Perkembangan IFRS di Indonesia Oleh: Rizki Kurniasari PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Batas-batas geografis dalam melakukan investasi dan perdagangan yang mengarah pada p embentukan satu sistem keuangan dan arus globalisasi yang semakin deras pada abad 20 ini. Hal ini diindikasikan dengan berdirinya pasar modal berskala regional seperti New York Stock Excha nge,London Stock Exchange, Singaporean Stock Exchange dan lain-lain. Tidak adanya batas anta r Negara memunculkan sebuah permasalahan untuk menilai kinerja keuangan corporate dari ber bagai negara. Hal ini dikarenakan standar sistem akuntansi dan pelaporan keuangan setiap negara berbada satu sama lain. Maka tingkat comparability laporan keuangan tersebut menjadi rendah. Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan ini, telah dianggap mendesak dan harus dilakukan oleh setiap negara. Manfaat utama yang diperoleh dari harmonisasi ini adalah a danya pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan yang berasal dari berbagai negara. Terntunya, hal ini memudahkan suatu perusahaan menjual sahamny a secara lintas negara atau lintas pasar modal. Standar akuntansi internasional haruslah secara um um diterima sebagai aturan baku, yang didukung oleh sanksi-sanksi atas ketidakpatuhan untuk m endorong kualitas laporan keuangan yang memenuhi prinsip-prinsip komprehensif yang netral, k onsisten, sebanding, relevan dan dapat diandalkan. (Situmorang, 2011, hlm 1) Maka jawaban, untuk menyelaraskan standar akuntansi dunia dimulai melalui Internation al Financial Reporting Standards (IFRS). IFRS merupakan hasil standar akuntansi internasional y ang diterbitkan oleh International Accounting Standar Board (IASB) yang ada dibawah Internatio nal Accounting Standard Committee Foundation (IASCF). Menurut Gamayuni dalam Situmorang, tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-perio de yang dimaksudkan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang: (1) menghasilkan transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan, (2) menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS, (3) dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna. Selain untuk meningkatkan comparability laporan keuangan, Prihadi dalam Rohaeni dan Titik menyatakan bahwa, penerapan IFRS sebagai standar global akan berdampak pada semakin sedikitnya pilihan-pilihan metode akuntansi yang dapat diterapkan sehingga akan meminimalisir praktik-praktik accounting creative yang menyebabkan fraud dan tentunya merugikan pengguna laporan keuangan. BAB II PEMBAHASAN IFRS (International Financial Reporting Standard) IFRS merupakan standar akuntansi int ernasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standar Board (IASB). Standar Akunt ansi Internasional disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Int ernasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSO C), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC). International Accounting Standar Board (IAS B) yang dahulu bernama International Accounting Standar Committee (IASC), merupakan lemb aga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembang kan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipaham i dan dapat diperbandingkan. Konvergensi IFRS dapat meningkatkan daya informasi dari pelaporan keuangan perusaha an-perusahaan yang ada di Indonesia.Adopsi standar internasional juga sangat penting dalam ran gka stabilitas perekonomian. Manfaat dari program konvergensi IFRS diharapkan akan mengura ngi hambatan-hambatan investasi, meningkatkan transparansi perusahaan, mengurangi biaya yan g terkait dengan penyusunan laporan keuangan, dan mengurangi cost of capital. Sementara tujua n akhirnya laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) han ya akan memerlukan sedikit rekonsiliasi untuk menghasilkan laporan keuangan berdasarkan IFR S. Banyaknya standar yang harus dilaksanakan dalam program konvergensi ini menjadi tantanga n yang cukup berat bagi publik untuk sedari dini mengantisipasi implementasi program konverge nsi IFRS. Beberapa dampak yang terjadi atas konvergensi IFRS terhadap kualitas penyajian Pelaporan Keuangan, akan dijelaskan lebih rinci dari dalam perspektif kualitatif: 1.1.1.1.1.1.1. Perubahan konsep dari rule based ke principle based Principle based mengandung makna bahwa standart akuntansi tidak bersifat ketat atau rigid, melainkan hanya memberikan prinsip-prinsip umum standar akuntansi yang harus diikuti unt uk memastikan pencapaian kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat diperbandingkan d an objektif, sedangkan rule based mengandung makna bahwa untuk mencapai kualitas infor masi tertentu yang relevan, dapat diperbandingkan, dan objektif, standar akuntansi harus bers ifat ketat dan rigid. 1.1.1.1.1.1.2. Peran Profesional Judgement lebih dibutuhkan Peralihan menuju principle based standar mempunyai arti standar akuntansi yang akan kita g unakan menjadi lebih bersifat fleksibel karena aturan-aturan yang detail sudah disederhanaka n kedalam beberapa prinsip-prinsip dasar saja. Fleksibilitas dari IFRS inilah yang menjadikan peran professional judgement lebih dibutuhkan baik dalam hal mempersiapkan laporan keua ngan maupun dalam hal pengauditan. Dan hal terpenting yang harus kita lakukan adalah bah wa semua dokumen serta proses Profesional Judgement itu harus didokumentasikan. 1.1.1.1.1.1.3. Penggunaan Fair Value Accounting Fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transak si yang dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan. Nilai a dalah nilai yang wajar mencerminkan kualitas kredit suatu instrumen.Sehingga dengan adanya fa ir value accounting maka penyajian atas pelaporan keuangan untuk nilai aset dan instrumen keua ngan tercatat pada nilai sebenarnya atau wajar sesuai dengan kondisi pasar. Sehingga kualitas ya ng dihasilkan atas laporan keuangan menjadi dapat diandalkan. 1.1.1.1.1.1.4. Keterlibatan pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan Dengan adanya konvergensi IFRS, menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan p enilaian dan pengukuran menjadi penting, sehingga kebutuhan atas adanya pihak ketiga didalam penyusunan laporan keuangan sangat besar. Karena laporan keuangan mewajibkan untuk diungk apkan secara menyeluruh agar transparansi menjadi suatu hal penting bagi pengguna laporan keu angan. Sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan Internatio nal Accounting Standars (IAS). IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh IAS C. Pada bulan April 2001, IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan stand ar yang dilakukan. International Financial Reporting Standars mencakup: International Financial Reporting Standars (IFRS) – standar yang diterbitkan setelah tahun 2001 Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) – setelah tahun 2001 Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC) – sebelum tahun 2001 International Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar tunggal pelapor an akuntansi yang memberikan penekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan discl osures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga men capai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan par a pelaku bisnis di suatu negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu st andar internasional yang berlaku sama di semua negara untuk memudahkan proses rekonsiliasi bi snis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinkan penilaian aktiva menggunakan nilai waj ar, sehingga laporan keuangan disajikan dengan basis ‘true and fair (IFRS framework paragraph 46). Mengadopsi IFRS berarti menggunakan bahasa pelaporan keuangan global, yang akan mem buat perusahaan bisa dimengerti oleh pasar dunia (global market). Manfaat menggunakan suatu standar yang berlaku secara internasional (IFRS) yang bisa dirasakan oleh perusahaan adalah: 1. Penurunan dalam hal biaya 2. Penurunan / pengurangan resiko ketidakpastian dan misunderstanding 3. Komunikasi yang lebih efektif dengan investor 4. Perbandingan dengan anak perusahaan dan induk persahaan di negara yang berbeda dapat dilakukan 5. Perbandingan mengenai contaractual terms seperti lending contracts dan bonus atas kinerja manajemen. Membahas tentang IFRS, saat ini lembaga-lembaga yang aktif dalam usaha harmonisasi s tandar akuntansi ini antara lain, tentunya IASC (International Accounting Standar Committee), P erserikatan Bangsa-Bangsa dan OECD (Organization for Economic Cooperation and Developme nt). Beberapa pihak yang diuntungkan dengan adanya harmonisasi ini adalah perusahaan-perusah aan multinasional, kantor akuntan internasional, organisasi perdagangan, serta IOSCO (Internati onal Organization of Securities Commissions). Hamonisasi telah berjalan cepat dan efektif, terlihat bahwa sejumlah besar perusahaan sec ara sukarela mengadopsi standar pelaporan keuangan Internasional (IFRS). Banyak negara yang telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan menggunakan IFRS sebagai dasar standar nasio nal. Hal ini dilakukan untuk menjawab permintaan investor institusional dan pengguna laporan keuangan lainnya. Dibalik kesuksesan IFRS, banyak pula pro dan kontra dalam penerapan standar internasio nal, namun seiring waktu, standar internasional telah bergerak maju, dan menekan negara-negar a yang kontra. Contoh : komisi pasar modal Amerika Serikat (AS) yang bernama SEC, tidak me nerima IFRS sebagai dasar pelaporan keuangan yang diserahkan perusahaan-perusahaan yang m encatatkan saham pada bursa efek AS, namun SEC berada dalam tekanan yang makin meningka t untuk membuat pasar modal AS lebih dapat diakses oleh para pembuat laporan non- AS. SEC t elah menyatakan dukungan atas tujuan IASB untuk mengembangkan standar akuntansi yang dig unakan dalam laporan keuangan yang digunakan dalam penawaran lintas batas. Sejarah Standar Akuntansi Indonesia Akuntansi sebenarnya sudah ada sejak manusia itu mulai bisa menghitung dan membuat s uatu catatan, yang pada awalnya dengan menggunakan batu, kayu, bahkan daun menurut tingkat kebudayaan manusia waktu itu. Pada abad XV terjadilah perkembangan dan perluasan perdagang an oleh pedagang-pedagang Spanyol, Portugal, dan Belanda. Perkembangan perdagangan ini me nyebabkan kebutuhan akan suatu sistem pencatatan yang lebih baik (yakni pencatatan mengenai rugi dan laba tahunan serta pembuatan neraca perdagangan yang diharuskan sekali dalam dua tah un, sehingga dengan demikian akuntansi juga mulai berkembang. Di Indonesia mulai diterapkan sejak 1642 namun perkembangan yang mencolok muncul setelah undang-undang tanam paksa dihapuskan sehingga membuka kesempatan besar pada perk embangan penanaman modal pengusaha swasta belanda. Akuntansi di Indonesia pada awalnya m enganut sistem kontinental, seperti yang dipakai di Belanda saat itu. Sistem ini disebut juga deng an tata buku. Tata buku menyangkut kegiatan-kegiatan yang bersifat konstruktif dari proses penc atatan, peringkasan, penggolongan dan aktivitas lain yang bertujuan menciptakan informasi akun tansi berdasarkan pada data. Sejak tahun 1950 an akuntansi mulai berubah yakni dengan mengacu pada sistem akunta nsi yang dianut oleh Amerika yakni GAAP dan pada tahun 2008 pemerintah Indonesia mencana ngkan mengikuti standar internasional (IFRS) sebagai standar akuntansi Indonesia yang baru. Pe nerapan standar ini diperkirakan akan penuh diterapkan pada tahun 2012. Terdapat tiga tonggak sejarah pengembangan standar akuntansi Indonesia yakni tonggak sejarah pertama pada saat pasar modal Indonesia mulai aktif yakni tahun 1973. Pada masa itulah IAI membentuk kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang tertuang pada satu buku yang dise but PAI “prinsip akuntansi Indonesia” Tonggak sejarah kedua terjadi pada saat revisi pertama P AI pada tahun 1984, serta yang ketiga adalah bahwa revisi total terhadap PAI pada tahun 1994 d an melakukan kodifikasi dalam buku “standar akuntansi keuangan (SAK) pada tanggal 1 oktober 1994. Dalam perkembangannya standar akuntansi Indonesia terus direvisi secara berkesinambun gan sebanyak 6 kali yakni revisi 1 oktober 1995, 1 juni 1996, 1 juni 1999, 1 april 2002, 1 oktober 2004, dan 1 september 2007. Dalam proses pembentukan sebuah standar akuntansi tidak terlepas dari badan pembentu knya, seperti di Indonesia badan pembentuk standar akuntansi yang pertama dinamakan badan pe nghimpun bahan-bahan yang dibentuk pada 1973, lalu pada tahun 1974 dibentuklah secara resmi badan yang dinamakan komite prinsip akuntansi Indonesia (PAI), PAI kemudian diubah menjad i komite standar akuntansi keuangan (komite SAK) pada tahun 1994-1998 dan komite SAK diub ah menjadi komite DSAK yang memiliki hak otonomi menyusun PSAK dan ISAK IAI menjelas kan frasa “prinsip akuntansi ” adalah suatu istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi, atur an, dan prosedur yang diperlukan untuk merumuskan praktik akuntansi yang berlaku umum pada saat tertentu. Dengan pengertian yang hampir sama, prinsip akuntansi berlaku umum (GAAP) merupak an rajutan dari berbagai aturan dan konsep. Aturan dan konsep ini awalnya dikembangkan dari pr aktik tetapi telah ditambah dan dikurangi oleh badan yang punya otoritas. Prinsip akuntansi bera ku umum mengacu pada berbagai sumber. Sumber acuan prinsip akuntansi berlaku umum di Ind onesia menurut IAI adalah sebagai berikut: a. Prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau dinyatakan berlaku oleh badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia; b. Pernyataan dari badan, yang terdiri dari pakar pelaporan keuangan, yang mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan menetapkan prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik akuntansi yang ada dan berlaku umum, dengan syarat dalam prosesnya penerbitan tersebut terbuka untuk dikomentari oleh publik dan badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia tidak menyatakan keberatan atas penerbitan pernyataan tersebut; c. Pernyataan dari badan, yang terdiri dari pakar pelaporan keuangan, yang mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan menginterpretasikan atau menetapkan prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik akuntansi yang ada berlaku umum, atau pernyataan yang tersebut pada butir “b” yang penerbitannya tidak pernah dinyatakan keberatan dari badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia tetapi belum pernah secara terbuka dikomentari oleh publik; d. Praktik atau pernyataan resmi yang secara luas diakui sebagai berlaku umum karena mencerminkan praktik yang lazim dalam industri tertentu, atau penerapan dalam keadaan khusus dari pernyataan yang diakui sebagai berlaku umum, atau penerapan standar akuntansi internasional atau standar akuntansi yang berlaku umum di wilayah lain yang menghasilkan penyajian substansi transaksi secara lebih baik. Komite PAI mengemukakan Standar akuntansi keuangan merupakan pedoman yang haru s diacu dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pemakai di lua r manajemen perusahaan. Arti penting standar akuntansi dikemukakan oleh Dr. Katjep K. Abdo elkadir, sebagai ketua umum IAI, menyatakan standar akuntansi keuangan sebagai pedoman pok ok penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan, dana pensiun, dan unit ekono mi lainnya adalah sangat penting, agar laporan keuangan lebih berguna, dapat dimengerti dan da pat diperbandingkan serta tidak menyesatkan. Perubahan nama dari Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) menjadi Standar Akuntansi Keu angan (SAK) menurut IAI dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman yang sering terjadi dan agar nama sesuai dengan makna. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang d isebut selama ini sebagai prinsip akuntansi maknanya adalah standar akuntansi. Sumber acuan p rinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia seperti yang dijelaskan di atas tidak menyebut posis i standar akuntansi secara jelas karena yang menduduki posisi pertama adalah prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau dinyatakan berlaku oleh badan pengatur standar adalah standar akunta nsi. Dalam kerangka prinsip akuntansi yang berlaku mum di Indonesia seperti diuraikan di ata s secara jelas dapat dilihat bahwa standar akuntansi menduduki tingkat satu sebagai landasan op erasional atau praktek. Artinya, dalam tatanan operasional standar akuntansi harus menjadi acua n utama yang harus digunakan sebelum acuan lainnya. KESIMPULAN Konvergensi IFRS di Indonesia perlu didukung agar Indonesia memperoleh pengakuan m aksimal dari komunitas Internasional khusunya di mata investor global. Dengan diadopsinya IFR S di Indonesia, maka proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas negara akan semakin mudah. Dapat dikatakan demikian karena diterapkannya suatu standar internasional akan meningkatkan kepercayaan internasional untuk berinvestasi di Indonesia. International Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar tunggal pelapor an akuntansi yang memberikan penekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan discl osures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga men capai kesimpulan tertentu. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang berlak u di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinkan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan disajikan dengan basis ‘true and fair. Men gadopsi IFRS berarti menggunakan bahasa pelaporan keuangan global, yang akan membuat peru sahaan bisa dimengerti oleh pasar dunia (global market). Adopsi IFRS secara keseluruhan sudah menjadi agenda seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Penerapan IFRS sangat berhubungan dengan perkembangan iklim investasi di Indone sia. Jika negara Indonesia tidak melakukan adopsi IFRS, maka negara Indonesia akan tersisih dar i perkembangan investasi internasional. Jadi adopsi IFRS secara keseluruhan di Indonesia adalah sesuatu keharusan dan bukan pilihan. Konvergensi yang telah berjalan sejak tahun 2009 hingga saat ini, harus tetap didukung dengan kesiapan tenaga ahli akuntan yang memahami IFRS, huku m yang mampu mengakomodirnya, dan kurikulum pendidikan akuntansi yang juga sejalan denga n IFRS. Agar harmonisasi standar akuntansi dunia ini, dapat diterima oleh masyarakat.