5. Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi hakikatnya di pengaruhi beberapa faktor terkait dengan pertumbuhan ekonomi, khususnya perekonomian di Indonesia, berikut kami paparkan terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuha ekonomi. Serta definis APBN adalah kebijakan pemerintah dibidang fiskal yang bertujuan untuk pembangunan di indonesia yang biasa diukur dengan menambah pendapatan nasional. Masalah anggaran penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan pemerintah sangat berhubungan dengan kebijakan fiskal yang mengatur pembangunan di Indonesia. Atau bisa disebut APBN itu yang mengatur sebagian dari pembangunan di suatu negara. Sebagai alat pemerintah APBN tidak hanya menyakut dengan keputusan ekonomi saja, tetapi juga menyakut dengan keputusan politik. APBN juga berfungsi untuk memakmurkan rakyat disuatu negara hal ini juga ada di UUD 1945 pasal 23 ayat 1 yaitu “ Anggaran pendapatan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Walaupun sudah tercantum undang-undang seperti itu rakyat diindonesia masih banyak yang belum makmur. APBN juga bertugas untuk mengalokasikan dana yang bertujuan untuk mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Meningkatnya pengangguran di Indonesia terjadi oleh beberapa faktor yaitu pengalokasiaan dana APBN yang tidak merata dan kurangnya lapangan pekerjaan yang ada. Biasanya tingkat pengangguran bertambah setiap tahun terjadi pada lulusnya mahasiswa dari universitas atau murid SMK (sekolah menengah kejuruan). Yang belum punya pekerjaan setelah kelulusannya dikarenakan faktor diatas atau masih banyak faktor lainnya. Ada pendapat dari menteri PPN yaitu bertambahnya pengangguran diIndonesia karena kenaikan upah minimum provinsi (UMP) yang tinngi tahun ini. Dengan adanya kenaikan UMP itu menjadi tekanan pada industri, sehingga dampak dari itu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang diterima oleh pekerja. APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk pembangunan. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan ekonomi. APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua indikator yang penting dalam menentukan tingkat kemakmuran rakyat. Indikator-indikator yang menjadi asumsi di dalam penyusunan APBN adalah indikator makro ekonomi yang menjadi indikator dalam proses pertumbuhan ekonomi. Beberapa kebijakan dalam pengelolaan APBN senantiasa diarahkan kepada terciptanya pertumbuhan ekonomi, walaupun pertumbuhan ekonomi itu sendiri tidak bisa dipaksakan. Ada beberapa alasan yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi bergerak lambat walaupaun stabilitas ekonomi makro sudah tercapai: • Masih tingginya pengangguran dan kerentanan pasar tenaga kerja. Pengangguran yang tinggi terkait kepada pertambahan penduduk dan kualitas pendidikan dan skill sebagian terbesar SDM kita. Di lain pihak pasar tenaga kerja juga kurang fleksibel, artinya, amat mahal bagi perusahaan untuk mengurangi tenaga kerjanya kalau pasarnya menciut. Biaya pesangon untuk pemutusan hubungan kerja amat tingginya. Karena hubungan industrial di Indonesia kurang menguntungkan perusahaan maka banyak bakal investor internasional memilih lokasi Cina dan Vietnam ketimbang Indonesia • Tingginya potensi tekanan inflasi secara struktural. Di level teknis sudah ada kesepakatan antara Pemerintah dan Bank Indonesia untuk membawa tingkat inflasi jangka panjang ke kisaran 3% setahun. 5.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi 1. Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia adalah salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara. Faktor SDM dapat mempercepat atau justru memperlambat proses pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh, ketika suatu negara memiliki peningkatan jumlah pengangguran terhadap penduduknya maka negara tersebut dapat dikatakan sedang mengalami kemunduran. Penurunan kualitas sumber daya manusia menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran yang diperparah dengan semakin sedikitnya lapangan pekerjaan. Meningkatnya pengangguran bisa memicu semakin tingginya kemiskinan masyarakat. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa dari suatu bisnis atau perusahaan. Masyarakat akan cenderung menghemat pendapatannya dan hanya membelanjakannya untuk hal-hal yang primer saja. 2. Sumber Daya Alam Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Namun, kekayaan SDA tersebut tidak dibarengi dengan kualitas SDM yang baik untuk mengelolanya. Alhasil, Indonesia seringkali melakukan ekspor barang mentah dan mengimpornya kembali saat barang yang sudah jadi dengan harga yang lebih mahal. Dengan keterbatasan pengelolaan sumber daya alam ini mengharuskan suatu bisnis atau perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan bahan mentah seringkali harus mengimpor bahan dasar dari luar negeri sehingga mengakibatkan produk perushaan jauh lebih mahal daripada ketika harus mendapatkannya dari dalam negeri. Inilah yang seringkali menjadi dilema di masyarakat kita. Karena masih banyak produk-produk dalam negeri yang dinilai mahal yang membuat permintaannya menurun. 3. Kemajuan IPTEK Suatu negara dikatakan maju dalam ekonomi ketika mengalami peningkatan dalam penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Tak terkecuali pada suatu perusahaan yang mengedepankan teknologi untuk menghasilkan suatu barang dan jasa yang lebih efisien. Penggunaan teknologi yang sudah maju mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mampu menghasilkan produk lebih cepat dan efisien. Teknologi dalam hal peralatan produksi yang digunakan dapat membantu meminimalisir serapan tenaga kerja sehingga anggaran untuk pegawai dapat dipangkas dan digunakan untuk keperluan lain. Namun, untuk bisnis yang sedang berkembang umumnya masih sulit untuk menerapakan teknologi dalam usahanya. Karena pembelian peralatan modern dinilai masih mahal dan harus mengimpor dari luar negeri. 4. Tingkat Inflasi Inflasi juga merupakan salah satu gejala yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Inflasi adalah kejadian dimana laju peredaran rupiah tak terkendali. Meningkatnya harga-harga berpengaruh terhadap produktifitas bahan baku karena menyebabkan peningkatan biaya operasi perusahaan untuk pemasokan bahan baku. Tidak hanya itu, adanya inflasi akan mempengaruhi gaji pegawai suatu perusahaan. Terdapat dua tipe inflasi yang dapat berpengaruh langsung terhadap bisnis perusahaan yaitu cos-push inflation dan deman-pull inflation. Cos-push inflation adalah harga produk naik karena perminataan masyarakat naik dan deman-pull inflation adalah kenaikan permintaan masyarakat menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa. 5. Tingkat Suku Bunga Perkembangan ekonomi mempengaruhi tingkat suku bunga suatu negara. Pertumbuhan ini cenderung membuat tingkat suku bunga mengalami kenaikan karena adanya peningkatan pendapatan masyarakat. Suku bunga yang tinggi berpengaruh buruk terhadap bisnis atau perusahaan yang umumnya menggunakan modal pinjaman untuk meningkatkan kualitas perusahaan. Selain itu, adanya suku bunga yang tinggi mempengaruhi permintaan investasi yang rendah tentu ini berdampak buruk terhadap saham perusahaan. Alasannya karena investor lebih menyukai tabungan konvensional daripada harus menginvestasikan uangnya ke perusahaan. Perkembangan suatu bisnis sangat dipengaruhi secara langsung dari hasil pertumbuhan ekonomi di negara. Kesimpulan yang bisa didapatkan adalah ketika pertumbuhan kearah yang lebih baik maka permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa juga akan naik begitu juga sebaliknya. 5.2 Analisa APBN dengan pertumbuhan Ekonomi · · APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk pembangunan. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan ekonomi. APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua indikator yang penting dalam menentukan tingkat kemakmuran rakyat. Indikator-indikator yang menjadi asumsi di dalam penyusunan APBN adalah indikator makro ekonomi yang menjadi indikator dalam proses pertumbuhan ekonomi. Beberapa kebijakan dalam pengelolaan APBN senantiasa diarahkan kepada terciptanya pertumbuhan ekonomi, walaupun pertumbuhan ekonomi itu sendiri tidak bisa dipaksakan. Ada beberapa alasan yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi bergerak lambat walaupaun stabilitas ekonomi makro sudah tercapai: Masih tingginya pengangguran dan kerentanan pasar tenaga kerja. Pengangguran yang tinggi terkait kepada pertambahan penduduk dan kualitas pendidikan dan skill sebagian terbesar SDM kita. Di lain pihak pasar tenaga kerja juga kurang fleksibel, artinya, amat mahal bagi perusahaan untuk mengurangi tenaga kerjanya kalau pasarnya menciut. Biaya pesangon untuk pemutusan hubungan kerja amat tingginya. Karena hubungan industrial di Indonesia kurang menguntungkan perusahaan maka banyak bakal investor internasional memilih lokasi Cina dan Vietnam ketimbang Indonesia Tingginya potensi tekanan inflasi secara struktural. Di level teknis sudah ada kesepakatan antara Pemerintah dan Bank Indonesia untuk membawa tingkat inflasi jangka panjang ke kisaran 3% setahun. Untuk tahun 2005 sasaran BI adalah 6% plus-minus 1%, untuk tahun 2006 5,5% plus-minus 1% dan untuk tahun 2007 5% plus-minus 1%. Begitu juga untuk tahun 2008 dan 2009. Pengendalian inflasi masih menghadapi resiko intern dan ekstern yang cukup besar. Selanjutnya kaitan antara APBN dengan faktor – faktor pertumbuhan ekonomi yaitu dalam faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah Sumber Daya Manusia Indonesia perlu SDM yang cerda berpendidikan dan tidak terbelakang, karena apabila dilihat dari kondisi Indonesia sekarang ini tingkat kemajuan SDM nya masih sangat kurang sehingga anggaran yang terdapat di APBN Khususnya untuk pengeluaran mengenai pendidikan perlu di tingkatkan karena SDM yang baik maka akan semakin meningkatkan kreatifitas dan semakin memiliki pemikiran untuk membuka lapangan kerja. Hubungan APBN dengan kesempatan kerja yang mungkin akan tercipta dari SDM yang baik, kemudian pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi. Akan terjadi pertumbuhan ekonomi bila ada pembangunan ekonomi karena pembangunan ekonomi mengakibatkan perubahan pada sektor ekonomi. Pendirian pabrik-pabrik baru dan meningkatnya kegiatan ekspor dan impor akan membawa perubahan dalam sector industri dan perdagangan. Sektor pertanian juga akan berubah melalui pembangunan di bidang sarana dan prasarana seperti penambahan ruas jalan. Perubahanperubahan pada berbagai sector ekonomi tersebut akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan naiknya produksi nasional, pendapatan nasional dan pendapatan perkapita. Pemerintah juga mempunyai kewajiban untuk mensejahterakan masyarakatnya, pemerintah harus ikut serta dalam kegiatan ekonomi. Pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan yang relatif besar mutlak dilakukan terutama untuk mengejar ketertinggalan pendidikan negara Indonesia dengan negara–negara lain. Selain itu peningkatan pendidikan akan membawa dampak yang positif terhadap penurunan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan penduduk serta dampak positif lainnya. Menurut Sylwester (2002) negara yang mencurahkan banyak perhatian terhadap public education (dilihat dari persentase GNP terhadap pendidikan) mempunyai tingkat ketimpangan pendapatan yang rendah. Hasil penelitian ini memperkuat studi sebelumnya yang dilakukan oleh Easterly dan Rebello (1993) dan Sylwester (1999) yang mengatakan bahwa pengeluaran pendidikan tidak hanya Analisis Hubungan Pengeluaran Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi dengan Menggunakan Pendekatan Kausalitas Granger– Aula Ahmad Hafidh 127 berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi tetapi juga mengurangi ketimpangan pendapatan.Ketika pendapatan pemerintah naik yang tercermin dari naiknya GDP, maka untuk tahun anggaran berikutnya pemerintah dapat secara langsung mengalokasikan peningkatan anggaran pendidikan pada RAPBN tahun berikutnya tergantung dari politik anggaran. Artinya pengeluaran anggaran pendidikan sangat tergantung dari keuangan pemerintah, apabila pertumbuhan ekonomi baik pendapatan nasional surplus maka pemerintah akan memperoleh pendapatan dari pajak misalnya sehingga mempunyai alokasi anggaran yang lebih bebas dalam menentukan pos anggaran yang dikehendaki. Beberapa tahun terakhir pemerintah terus meningkatkan anggaran pendidikan sampai mencapai 20% dari APBN seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Selain itu pula apabila APBN mengalami kenaikan pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi seperti bertambahnya tingkat penawaran barang dan jasa namun hal ini hal ini harus disertai dengan peningkatan permintaan barang dan jasa karena apabila masyarakat mengalami kelesuan hal itu hanya akan membuat terjadinya devlasi yang terlalu tinggi dan bisa saja menurunkan nilai rupiah. Perlu di ungkapkan juga bahwa Sektor swasta sangat sulit diharapkan untuk berkontribusi lebih besar dalam menggerakkan perekonomian dengan kondisi-kondisi yang tidak mendukung. Rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) pada tahun 2010 ini dan peningkatan upah minimum propinsi/ kabupaten/kota akan memperberat dunia usaha. Biaya operasional perusahaan akan meningkat, sementara itu daya beli masyarakat terasa terus mengalami penurunan. Di tengah sektor dunia usaha atau swasta yang seperti ini maka untuk memperbaiki dan meningkatkan produk domestik bruto diperlukan peran Analisis Hubungan Pengeluaran Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi dengan Menggunakan Pendekatan Kausalitas Granger– Aula Ahmad Hafidh 125 pemerintah yang lebih besar. Sesuai dengan pendapat Keynes, untuk mengatasi keadaan seperti ini maka sangat diperlukan campur tangan pemerintah dengan mempengaruhi permintaan agregat. Kebijakan pemerintah dapat dilakukan dua cara yaitu mempengaruhi permintaan agregat dan penawaran agregat. Kebijakan yang mempengaruhi penawaran agregat dilakukan lebih untuk mempengaruhi kondisi sektor riil melalui peraturan-peraturan. Hanya saja kebijakan ini akan efektif dalam jangka waktu yang agak lama dan akan lebih baik bila dilakukan dengan kebijakan moneter dan sektor riil. Sementara itu kebijakan yang mempengaruhi permintaan agregat dilakukan melalui pengeluaran pemerintah (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/APBN). Kebijakan ini efektif dalam waktu yang tidak lama karena pemerintah sendiri sebagai pemberi kebijakan dan sekaligus pelaku. Dalam perspektif lain kebijakan ini dikenal dengan kebijakan fiskal. Sejak Januari 2001 bangsa Indonesia melalui babak baru penyelenggaraan pemerintahan, di mana Otonomi daerah dilaksanakan di seluruh Dati II (kota dan kabupaten) yang jumlahnya mencapai 336. Hal ini menimbulkan peningkatan tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan (penyediaan barang publik dan pembangunan ekonomi) di tingkat daerah yang sangat besar, khususnya pada bidang pendidikan yang merupakan unsur esensial dalam pembangunan daerah dan telah menjadi salah satu bagian utama kebutuhan penduduk. Namun, kemampuan daerah untuk mempertahankan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tersebut dapat dikatakan sangat terbatas, mengingat peran Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih rendah dalam penerimaan APBD daerah kota/kabupaten dan kesiapan sumber daya manusia (SDM) serta kemampuan manajemen sektor pendidikan tingkat daerah masih terbatas. Secara umum diyakini desentralisasi fiskal akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pendapat ini dilandasi oleh pandangan yang menyatakan kebutuhan masyarakat daerah terhadap pendidikan dan barang publik pada umumnya akan terpenuhi dengan lebih baik dibandingkan bila langsung diatur oleh pemerintah pusat. Namun kecenderungan ke arah tersebut tidak tampak karena hingga saat ini sebagian besar Pemerintah Daerah (Pemda dan DPRD) Kota dan Kabupaten di Indonesia merespon desentralisasi fiskal dengan menggenjot kenaikan PAD melalui pajak dan restribusi tanpa diimbangi peningkatan efektivitas pengeluaran APBD. Langkah kebijakan semacam ini dapat berpengaruh buruk terhadap penyelenggaraan pendidikan di tingkat daerah serta kesejahteraan masyarakatnya. Mengingat kepentingan di atas, maka patut dipertanyakan hingga sejauh mana pelaksanaan desentralisasi fiskal dapat menimbulkan implikasi buruk terhadap Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 8 Nomor 2, November 2011 126 aktivitas penyelenggaraan pendidikan di daerah kota dan Kabupaten di Indonesia. Kebijakan fiskal melalui pengeluaran pemerintah dalam APBN diharapkan dapat menstimulus produk domestik bruto. Pengeluaran pemerintah dapat menstimulus perekonomian melalui peningkatan konsumsi dan investasi. Konsumsi dan investasi merupakan komponen Produk Domestik Bruto (PDB).