HUKUM LINGKUNGAN INTERNASIONAL AGENDA 21 LINGKUNGAN HIDUP OLEH : MUH. ALIF ZHAFRAN A. B11116554 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN 2019 KATA PENGANTAR Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Habibillah Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempunya dengan bahasa yang sangat indah. Penulis disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang membahas tentang Agenda 21 sebagai tugas mata kuliah Hukum Lingkungan Internasional. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan saya memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat saya butuhkan guna memperbaiki karya- karya saya dilain waktu. Makassar, 22 April 2019 Penulis DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar isi ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 1.3 Rumusan Masalah Tujuan dan Metode dalam Penelitian 2 2 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pembangunan Berkelanjutan 3 2.2 Konferensi Dunia 5 2.3 2.4 2.5 Agenda 21 Lingkungan Hidup Masalah Mengenai Kondisi Global dan Indonesia Solusi/Kondisi Seharusnya 7 9 10 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA 11 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Berkelanjutan selama ini dibicarakan dan dilakukan oleh masyarakat Indonesia Dunia sebagai metode untuk menciptakan suatu keseimbangan. Keseimbangan yang diperoleh adalah pada aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Proses pencapaiannya pun tidak semudah dengan apa yang tertulis. Hanya beberapa saja yang berhasil melakukannya. Salah satunya adalah Simbiosis Industri yang berada di Kahlundborg, Denmark. Simbiosis Industri di Kahlundborg terlihat sangat efisien dalam pemanfaatan bahan dari berbagai industri. Baik itu dari bahan baku maupun bahan limbah buangan industri. Bahan-bahan tersebut tidak ada yang terbuang ke lingkungan, dan menghasilkan Zero Waste. Bahan-bahan tersebut digunakan untuk kebutuhan masyarakat di Kahlundborg, baik itu dari segi ekonomi maupun lingkungan. Hanya, pembangunan berkelanjutan tidak hanya pada sektor industri, tetapi dari sektor lain. Seperti pada sektor pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan harus dapat diperoleh oleh semua kalangan, baik kalangan bawah maupun kalangan atas. Kondisi yang terjadi sekarang adalah pendidikan semakin lama semakin berkualitas dan hanya orang-orang tertentu saja yang dapat merasakannya. Tidak dengan masyarakat yang mempunyai ekonomi lemah. Pembangunan berkelanjutan ingin mewujudkan bahwa pendidikan harus melingkupi semua kalangan. Begitu pula pekerjaan, kenaikan jumlah penduduk di Indonesia tidak sebanding dengan meningkatnya jumlah lapangan pekerjaan. Ketimpangan tersebut akhirnya memicu meningkatnya angka kemiskinan dan kriminalitas. Akibat yang diperoleh adalah masyarakat melakukan tindakan kriminal (perampokan, pencurian, dan lain sebagainya). Masalahmasalah seperti ini harus segera diatasi agar tujuan pembangunan berkelanjutan dapat tercapai. Tujuan pembangunan berkelanjutan dapat tercapai jika semua masyarakat dapat bekerja sama untuk mewujudkannya. Pembangunan berkelanjutan yang diketahui selama ini terdiri dari tiga aspek, yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan. Perlu pemahaman lebih dalam mengenai pembangunan berkelanjutan dari tiga aspek tersebut. Berikut penjelasan mengenai pembangunan berkelanjutan dan penjelasan lengkap mengenai Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi yang membahas mengenai pembangunan berkelanjutan secara global. 1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah makalah ini yaitu sebagai berikut: 1. Apa saja Agenda 21 Lingkungan Hidup ? 2. Mengapa dibentuknya agenda 21 Lingkungan Hidup ? 1.3. Tujuan Adapun tujuan di tulisnya makalah ini yaitu sebagai berikut: 3. Untuk mengetahui apa itu agenda 21 lingkungan hidup. 4. Mengetahui mengapa dibentuknya agenda 21 Lingkungan Hidup. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pembangunan Berkelanjutan Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang harus dipenuhi menurut Djajadiningrat dan Famiola (2004): 1. Pembangunan Berkelanjutan Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial. Strategi pembangunan harus dilandasi “premis” pada hal seperti: lebih meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi, lebih meratanya peran dan kesempatan, dan pada pemerataan ekonomi yang dicapai harus ada keseimbangan distribusi kesejahteraan. Berarti, pembangunan generasi masa kini harus selalu mengindahkan generasi masa depan untuk mencapai kebutuhannya. 2. Pembangunan Berkelanjutan Menghargai Keanekaragaman. Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah persyaratan untuk memastikan bahwa sumberdaya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa datang. 3. Pembangunan Berkelanjutan Menggunakan Pendekatan Integratif. Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat atau merusak. 4. Pembangunan Berkelanjutan Meminta Perspektif Jangka Panjang.1 Menurut Emil Salim (2003), hakekat pembangunan ke depan adalah mengupayakan sustainabilitas. Untuk keberlanjutan kehidupan ini, menurutnya, pembangunan berkelanjutan memiliki beberapa prasyarat. Pertama, menjangkau perspektif jangka panjang melebihi satu-dua generasi sehingga kegiatan pembangunan perlu mempertimbangkan dampak jangka panjang. Kedua, menyadari berlakunya hubungan keterkaitan (interdependency) antar pelaku-pelaku alam, sosial dan buatan manusia. Pelaku alam terdapat dalam ekosistem, pelaku sosial terdapat dalam sistem sosial, dan pelaku buatan manusia dalam sistem ekonomi. Ketiga, memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang memenuhi 1 Djajadiningrat, S. T., & Famiola, M. (2004). Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Bandung: Rekayasa Sains Bandung. kebutuhannya. Keempat, pembangunan dilaksanakan dengan menggunakan sumber daya alam sehemat mungkin, limbah-polusi serendah mungkin, ruang-space sesempit mungkin, energi diperbarui semaksimal mungkin, energi tidak-diperbarui sebersih mungkin, serta dengan manfaat lingkungan, sosial, budaya-politik dan ekonomi seoptimal mungkin. Kelima, pembangunan diarahkan pada pemberantasan kemiskinan, perimbangan ekuitas sosial yang adil serta kualitas hidup sosial, lingkungan, dan ekonomi yang tinggi.2 Sekretaris Eksekutif Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB, Prastowo, menilai bahwa wacana mengenai pembangunan berkelanjutan di Indonesia tidak lepas dari kesadaran global mengenai pentingnya pelestarian lingkungan hidup. Berbagai even internasional telah banyak digelar untuk mewujudkan komitmen ini. Menurut catatan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), masyarakat dunia mulai menyadari issu kerusakan dan kemerosotan lingkungan hidup dalam United Nation Conference on The Human Environment di Stockholm (1972). Dua puluh tahun berikutnya, dunia mengakui bahwa kemerosotan kualitas lingkungan hidup itu berkaitan erat dengan kegiatan pembangunan yang tidak berkelanjutan. Oleh karena itu issu lingkungan menjadi issu sentral dalam Earth Summit di Rio de Janeiro tahun 1992 yang kemudian melahirkan Agenda 21. Sepuluh tahun sesudah Rio de Janeiro (Rio + 10), wakil-wakil masyarakat dunia bertemu kembali di Johannesburg pada pertemuan World Summit on Sustainable Development (WSSD) tahun 2002 untuk mengkaji ulang pelaksanaan Agenda 21.3 Di sisi lain, pembangunan berkelanjutan masih dianggap banyak pihak sebagai suatu konsep elitis dan kurang mengakomodasi harapan publik. Ini disebabkan karena proses penggodokannya tidak banyak melibatkan partisipasi warga secara terbuka sehingga melahirkan sejumlah paradoks dan kepentingan yang berbeda dalam implementasinya. Contoh, keluarnya izin penambangan di kawasan konservasi yang memunculkan kepentingan berbeda diantara beberapa departemen. Paradoks yang terjadi di kabinet itu akhirnya diselesaikan oleh Presiden Megawati yang ternyata antilingkungan, maka keluarlah Perpu No.1/2004 tentang Perubahan Undang-Undang No.41/1999 tentang Kehutanan yang justru mendorong ‘penambangan berkelanjutan’ di kawasan hutan lindung. Ironisnya lagi, Emil Salim (2003) “Membangun Paradigma Pembangunan” dalam makalah Peluncuran Buku dan forum Diskusi Mengenai Hasil-Hasil dan Tindak Lanjut KTT Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta: 11 April 2003. 3 KLH (2004) Kesepakatan Nasional dan Rencana Tindak Pembangunan Berkelanjutan, Kementerian Lingkungan Hidup-Republik Indonesia, Jakarta. 2 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang diharapkan sebagai “benteng terakhir” untuk memperjuangkan harapan publik malah turut melegitimasi kepentingan pemodal dengan menyetujui Perpu No.1/2004 tersebut.4 2.2. Konferensi Dunia Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992 menghasilkan konsep pembangunan berkelanjutan yang dapat memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kebutuhan masa depan. Ada dua isu utama pada konferensi tersebut yaitu masalah lingkungan hidup dan masalah pembangunan. Lingkungan hidup masuk ke dalam Agenda 21 Dunia menjadi tonggak kebangkitan manusia untuk pembangunan berkelanjutan. Agenda 21 merupakan produk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bui di Rio de Janeiro, Brazil, pada tanggal 3 Juni sampai dengan 14 Juni 1992. Konferensi tersebut dihadiri oleh Kepala Negara dan Pejabat Tinggi dari 179 Negara. Ribuan pejabat organisasi PPB, pemerintah kota, tokoh-tokoh non pemerintah (LSM) dan kelompok-kelompok lain ikut serta dalam pertemuan tersebut. Konferensi internasional tentang lingkungan hidup dan pembangunan di Rio de Janeiro Brasil mengeluarkan beberapa hal penting di antaranya adalah: Deklarasi Rio, Konvensi Perubahan Iklim, Konvensi Keanekaragaman Hayati, Agenda 21, dan Prinsipprinsip Pengelolaan Hutan. Di dalam Deklarasi Rio tentang lingkungan hidup terdapat 27 prinsip yang menekankan pada pola pembangunan berwawasan lingkungan. Deklarasi Rio memberikan gambaran betapa sulitnya pembangunan lingkungan di masa yang akan datang jika Negara-negara maju mengkonsumsi sumber daya tersebut. Berikut asas-asas yang menetapkan hak-hak manusia atas pembangunan dan tanggung jawab manusia terhadap pelestarian lingkungan: a. Manusia berhak atas kehidupan yang sehat dan produktif untuk menciptakan keselarasan dengan alam. b. Pembangunan yang tidak merugikan masa yang akan datang. c. Bangsa-bangsa memiliki hak untuk memanfaatkan sumber dayanya sendiri tanpa merusak lingkungan alam. 4 Belakangan terungkap bahwa proses legislasi untuk menggolkan Perpu No.1/2004 itu sarat dengan money politics antara kalangan pengusaha dengan pemerintah, baik di legislatif maupun di eksekutif. d. Bangsa-bangsa perlu menciptakan UU Internasional yang menjamin pemberian ganti rugi atas kerusakan yang ditimbulkan pada daerah di luar perbatasannya. e. Bangsa-bangsa perlu mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi lingkungan jika terdapat ancaman kerusakan yang parah. f. Perlindungan lingkungan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan harus menjadi bagian integral dari proses pembangunan dan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan tersebut. g. Mengentaskan kemiskinan dan memperkecil kesenjangan dalam taraf kehidupan di berbagai pelosok dunia merupakan keharusan dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. h. Perlu adanya kerja sama antar bangsa-bangsa untuk melestarikan, melindungi dan memulihkan kesehatan dan keutuhan ekosistem bumi. i. Bangsa-bangsa perlu mengurangi dan menghapuskan pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan dan perlu mencanangkan kebijakan-kebijakan demografi yang layak. j. Partisipasi semua warga Negara untuk menangani masalah lingkungan. k. Perlu membangkitkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dengan menyediakan informasi mengenai lingkungan di setiap bangsa-bangsa. l. Perlu melaksanakan undang-undang tentang lingkungan yang efektif dan menciptakan undang-undang nasional tentang jaminan bagi korban pencemaran dan kerusakan lingkungan. m. Perlu menegakkan suatu sistem ekonomi internasional yang terbuka dan akan membawa pertumbuhan ekonomi serta pembangunan yang berkelanjutan di semua Negara. n. Pihak pencemar menanggung akibat pencemaran. o. Saling mengingatkan antar bangsa-bangsa akan adanya bencana alam atau kegiatan yang dapat menimbulkkan negatif di luar batas Negara masing-masing. p. Pemahaman ilmiah yang lebih baik mengenai masalah-masalah yang ada menjadi penting bagi pembangunan berkelanjutan. q. Memerlukan partisipasi penuh para perempuan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, serta kreativitas semangat dankeberania kaum muda dan pengetahuan penduduk asli. r. Perang membawa kehancuran pada pembangunan berkelanjutan dan bangsa-bangsa perlu menghormati hukum-hukum internasional yang melindungi lingkungan di masa-masa konflik bersenjata dan harus bekerja sama dalam menegakkan hukum tersebut. s. Perdamaian, pembangunan dan perlindungan adalah hal-hal saling berkaitan dan tidak terpisahkan.5 2.3. Agenda 21 Lingkungan Hidup Intinya adalah kesejahteraan akan lingkungan, ekonomi dan masyarakat. Masyarakat pada umumnya cenderung berusaha untuk melanggar apa yang harus ditaati pada asas-asas tersebut. Seharusnya perlu ada pengontrolan setelah asas-asas tersebut dilakukan. Apa saja sanksi yang harus diterima bagi pelanggar di setiap Negara. Kondisi perilaku masyarakat dengan menaati peraturan cenderung rendah. Masyarakat berusaha mencari celah untuk melancarkan kegiatannya yang bernilai ekonomis. Seperti contohnya masyarakat di Indonesia. Beberapa lahan di beberapa daerah Indonesia semakin lama semakin terkikis akan kepentingan ekonomi dari pihak pasar atau korporasi. Contohnya adalah kondisi Danau Situ di daerah Ciputat, Tangerang Selatan. Fungsi Danau Situ sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya yaitu sebagai daerah resapan air. Danau Situ semakin lama tereksploitasi dengan adanya pengambilan lahan untuk kegiatan ekonomi, seperti kontrakan, warung makan, warung internet, dan lain sebagainya. Setelah menyebutkan asas-asas tersebut, terdapat Agenda 21 yang berusaha melengkapi dan mengatasi masalah lingkungan secara global. Agenda 21 tersebut dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu: Bagian Pertama, Dimensi Sosial Ekonomi. Bagian ini membahas mengenai masalah pembangunan yang menitikberatkan pada segi manusia berkaitan dengan dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan, kerusakan lingkungan dan manusia. Bagian Kedua, konservasi dan pengelolaan sumber daya alam dan pembangunan. Terfokus pada pengelolaan dan konservasi sumber daya alam, ekosistem, dan isu-isu lainnya. Bagian Ketiga, peranan kelompok utama. Membahas isu kemitraan antar pengelola lingkungan yang perlu dikembangkan. Bagian Keempat, Sarana Pelaksaan ini. Penerapan 5 Sutamihardja, R. (2009). Perubahan Lingkungan Global, Sebuah Antologi Tentang Bumi Kita. Bogor: yayasan Pasir Luhur. dari Agenda 21 melalui pengkajian dan analisis. Bagian ini menilai sumberdaya yang dapat digunakan untuk pembangunan berkelanjutan. Agenda 21 tersebut menjelaskan bagaimana pengelolaan sumber daya alam yang mempunyai sifat berkelanjutan. Serta pada Agenda 21 ini menitikberatkan pada manusia, karena Penulis setuju, manusia merupakan sumber masalah yang terjadi di Dunia. Sifat manusia yang boros dan serakah, berusaha untuk memanfaatkan sumber daya untuk kepentingan ekonomi tanpa melihat dampak negatif lingkungan yang terjadi. Selain Agenda 21 dan Deklarasi Rio, pada Earth Summit 1992 terdapat pula hasil-hasil berupa Prinsip-prinsip Kehutanan, Konvensi Perubahan Iklim dan Konvensi Keanekaragaman Hayati. Prinsip-prinsip Kehutanan dimaksudkan untuk melakukan penyerapan CO2 dan perlindungan keragaman hayati. Selain kedua hal tersebut, Prinsipprinsip Kehutanan ditujukan untuk pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Konvensi Perubahan Iklim bertujuan untuk menurunkan emisi karbon dioksida, gas methan, dan gas rumah kaca lainnya yang terletak di atmosfir. Kemudian Konvensi Keanekaragaman Hayati bertujuan untuk mencegah kerusakan keanekaragaman hayati serta memperkenalkan standar pelaksanaan pada kerjasama penelitian, informasi, manfaat serta teknologi bagi sumberdaya genetik. Setelah adanya, Earth Summit 1992 dan menuju Earth Summit 2002, terdapat perubahan yang terjadi sebagai berikut (Friends of the Earth, 2002): 1. Perbedaan yang terjadi adalah Pemerintah tidak menunjukkan kemauan politik untuk menangani isu-isu besar. 2. Penduduk dunia berjumlah 6 miliar, tetapi jumlah masyarakat miskin hampir tidak berubah. Lebih dari 1 milyar orang hidup hanya sebesar $1 per hari. 3. Satu dari enam orang dewasa tidak dapat membaca atau menulis; 99 persen dari orangorang yang buta huruf ditemukan di Negara-negara berkembang. 4. Pada tahun 2000, 18 persen dari jumlah 11.000 spesies diketahui statusnya ‘terancam punah’ di dalam daftar ‘terancam’. 5. Perubahan iklim terjadi. Catatan suhu secara global menunjukkan tahun 1990-an sebagai dekade terpanas sejak pengukuran dimulai pada abad ke-19. 6. Di Inggris, menghasilkan 414 juta ton sampah setiap tahunnya. Ini membuat kita hidup dengan sifat boros. Belum adanya perubahan signifikan yang terjadi setelah adanya Earth Summit 1992 selama 10 tahun menuju Earth Summit 2002. Maka, pada Konferensi 10 tahun berikutnya yang diselenggarakan di Johannesburg, Afrika Selatan, memberikan harapan untuk perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu tujuan utamanya pembangunan berkelanjutan secara global.6 2.4. Masalah Mengenai Kondisi Global dan Indonesia Setelah adanya KTT Bumi, kondisi Dunia dan Kondisi Indonesia perlu diperhatikan lebih lanjut. Tiga hal yang penulis cantumkan untuk menggambarkannya adalah pada kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan kerusakan lingkungan. Laporan Bank Dunia menyebutkan bahwa kemiskinan secara global terus menurun drastis. Jumlah orang miskin menurun dari 1,94 miliar pada 1981 sampai dengan 1,29 miliar pada tahun 2008.7 kerusakan lingkungan yaitu kerusakan hutan dan kerusakan lingkungan akibat tambang. Laporan dari State of World Forest dan FAO menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan kelima dari 10 negara yang memiliki luas hutan terbesar di dunia. Laju kerusakan hutan Indonesia telah mencapai 1,87 juta hectare dalam kurun waktun tahun 2000 sampai tahun 2005. Ini mengakibatkan Indonesia menempati peringkat ke-2 dari 10 Negara dengan laju kerusakan tertinggi di Dunia. Kerusakan hutan yang terjadi selama ini mengakibatkan bencana banjir dan kekeringan di beberapa wilayah Indonesia. Kerusakan hutan yang dimaksud adalah adanya penebangan liar untuk kepentingan ekonomi pada daerah hulu sungai bahkan pembukaan hutan yang dikonversi dalam bentuk penggunaan lain. Manfaat Hutan adalah dengan penyerapan air ketika hujan datang. Hutan berfungsi sebagai pengatur hidrologis bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.8 Kerusakan lingkungan pun disebabkan karena adanya proses pertambangan. Pihak perusahaan tambang seringkali menyalahgunakan peraturan pertambangan yang sudah ada. 6 Sutamihardja, R. (2009). Perubahan Lingkungan Global, Sebuah Antologi Tentang Bumi Kita. Bogor: yayasan Pasir Luhur. 7 Werner, S. (2012, Mei 10). JaringNews. Retrieved from Bank Dunia: Angka Kemiskinan Dunia Turun Drastis: http://jaringnews.com/ 8 Wijaya, T. (2010, April 27). DetikNews. Retrieved from Kerusakan Hutan di Indonesia Terparah Kedua di Dunia : http://news.detik.com/ Sehingga proses tambang dapat dilaksanakan dengan lancar, tanpa ada hambatan. Kawasan pesisir dan laut tidak luput dari eksploitasi. Terdapat lebih dari 16 titik reklamasi, penambangan pasir, pasir besi dan menjadi tempat pembuangan limbah bekas tambang dari Newmon dan Freeport. Hutan kita pun tidak luput akibat adanya pertambagan. Hutan memiliki keanekaragaman hayati. Selain hutan, sungai pun menjadi korban pertambangan. Jumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) yang termasuk kategori rusak berat meningkat dalam 10 tahun terakhir. Daerah Aliran Sungai yang berjumlah 108 dari 4.000 DAS di Indonesia mengalami kerusakan parah. Tidak adanya kesadaran untuk melakukan perbaikan dari 108 DAS yang rusak, mengakibatkan kerusakan lahan, kematian warga dan berubahnya pola ekonomi masyarakat.9 2.5. Solusi/Kondisi Seharusnya Beberapa kasus mengenai kerusakan lingkungan telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Indonesia harus segera merapihkan masalah kerusakan lingkungan satu per satu. Menurut penulis, kondisi yang seharusnya diperbaiki adalah pada sektor pertambangan. Sektor pertambangan harus dilakukan dengan prinsip ramah lingkungan dan mensejahterakan masyarakat sekitar. Seringkali lingkungan menjadi korban utama dengan adanya pertambangan. Tidak adanya proses pemulihan lahan, membuat masyarakat yang berada di sekitar lokasi pertambangan menjadi khawatir. Begitu pula kesejahteraan masyarakat dengan adanya pertambangan. Penyerapan tenaga kerja yang dilakukan oleh perusahaan tambang hanya sebatas buruh, dan diberi upah sangat sedikit. Kebijakan dan pengontrolan perlu dilakukan agar proses kegiatan tambang tidak merusak lingkungan dan mensejahterakan masyarakat. Ketika hal-hal tersebut dipenuhi, pembangunan berkelanjutan dapat berjalan dengan lancar. Tanpa ada kesalahan-kesalahan yang seringkali terjadi.10 9 Messwati, E. D. (2012, September 28). KOMPAS. Retrieved from 70 Persen Kerusakan Lingkungan Akibat Operasi Tambang: http://regional.kompas.com/ 10 Djajadiningrat, S. T., & Famiola, M. (2004). Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Bandung: Rekayasa Sains Bandung. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu agenda 21 lingkungan hidup enjelaskan bagaimana pengelolaan sumber daya alam yang mempunyai sifat berkelanjutan. Serta pada agenda 21 lingkungan hidup ini menitikberatkan pada manusia, karena manusia merupakan sumber masalah kerusakan lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Djajadiningrat, S. T., & Famiola, M. (2004). Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Bandung: Rekayasa Sains Bandung. Emil Salim (2003) “Membangun Paradigma Pembangunan” dalam makalah Peluncuran Buku dan forum Diskusi Mengenai Hasil-Hasil dan Tindak Lanjut KTT Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta: 11 April 2003. KLH (2004) Kesepakatan Nasional dan Rencana Tindak Pembangunan Berkelanjutan, Kementerian Lingkungan Hidup-Republik Indonesia, Jakarta. Messwati, E. D. (2012, September 28). KOMPAS. Retrieved from 70 Persen Kerusakan Lingkungan Akibat Operasi Tambang: http://regional.kompas.com/ Sutamihardja, R. (2009). Perubahan Lingkungan Global, Sebuah Antologi Tentang Bumi Kita. Bogor: yayasan Pasir Luhur. Werner, S. (2012, Mei 10). JaringNews. Retrieved from Bank Dunia: Angka Kemiskinan Dunia Turun Drastis: http://jaringnews.com/ Wijaya, T. (2010, April 27). DetikNews. Retrieved from Kerusakan Hutan di Indonesia Terparah Kedua di Dunia : http://news.detik.com/