Gambaran Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat Indonesia Workshop Pra WNPG XI, Parkal8ane Hotel 26 Juli 201 Nunik Kusumawardani, PhD Badan Litbangkes Email: [email protected] 1 Outline Presentasi Permasalahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Faktor yang berperan dalam PHBS Tantangan dan arah ke depan Besar Masalah terkait PHBS 10 indikator PHBS dalam Riskesdas 2013 Pengertian indikator yang digunakan dalam PHBS Riskesdas 2013 ini adalah sebagai berikut: 1. Persalinan oleh tenaga kesehatan Persalinan yang terakhir yang ditolong oleh tenaga kesehatan dari riwayat persalinan dalam tiga tahun terakhir sebelum survei (kurun waktu tahun 2010 sampai tahun 2013) 2. Melakukan penimbangan bayi dan balita Individu usia 0 sampai 59 bulan yang mempunyai riwayat pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir. 3. Memberikan ASI eksklusif, Riwayat pernah diberikan ASI eksklusif diantara individu baduta (usia 0 – 23 bulan). Pengertian pemberian ASI eksklusif dalam analisis ini adalah riwayat pemberian ASI eksklusif pada usia baduta yang saat pertama kali diberi minuman atau makanan berumur enam bulan dan atau pada bayi usia <= 6 bulan yang hanya mendapatkan ASI saja dalam 24 jam terakhir saat wawancara. 4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun mencuci tangan dengan air bersih dan sabun saat sebelum menyiapkan makanan, setiap kali tangan kotor, setelah buang air besar, setelah menggunakan pestisida (bila menggunakan), setelah menceboki bayi dan sebelum menyusui bayi (bila sedang menyusui). 5. Memakai jamban sehat Perilaku buang air besar menggunakan jamban saja. 6. Melakukan aktivitas fisik setiap hari Indikator ini diukur berdasarkan individu yang biasa melakukan aktifitas fisik berat atau sedang dalam tujuh hari seminggu. 7. Konsumsi buah dan sayur setiap hari Perilaku konsumsi buah dan sayur diukur berdasarkan individu yang biasa konsumsi buah dan sayur selama tujuh hari dalam seminggu. 8. Tidak merokok dalam rumah Rumah tangga yang yang tidak mempunyai individu dengan kebiasaan merokok di dalam rumah pada saat ada anggota rumah tangga lainnya serta memperhitungkan juga rumah tangga yang tidak ada anggota rumah tangga yang merokok. 9. Penggunaan air bersih Perilaku menggunakan air bersih didapatkan dari data rumah tangga yang menggunakan sumber air bersih dengan kategori baik untuk seluruh keperluan rumah tangga. Kriteria penggunaan air bersih baik adalah sumber air dari air ledeng/PDAM, sumur bor/pompa sumur gali terlindung, mata air terlindung, dan penampungan air hujan. 10. Memberantas jentik nyamuk Rumah tangga dengan perilaku memberantas jentik nyamuk dalam indikator ini adalah rumah tangga yang menguras bak mandi satu kali atau lebih dalam seminggu atau yang tidak menggunakan bak mandi dan tidak mandi di sungai. Batasan kriteria rumah tangga dengan PHBS baik adalah rumah tangga yang memenuhi indikator baik sebesar 6 indikator atau lebih untuk rumah tangga yang punya balita dan 5 indikator atau lebih untuk rumah tangga yang tidak mempunyai balita. Proporsi RT melakukan PHBS menurut 10 indikator, 2013 Persalinan nakes 87,6 Sumber air bersih baik 82,2 BAB di jamban 81,9 Tidak merokok di dalam rumah 78,8 Perilaku cegah jentik 77,4 Menimbang balita 68,0 Aktifitas fisik tiap hari 52,8 Cuci tangan dengan benar 47,2 Memberi ASI eksklusif 38,0 Konsumsi sayur dan buah tiap hari 10,7 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0 Proporsi rumah tangga memenuhi kriteria perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baik, RISKESDAS 2013 60,0 50,0 48,3 42,3 41,3 40,0 30,0 35,2 24,5 22,9 20,0 9,2 10,0 0,0 Perkotaan Perdesaan Terbawah Menengah Menengah Menengah Teratas bawah atas Proporsi RT Memenuhi Kriteria PHBS menurut Provinsi, 2013 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 32,3 Disbtribusi Frekwensi (%) Penolong Persalinan, Riksesdas 2013 Keluarga/ 1% Perawat 0% Dukun 11% Bidan 69% Tidak ada penolong 1% Dokter kebidanan & kandungan 18% Dokter umum -1% 70 60 50 40 30 20 10 6,5 0 Nusa Tenggara… Maluku Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Lampung Kalimantan Barat Nusa Tenggara… Kalimantan Tengah Bengkulu Jambi Papua Barat Maluku Utara Papua Jawa Barat Kalimantan Selatan Sulawesi Tengah Riau Sumatera Selatan Aceh Sumatera Utara Banten Indonesia Sulawesi Selatan Kalimantan Timur Bangka Belitung Jawa Timur Sumatera Barat Jawa Tengah Gorontalo Sulawesi Utara Kepulauan Riau DKI Jakarta Bali DI Yogyakarta Proporsi (%) pertolongan persalinan oleh nakes dokter kebidanan dan kandungan 41,7 Proporsi (%) persalinan nakes dokter kandungan dan kebidanan, Riskesdas 2013 100 80 60 40 21,7 17,9 20 12,1 0 46,5 25,1 14,2 9,4 8,9 6,8 17 37 22,9 25,1 16,8 10,5 8 4,9 9 34,6 21,2 15,1 Proporsi (%) Persalinan nakes bidan berdasarkan karaktaristik sosial ekonomi populasi, Riskesdas 2013 100 70,5 70,8 75,7 69,5 80 71 70,1 70 69 66,1 64,3 61 58,5 53,2 60 50,9 40 20 0 75,4 71,2 72,7 69,6 67,8 62,2 57,2 Proporsi (%) Pola Frekwensi Menimbang Balita, Riskesdas 2013 Tidak pernah 34% 1 – 3 kali 21% ≥4 kali 45% Proporsi (%) balita (6-59 bln) tidak pernah ditimbang, Riskesdas 2013 100 80 60 40 20 7,2 0 65,4 34,3 Kecenderungan Proporsi ART ≥ 10 tahun yang Berperilaku Benar Cuci Tangan*) menurut Provinsi, 2007-2013 100,0 80,0 60,0 47,0 40,0 20,0 23,2 0,0 2007 2013 *) bila cuci tangan pakai sabun sebelum menyiapkan makanan, setiapkali tangan kotor (memegang uang, binatang dan berkebun), setelah buang air besar, setelah menceboki bayi/anak, dan setelah menggunakan pestisida/insektisida, sebelum menyusui bayi. sebelum makan, dan setelah memegang unggas/binatang Kecenderungan Proporsi ART ≥ 10 tahun yang Berperilaku Benar BAB *) menurut Provinsi, 2007-2013 100,0 82,6 80,0 60,0 71,1 40,0 20,0 0,0 2007 2013 *) Perilaku benar dalam BAB bila BAB di jamban Proporsi penduduk ≥10 tahun Perilaku Menyikat Gigi dengan Benar*) menurut Provinsi, 2007-2013 100,0 76,6 80,0 60,0 68,1 40,0 20,0 0,0 2007 *) Menyikat gigi dengan benar jika melakukan setiap hari, setelah makan pagi dan sebelum tidur malam 2013 Kecenderungan Proporsi Penduduk ≥ 15 tahun yang Mengkonsumsi Tembakau Hisap & Kunyah menurut Provinsi 2007-2013 100,0 80,0 60,0 36,3 40,0 34,7 20,0 34,2 0,0 2007 2010 2013 10,0 0,0 9,9 20,0 24,3 35,3 30,6 32,1 32,3 38,3 35,2 31,4 56,7 51,3 46,3 41,0 36,8 36,9 36,4 50,0 28,6 24,5 21,5 38,5 37,4 32,4 29,7 26,7 30,0 34,8 34,0 40,0 23,4 18,3 60,0 1,9 1,4 Proporsi Merokok Saat ini Penduduk ≥10 tahun menurut Karakteristik, 2013 70,0 Bali Kalsel Babel Jateng DIY Jatim Banten Sumut Lampung Kalteng Jabar INDONESIA Sumsel Sulteng Sulbar NTT Sumbar Bengkulu Riau Sulsel Jambi Sulut Malut Gorontalo Kalbar Kep. Riau NTB Kaltim Maluku Aceh Sultra Pabar Papua DKI Proporsi (%) Aktifitas Fisik Kurang pada Populasi Usia 10 Tahun ke Atas, 2013 70,0 60,0 50,0 44,2 40,0 30,0 26,1 20,0 14,2 10,0 0,0 30,0 20,0 10,0 0,0 26,325,8 28,2 23,223,924,8 28,2 23,9 kota Desa 35,4 26,1 26,1 21,5 19,816,9 15,715,616,518,3 35,9 23,3 18,3 19,1 13,4 kuintil 1 kuintil 2 kuintil 3 kuintil 4 kuintil 5 32,933,0 Tidak berkerja Pegawai Wiraswasta Petani/Nelayan/Buruh Lainnya 40,0 Tidak sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat D1-D3/PT 50,0 Laki-laki Perempuan 60,0 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 -49 50 -54 55 -59 60 -64 65 + Proporsi (%) Aktifitas Fisik Kurang Pada Populasi Usia 10 Tahun ke Atas, 2013 100,0 90,0 80,0 70,0 49,6 42,7 30,8 27,0 23,823,624,2 Studi Kualitatif IPKM di Lombok Barat Agung Dwi Laksono, Mara Ipa, Ina Kusrini, Arief Sudrajat Studi Kasus Kualitatif Kesehatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Status Gizi Balita Kesehatan Lingkungan Studi Kasus “Kesehatan Ibu Hamil, Bersalin & Nifas” Pengertian Indikator penolong persalinan 2007 Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Indikator penolong persalinan 2013 Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. KN1 Balita yang pernah mendapat pelayanan kesehatan pada 6 jam-48 jam pertama setelah lahir Studi Kasus di Puskesmas Gunungsari, Dusun Limbungan Desa Tamansari Penolong Persalinan Kunjungan Nifas 1 Situasi SDM Tenaga Bidan Standar tenaga bidan 1/1000 penduduk Jumlah penduduk 627.618 Kebutuhan 628, Tersedia 278, Kurang 350 bidan Rasio bidan per desa Proporsi desa dengan bidan cukup, yaitu 1 bidan Lombok Barat ‘0’ program beasiswa sekolah d3 kebidanan Fasilitas Pelayanan Kesehatan 117 Poskesdes di 122 Desa “…persalinan oleh tenaga kesehatanyang tadinya ditolong nakes meningkat meskipun menjadi persalinan oleh tenaga kesehatan di faskes, tidak terlepas dari dukungan fasilitas…dulu masih banyak bidan kita yang belum punya poskesdes di desa, ini adalah hasil analisa kenapa persalinan masih banyak di non nakes daripada di nakes. Karena bidan kita ternyata banyak yang tidak tinggal di desa karena tidak ada fasilitas. Meski mungkin saja bidan yang mendatangi ke rumah tapi kalau terlambat memberitahu informasi jadi keduluan keluar bayinya..” (Fr, Staf Kesga Dinas KesehatanLombok Barat) “…Tidak hanya manusianya tapi secara fisik juga yaitu fasilitas…Pembangunan puskesmas perlu dibenahi lagi. Pembangunan puskesmas sudah sampai 1906 an lah. Pembangunan perlu diangkat kembali karena sudah kadaluarsa jadi secara ekonomis perlu ditingkatkan lagi…masyarakat kan kalau tidak bersih tidak mau datang lagi, masih banyak puskesmas yang belum qualified dalam arti fisiknya…” (Kh, Staf Bappeda Lombok Barat) Akses Jalan di Dusun Limbungan Desa Tamansari Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat “Saya tidak ada keluar biaya sama sekali pak. Dari Puskesmas… trus diantar ambulan ke Gerung, operasi di rumah sakit, juga rawat inap… keluar biaya hanya untuk makan suami yang menunggui dan kendaraan saat pulang saja…” (Nik, 32th) “…pernah sih saya masuk Puskesmas waktu saya pendarahan pada kehamilan yang ketiga… keguguran pake Jamkesmas, diantar suami naik open kap pinjam tetangga. Open kap peminjaman tidak bayar…” (Ru’, 27 tahun) Kelemahan/Tantangan 1. Tenaga fungsional belum terdistribusi secara merata. 2. Soft skill bidan dalam berhubungan dengan dukun (kemitraan) masih kurang. 3. Persalinan di rumah ditolong oleh dukun masih terjadi. 4. Sosialisasi kebijakan lokal persalinan gratis belum merata sampai ke level dusun. Kekuatan 1. Adanya dukungan pembiayaan baik dari Pemerintah Daerah (Pemda); Pusat dan Lintas Sektor. 2. Komitmen Pemerintah Daerah terhadap pencanangan AKINO yang dituangkan dalam beberapa program inovasinya. 3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan meningkat signifikan. 4. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi yang terukur. Rekomendasi 1. Program kemitraan bidan dan dukun diperkuat melalui kegiatan refreshing. 2. Tetap berupaya menjaring tokoh masyarakat untuk membantu sosialisasi persalinan gratis sampai ke tingkat dusun. 3. Pemberian reward bagi tenaga bidan dan kader yang berprestasi. Studi Kasus “Status Gizi Balita” Pengertian • Balita Gizi Buruk dan Kurang Indikator BB/U • Balita Pendek dan Sangat Pendek TB/U • Balita Kurus dan Sangat Kurus BB/TB • Menggunakan standar WHO • Studi Kasus di Dusun Melase (Batulayar), Sandik (Meninting), Limbungan Utara (Tamansari) dan Duduk Atas (Batulayar Barat) Situasi SDM Tenaga Gizi • Standar Kemenkes 22/100 ribu penduduk 1 tenaga gizi melayani 4.540 penduduk • Jumlah penduduk Lobar 627.618 (BPS 2013) membutuhkan 138 tenaga gizi • Tersedia saat ini 41 tenaga gizi kekurangan 97 tenaga gizi Balita Ditimbang Status Gizi Balita Wilayah Pegunungan Wilayah Pemukiman Pantai Potret Balita dan Ibu Penderita TB (Kiri), dan Kondisi Rumah Minim Ventilasi (Kanan) Wilayah Pengunungan Wilayah Pesisir Wilayah Dataran (Dusun Duduk Atas) (Dusun Melase) (Dusun Sandik dan Limbungan Utara) Potensi Masalah Permasalahan dalam Keluarga Informan Jul Potensi Masalah Infeksi seperti ISPA dan Diare Informan Potensi Masalah Informan MRR, AL Riwayat BBLR Di MRR, Susah makan Di MRR, AL Sakit seperti sesak nafas, ISPA, Diare, Tb Di, Ra, Hen La Tumbuh di lingkungan Beresiko (misal keluarga menderita Tb) Ra Kelainan bawaan HK Orang tua bercerai, tinggal bersama nenek, nenek bekerja dititipkan tetangga Nasi dicampur air hangat dan garam Jul, Firm & Nov Kebiasaan diberikan jajanan agar balita diam Sering sakit Balita Fir Sosial ekonomi Jul, Nov, MH, Fir, Sosial ekonomi Observasi MP ASI yang tidak adekuat Kebiasaan makan keluarga mie instant Jul, Nov, MH, Fir, dan telur, terbatasnya akses Observasi Sulit makan Kelemahan/Tantangan 1. Ada ketergantungan pada dana BOK untuk pelaksanaan program. 2. Belum meratanya distribusi tenaga gizi antar Puskesmas. 3. Beberapa Posyandu belum memiliki length board. 4. Sebagian puskesmas masih ditemui data gizi terinput secara manual. Kekuatan 1. Adanya dukungan “pihak luar” untuk pelaksanaan program gizi. 2. Adanya kader pendamping desa dan keaktifan kader sangat membantu pelaksanaan kegiatan posyandu di masyarakat. 3. Cakupan penimbangan meningkat tajam. 4. Data gizi yang computerized Rekomendasi 1. Pelatihan pembuatan menu bergizi dengan bahan pangan lokal. 2. Pelatihan pengelolaan data gizi. 3. Menambah jumlah dan pemerataan tenaga gizi. 4. Memberi reward pada kader yang aktif. 5. Meningkatkan kerjasama dengan lintas sektor Dinas Pendidikan dan Pemeberdayaan Ekonomi. Studi Kasus “Kesehatan Lingkungan” Pengertian Akses Air Bersih penggunaan air per hari dalam rumah tangga. Akses air baik jika rumah tangga minimal menggunakan 20 liter per orang per hari Sanitasi Rumah Tangga memiliki akses terhadap fasilitas BAB leher angsa yang ber-septictank Studi Kasus di Dusun Duduk Atas (Batulayar Barat), Dusun Apit Aik (Batulayar Timur), dan Dusun Punikan (Lingsar) Situasi SDM Sanitarian • Standar Kemenkes 40/100 ribu penduduk 1 sanitarian melayani 2500 penduduk • Jumlah penduduk Lobar 627.618 (BPS 2013) membutuhkan 252 sanitarian • Tersedia saat ini 36 sanitarian kekurangan 217 sanitarian Akses Air Bersih (Riskesdas 2013) (Nasional 66,8%) Sanitasi (Riskesdas 2013) (Nasional 59,8%) Peta ODF Lobar per tanggal 31 Januari 2015 Peta Akses Sanitasi Lobar per tanggal 31 Januari 2015 Sumber Mata Air di Duduk Atas PAH di Dusun Duduk Atas Tempat Buang Air Kecil di Dusun Duduk Atas PAH di Dusun Apit Aik PAH di Dusun Apit Aik WC Cemplung di Apit Aik Kerja Bakti “Arisan” Jamban di Dusun Duduk Bawah Pokmair “Profesional” di Lingsar Partisipasi Swasta membuka keterisolasian Kelemahan/Tantangan 1. Ada ketergantungan pengadaan sarana pada SKPD lain (Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Pertambangan dalam upaya ketersediaan air bersih. 2. Belum terpenuhinya jumlah tenaga sanitasi secara kuantitas. 3. Belum meratanya distribusi tenaga sanitasi antar Puskesmas. Kelemahan/Tantangan (2) 4. Upaya untuk mencapai ODF kadang justru terkendala oleh pendekatan program dari sektor lain. Kekuatan 1. Adanya dukungan “pihak luar” dalam program penyediaan sarana air bersih dan jambanisasi. meski Biaya operasional dan biaya tercover. pemeliharaan belum 2. Tenaga sanitasi yang tersedia dengan kualifikasi yang cukup dapat diandalkan. 3. Pada beberapa wilayah sanitarian cukup dapat menggerakkan masyarakat melalui upaya pemicuan. Kekuatan (2) 4. Masyarakat yang kekurangan relatif mau untuk diajak berswadaya sesuai dengan kemampuannya. 5. Untuk beberapa wilayah yang sulit air justru bisa mencapai ODF. Rekomendasi 1. Sinkronisasi perencanaan anggaran dengan SKPD terkait. 2. Alokasi anggaran biaya peyediaan sarana air bersih dan pemeliharaan melalui dana desa. 3. Menjaring funding sources dari investor pariwisata. Rekomendasi 4. Menggandeng perguruan tinggi kesehatan untuk “membuat kapling” sebagai salah satu wilayah daerah binaan. 5. Menggandeng sekolah (dari tingkat SD sampai dengan SLTA) untuk pembinaan kader kesehatan lingkungan. 6. Menjalin komunikasi dengan sektor terkait untuk sinkronisasi program, terutama yang pendekatannya bertentangan. Penutup Permasalahan Perilaku Hidup Sehat dan Bersih masih menjadi salah satu faktor determinan penting berbagai masalah kesakitan dan kematian Tantangan mencakup sumber daya kesehatan, kontribusi lintas sektor, geografis, faktor sosial, budaya, politik dan ekonomi. Perlunya upaya terobosan yang fokus pada kelompok ‘most disadvantage’; pendekatan sosial budaya, komitmen pimpinan daerah, komprehensif dan integrasi. 80 Terimakasih