Uploaded by Fauziyyah Nurulhaq

6050 Template Dokumen C100 (Proposal Skripsi) - V2 New-SAMUEL-PC

advertisement
PERANCANGAN ALAT UKUR SEVERITY LEVEL PARTIAL DISCHARGE BERBASIS AKUSTIK
C-100 (PROJECT PROPOSAL)
Disusun oleh:
Fauziyyah Nurulhaq
16/399885/TK/44899
Firdaus Triputra Videssa 16/394935/TK/44227
Samuel Hamonangan
16/399919/TK/44933
DOKUMENTASI SKRIPSI CAPSTONE PROJECT
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
1. USULAN JUDUL SKRIPSI
Berbasis Akustik
:
:
Perancangan Alat Ukur Severity Level Partial Discharge
Design of Partial Discharge Severity Level Meter based on Acoustic Method
2. JENIS DOKUMEN
:
PROPOSAL CAPSTONE DESIGN
2. KODE DOKUMEN
:
C100
3. NOMOR DOKUMEN
3. NOMOR REVISI
: C100-xx-yy-dd (xx-yy-dd terdapat pada sistem acadinfo)
:
2. TANGGAL PENERBITAN
0
:
<tanggal-bulan-tahun>
2. KETUA TIM
Tanda Tangan :
a. Nama lengkap
: Samuel Hamonangan
b. NIM
:
16/399919/TK/44933
c. Prodi/Konsentrasi :
Teknik Tenaga Listrik
d. Email
:
[email protected]
2. ANGGOTA 1
Tanda Tangan :
a. Nama lengkap
: Fauziyyah Nurulhaq
b. NIM
:
c. Prodi/Konsentrasi :
d. Email
16/399885/TK/44899
Teknik Tenaga Listrik
: [email protected]
2. ANGGOTA 2
Tanda Tangan :
a. Nama lengkap
: Firdaus Triputra Videssa
b. NIM
:
16/394935/TK/44227
c. Prodi/Konsentrasi :
Teknik Tenaga Listrik
d. Email
: [email protected]
2. DOSEN PEMBIMBING I
Tanda Tangan :
a. Nama lengkap
: Mochammad Wahyudi, S.T., M.T.
b. NIP
:
3. DOSEN PEMBIMBING II
a. Nama lengkap
:
b. NIP
Tanda Tangan :
Noor Akhmad Setiawan, S.T., M.T., Ph.D.
:
4. TEMPAT PELAKSANAAN
: Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi
Fakultas Teknik
5. Jumlah halaman
DAFTAR ISI
: <termasuk halaman sampul dan lampiran>
CATATAN REVISI DOKUMEN
Versi
Tanggal
Oleh
Perbaikan
00
12/05/2019
<nama mahasiswa yang
melaksanakan revisi>
<deskripsi singkat letak perbaikan>
INTISARI
Flashover merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh jaringan listrik
tegangan tinggi. Hal ini disebabkan oleh kemunculannya yang disertai arus hubung singkat yang
sangat besar hingga peralatan rusak secara parah. Akibatnya, pemadaman listrik secara luas
(blackout) tak terhindarkan dan waktu pemulihannya akan lama, seperti kasus pemadaman listrik di
PLTU Adipala. Pada umumnya, flashover disebabkan oleh penurunan kemampuan isolasi. Degradasi
ini dapat diakibatkan oleh aktivitas partial discharge (PD) yang dibiarkan dalam jangka waktu yang
lama. Kemunculan PD di lapangan memang mampu diketahui oleh peralatan deteksi berdasarkan
sinyal yang diemisikan oleh PD. Akan tetapi, penerapan alat tersebut ternyata tidak dapat digunakan
untuk mencegah flashover secara dini. Dalam hal ini, pemadaman pada pembangkit untuk kegiatan
pemeliharaan isolator hanya diizinkan jika tingkat PD dalam kategori parah (dekat dengan flashover),
sedangkan alat deteksi tidak mampu menginformasikan tingkat keparahan PD. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeteksi PD dan mengukur tingkat keparahannya (severity level meter) berbasis
sinyal akustik. Alat severity level meter tersebut didesain berdasarkan karakteristik sinyal akustik dari
hasil pengujian flashover di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi. Pengujian tersebut melibatkan
variabel jumlah isolator yang merepresentasikan sistem tegangan tinggi yang digunakan dan jarak
ukur, serta kondisi permukaan isolator yang memodelkan faktor pemicu PD. Pada prinsipnya, alat
severity level meter terdiri dari sensor akustik dan mini komputer, serta sistem indikator keparahan
PD (early warning system). Alat severity level meter ini diharapkan mampu dijadikan sebagai acuan
dalam memutuskan jadwal pemeliharaan isolator secara tepat. Pada akhirnya, flashover dapat
dicegah secara dini dan aktivitas bisnis berupa penjualan listrik tidak terganggu oleh pemadaman
listrik untuk pemeliharaan isolator secara sering dan kurang mendesak.
Kata kunci : flashover, partial discharge (PD), severity level, akustik.
PENGANTAR PERMASALAHAN
flashover merupakan pelepasan muatan listrik yang dapat menyebabkan kerusakan cukup
parah pada peralatan isolator. Akibatnya, pemadaman listrik secara luas (blackout) tak terhindarkan
dan waktu pemulihannya akan lama.
Pada umumnya, flashover disebabkan oleh penurunan kemampuan isolator. Degradasi ini
merupakan salah satu indikasi dari aktivitas partial discharge (PD) yang dibiarkan dalam jangka
waktu yang lama. Polutan yang menempel pada suatu isolator berasal dari polutan yang terdapat
pada udara di sekitar isolator tersebut. Polutan yang terbawa udara dapat menempel pada
permukaan isolator dan berangsur membentuk suatu lapisan yang tipis pada permukaan isolator.
Partial Discharge (PD) merupakan proses menuju kegagalan isolator. PD mengeluarkan emisi
berupa akustik, arus bocor, dan cahaya. Emisi akustik dapat dideteksi dengan menggunakan sensor
yang berupa mikrofon. Pada Emisi arus bocor, pengukuran dilakukan dengan menggunakan HFCT
untuk mengukur arus bocor yang dipasang pada kabel pentanahan. Sedangkan untuk emisi PD
berupa cahaya dapat dideteksi menggunakan alat yang bernama fluke. Alat tersebut menangkap
letak titik PD dengan menggunakan sensor UV. Fenomena PD dapat terjadi karena adanya faktor
lingkungan. Salah satunya yaitu timbulnya penumpukan kontaminasi polutan konduktif . Polutan
yang menempel pada suatu isolator berasal dari polutan yang terdapat pada udara di sekitar isolator
tersebut. Polutan yang terbawa udara dapat menempel pada permukaan isolator serta membentuk
lapisan tipis pada permukaan isolator. Polutan yang paling berpengaruh terhadap kerusakan isolator
yaitu unsur garam. Unsur garam yang mencemari suatu isolator sebagian besar berasal dari angin
laut. Angin laut dapat mengendapkan lapisan garam di permukaan isolator yang terpasang di daerah
sekitar pantai. Lapisan garam ini bersifat konduktif terutama pada keadaan cuaca lembab, berkabut
atau pada saat hujan gerimis. Jika cuaca seperti ini terjadi maka akan mengalir arus bocor dari
konduktor jaringan ke tanah melalui lapisan garam yang menempel di permukaan isolator dan tiang
penyangga. Adanya arus bocor ini akan memicu terjadinya peluahan parsial pada permukaan
isolator. Sehingga dapat menyebabkan degradasi pada permukaan isolator. Kasus ini sering ditemui
pada isolator jaringan transmisi yang memiliki kontaminasi tinggi. seperti kasus pemadaman listrik di
PLTU Adipala yang menyebabkan kerugian sebesar 600 juta per jam untuk satu unit.
Berdasarkan tipe pemasangannya, dibagi menjadi dua yaitu tipe kontak dan non kontak. tipe
kontak digunakan untuk mendeteksi PD pada trafo minyak. penggunaan tipe ini relatif kurang aman
untuk digunakan karena pengujian langsung pada kabel bertegangan. Selain itu, terdapat tipe non
kontak yang digunakan untuk mendeteksi PD melalui sinyal akustik atau cahaya. Peralatan yang
digunakan untuk mendeteksi PD menggunakan cahaya membutuhkan biaya yang relatif mahal.
Pada penelitian ini digunakan metode pendeteksi PD dengan sinyal akustik karena
pengujian tidak langsung ke peralatan sehingga lebih aman. Selain itu, metode ini tidak
mengeluarkan biaya yang cukup besar. Tetapi metode ini tidak menghasilkan alat yang memiliki
severity level.
Severity level berfungsi untuk mengidentifikasi tingkat keparahan isolator untuk
meminimalisir biaya pengeluaran. Ditinjau dari masalah tersebut, perlu adanya sistem early warning
berupa alat pengukuran severity level untuk menentukan tingkat kerusakan isolator. Parameter
pengukuran yang digunakan berupa sinyal akustik sebagai salah satu bentuk emisi PD. Metode yang
digunakan yaitu dengan menganalisis sinyal akustik dari hasil uji flashover pada isolator dengan
variasi jenis polutan. Sinyal tersebut ditangkap oleh sensor dan akan diteruskan ke komputer untuk
menentukan tingkat severity level menggunakan indikator lampu penunjuk. Dengan adanya alat ini,
diharapkan flashover dapat dicegah secara dini dan aktivitas bisnis berupa penjualan listrik tidak
terganggu oleh pemadaman listrik untuk pemeliharaan isolator secara sering dan kurang mendesak.
Kegagalan isolator pada peralatan tegangan tinggi dapat menyebabkan kerusakan alat sehingga
kontinuitas sistem menjadi terganggu. Dari beberapa kasus yang sering terjadi kegagalan isolator
berkaitan dengan fenomena yang dinamakan partial discharge (PD).
Fenomena PD merupakan pelepasan loncatan bunga api listrik pada suatu bagian isolator akibat
beda potensial yang tinggi. PD menimbulkan penumpukan kontaminasi polutan konduktif berupa
NaCl dan fly ash yang dapat menyebabkan degradasi pada permukaan isolator.
Beberapa waktu terakhir telah terjadi fenomena PD di PLTU Adipala. Masalah ini disebabkan
akibat adanya polutan yang menempel pada isolator berupa Nacl yang terbentuk karena adanya
angin laut yang membawa NaCl dari pantai. Selain itu, PD juga disebabkan karena adanya fly ash dari
sisa pembakaran batu bara yang menempel pada isolator tersebut. Hal ini dapat menimbulkan
flashover dan gangguan hubung singkat pada sistem tenaga listrik jika dibiarkan dalam jangka waktu
cukup lama. Oleh karena itu, diperlukan pemeliharaan untuk mencegah kerusakan pada isolator.
Pemeliharaan ini harus dilakukan berdasarkan tingkat keparahannya untuk meminimalisir biaya
pengeluaran. Ditinjau dari resiko yang dapat terjadi, perlu adanya sistem early warning berupa alat
pengukuran severity level untuk menentukan tingkat kerusakan isolator.
Dengan latar belakang tersebut dapat ditarik perumusan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini yaitu bagaimana cara merancang dan membangun alat pengukuran severity level
partial discharge berbasis akustik untuk membangun sistem peringatan bahaya dini dengan cara
menginformasikan terkait kondisi dan tingkat kerusakan pada isolator. sistem pendeteksi ini bekerja
dengan cara menganalisis sinyal akustik dari hasil uji flashover pada isolator dengan variasi jenis
polutan. Sinyal tersebut ditangkap oleh sensor dan akan diteruskan ke komputer untuk menentukan
tingkat severity level menggunakan indikator lampu penunjuk berdasarkan karakteristik tingkatan
gelombang dan spektrum frekuensinya. Alat pengukuran ini diharapkan dapat berguna sebagai
acuan dalam penentuan jadwal metode pemeliharaan isolator.
DESKRIPSI SISTEMATIKA DOKUMEN
BAB I
Pengantar permasalahan
Berisi tentang tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari tugas akhir ini.
BAB II
Deskripsi sistematika dokumen
Berisi tentang penjelasan susunan dan deskripsi dokumen C-100 yang dirancang oleh tim mahasiswa.
BAB III
Daftar singkatan
Berisi daftar singkatan yang digunakan dalam dokumen ini.
BAB IV
Rencana penyelesaian masalah
Berisi mengenai tinjauan pustaka dan solusi yang akan diajukan
BAB V
Rencana Pelaksanaan
Berisi mengenai perhitungan kebutuhan SDM dan SDA, estimasi peralatan penunjang, perangkat
pengujian, serta jadwal pelaksanaan proyek
BAB VI
Justifikasi anggaran dan analisis finansial
Berisi mengenai Estimasi biaya yang diperlukan untuk pembelian bahan dan peralatan
BAB VII
Kesimpulan
Berisi mengenai kesimpulan dari proposal CP ini
BAB VIII
Referensi
Berisi mengenai referensi yang digunakan pada proposal ini
DAFTAR SINGKATAN
Berikut merupakan contoh tabel daftar singkatan yang digunakan dalam dokumen ini.
Tabel 1. Daftar Singkatan
Singkatan
Arti
TE
Teknik Elektro
TIF
Teknik Informasi
CP
Capstone Projects
PD
Partial Discharge
PLTU
Pembangkit Listrik Tenaga Uap
RENCANA PENYELESAIAN MASALAH
Tinjauan Pustaka
Uraikan secara ringkas sumber-sumber yang membahas definisi atau dasar teori dari permasalahan
yang akan diselesaikan. Definisi dan dasar teori ini boleh masih bersifat umum. Tinjauan yang lebih
khusus dan lebih teknis bisa diberikan nanti di dokumen perancangan C-300. Sangat dianjurkan
tinjauan pustaka disertai dengan analisis atau simpulan tim berdasarkan paper yang Anda baca.
Arahkan pembaca supaya memahami permasalahan tim Anda supaya lebih jelas.
Isolator
Pada transmisi hantaran udara suatu konduktor dengan konduktor lain diisolir dengan udara,
sedangkan konduktor dengan menara atau tiang pendukung diisolir oleh bahan isolasi padat yang
disebut isolator. dilihat dari lokasi pemasanganJenis isolator hantaran udara terdiri atas isolator
pasangan dalam (indoor) dan isolator pasangan luar (outdoor). Sedangkan dilihat dari fungsinya,
isolator terdiri dari :
Isolator pendukung
Isolator pendukung terbagi atas tiga jenis, yaitu :
1. Isolator pin
Digunakan untuk jaringan distribusi hantaran udara tegangan menengah, dipasang pada
palang tiang tanpa beban tekuk. Bentuk isolator pin dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2. Isolator post
Digunakan untuk pasangan dalam, antara lain sebagai penyangga rel daya pada panel
tegangan menengah. Bentuk isolator post dapat dilihat pada Gambar 2.2
3. Isolator pin-post
Digunakan untuk jaringan distribusi hantaran udara tegangan menengah, dipasang pada
tiang yang mengalami gaya tekuk. Bentuk isolator pin-post dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Isolator gantung (suspension).
Isolator gantung dilihat dari bentuknya terdiri dari 2 jenis, yaitu isolator piring (Gambar 2.4) dan
isolator batang tonggak (Gambar 2.5).
Isolator piring
Isolator batang
Sedangkan Isolator dari segi bahan dielektriknya terbagi menjadi 3 bagian yaitu keramik, kaca, dan
polimer. Isolator keramik yaitu isolator yang terbuat dari tanah liat yang mengandung aluminium
silikat. Pada bagian luar isolator keramik dilapisi dengan bahan glazur dimana bahan tersebut
membuat tidak adanya pori-pori pada permukaan isolator.
Isolator kaca terbuat dari bahan kaca sehingga isolator ini lebih murah dan tingkat dielektriknya
lebih besar 2 kali dibandingkan isolator porselen, namun isolator kaca lebih rentan terhadap
kerusakan atau pecah. Isolator porselen dan kaca memiliki karakteristik elektrik yang baik, tetapi
memiliki kelemahan, yaitu : massanya berat, mudah pecah dan kemampuannya menahan tegangan
berkurang karena polutan yang mudah menempel pada permukaannya.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut dikembangkan jenis isolator komposit. Bahan komposit tertua
untuk isolator adalah kertas. Tetapi akhir-akhir ini yang paling diminati dan terus dikembangkan
adalah karet silikon (silicon rubber). Struktur dari isolator komposit terdiri dari inti berbentuk tabung
yang terbuat dari bahan komposit, sarung yang terbuat dari bahan komposit, fitting yang terbuat
dari bahan logam. Berikut dapat dilihat bentuk dan struktur isolator komposit pada Gambar 2.7.
Polutan (kelar)
Isolator yang terpasang di ruang terbuka pasti akan terlapisi oleh polutan yang terkandung di udara.
Polutan dapat mempengaruhi sifat kekonduktivitasan dari sebuah isolator sehingga bisa
menyebabkan kegagalan isolasi. Bentuk-bentuk polutan yang berpengaruh terhadap ketahananan
dari isolator pada saluran transmisi :
Garam laut, garam dari air laut dapat dibawa oleh angin hingga 15-30 km ke daratan atau lebih jauh.
Limbah pabrik dalam bentuk gas seperti karbon dioksida, klorin, SOx, dan NOx dari pabrik kimia dan
sebagainya
Kotoran burung
Pasir di daerah gurun
Fly ash dari emisi PLTU
Fly ash batubara merupakan material yang memiliki ukuran butiran yang halus berwarna keabuabuan dan diperoleh dari hasil pembakaran batubara (Wardani, 2008). Fly ash terdiri dari bahan
anorganik berupa silikon dioksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3) dan besi oksida (Fe2O3). Zat-zat
anorganik yang terkandung pada fly ash memiliki sifat konduktor yang cukup baik, sehingga apabila
menumpuk pada permukaan isolator dapat menyebabkan kegagalan isolasi.
Penyebab kegagalan isolasi yang paling sering terjadi yaitu disebabkan oleh polutan garam yang
terbawa oleh angin. Polutan garam yang menempel pada isolator saluran transmisi ini bersifat
konduktif terutama pada keadaan cuaca lembab, berkabut atau pada saat hujan gerimis dan dapat
menimbulkan PD. Contoh kontaminasi polutan yang sering terjadi yaitu pada isolator-isolator PLTU
yang terlapisi oleh polutan garam, sebab hampir semua PLTU didirikan di kawasan dekat dengan air
laut. Ilustrasi dari isolator yang terkena polutan pada gambar 2.1.
Partial Discharge
Definisi PD
Menurut standar IEC No 60270: 2000, PD didefinisikan sebagai peluahan listrik yang hanya
menjembatani sebagian dari isolasi diantara konduktor. PD memberikan informasi tentang batas
ketahanan dari isolator. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian agar mengetahui luasan
kerusakan berupa degradasi pada isolator akibat PD.
Jenis-jenis PD
Secara umum ada 3 tipe sumber PD yaitu internal PD (a), peluahan permukaan (b) sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 5.
Internal PD
Pelepasan parsial internal adalah pelepasan rongga atau pelepasan gas yang terjadi di dielektrik
padat atau cair
External dan surface PD
Pelepasan eksternal dan permukaan meliputi korona, pelepasan cahaya, pelepasan pulsa bebas
parsial, pulsa trichel ke elektroda dengan jari-jari kelengkungan yang cukup tinggi.
Gambar 5: Sumber PD (a) internal (b) permukaan
Penyebab PD
PD muncul akibat adanya medan tinggi yang bersifat lokal, yaitu pada bagian tertentu di dalam atau
permukaan isolasi. Faktor yang menyebabkan terjadinya PD, yaitu:
Kualitas bahan dielektrik
Tidak semua barang dielektrik yang diproduksi pabrik 100% sempurna, kecacatan dalam produksi
seperti adanya pori-pori pada permukaan isolator dapat menyebabkan terjadinya PD.
Celah atau rongga dalam bahan dielektrik
Terjadinya celah atau rongga pada isolator dapat terjadi pada zat padat, cair, dan gas. Mekanisme
kegagalan pada bahan isolasi padat yaitu kegagalan intrinsik, kegagalan elektromekanik, kegagalan
streamer, kegagalan thermal dan kegagalan erosi. Pada bahan isolasi cair yaitu adanya kavitasi,
butiran pada zat cair dan tercampurnya bahan isolasi cair. Sedangkan pada bahan isolasi gas
kegagalan disebabkan akibat mekanisme streamer.
Pengaruh dari lingkungan.
Semakin tingginya kelembaban dan temperatur pada lingkungan dapat meningkatkan jumlah
muatan.
Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan seperti cuaca dan angin dapat membawa garam dan pasir sampai ke permukaan
isolator. Selain itu, hujan deras dapat membersihkan atau mengurangi polutan terutama di bagian
atas permukaan isolator yang sangat berhubungan dengan kemampuan elektrik dari isolator
pasangan luar, karena hujan dapat memperkecil resiko flashover pada isolator terpolusi. Pengaruh
sudut jatuhnya air hujan pada pembersihan polutan di permukaan isolator terpolusi lebih penting
daripada pengaruh tingkat intensitas dan lamanya waktu penghujanan. Sedangkan gerimis,
kelembaban yang tinggi, dan kabut akan membuat lapisan polutan menjadi basah. Dalam kondisi
cuaca hujan ataupun keadaan udara yang lembab, tahanan permukaan semakin rendah sehingga
arus bocor akan semakin besar.
Mekanisme PD menuju flashover
Ada dua hal yang dapat menyebabkan sistem isolasi gagal, yaitu terjadi tembus listrik pada udara di
sekitar permukaan isolator yang disebut peristiwa lewat-denyar (flashover) dan tembus listrik pada
isolator yang menyebabkan isolator pecah (breakdown).
Tegangan flashover pada isolator terpolusi akan dipengaruhi oleh kondisi udara di sekitarnya,
terutama tekanan dan temperatur udara. Urutan peristiwa tumpukan polutan pada isolator hingga
terjadi flashover sebagai berikut:
Penumpukan lapisan
Dry band formation
Busur sebagian
Perpanjangan busur
Busur mencapai seluruh isolator dan terjadinya flashover
Mempelajari PD menjadi penting karena dengan mengetahui tingkat PD suatu isolasi dapat
diperkirakan kondisi isolasi. Analisis PD berguna untuk mendiagnosis tingkat degradasi isolasi.
Fenomena pre-breakdown dapat dideteksi dengan pengamatan dan pengukuran PD.
Peristiwa PD tidak dengan segera menjadikan kegagalan isolasi, tetapi PD secara berangsur-angsur
menurunkan kualitas isolasi dan mengikis material dielektrik yang akhirnya mendorong kearah
kegagalan sempurna.
Pendeteksian PD
PD mengeluarkan berbagai macam bentuk emisi, emisi tersebut dapat digunakan sebagai pendeteksi
jumlah dan tingkat bahaya dari PD. Pada tabel 1 dibawah merupakan jenis emisi dan kelebihan serta
kekurangan dari penggunaan jenis emisi sebagai faktor pendeteksi PD.
Tabel 1. Jenis emisi yang dipancarkan PD
No Emisi
1
Sensor
Gelombang
Elektroda UHF
Elektromagnetik
RF sensor
Kelebihan
Kekurangan
Sensitivitas
deteksinya tinggi
Intensitas
pengukuran terbatas
Anti interferensi
yang kuat
Harganya mahal
Desainnya kompleks
Sulit
penginstalasiannya
2
3
Tegangan dari
impuls arus dan
Arus Impuls
Suara/Vibrasi
Coupling
Capacitor
Transformator
arus frekuensi
tinggi (HFCT)
Sensor
Ultrasonik
Digunakan hampir
semua pada
peralatan tegangan
tinggi
Kontak langsung
dengan saluran
tenaga listrik
Harganya mahal
Paling cocok
digunakan sebagai
monitoring PD
secara
berkelanjutan
Interferensi
elektromagnetik yang
tinggi
Pengujiannya
simpel
Sensitivitas
deteksinya standar
Pengujiannya
Biaya yang mahal
Sensor
Audiosonik
4
Cahaya
Sensor Pockels
kamera UV
simpel
Letak terjadi PD
jelas
Tidak ada informasi
tentang besarnya PD
Kebal terhadap
noise dari
elektromagnetik
5
Panas
IR kamera
Pengujiannya
simpel
Sensitivitas
deteksinya rendah
Kebal terhadap
noise dari
elektromagnetik
Tidak ada informasi
tentang besarnya PD
Metode Akustik
PD yang terjadi mengeluarkan salah satu emisi berupa sinyal akustik. Dari sinyal akustik tersebut
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat degradasi isolasi yang terjadi pada isolator saluran
transmisi.
Sinyal akustik dari sumber PD kebal dari kebisingan elektromagnetik. Sinyal akustik dari getaran
mekanis PD dapat dideteksi oleh transduser piezoelektrik, sensor akustik serat optik, akselerometer,
mikrofon kondensor, dan sensor resonansi suara yang biasanya menggunakan pita frekuensi antara
10 kHz dan 300 kHz. Deteksi emisi akustik telah berhasil digunakan untuk melokalisasi sumber PD di
dalam objek uji karena fakta bahwa sinyal akustik sangat tergantung pada geometri objek uji.
Metode ini sangat efisien untuk melokalisasi sumber PD.
Kelebihan menggunakan sistem akustik pada pendeteksian PD:
Sangat efisien dalam lokalisasi PD
Sensitivitas yang tinggi
Kekebalan terhadap kebisingan elektromagnetik tinggi
Pengujiannya simpel
Tidak perlu berkontak langsung dengan peralatan yang diuji.
Menurut jenis pemasangan sensor akustik terbagi menjadi dua yaitu jenis kontak dan jenis nonkontak. Sensor dengan tipe kontak digunakan untuk mendeteksi PD yang terjadi pada bagian dalam
oli transformator, dimana sensor dipasang pada sisi luar dari tangki transformator
Sedangkan sensor dengan tipe non-kontak digunakan untuk mendeteksi sinyal akustik yang
merambat melalui udara. Sensor ini sering digunakan untuk mengamati PD yang terjadi di udara dan
permukaan isolasi.
Sinyal akustik terbagi menjadi 2 jenis yaitu audiosonik dan ultrasonik. Audiosonik merupakan bunyi
suara yang berada pada rentang frekuensi pendengaran manusia yaitu 20-20.000 Hz, sehingga
sensor audiosonik lebih rentan terhadap gangguan suara luaran sekitar. Sedangkan ultrasonik
merupakan bunyi suara yang berada pada rentang frekuensi diatas 20 kHz, dan sensor ultrasonik
cukup aman dari gangguan suara sekitar. Namun harga alat sensor ultrasonik terbilang sangat mahal.
Untuk saat ini sudah beredar dipasaran suatu alat yang dapat mendeteksi kebocoran PD dengan
menggunakan basis ultrasonik, salah satu contoh alat tersebut yaitu Fluke. Namun perancangan alat
ukur severity level pada capstone kali ini yaitu dengan memanfaatkan 2 buah sinyal audiosonik dan
ultrasonik yang dipancarkan oleh PD. Dengan menggunakan 2 jenis sensor yang berbeda dapat
menghasilkan pendeteksian PD lebih akurat karena dengan cara membandingkan keluaran dari
kedua buah sensor tersebut.
Severity Level
Severity Level merupakan penggambaran tingkat keparahan dari suatu masalah yang terjadi. Pada
capstone ini, masalah yang terjadi berupa terjadinya PD pada isolator saluran transmisi. Maka perlu
dirancangnya suatu alat yang dapat mengukur tingkat severity level.
Untuk saat ini, belum adanya teori-teori yang membahas mengenai severity level dari PD. Serta
belum adanya peralatan yang dapat menunjukan tingkat severity level akibat PD dengan
menggunakan olahan sinyal akustik.
Perancangan severity level ini akan menampilkan tingkat keparahan dari PD yang terjadi di isolator
saluran transmisi. Indikator yang ditampilkan dapat berupa layar pemberitahuan atau berupa LED
indikator (merah, kuning, dan hijau).
Solusi yang Diajukan
Uraikan solusi-solusi yang mungkin diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah yang diajukan di
skripsi ini berdasarkan hasil studi literatur. Solusi – solusi yang ditulis disini merupakan bentuk
penyelesaian masalah yang pernah dilakukan sebelumnya oleh pihak lain. Setelah solusi-solusi pihak
lain diuraikan berikan simpulan tentang solusi yang mungkin tim Anda ajukan.
Permasalahan yang diangkat yaitu mengenai PD yang terjadi pada isolator saluran transmisi yang
diakibatkan oleh polutan dan kondisi lingkungan. Berdasarkan hasil studi literatur, diketahui bahwa
sebenarnya PD dapat dideteksi, karena PD mengeluarkan berbagai jenis emisi seperti cahaya,
gelombang elektromagnetik, akustik, dan arus. Emisi yang dikeluarkan dapat ditangkap oleh sensor
dan diolah dalam berbagai hasil seperti citra dan satuan besaran. Saat ini sudah ada beberapa
contoh alat yang telah dipasarkan (Fluke), dimana alat ini memiliki fungsi untuk mengamati
terjadinya PD dengan menggunakan sensor ultrasonik. Namun alat ini hanya dapat mencitrakan
posisi PD terjadi dari hasil bacaan sensor ultrasonik yang ditangkap.
Dari hasil studi literatur dan solusi yang telah dilakukan oleh pihak lain, dapat disimpulkan solusi
yang akan diajukan oleh tim yaitu berupa suatu alat yang mampu mengukur tingkat severity level PD
dengan berbasis akustik. Alasan pemilihan penggunaan sinyal akustik dalam perancangan alat
disebabkan karena sensor akustik tingkat sensitivitasnya tinggi, tidak terganggu dengan noise dari
elektromagnetik, pengukurannya yang sederhana, portabel, dan non-kontak dengan peralatan.
Jenis sensor yang digunakan terbagi atas dua jenis yaitu sensor audiosonik dan sensor ultrasonik.
Kedua sensor ini digunakan dengan tujuan untuk membandingkan apakah PD benar terjadi, sehingga
hasil pengukuran akan semakin lebih akurat. Keluaran dari alat yang dirancang berupa indikator dan
besaran dB severity level dari PD yang terjadi pada isolator saluran transmisi. Diharapkan dengan alat
ini mampu menginformasikan tingkat keparahan PD dan perlunya penggantian isolator-isolator pada
saluran transmisi yang telah rusak.
Karakteristik Luaran
Luaran yang diharapkan
Uraikan bentuk luaran yang ingin dicapai dari pengerjaan skripsi ini. Luaran ini berupa fitur – fitur
fungsional dari produk yang akan dibuat. Output dari pembuatan produk ini yaitu:
Dapat menangkap sinyal akustik yang dipancarkan dari partial discharge pada isolator dengan cara
directional.
Mampu mengubah output audio dari sensor menjadi keluaran berupa satuan dB
Menampilkan severity level kerusakan akibat PD dari isolator-isolator yang digunakan berupa lampu
indikator dan besaran dB
RENCANA PELAKSANAAN
Perhitungan Kebutuhan SDM
Nama Anggota
Tugas
Waktu Kerja
Samuel Hamonangan
Analisis Hardware atau Alat
10 jam / minggu
Analisis jaringan dan
software
8 jam / minggu
Analisis Kondisi Isolator dan
Zat Polutan
10 jam / minggu
Klasifikasi Partial Discharge
berdasarkan zat polutan
8 jam / minggu
Firdaus Triputra Videssa
Fauziyyah Nurulhaq
Analisis Partial Discharge dan 10 jam / minggu
Pengolahan Data
Inventarisasi, Pengadaan
Barang, dan Bendahara
8 jam / minggu
Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya Alat dan Bahan
No
Nama Barang
Harga
1
Arduino
Rp 100.000 / buah
2
GSM Shield
Rp 300.000 / buah
3
Modem
Rp 400.000 / buah
4
Audiosonic microphone
Rp 300.000 / buah
5
Ultrasonic Parabolic microphone
Rp 6.000.000 atau 400 Euro / buah
6
Sewa Hosting Website
Rp 500.000 / tahun
Estimasi Perlengkapan Penunjang
Perangkat Keras
No
Nama Barang
Jumlah
1
Arduino
2 Buah
2
GSM Shield
2 Buah
3
Modem
1 Buah
4
Audiosonic microphone
2 Buah
Chamber Isolator
5
Ultrasonic Parabolic microphone
1 Buah
6
Sewa Hosting Website
1 Tahun
Perangkat Lunak
Perangkat Pengujian
Jadwal Pelaksanaan Proyek
Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Capstone Project
Bulan ke
Tahap Kegiatan
1
Persiapan (Tahap / Phase)
a. Studi Literatur (Luaran/Kegiatan)
b. Desain
c. Pembelian bahan
Pelaksanaan
a. Pembuatan Prototipe
b. Pengujian kinerja
c. Evaluasi dan Perbaikan
Penyelesaian
a. Finishing
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
b. Pembuatan Laporan
Berikan overview tentang target waktu pelaksanaan proyek akhir ini. Seperti sudah dijelaskan di
Buku Panduan Capstone Project, pengerjaan skripsi ini akan berlangsung 2 semester.
Tabel 1. Dibawah ini
merupakan contoh tentang pelaksanaan tugas akhir yang diselesaikan dalam waktu 6 bulan. Pastikan
keselarasan jadwal dengan prosedur pelaksanaan. Tim mahasiswa wajib menggunakan standard
Gantt Chart.
Diagram Alur Pelaksanaan Proyek
1.1 Prosedur Pelaksanaan Proyek
Studi Literatur
Mendapatkan karakteristik PD pada isolator jenis piringan.
Mengetahui mekanisme PD pada isolator piringan
Mengetahui jenis emisi akustik dari PD
Mengetahui perkembangan alat-alat pendeteksi PD yang sudah ada
Perancangan Alat
Menentukan desain alat yang akan dibuat atau dirakit
Menentukan komponen yang akan digunakan pada alat pendeteksi PD
Pembuatan Alat
Menentukan pembagian tugas dalam pembuatan alat
Membuat alat sesuai desain dan spesifikasi yang sudah dirancang
Merakit isolator untuk percobaan PD
Pengujian Alat
Pembangkitan PD pada isolator piringan. Percobaan dilakukan dengan mengubah beberapa variabel
yaitu jarak ukur, jumlah piringan isolator, dan kondisi permukaan isolator.
Melakukan kalibrasi nilai dB pada PD untuk menentukan severity level berdasarkan hasil percobaan
PD di laboratorium.
Penyempurnaan Alat
Melakukan penyelesaian dalam sisi pengemasan, tampilan, dan kemudahaan penggunaan alat atau
user interface.
Uji Coba di Lapangan
Melakukan pendeteksian PD pada isolator transmisi di lapangan menggunakan alat detektor yang
sudah dibuat.
Rekomendasi Pengembangan Selanjutnya
Memberikan masukan untuk pengembangan alat berdasarkan kekurangan-kekurangan yang
ditemukan saat pengujian di lapanganSelain itu, ditambahkan pula tabel rencana tenggat waktu
(deadline) pengerjaan dokumen C100 – C500:
Proses
Bentuk penyampaian
Jadwal
Kebutuhan
Penyusunan ide
sistem
Dokumen C100
01 September 2019
Literatur, narasumber
Penyusunan
spesifikasi
Dokumen C200
01 Oktober 2019
Literatur, narasumber
01 Desember 2019
Literatur, perangkat
lunak pendukung,
perangkat keras
pendukung
Perancangan sistem
Dokumen C300
Implementasi sistem
Dokumen C400
01 Maret 2020
Perangkat lunak
pendukung,
perangkat keras
pendukung
Uji coba dan evaluasi
sistem
Dokumen C500
01 Mei 2020
Perangkat pengujian
JUSTIFIKASI ANGGARAN DAN ANALISIS FINANSIAL
Estimasi biaya yang diperlukan untuk pembelian bahan dan peralatan. Tabel estimasi biaya di bawah
wajib diisi. Bila bahan atau peralatan sudah tersedia di laboratorium (Lab), mahasiswa hanya perlu
menambahkan penjelasan bahwa bahan dan peralatan sudah tersedia di Lab dan tidak perlu mengisi
tabel.
Tabel 1.1 Estimasi Biaya Produksi
No.
Barang
Jumlah
Harga Satuan
Total Harga
1
2
TOTAL
Analisis finansial yang menjelaskan skema yang diharapkan dari penjualan produk dapat juga
ditambahkan pada bagian ini (opsional).
KESIMPULAN
Tuliskan kesimpulan yang diperoleh dari jabaran proposal CP ini.
Flashover merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh jaringan listrik tegangan tinggi.
Flashover disebabkan oleh penurunan kemampuan isolasi yang diakibatkan oleh aktivitas partial
discharge (PD) yang dibiarkan dalam jangka waktu yang lama.
REFERENSI
Penulisan referensi mengikuti aturan standar yang sudah ditentukan. Untuk
internasionalisasi DTETI, maka penulisan referensi akan mengikuti standar yang ditetapkan oleh IEEE
(International Electronics and Electrical Engineers).
Aturan penulisan ini bisa diunduh di http://www.ieee.org/documents/ieeecitationref.pdf. Untuk
memudahkan, berikut ini adalah sampel penulisan dalam format IEEE. Gunakan Mendeley atau
Microsoft Word Citation untuk sitasi otomatis hindari penggunaan sitasi manual
Basic Format:
[1] J. K. Author, “Title of chapter in the book,” in Title of His Published Book, xth ed. City of Publisher,
Country: Abbrev. of Publisher, year, ch. x, sec. x, pp. xxx–xxx.
Examples:
[1] B. Klaus and P. Horn, Robot Vision. Cambridge, MA: MIT Press, 1986.
[2] L. Stein, “Random patterns,” in Computers and You, J. S. Brake, Ed. New York: Wiley, 1994, pp.
55-70.
[3] R. L. Myer, “Parametric oscillators and nonlinear materials,” in Nonlinear Optics, vol. 4, P. G.
Harper and B. S. Wherret, Eds. San Francisco, CA: Academic, 1977, pp. 47-160.
[4] M. Abramowitz and I. A. Stegun, Eds., Handbook of Mathematical Functions (Applied
Mathematics Series 55). Washington, DC: NBS, 1964, pp. 32-33.
[5] E. F. Moore, “Gedanken-experiments on sequential machines,” in Automata Studies (Ann. of
Mathematical Studies, no. 1), C. E. Shannon and J. McCarthy, Eds. Princeton, NJ: Princeton Univ.
Press, 1965, pp. 129-153.
[6] Westinghouse Electric Corporation (Staff of Technology and Science, Aerospace Div.), Integrated
Electronic Systems. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1970.
[7] M. Gorkii, “Optimal design,” Dokl. Akad. Nauk SSSR, vol. 12, pp. 111-122, 1961 (Transl.: in L.
Pontryagin, Ed., The Mathematical Theory of Optimal Processes. New York: Interscience, 1962, ch. 2,
sec. 3, pp. 127-135).
[8] G. O. Young, “Synthetic structure of industrial plastics,” in Plastics, vol. 3, Polymers of
Hexadromicon, J. Peters, Ed., 2nd ed. New York: McGraw-Hill, 1964, pp. 15-64.
Handbook
Basic format:
Name of Manual/Handbook, x ed., Abbrev. Name of Co., City of Co., Abbrev. State, year, pp. xx-xx.
Examples:
[1] Transmission Systems for Communications, 3rd ed., Western Electric Co., Winston-Salem, NC,
1985, pp. 44–60.
[2] Motorola Semiconductor Data Manual, Motorola Semiconductor Products Inc., Phoenix, AZ,
1989.
[3] RCA Receiving Tube Manual, Radio Corp. of America, Electronic Components and Devices,
Harrison, NJ, Tech. Ser. RC-23, 1992.
Conference/Prosiding:
Basic Format:
[1] J. K. Author, “Title of paper,” in Unabbreviated Name of Conf., City of Conf., Abbrev. State (if
given), year, pp.xxx-xxx.
Examples:
[1] J. K. Author [two authors: J. K. Author and A. N. Writer ] [three or more authors: J. K. Author et
al.], “Title of Article,” in [Title of Conf. Record as ], [copyright year] © [IEEE or applicable copyright
holder of the Conference Record]. doi: [DOI number]
Sumber online/internet
Basic Format:
[1] J. K. Author. (year, month day). Title (edition) [Type of medium]. Available: http://www.(URL)
Example:
[1] J. Jones. (1991, May 10). Networks (2nd ed.) [Online]. Available: http://www.atm.com
Skripsi, thesis dan Disertasi:
Basic Format:
[1] J. K. Author, “Title of thesis,” M.S. thesis, Abbrev. Dept., Abbrev. Univ., City of Univ., Abbrev.
State, year.
[2] J. K. Author, “Title of dissertation,” Ph.D. dissertation, Abbrev. Dept., Abbrev. Univ., City of Univ.,
Abbrev. State, year.
Examples:
[1] J. O. Williams, “Narrow-band analyzer,” Ph.D. dissertation, Dept. Elect. Eng., Harvard Univ.,
Cambridge, MA, 1993.
[2] N. Kawasaki, “Parametric study of thermal and chemical nonequilibrium nozzle flow,” M.S. thesis,
Dept. Electron. Eng., Osaka Univ., Osaka, Japan, 1993.
LAMPIRAN A- Format Penulisan
Secara ringkas format penulisan yang digunakan di dalam proposal skripsi ini diatur sebagai berikut:
Ukuran kertas, format dan font
Hanya PDF yang diperkenankan untuk diunggah ke website review. Ukuran kertas
yang diperkenankan adalah A4 (21.0cm×29.7cm) dan aturan margin dibawah ini harus ditaati
dengan tegas:
Left margin
25 mm
Right margin
20 mm
Top margin
25 mm
Bottom margin 25 mm
Font yang dipergunakan adalah Times New Roman dengan ukuran 12 pt.
Gambar, Tabel dan Persamaan
Semua gambar dan table harus disebut di dalam naskah sebelum ditampilkan. Jika gambar berupa
image yang discan maka gunakan output dengan resolusi minimum 600 dpi supaya bisa ditampilkan
dengan jelas. Urutkan penomoran dari awal sampai akhir. Gambar 1. dibawah ini diberikan sebagai
contoh. Sedangkan Tabel 2 adalah contoh untuk tabel. Perlu diperhatikan, penomoran tabel adalah
sebelum tabel tersebut ditampilkan.
Gambar 1 Contoh Gambar Mohon Gunakan Insert Caption
Tabel 2 Contoh Tabel Mohon Gunakan Insert Caption
(1)
A
B
C
150 %
16.3 %
%
Persamaan harus menggunakan angka Arab dan dituliskan di dalam tanda kurung. Perlu
diperhatikan bahwa persamaan adalah bagian dari kalimat sehingga memenuhi kaidah tata Bahasa
yang benar. Berikut ini adalah contoh persamaan, untuk semua system linear maka bisa dituliskan
dalam persamaan ruang keadaan
,
(1)
.
(2)
Persamaan (1) adalah persamaan ruang keadaan dan persamaan (2) adalah persamaan output.
Download