KAJIAN HADIS TEMATIK SEPUTAR BERSIN: PERSPEKTIF ILMU MEDIS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh HANI HILYATI UBAIDAH NIM: 1110034000147 PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M KAJIAN HADIS TEMATIK SEPUTAR BERSIN: PERSPEKTIF ILMU MEDIS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh HANI HILYATI UBAIDAH NIM. 1110034000147 Di bawah bimbingan Pembimbing, Dr. Atiyatul Ulya, M. Ag. NIP. 197001121996032001 PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M LEMBAR PERNYATAAN Denganinisayamenyatakanbahwa: Nama : Hani Hilyati Ubaidah NIM : 1110034000147 Fakultas/Jurusan : Ushuluddin/ TafsirHadis JudulSkripsi : Kajian Hadis Tematik Seputar Bersin: Perspektif Ilmu Medis Dengankesadarandantanggungjawab yang besarterhadappengembangankeilmuan, penulismenyatakanbahwa: 1. Skripsiinimerupakanhasilkaryaaslisaya yang diajukanuntukmemenuhisalahsatupersyaratanmemperolehgelar strata 1 di FakultasUshuluddin, UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 2. Semuasumberyang sayagunakandalampenelitianinitelahsayacantumkansesuaidenganketentuan yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudianhariterbuktibahwakaryainibukanhasilkaryaaslisaya, makasayabersediamenerimasanksi yang berlaku di UIN SyarifHidayullah. Jakarta, 16 Oktober 2014 Hani Hilyati Ubaidah PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul KAJIAN HADIS TEMATIK SEPUTAR BERSIN: PERSPEKTIF ILMU MEDIS telah diujikan di dalam sidang Munāqasyah, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 16 Oktober 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) pada Jurusan Tafsir Hadis. Jakarta, 16 Oktober 2014 Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota, Dr. M. Suryadinata, MA NIP. 196009081989031005 Jauhar Azizy, MA NIP. 198208212008011012 Anggota Dr. M. Isa Salam, M. Ag NIP. 195312311986031010 Drs. Harun Rasyid, M. Ag NIP. 196009021987031001 Dr. Atiyatul Ulya, M. Ag. NIP. 197001121996032001 KATA PENGANTAR Alḥ amdu li Allah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Berkat rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa tercurahkan setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detik, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam bagi Rasul terkasih, teladan sekaligus sumber inspirasi bagi umatnya, yakni nabi Muhammad SAW. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan mendo’akan sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan pada waktunya. Ungkapan terima kasih ini khususnya penulis sampaikan kepada: 1. Dekan fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah, bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, Mag, beserta jajarannya 2. Ketua jurusan Tafsir Hadis, ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M. Ag, beserta sekretaris jurusan bapak Jauhar Azizy, MA 3. Ibu Dr. Atiyatul Ulya, M. Ag, selaku pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan arahannya dengan sabar hingga skripsi ini dapat dirampungkan. 4. Seluruh dosen yang telah membukakan jendela keilmuan, menyingkap tabir ketidaktahuan. Terkhusus bapak Moh. Anwar Syarifuddin, MA dan bapak Dr. M. Suryadinata, M. Ag, yang senantiasa meluangkan waktu dan selalu memberikan arahan terhadap persoalan kuliah selama ini, termasuk dalam proses penyusunan proposal skripsi. 5. Seluruh pegawai TU yang dengan sabar dan ramah membantu penulis selama menjadi mahasiswa. 6. Pimpinan dan staf perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah serta pimpinan staf perpustakaan fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah yang telah membantu penulis dalam pencarian sumber. i ii 7. Kedua orang tuaku tercinta, Abi Drs. H. Abu Ubaidah dan Umi Dra. Hj. Maswah. Yang tanpa bosan memberi semangat, do’a dan dukungannya kepada anak perempuan kalian satu-satunya ini. Terimakasih atas setiap do’a yang kalian panjatkan, terimakasih atas segala motivasinya. Terima kasih atas segala bentuk pengorbanan kalian baik dalam bentuk materiil maupun inmateriil. Maaf baru ini yang dapat kaka persembahkan. 8. Adikku terkasih, Muhamad Sahal Ar-razy, atas perhatian dan do’anya serta semangatnya yang sering digaungkan. Moga kau juga sukses di sana. 9. Sodara-sodaraku tersayang, baba-baba, encang-encing, om-tante, khususnya Yaya Nayla Azma yang telah memperkenalkan penulis dengan kawannya yang berprofesi sebagai dokter, sehingga bisa membantu untuk penulisan skripsi, Bilqis Nurul Lathifah yang rela keluar malem beliin nasi goreng, Ghina Imaniah yang senantiasa menjadi teman berbagi soal skripsi dan birokrasi UIN, Nadiya Amiriyah yang juga sedang berjuang menuntaskan skripsinya. 10. My room mate, Ai Popon Fatimah, atas motivasi dan sumbangan pemikirannya dalam penulisan skripsi ini juga dalam ujian komprehensif dan dalam ujian-ujian lainnya yang dialami selama menjadi anak kos. Mulai dari laper tengah malem, sampe keabisan bekal duit mingguan. 11. Kawan-kawan ‘Para Pencari Dosen’ yang berjuang bersama demi bisa make toga bareng-bareng. Ai Popon Fatimah, Syarifatunnisa, Sa’adatul Jannah, Annisa, Nur Laely, Noviyanti. Terima kasih udah mau pusing bareng-bareng, seneng bareng-bareng. 12. Teman ‘cewek-cewek diberkati’, Ina Nurjannah yang sudah duluan lulus, Ai Nur Fatwa dan Dede Rihana yang masih berjuang dengan proposalnya, semoga bisa cepat menyusul. 13. Teman sekaligus guru, Nurul Hasanah Lc, Aceng Aum Umar Fahmi Lc, Muhammad Lailu Ramadhana, dan Dani Kamaluddin. Terima kasih sudah mau berbagi ilmu dengan kami. iii 14. Keluarga besar TH ’10, terkhusus TH-D, Eneng Ima Siti Madihah, Danisi Salim, Muhammad Ghazali, dan kawan-kawan lain. 15. Kawan KKN MENARA ’13, Asih Lestari Bintu Jamilah, Yue Cutz, Eristia Mulyawan, Ahmad Karomain, Rezha Zainuar Pahlevi, serta yang lainnya. 16. Kawan ‘Viedenskab’ terkususnya anak-anak ‘Laughmakers’ Afifah Yuliarisna, Ika Irawanti, Achmad Idris Lubis, dan Ahdi Sabilur Rasyad. Yang ngalah mau maen ke rumah karena selalu ada alasan untuk ga bisa ikut kumpul. Selanjutnya, penulis menyadari bahwa segala sesuatu yang dibuat oleh manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, bila ada saran dan kritik konstruktif akan diterima dengan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat. Āmīn. Ciputat, Oktober 2014 Hani Hilyati Ubaidah ABSTRAK Hadis sebagai sumber kedua milik umat Islam, tentu memiliki kedudukan yang penting sebagai petunjuk dalam setiap sendi-sendi kehidupan umat Islam. Baik yang bersifat ibadah ataupun muamalah. Hadis yang bersifat universal akan selalu sesuai dengan seluruh aspek kehidupan manusia, tidak terbatas ruang dan waktu. Oleh karenanya, perlu ada pengkajian terhadap segala sesuatu yang terdapat di dalam hadis, termasuk makna yang terkandung di dalamnya dan menghubungkannya dengan ilmu-ilmu yang bersifat umum bukan hanya sekedar keagamaan, seperti ilmu medis. Salah satu contohnya adalah kajian hadis tematik seputar bersin yang dikaitkan dengan ilmu medis masa kini. Di mana Nabi mengajarkan kepada umatnya untuk mengucap taḥ mīd tiap kali usai bersin karena bersin juga merupakan salah satu nikmat Allah yang nampak kecil namun memiliki dampak yang hebat, karena jika ditinjau dari segi medis, ternyata bersin merupakan salah satu cara tubuh memproteksi diri dari serangan virus ataupun bakteri dan mikroba yang hendak menyerang tubuh. Segala hal yang dirasa asing dan masuk melalui hidung akan dikeluarkan kembali melalui bersin. Melihat kenyataan seperti ini maka akan menjadi sangat jelas bahwa bersin bukanlah sekedar rutinitas biasa yang sering manusia lakukan secara refleks, tapi juga memiliki manfaat yang cukup besar bagi tubuh dan nampaknya inilah hikmah dari dianjurkannya ber-taḥ mīd setelah bersin. Melihat hadis dari aspek lain di luar hadis itu sendiri menjadi lebih menarik, karena hadis akan terasa tidak satu arah untuk dikaji. Seperti halnya hadis yang mengungkapkan bahwa mentasmit orang yang bersin hanya disyariatkan cukup sampai tiga kali dan selebihnya tidak dianjurkan untuk di-tasmit dengan alasan jika sudah lebih dari itu, maka seseorang sedang terjangkit penyakit. Setelah dikaji melalui ilmu medis, ternyata hal ini berjalan seirama, di mana menurut ilmu medis, jika seseorang bersin secara sering dan berkala itu merupakan salah satu indikasi bahwa orang itu sedang dalam kondisi tidak baik. Bisa jadi orang itu sedang flu, atau bisa juga terjangkit renitis alergic ataupun non-alergic dan lain-lain. Sehingga orang yang sedang menderita seperti itu tidak dianjurkan untuk di-tasmit melainkan lebih dianjurkan dido’akan untuk kesembuhannya. iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR ........................................................................................ i ABSTRAK .......................................................................................................... iv PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................... v DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ................ 6 C. Metodologi Penelitian ............................................................ 7 D. Tujuan Penelitian .................................................................. 11 E. Sistematika Penulisan ............................................................ 11 TINJAUAN MEDIS SEPUTAR BERSIN A. Definisi, Anatomi dan Fisiologi Hidung .............................. 13 B. Definisi dan Urgensi Bersin .................................................. 17 C. Mekanisme Bersin .................................................................. 20 D. Fakta Seputar Bersin ............................................................. 21 1. Ketika Bersin Mata Tertutup .......................................... vii 21 Jantung Serta Kaitannya Dengan Bersin ........................ 22 E. Bahaya Menahan Bersin ........................................................ 22 F. Rinitis .................................................................................... 24 1. Rinitis Alergi .................................................................... 24 a. Pengantar ................................................................... 24 b. Penyebab Rinitis Alergi ............................................. 25 2. Rinitis non-Alergi ............................................................. 26 a. Rinitis Vasomotor ....................................................... 26 b. Rinitis Infeksi .............................................................. 27 c. Rinitis Hormonal ........................................................ 27 d. Rinitis Gustatori .......................................................... 27 2. BAB III TELAAH HADIS SEPUTAR BERSIN: PERSPEKTIF ILMU MEDIS A. Mendoakan Orang yang Bersin Merupakan Hak Sesama Muslim ................................................................................... 29 B. Etika Bersin Dalam Islam ...................................................... 33 1. Adab Bagi Orang Yang Bersin ....................................... 33 a. Anjuran Untuk Memuji Allah Setelah Bersin ........... 33 b. Hendaklah Meletakkan Tangan atau Baju ke Mulut dan Merendahkan Suara Ketika Bersin ..................... 44 2. Adab Bagi yang Mendengar Orang Lain Bersin ............ 47 viii C. Golongan Yang Tidak Berhak Mendapat Do’a Ketika Ia BAB 1V Bersin ..................................................................................... 49 1. Orang yang tidak memuji Allah .................................... 49 2. Non-Muslim Yang Bersin Meskipun Ia Memuji Allah .. 50 3. Orang yang Telah Bersin Lebih Dari Tiga Kali ............ 51 4. Orang yang Bersin di Dalam Shalat ............................... 53 PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................ 58 B. Saran-saran ............................................................................ 59 Daftar Pustaka ...................................................................................................... 61 Lampiran .............................................................................................................. 66 ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hadis adalah sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur‟an. Dilihat dari periwayatannya, hadis Nabi berbeda dengan al-Qur‟an. Al-Qur‟an periwayatan semua ayat-ayatnya secara mutawătir, sedang hadis Nabi, sebagian periwayatannya secara mutawătir dan sebagian lagi secara ahād. Karenanya, al-Qur‟an dilihat dari segi periwayatannya mempunyai kedudukan qaţ’ī al-wurūd dan sebagian lagi zannī alwurūd, sehingga tidak diragukan lagi orisinalitasnya. Berbeda dengan hadis Nabi yang berkategori āhād, diperlukan penelitian terhadap orisinalitas dan otentisitas hadis-hadis tersebut. Untuk hadis-hadis yang periwayatannya secara mutawātir, diperlukan pemaknaan yang tepat, proporsional dan representatif terhadap hadis tersebut melalui beberapa kajian, di antaranya kajian linguistik, 1 kajian tematis komprehensif,2 kajian konfirmatif3 dan kajian-kajian lainnya dalam rangka pemahaman teks hadis tersebut.4 1 Penggunaan prosedur-prosedur gramatikal bahasa Arab mutlak diperlukan dalam kajian ini, karena setiap teks hadis harus ditafsirkan dalam bahasa aslinya. 2 Mempertimbangkan teks-teks hadis lain yang memiliki tema yang sama dengan tema hadis yang dikaji untuk memperoleh pemahaman yang tepat, komprehensif dan representatif. 3 Konfirmasi makna yang diperoleh dengan petunjuk-petunjuk al-Qur‟an. 4 Kajian – kajian lanjutan seperti kajian atas realitas, situasi, problem historis makro atau mikro, pemahaman universal dan pemaknaan hadis dengan pertimbangan realitas kekinian dengan pertimbangan metode yang ditawarkan Syuhudi Ismail, Yusuf Qardhawi dan Musahadi HAM. 1 2 Hadis dapat dipahami secara tekstual dan kontekstual. Tekstual dan kontekstual adalah dua hal yang saling berseberangan, seharusnya pemilahannya seperti dua keping mata uang yang tidak bisa dipisahkan secara dikotomis, sehingga tidak semua hadis dapat dipahami secara tekstual dan atau kontekstual. Di samping itu ada hal yang harus diperhatikan seperti yang dikatakan Komaruddin Hidayat 5 bahwa di balik sebuah teks sesungguhnya terdapat sekian banyak variabel serta gagasan yang tersembunyi yang harus dipertimbangkan agar mendekati kebenaran mengenai gagasan yang disajikan oleh pengarangnya. Dalam melihat sebuah hadis, kita tidak bisa serta merta langsung meyakini bahwa hadis tersebut adalah shahih, melainkan kita patut untuk melakukan sebuah pengkajian kualitas sebuah hadis demi memberikan keyakinan penuh dalam pengaplikasiannya. Untuk menentukan kualitas sebuah hadis diperlukan serangkaian penelitian, selain serentetan metodologi (kaidah) yang digunakan untuk menentukan kualitas sanadnya, juga digunakan metodologi untuk menentukan kualitas matan, karena kualitas sanad dan matan tidak selalu sejalan.6 Ada kalanya Sanadnya shahih akan tetapi matannya mardud. Dengan melakukan penelitian matan dapat diketahui matan sebuah hadis tersebut maqbul atau mardud. Selanjutnya sebagai hasil akhir akan diketahui kualitas hadith tersebut secara keseluruhan baik dilihat dari sanad dan 5 6 Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 2 Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 2007), h. 115. 3 matannya. Meskipun penelitian hadith tergolong ijtihadi (relatif), namun paling tidak dapat diketahui proses penentuan kualitas hadis tersebut. Dalam agama Islam, banyak sekali perintah-perintah yang terdapat di dalam hadis Nabi, baik itu yang bersifat ibadah maupun muamalah, baik yang bersifat ḥablu min Allah ataupun ḥablu min al-nãs. Salah satu contoh kongkritnya adalah hadis seputar bersin. Mendoakan orang bersin merupakan hak Muslim atas Muslim lainnya. Seperti yang tertera pada hadis berikut: Telah menceritakan kepada kami Yaḥ ya bin Ayyub dan Qutaibah serta Ibn Hujr mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il yaitu Ibn Ja'far dari Al 'Alla dari Bapaknya dari Abū Hurairah bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Hak seorang muslim terhadap seorang muslim ada enam perkara. Lalu beliau ditanya; “Apa yang enam perkara itu, ya Rasul Allah?” Jawab beliau: (1) Bila engkau bertemu dengannya, ucapkankanlah salam kepadanya. (2) Bila dia mengundangmu, penuhilah undangannya. (3) Bila dia minta nasihat, berilah dia nasihat. (4) Bila dia bersin lalu dia membaca tahmid, doakanlah semoga dia memperoleh rahmat. (5) Bila dia sakit, kunjungilah dia. (6) Dan bila dia meninggalkan, ikutlah mengantar jenazahnya ke kubur.8 7 Al-Imām al-Ḥāfidz Abī al-Ḥ usain bin al-Ḥajjāj al-Qushairī al-Naisaburī, al-Musnad al- Ṣ aḥ īḥ al-Mukhtaṣ ar min al-Sunan bi naql al-‘Adl ‘an al-‘Adl ilā Rasūl Allāh, kitab salām, bab min Ḥ aq al-Muslim li al-Muslim Rad al-Salām, no. 5, jilid 1 (Riyadh: Dār al-Ṭ aubah, 2006 M), h. 1035. Hadis ini juga terdapat di dalam al-Tirmidzi, no 2661; al-Nasa‟i, no. 1912; Abu Daud, no. 43375; Ibn Majah, no. 1423, 1424, 1425; Ahmad bin Hanbal, no. 636, 5103, 7922, 8321, 8334, 8490, 8671, 8973, 10543, 21310; al-Darimi, no. 2519 8 Hadis ini tergolong hadis yang ṣ aḥ īḥ . Seperti yang tercantum dalam kitab Subul al-Salām. Sharḥ Bulūgh al-Marām, juz 4, (al-Qāhirah: Dār al-Ghag al-Jadīd, 2007 M), cet. II, h. 249 4 Bersin adalah tindakan refleks untuk mengeluarkan udara semi otonom yang terjadi dengan keras dan secara tiba-tiba lewat hidung dan mulut akibat iritasi di saluran hidung. 9 Bersin atau yang biasa disebut dalam bahasa Inggris dengan sneezing adalah kegiatan manusia yang hampir rutin dilakukan setiap harinya dan terkadang berada di luar kontrol manusia. Namun demikian, Islam sebagai agama rahmatan li al-‘ãlamīn tetap memberikan perhatian khusus terhadap hal yang nampak sepele seperti bersin tersebut. Hal ini bisa kita lihat di dalam sejumlah hadis-hadis Nabi baik yang berada dalam Shahih Bukhari ataupun kitab hadis lainnya. Namun tentu bersin yang dimaksud bukan bersin karena sakit pilek dan semisalnya.10 Islam telah menganjurkan kepada pemeluknya segala hal yang bisa mendatangkan kebaikan dan memperingatkan dari segala hal yang bisa mendatangkan kejelekan. Termasuk dalam hal bersin, syariat ini telah membimbing kita dengan beberapa adab yang sangat bermanfaat bagi diri orang yang bersin ataupun orang lain. Di dalam hadis tersebut ada yang menarik perhatian penulis, ketika mengucap taḥ mīd sebagai bentuk syukur menjadi salah satu tuntutan etik bagi seorang Muslim yang bersin, sementara Muslim lainnya dianjurkan menjawab dengan mendoakan orang yang bersin tadi. Bunyi hadis lengkapnya adalah sebagai berikut: 9 Paramita, Kamus Keperawatan, Edisi Kedua, (Jakarta: PT. Indeks, 2013), h. 475 Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bāri 29: Shahih Bukhari/al-Imam al-Hafidz Ibn Hajar alAsqalani; penerjemah, Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h. 671 10 5 Telah menceritakan kepada kami Adam bin Iyas telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b telah menceritakan kepada kami Sa'id Al Maqburi dari Ayahnya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan membenci menguap, apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaklah ia memuji Allah, dan kewajiban seorang Muslim yang mendengarnya untuk mendo'akan, sedangkan menguap datangnya dari syetan, hendaknya ia menahan semampunya, jika ia sampai mengucapkan haaah, maka syetan akan tertawa karenanya." Jika dihubungkan dengan definisi bersin di atas yang mengatakan bahwa bersin terjadi akibat adanya iritasi yang terjadi di hidung, sedangkan dalam hadis di atas Nabi justru mengajarkan untuk mengucap taḥ mid bukan istighfar ataupun istirja’ setelah bersin. Tentu hadis ini akan nampak bertentangan dengan definisi bersin tersebut jika dilihat secara sekilas saja. Bacaan taḥ mid seperti yang terdapat dalam Q. S. Al-Fātiḥ aḥ ayat 2; ّالحمدهلل رب العالمين, al-ḥ amdu yang berarti segala macam pujian dan li Allah yang berarti hanya semata-mata untuk Allah. Sehingga secara lengkap kalimat alḥ amdulillah mempunyai makna penegasan bahwa “segala macam 11 pujian hakikatnya adalah Muhammad bin Isma‟il Abu „Abdullah al-Bukhari al-Ja‟fiy, al-Jami’ al-Shahih alMukhtashar, Kitab: Adab, Bab: Bersin disukai, menguap dimakruhkan, No. Hadith: 5755, (Beirut: Daar Ibn Katsir, 1987) 6 berasal dari Allah dan untuk Allah”.12 Kalimat ini merupakan ungkapan terima kasih yang ditunjukkan kepada Allah atas segala nikmat dan anugerah yang diberikan-Nya. 13 Bila hal tersebut diajarkan Nabi untuk diucapkan ketika seseorang bersin, hal ini mengisyaratkan bahwa dalam bersin terdapat sesuatu yang istimewa sehingga patut untuk disyukuri. Hal ini mengundang pertanyaan-perrtanyaan dari Rasulullah tersebut. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang akan digunakan sebagai skripsi dengan judul KAJIAN HADIS TEMATIK SEPUTAR BERSIN: PERSPEKTIF ILMU MEDIS. B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi masalah dalam skripsi ini berupa: a. Aspek-aspek esensial apa saja yang terdapat dalam anjuran hadis untuk mengucap syukur ketika seseorang bersin? b. Apa Manfaat bersin dari sisi kesehatan, sehingga Nabi menganjurkan pelakunya mengucap syukur, dan orang lain yang mendengarnya dianjurkan untuk mengucap “yarḥamukallah” c. Bagaimana adab ketika bersin dalam Islam? 12 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986), Cet. I, h. 78 13 Muhammad al-Ghazali, Tafsir al-Ghazali: Tafsir Tematik al-Qur’an 30 Juz (Surat 1-26), terj. Safir al-Azhar (Yogyakarta: Islamika, 2004), h. 3 7 2. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya pembahasan mengenai judul di atas, maka penulis perlu untuk melakukan pembatasan pembahasan agar penulisan skripsi ini lebih terfokus, sistematis, dan tidak melebar. Dalam penelitian ini penulis menjelaskan penelitian terhadap hadis-hadis tentang bersin yang tertuju pada poin-poin di atas dengan mengkaji hadis-hadis yang setema. 3. Perumusan Masalah Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, perlu perumusan masalah yang menjadi pokok dalam skripsi ini. Sehingga secara garis besar, yang menjadi pokok dari skripsi ini adalah bagaimana meninjau hadis seputar bersin dengan menggunakan pendekatan ilmu medis. C. Metodologi Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan sumber-sumber data dari bahan-bahan tertulis dalam bentuk kitab, buku, majalah dan lain-lain yang relevan dengan topik pembahasan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kajian hadis maudhu‟i. Secara etimologi, kata maudhu’i berarti meletakkan sesuatu atau merendahkannya, 8 sehingga kata maudhu’i merupakan lawan kata dari al-raf’u (mengangkat)14. Mustafa Muslim berkata bahwa yang dimaksud maudhu’i adalah meletakkan sesuatu pada suatu tempat sehingga yang dimaksud metode maudhu’i adalah mengumpulkan ayatayat yang bertebaran dalam al-Qur‟an atau hadis-hadis yang bertebaran dalam kitabkitab hadis yang terkait dengan topik tertentu atau tujuan tertentu kemudian disusun sesuai dengan sebab-sebab munculnya dan pemahamannya dengan penjelasan, pengkajian dan penafsiran dalam masalah tertentu tersebut15. Menurut al-Farmawi, Metode maudhu‟i adalah mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dengan satu topik atau satu tujuan kemudian disusun sesuai dengan asbab al-wurud dan pemahamannya yang disertai dengan penjelasan, pengungkapan dan penafsiran tentang masalah tertentu tersebut16. Berdasarkan penjelasan di atas, metode maudhū’i harus memenuhi beberapa unsur yaitu: 1. Menentukan topik atau judul yang akan dikaji 2. Mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dengan topik yang telah ditentukan 3. Melakukan pensyarahan atau pengkajian sesuai dengan tema 14 Abȗ al-Husain Ahmad ibn Fāris ibn Zakāriya, Mu’jam Maqāyis al-Lugah (Bairut: Dār alFikr, t.th.), vol. 2 h. 218. 15 Mustāfā Muslim, Mabāhis fī al-Tafsīr al-Maudȗ ’ī (Cet. I; Damasqus: Dār al-Qalam, 1410 H/1989 M) h. 16. Abd al-Hayy al-Farmāwī, al-Bidāyah fī al-Tafsīr al-Maudȗ ’ī Dirāsah Manhajiah Maudȗ ’iyah. diterj. Rosehan Anwar dan Maman Abd Jalil, Metode Tafsir Maudhui. (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1423 H/2002 M), h. 44. 16 9 4. Memilih salah satu atau seluruh aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis yang terkait dengan tema. Sedangkan langkah-langkah pengkajian hadis dengan metode maudhū’i antara lain dapat dilakukan dengan: a. Menentukan tema atau masalah yang akan dibahas b. Menghimpun atau mengumpulkan data hadis-hadis yang terkait dalam satu tema, baik secara lafaz maupun secara makna melalui kegiatan takhrij al-hadis c. Melakukan kategorisasi berdasarkan kandungan hadis dengan memperhatikan kemungkinan perbedaan peristiwa wurudnya hadis (tanawwu‟) dan perbedaan periwayatan hadis. d. Melakukan kegiatan i‟tibar17 dengan melengkapi seluruh sanad e. Melakukan penelitian sanad yang meliputi penelitian kualitas pribadi perawi, kapasitas intelektualnya dan metode periwayatan yang digunakan. f. Melakukan penelitian matan yan meliputi kemungkinan adanya illat (cacat) dan syaz (kejanggalan). 17 I‟tibar adalah suatu proses yang membandingkan antara beberapa riwayat untuk mengetahui apakah perawinya itu sendiri meriwayatkan hadis tersebut ataukah ada perawi lain yang meriwayatkannya. Jika ada perawi/sanad yang lain, apakah kedua sanad itu sama di tingkat sahabat ataukah berbeda? Jika sama ditingkat sahabat akan tetapi berbeda ditingkat setelah disebut berarti hadis tersebut ada muta’bi’-nya, jika berbeda ditingkat sahabat maka hadis tersebut ada syahid-nya. Abd Haq ibn Saifuddin al-Dahlawī, Muqaddimah fī Uș ȗ l al-Hadīs (Cet. II; Bairut: Dār al-Basyāir alIslāmiyah, 1406 H/1989 M), h. 56-57. Bandingkan dengan Mahmud al-Ţahhān, Taisīr Musţalah alHadīs, (Cet.II; al-Riyādh: Maktabah al-Ma‟ārif, 1407 H/1987 M), h. 142. 10 g. Mempelajari term-term yang mengandung arti serupa h. Membandingkan berbagai syarah hadis i. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis atau ayat-ayat pendukung j. Menyusun hasil penelitian menurut kerangka besar konsep.18 Sumber utama penelitian ini adalah al-Kutub al-Tis'ah yang memuat hadishadis tersebut dengan syarh-nya. Dalam pelacakan dan penelusuran hadis tersebut dalam al-Kutub al-Tis’ah, penulis menggunakan metode takhrīj hadis dengan menggunakan kamus hadis melalui petunjuk lafal hadis dengan kitab al-Mu’jam alMufahras li Alfãz al-Ḥ adīs dan kata kunci (tema) hadis dengan kitab Miftãh Kunūz al-Sunnah. Di samping itu, digunakan juga jasa komputer dengan program CD Lidwa yang mampu mengakses sembilan kitab sumber primer hadis. Sedangkan sumber penunjangnya adalah kitab-kitab dan buku-buku yang relevan dengan kajian ini. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif-analitis, yaitu sebuah metode yang bertujuan memecahkan permasalahan yang ada, dengan menggunakan teknik deskriptif yakni penelitian, analisa dan klasifikasi. 19 Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan linguistik, dengan analisis pendekatan ilmu kedokteran untuk mengungkapkan aspek esensial apa saja yang terkandung dari aktivitas bersin tersebut, selain dari aspek normatifnya. 18 19 Arifuddin Ahmad, Metode Tematik dalam Pengkajian Hadis. Op.Cit. h. 20-21 Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1994), hlm. 138-139. 11 D. Tujuan Penelitian Dalam setiap tindakan seorang peneliti tentunya mempunyai tujuan tertentu. Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dengan bersin menjadi satu sajian yang sederhana dan lebih mudah dipahami oleh pembaca. 2. Membantu memberikan kontribusi serta pemahaman dalam dunia pendidikan. 3. Dalam rangka untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Fakultas Ushuluddin di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. E. Sistematika Pembahasan Bahasan studi ini, disusun dalam bab dan sub bab. Adapun sistematika pembahasan penelitian ini sebagai berikut : Bab Pertama, Pendahuluan. Dalam bab ini dipaparkan latar belakang masalah, sebagai ungkapan inspirasi awal dari penelitian, kemudian pembatasan terhadap masalah yang tertuang dalam rumusan masalah. Langkah berikutnya menentukan tujuan dan kegunaan penelitian, kemudian dijelaskan pula tinjauan pustaka sebagai acuan untuk membedakan penelitian ini dengan kajian yang serupa. Selanjutnya 12 dijelaskan metode yang digunakan dalam penelitian hadis ini dan diakhiri dengan rangkaian sistematika pembahasan. Bab kedua, akan membahas tinjauan medis seputar bersin. Yang meliputi definisi bersin berdasarkan ilmu kedokteran, aspek yang terkandung dalam bersin, bagaimana mekanisme bersin dapat terjadi, serta penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh bersin. Bab ketiga, akan membahas hadis-hadis seputar bersin dengan menggunakan metode tematik (maudhu‟i). Adapun yang akan menjadi sub bahasan pada bab ini adalah seputar hadis anjuran mengucap syukur bagi orang yang bersin, hadis tentang perintah mendoakan orang yang bersin dan bagaimana Islam mengajarkan adab ketika bersin. Bab keempat, berisi Penutup, yang meliputi; Kesimpulan, yang berisi jawaban atas pertanyaan yang telah disebutkan dalam perumusan masalah, dan Saran, berisi saran-saran seputar isi serta esensi terhadap hasil penelitian yang ditulis. BAB II TINJAUAN MEDIS SEPUTAR BERSIN A. Definisi, Anatomi dan Fisiologi Hidung Secara anatomi, hidung adalah penonjolan pada vertebrata yang mengandung nostril yang menyaring udara untuk pernapasan.1 Hidung adalah bagian yang paling menonjol di wajah dan meskipun tidak mutlak untuk hidup, hidung memiliki banyak fungsi, di antaranya; hidung adalah organ indera penghidu (penciuman) yang juga membantu indera pengecapan dengan membedakan ciri makanan. Organ ini juga membantu mengatur kelembaban udara yang diinspirasi, berfungsi sebagai penyaring partikel-partikel dari udara inspirasi dan juga berperan dalam resonansi bicara dan pengaturan aliran udara selama inspirasi 2 . Meskipun kita dapat bernapas melalui mulut dan hidung, namun bernapas melalui hidung lebih mudah, berdaya guna dan menyenangkan. 3 Udara yang sangat panas, dingin, dengan kelembaban tinggi atau rendah dan mengandung polusi berat, diolah terlebih dahulu oleh hidung sehingga tidak menimbulkan gangguan. Hidung berfungsi pula sebagai panca indera yang dapat membedakan udara busuk dari yang baik.4 1 http://id.wikipedia.org/wiki/Hidung, diakses pada 27 Maret 2014, pukul 14:00 Brahm U. Pendit, Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, vol. 2 Praktik (terj.), (Jakarta: EGC, 2005), cet. I, h. 72 3 Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 95 4 Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 96 2 13 14 Hidung terdiri dari bagian luar dan bagian dalam. Hidung bagian luar adalah suatu struktur berbentuk piramid yang terletak di sepertiga tengah wajah. Struktur hidung manusia terdiri dari tulang, tulang rawan, jaringan fibrosa dan kulit5. Dan fitur eksternal dari hidung atau jenis hidung tergantung pada tulang dan tulang rawan. Menurut bentuk dan ukuran hidung manusia, mereka dapat diklasifikasikan ke dalam jenis yang berbeda seperti Romawi atau bengkok, Yunani atau lurus, Nubia, elang, pesek, dan pergantian up jenis. Ras manusia dapat diidentifikasi dengan jenis hidung, misalnya, orang Eropa memiliki panjang, sempit, elevasi besar (ketinggian ujung hidung di atas bibir), dan vertikal mengatur lubang hidung. Kerangka hidung juga dibentuk oleh tulang-tulang etmodialis, sfenodialis, maksilaris, dan frontalis. Hidung internal (bagian dalam) terletak di antara atap mulut dan dasar kranium dan terletak di sebelah anterior terhadap nasofaring. Udara masuk ke dalam rongga hidung kanan dan kiri melalui dua lubang hidung (nares)6. Septum nasalis yang membagi hidung menjadi dua terletak di garis tengah. Septum memiliki kerangka tulang dan tulang rawan. Tulang rawan membentuk bagian anterior (kolumela), sedangkan vomer dan lempeng perpendikularis tulang etmoidalis membentuk bagian atas, bawah dan posterior.7 5 Brahm U. Pendit, Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, vol. 2 Praktik (terj.), (Jakarta: EGC, 2005), cet. I, h. 72 6 Daniel S. Wibowo, Anatomi Tubuh Manusia, (Jakarta: Grasindo, tt.), h. 68 7 Brahm U. Pendit, Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, vol. 2 Praktik (terj.), (Jakarta: EGC, 2005), cet. I, h. 72 15 Tepat di pintu masuk lubang hidung terdapat vestibula, yang dilapisi oleh kulit dan rambut kaku, berfungsi untuk menyaring partikel-partikel agar partikel tersebut tidak masuk ke dalam paru. Setelah vestibula, lapisan dalam dari bagian interior hidung sampai ke paru terbentuk dari membran mukosa. Tulang-tulang turbinatus (konka) dijumpai di dinding-dinding lateral masing-masing rongga. Fungsi utama tonjolan ini adalah melembabkan dan mengatur suhu udara. Dengan demikian, tulang-tulang ini memiliki ketebalan dan vaskularisasi terbesar di hidung. Tulang wajah di sekitar wilayah hidung berisi sinus. Secara anatomis, sinus adalah rongga udara berongga yang dilapisi oleh selaput lendir (mirip dengan rongga hidung), dan mereka juga dikenal sebagai sinus paranasal8. Ada empat sub kelompok sinus, diklasifikasikan berdasarkan tulang yang sinus yang hadir. Mereka frontal, maksila, ethmoid, dan sphenoid sinus. Di antara keempat sinus, sinus ethmoid terletak di sekitar area jembatan hidung. Kelainan pada salah satu sinus paranasal menyebabkan masalah sinus9. Hidung adalah bagian yang penting dalam melakukan proses pernapasan selain pangkal tenggorokan (larink)10, batang tenggorokan (trachea)11 dan paru-paru12. Pada 8 Brahm U. Pendit, Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, vol. 2 Praktik (terj.), (Jakarta: EGC, 2005), cet. I, h. 74 9 http://www.biologi-sel.com/2013/06/struktur-hidung-manusia.html, diakses pada 27 Maret 2014, pada pukul 16:35 10 Pangkal tenggorokan (larink) adalah bagian yang membesar di bagian atas trakea vertebrata yang pada manusia sering disebut dengan jakun. Lempeng-lempeng tulang rawan dalam dindingnya digerakkan oleh otot untuk membuka dan menutup glotis. M. Abercrombie (dkk.) Kamus Lengkap Biologi, h. 362 11 Batang tenggorokan (trachea) adalah saluran napas antara larin dan paru-paru yang memiliki banyak kelenjar lendir. Saluran ini tersusun atas tulang rawan yang elastis sehingga mudah 16 proses pernapasan, udara yang memasuki hidung mengalami tiga perlakan agar hasil dari pernapasan tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik. Perlakuan pertama adalah penyaringan udara yang dilakukan oleh rambut-rambut halus (silia) 13 dan selaput lendir yang berada di posisi paling depan dalam rongga hidung. Pada bagian ini, bila ada debu yang masuk akan disapu oleh rambut halus dan keluar dengan udara pernapasan yang keluar. Tetapi bila hal ini tidak berhasil, maka kotoran tadi akan dilarutkan oleh lendir hidung yang kemudian menjadi ingus. Kemudian setelah mengalami penyaringan, suhu udara yang masuk disesuaikan dengan suhu tubuh, hal ini terjadi di bagian hidung yang berlekuk yang disebut conchae 14 . Lalu setelah penyesuaian tersebut, udara lalu diatur kelembabannya. Jadi, hidung berfungsi untuk melembabkan udara yang dihirup dan sebagai filter terhadap gas-gas, bahan kimia dan bahan-bahan lain yang berbahaya. Bila bahan tersebut dapat lolos dan masuk ke saluran napas bagian bawah, akan timbul refleks membesar untuk memasukkan oksigen lebih banyak ke paru-paru. Wildan Yatim. Kamus Biologi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), cet. II, h. 834 12 Paru-paru adalah organ pernapasan pada mamalia, reptilia, amphibia, dan burung yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas. Pada mamalia, paru-paru memiliki dua kantong elastis yang dapat dikembangkempiskan sedemikian rupa sehingga udara pernapasan keluar masuk secara terusmenerus. Collins Gem, Kamus Saku Biologi, terj. Nawangsari S. (Jakarta: Erlangga, 1996), cet. I, h. 97 13 Silia atau Rambut getar adalah tonjolan gerak sel yang bergerak atau mengayuh ke satu arah dan kembalinya meliuk rendah. Keseluruhan silia yang menyusun permukaan suatu saluran bergerak berirama yang bila dilihat di bawah mikroskop elektron tampak seperti pada ilalang yang ditiup angin. Pada hewan tingkat tinggi termasuk manusia, silia terdapat pada jaringan epitel selaput yang dimiliki oleh saluran napas dan saluran kelamin. Wildan Yatim, Kamus Biologi, h. 217 14 Wildan Yatim, Kamuss Biologi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), cet. II, H. 448 17 batuk untuk mengeluarkannya. Tetapi bila bahan-bahan tersebut sampai juga di paru, maka akan menimbulkan radang dan mungkin kerusakan yang menetap15. Hal-hal yang dapat mengganggu fungsi hidung antara lain:16 Udara sangat kering yang ditimbulkan pemanasan rumah atau pabrik yang berlebihan Asap (rokok, dapur, pembakaran sampah, dan lain-lain) Dekongestan dalam bentuk tetes atau semprot hidung yang berlebihan infeksi B. Definisi dan Urgensi Bersin Bersin adalah tindakan refleks untuk mengeluarkan udara semi otonom yang terjadi dengan keras dan secara tiba-tiba lewat hidung dan mulut akibat iritasi di saluran hidung. 17 Udara ini dapat mencapai kecepatan 70m/detik (250km/jam). 18 Sebenarnya bersin merupakan proses yang normal, karena bersin merupakan reaksi penyesuaian untuk menyingkirkan ingus yang mengandung partikel atau gangguan asing dan membersihkan rongga hidung. 19 Pada saat bersin, tubuh berusaha untuk mengeluarkan benda-benda yang dapat menyebabkan iritasi misalnya; bakteri, virus 15 Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 96 16 Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 97 17 Paramita, Kamus Keperawatan, Edisi Kedua, (Jakarta: PT. Indeks, 2013), h. 475 18 Ada pula yang mengatakan bahwa kecepatan bersin manusia mencapai 161 km/jam 19 Dr dr Anies Mkes PKK, Seri Kesehatan Umum Pencegahan Dini Kesehatan: Berbagai Penyakit dan Gangguan Kesehatan yang Perlu diwaspadai dan Dicegah Secara Dini, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2005), h. 100 18 dan mikroba lain yang berasal dari saluran pernapasan yang keluar melalui mulut dan hidung bersama butiran-butiran air yang berukuran sangat kecil (diameternya antara 0,5 hingga 5 µm), sekitar 40.000 butir air seperti itu dapat dihasilkan dalam sekali bersin.20 Hal inilah yang menyebabkan penyebaran influenza. 21 Namun sebenarnya ini bukan hanya gejala penyakit influenza saja, melainkan juga merupakan gejala penyakit pernapasan (misalnya rhinitis dan salesma). Pemicu bersin pada satu orang berbeda dengan orang yang lain, demikian pula dengan volume, intensitas dan gaya bersin yang dikeluarkan.22 Dan biasanya, bersin bisa juga di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1. Aliran udara yang masuk akan melewati rongga hidung yang diselimuti selaput lendir hidung, bila selaput lendir ini terkena dengan bahan-bahan iritan atau alergen maka akan timbul bersin. Sejumlah faktor iritasi dan dapat membuat bersin: asap, polusi, jamur, debu, merica, udara dingin, serbuk sari23, asap atau bau yang kuat, bulu binatang. 2. Bersin bisa juga timbul karena adanya peradangan (rhinosinusitis), benda asing, infeksi virus atau sebuah reaksi alergi/rhinitis alergi, rhinitis 20 http://id.wikipedia.org/wiki/Bersin, diakses pada 18 Maret 2014, pada pukul 16:00 Bellinda Gallagher (ed.), Encyclopedia of Questions and Answers (London: Chancellor Press, 2000), h. 193 22 Hal ini merupakan pendapat dari R. Eccles, Common Cold and Nasal Research Center Cardiff, Inggris http://health.detik.com/read/2014/03/18/123256/2529060/763/9-fakta-menarik-danmencengangkan-seputar-bersin--2-?880006fa, diakses pada 13 Maret 2014, pada pukul 17:00 23 Serbuk sari atau tepung sari adalah sel benih jantan tanaman yng berbunga seperti rumput, gulma dan pohon. Serbuk sari dapat menimbulkan alergi hidung, mata dan asma pada penderita yang menghirupnya. Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 20 21 19 nonallergic, pembengkakan dan iritasi pada bagian hidung, seperti dari infeksi. Peradangan dalam hal ini biasanya adalah berupa sakit flu. Pada saat flu banyak partikel asing dalam hidung. Sehingga sangat di sarankan, pada saat bersin sebaiknya menutup hidung dengan saputangan atau tissue. Karena selain mengandung unsur kesopanan, menutup hidung ketika bersin juga sama artinya menekan menyebarnya kuman penyakit. Bersin juga bisa timbul ketika wajah kita terkena cahaya atau sinar. “Kecenderungan bersin ketika diterpa cahaya benderang disebut photic sneeze. Ini sebuah sifat genetic yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan dialami oleh antara 18 persen hingga 35 persen penduduk dunia. Bersin terjadi akibat gerak reflex yang berfungsi melindungi mata (dalam hal ini ketika orang tiba-tiba masuk ke tempat yang benderang) dan kebetulan hidung tergabung dalam sistem yang sama.24 Francis Bacon juga mengungkapkan bahwa “Memandang ke arah matahari sungguh membuat orang bersin. Penyebabnya, bukan karena cahaya matahari memanaskan hidung; sebab menutup hidung dari terpaan cahaya matahari, walaupun membuat orang berkedip, akan mengatasinya, akan tetapi penyebabnya adalah cairan otak yang tersedot turun. Sebab ini akan membuat mata berair, dan cairan yang turun 24 http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/01/08/jangan-sepelekan-bersin-dan-janganmenahan-bersin-517450.html 20 ke mata kemudian turun juga ke hidung, akibat gerak yang disengaja, dan diikuti dengan bersin, sebaliknya, menggelitik bagian dalam hidung, ternyata bisa menurunkan cairan ke hidung, dan mata dengan sengaja, karena cairan ini juga air. Akan tetapi berdasarkan pengamatan, ketika seseorang tiba-tiba ingin bersin, menggosok-gosok mata sampai penuh dengan air, akan mencegahnya. Alasannya, cairan yang seharusnya turun ke hidung, dialihkan ke mata.”25 C. Mekanisme Bersin Udara pernapasan yang telah bercampur dengan berbagai polusi, bakteri dan virus tentu dapat mengganggu keseimbangan tubuh bila tidak ada usaha pertahanan tubuh yang mencegah segala macam penyebab gangguan tersebut. Tubuh manusia telah dirancang sedemikian rupa sehingga bisa dengan otomatis menangkal dan memerngi benda-benda asing semacam debu, bakteri maupun virus agar tidak memasuki tubuh. Hidung merupakan salah satu barisan terdepan dalam usaha pertahanan tubuh ini.26 Dalam hidung terdapat ujung-ujung saraf dari serat nyeri yang ditemukan dalam membran rongga hidung dan membran mukosa olfaktorius. Ujung-ujung inilah yang peka terhadap rangsangan bau yang dihantarkan oleh saraf trigeminus27. Ujung- 25 Francis Bacon Sylva Sylvarum (London: John Haviland for William Lee, 1653) h. 170 Belinda Gallagher, Encyclopedia of Questions and Answers, h. 193 27 Saraf trigeminus adalah saraf otak kelima yang mempunyai tiga cabang. Saraf ini berfungsi untuk mengantarkan rangsang sensoris dari mata daerah sekitar rahang atas dan bawah, termasuk selaput lendir dalam mulut, hidung dan pipi. Wildan Yatim, Kamus Biologi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), cet. II, h. 855 26 21 ujung ini juga berperan menimbulkan bersin, imbibisi28 napas dan respon refleks lain terhadap zat yang merangsang di hidung. 29 Pada saat bersin, lidah menutup aliran udara dan benda-benda asing yang mengganggu tenggorokan digiring ke mulut dan hidung yang pada akhirnya menghasilkan bersin ketika bereaksi dengan ujung-ujung saraf pada serat nyeri dalam hidung.30 D. Fakta-fakta Seputar Bersin 1. Ketika Bersin Mata Tertutup Selama bersin akan terjadi stres yang luar biasa pada tubuh, tekanan udara yang cukup penting terletak pada mata, tekanan tersebut akan membuat mata merasa tidak nyaman sehingga secara refleks seseorang akan menutup matanya saat bersin sebagai bentuk perlindungan. Selain itu adanya dorongan saat seseorang akan bersin mempengaruhi berbagai organ tubuh termasuk perut, dada, leher dan wajah. Saat bersin impuls atau rangsangan akan berjalan melalui wajah seseorang yang juga menyebabkan kelopak mata menutup atau berkedip. Respon ini bersifat otomatis atau tidak bisa dikontrol.31 Hal ini terjadi demi melindungi saluran air mata dan kapiler darah agar tidak terkontaminasi oleh bakteri yang keluar dari membran hidung. 28 Imbibisi adalah kecendrungan koloid dan substansi yang membentuk gel-gel koloid untuk menyerap air secara pasif secara pasif bertanggung jawab atas penggembungan organ-organ. M. Abercombie (dkk.), Kamus Lengkap Biologi edisi ke-8, terj. T. Siti Sutarmi dan Nawangsari Sugiri (Jakarta: Erlangga, 1993), h. 328 29 William F. Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 20, terj. M. Djauhari Widjajakusumah, dkk (Jakarta: EGC, 2002), h. 182 30 Belinda Gallagher, Encyclopedia of Questions and Answers, h. 193 31 http://kubuskecil.blogspot.com/2012/12/mengapa-saat-bersin-mata-terpejam.html, diakses pada 17 Maret 2014 pada pukul 20:00 22 2. Jantung Serta Kaitannya Dengan Bersin Beberapa mitos mengatakan bahwa ketika bersin jantung akan berhenti selama satu per sekian detik. Namun menurut artikel New York Times, anggapan tersebut hanyalah mitos belaka. Yang terjadi sebenarnya ketika bersin ialah detak jantung akan mengalami pelambatan secara alami. Penyebabnya ialah tarikan nafas sebelum bersin dan stimulasi dari saraf vagus. Meski terjadi pelambatan detak jantung, efeknya sangat minim sehingga mayoritas orang tidak menyadarinya. E. Bahaya Menahan Bersin Jika keinginan bersin terjadi saat sedang terlibat perbincangan serius, pertemuan penting atau berada di ruang yang sepi, orang lebih suka untuk menahannya. Sebaiknya jangan menahan bersin karena bisa berbahaya.32 Beberapa orang mencoba menahan bersin dengan cara menekan hidung mereka sehingga keinginan untuk bersin menjadi hilang. Ternyata menahan bersin justru bisa menjadi masalah yang serius jika sering dilakukan. Kecepatan bersin yang dimiliki manusia bisa mencapai 161-250 km/jam, sehingga jika seseorang menahan untuk bersin maka tubuh harus menahan kecepatan tersebut secara tiba-tiba. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi fungsi tubuh dan menyebabkan kuman yang seharusnya dikeluarkan malah masuk kembali. 32 Wawancara pribadi dengan dr. Gustav Syukroni, Sp. Tht., Jum’at, 26 Agustus 2014 23 “Bersin merupakan kegiatan yang positif karena memiliki fungsi membersihkan faring (rongga antara hidung, mulut dan tenggorakan) dan ini adalah hal yang baik, sedangkan menahan bersih justru berbahaya karena bisa menimbulkan beberapa risiko33 Dr. Roizen mengungkapkan ada beberapa bahaya yang bisa ditimbulkan jika seseorang menahan bersin yaitu: 1. Menyebabkan patah tulang di tulang rawan hidung 2. Mimisan 3. Pecah gendang telinga 4. Gangguan pendengaran 5. Vertigo Hal ini karena tubuh berusaha menahan kecepatan dari bersin yang tinggi. Cedera yang timbul umumnya mempengaruhi struktur bagian dalam kepala. Emfisema adalah suatu kondisi yang bisa menyerang anak-anak ataupun orang dewasa, kondisi ini sangat berbahaya dan berpotensi mematikan karena dapat membatasi pasokan udara. Tanda-tanda yang muncul biasanya wajah atau leher yang membengkak dan timbul rasa ketidaknyamanan.”Untuk membantu seseorang agar mudah bersin bisa dengan cara melihat cahaya terang, hal ini dapat merangsang saraf 33 Dr Michael Roizen, kepala Wellness Officer Clevelend Clinics, seperti dikutip dari Doctoroz.com, Senin (8/3/2010). 24 optik yang melintasi jalur pusat bersin. Selain itu iritasi yang terjadi di saraf dekat pusat bersin juga bisa memicu seseorang untuk bersin,” tambahnya. Saat seseorang bersin biasanya diikuti oleh keluarnya bakteri atau kuman dari dalam tubuh. Hal ini berguna untuk menjaga hidung agar tetap bersih, karenanya seringkali bersin terjadi secara berulang-ulang.34 F. Rinitis 1. Rinitis Alergi a. Pengantar Di negara yang memiliki empat musim, kita mengenal penyakit yang biasa disebut dengan summer cold, hay fever 35 atau polinosis. Penyakit ini merupakan sebuah alergi terhadap serbuk sari yang biasanya terjadi pada musim semi sampai akhir musim gugur. Gejala dari penyakit ini biasanya berupa bersin-bersin, hidung dan mata gatal, berair dan sering disertai dengan tenggorokan gatal dan berlendir36. Ketiga istilah di atas sebenarnya kurang tepat untuk diterapkan. Karena hal seperti ini lebih dikenal dengan istilah rinitis alergi pada dunia kedokteran. Rinitis (radang hidung) alergi dapat dibagi pada dua bentuk; yaitu tergantung musim (musiman) dan yang tidak bermusim atau terjadi sepanjang tahun (perenial). Di 34 http://moomooblogs.wordpress.com/2013/03/17/hindari-enam-bahaya-akibat-menahan- bersin/ 35 Sebenarnya istilah hay fever dirasa kurang tepat, karena tidak ada hubungannya dengan hay (jerami) dan tidak pula disertai suhu badan yang meninggi (fever) 36 Ini merupakan gejala dari penyakit rinitis. Di mana salah satu di antara gejalanya adalah bersin-bersin sehingga penulis merasa perlu untuk membahas ini. 25 Indonesia sendiri dan di banyak negara, debu rumah, serbuk sari dab spora jamur disebarkan sepanjang tahun dan karena itulah rinitis ditemukan sepanjang tahun pula. Rinitis merupakan penyakit alergi yang paling sering terjadi dan ditemukan pada sekitar 20%-30% dari masyarakat 37 . Penderita dengan rinitis alergi lebih cenderung untuk menderita asma 38 dibanding mereka yang tanpa rinitis alergi. Komplikasi yang dapat terjadi pada rinitis alergi ialah infeksi saluran pernapasan, sinusitis dan polip hidung 39 . Rinitis ini berbeda dengan pilek biasa yang dapat menimbulkan panas badan. b. Penyebab Rinitis Alergi Rinitis sebagai salah satu penyakit alergi dapat disebabkan oleh debu rumah, serbuk sari dan spora jamur yang terhirup. Rinitis alergi terjadi pada keluarga berpenyakit alergi yang sama atau alergi lain seperti asma dan ekzema. Penyebab rinitis alaergi pada seseorang berlainan satu sama lain. Hal ini bisa diketahui dari berbagai uji seperti uji tusuk kulit dan pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti lgE dan alegrannya yang mungkin menjadi penyebab penyakit. Di samping itu, 37 Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 99 38 Asma adalah penyakit paru yang tidak menular dengan ciri-ciri berupa serangan sesak, napas bunyi dan batuk berulang-ulang. Ditimbulkan oleh penyempitan saluran napas yang tidak menetap. Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 116 39 Polip hidung adalah pertumbuhan kecil yang disebut polip pada rongga hidung, sebagai respon peradangan. Polip hidung dapat menyebabkan penyumbatan hidung dan mengganggu indera penciuman sehingga kadang perlu diangkat dengan operasi bila menimbulkan ketidaknyamanan ekstrim. http://kamuskesehatan.com/arti/polip-hidung/, diakses pada; Senin, 07 April 2014 26 riwayat penyakit dan pengamatan penderita itu sendiri teruta terhadap lingkungannya juga sangat penting untuk menemukan penyebab penyakit tersebut40. 2. Rinitis non-Alergi Bila seseorang mengeluh hidung berair atau tersumbat tanpa disertai rasa gatal atau berin yang sering kali, mungkin ini adalah gejala dari rinitis non-alergi41. Rinitis non-alergi terdiri dari beberapa macam, di antaranya:42 a. Rinitis Vasomotor Rinitis vasomotor merupakan sindroma non-alergi yang sering terjadi karena hal ini dipicu oleh perubahan suhu atau cuaca yang terjadi secara mendadak, paparan dengan iritan lingkungan seperti asap rokok, bahan pemutih, asap kendaraan bermotor, pewangi, dan uap cat.43 40 Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 100 41 Perbedaan antara rinitis alergi dan rinitis non-alergi adalah dari rasa gatal atau intensitas bersin yang dialami oleh sang penderita. Jika rinitis alergi disertai rasa gatal pada hidung dan bersin yang sering kali, maka rinitis non-alergi sebaliknya. 42 Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h 103 43 Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 104 27 b. Rinitis Infeksi Rinitis karena infeksi dapat dikategorikan akut atau kronis. Contoh yang akut adalah flu (common cold). Biasanya disebabkan oleh virus dan cendrung menghilang dalam 7-10 hari dan disertai produk cairan yang jernih.44 c. Rinitis Hormonal Rinitis hormonal biasanya diinduksi oleh kondisi seperti mensis, ovulasi, hamil, dan hipotiroidisme.45 d. Rinitis Gustatori Rinitis gustatori adalah rinitis yang timbul dengan segera dan reaksi lokal terhadap makanan berbumbu dan alkohol (minuman) yang menimbulkan hidung dan mata berair. Rinitis gustatori ini memiliki manfaat untuk yang dapat menguntungkan si penderitanya yakni membersihkan sinus yang sementara.46 44 Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 104 45 Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 105 46 Karnen Bratawidjaja, dkk., Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013, (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), h. 105 BAB III TELAAH HADIS SEPUTAR BERSIN: PERSPEKTIF ILMU MEDIS Pada bab III ini, penulis akan menguraikan jawaban atas rumusan masalah yang telah dipertanyakan pada bab I, yaitu hadis-hadis yang berbicara mengenai bersin serta bagaimana Islam melalui hadis-hadis mengajarkan para pengikutnya etika seputar bersin. Dalam penelusuran hadis mengenai tema tersebut, bila ditempuh dengan metode takhrij al-hadis bi al-lafẓ menggunakan mu‟jam al-mufahras dengan menggunakan kata dasar „aṭ asa, ataupun menggunakan metode pencarian awal matan. Maka akan didapatkan hasil yang bisa disimpulkan kepada tiga poin besar. Yakni: 1. Mendo‟akan orang yang bersin merupakan hak sesama Muslim. Sebagian hadis-hadis ini terdapat di dalam; al-Bukhari kitab; nikah no. 71, asyrabah no. 28, adab 124, libas 26; Muslim kitab; salam no. 4, libas no. 3, adab 90; alTirmidzi kitab adab no. 45; al-Nasa‟i kitab iman 13, jenazah no. 53; Ibn Majah kitab jenazah 1; dan Ahmad bin Hanbal jilid 2 no. 12581. Arnold John Wensinck, Mu‟jam Al-Mufahras Li Al-faẓ al-Hâdits al-Nabawî, (Leiden: Maktabah Barbal 1936). Jilid 4, h. 260 1 28 29 2. Apa yang semestinya dilakukan oleh orang yang bersin. Pada poin ini meliputi beberapa hal: a. Hendaklah memuji Allah. Hal ini terdapat di dalam al-kutub al-sittah dengan beragam redaksi. Di antaranya terdapat dalam; al-Bukhari kitab adab, no. 126, Muslim kitab salam, no. 5, al-Tirmidzi kitab adab, no. 3, Ibn Majah kitab adab, no. 20.2 b. Menutup mulut dan merendakan suara ketika bersin 3. Apa yang semestinya dilakukan oleh yang mendengar orang lain bersin A. Mendoakan Orang yang Bersin Merupakan Hak Sesama Muslim Telah menceritakan kepada kami Yaḥ ya bin Ayyub dan Qutaibah serta Ibn Hujr mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il yaitu Ibn Ja'far 2 Arnold John Wensinck, Mu‟jam Al-Mufahras Li Alfazh al-Hâdits al-Nabawî, (Leiden: Maktabah Barbal 1936). Jilid 4, h. 259 3 Al-Imām al-Ḥāfidz Abī al-Ḥ usain bin al-Ḥajjāj al-Qushairī al-Naisaburī, al-Musnad al- Ṣ aḥ īḥ al-Mukhtaṣ ar min al-Sunan bi naql al-„Adl „an al-„Adl ilā Rasūl Allāh, kitab salām, bab min Ḥ aq al-Muslim li al-Muslim Rad al-Salām, no. 5, jilid 1 (Riyadh: Dār al-Ṭ aubah, 2006 M), h. 1035. Hadis ini juga terdapat di dalam al-Tirmidzi, no 2661; al-Nasa‟i, no. 1912; Abu Daud, no. 43375; Ibn Majah, no. 1423, 1424, 1425; Ahmad bin Hanbal, no. 636, 5103, 7922, 8321, 8334, 8490, 8671, 8973, 10543, 21310; al-Darimi, no. 2519 30 dari Al 'Alla dari Bapaknya dari Abū Hurairah bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Hak seorang muslim terhadap seorang muslim ada enam perkara. Lalu beliau ditanya; “Apa yang enam perkara itu, ya Rasul Allah?” Jawab beliau: (1) Bila engkau bertemu dengannya, ucapkankanlah salam kepadanya. (2) Bila dia mengundangmu, penuhilah undangannya. (3) Bila dia minta nasihat, berilah dia nasihat. (4) Bila dia bersin lalu dia membaca tahmid, doakanlah semoga dia memperoleh rahmat. (5) Bila dia sakit, kunjungilah dia. (6) Dan bila dia meninggalkan, ikutlah mengantar jenazahnya ke kubur.4 Hadis ini tergolong hadis ṣ aḥ īḥ , karena dilihat dari segi kualitas sanad, hadis ini memiliki sanad yang bersambung, selain itu para perawinya juga dinilai thiqah oleh para kritikus hadis. Dari segi kualitas matan, hadis ini tidak bertentangan dengan hadis lain yang lebih kuat, tidak bertentangan dengan al-qur‟an dan dapat diterima dengan akal sehat (logika) sehingga hadis ini juga dapat dinilai ṣ aḥ īḥ dari segi matan. Dan pada kesimpulan akhirnya, secara keseluruhan hadis ini dapat dikategorikan kepada hadis yang ṣ aḥ īḥ . Hadis ini mencantumkan hak seorang muslim terhadap muslim lainnya. Di antara hak itu terdapat kalimat „bila dia bersin lalu dia membaca tahmid, doakanlah semoga dia memperoleh rahmat‟. Menurut Ibn Abī Jamrah (699 H) sebagaimana yang dikutip di dalam Fath al-Bāri 5 , ia mengatakatan bahwa; sekelompok ulama mengatakan bahwa hukumnya adalah fardhu „ain (kewajiban individu). Hal ini juga senada dengan yang dikatakan oleh Ibn Qayyim. Ia mengatakan bahwa “ia telah disebutkan dengan redaksi yang menunjukkan kewajiban secara tegas, juga dengan Hadis ini tergolong hadis yang ṣ aḥ īḥ . Seperti yang tercantum dalam kitab Subul al-Salām. Sharḥ Bulūgh al-Marām, juz 4, (al-Qāhirah: Dār al-Ghag al-Jadīd, 2007 M), cet. II, h. 249 5 Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bāri 29: Shahih Bukhari/al-Imam al-Hafidz Ibn Hajar alAsqalani; penerjemah, Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h. 671 4 31 kata „haq‟ yang mengindikasikan kewajiban. Kata „alā yang memberi asumsi kuat akan kewajiban, serta dengan lafal perintah yang secara hakikatnya adalah wajib. Ditambah lagi dengan perkataan sahabat „Rasulullah SAW memerintahkan kami‟.”6 Sebagian ulama berpendapat hukumnya fardhu kifayah. Pendapat ini dikuatkan oleh Abū al-Walid bin Rasyid dan Abū Bakr al-„Arabī serta menjadi pendapat mazhab Hanafi dan jumhur ulama Hanabilah. Sementara Abd al-Wahhab dan sekelompok mazhab Maliki mengatakan hukumnya mustahab (disukai), satu orang mencukupi jama‟ah merupakan pendapat madzhab al-Syafi‟i7. Namun jika kita lihat dalam kitab Subul al-Salām, dikatakan bahwa hak yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang tidak pantas untuk ditinggalkan dan hukum dari masing-masing hak tersebut memiliki perbedaan satu sama lain8. Al-Tasmit memiliki arti berdoa kepada Allah untuk seseorang. Selain itu bisa juga bermakna berdzikir kepada Allah atau mengingat Allah atas suatu kejadian. Sedangkan yang berkaitan dengan hadis ini dan hadis-hadis yang akan dibahas selanjutnya adalah mendoakan orang yang bersin, yakni ucapan yang ditujukan 6 Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bāri 29: Shahih Bukhari/al-Imam al-Hafidz Ibn Hajar alAsqalani; penerjemah, Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h. 671 7 Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bāri 29: Shahih Bukhari/al-Imam al-Hafidz Ibn Hajar alAsqalani; penerjemah, Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h. 671 8 Muhammad bin Isma‟il al-Amir al-Ṣ an‟ani, Subul al-Salām Sharḥ Bulūgh al-Marām, juz 4, (al-Qāhirah: Dār al-Ghag al-Jadīd, 2007 M), cet. II, h. 249 32 kepada orang lain berupa yarhamukallah. Menurut al-Farisi hal ini diucapkan karena orang bersin sedang berada dalam kondisi kesedihan dan tidak tenang.9 Kata “Fasammitu” dengan menggunakna huruf sin ( )سdan pada hadis yang lain menggunakan huruf shin ()ش, Tsa‟labah berkata, “Dikatakan, sammattul „āṭ is artinya saya do‟akan dirinya semoga mendapatkan hidayah dan memperoleh akhlak yang lurus.” Ia juga berkata, “Pada asalnya kata tersebut dengan menggunakan huruf sin hanya saja boleh juga menukarnya dengan huruf shin.”10 Pada dasarnya tashmit berasal dari shamita-yashmatu yang berarti gembira atas bencana. Sedangkan tashmit al-„athas bermakna mendoakan orang yang bersin.11 Jika dilihat secara sekilas, maka kedua pengertian tersebut nampak berlawanan. Akan tetapi, bila melihat hakikat dari bencana yang berupa bersin, memang sewajarnya jika yang terwujud adalah kegembiraan karena bersin pada dasarnya adalah nikmat. Sedangkan dijelaskan oleh Ibn al-Tin bahwa bergembira atas bencana yang dimaksud adalah bencana yang menimpa setan ketika orang yang bersin memuja Allah. 9 Muhammad bin Mukram Ibn Manzur al-Afriqi al-Misri, Lisan al-„Arab, juz 2, h. 46 Muhammad bin Isma‟il al-Amir al-Ṣ an‟ani, Subul al-Salām Sharḥ Bulūgh al-Marām, juz 4, (al-Qāhirah: Dār al-Ghag al-Jadīd, 2007 M), cet. II, h. 250 11 Muhammad bin Mukram Ibn Manzur al-Afriqi al-Misri, Lisan al-„Arab, juz 2, h. 51 10 33 B. Etika Bersin Dalam Islam 1. Adab Bagi Orang Yang Bersin a. Anjuran Untuk Memuji Allah Setelah Bersin Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Sulaiman dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu dia berkata; "Dua orang laki-laki tengah bersin di dekat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau mendo'akan yang satu dan membiarkan yang lain, maka ditanyakan kepada beliau, beliau pun menjawab: "Orang ini memuji Allah, (maka aku mendo'akannya) dan yang ini tidak memuji Allah."12 Telah menceritakan kepada kami Adam bin Iyas telah menceritakan kepada kami Ibn Abū Dzi`b telah menceritakan kepada kami Sa'id Al Maqburi dari Ayahnya dari Abū Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan membenci menguap, Apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaklah ia memuji Allah, dan kewajiban seorang muslim yang mendengarnya untuk mendo'akan, sedangkan Al-Imām Abī „Abd Allāh Muḥ ammad bin Ismā‟il al-Bukharī, Ṣ aḥ īḥ al-Bukhārī, Kitab : Adab, Bab : al-Ḥ amdi li al-„Āṭ is, no. Hadis: 6221 (al-Qāhirah: al-Maktabah al-Islamiyah 2011 M), h. 706 12 34 menguap datangnya dari syetan, hendaknya ia menahan semampunya, jika ia sampai mengucapkan haaah, maka syetan akan tertawa karenanya."13 Bila meninjau perintah untuk mengucap taḥ mīd setelah bersin seperti tertera pada hadis di atas, maka hal ini seolah tidak sesuai dengan kenyataan di masyarakat bahwa bersin seringkali diduga sebagai penyakit, karena bersin memang seringkali menjadi tanda awal bahwa seseorang akan terjangkit penyakit seperti influenza. Seolah hadis ini menganjurkan untuk mensyukuri penyakit yang tengah menyerang seseorang. Bahkan akan terlihat semakin janggal jika memang dalam keadaan demikian. Akan tetapi hal ini akan menjadi jelas dan berjalan secara beriringan apabila hadis tersebut dihubungkan dengan ilmu medis. Sebagaimana telah diketahui, membaca taḥ mid merupakan wujud rasa syukur atas kenikmatan yang telah dianugerahi Tuhan untuk hamba-Nya, maka hal ini sebenarnya bukanlah hal aneh ketika diucapkan setelah bersin. Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa ketika menghirup udara pernapasan melalui hidung, udara mengalami beberapa perlakuan ketat agar udara yang masuk tersebut sesuai dengan situasi dalam tubuh manusia. Di hidung yang merupakan benteng pertahanan pertama manusia dari berbagai macam ancaman gangguan dari luar tubuh, udara pernapasan disaring terlebih dahulu oleh silla atau rambut-rambut halus dan selaput lendir dalam hidung agar kotoran-kotoran yang terkandung dalam udara tidak ikut masuk ke dalam saluran pernapasan, terlebih lagi tidak sampai masuk ke paruAl-Imām Abī „Abd Allāh Muḥ ammad bin Ismā‟il al-Bukharī, Ṣ aḥ īḥ al-Bukhārī, Kitab : Adab, Bab : al-Ḥ amdi li al-„Āṭ is, no. Hadis: 6223 (al-Qāhirah: al-Maktabah al-Islamiyah 2011 M), h. 706 13 35 paru. Kemudian setelah itu disesuaikan suhu dan kelembabannya sehingga sedingin atau sepanas apapun udara di luar tubuh tidak mengganggu proses pernapasan dlam tubuh. Bersin merupakan salah satu kegiatan yang refleks yang sering dan wajar dilakukan manusia serta merupakan salah satu cara tubuh untuk memproteksi dirinya sendiri dari benda-benda asing seperti debu dan serbuk sari yang masuk ke dalam hidung agar tidak berlanjut masuk ke bagian dalam tubuh lebih jauh lagi. Sehingga benda asing tersebut dikeluarkan melalui bersin dan menyebabkan tubuh terbebas dari virus, bakteri dan mikroba yang hendak menjangkit ke dalam tubuh sehingga dikeluarkan melalui mulut dan hidung bersama butiran-butiran air yang sangat lembut.14 Maka dalam hal ini Allah telah „menyelamatkan‟ hamba-Nya dari ancaman penyakit, khususnya penyakit yang penyebab dan penyebarannya melalui saluran pernapasan, yang paling ringan seperti pilek atau yang lebih serius, seperti pneumonia yang disebabkan oleh virus. Hal inilah yang nampaknya menjadi sebab dianjurkannya mengucap tahmid setelah bersin. Sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat terhindarnya diri dari penyakit yang hendak menjangkit. Hal ini pulalah yang menimbulkan rasa empati orang lain atas „selamatnya‟ seseorang dari ancaman serangan penyakit, sehingga dianjurkan untuk mendoakan orang yang bersin dan mengucapkan taḥ mid dengan mengucapkan yarḥ amukallah karena Allah telah melimpahkan rahmat atau kasih sayang-Nya kepada orang yang bersin tersebut. 14 Wawancara pribadi dengan dr. Sandra yang merupakan dokter umum di klinik Berkah Salamah Kertamukti Tangerang Selatan. (Selasa, 16/09/2014) 36 Makna zahir dari hadis ini memiliki konsekuensi wajib, karena adanya perintah secara tegas. Akan tetapi al-Nawawi menukil kesepakatan tentang disukainya hal itu.15 Bahwa hadis-hadis ini hanya mengandung makna bahwa Allah menyukai orang yang mengucap taḥ mid ketika bersin dan orang yang menjawab doa orang yang bersin, bukan berarti Allah mewajibkan kepada orang bersin untuk mengucap taḥ mid dan menjawab do‟a mereka. Pada 22 hadis semakna dengan yang telah disebutkan di atas, mayoritas pengucapan taḥ mid merupakan suatu perintah, meliputi “falyaqul”, “qul”, “falyaḥ mad” yang terdapat dalam 14 hadis, sisanya menggunakan lafal “ḥ amidallah” terdiri dari 4 hadis, “yaqūlu al-ḥ amdu li Allah” terdiri dari 2 hadis, faqālalḥ amidallah terdiri dari 1 hadis, dan tanpa adanya perintah secara langsung teriri dari 1 hadis. Sedangkan lafal yang menunjukkan tentang mendoakan orang yang bersin, menggunakan fi‟il amr seperti “walyaqul” sebanyak 10 hadis, dan sisanya menggunakan kalimat yang menunjukkan pernyataan, seperti lafal “walyarudda, fayuqālu lahu, qāla lahu, yushammatahu, faqāla lahu”. Allah membenci menguap karena menguap adalah aktivitas yang menandakan seseorang banyak makan, yang pada akhirnya membawa pada kemalasan dalam beribadah. Menguap adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah, terlebih-lebih ketika pada waktu shalat. Para nabi tidak pernah menguap, dikarenakan menguap adalah salah satu aktivitas yang dibenci oleh Allah. 15 Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bāri 29: Shahih Bukhari/al-Imam al-Hafidz Ibn Hajar alAsqalani; penerjemah, Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h. 659 37 Imam Ibn Hajar berkata, “Imam al-Khathabī mengatakan bahwa makna cinta dan benci pada hadis di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadis itu. Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda dengan orang yang menguap. Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal ini karena banyaknya makan. Bersin bisa menggerakkan orang untuk bisa beribadah, sedangkan menguap menjadikan orang itu malas.16 Bila ditinjau dari ilmu medis, hal ini cukup beralasan. Karena pada dasarnya menguap sering terjadi ketika seseorang merasakan kantuk dan lesu yang dapat menyebabkan terhambatnya aktifitas sehari-hari. Hal ini merupakan suatu gejala bahwa tubuh dan otak sedang membutuhkan oksigen yang jumlahnya dalam tubuh sedang menurun karena kurangnya suplai oksigen dari organ pernapasan. Oleh karena itu, menguap adalah aktifitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut yang bertujuan memenuhi kebutuhan oksigen tadi dan tidak seperti menghirup napas biasa. Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung, maka apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, memungkinkan ikut sertanya berbagai jenis mikroba dan debu bersamaan dengan masuknya udara ke 16 Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bāri 29: Shahih Bukhari/al-Imam al-Hafidz Ibn Hajar alAsqalani; penerjemah, Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h. 682 38 dalam tubuh. Dengan demikian, hal ini bisa menjadi acuan mengapa Allah menyukai bersin dan membenci menguap.17 Jika disimpulkan kepada beberapa poin, maka hadis ini memiliki maksud sebagai berikut: Orang yang bersin tidak dido‟akan kecuali jika ia memuji Allah dengan mengucap taḥ mid Mendo‟akan orang yang bersin itu disyari‟atkan bagi orang-orang yang mendengar seseorang bersin dan mendengar pula ia memanjatkan pujian yang dipanjatkannya. Jika ada seseorang yang bersin namun orang lain tidak mendengar ia memuji Allah, maka tidak ada keharusan bagi orang lain untuk mendo‟akan orang yang bersin tersebut18 Hadis mengenai anjuran untuk membaca taḥ mid setelah bersin dan mendoakan orang yang bersin memiliki beberapa ide pokok yang terkait dengan beberapa pembahasan dalam al-Qur‟an. Dalam hadis tentang anjuran untuk mengucap taḥ mid setelah bersin, dan sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa hal itu sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang diperoleh. Sehingga dalam hadis ini mengajarkan kepada umat Islam untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang 17 Wawancara pribadi dengan dr. Sandra yang merupakan dokter umum di klinik Berkah Salamah Kertamukti Tangerang Selatan. (Selasa, 16/09/2014) 18 M. Abdul Ghoffar, Sharah Riyadh al-Ṣ ālihīn, (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2005), h. 306 39 besar ataupun yang kecil. Hal ini seperti juga yang diperintahkan Allah dalam alQur‟an surat Ibrahim ayat 7: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Dalam ayat ini Allah mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Faedah dan keuntungan yang besar akan diperoleh setiap orang yang banyak bersyukur kepada-Nya, yaitu berupa nikmat yang terus bertambah. Sebaliknya Allah juga mengingatkan kepada orang-orang yang mengingkari nikmat-Nya dan tidak mau bersyukur dengan ancaman berupa azab yang sangat pedih kepada mereka. Sedangkan cara mensyukuri nikmat Allah ada dua, yaitu dengan ucapan setulus hati, kemudian diiringi pula dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut dengan cara dan untuk tujuan yang diridhai-Nya.19 Dan bersin merupakan salah satu nikmat yang Allah berikan kepada kita, namun terkadang luput untuk kita syukuri. Demikian juga mendoakan sesama Muslim juga diajarkan dalam hadis tersebut. Saling mendoakan seperti halnya saling memberi salam merupakan salah satu wujud dari penghormatan seseorang kepada orang lain. Hal ini terdapat dalam al-Qur‟an surat al-Nisa‟ ayat 86: 19 Tafsir DEPAG, CD Holy Qur‟an versi 8, Kairo: Harf Information Technology, 2002 40 Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. Menurut Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya, ayat ini mengajarkan cara lain untuk menjalin hubungan yang lebih akrab lagi, yakni membalas penghormatan dengan yang sama atau lebih baik. Sedangkan menurut al-Biqā‟i, sebagaimana yang dikutip oleh Quraish Shihab.20 Ayat ini berpesan bahwa pasti satu ketika kamu akan mendapat kedudukan terhormat, sehingga ada yang menyampaikan penghormatan kepadamu. Karena penghormatan bukanlah bagian dari syafa‟at, maka balaslah dengan segera penghormatan yang diberikan seseorang terhadap dirimu. Penghormatan itu baik dalam bentuk ucapan maupun perlakuan atau pemberian hadiah dan semacamnya. Balaslah penghormatan itu dengan hal yang serupa tidak berlebih dan tidak kurang, atau balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, yakni melebihkannya atau meningkatkan kualitasnya21. Dari penjelasan di atas, walaupun secara tersurat nampak tidak memiliki keterkaitan dengan membalas doa orang yang mendokan kita ketika bersin, tapi 20 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), h. 513 21 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), vol. 2,h. 513 41 secara tersirat dapat disimpulkan bahwa, apabila seseorang mendoakan kita ketika bersin maka hendaklah kita membalas penghormatan (dalam hal ini do‟a) orang tersebut dengan yang serupa bahkan disarankan untuk membalas dengan yang lebih baik. Adapun macam bacaan taḥ mid itu adalah sebagai berikut: 1. Bacaan “Alḥ amdu li Allah” Telah menceritakan kepada kami Malik bin Ismā'il telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abū Salamah telah mengabarkan kepada kami Abd Allah bin Dinār dari Abū Ṣ ālih dari Abū Hurairah RA. dari Nabi SAW beliau bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaknya ia mengucapkan "Al ḥ amdu li Allah" sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah mengucapkan "Yarḥ amukallah (semoga Allah merahmatimu), dan hendaknya ia membalas; "Yahdikumullah wa yuṣ lih bālakum (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu)."23 22 Setelah dilakukan kegiatan kritik sanad, yang meliputi ketersambungan sanad, kualitas periwayat, dan keberadaan syaz atau „illat, maka dapat disimpulkan bahwa hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari 5756 tersebut dapat diterima dan berkualitas shahih. Karena memiliki sanad yang bersambung dari mukharij hingga kepada Rsaulullah, diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqah dan tidak ditemukan kejanggalan maupun cacat dalam sanadnya. 23 Al-Imām Abī „Abd Allāh Muḥ ammad bin Ismā‟il al-Bukharī, Ṣ aḥ īḥ al-Bukhārī, Kitab : Adab, Bab : Idha „Aṭ asa Kaifa Yushammat, no. Hadis: 6224 (al-Qāhirah: al-Maktabah al-Islamiyah 2011 M), h. 706 42 2. Bacaan “Alḥ amdu li Allah rabb al-„ālamīn” Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan telah menceritakan kepada kami Abū Ahmad Az Zubairi telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Manshur dari Hilal bin Yasaf dari Salim bin 'Ubaid bahwa dia bersama suatu kaum dalam suatu perjalanan, lalu seseorang bersin dan mengucapkan; "assalaamu'alaikum", Maka Salim menjawab; “alaika wa ala ummika", ternyata orang itu merasa tidak enak, maka Salim bertanya; "Bukankah aku tidak mengucapkan selain yang dikatakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam? Suatu kali seseorang bersin di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian dia mengucapkan; "assalaamu'alaikum, " maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'alaika wa ala ummika (keselamatan atas kamu dan atas ibumu), " jika salah seorang dari kalian bersin, hendaknya mengucapkan "alḥ amduli Allah rabb al-'ālamīn (segala puji bagi Allah), " dan orang yang menjawabnya mengucapkan "yarhamu kallaah (semoga Allah merahmatimu), " kemudian ia mengucapkan "yaghfirullāhu lanā wa lakum (semoga Allah mengampuni kami dan kalian)."24 Sunan al-Tirmidzi, al-Jāmi‟ al-Ṣ aḥ īḥ , kitab adab, bab mā Jā‟a Kaifa Tashmit al-Āṭ is, no. Hadis 2741, juz 5, (1975 M), h. 44 24 43 3. Bacaan “alḥ amdu li Allah „alā kulli ḥ āl” Telah menceritakan kepada kami Mūsā bin Ismā'il berkata, telah menceritakan kepada kami „Abd al-„Azīz bin Abdullah bin Abū Salamah dari Abdullah bin Dīnār dari Abū Shalih dari Abū Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Jika salah seorang dari kalian bersin hendaklah mengucapkan 'alḥ amdu li Allah „alā kulli ḥ āl (Segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan). Dan hendaklah saudaranya atau temannya mengucapkan yarḥ amukaallahu (semoga Allah merahmatimu), lalu ia ganti mengucapkan yahdikumullahu wa yuṣ lihu bālakum (semoga Allah memberi petunjuk kepada kalian dan memperbaiki keadaanmu)."25 Sekelompok ulama berpendapat bahwa melebihkan pujian dengan ucapan „al ḥ amdu‟ (segala puji) maka itu lebih baik. Ibn Baṭ al menukil dari al-Ṭ abrani bahwa orang bersin memilih antara mengucapkan „al ḥ amdu li Allah‟ (segala puji bagi Allah), atau menambahkan „Rabb al-„Ālamīn‟ (Tuhan Semesta alam) atau menambahkan „alā kulli ḥ āl‟ (atas setiap keadaan). Jadi yang dapat disimpulkan dari pernyataan ini adalah bahwa, dari semua dalil yang ada itu semua boleh diaplikasikan. Namun siapa yang lebih banyak pujiannya niscaya itu lebih utama dengan catatan pujian-pujian tersebut ada riwayat yang jelas. Al-Nawawi berkata di kitab al-Adhkār, “para ulama sepakat bahwa pada orang bersin disukai untuk mengucapkan al ḥ amdu li Allah. Apabila dia mengucapkan „al ḥ amdu li Allah Rabb 25 Al-Imām Abī Dāud Sulaiman bin al-Ash‟ath, Sunan Abī Dāud, juz 2, no. Hadis 5033 (alQāhirah: Dār Ibn al-Haitham, 2007 M), h. 493 44 al-„Ālamīn‟ maka itu lebih baik. Sekiranya dia mengucapkan „al ḥ amdu li Allah „alā kulli hāl‟ maka itu lebih utama26. b. Hendaklah Meletakkan Tangan atau Baju ke Mulut dan Merendahkan Suara Ketika Bersin Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yaḥ ya dari Ibn Ajlan dari Sumay dari Abū Ṣ alih dari Abū Hurairah ia berkata, "Rasulullah SAW. jika bersin meletakkan tangan atau kainnya di mulut, lalu beliau menahan, atau beliau meredam suaranya dengannya -Yaḥ ya masih merasa ragu-."Mengecilkan suara ketika bersin27 Bersin merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk mengeluarkan udara pernapasan yang telah bercampur dengan berbagai polusi, bakteri dan virus yang dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Hal ini tentu sangat baik jika dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang. Namun, yang harus diperhatikan adalah ketika terjadi bersin, seseorang dianjurkan untuk menutup hidung dan mulutnya karena ketika bersin itu disemburkan maka secara otomatis virus dan kuman akan ikut terbawa ke luar, lalu jika mulut dan hidung tidak ditutup, maka virus dan kuman itu akan tersebar 26 Al-Imām Muḥ yiddīn Abī Zakariyya Yaḥ ya bin Sharaf al-Nawawī al-Dimshiqī, al-Adhkār al-Nawawiyyah, (Indonesia: Dār Ihyā‟ al-Kutub al-„Arabiyyah, t.t.), h. 231 27 Al-Imām Abī Dāud Sulaiman bin al-Ash‟ath, Sunan Abī Dāud, juz 2, Kitab: Adab, Bab: kam marratan yashammatu al-„Āṭ is, no. Hadis 5034 (al-Qāhirah: Dār Ibn al-Haitham, 2007 M), h.493 45 melalui udara dan hal tersebut sangat memungkinkan untuk menjangkit orang yang berada di sekitar. Maka dapat disimpulkan bahwa di antara hikmah dianjurkannya menutup mulut dan hidung ketika bersin adalah, demi menghindari tersebarnya virus, bakteri ataupun kuman yang dapat menyebabkan penyakit melalui udara dan juga karena kadangkala ketika seseorang itu bersin, keluarlah air liur dari mulutnya yang dapat menyembur dan mengenai bahkan juga mengganggu kenyamanan orang lain jika tidak ditutup, maka dianjurkanlah hal ini, dan hal ini pun sesuai dengan anjuran medis. Bahkan dalam ilmu medis, untuk lebih jauhnya dianjurkan untuk mencuci tangan setelah bersin demi menghindari bersarangnya kotoran di tangan.28 Betapa banyaknya orang yang terganggu atau terkejut dengan kerasnya suara bersin. Maka sudah selayaknya setiap muslim mengecilkan suaranya ketika bersin sehingga tidak mengganggu atau mengejutkan orang-orang yang ada di sekitarnya. Tiap orang memiliki ciri khas bersin yang berbeda-beda, ada yang dengan suara kecil, ada pula yang dengan suara kencang, ada yang cukup hanya sekali, ada pula yang harus berkali-kali. Namun hal ini dapat disiasati dengan menutup mulut dan hidung ketika bersin sehingga dapat mengurangi suara gemuruh bersin tersebut dan tetap meminimalisir usikan yang dirasakan oleh orang sekitar. Namun yang perlu diperhatikan pula jangan sampai seseorang ketika bersin menutup rapat hidungnya sehingga menyebabkan terhalangnya udara untuk keluar. 28 Wawancara pribadi dengan dr. Gustav Syukroni, Sp. THT, yang merupakan Dokter yang Bertugas di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang, Jum‟at, 26 Agustus 2014 46 Maka bukan seperti ini yang dimaksud, karena yang demikian bisa menimbulkan mudharat (efek negatif) bagi orang tersebut. Selain itu juga, yang dianjurkan dalam etika ini menurut ilmu medis adalam menutup bersin dengan kain ataupun lengan, bukan tangan.29 Karena jika seseorang menutup bersinnya dengan telapak tangan lalu setelah itu melakukan kegiatan bersalaman, maka justru akan menimbulkan terjadinya penyebaran kuman kepada orang lain dan itu akan menjadi mudharat bagi orang tersebut. Seiring perkembangan jaman, untuk menutup mulut telah ada tissue yang bisa langsung dibuang setelah dipakai, sehingga lebih aman bagi orang di sekitarnya dari resiko tertular. Disebutkan oleh para ulama hikmah dari adab yang kedua ini; Mencegah tersebarnya penyakit yang keluar bersamaan dengan bersinnya seseorang. Mencegah terjadinya hal-hal yang mengurangi kenyamanan orang lain yang melihatnya karena terkadang keluar sesuatu yang kotor ketika bersin30. 29 Wawancara pribadi dengan dr. Sandra yang merupakan dokter umum di klinik Berkah Salamah Kertamukti Tangerang Selatan. (Selasa, 16/09/2014) 30 M. Abdul Ghoffar, Sharah Riyadh al-Ṣ ālihīn, (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2005), h. 310 47 2. Adab Bagi yang Mendengar Orang Lain Bersin Mendoakan (membaca tashmit) atas orang yang bersin jika ia memuji Allah Telah menceritakan kepada kami Malik bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abū Salamah telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Dinar dari Abū Shalih dari Abū Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi SAW beliau bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian bersin, hendaknya ia mengucapkan "Al ḥ amdu li Allah" sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah mengucapkan "Yarḥ amukallah (semoga Allah merahmatimu), dan hendaknya ia membalas; "Yahdikumullāh wa yuṣ liḥ bālakum (semoga Allah 31 memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu)." Makna bālakum adalah keadaanmu. Jawaban yang tercantum dalam hadis ini merupakan pendapat jumhur ulama. Ulama Kufah mengatakan bahwa Lafal jawaban adalah yagfirullaahu lanā wa lakum. Mereka berdalilkan dengan hadis yang diriwayatkan oleh al-Ṭ abrani dari Ibn Mas‟ūd yang diriwayatkan oleh Al-Bukharī dalam Kitab Adab al-Mufrad dengan Lafal jawaban: yaghfirullāhu lanā wa lakum. Ada juga yang berpendapat: boleh memilih Lafal mana yang disukai. Dan ada yang mengatakan kedua Lafal tersebut Al-Imām Abī „Abd Allāh Muḥ ammad bin Ismā‟il al-Bukharī, Ṣ aḥ īḥ al-Bukhārī, Kitab : Adab, Bab : Idha „Aṭ asa Kaifa Yushammat, no. Hadis: 6224 (al-Qāhirah: al-Maktabah al-Islamiyah 2011 M), h. 706 31 48 digabung menjadi satu kalimat. Madzhab Ẓ ahiriyah dan Ibn al-„Arabī memilih jawaban dengan Lafal tasmit. Jawaban ini dianjurkan untuk diucapkan bagi setiap yang mendengarnya berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abū Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian bersin lalu mengucapkan taḥ mid maka bagi setiap muslim yang mendengarnya wajib untuk menjawabnya: yarhamukallahu.” Ini adalah madzhab Abū Dawud di dalam kitab Sunan-nya. Ibn Abd al-Bār telah meriwayatkan dari Abū Dawud dengan sanad yang shahih bahwasannya tatkala ia berada disebuah kapal, ia mendengar seseorang di tepi pantai bersin. Kemudian Abū Dawud memberi satu dirham agar ia dapat mendatangi orang yang bersin tadi dan ia mengucapkan tasmit kepadanya. Lantas ia kembali berlayar. Kejadian itu dipertanyakan kepadanya dan ia menjawab, “Mungkin ia seorang yang memiliki doa yang makbul.” Ketika penumpang-penumpang kapal itu tidur, mereka mendengar suara yang mengatakan kepada mereka bahwa Abū Dawud telah membeli surga dengan satu dirham. 49 Bisa jadi hal itu dilakukan Abū Dawud untuk meminta doa kepada orang tersebut, walaupun ia tidak berpendapat bahwa menjawab taḥ mid bersin itu hukumnya wajib. C. Golongan Yang Tidak Berhak Mendapat Do’a Ketika Ia Bersin 1. Orang yang Tidak Memuji Allah Kepada orang bersin dan tidak memanjatkan pujian, maka kita tidak harus mengucapkan tasmit. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Kathir telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Sulaiman dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu dia berkata; "Dua orang laki-laki tengah bersin di dekat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau mendo'akan yang satu dan membiarkan yang lain, maka ditanyakan kepada beliau, beliau pun menjawab: "Orang ini memuji Allah, (maka aku mendo'akannya) dan yang ini tidak memuji Allah."32 Seperti telah diterangkan pada pembahasan hadis sebelumnya, bahwa bersin merupakan sebuah nikmat yang patut disyukuri karena sebagai pertanda bahwa Allah baru saja membebaskan orang yang bersin dari penyakit yang mungkin terjadi apabila Al-Imām Abī „Abd Allāh Muḥ ammad bin Ismā‟il al-Bukharī, Ṣ aḥ īḥ al-Bukhārī, Kitab: Adab, Bab : al-Ḥ amdi li al-„Āṭ is, no. Hadis: 6221 (al-Qāhirah: al-Maktabah al-Islamiyah 2011 M), h. 706 32 50 tidak dikeluarkan melalui bersin, maka jika seseorang bersin dan tidak mengucap taḥ mid, itu sudah menjadi indikasi bahwa orang tersebut tidak mensyukuri nikmat tersebut. Maka tidak patut pula untuk mendapat do‟a. 2. Non-Muslim Yang Bersin Meskipun Ia Memuji Allah33 Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bashār telah menceritakan kepada kami „Abd al-Rahmān bin Mahdi telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Ḥakīm bin Dailam dari Abū Burdah dari Abū Mūsa ia berkata; "Orang-orang Yahudi bersin di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan harapan beliau akan mengucapkan "yarḥ amkumullāh (semoga Allah merahmati kalian)", Namun beliau mengucapkan: "yahdīkumullāh wa yuṣ liḥ bālakum (semoga Allah memberikan hidayah kepada kalian dan memperbaiki kondisi kalian)." Dan dalam bab ini, ada hadis semisal dari Ali, Abū Ayyub, Salim bin 'Ubaid, „Abd Allah bin Ja'far dan Abū Hurairah. Abū Isa berkata; Hadis ini hasan shahih.34 Mengutip pendapat Ibn Daqiq al-Id sebagaimana yang tercantum di dalam Fath al-Bāri, ia mengatakan bahwa; “Apabila kita memperhatikan pendapat ahli bahasa yang mengatakan „tashmīt‟ adalah mendoakan kebaikan, maka orang-orang kafir 33 „Abd al-„Aziz bin Fathi al-Sayyid Nada; penerjemah, Abu Ihsan al-Atsari, Ensiklopedi Adab Islam Menurut al-Qur‟an dan al-Sunnah, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2007), h. 215 34 Hadis ini hasan, diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab al-Adabul Mufrad (940), Abu Daud (5038), al-Tirmidzi (2739), Ahmad bin Hanbal (IV/268) 51 masuk pula dalam keumuman perintah untuk didoakan. Namun, bila kita melihat pendapat mereka yang mengkhususkannya sebagai doa memohon rahmat, maka orang non-Muslim tidak termasuk di dalamnya”35. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Ibn Hajar, di mana menurutnya hadis di atas menunjukkan bahwa mereka masuk dalam cakupan perintah untuk didoakan,tetapi bagi mereka ada doa khusus, yakni doa untuk memohonkan hidayah dan perbaikan keadaan mereka dan ini tidak dilarang36. 3. Orang yang Telah Bersin Lebih Dari Tiga Kali Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yaḥ ya dari Ibn „Ajlān ia berkata; telah menceritakan kepadaku Sa'īd bin Abū Sa'īd dari Abū Hurairah ia berkata, "Jawablah bersin saudaramu hingga tiga kali, jika lebih dari itu berarti ia sakit pilek." Telah menceritakan kepada kami Isa bin Ḥammād al- Miṣ ri berkata, telah mengabarkan kepada kami alLaits dari Ibn „Ajlān dari Sa'id bin Abū Sa'id dari Abū Hurairah ia berkata, "Aku tidak mengetahui kecuali bahwa ia telah memarfu'kan hadis itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan makna yang sama." Abū Dawud 35 Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bāri 29: Shahih Bukhari/al-Imam al-Hafidz Ibn Hajar alAsqalani; penerjemah, Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h. 673 36 Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bāri 29: Shahih Bukhari/al-Imam al-Hafidz Ibn Hajar alAsqalani; penerjemah, Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azam, 2008), h. 673 52 berkata, " Abū Nu'aim meriwayatkannya dari Musa bin Qais, dari Muhammad bin Ajlan, dari Sa'id, dari Abū Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam37. Ibn Abī Jumrah berkata, “Hadis ini membuktikan besarnya nikmat Allah Ta‟ala terhadap orang yang bersin, karena di balik bersin terdapat kebaikan. Hadis ini juga menunjukan betapa besar anugerah nikmat Allah kepada hamba-Nya, karena dengan bersin dapat menghilangkan hal-hal yang memudharatkan dirinya. Lalu Allah mensyariatkan untuk mengucapkan taḥ mīd setelah bersin agar ia mendapatkan pahala. Lantas, setelah orang lain mengucapkan tashmīt dan mendoakan untuk dirinya, maka yang bersin pun mendoakan kebaikan untuk orang yang mengucapkan tashmīt kepadanya. Dengan bersin seseorang dapat merasakan nikmat dan manfaat dengan keluarnya uap yang terhenti di otak. Seandainya uap tersebut tidak keluar tentu hal itu akan menimbulkan berbagai penyakit yang akut. Oleh karena itu, disyariatkan mengucapkan Alhamdulillah sebagai rasa syukur atas nikmat bersin tersebut dan atas berfungsinya organ-organ tubuh seperti semula setelah mengalami goncangan seperti goncangan gempa bumi.38 Jika dihubungkan dengan ilmu medis, hal ini benar dan sesuai. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa beberapa penyakit disertai dengan bersin-bersin yang berkelanjutan, walaupun dalam medis tidak mengenal bilangan bersinnya setelah tiga kali. Hal ini berarti telah menunjukkan bahwa orang tersebut tengah menderita 37 Diriwayatkan oleh Abu Daud, no. 4378, Ibn Sunni, no. 251, Ibn Asakir, 8/257. Hadis ini dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih al-Jaami‟, no. 684 38 Muhammad bin Isma‟il al-Amir al-Ṣ an‟ani, Subul al-Salām Sharḥ Bulūgh al-Marām, juz 4, (al-Qāhirah: Dār al-Ghag al-Jadīd, 2007 M), cet. II, h. 251 53 penyakit karena pertahanan tubuhnya sedang tidak mampu menahan serangan kuman, virus atau bakteri pada tubuhnya.39 Sehingga tidak dianjurkan untuk mendoa‟akannya agar mendapat rahmat, tetapi lebih tepat jika didoakan agar Allah segera menyembuhkannya. 4. Orang yang Bersin di Dalam Shalat 39 Wawancara pribadi dengan dr. Gustav Syukroni, Sp. THT, yang merupakan Dokter yang Bertugas di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang, (Jum‟at, 26 Agustus 2014) 54 Telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata; telah menceritakan kepada kami Rifa'ah bin Yahya bin Abdullah bin Rifa'ah al-Zuraqi dari paman ayahnya Mu'adz bin Rifa'ah dari Ayahnya ia berkata; "Aku pernah shalat di belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu aku bersin dan mengucapkan, "alḥ amduli Alaah ḥ amdan katsīran ṭ ayyiban mubārakan fihi, mubarakan 'alaihi kama yuhibbu rabbunā wa yarḍ a (Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik, diberkahi di dalamnya serta diberkahi di atasnya, sebagimana Rabb kami senang dan ridha)." Maka ketika Rasulullah SAW selesai shalat, beliau berpaling ke arah kami seraya bersabda: "Siapa yang berbicara waktu shalat?" tidak ada seorang pun yang menjawab, beliau lalu bertanya lagi untuk yang kedua kalinya; "Siapa yang berbicara dalam shalat?" tidak ada seorang pun yang menjawab, beliau lalu bertanya untuk yang ketiga kalinya: "Siapa yang berbicara waktu shalat?" maka Rifa'ah bin Rafi' bin Afra` menjawab, "Saya wahai Rasulullah, " beliau bersabda: "Apa yang engkau ucapkan tadi?" Rifa'ah lalu menjawab, "Saya mengucapkan; alḥ amduli Alaah ḥ amdan katsīran ṭ ayyiban mubārakan fihi, mubarakan 'alaihi kama yuhibbu rabbunā wa yarḍ a (Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik, diberkahi di dalamnya serta diberkahi di atasnya, sebagimana Rabb kami senang dan ridla)." Maka Nabi SAW pun bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku ada dalam tangan-Nya, sungguh ada tiga puluh lebih malaikat saling berebut untuk membawa naik kalimat tersebut." 40 Hadis ini di antaranya diriwayatkan oleh Imam al-Turmudhi dan Imam alNasa‟i. Dan hadis ini dinilai sebagai Hadis Hasan oleh para ulama hadis termasuk oleh Imam al-Turmudhi sendiri, karena itu dapat dijadikan sebagai pegangan dalam menetapkan sebuah hukum. Imam Turmudhi menilai hadis ini dengan mengatakan: “Hadis Rafi ini adalah Hadis Hasan”. 40 Muhammad bin „Isa Abu „Isa at-Tirmidzi as-Salami, al-Jaami‟ ash-Shahih Sunan atTirmidzi, (Beirut: Daar Ihya at-Turats al-„Arabi, 1968), bab: Bersin ketika shalat, no. 369 55 Setelah menjelaskan kedudukan hadis ini, Imam al-Turmudhi, masih dalam Kitab Sunan-nya mengatakan: “Hanya saja, jumhur tabi‟in berpendapat bahwa, bacaan al ḥ amdu li Allah bagi yang bersin sedang shalat boleh dikeraskan apabila dalam shalat sunnah, sementara apabila dalam shalat wajib, maka hendaklah ia membaca al ḥ amdu li Allah tadi di dalam hatinya saja (tidak dikeraskan)”. Oleh karena itu, Imam al-Nawawi dalam kitabnya al-Majmu‟ demikian juga dalam kitabnya al-Adhkar mengatakan, bahwa orang yang bersin ketika sedang shalat boleh untuk membaca taḥ mīd dan shalatnya tidak menjadi batal. Sedangkan dalam mazhab Maliky, mengenai masalah ini, masih menurut Imam al-Nawawi, ada tiga pendapat. Pendapat pertama sama dengan pendapat dalam mazhab Syafi‟i yaitu sunnah membaca alhamdulillah. Pendapat kedua, diperbolehkan membaca alhamdulillah hanya dalam hatinya saja. Dan pendapat ketiga, Imam Sahnun berkata: “Tidak perlu membaca al-hamdulillah baik dikeraskan maupun di dalam hatinya.41” Pendapat yang lebih tepat dalam hal ini, hemat saya, adalah pendapat Jumhur ulama termasuk mazhab Syafi‟i, yaitu orang yang bersin ketika shalat dianjurkan untuk membaca taḥ mid baik di dalam hatinya (dalam shalat wajib), ataupun sedikit dikeraskan (dalam shalat sunnah). 41 http://www.penerbitzaman.com/code.php?index=Ustadz_Menjawab&act=lihat&id=1, diakses pada 02-05-2014 56 Sedangkan menyangkut pertanyaan kedua, Jumhur ulama berpendapat bahwa tasymit (mengucapkan yarhamukallah) hanya dibacakan di luar shalat. Sedangkan ketika sedang shalat, tidak diperbolehkan membaca tashmit kepada yang bersin. Dan apabila ia mengucapkannya, maka shalatnya batal. Hal ini di antaranya mengingat orang yang shalat sedang berkomunikasi hanya dengan Allah, dan Apabila menyelangnya dengan hal lain, termasuk membaca tashmit, berarti telah melakukan komunikasi juga dengan selain Allah. Dan ini tentu tidak dibenarkan. Adapun hadis yang mengatakan: “Rasulullah saw bersabda: “Apabila seseorang bersin, maka ucapkanlah: „al ḥ amdu li Allah‟ (segala puji bagi Allah), dan orang yang ada di dekatnya hendaklah mengucapkan: ‘yarḥ amukallāh’ (semoga Allah selalu menyayangi kamu), kemudian orang yang bersin tadi hendaklah menjawabnya dengan membaca: ‘yahdiikumullāh wa yuṣ lih bālakum’ (semoga Allah memberikan petunjuk kepadamu, juga memperbaiki keadaanmu)” (HR. Ahmad, Turmudzi, Hakim). Atau hadis-hadis lain yang semakna dengan hadis di atas, tentang perlunya mendoakan orang yang bersin, menurut Jumhur ulama, itu untuk konteks di luar shalat. Adapun ketika sedang shalat, maka tidak dianjurkan untuk mendoakannya. Sedangkan dalam Mazhab Syafi‟i dipisahkan dalam bentuk ucapan tasymitnya. apabila bentuk tasmitnya menggunakan khithab kamu (mukhatab) seperti yarḥ amuka Allāh (semoga Allah menyayangi kamu) atau yarḥ amukumullāh (semoga Allah menyayangi kalian), maka tidak diperbolehkan dan shalatnya menjadi batal. 57 Namun Apabila tashmitnya selain khitab mukhatab, misalnya yarḥ amuhu Allāh (semoga Allah menyayangi dia), yarḥ amunā Allāh (semoga Allah menyayangi kami), yarḥ amukum Allāh (semoga Allah menyayangi mereka), maka diperbolehkan sekalipun dalam keadaan shalat, dan shalatnya tidak batal. Hemat penulis, pendapat yang lebih tepat dalam hal ini adalah pendapatnya Jumhur, bahwa orang yang sedang shalat tidak diperbolehkan membaca tashmit, baik yarḥ amuka Allāh, yarḥ amuhu Allāh atau yarhāmuna Allāh atau bacaan lainnya. Dan apabila ia mengucapkannya, maka shalatnya menjadi batal. BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah mengadakan berbagai tahap pengkajian terhadap hadis-hadis seputar bersin dan menghubungkannya dengan ilmu medis, maka diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Bersin merupakan aktivitas yang membawa manfaat bagi manusia, sehingga tidaklah berlebihan apabila Islam melalui hadis Nabi memberi perhatian terhadap permasalahan bersin. Karena jika dilihat secara medis, bersin di samping memiliki efek positif, bersin juga memiliki efek negatif jika ditahan atau dikeluarkan secara sembarangan. 2. Setelah bersin dianjurkan untuk mengucap taḥ mīd sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan-Nya kepada orang bersin. Karena dalam pandangan ilmu medis, ketika seseorang bersin, maka virus ataupun udara kotor penyebab penyakit yang hendak masuk ke dalam tubuh telah dikeluarkan melalui bersin sehingga secara otomatis orang tersebut sudah terhindar dari penyakit berkat bersin tersebut. Selain dianjurkan untuk mengucap taḥ mīd, seseorang yang bersin juga dianjurkan untuk menutup mulut dan hidung ketika bersin serta merendahkan suaranya. Secara medis, ketika seseorang mengeluarkan 58 59 bersin maka ia juga sedang mengeluarkan virus, kuman dan benda lain yang membahayakan tubuh bersamaan dengan bulir-bulir air yang keluar, sehingga dikhawatirkan jika tidak menutup mulut serta hidung ketika bersin hal-hal yang membahayakan itu justru tersebar bebas di udara dan dapat menjangkit orang-orang di sekitar. 3. Bagi yang mendengar bersin dianjurkan untuk men-tasmit orang yang bersin tersebut apabila; ia membaca taḥ mīd dan ia merupakan orang Muslim serta tidak dalam keadaan sedang shalat. Serta dianjurkan untuk membalas mendo’akan orang yang telah mendoakannya. 4. Hadis-hadis tentang bersin yang telah dibahas di sini sangat sesuai dengan perkembangan ilmu medis yang ada, sehingga sangat dianjurkan bagi kaum Muslim untuk mengaplikasikan hadis-hadis tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Karena selain untuk menjalankan syariat Rasullah SAW, tetapi juga penting untuk menjaga kesehatan diri serta lingkungan sekitar. B. SARAN Hadis sebagai petunjuk setelah al-Qur’an bagi umat Islam tidak hanya berkisar pada masalah peribadatan, tauhid, akhlak, dan bidang-bidang keagamaan lainnya. Tapi juga mengandung hal lain yang juga patut dikaji. Oleh karena itu, seiring dengan perkembangan zaman ada baiknya jika melakukan penelitian hadis dengan berbagai pendekatan keilmuan yang sedang populer. Karena hal ini dapat mendatangkan dua 60 keuntungan; pertama, hadis akan semakin terbukti keotentikannya dan juga dapat membuktikan bahwa hadis juga bisa direalisasikan untuk kehidupan masa sekarang. Kedua, hal ini akan semakin membuktikan keakuratan hadis yang bisa diterima dengan logika, sehingga diharapkan dangan hal ini dapat lebih membumikan hadis di kalangan masyarakat luas. Selanjutnya penulis tidak lupa menyarankan untuk selalu mejaga kesehatan diri sendiri serta orang sekitar mulai dari hal-hal yang kecil seperti bersin. DAFTAR PUSTAKA Abercombie, M. (dkk.). Kamus Lengkap Biologi edisi ke-8. terj. T. Siti Sutarmi dan Nawangsari Sugiri Jakarta: Erlangga, 1993. Ahmad, Abȗ al-Husain ibn Fāris ibn Zakāriya. Mu’jam Maqāyis al-Lugah. vol. 2. Bairut: Dār al-Fikr, t.t. Ahmad, Arifuddin. Metode Tematik dalam Pengkajian Hadis Amrullah, Abdul Malik Abdul Karim. Tafsir al-Azhar, 1st ed. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986. Anies, PKK. Seri Kesehatan Umum Pencegahan Dini Kesehatan: Berbagai Penyakit dan Gangguan Kesehatan yang Perlu diwaspadai dan Dicegah Secara Dini. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2005. al-Asqalani, Ibn Hajar. Fath al-Bāri 29: Shahih Bukhari/al-Imam al-Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani; penerjemah: Amiruddin. Jakarta: Pustaka Azam, 2008. al-‘Azim, Abu Tayyib Muhammad Syams al-Haq. ‘Aun al-Ma’bud Syarah Sunan Abi Daud, juz 11. Global Islamic Software, 1991-1997 al-‘Aziz, ‘Abd bin Fathi al-Sayyid Nada. ; penerjemah, Abu Ihsan al-Atsari, Ensiklopedi Adab Islam Menurut al-Qur’an dan al-Sunnah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2007. Bratawidjaja, Karnen dkk. Mengenal Alergi; Edisi Revisi 2013. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013. al-Bukharī, Al-Imām Abī ‘Abd Allāh Muḥ ammad bin Ismā’il. Ṣ aḥ īḥ al-Bukhārī, al-Qāhirah: al-Maktabah al-Islamiyah 2011 M 61 62 al-Dahlawī, Abd Haq ibn Saifuddin. Muqaddimah fī Uș ȗ l al-Hadīs, 2nd ed. Bairut: Dār al-Basyāir al-Islāmiyah, 1406 H/1989 M. Gallagher, Bellinda. Encyclopedia of Questions and Answers . London: Chancellor Press, 2000. Ganong, William F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 20, terj. M. Djauhari Widjajakusumah, dkk. Jakarta: EGC, 2002. Gem, Collins. Kamus Saku Biologi, terj. Nawangsari S. 1st ed. Jakarta: Erlangga, 1996. al-Ghazali, Muhammad. Tafsir al-Ghazali: Tafsir Tematik al-Qur’an 30 Juz (Surat 126). terj. Safir al-Azhar . Yogyakarta: Islamika, 2004. Ghoffar, M. Abdul. Sharah Riyadh al-Ṣ ālihīn. Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2005. Hidayat, Komaruddin. Memahami Bahasa Agama. Jakarta: Paramadina, 1996. http://id.wikipedia.org/wiki/Bersin, http://id.wikipedia.org/wiki/Hidung http://kubuskecil.blogspot.com/2012/12/mengapa-saat-bersin-mata-terpejam.html http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/01/08/jangan-sepelekan-bersin-danjangan-menahan-bersin-517450.html http://moomooblogs.wordpress.com/2013/03/17/hindari-enam-bahaya-akibatmenahan-bersin/ http://www.biologi-sel.com/2013/06/struktur-hidung-manusia.html, 63 https://www.google.co.id/search?q=anatomi+hidung+manusia+dan+fungsinya&biw= 1366&bih=667&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=D-geVPJLja5BK6zgTg&ved=0CBkQsAQ#facrc=_&imgdii=fa1GmcAySpKwlM%3A% 3BmitWMz7URhu11M%3Bfa1GmcAySpKwlM%3A&imgrc=fa1GmcAySp KwlM%253A%3Bh8DSXdo0BaiLAM%3Bhttp%253A%252F%252F2.bp.blo gspot.com%252FzHJsoKvW6J8%252FTs8IgUByPpI%252FAAAAAAAAACE%252FELzyli m2IaA%252Fs1600%252FHIDUNG.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Fimmpi komapm.blogspot.com%252F2011%252F11%252Fanatomi-fisiologi-sistempengindraan.html%3B989%3B724 Ismail, Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang, 2007. al-Jauziyah, Ibn Qayyim Zad al-Ma’ad, juz 2. CD Maktabah al-Syamilah, Global Islamic Software, 1991-1997 al-Misri, Muhammad bin Mukram Ibn Manzur al-Afriqi. Lisan al-‘Arab, juz 2. Muslim, Mustāfā. Mabāhis fī al-Tafsīr al-Maudȗ ’ī 1st ed. Damaskus: Dār al-Qalam, 1410 H/1989 M. al-Naisaburī, Al-Imām al-Ḥāfidz Abī al-Ḥusain bin al-Ḥajjāj al-Qushairī. al-Musnad al-Ṣ aḥ īḥ al-Mukhtaṣ ar min al-Sunan bi naql al-‘Adl ‘an al-‘Adl ilā Rasūl Allāh. jilid 1. Riyadh: Dār al-Ṭ aubah, 2006 M. al-Nawawī, Al-Imām Muḥ yiddīn Abī Zakariyya Yaḥ ya bin Sharaf al-Dimshiqī, alAdhkār al-Nawawiyyah. Indonesia: Dār Ihyā’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, t.t. . Sharḥ al-Nawawi ‘ala Muslim, juz 2. al-Maktabah al-Syamilah, Global Islamic Software, 1991-1997 64 Pendit, Brahm U. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, vol. 2 Praktik (terj.) 1st ed. Jakarta: EGC, 2005. R. Eccles, Common Cold and Nasal Research Center Cardiff, Inggris http://health.detik.com/read/2014/03/18/123256/2529060/763/9-faktamenarik-dan-mencengangkan-seputar-bersin--2-?880006fa, al-Ṣ an’ani, Muhammad bin Isma’il al-Amir. Subul al-Salām Sharḥ Bulūgh alMarām, juz 4. 2nd ed. al-Qāhirah: Dār al-Ghag al-Jadīd, 2007 M. Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Ciputat: Lentera Hati, 2000. Sulaiman, Abī Dāud bin al-Ash’ath. Sunan Abī Dāud, juz 2. al-Qāhirah: Dār Ibn alHaitham, 2007 M. Surahmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito, 1994. Tafsir DEPAG, CD Holy Qur’an versi 8, Kairo: Harf Information Technology, 2002 al-Ţahhān, Mahmud. Taisīr Musţalah al-Hadīs, 2nd ed. al-Riyādh: Maktabah alMa’ārif, 1407 H/1987 M. al-Tirmidzi, Sunan. al-Jāmi’ al-Ṣ aḥ īḥ , juz 5. 1975 M. Wensinck, Arnold John. Mu’jam Al-Mufahras Li Al-faẓ al-Hâdits al-Nabawî. Jilid 4. Leiden: Maktabah Barbal 1936. Wibowo, Daniel S. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grasindo, tt. Wawancara pribadi dengan dr. Gustav Syukroni, Sp. THT, yang merupakan Dokter yang Bertugas di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang, Jum’at, 26 Agustus 2014 65 Wawancara pribadi dengan dr. Sandra yang merupakan dokter umum di klinik Berkah Salamah Kertamukti Tangerang Selatan. (Selasa, 16/09/2014) Yatim, Wildan. Kamus Biologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003. Lampiran I: Anatomi Hidung Manusia1 1 https://www.google.co.id/search?q=anatomi+hidung+manusia+dan+fungsinya&biw=1366&bih=667 &tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=D-geVPJLja5BK6zgTg&ved=0CBkQsAQ#facrc=_&imgdii=fa1GmcAySpKwlM%3A%3BmitWMz7URhu11M%3Bfa1 GmcAySpKwlM%3A&imgrc=fa1GmcAySpKwlM%253A%3Bh8DSXdo0BaiLAM%3Bhttp%253A%252F%2 52F2.bp.blogspot.com%252FzHJsoKvW6J8%252FTs8IgUByPpI%252FAAAAAAAAACE%252FELzylim2IaA%252Fs1600%252FHIDUNG.j pg%3Bhttp%253A%252F%252Fimmpikomapm.blogspot.com%252F2011%252F11%252Fanatomifisiologi-sistem-pengindraan.html%3B989%3B724 66 67 Lampiran II: Takhrij Hadis Berikut ini merupakan lampiran takhrij secara lengkap hadis-hadis pendukung tentang bersin pada kajian tematis-komprehensif yang tidak dicantumkan pada Bab III. Kegian takhrij ini dilakukan dengan menggunakan bantuan Lidwa Pustaka isoftware. Hadis-hadis tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa tema, yaitu: A. Hadis-hadis tentang Hak Sesama Muslim H. R. Bukhari, no. 1164 H. R. Ahmad bin Hanbal, no. 8047 68 H. R. Ibn Majah, no. 1425 B. Hadis-hadis tentang Tujuh Perintah Rasulullah yang salah satunya adalah Perintah untuk Mendoakan Orang yang Bersin H. R. Bukhari no. 1163 No. 2265 69 No. 4777 No. 5204 No. 5274 70 H. R. Muslim, no. 3848 71 H. R. Al-Tirmidhi, no. 2733 H. R. Al-Nasa’i, no. 1913 72 C. Hadis tentang Allah Menyukai Bersin dan Membenci Menguap H. R. Bukhari, no. 5755 No. 5758 73 H. R. Abū daud, no. 4373 H. R. Al-Tirmidhi, no. 2671 74 H. R. Ahmad bin Hanbal, no. 7282 No. 9165 No. 10289 75 D. Hadis-hadis tentang anjuran untuk Mendoakan Orang Bersin Jika Mengucap Taḥ mīd H. R. Bukahri, no. Hadis 5753 H. R. Muslim, no. 5307 76 H. R. Al-Tirmidhi, no. 2666 H. R. Ibn Majah, no. 3703 H. R. Ahmad bin Hanbal, no. 11723 77 H. R. Al-Darimi, no. 2545 E. Hadis-hadis tentang Anjuran Mendoakan Orang Bersin Sampai Tiga Kali Saja H. R. Abu Daud, no. 4378 H. R. Ibn Majah, no. 3704 78 F. Hadis-hadis tentang Larangan Mendoakan Orang non-Muslim yang Bersin H. R. Al-Tirmidhi, no. 2663 H. R. Ahmad bin Hanbal, no. 18764 G. Hadis-hadis tentang Anjuran Menutup Mulut dan Mengecilkan Suara Ketika Bersin H. R. Abu Daud, no. 4374 79 H. R. Al-Tirmidhi, no. 2669 H. R. Ahmad bin Hanbal, no. 9285 H. Hadis-hadis tentang Mendoakan Orang yang Bersin dalam Shalat H. R. Muslim, no. 836 80 81 H. R. Abu Daud, no. 795 H. R. Al-Darimi, no. 1464 82 H. R. Ahmad, no. 22644 83