Uploaded by User35173

BAB IV FIX

advertisement
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini akan diberikan pemaparan mengenai hasil yang telah
dilakukan oleh peneliti saat melakukan penelitian di RSUD Sunan Kalijaga
Demak. Penjelasan yang diberikan merupakan menjabaran dari rumusan masalah
yang ada.
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Tabel 4.1. Rerata umur pasien di RSUD Sunan Kalijaga Demak
Std.devi
N
Median
Min
Max
ation
Umur
30
43.33
17.418
23
78
Berdasarkan tabel 4.1. di atas maka dapat diketahui bahwa
pasien RSUD Sunan Kalijaga Demak mempunyai umur rata-rata
43.00 std.deviasi 17.418 dan umur terendah 23 tahun dan tertinggi
78 tahun
b. Jenis kelamin
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi jenis kelamin pasien di RSUD Sunan
Kalijaga Demak
Jenis kelamin
laki-laki
perempuan
Total
Frekuensi
16
14
30
Persentase
(%)
53.3
46.7
100.0
Berdasarkan tabel 4.4. di atas maka dapat diketahui bahwa
pasien RSUD Sunan Kalijaga Demak sebagian besar mempunyai jenis
kelamin laki-laki sebanyak 16 responden (53,3%) dan sebagian kecil
mempunyai jenis kelamin perempuan sebanyak 14 responden (46,7%)
c. Pendidikan
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi pendidikan pasien di RSUD Sunan
Kalijaga Demak
Pendidikan
Dasar
Menengah
Tidak sekolah
Total
Frekuensi
14
5
11
30
Persentase
(%)
46.7
16.7
36.7
100.0
Berdasarkan tabel 4.3. di atas maka dapat diketahui bahwa
pasien RSUD Sunan Kalijaga Demak sebagian besar mempunyai
pendidikan dasar sebanyak 14 responden (46,7%) dan sebagian kecil
mempunyai pendidikan menengah sebanyak 5 responden (16,7%)
2. Analisa univariat
a. Komunikasi terapeutik
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi pelaksanaan komunikasi terapeutik di
RSUD Sunan Kalijaga Demak
Pelaksanaan
komunikasi terapeutik
Efektif
Tidak efektif
Total
Frekuensi
15
15
45
Persentase
(%)
50
50
100.0
Berdasarkan tabel 4.4. di atas maka dapat diketahui bahwa
pelaksanaan komunikasi terapeutik RSUD Sunan Kalijaga Demak
mempunyai pelaksanaan komunikasi terapeutik efektif sebanyak 15
responden (50%) dan mempunyai pelaksanaan komunikasi terapeutik
tidak efektif sebanyak 15 responden (50%)
b. Kepuasan pasien
Tabel 4.5. Distribusi frekuensi kepuasan pasien di RSUD Sunan
Kalijaga Demak
Persentase
Kepuasan pasien
Frekuensi
(%)
Puas
15
50
Kurang puas
15
50
Total
45
100.0
Berdasarkan tabel 4.5. di atas maka dapat diketahui bahwa
pasien di RSUD Sunan Kalijaga Demak sebagian besar mempunyai
kepuasan pasien puas sebanyak 15 responden (50%) dan sebagian
kecil mempunyai kepuasan kurang puas sebanyak 15 responden (15%)
3. Analisa bivariat
Hubungan antara komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien di
RSUD Sunan Kalijaga Demak
Tabel 4.3. Tabel silang antara komunikasi terapeutik dengan
kepuasan pasien di RSUD Sunan Kalijaga Demak
Komunikasi
terapeutik
Tidak efektif
Efektif
Jumlah
Kepuasan pasien
Tidak Puas
puas
F
%
F
%
13
43,3
2
6,7
2
6,7
13
43,3
15
50
15
50
Jumlah
F
15
15
30
%
50
50
100
p-value
0,000
Berdasarkan tabel silang di atas maka dapat diketahui bahwa
pelaksanaan komunikasi terapeutik di RSUD Sunan Kalijaga Demak
yang tidak efektif sebagian besar mempunyai kepuasan tidak puas
sebanyak 13 responden (43,3,%) dan yang mempunyai pelaksanaan
komunikasi terapeutik efektif sebagian besar mempunyai kepuasan
puas sebanyak 13 respondne (43,3%).
Dari hasil olah data dengan chi square, maka didapatkan hasil
terdapat 0 sel (0%) yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5 maka
didapatkan nilai p value sebesar 0,000 < 0,05, maka berdasarkan
kriteria penolakan Ho dapat dinyatakan hipotesa (Ho) ditolak dan
Hipotesa (Ha) diterima berarti ada hubungan antara komunikasi
terapeutik dengan kepuasan pasien di RSUD Sunan Kalijaga Demak
BAB V
PEMBAHASAN
Bentuk pembahasan yang akan diberikan dalam bab V ini merupakan
kajian kalimat perintah, kesantunan berbahasa dan kajian pragmatik. Pemaparan
secara mendalam diberikan dari data yang telah diperoleh selama penelitian
berlangsung.
1. Analisa univariat
a. Komunikasi terapeutik
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa
pelaksanaan komunikasi terapeutik RSUD Sunan Kalijaga Demak
sebagian besar mempunyai pelaksanaan komunikasi terapeutik efektif
sebanyak 15 responden (50%) dan sebagian kecil mempunyai pelaksanaan
komunikasi terapeutik tidak efektif sebanyak 15 responden (50%)
Penerapan komunikasi terapeutik yang baik oleh perawat
disebabkan karena penelitian ini dilakukan di rumah sakit swasta yang
lebih mengedepankan pelayanan dan menggantungkan kelangsungan
hidup rumah sakit dari kepercayaan pasien dalam memanfaatkan
pelayanan rumah sakit ini, yang menyebabkan perawat sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan kepada pasien, merasa perlu menerapkan
kemampuan komunikasi terapeutik yang efektif untuk dapat meyakinkan
pasien bahwa pelayanan yang akan diterima benar –benar berkualitas.
Komunikasi merupakan alat kontak sosial antara individu yang satu
dengan yang lain. Komunikasi yang tidak efektif akan menimbulkan
kesalahan presepsi dan mengganggu keharmonisan hubungan antar
individu. Namun sebaliknya komunikasi yang efektif, tepat waktu dengan
sikap, intonasi, ekspresi wajah yang sesuai akan meningkatkan
kepercayaan antara individu dalam membina hubungan saling percaya dan
saling membutuhkan. Hibdon (2000) menyatakan bahwa dengan
komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya, perawat
akan meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling
percaya. Hal senada diungkapkan oleh Roger (1974) dalam Abraham dan
Shanley (1997) yang mengemukakan bahwa hubungan antara perawat dan
klien merupakan area untuk mengekspresikan kebutuhan, memecahkan
masalah, dan meningkatkan koping.
Komunikasi terapeutik ini sendiri memegang peranan penting
dalam membantu pasien memecahkan masalah yang dihadapi. Karena
bertujuan untuk terapi maka komunikasi dalam keperawatan disebut
komunikasi terapeutik (Suryani, 2010). Komunikasi terapeutik diterapkan
oleh perawat dalam berhubungan dengan pasien untuk meningkatkan rasa
saling percaya, dan apabila tidak diterapkan akan menganggu hubungan
terapeutik yang berdampak pada ketidakpuasan pasien. Pasien akan
merasa puas ketika kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau
melebihi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasaan atau perasaan
kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang
diperolehnya itu tidak sesuai dengan harapannya (Pohan, 2009)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Supriyanti (2003) di
Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin
(BPK RSUZA) Banda Aceh menunjukkan bahwa penggunaan komunikasi
terapeutik oleh perawat dengan kategori baik 16,7%, sedang 70% dan
kurang
13,3%,
sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
penggunaan
komunikasi terapeutik oleh perawat di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah
Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh belum efektif.
b. Kepuasan pasien
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa pasien di
RSUD Sunan Kalijaga Demak sebagian besar mempunyai kepuasan
pasien puas sebanyak 15 responden (50%) dan sebagian kecil mempunyai
kepuasan kurang puas sebanyak 15 responden (50%)
Dari hasil penelitian tentang kepuasan pasien dalam pelayanan
keperawatan didapatkan data bahwa dari 15 responden yang terlibat
dalam penelitian ini menyatakan telah puas dengan pelayanan yang
telah diberikan oleh perawat 15 responden yang menyatakan kurang
puas Kepuasan yang dirasakan pasien ini menunjukan bahwa perawat
di rumah sakit RSUD Sunan Kalijaga Demak, telah dapat memenuhi
harapan-harapan pasien akan pelayanan yang prima dan berkualitas
baik dari sisi kejelasan informasi, pelayanan yang tepat waktu,
kesediaan perawat dalam mendengarkan keluhan/permasalahan klien dan
kesediaan
membantu
mengatasi permasalahan
tersebut.
Kepuasan
pasien akan pelayanan keperawatan merupakan hal mutlak yang harus
dipenuhi oleh perawat sebab salah satu indicator jaminan mutu suatu
rumah sakit adalah pernyataan puas dari penerima pelayanan (pasien).
Meskipun sebagian
besar pasien menyatakan
telah
puas dengan
pelayanan yang diberikan oleh perawat, tetapi masih terdapat 6 orang
pasien (15,38 %) yang menyatakan kurang puas. Ketidakpuasan ini
dikarenakan kesan pertama pertemuan antara perawat dan pasien yang
kurang menunjukan sikap saling terbuka terutama sikap penerimaan
perawat terhadap
kedatangan
pasien diruangan perawatan. Hal ini
dibuktikan dengan adanya pernyataan pasien yang menyatakan masih
terdapatnya perawat yang tidak memperkenalkan diri pada saat kontak
pertama dengan pasien baik pada saat pertama pasien masuk ruangan
perawatan ataupun setelah pasien berada dalam ruangan perawatan.
Selain
itu,
Ketidakpuasan
ini
mungkin
juga
disebabkan
oleh
ketidakmampuan pasien ataupun menafsiran yang salah, terhadap pesan
verbal ataupun non verbal, yang disampaikan oleh perawat, ataupun
juga ketidaktepatan waktu yang digunakan oleh
perawat, dalam
memberikan tindakan keperawatan ataupun informasi kepada pasien,
Sehingga proses pertukaran informasi menjadi kurang efektif dan resiko
terjadinya salah penafsiran semakin tinggi. Ini akan berdampak pada
ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat.
Hal yang harus dilakukan adalah perawat harus menggunakan pendekatan
yang lebih persuatif dengan tetap memperhatikan situasi dan kondisi
yang dialami oleh pasien serta latar belakang budaya.
Kepuasan
pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang
timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya
setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya (Pohan,
2007). Kepuasan akan tercapai apabila diperoleh hasil yang optimal bagi
setiap klien dan keluarganya, ada perhatian terhadap keluhan, kondisi
lingkungan fisik dan tanggap kepada atau memprioritaskan kebutuhan
klien (Supranto, 2006). Kepuasan pasien akan memberikan dampak
yang baik bagi institusi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Oliver dalam Supranto, 2001
menyatakan kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan harapannya.
Kepuasan pasien akan pelayanan yang diberikan oleh pihak penyedia
jasa (rumah sakit) akan meningkatkan kepercayaan pasien (masyarakat)
terhadap kinerja dan kualitas rumah sakit tersebut. Ini akan mendorong
penggunaan yang berulang fasilitas tersebut atau akan menjadi pilihan
utama pasien untuk meminta bantuan medis. Ini sesuai dengan pendapat
Junaedi (2002) yang menyatakan bahwa kepuasan konsumen atas
suatu
produk tergantung kinerja
produk tersebut. Jika kinerja
yang dirasakan konsumen atas
produk
lebih
tinggi
dari harapan
konsumen, maka konsumen akan mengalami kepuasan. Jadi kepuasan
atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan
pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan
2. Analisa bivariat
Hubungan antara komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien di RSUD
Sunan Kalijaga Demak
Berdasarkan tabel silang di atas maka dapat diketahui bahwa
pelaksanaan komunikasi terapeutik di RSUD Sunan Kalijaga Demak yang
tidak efektif sebagian besar mempunyai kepuasan tidak puas sebanyak 13
responden (43,3,%) dan yang mempunyai pelaksanaan komunikasi terapeutik
efektif sebagian besar mempunyai kepuasan puas sebanyak 13 respondne
(43,3%).
Dari hasil olah data dengan chi square, maka didapatkan nilai p value
sebesar 0,000 < 0,05, ada hubungan antara komunikasi terapeutik dengan
kepuasan pasien di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Hasil ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Dwidiyanti (2008). Salah satu faktor yang
mempengaruhi kepuasan pasien adalah memberikan pelayanan dengan
komunikasi
yang
terapeutik.
Perawat
yang
memiliki
ketrampilan
berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan menjalin hubungan rasa
percaya pada pasien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan
kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan
citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Darmawan
(2009) serta Husna dkk. (2014) yang juga mendapatkan data adanya
hubungan signifikan yang antara komunikasi terapeutik perawat dan
kepuasan pasie. Dermawan (2009) mendapatkan data bahwa 54,6% perawat
telah melakukan komunikasi terapeutik dan 66,7% klien merasa puas atas
perawatan yang telah diberikan sehingga hasil analisis Chi
square
menemukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kepuasan
pasien dengan komunikasi terapeutik perawat pada tahap orientasi 𝑝 = 0,002;
𝑃 < 05 di IGD RSUD Dr. Soedarso Pontianak. Husna dkk. (2014) dalam
penelitiannya juga mendapatkan data adanya hubungan signifikan antara
kepuasan pasien dengan penerapan komunikasi terapeutik di RS Siti
Khodijah Sepanjang dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,550 atau
hubungan sedang dan nilai signifikansi sebesar 0,007
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Wijono (2010) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kepuasan pasien adalah komunikasi terapeutik. Komunikasi
terapeutik
merupakan
mendukung proses
hal
yang sangat
keperawatan
penting bagi perawat untuk
yang meliputi
pengkajian diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Hal tersebut didukung
oleh Sulistiyaningsih (2007) yang menyebutkan bahwa dimensi mutu
pelayanan rumah sakit yang mempengaruhi mutu pelayanan salah satunya
merupakan dimensi hubungan perawat dengan pasien.Wiyana (2008)
mengungkapkan bahwa salah satu indikator mutu layanan keperawatan
adalah kepuasan pasien.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pasien RSUD Sunan Kalijaga Demak mempunyai umur rata-rata 43.00
std.deviasi 17.418 dan umur terendah 23 tahun dan tertinggi 78 tahun
2. Pasien RSUD Sunan Kalijaga Demak sebagian besar mempunyai jenis
kelamin laki-laki sebanyak 16 responden (53,3%) dan sebagian kecil
mempunyai jenis kelamin perempuan sebanyak 14 responden (46,7%)
3. Pasien RSUD Sunan Kalijaga Demak sebagian besar mempunyai
pendidikan dasar sebanyak 14 responden (46,7%) dan sebagian kecil
mempunyai pendidikan menengah sebanyak 5 responden (16,7%)
4. Pelaksanaan komunikasi terapeutik RSUD Sunan Kalijaga Demak
mempunyai pelaksanaan komunikasi terapeutik efektif sebanyak 15
responden (50%) dan mempunyai pelaksanaan komunikasi terapeutik
tidak efektif sebanyak 15 responden (50%)
5. Pasien di RSUD Sunan Kalijaga Demak sebagian besar mempunyai
kepuasan pasien puas sebanyak 15 responden (50%) dan sebagian kecil
mempunyai kepuasan kurang puas sebanyak 15 responden (15%)
6. Ada hubungan antara komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien di
RSUD Sunan Kalijaga Demak
B. Saran
1. Bagi rumah sakit
Perlu menyelenggarakan pelatihan penerapan
komunikasi terapeutik
baik bagi perawat ataupun bagi tenaga kesehatan lainnya yang berada
dalam lingkup rumah sakit untuk mengasah kemampuan berkomunikasi
yang lebih edukatif dan informative.
2. Bagi perawat
Bagi perawat agar meningkatkan pelayanan yang berkualitas dan lebih
memperhatikan komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada pasien dan masyarakat, dengan fokus utama pada
tahap perkenalan, memperbaiki kemampuan melaksanakan perkenalan di
awal pertemuan dengan pasien dalam melakukan pelayanan kesehatan
untuk memberikan informasi yang tepat kepada pasien.
3. Bagi peneliti
Diharapkan bagi peneliti dimasa yang akan datang agar dapat melakukan
penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
kepuasan pasien seperti kenyamanan, hubungan pasien dengan petugas
kesehatan dan biaya.
Download