.
15. Britton R, Lamb P. Respiratorius Infection. In: Underwood JCE, editors. General and
Systematic Pathology. London: Churchill Livingstone, 2000: 394-7.
16. Natahusada EC, Djuanda A. Sifilis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Kosasih A, Aisah S,
Wiryadi E, Natahusada, et al, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi ke-4. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005: 391-410.
17. Gardjito, Widjoseno. Tuberkulosis ekstrapulmonal. Dalam: Sjamsuhidayat, Jong WD,
editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC,2005: 25-30, 415, 725-55, 910.
Download