HLI Agenda 21

advertisement
HUKUM LINGKUNGAN INTERNASIONAL
AGENDA 21 LINGKUNGAN HIDUP
OLEH :
MUH. ALIF ZHAFRAN A.
B11116554
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati
indahnya alam cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada
baginda Habibillah Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang
lurus berupa ajaran agama yang sempunya dengan bahasa yang sangat indah.
Penulis disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan
makalah yang membahas tentang Agenda 21 sebagai tugas mata kuliah Hukum
Lingkungan Internasional.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan saya memahami jika makalah
ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat saya butuhkan guna
memperbaiki karya- karya saya dilain waktu.
Makassar, 22 April 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar isi
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
1
1.2
1.3
Rumusan Masalah
Tujuan dan Metode dalam Penelitian
2
2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1
Pembangunan Berkelanjutan
3
2.2
Konferensi Dunia
5
2.3
2.4
2.5
Agenda 21 Lingkungan Hidup
Masalah Mengenai Kondisi Global dan Indonesia
Solusi/Kondisi Seharusnya
7
9
10
BAB 3 PENUTUP
3.1
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
11
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan Berkelanjutan selama ini dibicarakan dan dilakukan oleh masyarakat
Indonesia Dunia sebagai metode untuk menciptakan suatu keseimbangan. Keseimbangan
yang diperoleh adalah pada aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Proses pencapaiannya
pun tidak semudah dengan apa yang tertulis. Hanya beberapa saja yang berhasil
melakukannya. Salah satunya adalah Simbiosis Industri yang berada di Kahlundborg,
Denmark. Simbiosis Industri di Kahlundborg terlihat sangat efisien dalam pemanfaatan
bahan dari berbagai industri. Baik itu dari bahan baku maupun bahan limbah buangan
industri. Bahan-bahan tersebut tidak ada yang terbuang ke lingkungan, dan menghasilkan
Zero Waste. Bahan-bahan tersebut digunakan untuk kebutuhan masyarakat di Kahlundborg,
baik itu dari segi ekonomi maupun lingkungan.
Hanya, pembangunan berkelanjutan tidak hanya pada sektor industri, tetapi dari sektor
lain. Seperti pada sektor pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan harus dapat diperoleh oleh
semua kalangan, baik kalangan bawah maupun kalangan atas. Kondisi yang terjadi sekarang
adalah pendidikan semakin lama semakin berkualitas dan hanya orang-orang tertentu saja
yang dapat merasakannya. Tidak dengan masyarakat yang mempunyai ekonomi lemah.
Pembangunan berkelanjutan ingin mewujudkan bahwa pendidikan harus melingkupi semua
kalangan. Begitu pula pekerjaan, kenaikan jumlah penduduk di Indonesia tidak sebanding
dengan meningkatnya jumlah lapangan pekerjaan. Ketimpangan tersebut akhirnya memicu
meningkatnya angka kemiskinan dan kriminalitas. Akibat yang diperoleh adalah masyarakat
melakukan tindakan kriminal (perampokan, pencurian, dan lain sebagainya). Masalahmasalah seperti ini harus segera diatasi agar tujuan pembangunan berkelanjutan dapat
tercapai. Tujuan pembangunan berkelanjutan dapat tercapai jika semua masyarakat dapat
bekerja sama untuk mewujudkannya.
Pembangunan berkelanjutan yang diketahui selama ini terdiri dari tiga aspek, yaitu
sosial, ekonomi, dan lingkungan. Perlu pemahaman lebih dalam mengenai pembangunan
berkelanjutan dari tiga aspek tersebut. Berikut penjelasan mengenai pembangunan
berkelanjutan dan penjelasan lengkap mengenai Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi
yang membahas mengenai pembangunan berkelanjutan secara global.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa saja Agenda 21 Lingkungan Hidup ?
2. Mengapa dibentuknya agenda 21 Lingkungan Hidup ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan di tulisnya makalah ini yaitu sebagai berikut:
3. Untuk mengetahui apa itu agenda 21 lingkungan hidup.
4. Mengetahui mengapa dibentuknya agenda 21 Lingkungan Hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pembangunan Berkelanjutan
Prinsip-prinsip
pembangunan
berkelanjutan
yang
harus
dipenuhi
menurut
Djajadiningrat dan Famiola (2004):
1. Pembangunan Berkelanjutan Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial.
Strategi pembangunan harus dilandasi “premis” pada hal seperti: lebih meratanya
distribusi sumber lahan dan faktor produksi, lebih meratanya peran dan kesempatan, dan
pada pemerataan ekonomi yang dicapai harus ada keseimbangan distribusi kesejahteraan.
Berarti, pembangunan generasi masa kini harus selalu mengindahkan generasi masa
depan untuk mencapai kebutuhannya.
2. Pembangunan Berkelanjutan Menghargai Keanekaragaman.
Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah persyaratan untuk memastikan bahwa
sumberdaya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa datang.
3. Pembangunan Berkelanjutan Menggunakan Pendekatan Integratif.
Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan
alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat atau merusak.
4. Pembangunan Berkelanjutan Meminta Perspektif Jangka Panjang.1
Menurut Emil Salim (2003), hakekat pembangunan ke depan adalah mengupayakan
sustainabilitas.
Untuk
keberlanjutan
kehidupan
ini,
menurutnya,
pembangunan
berkelanjutan memiliki beberapa prasyarat. Pertama, menjangkau perspektif jangka panjang
melebihi satu-dua generasi sehingga kegiatan pembangunan perlu mempertimbangkan
dampak
jangka
panjang.
Kedua,
menyadari
berlakunya
hubungan
keterkaitan
(interdependency) antar pelaku-pelaku alam, sosial dan buatan manusia. Pelaku alam
terdapat dalam ekosistem, pelaku sosial terdapat dalam sistem sosial, dan pelaku buatan
manusia dalam sistem ekonomi. Ketiga, memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat
masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang memenuhi
1
Djajadiningrat, S. T., & Famiola, M. (2004). Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Bandung: Rekayasa Sains
Bandung.
kebutuhannya. Keempat, pembangunan dilaksanakan dengan menggunakan sumber daya
alam sehemat mungkin, limbah-polusi serendah mungkin, ruang-space sesempit mungkin,
energi diperbarui semaksimal mungkin, energi tidak-diperbarui sebersih mungkin, serta
dengan manfaat lingkungan, sosial, budaya-politik dan ekonomi seoptimal mungkin.
Kelima, pembangunan diarahkan pada pemberantasan kemiskinan, perimbangan ekuitas
sosial yang adil serta kualitas hidup sosial, lingkungan, dan ekonomi yang tinggi.2
Sekretaris Eksekutif Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB, Prastowo,
menilai bahwa wacana mengenai pembangunan berkelanjutan di Indonesia tidak lepas dari
kesadaran global mengenai pentingnya pelestarian lingkungan hidup. Berbagai even
internasional telah banyak digelar untuk mewujudkan komitmen ini. Menurut catatan
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), masyarakat dunia mulai menyadari issu kerusakan
dan kemerosotan lingkungan hidup dalam United Nation Conference on The Human
Environment di Stockholm (1972). Dua puluh tahun berikutnya, dunia mengakui bahwa
kemerosotan kualitas lingkungan hidup itu berkaitan erat dengan kegiatan pembangunan
yang tidak berkelanjutan. Oleh karena itu issu lingkungan menjadi issu sentral dalam Earth
Summit di Rio de Janeiro tahun 1992 yang kemudian melahirkan Agenda 21. Sepuluh tahun
sesudah Rio de Janeiro (Rio + 10), wakil-wakil masyarakat dunia bertemu kembali di
Johannesburg pada pertemuan World Summit on Sustainable Development (WSSD) tahun
2002 untuk mengkaji ulang pelaksanaan Agenda 21.3
Di sisi lain, pembangunan berkelanjutan masih dianggap banyak pihak sebagai suatu
konsep elitis dan kurang mengakomodasi harapan publik. Ini disebabkan karena proses
penggodokannya tidak banyak melibatkan partisipasi warga secara terbuka sehingga
melahirkan sejumlah paradoks dan kepentingan yang berbeda dalam implementasinya.
Contoh, keluarnya izin penambangan di kawasan konservasi yang memunculkan
kepentingan berbeda diantara beberapa departemen. Paradoks yang terjadi di kabinet itu
akhirnya diselesaikan oleh Presiden Megawati yang ternyata antilingkungan, maka keluarlah
Perpu No.1/2004 tentang Perubahan Undang-Undang No.41/1999 tentang Kehutanan yang
justru mendorong ‘penambangan berkelanjutan’ di kawasan hutan lindung. Ironisnya lagi,
Emil Salim (2003) “Membangun Paradigma Pembangunan” dalam makalah Peluncuran Buku dan forum Diskusi
Mengenai Hasil-Hasil dan Tindak Lanjut KTT Pembangunan Berkelanjutan, Jakarta: 11 April 2003.
3
KLH (2004) Kesepakatan Nasional dan Rencana Tindak Pembangunan Berkelanjutan, Kementerian
Lingkungan Hidup-Republik Indonesia, Jakarta.
2
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang diharapkan sebagai “benteng terakhir” untuk
memperjuangkan harapan publik malah turut melegitimasi kepentingan pemodal dengan
menyetujui Perpu No.1/2004 tersebut.4
2.2. Konferensi Dunia
Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992 menghasilkan
konsep pembangunan berkelanjutan yang dapat memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengurangi kebutuhan masa depan. Ada dua isu utama pada konferensi tersebut yaitu
masalah lingkungan hidup dan masalah pembangunan. Lingkungan hidup masuk ke dalam
Agenda 21 Dunia menjadi tonggak kebangkitan manusia untuk pembangunan berkelanjutan.
Agenda 21 merupakan produk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bui di Rio de Janeiro,
Brazil, pada tanggal 3 Juni sampai dengan 14 Juni 1992. Konferensi tersebut dihadiri oleh
Kepala Negara dan Pejabat Tinggi dari 179 Negara. Ribuan pejabat organisasi PPB,
pemerintah kota, tokoh-tokoh non pemerintah (LSM) dan kelompok-kelompok lain ikut
serta dalam pertemuan tersebut.
Konferensi internasional tentang lingkungan hidup dan pembangunan di Rio de
Janeiro Brasil mengeluarkan beberapa hal penting di antaranya adalah: Deklarasi Rio,
Konvensi Perubahan Iklim, Konvensi Keanekaragaman Hayati, Agenda 21, dan Prinsipprinsip Pengelolaan Hutan. Di dalam Deklarasi Rio tentang lingkungan hidup terdapat 27
prinsip yang menekankan pada pola pembangunan berwawasan lingkungan. Deklarasi Rio
memberikan gambaran betapa sulitnya pembangunan lingkungan di masa yang akan datang
jika Negara-negara maju mengkonsumsi sumber daya tersebut.
Berikut asas-asas yang menetapkan hak-hak manusia atas pembangunan dan tanggung
jawab manusia terhadap pelestarian lingkungan:
a. Manusia berhak atas kehidupan yang sehat dan produktif untuk menciptakan keselarasan
dengan alam.
b. Pembangunan yang tidak merugikan masa yang akan datang.
c. Bangsa-bangsa memiliki hak untuk memanfaatkan sumber dayanya sendiri tanpa merusak
lingkungan alam.
4
Belakangan terungkap bahwa proses legislasi untuk menggolkan Perpu No.1/2004 itu sarat dengan money politics
antara kalangan pengusaha dengan pemerintah, baik di legislatif maupun di eksekutif.
d. Bangsa-bangsa perlu menciptakan UU Internasional yang menjamin pemberian ganti rugi
atas kerusakan yang ditimbulkan pada daerah di luar perbatasannya.
e. Bangsa-bangsa perlu mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi lingkungan jika
terdapat ancaman kerusakan yang parah.
f. Perlindungan lingkungan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan harus menjadi
bagian integral dari proses pembangunan dan tidak dapat dipisahkan dari proses
pembangunan tersebut.
g. Mengentaskan kemiskinan dan memperkecil kesenjangan dalam taraf kehidupan di
berbagai pelosok dunia merupakan keharusan dalam mencapai pembangunan
berkelanjutan.
h. Perlu adanya kerja sama antar bangsa-bangsa untuk melestarikan, melindungi dan
memulihkan kesehatan dan keutuhan ekosistem bumi.
i. Bangsa-bangsa perlu mengurangi dan menghapuskan pola produksi dan konsumsi yang
tidak berkelanjutan dan perlu mencanangkan kebijakan-kebijakan demografi yang layak.
j. Partisipasi semua warga Negara untuk menangani masalah lingkungan.
k. Perlu membangkitkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dengan menyediakan
informasi mengenai lingkungan di setiap bangsa-bangsa.
l. Perlu melaksanakan undang-undang tentang lingkungan yang efektif dan menciptakan
undang-undang nasional tentang jaminan bagi korban pencemaran dan kerusakan
lingkungan.
m. Perlu menegakkan suatu sistem ekonomi internasional yang terbuka dan akan membawa
pertumbuhan ekonomi serta pembangunan yang berkelanjutan di semua Negara.
n. Pihak pencemar menanggung akibat pencemaran.
o. Saling mengingatkan antar bangsa-bangsa akan adanya bencana alam atau kegiatan yang
dapat menimbulkkan negatif di luar batas Negara masing-masing.
p. Pemahaman ilmiah yang lebih baik mengenai masalah-masalah yang ada menjadi penting
bagi pembangunan berkelanjutan.
q. Memerlukan partisipasi penuh para perempuan untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan, serta kreativitas semangat dankeberania kaum muda dan pengetahuan
penduduk asli.
r. Perang membawa kehancuran pada pembangunan berkelanjutan dan bangsa-bangsa perlu
menghormati hukum-hukum internasional yang melindungi lingkungan di masa-masa
konflik bersenjata dan harus bekerja sama dalam menegakkan hukum tersebut.
s. Perdamaian, pembangunan dan perlindungan adalah hal-hal saling berkaitan dan tidak
terpisahkan.5
2.3. Agenda 21 Lingkungan Hidup
Intinya adalah kesejahteraan akan lingkungan, ekonomi dan masyarakat. Masyarakat
pada umumnya cenderung berusaha untuk melanggar apa yang harus ditaati pada asas-asas
tersebut. Seharusnya perlu ada pengontrolan setelah asas-asas tersebut dilakukan. Apa saja
sanksi yang harus diterima bagi pelanggar di setiap Negara. Kondisi perilaku masyarakat
dengan menaati peraturan cenderung rendah. Masyarakat berusaha mencari celah untuk
melancarkan kegiatannya yang bernilai ekonomis. Seperti contohnya masyarakat di
Indonesia. Beberapa lahan di beberapa daerah Indonesia semakin lama semakin terkikis akan
kepentingan ekonomi dari pihak pasar atau korporasi. Contohnya adalah kondisi Danau Situ
di daerah Ciputat, Tangerang Selatan. Fungsi Danau Situ sudah tidak berfungsi sebagaimana
mestinya yaitu sebagai daerah resapan air. Danau Situ semakin lama tereksploitasi dengan
adanya pengambilan lahan untuk kegiatan ekonomi, seperti kontrakan, warung makan,
warung internet, dan lain sebagainya.
Setelah menyebutkan asas-asas tersebut, terdapat Agenda 21 yang berusaha
melengkapi dan mengatasi masalah lingkungan secara global. Agenda 21 tersebut dibagi ke
dalam beberapa bagian, yaitu: Bagian Pertama, Dimensi Sosial Ekonomi. Bagian ini
membahas mengenai masalah pembangunan yang menitikberatkan pada segi manusia
berkaitan dengan dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan, kerusakan lingkungan dan
manusia. Bagian Kedua, konservasi dan pengelolaan sumber daya alam dan pembangunan.
Terfokus pada pengelolaan dan konservasi sumber daya alam, ekosistem, dan isu-isu
lainnya. Bagian Ketiga, peranan kelompok utama. Membahas isu kemitraan antar pengelola
lingkungan yang perlu dikembangkan. Bagian Keempat, Sarana Pelaksaan ini. Penerapan
5
Sutamihardja, R. (2009). Perubahan Lingkungan Global, Sebuah Antologi Tentang Bumi Kita. Bogor: yayasan Pasir
Luhur.
dari Agenda 21 melalui pengkajian dan analisis. Bagian ini menilai sumberdaya yang dapat
digunakan untuk pembangunan berkelanjutan.
Agenda 21 tersebut menjelaskan bagaimana pengelolaan sumber daya alam yang
mempunyai sifat berkelanjutan. Serta pada Agenda 21 ini menitikberatkan pada manusia,
karena Penulis setuju, manusia merupakan sumber masalah yang terjadi di Dunia. Sifat
manusia yang boros dan serakah, berusaha untuk memanfaatkan sumber daya untuk
kepentingan ekonomi tanpa melihat dampak negatif lingkungan yang terjadi.
Selain Agenda 21 dan Deklarasi Rio, pada Earth Summit 1992 terdapat pula hasil-hasil
berupa
Prinsip-prinsip
Kehutanan,
Konvensi
Perubahan
Iklim
dan
Konvensi
Keanekaragaman Hayati. Prinsip-prinsip Kehutanan dimaksudkan untuk melakukan
penyerapan CO2 dan perlindungan keragaman hayati. Selain kedua hal tersebut, Prinsipprinsip Kehutanan ditujukan untuk pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Konvensi
Perubahan Iklim bertujuan untuk menurunkan emisi karbon dioksida, gas methan, dan gas
rumah kaca lainnya yang terletak di atmosfir. Kemudian Konvensi Keanekaragaman Hayati
bertujuan untuk mencegah kerusakan keanekaragaman hayati serta memperkenalkan standar
pelaksanaan pada kerjasama penelitian, informasi, manfaat serta teknologi bagi sumberdaya
genetik.
Setelah adanya, Earth Summit 1992 dan menuju Earth Summit 2002, terdapat
perubahan yang terjadi sebagai berikut (Friends of the Earth, 2002):
1. Perbedaan yang terjadi adalah Pemerintah tidak menunjukkan kemauan politik untuk
menangani isu-isu besar.
2. Penduduk dunia berjumlah 6 miliar, tetapi jumlah masyarakat miskin hampir tidak
berubah. Lebih dari 1 milyar orang hidup hanya sebesar $1 per hari.
3. Satu dari enam orang dewasa tidak dapat membaca atau menulis; 99 persen dari orangorang yang buta huruf ditemukan di Negara-negara berkembang.
4. Pada tahun 2000, 18 persen dari jumlah 11.000 spesies diketahui statusnya ‘terancam
punah’ di dalam daftar ‘terancam’.
5. Perubahan iklim terjadi. Catatan suhu secara global menunjukkan tahun 1990-an sebagai
dekade terpanas sejak pengukuran dimulai pada abad ke-19.
6. Di Inggris, menghasilkan 414 juta ton sampah setiap tahunnya. Ini membuat kita hidup
dengan sifat boros.
Belum adanya perubahan signifikan yang terjadi setelah adanya Earth Summit 1992
selama 10 tahun menuju Earth Summit 2002. Maka, pada Konferensi 10 tahun berikutnya
yang diselenggarakan di Johannesburg, Afrika Selatan, memberikan harapan untuk
perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu tujuan utamanya pembangunan berkelanjutan
secara global.6
2.4. Masalah Mengenai Kondisi Global dan Indonesia
Setelah adanya KTT Bumi, kondisi Dunia dan Kondisi Indonesia perlu diperhatikan
lebih lanjut. Tiga hal yang penulis cantumkan untuk menggambarkannya adalah pada
kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan kerusakan lingkungan. Laporan Bank Dunia
menyebutkan bahwa kemiskinan secara global terus menurun drastis. Jumlah orang miskin
menurun dari 1,94 miliar pada 1981 sampai dengan 1,29 miliar pada tahun 2008.7
kerusakan lingkungan yaitu kerusakan hutan dan kerusakan lingkungan akibat
tambang. Laporan dari State of World Forest dan FAO menyebutkan bahwa Indonesia
menempati urutan kelima dari 10 negara yang memiliki luas hutan terbesar di dunia. Laju
kerusakan hutan Indonesia telah mencapai 1,87 juta hectare dalam kurun waktun tahun 2000
sampai tahun 2005. Ini mengakibatkan Indonesia menempati peringkat ke-2 dari 10 Negara
dengan laju kerusakan tertinggi di Dunia.
Kerusakan hutan yang terjadi selama ini mengakibatkan bencana banjir dan
kekeringan di beberapa wilayah Indonesia. Kerusakan hutan yang dimaksud adalah adanya
penebangan liar untuk kepentingan ekonomi pada daerah hulu sungai bahkan pembukaan
hutan yang dikonversi dalam bentuk penggunaan lain. Manfaat Hutan adalah dengan
penyerapan air ketika hujan datang. Hutan berfungsi sebagai pengatur hidrologis bagi
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.8
Kerusakan lingkungan pun disebabkan karena adanya proses pertambangan. Pihak
perusahaan tambang seringkali menyalahgunakan peraturan pertambangan yang sudah ada.
6
Sutamihardja, R. (2009). Perubahan Lingkungan Global, Sebuah Antologi Tentang Bumi Kita. Bogor: yayasan Pasir
Luhur.
7
Werner, S. (2012, Mei 10). JaringNews. Retrieved from Bank Dunia: Angka Kemiskinan Dunia Turun Drastis:
http://jaringnews.com/
8
Wijaya, T. (2010, April 27). DetikNews. Retrieved from Kerusakan Hutan di Indonesia Terparah Kedua di Dunia :
http://news.detik.com/
Sehingga proses tambang dapat dilaksanakan dengan lancar, tanpa ada hambatan. Kawasan
pesisir dan laut tidak luput dari eksploitasi. Terdapat lebih dari 16 titik reklamasi,
penambangan pasir, pasir besi dan menjadi tempat pembuangan limbah bekas tambang dari
Newmon dan Freeport. Hutan kita pun tidak luput akibat adanya pertambagan. Hutan
memiliki keanekaragaman hayati. Selain hutan, sungai pun menjadi korban pertambangan.
Jumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) yang termasuk kategori rusak berat meningkat dalam
10 tahun terakhir. Daerah Aliran Sungai yang berjumlah 108 dari 4.000 DAS di Indonesia
mengalami kerusakan parah. Tidak adanya kesadaran untuk melakukan perbaikan dari 108
DAS yang rusak, mengakibatkan kerusakan lahan, kematian warga dan berubahnya pola
ekonomi masyarakat.9
2.5. Solusi/Kondisi Seharusnya
Beberapa kasus mengenai kerusakan lingkungan telah disebutkan pada bagian
sebelumnya. Indonesia harus segera merapihkan masalah kerusakan lingkungan satu per
satu. Menurut penulis, kondisi yang seharusnya diperbaiki adalah pada sektor pertambangan.
Sektor
pertambangan
harus
dilakukan
dengan
prinsip
ramah
lingkungan
dan
mensejahterakan masyarakat sekitar. Seringkali lingkungan menjadi korban utama dengan
adanya pertambangan. Tidak adanya proses pemulihan lahan, membuat masyarakat yang
berada di sekitar lokasi pertambangan menjadi khawatir. Begitu pula kesejahteraan
masyarakat dengan adanya pertambangan. Penyerapan tenaga kerja yang dilakukan oleh
perusahaan tambang hanya sebatas buruh, dan diberi upah sangat sedikit.
Kebijakan dan pengontrolan perlu dilakukan agar proses kegiatan tambang tidak
merusak lingkungan dan mensejahterakan masyarakat. Ketika hal-hal tersebut dipenuhi,
pembangunan berkelanjutan dapat berjalan dengan lancar. Tanpa ada kesalahan-kesalahan
yang seringkali terjadi.10
9
Messwati, E. D. (2012, September 28). KOMPAS. Retrieved from 70 Persen Kerusakan Lingkungan Akibat Operasi
Tambang: http://regional.kompas.com/
10
Djajadiningrat, S. T., & Famiola, M. (2004). Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Bandung: Rekayasa
Sains Bandung.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu agenda 21 lingkungan hidup enjelaskan
bagaimana pengelolaan sumber daya alam yang mempunyai sifat berkelanjutan. Serta pada
agenda 21 lingkungan hidup ini menitikberatkan pada manusia, karena manusia merupakan
sumber masalah kerusakan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Djajadiningrat, S. T., & Famiola, M. (2004). Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan.
Bandung: Rekayasa Sains Bandung.
Emil Salim (2003) “Membangun Paradigma Pembangunan” dalam makalah Peluncuran Buku dan
forum Diskusi Mengenai Hasil-Hasil dan Tindak Lanjut KTT Pembangunan
Berkelanjutan, Jakarta: 11 April 2003.
KLH (2004) Kesepakatan Nasional dan Rencana Tindak Pembangunan Berkelanjutan,
Kementerian Lingkungan Hidup-Republik Indonesia, Jakarta.
Messwati, E. D. (2012, September 28). KOMPAS. Retrieved from 70 Persen Kerusakan
Lingkungan Akibat Operasi Tambang: http://regional.kompas.com/
Sutamihardja, R. (2009). Perubahan Lingkungan Global, Sebuah Antologi Tentang Bumi Kita.
Bogor: yayasan Pasir Luhur.
Werner, S. (2012, Mei 10). JaringNews. Retrieved from Bank Dunia: Angka Kemiskinan Dunia
Turun Drastis: http://jaringnews.com/
Wijaya, T. (2010, April 27). DetikNews. Retrieved from Kerusakan Hutan di Indonesia Terparah
Kedua di Dunia : http://news.detik.com/
Download