Uploaded by User33462

Analisis Usaha Pembenihan Clownfish di BBPPBL Gondol Bali

advertisement
BUDIDAYA IKAN KLON HITAM (Amphiprion percula)
DI BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA
LAUT(BBPPBL) GONDOL, BALI
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN AKUAKULTUR
HARIS ACHMAD NUGRAHADI
C14100079
TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
Judul
:Budidaya ikan klon hitam (Amphiprion percula) di Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol,
Bali
Nama
: Haris Achmad Nugrahadi
NIM
: C14100079
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Departemen : Budidaya Perairan
Waktu
: 23 Juni s.d 4 Agustus 2013
Disetujui,
Dr. Ir. Dinar Tri Soelistyowati, DEA
Dosen Pembimbing
Diketahui,
Dr. Ir. Sukenda, M.Sc.
Ketua Departemen Budidaya Perairan
Tanggal Pengesahan :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan praktek lapang akuakultur berjudul
"Budidaya ikan klon hitam (Amphiprion percula) di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol, Bali”. Laporan ini disusun
sebagai syarat menyelesaikan mata kuliah praktek lapang akuakultur angkatan 47
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dinar Tri Soelistyowati
selaku dosen pembimbing praktek lapangan atas bimbingannya, Bapak Sukenda
selaku Ketua Departemen Budidaya Perairan, Ibu Mia Setiawati selaku dosen
pembimbing akademik, dosen dan staf Budidaya Perairan, orang tua, teman-teman
mahasiswa BDP angkatan 47 khususnya, serta semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya laporan praktek lapang ini.
Penulis menyadari bahwa laporan praktek lapang ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran membangun.
Penulis berharap agar Laporan Praktek Lapang Akuakultur ini dapat memberikan
manfaat.
Bogor, Januari 2014
Haris Achmad Nugrahadi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Metode Pelaksanaan
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Komoditas
Metode Praktek Lapang
KEADAAN UMUM
Lokasi Instansi
Fasilitas Fisik
Fasilitas Utama
Wadah Budidaya
Sistem Pengairan
Sistem Aerasi
Tenaga Listrik
Fasilitas Pendukung
Bangunan
Lain-lain
KEGIATAN BUDIDAYA
Pemeliharaan Induk
Persiapan Wadah dan Substrat
Penebaran Induk
Pemijahan Induk
Pemberian Pakan
Penanganan Telur
Pemeliharaan Larva
Wadah Pemeliharaan
Pakan Larva
Pemeliharaan Benih
Treatment Benih
Grading Benih
Kultur Pakan Alami
Kultur Plankton
Kultur Rotifer
Kultur Kopepod
Pengamatan
Pengukuran Kualitas Air
ASPEK USAHA PEMBENIHAN
Pengadaan Sarana Produksi
Pemasaran
Analisa Usaha
ii
iii
iv
v
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
3
7
7
7
8
8
8
9
9
9
9
10
10
11
12
12
12
13
14
14
14
14
14
15
15
15
16
16
16
16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
20
21
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 BBRPBL Gondol
3
Gambar 2 Akuarium dengan substrat segitiga dan paralon
4
Gambar 3 Wadah pemeliharaan telur dan larva ikan klon hitam
4
Gambar 4 Bak kultur plankton (Nannochloropsis occulata)
4
Gambar 5 Bak kultur rotifer
5
Gambar 6 Bak kultur kopepod
5
Gambar 7 Wadah pendederan ikan klon hitam
6
Gambar 8 Wadah pembesaran benih outdoor ikan klon hitam
6
Gambar 9 Instalasi pompa air laut di BBPPBL Gondol
7
Gamabr 10 Tangki penampungan air tawar di BBPPBL Gondol
7
Gambar 11 Induk ikan klon hitam
9
Gambar 12 Induk ikan klon betina matang gonad
9
Gambar 13 Penyampuran dan pemberian pellet vitamin mix induk ikan klon hitam 10
Gambar 14 Pakan alami berupa kopepod dan udang jembret
10
Gambar 15 Pemanenan telur ikan klon hitam dari substrat
11
Gambar 16 Pakan tepung Lovelarva untuk larva D25
11
Gambar 17 Pemeliharaan benih ikan klon hitam secara indoor dan outdoor
12
Gambar 18 Treatment benih ikan klon hitam dengan penambahan elbaju dalam
pemeliharaan
12
Gambar 19 Grading calon indukan ikan klon hitam
13
Gambar 20 Pengamatan kepadatan rotifer
14
Gambar 21 Pengamatan bukaan mulut larva ikan klon hitam
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta lokasi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut
Gondol,Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali
Lampiran 2 Denah tata letak bangunan di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Bali
Lampiran 3 Perpustakaan dan Laboratorium
Lampiran 4 Lapangan olahraga
Lampiran 5 Mess penginapan
Lampiran 6 Papan data telur dan nilai Hatching Rate (HR)
Lampiran 7 Biaya tetap usaha budidaya ikan klon hitam (Amphiprion percula) di
BBPPBL Gondol, Bali
Lampiran 8 Biaya variabel usaha budidaya ikan klon hitam (Amphiprion percula)
di BBPPBL Gondol, Bali
18
18
19
20
21
21
22
23
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor Perikanan merupakan salah satu sektor yang berekontribusi
membantu dalam menaikan devisa negara. Banyak sekali contoh dari sektor
perikanan yang menyokong perekonomian di negara kita dari ikan konsumsi
maupun ikan hias. Salah satu komoditas ikan hias yang merupakan ikan ekonomis
tinggi dan komoditi ekspor adalah Amphiprion sp. atau sering disebut ikan klon
hitam (Republika 2013).
Peningkatan penjualan ikan ini terbesar terjadi pada tahun 2004 sebesar
18,5 %, hal ini dikarenakan beredarnya film kartun Finding Nemo yang bintang
utamanya ikan klon. Para eksportir ikan hias biasanya membeli ikan klon dari
para nelayan dan penyediaannya masih bergantung pada penangkapan. Kegiatan
penangkapan ikan hias di daerah karang biasanya menggunakan bahan kimia
potassium. Bahan tersebut dapat berdampak buruk bagi biota lainnya dan apabila
terakumulasi maka akan merusak ekosistem terumbu karang di perairan
tersebut (Tullock 1998).
Permintaan ikan klon hitam saat ini cukup tinggi, baik untuk pemenuhan
pasar dalam negeri dan pengiriman ke luar negeri. Negara tujuan pemasaran
seperti Australia, Jepang, Jerman dan Prancis. Saat ini di Indonesia telah dimulai
adanya kegiatan penangkaran baik oleh instansi pemerintah maupun unit usaha
milik swasta. Kegiatan budidaya khususnya pembenihan akan berlangsung
optimal dan bila terpenuhi beberapa faktor pendukung seperti teknologi
pembenihan dan pembesaran ikan klon yang berkelanjutan, pengelolaan dan
penyediaan pakan dengan optimal dan penyediaan calon induk atau induk hasil
tangkaran yang berkualitas unggul (Pitaloka 2007).
Ada 34 jenis ikan klon yang telah teridentifikasi, ditemukan pada perairan
dangkal sampai dalam, pada dasar yang berkarang. Secara umum ikan klon
mempunyai corak warna dasar dengan kombinasi, orange – putih, orange – hitam
dan hitam – orange - putih. Corak warna dan variasi kombinasi warna dijadikan
sebagai ciri dalam identifikasi jenis ikan tersebut. Ikan ini hidup secara
bergerombol, habitatnya di alam selalu berdampingan atau bersimbiosis dengan
anemon laut, dimana ikan lain tidak mampu bertahan hidup dalam ruang anemon
(Kayu 2004).
Lokasi yang menjadi tempat budidaya ikan klon hitam berada di Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol. BBPPBL Gondol
merupakan tempat budidaya ikan klon hitam tingkat internasional yang telah
mengembangkan teknologi budidaya ikan klon yang meliputi kegiatan
penangkaran (domestikasi), pembenihan, dan pembesaran.
Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktek lapang budidaya ikan klon hitam adalah
mempelajari proses pembenihan ikan klon hitam secara teknis yang baku,
meningkatkan keterampilan dan penalaran dalam usaha budidaya ikan klon hitam,
mengidentifikasi permasalahan dalam budidaya ikan klon hitam dan mencari
solusinya serta meningkatkan kemampuan penalaran dan analisis ekonomi serta
pemasaran dalam usaha pembenihan ikan klon hitam.
Metode Pelaksanaan
Waktu dan Tempat
Praktik lapang akuakultur dilaksanakan pada tanggal 25 Juni - 5 Agustus
2013 di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Dusun
Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali
(81105).
Komoditas
Komoditas yang dipelajari pada praktik lapangan ini adalah ikan klon
hitam Amphiprion percula. Hal-hal yang dipelajari dalam praktik lapang di
BBPPBL Gondol adalah kegiatan pembenihan dan aspek-aspek pendukung seperti
genetika, lingkungan, penyakit, dan nutrisi dalam budidaya ikan klon hitam.
Metode Praktek Lapang
Kegiatan praktek lapangan ini dilaksanakan dengan mengikuti secara
langsung seluruh kegiatan pembenihan dalam budidaya ikan klon hitam yang
dilaksanakan oleh BBPPBL Gondol yaitu membantu pelaksanaan kegiatankegiatan pembenihan untuk meningkatkan keterampilan aplikatif. Selain itu,
melakukan diskusi dengan pimpinan operasional, teknisi lapang, staf atau
pegawai, dan pihak-pihak lain yang kompeten dibidangnya, serta melakukan studi
pustaka untuk menambah informasi mengenai teknik pembenihan secara teoritis
terkait dengan ikan klon hitam Amphiprion percula. Data primer dan data
sekunder dari hasil kegiatan pembenihan dikumpulkan untuk penyusunan laporan
praktek lapang serta dibahas secara deskriptif.
KEADAAN UMUM
Lokasi Praktek Lapang
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL)
(Gambar 1) berada di Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak,
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali lebih kurang 30 km sebelah timur Pelabuhan
Gilimanuk dan 50 km sebelah Barat Singaraja. Arah utara balai ini berbatasan
langsung dengan Laut Bali Utara , arah timur dan barat berbatasan dengan rumah
penduduk dan sebelah selatan berbatasan dengan jalan provinsi maupun jalan
kabupaten (Lampiran 1).
Secara geografis BBPPBL Gondol berada 114ºBT-115ºBT dan 7ºLS-8º
LS, dengan ketinggian tempat 2 meter di atas permukaan laut. Topografi tanah
dasar berpasir, suhu udara berkisar antara 28º-32ºC, salinitas air laut berkisar
antara 30-35 ppt, sedangkan salinitas air tawar 0-7 ppt. BBPPBL Gondol didirikan
di atas areal seluas 6,7 ha. Lokasi pembenihan berada di tepi pantai dengan luas
lahan sekitar 11.910 m2, sedangkan sisanya merupakan lahan kosong.
Bangunan berdiri terdiri dari gedung administrasi, laboratorium, aula,
asrama, bengkel dan hatchery (tempat pemeliharaan induk, pemeliharaan larva,
kultur pakan alami) dengan tata letak bangunan didasarkan atas dasar hubungan
fungsional sehingga mempermudah dalam menunjang kelancaran kerja (Lampiran
2).
Selain lokasi pembenihan di daerah Gondol, BBPPBL juga memiliki dua
areal pertambakan masing-masing seluas 50 Ha.yang terletak di Desa Pejarakan
dan Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. KJA
(Keramba Jaring Apung ) sebagai lokasi pembesaran terdapat di perairan Teluk
Pengametan Desa Sumber Kima, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
Gambar 1 BBPPBL Gondol
Gambar 1 BBPPBL Gondol
Fasilitas Fisik
Wadah Budidaya
Wadah Budidaya yang digunakan selama kegiatan produksi ikan klon
hitam di Balai Gondol yaitu wadah pemeliharaan induk, kolam penampungan
induk, corong penetasan telur, bak penampungan larva, bak pemeliharaan larva
(pendederan), wadah penetasan siste Artemia, dan kolam pembesaran.
Wadah Pemeliharaan Induk
Wadah pemeliharaan induk ikan klon hitam berupa akuarium kaca.
Tempat induk ini juga berfungsi sebagai tempat pemijahan.
Akuarium
pemeliharaan induk ikan klon hitam berjumlah 66, dengan bahan dasar adalah
kaca yang disangga dengan rak kayu, berbentuk balok, dengan volume maksimal
84 liter. Air laut dimasukan melalui pipa yang berukuran 2 inci.
Akuarium dilengkapi dengan set aerasi terbuat dari selang dan batu aerasi.
Alat untuk mengontrol besar kecilnya aerasi terletak disamping akuarium induk
tersebut. Bagian atas bak ditutupi dengan jaring atau tutup kontainer (tergantung
dengan ketersediaan) untuk mengantisipasi bila ikan loncat maupun melindungi
dari serangan tikus. Selain itu, akuarium induk ini dilengkapi dengan substrat
berupa segitiga terbuat dari semen atau kayu maupun paralon sebagai substrat
untuk menempelkan telur (Gambar 2).
(a)
(b)
Gambar 2 Akuarium dengan substrat segitiga (a) dan substrat paralon (b)
Wadah Pemeliharaan Telur dan Larva
Telur yang siap menetas dipindahkan dari wadah induk ke sebuah
fiberglass bervolume 200 L. Wadah berbentuk silindris dan diisi sebanyak ¾
volume. Telur yang menetas akan dipelihara dalam wadah tersebut selama kurang
lebih 20 hari. Wadah tersebut juga dilengkapi dengan aerasi agar suplai oksigen
tercukupi (Gambar 3).
Gambar 3 Wadah pemeliharaan telur dan larva ikan klon hitam
Wadah Kultur Plankton
Kultur massal plankton (Nannochloropsis occulata) dilakukan pada
tempat terbuka dengan bak beton dengan volume 16 m3 sebanyak 8 buah, volume
50 m3 dan 20m3 masing-masing 2 buah dan volume 10m3 sebanyak 4 buah. Bak
dilengkapi dengan inlet, outlet dan set aerasi (Gambar 4). Aerasi menggunakan
pipa ukuran 1 inci yang diletakkan di dasar bak.
Gambar 4 Bak kultur plankton (Nannochloropsis occulata)
Wadah Kultur Rotifera
Kultur massal rotifera dilakukan pada fiber silindris dengan volume 5m3 dan
3
20 m . Bak dilengkapi dengan inlet, outlet, serta aerasi (Gambar 5). Aerasi
dilakukan pada 4 titik. Rotifera yang telah dipanen kemudian ditampung dalam
bak dengan volume 30 L beserta aerasinya.
Gambar 5 Bak kultur rotifera
Wadah Kultur Kopepoda
BBPPBL Gondol juga memiliki fasilitas kultur massal kopepoda. Kultur
massal kopepoda dilakukan pada tempat terbuka dengan bak beton dengan
volume 16 m3 sebanyak 4 buah. Bak dilengkapi dengan inlet, outlet, serta aerasi
(Gambar 6).
Gambar 6 Bak kultur kopepoda
Wadah Pendederan
Wadah pendederan ikan klon hitam berupa kontainer yang terbuat dari
plastik dengan volume air total mencapai 8L (Gambar 7). Terdapat 15 kontainer
pendederan. Benih ikan klon hitam yang telah berumur 15-20 hari dipindahkan ke
wadah ini untuk didederkan hingga berumur 1-1,5 bulan atau telah mencapai
ukuran 1,5-2 cm.
Gambar 7 Wadah pendederan ikan klon hitam
Wadah Pembesaran
Wadah pembesaran ikan klon hitam di BBPPBL Gondol berupa bak
silindris yang terbuat dari fiber berukuran 300 L didalam ruangan (indoor)
maupun diperairan terbuka atau outdoor (Gambar 8) di BBPPBL Gondol
memanfaatkan tandon air yang terkena sinar matahari dengan memanfaatkan
hapa. Kedua jenis wadah pembesaran di Balai Gondol ini diletakkan di luar
hatchery. Hal ini dimaksudkan untuk menimbulkan warna bagus pada ikan klon
hitam.
Gambar 8 Wadah pembesaran benih outdoor ikan klon hitam
Sistem Pengairan
Air laut
Air laut yang digunakan di balai diambil dari perairan disekitar BBPPBL
Gondol. Air laut disedot menggunakan pompa bermerk Yokota Pump berjumlah
tiga buah dengan kapasitas debit 36m3/jam berkekuatan 20 PK. Air kemudian
disalurkan dengan pipa sepanjang 50 m berdiameter 10 inci dari batas minimum
nilai surut terendah. Air laut kemudian ditampung dengan sumur, kemudian air
dialirkan ke filter fisik (batu, coral, dan pasir) kemudian dialirkan ke filter pasir
sebelum akhirnya air laut dialirkan pada kegiatan budidaya di BBPPBL Gondol
(Gambar 9).
Gambar 9 Instalasi pompa air laut di BBPPBL Gondol
Air Tawar
Air tawar yang digunakan di BBPPBL Gondol diperoleh dari Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Buleleng dan sumur pompa berkekuatan
7 PK. Sumur dibuat dengan kedalaman 40 m, dan ditampung dalam tangki
berkapasitas 30m3 (Gambar 10). Air tawar kemudian disalurkan untuk digunakan
pada berbagai kegiatan budidaya BBPPBL Gondol, seperti kegiatan pembenihan,
pembersihan, penelitian, dan kebutuhan sehari-hari.
Gambar 10 Tangki Penampungan Air Tawar di BBPPBL Gondol
Sistem Aerasi
Sistem aerasi yang digunakan di BBPPBL Gondol disesuaikan dengan
masing-masing unit kegiatan (pemeliharaan, pembenihan, pakan alami, dan
sebagainya). Aerasi didistribukan menggunakan pipa PVC berukuran sekitar 1
inci.
Tenaga Listrik
Sumber listrik yang digunakan di BBPPBL Gondol diperoleh dari
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Buleleng, berupa satu instalasi
berdaya 197 kW. Selain itu, listrik juga dihasilkan dari dua generator dengan daya
masing-masing 100 kW dan 200 kW. Listrik ini digunakan untuk keperluan
kantor, laboratorium, dan kebutuhan sehari-hari.
Fasilitas Pendukung
Bangunan
Sarana dan prasarana produksi di BBPPBL Gondol yang dapat menunjang
kegiatan budidaya berupa bak induk, bak pemeliharaan larva, MSH (Multi Species
Hatchery), laboratorium, perpustakaan dan sebagainya (Lampiran 3).
Lain-lain
Lapangan olahraga tersedia di BBPPBL (Lampiran 4). Kegiatan senam
rutin yang dilanjutkan dengan olahraga baik tenis, bulu tangkis, futsal, dan volly
dilaksanakan setiap jum'at pagi. Mess tersedia didalam BBPPBL Gondol agar
mempermudah mahasiswa magang menuju lokasi komoditas yang dipilih
(Lampiran 5).
KEGIATAN BUDIDAYA
Pemeliharaan Induk
Persiapan Wadah dan Substrat
Akuarium terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan sabun,
kemudian dikeringkan dan diisi air. Apabila wadah yang digunakan sudah jarang
dipakai atau pernah dipakai untuk pemeliharaan ikan sakit, maka wadah tersebut
didesinfeksi menggunakan kaporit dengan dosis 200 g. Langkah terakhir
akuarium direndam dengan air campuran kaporit tersebut selama semalam.
Keesokannya wadah dibilas dengan air laut lalu air tawar dan dikeringkan.
Kemudian wadah dapat diisi dengan air laut secukupnya serta diletakan substrat
untuk penempelan telur. Substrat yang digunakan di Gondol adalah segitiga kayu
atau bata, atau paralon (Gambar 2). Substrat dibersihkan sebelum dan sesudah
induk bertelur.
Penebaran Induk
Induk jantan dan induk betina akan tinggal di satu akuarium untuk
dipijahkan dan untuk seterusnya. Induk ikan klon hitam yang digunakan di
BBPPBL Gondol adalah hasil tangkapan dari alam nelayan di Biak. Induk seleksi
dari keturunan induk sebelumnya yang sudah siap. Selain ikan klon hitam,
BBPPBL Gondol juga memiliki induk yang berasal dari Nias, Bali, dan Sulawesi.
Induk dari daerah tersebut antara lain disebut balong (A. megalonepus) dan A.
ocellaris. Total indukan ikan klon di BBPPBL Gondol berjumlah 136 ekor.
Perbandingan jantan dan betina yang digunakan adalah 1:1 (Gambar 11).
Pemasangan induk diawali dengan memasukkan jantan ke akuarium terlebih
dahulu dan kemudian betina. Pemasangan ini akan gagal jika kedua induk itu
berkelahi. Apabila kedua induk berkelahi, induk harus segera dipisahkan. Kriteria
induk yang siap disatukan adalah ukuran betina dua kali lebih besar dari jantan.
Umur induk benih telah berumur 3 bulan untuk jantan dan 8 bulan untuk betina
karena ikan klon bersifat hermaprodit protagini.
Gambar 11 Induk ikan klon hitam
Pemijahan Induk
Pemijahan induk terjadi apabila induk sudah berpasangan dan telah
diketahui matang gonad. Ciri induk betina yang telah matang adalah perut yang
buncit dan ada papilla menonjol berwarna merah muda (Gambar 12). Induk jantan
dicirikan dengan aktifnya mengejar betina. Pemijahan biasanya terjadi pada sore
hingga pagi dini hari. Betina akan mengeluarkan telur yang akan menempel di
substrat. Jantan akan mengibaskan ekornya kearah telur untuk memberi oksigen
dan bergerak zigzag untuk membuahi telur tersebut. Telur yang terbuahi akan
berwarna oranye cerah dan oranye susu jika tidak terbuahi. Telur yang tidak
terbuahi akan dimakan kembali oleh induknya.
Gambar 12 Induk ikan klon hitam betina matang gonad
Pemberian Pakan
Pemberian pakan untuk indukan berupa pelet yang diberikan sebanyak dua
kali sehari pada pagi hari, sekitar jam 8.00 WITA, dan sore hari, sekitar pukul
15.00 WITA. Pelet yang digunakan adalah Pelet Otohime. Pelet tersebut
kemudian ditambah dengan vitamin, seperti vitamin E untuk mematangkan telur,
astaxanthin sebagai penguat warna indukan, dan direkatkan dengan putih telur
(Gambar 13). Selain itu, induk diberi pakan alami berupa kopepoda (jenis
harpacticoda, dan cyclops), atau udang jembret (Gambar 14) sekitar pukul 11.00
WITA.
(a)
(b)
Gambar 13 Penyampuran pelet dengan vitamin mix (a) Pemberian pakan indukan
ikan klon hitam (b)
Gambar 14 Pakan alami berupa kopepoda dan udang jembret
Penanganan Telur
Pemanenan telur dilakukan pada hari ke-5 atau ke-6 setelah pemijahan.
Ciri-cirinya adalah warna telur berwarna oranye tua dengan ada bintik hitam
dibagian ujungnya. Pemanenan dilakukan dengan cara mengerik telur satu persatu
yang berada di substrat dengan pisau atau benda tajam lainnya (Gambar 15). Telur
yang telah lepas dari substrat lalu dihitung jumlahnya dengan pipet.
Telur yang telah dipanen dan dihitung kemudian ditebarkan secara merata
ke dalam bak silindris berukuran 200 liter. Bak diisi air laut hingga mencapai 150
liter dan diberi aerasi sedang agar kelangsungan hidupnya (KH) tinggi. Telur akan
menetas pada keesokan harinya dan disebut sebagai Day 0 (D0). Telur yang gagal
menetas akan berwarna putih susu. telur-telur yang gagal menetas kemudian
disingkirkan dengan disifon atau diambil dengan pipet. Hatching Rate (HR) dapat
dihitung berdasarkan jumlah telur yang menetas dengan rumus:
telur yang menetas
HR =
x 100%
telur yang ditebar
Penghitungan HR dilakukan sehari setelah telur dipanen dan dicatat dalam papan
pencatatan data (Lampiran 6).
Gambar 15 Pemanenan telur ikan klon hitam dari substrat
Pemeliharaan Larva
Wadah Pemeliharaan
Telur yang menetas tetap dipelihara selama 30 hari di dalam bak silindris
tempat penetasan telur (Gambar 3). Wadah juga dilengkapi dengan aerasi.
Penyifonan dilakukan setiap hari. Air dikurangi sebanyak 75% dari total tinggi air
untuk membersihkan sisa pakan dan metabolisme. Setelah 30 hari larva
dipindahkan ke wadah pendederan berukuran 60 x 50 x 30 cm (Gambar 7) untuk
memudahkan saat melakukan grading (seleksi indukan).
Pakan Larva
Pakan utama larva ikan klon hitam ini adalah pakan alami berupa
plankton, rotifera, dan kopepoda. Pakan mulai diberikan pada hari kedua dengan
anggapan bahwa rata-rata larva telah kehabisan sumber makanan dari kuning
telur. Pakan pertama yang dapat diberikan adalah plankton. Jenis plankton yang
digunakan di BBPPBL Gondol adalah Nannochloropsis oculata. Plankton
diberikan hingga larva berumur 5-10 hari. Pakan kedua yang diberikan pada larva
adalah rotifer atau nauplii kopepoda. Pakan ini diberikan hingga larva berumur
20-25 hari, tetapi BBPPBL Gondol lebih banyak memberikan pakan alami jenis
kopepoda karena perkembangan warna dan pertumbuhannya lebih cepat
dibandingkan jika diberi rotifer. Pemberian pakan diberikan dua kali sehari pada
pagi hari, sekitar jam 8.00 WITA, dan sore hari, sekitar pukul 15.00 WITA. Selain
itu juga diberikan pakan tambahan berupa pakan tepung jenis Lovelarva (Gambar
16) ketika larva sudah berumur diatas Day 25 (D25).
Gambar 16 Pakan tepung Lovelarva untuk larva ikan klon hitam D25
Pemeliharaan Benih
Pemeliharaan benih di BBPPBL Gondol dilakukan mulai umur Day 30
(D30) hingga mencapai ukuran komersil selama tiga bulan. Pemeliharaan
dilakukan secara indoor dan outdoor (Gambar 17). Pemeliharaan benih di indoor
dilakukan di dalam kontainer berukuran 60 x 50 x 30 cm tidak dilengkapi dengan
aerasi, melainkan digunakan inlet berupa pancuran kecil dan outlet tipe goyang
bagian atas. Pemeliharaan benih dilakukan hingga ikan klon berukuran rata-rata 23 cm. Pakan yang diberikan adalah pakan buatan jenis NRD 3/5 yang didukung
dengan pakan alami, yaitu kopepoda dewasa dan diberikan setiap dua kali sehari.
Pemeliharaan benih secara outdoor dimaksudkan untuk mengeluarkan
warna ikan klon, sehingga warna hitamnya keluar dan terlihat indah. Benih ikan
klon hitam dipelihara di outdoor ketika berukuran 2-3 cm. Pakan yang diberikan
untuk pemeliharaan di outdoor adalah pakan buatan jenis NRD 5/8. Pakan
diberikan setiap dua kali sehari.
(a)
(b)
Gambar 21 Pemeliharaan benih ikan klon hitam secara indoor (a) dan outdoor (b)
Treatment Benih
Benih yang dipelihara dapat terserang penyakit akibat dari pakan yang
tidak termakan maupun bibit penyakit yang terbawa oleh air. Tindak pencegahan
yang dilakukan di BBPPBL Gondol adalah dengan merendam benih
menggunakan air tawar kemudian ditambahkan elbazu sebanyak 2 g selama 15
menit (Gambar 18).
Gambar 18 Treatment benih ikan klon hitam dengan penambahan elbaju dalam
media pemeliharaan
Grading Benih
Benih yang telah berumur diatas Day 90 (D90) kemudian dilakukan
grading untuk memilih calon indukan (Gambar 19). Benih yang telah dipilih
disatu tempatkan dengan induk betina yang telah ada akibat dari hilangnya jantan
karena mati atau dipelihara di outdoor untuk dijadikan indukan betina baru.
Gambar 19 Grading calon indukan ikan klon hitam
Kultur Pakan Alami
Kultur Plankton
Kultur plankton Nannochloropsis occulata menggunakan bak volume di
3
10 m dilengkapi dengan aerasi. Kultur dilakukan dengan starter dari kultur
sebelumnya. Starter kemudian dimasukkan kedalam bak, kemudian diberi pupuk
pertanian urea dengan dosis 60 ppm, Za 50 ppm, TSP 30 ppm, FeCl 3 ppm, dan
EDTA 5 ppm serta air laut agar bisa berkembangbiak. Panen dilakukan setelah
memasuki masa puncak stationary hari ke empat setelah penebaran inokulan.
Kultur Rotifera
Kultur rotifera dilakukan di bak bervolume 5 m3. Bak diisi sebanyak 25%
dari volume bak dengan air laut yang terkandung plankton. Kemudian air laut
ditambahkan 50% dari volume bak. Setelah itu, bibit rotifera dimasukkan.
Rotifera dapat dipanen setelah tujuh hari setiap harinya dengan menambahkan air
laut kembali setelah panen.
Kultur Kopepoda
Kultur kopepoda massal dilakukan di bak bervolume 2 m3. Bak diisi
sebanyak 25% dari volume bak dengan air laut yang terkandung plankton.
Kemudian air laut ditambahkan 25% dari volume bak. Pelet yang biasa diberikan
pada ikan dimasukkan dan dilarutkan di dalam bak tersebut sebanyak 250 gram.
Setelah dua hari, bibit kopepoda dimasukkan. Kopepoda dapat dipanen setelah
satu minggu setiap harinya dengan menambahkan air laut kembali setelah panen.
Pengamatan dan Koleksi Data
Pengamatan Kepadatan Rotifer
Pengamatan bertujuan mengetahui berapa kepadatan rotifera (Gambar 20).
Semakin padat rotifer maka akan semakin baik untuk diberikan kepada larva ikan
klon hitam. Kepadatan rotifer yang baru dikultur dalam 5 ton bak adalah 23
individu/ 1 ml sehingga 5000000 ml x 23 individu= 115 x 108 individu/ 5 ton.
Gambar 20 Pengamatan kepadatan rotifer
Pengamatan Kepadatan Kopepod
Pengamatan bertujuan mengetahui berapa kepadatan kopepod. Semakin
padat kopepod maka akan semakin baik untuk diberikan kepada larva ikan klon
hitam. Kepadatan kopepod didapatkan 38 individu/ 0,5 ml.
Pengamatan Bukaan Mulut Larva Ikan Klon Hitam
Pengamatan bukaan mulut bertujuan mengetahui ukuran mulut larva
(Gambar 21) sehingga diketahui pakan apa yang cocok dan waktu pemberian
yang tepat setelah kuning telur habis. Didapatkan hasil bahwa larva berumur 10
hari (D10) memiliki bukaan mulut 400 µm.
Gambar 21 Pengamatan bukaan mulut larva ikan klon hitam
ASPEK USAHA BUDIDAYA
Pengadaan Sarana Produksi
Salah satu faktor dalam kegiatan budidaya adalah pengadaan sarana
produksi. Sarana produksi yang digunakan berupa pakan, induk, wadah
pemeliharaan, obat-obatan, air dan listrik. Induk ikan klon hitam yang ada di
BBPPBL Gondol sebagian besar didapatkan dari nelayan, baik dari daerah sekitar
Bali, Sulawesi, Padang, hingga Biak. Selain itu, Balai Gondol juga menyeleksi
sendiri induk yang dihasilkan dari induk tangkapan alam. Air laut yang digunakan
di hatchery Balai Gondol didatangkan dari sekitar balai. Pakan yang digunakan
adalah Otohime - Jepang. Wadah penanganan telur dan pemeliharaan larva yang
digunakan didatangkan juga dari Jepang atau dari pengrajin di daerah Pemuteran.
Pemasaran
Ikan klon hitam yang dijual BBPPBL Gondol berupa benih berukuran 1,52 cm serta ikan yang telah mencapai ukuran komersil, dan induk. Benih berukuran
1,5-2 cm yang dijual Balai Gondol dijual dengan harga Rp 4000/ekor, induk dijual
dengan harga 100-200 ribu/ pasang, dan ikan yang dijual berukuran lebih dari
5cm memiliki harga jual 15-50 ribu/ ekor bergantung pada performa dan
warnanya. Sasaran pemasaran tersebut adalah pelaku usaha ikan hias, eksportir,
dan hobies ikan hias baik dari wilayah sekitar balai maupun dari luar pulau hingga
mancanegara. Transaksi penjualan yang dilakukan di balai secara langsung yaitu
pembeli datang langsung ke lokasi untuk memilih ikan setelah sebelumnya
mengadakan perjanjian melalui komunikasi lewat telepon, maupun email.
Analisis Usaha
Analisis usaha kegiatan budidaya ikan klon hitam ini dibuat berdasarkan
beberapa asumsi untuk perencanaan usaha dengan skala tertentu, yaitu:
1. Induk yang dipersiapkan sebanyak 10 pasang induk jantan dan betina yang
dianggap telah siap untuk memijah dan telah diaklimatisasi
2. Rata-rata fekunditas sekali memijah 500 butir, sehingga 10 pasang induk dapat
menghasilkan 5000 butir telur per siklus.
3. Pemberian pakan secara ad satiation atau sampai ikan kenyang.
4. Fertilization Rate (FR) rata-rata 100%, Hatching Rate (HR) 65%, maka telur
yang menetas = 5000 x 65% = 3.250 ekor. Jika dalam sebulan masa bertelur 3
kali, maka dalam 36 kali siklus diperkirakan benih yang dihasilkan adalah
117.000 ekor.
5. Benih dipelihara hingga mencapai ukuran komersial atau kurang lebih sudah
berumur tiga-empat bulan dan dijual Rp. 15.000
Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya tetap yang dikeluarkan sekalipun usaha
tersebut sudah tidak lagi melakukan proses produksi dan tidak akan dipengaruhi
oleh tingkat operasional periode tertentu. Total biaya tetap yang dikeluarkan
dalam analisis usaha budidaya ikan klon hitam ini adalah Rp 53.590.000
(Lampiran 7).
Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan selama kegiatan
produksi berlangsung. Total biaya variabel dapat bervariasi sesuai dengan jumlah
produksi. Total biaya variabel yang dikeluarkan dalam analisis usaha budidaya
ikan klon hitam ini adalah Rp 50.940.000/tahun (Lampiran 8).
Biaya Total
Biaya total atau Total Cost (TC) adalah penjumlahan dari biaya tetap dan
biaya variabel yang dikeluarkan selama produksi dalam satu tahun. Total biaya
yang dikeluarkan dalam analisis usaha budidaya ikan klon hitam ini adalah Rp
482.983.420/tahun, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Biaya Total (TC) = biaya tetap + biaya variabel
= Rp 53.590.000 + Rp 50.940.000
= Rp 104.530.000
Penerimaan
Penerimaan adalah hasil dari penjualan hasil produksi selama satu siklus
atau satu tahun. Panen per siklus adalah 65% atau sebanyak 3.250 ekor/siklus dan
117.000 ekor/tahun. Dijual dengan harga Rp 15.000 per ekor sehingga
penerimaan yang didapat selama satu siklus adalah Rp 48.750.000 atau Rp
1.755.000.000 untuk satu tahun. Total penerimaan dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Penerimaan per siklus = hasil panen per siklus x harga jual
= 3250 ekor x Rp 15000/ekor
= Rp 48.750.000
Penerimaan per tahun = penerimaan per siklus x total siklus per tahun
= Rp 48.750.000 x 36 siklus
= Rp 1.755.000.000
Keuntungan
Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dan total biaya
produksi. Keuntungan diperoleh jika selisih antara pendapatan dengan biaya total
produksi bernilai positif. Total keuntungan pertahun yang diperoleh dalam analisis
usaha budidaya ikan klon hitam ini adalah Rp 1.272.016.580. Total keuntungan
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keuntungan per tahun = Penerimaan – total biaya produksi
= Rp 1.755.000.000 - Rp 482.983.420
= Rp 1.272.016.580
R/C Ratio
R/C merupakan perbandingan antara total penerimaan (TR) dengan total
biaya (TC). R/C ratio berfungsi untuk menganalisis efisiensi nilai ekonomis suatu
usaha.suatu usaha dikatakan layak jika R/C ratio lebih dari 1. Semakin tinggi R/C
ratio, keuntungan suatu usaha akan semakin tinggi. R/C ratio usaha dalam analisis
usaha budidaya ikan badut ini adalah 3,6. Nilai tersebut mengartikan bahwa setiap
Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 3,6 atau
memperoleh keuntungan sebesar 2,6. R/C ratio dihitung dengan rumus berikut ini:
𝑇𝑅
R/C ratio
= 𝑇𝐶
Rp 526.500.000
= Rp 104.530.000
= 5,0
Break Event Point (BEP) Harga
BEP harga merupakan suatu nilai hasil penjualan produksi sama dengan
biaya produksi, sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. Usaha dalam
analisis usaha budidaya ikan klon hitam ini akan mengalami titik impas apabila
telah menerima penerimaan sebesar Rp 410.300.699. Perhitungan BEP harga
menggunakan rumus:
𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
BEP (Rp)
= 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
1−
𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
=
Rp 53.590.000
1−
Rp 50 .940 .000
Rp 526 .500 .000
= Rp 59.330.337
Break Event Point (BEP) unit
BEP unit adalah jumlah minimum produksi yang harus dicapai untuk
mendapatkan titik impas. Usaha dalam analisis usaha budidaya ikan klon hitam
akan mengalami titik impas apabila memproduksi sebanyak 27.353 ekor.
Perhitungan BEP unit menggunakan rumus:
𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
BEP unit
=
𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 /𝑒𝑘𝑜𝑟 −
=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
Rp 53.590.000
𝑅𝑝 15000 /𝑒𝑘𝑜𝑟 −
Rp 50 .940 .000
117000
= 3.955 ekor
Harga Pokok Penjualan (HPP)
HPP adalah perbandingan total biaya produksi dengan volume total
produksi. Perhitungan harga pokok penjualan bertujuan untuk mengetahui harga
jual suatu barang. Harga pokok penjualan usaha dalam analisis usaha budidaya
ikan klon hitam ini adalah Rp 4128,1/ekor. Perhitungan HPP menggunakan rumus
berikut ini:
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑇𝐶)
HPP
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
Rp 104.530.000
=
117000
= Rp 2.978,1/ekor
DAFTAR PUSTAKA
Kayu, E. M. 2004. Koleksi ikan terumbu karang untuk akuarium: perdagangan
global, isu-isu konservasi dan strategi manajemen. Konservasi Laut
Masyarakat, Inggris. 80pp.
Pitaloka AD. 2007. Marjin Pemasaran pada Pemasokan Clown Fish di CV Dinar
Cabang Tangerang, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. [Skripsi].
Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Republika [Koran Elektronik]. 2013. Produksi Ikan Hias Mencapai 978 Juta Ekor.
[diunduh 2013 Juni 2].
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/mikro/13/04/21/mll1v1produksi-ikan-hias-tembus-978-juta-ekor
Tullock JH.1998. Clownfish and Sea Anemones. Hongkong: Barrons Educational
Series, Inc.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Lokasi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut
Gondol, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali
Lampiran 2 Denah tata letak bangunan di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Laut Gondol
Lampiran 3 Perpustakaan dan Laboratorium
Lampiran 4 Lapangan olahraga
Lampiran 5 Mess penginapan
Lampiran 6 Papan data telur dan nilai Hatching Rate (HR)
Lampiran 7 Biaya tetap usaha budidaya ikan klon hitam di Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Bali
No
Uraian
Satuan
Jumlah unit
Jumlah
1
3
Gaji teknisi
Abodemen air
tawar
Abodemen
listrik
Pakan induk
(Otohime)
Pajak
Bulan
Bulan
12
12
2
1
Bulan
12
kg/siklus
2
4
5
7
12
Tahun
1
Biaya Tetap (FC)
Harga
satuan
2.000.000
100.000
Total harga
(Rp)
48.000.000
1.200.000
250.000
3.000.000
95.000
1.140.000
250.000
250.000
53.590.000
Lampiran 8 Biaya tetap usaha budidaya ikan klon hitam di Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Bali
Harga/siklus
(Rp)
Harga/tahun
(Rp)
1
Harga
satuan
(Rp)
80.000
80.000
960.000
Kg/bulan
1
70.000
70.000
840.000
Kantong/bulan
5
15.000
75.000
900.000
Kantong/bulan
30
26.000
780.000
9.360.000
300.000
300.000
45.000
15.000
15.000
15.000
18.000
100.000
300.000
300.000
45.000
15.000
30.000
150.000
540.000
100.000
2.485.000
3.600.000
1.620.000
540.000
1.080.000
5.400.000
5.400.000
19.440.000
3.600.000
50.940.000
No
Uraian
Satuan
Jumlah
1
Pellet NRD
3/5
Pellet NRD
5/8
Kopepod
beku
Udang
jembret
Vitamin mix
Astaxanthin
Pupuk
Karet
Plastik 60x40
Elbaju
Kaporit
Oksigen
Kg/bulan
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Kg
1
Kantong
1
Unit
1
Kg
1
Kg
2
Bungkus/5 g
10
Kg
30
Buah
1
Total biaya variabel (VC)
Download