Geostrategi/Ketahanan Nasional A. Pengertian Geostrategi/Ketahanan Nasional Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam keadaan perang dan damai (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Geostrategi adalah suatu strategi dalam memanfaatkan kondisi geografis negara dalam menentukan kebijakan, tujuan dan sarana untuk mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional. Geostrategi memberi arahan tentang bagaimana merancang strategi pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, aman dan sejahtera. Geostrategi/Ketahanan Nasional Indonesia adalah strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara Indonesia untuk menentukan kebijakan, tujuan, dan sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia, serta memberi arahan tentang bagaimana merancang strategi pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, aman, dan sejahtera. Geostrategi Indonesia bukanlah merupakan geopolitik untuk kepentingan politik dan perang tetapi untuk kepentingan kesejahteraan dan keamanan. Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud konsepsi “Ketahanan Nasional”. Geostrategi/Ketahanan Nasional adalah kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan. Kondisi kehidupan tersebut sejak dini dibina secara terus-menerus dan sinergis mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah, dan nasional. Proses berkelanjutan untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan berdasarkan pemikiran geostrategi berupa konsepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan memerhatikan kondisi bangsa dan konstelasi geografi Indonesia. Konsepsi tersebut dinamakan Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia. B. Latar Belakang Geostrategi/Ketahanan Nasional Sejak Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa dan negara Indonesia tidak luput dari berbagai gejolak dan ancaman dari dalam negeri maupun luar negeri yang hampir membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dengan posisi geografis, potensi sumber kekayaan alam, serta besarnya jumlah dan kemampuan penduduk yang dimilikinya, Indonesia menjadi ajang persaingan kepentingan dan perebutan pengaruh negara-negara besar. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan dampak negatif terhadap segenap aspek kehidupan dan memengaruhi, bahkan membahayakan kelangsungan hidup dan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rangka menjamin eksistensi bangsa dan negara di masa kini dan di masa yang akan datang, bangsa Indonesia harus tetap memiliki keuletan dan ketangguhan yang perlu dibina secara konsisten dan berkelanjutan. Dengan demikian, kondisi Kehidupan Nasional merupakan pencerminan Ketahanan Nasional, yaitu kondisi yang harus dimiliki dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. C. Tujuan Geostrategi/Ketahanan Nasional Geostragei/Ketahanan Nasional diperlukan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok pemerintahan, seperti tegaknya hukum dan ketertiban, terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran, terselenggaranya pertahanan dan keamana, terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial, serta terdapatnya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri. D. Fungsi Geostrategi/Ketahanan Nasional Geostrategi/Ketahanan Nasional Indonesia berfungsi sebagai pengarah bagi pengembangan potensi kekuatan bangsa dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan (hankam) sehingga tercapai kesejahteraan rakyat. Ketahanan Nasional sebagai pengarah berfungsi menyatukan pola pikir, pola tindak, dan cara kerja intersektor, antarsektor, dan multidisipliner. Cara kerja ini selanjutnya diterjemahkan dalam RJP (rencana jangka panjang) yang dulu dikenal dengan GBHN. RJP yang dibuat pemerintah dan disetujui DPR memuat kebijkan dan strategi pembangunan dalam setiap sektor untuk mencapai tujuan nasional masyararakat adil dan makmur. Di uraikan sebagai berikut. 1. Daya tangkal. Dalan kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan, geostrategi Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan terhadap identitasi, integritas, eksistensi bangsa, dan negara Indonesia dalam aspek: 2. Ketahanan pada aspek ideologi. Ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi ancaman dari luar maupun dari dalam, dalam rangka menjamin kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara Republik Indonesia. 3. Ketahanan pada aspek politik. Untuk mengejar ketinggalan dari negara maju, pengakan hukum, dan penegakkan disiplin nasional. 4. Ketahanan pada aspek ekonomi. Ketangguhan kekuatan nasional dalam kegiatan yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa, usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat baik secara individu maupun kelompok. 5. Ketahanan pada aspek sosial budaya. Ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi ancaman dari luar maupun dari dalam, dalam rangka menjamin kelangsungan kehidupan sosial budaya bangsa dan negara Republik Indonesia. 6. Ketahanan pada aspek keamanan. Ketangguhan kekuatan pertahanan nasional dan upaya untuk melindungi kepentingan bangsa dan negara demi tetap terwujudnya kondisi kelangsungan hidup bangsa. E. Sifat Geostrategi/Ketahanan Nasional Sifat-sifat Ketahanan Nasional adalah sebagai berikut: 1. Manunggal Dalam membangun Ketahanan Nasional adanya kesatuan yang bersifat komprehensifintegral antara trigatra dan pancagatra. Sifat Integratif tidak mempunyai arti mencampuradukkan semua aspek sosial secara begitu saja, tetapi integrasi dilaksanakan secara serasi, seimbang, dan harmonis. 2. Mawas ke Dalam Geostrategi/Ketahanan Nasional ditujukan ke dalam diri bangsa dan negara sendiri karena bertujuan untuk mewujudkan hakikat dan sifat nasionalnya. 3. Kewibawaan Geostrategi/Ketahanan Nasional bertujuan untuk mewujudkan kewibawaan nasional, dan harus diperhitungkan oleh pihak lain. 4. Berubah menurut Waktu Geostrategi/Ketahanan Nasional bersifat dinamis dan dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi bangsa. 5. Tidak Membenarkan Sikap Adu Kekuasaan dan Adu Kekuatan Konsepsi Ketahanan Nasional dapat dipandang sebagai suatu alternatif lain dari konsepsi yang mengutamakan penggunaan adu kekuasaan dan adu kekuatan yang masih dianut oleh negara-negara maju pada umumnya. 6. Percaya pada Diri Sendiri Goestrategi/Ketahanan Nasional dikembangkan dan ditingkatkan berdasarkan sikap mental percaya pada diri sendiri. Suatu bangas yang merdeka dan berdaulat harus percaya dan yakin, bahwa ia dapat mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri dengan baik dan tidak tergantung pada bantuan luar. Andai kata diperlukan bantuan, maka hal tersebut bersifat komplementer. 7. Tidak Tergantung pada Pihak Lain Geostrategi/Ketahanan Nasional dibangun dan dikembangkan atas dasar kemampuan sendiri dengan memanfaatkan segenap aspek kehidupan nasional. Pengembangan kemampuan nasional dalam meningkatkan daya saing bangsa diupayakan untuk tidak tergantung pada pihak lain. Walaupun kebanyakan negara berkembang merupakan bekas daerah jajahan yang masih dipengaruhi mental kolonial dan rasa tergantung kepada bekas pejajahnya. 8. Konsepsi Dasar Geostrategi/Ketahanan Nasional Konsepsi adalah teori atau model yang merupakan pedoman dalam menciptakan Ketahanan Nasional melalui pembangunan seluruh aspek Ketahanan Nasional. Seluruh aspek yang dimaksud adalah meliputi aspek trigatra (tiga gatra) dan aspek pancagatra (lima gatra) yang keduanya dikenal dengan astagatra (delapan gatra). F. Konsepsi Ketahanan Nasional meliputi: 1. Model Astagatra Model astragatra merupakan model yang berisi delapan gatra yang terdiri atas trigatra (Geografis, SDA, Demografi) dan Pancagatra (Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya, serta Pertahanan, dan Keamanan). Secara matematis, model ini dapat dirumuskan sebagai berikut: K (n) = f (Trigatra, Pancagatra) t = f (G, D, A), (I, P, E, S, H)t Keterangan: K(n) - Kondisi Kekuatan Nasional yang Dinamis, G – Kondisi Geografi, D – Kondisi Demografi, A – Kondisi Pemahaman dan Pengamatan Ideologi, P – Kondisi Sistem Politik, E – Kondisi Sistem Ekonomi, S – Kondisi Sistem Sosial Budaya, H – Kondisi Sistem Hankam, t – Fungsi dalam Pengertian Matematis, t – Dimensi Waktu. Antara trigatra dan pancagatra ada korelasi atau hubungan dan interdepensi atau saling ketergantungan. Juga keduanya bersifat komprehensif integral di dalam astragatra. 2. Model Morgenthau Morgenthau mengadakan observasi atas tata kehidupan nasional secara mikro dilihat dari luar sehingga ketahanan masyarakat bangsa ditampilkan sebagai kekuatan. Secara matetamatis, model ini dapat dirumuskan sebagai berikut: K (n) = f (Unsur, Stabil), (Unsur, Berubah) K (n) = f (G, A), (T, M, D, C, L, O) Keterangan: K(n) – kekuatan Nasional, G – Kemampuan Geografi, A - Kemampuan SDA, T – Kemampuan Industri, M – Kemampuan Militer, D – Kemampuan Demografi, C – Karakter Nasional, L – Moral Nasional, O – Kualitas Diplomasi. Model yang menekankan pentingnya Kekuatan Nasional dibina dalam kaitannya dengan negara-negara lain. Artinya model ini menganggap pentingnya perjuangan untuk mendapatkan power position (posisi yang kuat) dalam satu kawasan. Sebagai konsekuensinya maka terdapat advokasi untuk memperoleh power position sehingga muncul strategi ke arah balance of power (kekuatan penyeimbang). 3. Model Alfred Thayer Mahan Model ini menganggap bahwa kekuatan nasional suatu bangsa dapat dipenuhi apabila bangsa tersebut memenuhi unsur-unsur berikut: geografi, bentuk dan wujud bumi, luas wilayah, jumlah penduduk, watak nasional atau bangsa, dan sifat pemerintahan, Menurut Mahan, kekuatan negara tidak hanya tergantung pada luas wilayah daratan, akan tetapi sangat tergantung juga pada faktor luasnya akses ke laut dan bentuk pantai dari wilayah negara. Mahan juga berpendapat bahwa ada empat faktor yang membentuk kekuatan laut suatu negara. Keempat faktor tersebut adalah: 1) Situasi geografi, khususnya mengenai morfologi topografinya yang dikaitkan dengan akses ke laut dan penyebaran penduduk. 2) Kekayaan alam yang dikaitkan dengan kemampuan industri serta kemandirian dalam penyediaan pangan. 3) Konfigurasi wilayah negara yang akan memengaruhi karakter rakyat dan orientasinya. 4) Jumlah penduduk. 4. Model Cline Cline melihat suatu negara dari luar sebagaimana dipersepsikan oleh negara lain. Baginya hubungan antarnegara pada hakikatnya sangat dipengaruhi oleh persepsi suatu negara terhadap negara lainnya, termasuk di dalamnya persepsi atas sistem penangkalan dari negara lainnya. Dalam bentuk matematis, model cline ini dapat dirumuskan sebagai berikut: P (p) = (Cr + M + E) (S + W) Keterangan: P(p) – Perceived Power, Kekuatan Nasional sebagaimana Dipersepsikan oleh negara lain, Cr – Critical mass, yaitu Strategi antara Potensi Demografi dengan Geografi, M – Kemampuan Militer, E – Kemampuan Ekonomi, S – Strategi Nasional, W – Kemauan Nasional atau Tekad Rakyat untuk Mewujudkan Strategi Nasional. Model ini (Cr + M + E) merupakan faktor yang berwujud (tangible), sedangkan (S + W) yaitu bagian yang tidak berwujud (intagible). Faktor yang tangible, yaitu critical mass, yang dipresentasikan sebagai penjumlahan dari potensi demografi dan geografi yang efektif untuk menunjang pembentukan Kekuatan Nasional. Menurut Cline bahwa suatu negara akan muincul sebagai kekuatan besar apabila ia memiliki potensi geografi besar (wilayah besar) dan SDA yang besar pula. Model ini mengatakan bahwa suatu negara kecil bagaimanapun majunya tidak akan bisa memproyeksikan disi sebagai negara besar. Sebaliknya, suatu negara dengan wilayah yang besar akan tetapi jumlah penduduknya yang kecil juga tidak akan menjadi negara yang besar walaupun berteknologi maju. G. Komponen Strategi Astagatra Komponen ini adalah komponen strategi yang terdiri atas delapan gatra (aspek). Delapan gatra (aspek) ini dapat diklasifikasi dalam dua bagian yang meliputi: 1. Trigatra Trigatra dalah komponen yang bersifat alamiah (tetap). Komponen ini meliputi tiga unsur, yaitu: -Aspek Geografi -Sumber Daya Alam -Keadaan dan Kemampuan Penduduk 2. Pancagatra Komponen pancagatra adalah komponen yang meliputi lima aspek Ketahanan Nasional dalam kehidupan sosial (intagible). Komponen pancagatra meliputi: -Ketahanan di Bidang Ideologi -Ketahanan Nasional di Bidang Politik -Ketahanan Nasional di Bidang Ekonomi -Ketahanan Nasional di Bidang Sosial dan Budaya -Ketahanan Nasional di Bidang Hankam -Hubungan Komponen Strategi Antargatra -Komponen Strategi Trigatra -Gatra Geografo dan Sumber Kekayaan Alam -Gatra Geografi dan Penduduk -Gatra Kekayaan Alam dan Penduduk Hubungan Antarkomponen dalam Pancagatra Komponen ini bersifat intagible atau bersifat kehidupan sosial. Komponen ini meliputi: -Gatra Ideologi -Gatra Politik -Gatra Ekonomi -Gatra Sosial Budaya -Gatra Hankam H. Implementasi Ketahanan Nasional Implementasi Ketahanan Nasional diartikan melaksanakan atau menggunakan kemampuan berupa pengentahuan, keterampilan yang dilandasi sikap ulet dan tangguh untuk mengembangkan daya saing bangsa sehingga menjadi bangsa yang kompetitif dan dihormati di dunia. Untuk menjadikan bangsa yang berdaya saing, maka bangsa Indonesia harus mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan efisien, transparan, dan accountable. Beberapa permasalah besar adalah masalah politik yang terkait dengan kesiapan menghadapai globalisasi, politik luar negari yang bebas dan aktif, masalah disintegrasi dan otonomi, sistem partai politik dan birokrasi. Permasalah dalam bidang ekonomi adalah ekonomi biaya tinggin denga adanya pungutan liar (pungli), kebijakan ekonomi yang tidak berorientasi produk domestik, ekspor kebutuh pangan, dan masih kecilnya investasi. Masalah dalam bidang sosial budaya dicerminkan rendahnya angka HDI (human development index) pada tahun 2004 pada nomor 117 dari 175 negara, pendidikan 60% penduduk masih SD, kesadaran akan lingkungan dan disiplin yang masih rendah. Kondisi ini di atas tahun 2007 menurut data HDI, Indonesia masih berada pada posisi yang banyak berubah yaitu berada pada urutan 103 dari 133 negara. Masalah dalam bidang hukum adalah lemahnya penegakan hukum, banyaknya kasus korupsi, dan pelanggaran HAM.