Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu

advertisement
Sejarah Nusantara pada era kerajaan
Hindu-Buddha
Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan
dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan
wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh
Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa
terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok
yakni musafir Budha Pahyien.
Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan
Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16.
Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa
abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra.
Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada
puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad
ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih
Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas
wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung
Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan
kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak
Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa.
Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya
dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era ini.
Kronologi




101 - Penempatan Lembah Bujang yang menggunakan aksara Sanskrit Pallava
membuktikan hubungan dengan India di Sungai Batu. [1]
300 - Kerajaan-kerajaan di asia tenggara telah melakukan hubungan dagang dengan
India. Hubungan dagang ini mulai intensif pada abad ke-2 M. Memperdagangkan
barang-barang dalam pasaran internasional misalnya: logam mulia, perhiasan,
kerajinan, wangi-wangian, obat-obatan. Dari sebelah timur Indonesia diperdagangkan
kayu cendana, kapur barus, cengkeh. Hubungan dagang ini memberi pengaruh yang
besar dalam masyarakat Indonesia, terutama dengan masuknya ajaran Hindu dan
Budha, pengaruh lainnya terlihat pada sistem pemerintahan.
300 - Telah dilakukannya hubungan pelayaran niaga yang melintasi Tiongkok.
Dibuktikan dengan perjalanan dua pendeta Budha yaitu Fa Shien dan Gunavarman.
Hubungan dagang ini telah lazim dilakukan, barang-barang yang diperdagangkan
kemenyan, kayu cendana, hasil kerajinan.
400 - Hindu dan Budha telah berkembang di Indonesia dilihat dari sejarah kerajaankerajaan dan peninggalan-peninggalan pada masa itu antara lain prasasti, candi,
patung dewa, seni ukir, barang-barang logam. Keberadaan kerajaan Tarumanagara
diberitakan oleh orang Cina.














603 - Kerajaan Malayu berdiri di hilir Batang Hari. Kerajaan ini merupakan
konfederasi dari para pedagang-pedagang yang berasal dari pedalaman Minangkabau.
Tahun 683, Malayu runtuh oleh serangan Sriwijaya. {referensi?}
671 - Seorang pendeta Budha dari Tiongkok, bernama I-Tsing berangkat dari Kanton
ke India. Ia singgah di Sriwijaya untuk belajar tata bahasa Sanskerta, kemudian ia
singgah di Malayu selama dua bulan, dan baru melanjutkan perjalanannya ke India.
685 - I-Tsing kembali ke Sriwijaya, disini ia tinggal selama empat tahun untuk
menterjemahkan kitab suci Budha dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Tionghoa.
692 - Salah satu kerajaan Budha di Indonesia yaitu Sriwijaya tumbuh dan berkembang
menjadi pusat perdagangan yang dikunjungi oleh pedagang Arab, Parsi, dan
Tiongkok. Yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur barus, mutiara, rempahrempah, emas, perak. Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Semenanjung
Malaya, Kamboja, dan Jawa. Sriwijaya juga menguasai jalur perdagangan Selat
Malaka, Selat Sunda, dan Laut China Selatan. Dengan penguasaan ini, Sriwijaya
mengontrol lalu lintas perdagangan antara Tiongkok dan India, sekaligus menciptakan
kekayaan bagi kerajaan.
922 - Dari sebuah laporan tertulis diketahui seorang musafir Tiongkok telah datang
kekerajaan Kahuripan di Jawa Timur dan maharaja Jawa telah menghadiahkan pedang
pendek berhulu gading berukur pada kaisar Tiongkok.
932 - Restorasi kekuasaan Kerajaan Sunda. Hal ini muncul melalui Prasasti Kebon
Kopi II yang bertanggal 854 Saka atau 932 Masehi. [2]
1292 - Musafir Venesia, Marco Polo singgah di bagian utara Sumatera dalam
perjalanan pulangnya dari Tiongkok ke Persia melalui laut. Marco Polo berpendapat
bahwa Perlak merupakan sebuah kota Islam.
1292 - Raden Wijaya, atas izin Jayakatwang, membuka hutan tarik menjadi
permukiman yang disebut Majapahit. Nama ini berasal dari pohon Maja yang berbuah
pahit di tempat ini.[3]
1293 - Raden Wijaya memanfaatkan tentara Mongol untuk menggulingkan
Jayakatwang di Kediri. Memukul mundur tentara Mongol, lalu ia naik takhta sebagai
raja Majapahit pertama pada 12 November.[3]
1293 - 1478 - Kota Majapahit menjadi pusat kemaharajaan yang pengaruhnya
membentang dari Sumatera ke Papua, kecuali Sunda dan Madura. Kawasan urban
yang padat dihuni oleh populasi yang kosmopolitan dan menjalankan berbagai macam
pekerjaan. Kitab Negarakertagama menggambarkan keluhuran budaya Majapahit
dengan cita rasa yang halus dalam seni, sastra, dan ritual keagamaan.[3]
1345-1346 - Musafir Maroko, Ibn Battuta melewati Samudra dalam perjalanannya ke
dan dari Tiongkok. Diketahui juga bahwa Samudra merupakan pelabuhan yang sangat
penting, tempat kapal-kapal dagang dari India dan Tiongkok. Ibn Battuta mendapati
bahwa penguasa Samudra adalah seorang pengikut Mahzab Syafi'i salah satu ajaran
dalam Islam.
1350-1389 - Puncak kejayaan Majapahit dibawah pimpinan raja Hayam Wuruk dan
patihnya Gajah Mada. Majapahit menguasai seluruh kepulauan di asia tenggara
bahkan jazirah Malaya sesuai dengan "Sumpah Palapa" yang menyatakan bahwa
Gajah Mada menginginkan Nusantara bersatu.
1478 Majapahit runtuh akibat serangan Demak. Kota ini berangsur-angsur
ditinggalkan penduduknya, tertimbun tanah, dan menjadi hutan jati.[3]
1570 - Pajajaran, ibukota Kerajaan Hindu terakhir di pulau Jawa dihancurkan oleh
Kesultanan Banten.
Kerajaan Hindu/Buddha
Kerajaan Hindu/Buddha di Kalimantan




Kerajaan Kutai
Kerajaan Negara Daha
Kerajaan Negara Dipa
Kerajaan Kuripan
Kerajaan Hindu/Buddha di Jawa








Kerajaan Salakanagara (150-362)
Kerajaan Tarumanegara (358-669)
Kerajaan Sunda Galuh (669-1482)
Kerajaan Kalingga
Kerajaan Mataram Hindu
Kerajaan Kadiri (1042 - 1222)
Kerajaan Singasari (1222-1292)
Kerajaan Majapahit (1292-1527)
Kerajaan Hindu/Buddha di Sumatra


Kerajaan Malayu Dharmasraya 1183–1347
Kerajaan Sriwijaya 600–1300
Referensi
1. ^ Tamadun 1900 tahun di Merbuk, Oleh OPAT RATTANACHOT, Utusan Malaysia
9 April 2010.
2. ^ Herwig Zahorka, The Sunda Kingdoms of West Java From Tarumanagara to
Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor, Yayasan Cipta Loka Caraka,
Jakarta, 2007
3. ^ a b c d "Kronologi Kota Majapahit", Kompas, 5 Januari 2009
http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia:_Era_kerajaan_Hindu-Buddha
Download