Uploaded by Elsa

rangkuman kontrol genetik pada respon imun

advertisement
KONTROL GENETIK PADA RESPON IMUN
RESUME
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Genetika II
yang dibina oleh Prof. Dr.agr.Mohamad Amin, S.Pd, M.Si. &
Deny Setiawan, M.Pd.
Oleh:
Kelompok 7
Off K / 2017
1. Dimas Nur Ramadhani
(170342615596)
2. Mohammad Fatikunnaja (170342615506)
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
JURUSAN BIOLOGI
September 2019
Komponen Sistem Imun
Tiga jenis sel darah putih berperan penting dalam respons imun pada
vertebrata. Ketiga sel tersebut yaitu sel limfosit B, limfosit T, dan makrofag.
Komponen lain yang penting dalam sistem imun yaitu antibodi. Antibodi dihasilkan
oleh sel limfosit B.
Variasi Jenis Antibodi
Ada tiga macam hipotesis yang mencoba menjelaskan bagaimana antibodi
yang begitu beragam tersebut mampu dikodekan dalam genome manusia yaitu :
a. Hipotesis germ line
Setiap antibodi dikodekan oleh gen induk yang berbeda.
b. Hipotesis mutasi somatik
Hanya ada satu atau beberapa gen induk yang mengkodekan antibodi
pada setiap jenisnya, sedangkan variasi antibodi dihasilkan oleh mutasi
somatik.
c. Hipotesis minigen
Variasi antigen dihasilkan dari pengacakan beberapa segmen gen
kedalam beberapa kombinasi.
Struktur Antibodi
Antibodi sebenarnya merupakan kelompok protein yang dikenal sebagai
imunoglobulin (Ig) yang tersusun dalam bentuk tetramer yang terdiri atas dua rantai
berat dan dua rantai ringan yang dihubungkan dengan ikatan disulfida. Setiap rantai
pada Ig memiliki ujung amino yang berperan sebagai variable region sebagai
tempat untuk mengenali antigen, sehingga umumnya area ini berbeda antara satu
antibodi dengan antibodi lainnya. Selain variable region, antibodi juga memiliki
constant region yang menentukan jenis Ig tersebut.
Antibodi pada manusia dibagi menjadi lima jenis yaitu IgM, IgD, IgG, IgE,
dan IgA. Pembagian lima jenis antibodi tersebut berdasarkan struktur pada effector
function domain yang ada pada rantai beratnya. Terdapat dua jenis antibodi pada
rantai ingan yaitu kappa dan lambda. Dua jenis ini ditentukan dari struktur constant
region pada rantai ringan antibodi.
Variasi Antibodi yang Disebabkan Oleh Modifikasi Saat Diferensiasi Limfosit
B
Informasi genetik yang mengkodekan antibodi disimpan dalam sekuens
yang pendek, yang kemudian nantinya akan disusun sedemikian rupa sesuai dengan
urutannya melalui proses penyusunan kembali genome saat perkembangan sel
limfosit B dimana satu sel limfosti B akan menghasilkan satu jenis antibodi.
Rantai Ringan Kappa
Sintesis rantai ringan kappa ini dikontrol oleh tiga gen yang berbeda yaitu
gen Vk yang mengkodekan asam amino terminal pada variable region, gen Jk yang
mengkodekan 13 asam amino terakhir variable region, dan gen Ck yang
mengkodekan C-terminal pada constant region. Selain ketiga gen tersebut, ada satu
gen tambahan yaitu gen Lk yang mengkodekan hydrophobic leader sequence
sepanjang 17-20 asam amino. Pada manusia, gen rantai kappa ini berada di
kromosom yang sama (kromosom 2).
Ada sekitar 300 segmen Vk yang didekatnya ada segmen Lk, satu segmen
Ck, dan lima segmen Jk yang terletak antara segmen gen Vk dan Ck. Selama proses
perkembangan sel limfosit B, rantai ringan kappa diekspresikan pada sel tersebut
dari satu segmen Lk-Vk, satu segmen Jk, dan satu segmen Ck yang disusun melalui
proses rekombinasi genetik.
Rantai Ringan Lambda
Rantai ringan lambda juga disusun ketika sel limfosit B berkembang, yang
membedakannya dengan rantai ringan kappa adalah gen yang mengkodekannya.
Setiap segmen gen Jλ akan selalu diikuti oleh segmen gen Cλ yang berguna pada
proses sintesisnya dimana terdapat proses penggabungan segmen Lλ-Vλ dengan
segmen Jλ-Cλ.
Rantai Berat
Informasi genetik yang mengkodekan rantai berat antibodi dikodekan dalam
segmen gen LH-VH, JH, dan CH. Selain segmen gen diatas, juga ada segmen gen
tambahan yaitu segmen gen D yang mengkodekan 2-13 asam amino pada variable
region. Variable region dari rantai berat yang disusun oleh ketiga segmen gen
tersebut juga akan disatukan dalam proses perkembangan sel limfosit B. Pada
manusia, terdapat 9 gen CH fungsional yaitu gen CHμ, CHδ, CHγ1, CHγ2, CHγ3, CHε1,
CHε2, CHα1, dan CHα2. Selain gen yang fungsional, terdapat juga dua pseudogene.
Class Switching
Class Switching adalah penggantian jenis antibodi. Pada saat tahap
perkembangan limfosit B seluruh segmen gen C masih ada namun terpisah dari
segmen LVDJ. Seluruh antibodi memiliki heavy chain IgM. Sehingga menempel
pada membran.Ketika patogen datang maka otomatis antibodi akan menyesuaikan
berdasarkan tipe yang spesifik. Otomatis heavy chain IgM akan diubah membentuk
tipe antibodi yang lain.
Variasi Antibodi Disebabkan oleh Proses Modifikasi Transkrip
Macam pembentukan antibodi pada saat perkembangan sel limfosit B juga
terjadi pada level RNA. Seperti pada IgM dan IgD. RNA transkrip pada kedua jenis
limfosit ini identik. Ketika proses modifikasi berlangsung, jika IgM yang akan
dibentuk, maka CHδ akan dibuang hingga menyisakan CHμ yang menempel pada
segmen gen VHDJH. Sedangkan apabila IgD yang akan dibentuk, maka CHμ akan
dibuang dan menyisakan CHδ yang menempel pada segmen gen VHDJH. contoh
lainnya adalah pembentukan IgM yang menempel pada membran sel dan yang akan
disekresikan. Segmen gen CHμ memiliki 6 ekson, pada ekson ke 4 memiliki sekuens
pemotongan serta triplet terminasi translasi.
Signal Squence Mengatur Penyusunan Genome
Signal squence umumnya dekat dengan segmen V . Signal Squence
mengontrol penggabungan segmen gen V-J, V-D, dan D-J. Terdiri atas sekuens
heptamer (7 nukleotida) dan Nanomer (9 nukleotoida). Dipisahkan oleh spacer
memiliki panjang 12 nukleotida untuk V dan 22 nukleotida untuk J. Berkomplemen
membentuk loop sehingga segmen V dan J dapat bergabung. Variasi antibodi yang
disebabkan oleh penggabungan sites dan Mutasi Somatik Saat penggabungan
segmen V-J terjadi rekombinasi gen yang menvariasikan asam amino.
Variasi antibodi yang disebabkan oleh penggabungan sites dan mutasi
somatik
Saat penggabungan segmen V-J terjadi rekombinasi gen sehinnga akan
menvariasikan asam aminonya. Contohnya yaitu pada saat penggabungan segmen
gen Vk41 dan J5 terjadi rekombinasi pada kodon yang menyusun asam amino ke 96
berperan dalam proses pengikatan antigen oleh antibodi. Adanya rekombinasi ini
menyebabkan variasi pada antibodi yang nantinya akan dihasilkan. Fenomena ini
dihasilkan dari mekanisme mutasi somatik. Karena mutasi ini terjadi dengan
frekuensi yang tinggi, maka fenomena ini dikenal juga sebagai hipermutasi
somatik.
Jumlah Kombinasi Gen Maksimum Variasi Pada Antibodi
Hitungan kasar menunjukkan ada 300 segmen gen Vk dan 5 segmen gen Jk
sehingga kemungkinan ada sekitar 1500 kombinasi segmen gen Vk-Jk yang
dihasilkan untuk membentuk rantai ringan kappa. kira-kira ada 67.500.000 antigen
binding site yang bisa dibentuk hanya dari rantai ringan kappa, belum ditambah
dengan antigen binding site yang bisa dibentuk dari rantai ringan lambda
Regulasi Transkripsi: Enhancer Spesifik Pada Jaringan Tertentu
Jumlah Antibodi limfosit B sekitar 10-20 persen mRNA yang dihasilkannya
merupakan mRNA yang berasal dari gen yang mengkodekan protein antibodi.
Proses rearansemen kembali menyebabkan promoter berpindah ke posisi upstream.
Setiap segmen gen LH-VH memiliki sebuah promotor di sisi upstreamnya. Enhencer
terlalu jauh sehingga tidak terjadi proses karena jaraknya 100.000 nukleotida
dengan promoter. Namun ketika terjadi rearansemen gen saat diferensiasi sel
limfosit B, maka enhancer tersebut mendekat ke promoter hingga jaraknya kurang
dari 2.000 nukleotida sehingga dapat mempengaruhi promoter untuk memulai
proses transkripsi.
Seleksi Klonal
Seluruh antibodi yang diproduksi sel limfosit B tunggal memiliki spesifikasi
antigen binding site yang sama, tapi jika sel yang berbeda pada populasi sel limfosit
B berbeda maka akan mengalami proses penyusunan ulang genome yang berbeda
sehingga menghasilkan antibodi dengan spesifikasi yang berbeda.
Allelic Exclusion
Setiap sel limfosit B hanya akan menghasilkan satu macam antibodi.
Karena pada sel yang dimiliki mamalia hanya terdapat satu genom set sehingga
hanya menghasilkan satu antibodi pada satu sel limfosit. Namun kejadian ini belum
sepenuhnya diketahui penyebabnya.
Variasi Reseptor Pada Sel T
Sel limfosit T memiliki peran dalam respons imun seluler. Sel T mengenali
antigen pada permukaan sel lalu membunuh sel target tersebut. Sel T memproduksi
reseptor membran yang mirip dengan antibodi pada sel limfosit B. Protein yang
dapat ditemui pada seluruh permukaan sel yang ada di manusia dikodekan dalam
major histocompatibility complex (MHC). Dengan demikian maka sel T dapat
mengenali sel yang memproduksi antigen tertentu di dalam tubuh.Reseptor pada sel
T tersusun dari dua rantai polipeptida yaitu α dan β yang dikodekan oleh segmen
gen L-V, D, J, dan C sama seperti pada antibodi.
Major Histocompatibility Complex (MHC)
Mekanisme imun dikontrol oleh kompleks multigen yang dikenal sebagai major
histocompatibility complex. Pada manusia, protein MHC dikodekan oleh kompleks
Human Leukocyte Antigene (HLA) yang ada di kromosom 6. Lokus MHC sangat
besar yaitu lebih dari 2x106 nukleotida dan mengandung gen dalam jumlah besar
dan sangat beragam sehingga kemungkinan adanya dua individu yang memiliki gen
MHC yang sama persis sangat kecil. Gen MHC sangat polimorfik karena
banyaknya alel gen individual yang umumnya tersegregasi pada populasi.
Gen MHC mempunyai 3 jenis protein yang berperan dalam mekanisme imun yaitu,
1. Gen kelas I mengkodekan antigen transplantasi yang berupa glikoprotein yang
tertanam pada membran sel Antigen ini akan membantu limfosit T untuk
menentukan mana jaringan dari dirinya sendiri dan mana jaringan “asing”. Berada
pada sel manusia kecuali makrofag.
2. Gen kelas II mengkodekan polipeptida yang terletak pada permukaan limfosit B
dan makrofag sehingga bisa berkomunikasi dengan sel T helper.
3. Gen kelas III mengkodekan protein komplemen yang akan berikatan dengan
kompleks antibodi-antigen dan menginduksi lisisnya sel target.
.
Nama: Dimas Nur Ramadhani
NIM: 170342615596
OFF: K
Pertanyaan:
1. Bagaimana sel limfosit B melakukan clonal selection?
2. Bagaimana antibodi yang begitu beragam tersebut mampu dikodekan dalam
genome manusia
Jawaban:
1. Seluruh antibodi yang diproduksi sel limfosit B tunggal memiliki spesifikasi
antigen binding site yang sama, tapi jika sel yang berbeda pada populasi sel limfosit
B berbeda maka akan mengalami proses penyusunan ulang genome yang berbeda
sehingga menghasilkan antibodi dengan spesifikasi yang berbeda.
2. Ada 3 Hipotesis, Yaitu :
a. Hipotesis germ line
Setiap antibodi dikodekan oleh gen induk yang berbeda.
b. Hipotesis mutasi somatik
Hanya ada satu atau beberapa gen induk yang mengkodekan antibodi
pada setiap jenisnya, sedangkan variasi antibodi dihasilkan oleh mutasi
somatik.
c. Hipotesis minigen
Variasi antigen dihasilkan dari pengacakan beberapa segmen gen
kedalam beberapa kombinasi.
Nama: Mohammad Fatikunnaja
NIM: 170342615506
OFF: K
Pertanyaan
1. Bagaimana komponen dari sistem imun secara umum?
2. Apa perbedaan kappa light chains dengan lambda light chains ?
Jawaban:
1. Sistem imun pada vertebrata dibagi menjadi 2 yaitu sistem imun humoral.
Dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral memiliki melibatkan sel B
yang merespon antigen untuk gumpalkan, selanjutnya akan hancurkan oleh
makrofag melalui mekanisme fagositosis. Sedangkan untuk sistem imun
seluler melibatkan sel T yang mempunyai reseptor sehingga akan langsung
untuk dihancurkan.
2. perbedaan kappa light chains dengan lambda light chains yaitu pada kappa
light chains
mempunyai 5 elemen J dan 1 elemen C sejara terpisah.
Sedangkan lambda light chain mempunyai elemen J dan C yang telah
berpasangan.
Download