Mengawali khutbah ini kami berwasiat pada diri kami pribadi dan seluruh hadirin untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu agar kita menjaga dan membentengi diri dari kemarahan serta siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan hal ini adalah dengan menjalankan perintah-perintah-Nya sekuat kemampuan kita, serta dengan menjauhi segala larangan-Nya. Saudara-saudaraku kaum muslimin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Di antara bentuk ketakwaan seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah dengan menjalankan dan menjaga amanah yang dipikulnya. Baik amanah yang berkaitan dengan kewajiban kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti shalat, berwudhu, membayar zakat dan yang lainnya, maupun yang berkaitan dengan kewajiban kepada sesama manusia. Sehingga seseorang perlu memahami bahwa amanah itu sangat luas cakupannya. Dan amanah yang diemban oleh setiap orang tidak selalu sama dengan yang lainnya. Namun, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala nanti atas pelaksanaan amanah yang dipikulnya. Hadirin rahimakumullah, Perlu diketahui, bahwa menjalankan amanah dan menjaganya bukanlah perkara yang bisa dilakukan semudah membalik tangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan tentang beratnya amanah di dalam firman-Nya, ََ َ َ ِ َ َ ْ ِ َ َ َ َ ْ َ َ و َ َ ِ َ َ َ َ َ ََ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ أ َس َال َة َنإنأل َا َنضرإ َّانإ َّ َا َ تَإ َ ًحُه الُنإ َإأ َّانن َ َّنَتإأ َهَلحإ َّنرحإ َنقفشأ اه ََّلرحإ نأ َْ بَ ََ َّبج َّإا ََةأل “Sesungguhnya, Kami telah menawarkan amanah (yaitu menjalankan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meninggalkan seluruh larangan-Nya) kepada seluruh langit dan bumi serta gunung-gunung. Maka, semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu banyak berbuat dzalim dan amat bodoh.” (Al-Ahzab: 72) Di dalam ayat tersebut kita mengetahui, bahwa makhluk-makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sangat besar tidak bersedia menerima amanah yang ditawarkan kepada mereka. Yaitu amanah yang berupa menjalankan syariat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan melalui utusan-Nya. Mereka enggan untuk menerima amanah tersebut bukan karena ingin menyelisihi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan pula karena mereka tidak berharap balasan Allah l yang sangat besar dengan menjalankan amanah tersebut. Akan tetapi, mereka menyadari betapa beratnya memikul amanah. Sehingga, mereka khawatir akan menyelisihi amanah tersebut yang berakibat akan terkena siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sangat pedih. Hanya saja, manusia dengan berbagai kelemahannya, memilih untuk menerima amanah tersebut. Sehingga kemudian terbagilah manusia menjadi tiga kelompok. Kelompok yang pertama adalah orang–orang yang menampakkan dirinya seolah-olah menjalankan amanah. Yaitu dengan menampakkan keimanannya namun sesungguhnya mereka tidak beriman. Mereka itulah yang disebut orang–orang munafik. Kelompok kedua adalah orang-orang yang dengan terang-terangan menyelisihi amanah tersebut. Yaitu mereka tidak mau beriman baik secara lahir maupun batin. Mereka adalah orang-orang kafir dan musyrikin. Sedangkan kelompok ketiga adalah orang-orang yang menjaga amanah yaitu orang-orang yang beriman baik secara lahir maupun batin. Dua kelompok pertama yang kita sebutkan tadi akan diazab dengan azab yang sangat pedih. Sedangkan kelompok yang ketiga yaitu mereka yang beriman secara lahir dan batin, merekalah orang-orang yang akan mendapatkan ampunan, serta rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana tersebut dalam ayat berikutnya dalam firman-Nya, ُ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ََ َ ْ َ أ َ َ ْ َ َ ََ ْ َ َْ َ ِ ْ َ ََ َََ َْ َرإَ َشإس َ َْ َرإَش أ ََِإس َََ َْ رَُِ أ ُ ْب َذع َي َّ َّ ب َ َّ ب إس اليإ َؤ َّن َّر ب َّ َّ َّ َ َ ُ َبُُي ََ َ ر َّ أل َّهبَإ افُألَ ُ َنإأ ََ َؤ َّنر “Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan serta orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 73) Hadirin rahimakumullah, Amanah yang berkaitan dengan menjalankan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala atau ibadah ini, harus dilakukan dengan memenuhi dua syarat. Kedua syarat tersebut sesungguhnya merupakan realisasi dari dua kalimat syahadat yang selalu kita ucapkan. Kedua syarat tersebut, yang pertama adalah ikhlas dan yang kedua adalah harus dilakukan sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karenanya, wajib bagi kita untuk hanya mengharapkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala semata dalam menjalankan peribadatan kepada-Nya. Hal ini ditandai dengan istiqamahnya kita dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala baik ketika sendirian maupun ketika bersama orang lain. Sehingga kita tidak menjadi orang yang taat ketika dilihat orang lain, namun bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika sendirian. Janganlah kita lupa bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui segala perbuatan dan mengetahui seluruh yang ada di dalam hati kita. Ingatlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, َ َ َ َ ِ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُّ ْ َ َ َ ْ َ ْ َه نأ َا َذل َُْأ ن ََه اذ َّلرُأ َنإ َ ََِّأ نإ اذلع “Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?” (Al-Baqarah: 77) Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Sedangkan untuk menjalankan syarat yang kedua, wajib bagi kita untuk berilmu dulu sebelum beramal. Sehingga kita tidak boleh seenaknya sendiri atau sekadar ikut-ikutan dalam tata cara peribadatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita harus melakukannya dengan aturan dan tata cara yang telah ditentukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena kalau tidak demikian, maka akan berakibat tidak diterimanya amalan kita. Lihatlah bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seseorang untuk mengulangi wudhunya karena ada bagian anggota wudhu yang tidak terkena air. Begitu pula beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seseorang untuk mengulangi shalatnya karena tidak thuma’ninah ketika menjalankannya. Semua ini menunjukkan bahwa ibadah itu telah ditentukan aturannya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga kita harus senantiasa mengingat bahwa shalat, puasa, membayar zakat, menunaikan haji dan yang lain-lainnya dari bentuk-bentuk ibadah adalah amanah yang kita harus menjalankannya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.