Uploaded by Hendi Beni

MODUL Manajemen Perubahan

advertisement
GARIS BESAR POKOK PENGAJARAN (GBPP)
Mata Kuliah
Kode Mata Kuliah
Jumlah SKS
I.
: MANAJEMEN PERUBAHAN
: EKM 36061
: 3 (dua) SKS
DESKRIPSI MATA KULIAH
Matakuliah ini memberikan pengetahuan mengenai perubahan dan pengelolaan
perubahan yang efektif dan mengkaitkannya dengan dinamika dan keefektifan
perilaku keorganisasian, menyangkut pembelajaran organisasi, budaya organisasi,
kepemimpinan, manajemen konflik, pengembangan organisasi dan isu-isu perubahan
strategik.
II. STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa memiliki kemampuan analitikal dalam memahami perubahan dan
pengelolaan perubahan serta mengkaitkannya dengan pembelajaran organisasi,
budaya organisasi, kepemimpinan, manajemen konflik dan organisasi berbasis
kinerja (performance-based organization), dan isu-isu perubahan strategik.
III. KOMPETENSI DASAR
Memberikan pengetahuan, wawasan dan pola berpikir komprehensif kepada
mahasiswa sehingga mampu memahami dan menjelaskan:
1. Pengertian manajemen
2. Pengertian perubahan dan esensi perubahan serta berbagai tipe perubahan.
3. Model dan teori-teori yang terkait dengan perubahan.
4. Manajemen perubahan.
5. Memimpin perubahan.
6. Perubahan sumber daya manusia
7. Perubahan organisasional
1|Page
IV. KOMPETENSI PENDUKUNG
Memberikan ruang dinamis bagi mahasiswa untuk menganalisis kasus yang terkait
dengan manajemen perubahan dan mendiskusikan di kelas serta mampu melakukan
presentasi yang efektif atas suatu topik tertentu dengan penuh kepercayaan diri dan
kemampuan optimal.
V.
TIMELINE DAN TOPIK PERKULIAHAN
No
1
Pokok Bahasan
Konsep Dasar
Manajemen
2
Konsep Perubahan
3
Manajemen Perubahan
4
Model dan Teori
Perubahan
5
Memimpin Perubahan
Sub Pokok Bahasan
Waktu
120’
Tugas/Latihan
Pembagian
kelompok dan topik
tugas kelompok
 Faktor Pendorong
Perubahan
 Memahami Perubahan
 Resistensi Individual
 Resistensi Organisasional
 Mengatasi Resistensi
Perubahan
120’
Membaca Referensi
Dinamika Kelompok
mendiskusikan isuisu sesuai topik
perkuliahan
 Memahami Manajemen
Perubahan
 Model-Model Manajemen
Perubahan
 Perubahan oleh Manajer
Menengah
 Model-Model Perubahan
 Teori-Teori Perubahan
120’
Membaca Referensi
Dinamika Kelompok
mendiskusikan isuisu sesuai topik
perkuliahan
120’
Membaca Referensi
Dinamika Kelompok
mendiskusikan isuisu sesuai topik
perkuliahan
 Memimpin Perubahan
Strategis
 Memimpin Perubahan
Fundamental
 Memimpin Berbasis
Kultural
 Memimpin
120’
Membaca Referensi
Dinamika Kelompok
mendiskusikan isuisu sesuai topik
perkuliahan




Pengertian Manajemen.
Proses Manajemen
Peran Manajemen.
Perbandingan
antara
manajemen
dan
kepemimpinan.
 Perbedaan
antara
manajer dan pemimpin.
2|Page
No
Pokok Bahasan


VI.
Sub Pokok Bahasan
Berdasar Hubungan
Strategi Pemimpin
Perubahan
Peran pemimpin
Perubahan
Mengubah Smart People
Mencapai Keunggulan
Pemberdayaan
6
Perubahan Sumber Daya
Manusia



7
Perubahan
Organisasional
 Pengembangan
Organisasi
 Organisasi Pembelajaran
 Mengubah Standar
Keunggulan
Waktu
Tugas/Latihan
120’
Membaca Referensi
Dinamika Kelompok
mendiskusikan isuisu sesuai topik
perkuliahan
Membaca Referensi
Dinamika Kelompok
mendiskusikan isuisu sesuai topik
perkuliahan
120’
STRATEGI PEMBELAJARAN
Kuliah dilaksanakan dengan metoda tutorial, presentasi mahasiswa secara
individual maupun kelompok, dan diskusi. Mahasiswa dituntut mempersiapkan
diri dengan membaca berbagai macam sumber referensi yang membahas materi
yang telah ditentukan dan berpartisipasi aktif dalam setiap tatap muka di kelas.
Mahasiswa juga diminta untuk berkonsultasi kepada dosen pengampu di dalam
maupun di luar kelas, sehingga pemahaman mahasiswa terhadap materi kuliah
dapat ditingkatkan.
VII. EVALUASI
Mahasiswa dapat mengikuti ujian apabila tingkat kehadiran mahasiswa dalam satu
semester minimal 75% dari jumlah tatap muka. Mahasiswa dituntut agar dalam
berperilaku memperhatikan etika, khususnya yang berlaku di lingkungan kampus,
dan dosen pengampu tidak mentolerir segala bentuk kecurangan. Penilaian akhir
didasarkan pada komponen-komponen sebagai berikut:
Ujuan Tengah Semester
30%
UjianAkhirSemester
40%
Tugas
20%
Presensi
10%
3|Page
Nilai akan dikonversikan dengan huruf dengan standar nilai sebagai berikut:
A = 80 – 100
D = 50 – 59,9
B = 70 – 79,9
E =
0 – 49,99
C = 60 – 69,9
VIII. REFERENSI
1. Palmer, Ian, Richard Dunford & Gib Akin, 2009, Managing Organizational
Change, Second Edition, Ms. Graw-Hill (PDA).
2. Cummings, Thomas G & Worley, Christopher G, 2009, Organization
Development & Change, 9th Edition, South-Western Cengage Learning,
Boulevard Mason, USA (CW)
3. McCalman, James & Robert A Paeton, 1992, Change Management – A Guide
to Effective Implementation, Raul Chapman Publishing Limited, London (CP).
4. Tushman, Michael L & Charles A Oreilly III, 1997, Winning Through
Innovation, Harvard Business School Press, Boston, Massachusetts (TC).
5. Rhenald Kasali. 2005. Change. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
6. Robbins, Stephen.P.2008. Perilaku Organisasi. Pearson Education, Inc. Upper
Saddle River, New Jersey.
7. Wibowo, 2006. Manajemen Perubahan. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
4|Page
Modul - 1
Manajemen
1.1. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Modul
Manajemen sudah semakin dirasakan sebagai suatu kebutuhan pokok, baik oleh
sekumpulan individu, kelompok, maupun organisasi untuk mencapai tujuannya.
Pengetahuan manajemen telah mengajarkan banyak hal tentang bagaimana tujuan
tersebut dapat dicapai secara efisien dan efektif. Namun dengan perkembangan
lingkungan yang selalu bergerak dengan cepat, dewasa ini manajemen konvensional tidak
lagi dirasakan mencukupi untuk mencapai tujuan secara optimal.
Pengetahuan tentang manajemen sebenarnya telah berkembang luar biasa pada
beberapa dasawarsa terakhir. Dalam pembahasan ini tidak dimaksudkan untuk mengupas
semua pengetahuan manajemen, namun dipilih beberapa diantaranya yang dirasakan
mempunyai kaitan kuat dan diperlukan dalam melakukan perubahan.
2. Tujuan Pembelajaran
Modul ini bertujuan untuk menjelaskan tentang:

Pengertian Manajemen.

Proses Manajemen

Peran Manajemen.

Perbandingan antara manajemen dan kepemimpinan.

Perbedaan antara manajer dan pemimpin.
3. Kompetensi Yang Akan Dicapai
a. Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul 1 ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
pengertian dan mendiskusikan manajemen dan menyelesaikan masalah (soalsoal dan kasus).
b. Kompetensi Khusus
1) Mampu menjelaskan pengertian manajemen.
5|Page
2) Mampu mengidentifikasi proses manajemen.
3) Mampu mengidentifikasi peran manajemen.
4) Mampu membandingkan antara manajemen dan kepemimpinan serta
manajer dan pemimpin.
1.2. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Manajemen
Terdapat berbagai pendapat tentang pengertian manajemen, walaupun pada
dasarnya mempunyai makna yang kurang lebih sama. Mary Parker Follet menyatakan
bahwa manajemen adalah the art of getting done through people, yaitu sebagai suatu seni
untuk mendapatkan segala sesuatu dilakukan melalui orang lain. Hal ini berarti bahwa
manajer mencapai tujuan organisasi dengan mengatur orang lain untuk melakukan
pekerjaan yang diperlukan, tanpa melakukan pekerjaan sendiri.
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan
mengawasi pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan sumber daya organisasi yang
tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas (Stoner dan
Freeman, 1992:4).
Sementara itu, Robbins dan Coulter (1996:6) memberikan definisi manajemen
sebagai suatu proses untuk membuat aktivitas terselesaikan secara efektif dan efisien
dnegan dan melalui orang lain. Efektif menunjukkan makna pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya, sedangkan efisien menunjukkan hubungan antara input dan
output dengan mencari biaya sumber daya minimum.
2. Proses Manajemen
Untuk melihat proses manajemen terlebih dahulu harus dipahami fungsi
manajemen itu sendiri. Menurut Daft (1999), manajemen merupakan pencapaian tujuan
organisasi dengan cara tindakan yang efektif dan efisien melalui perencanaan,
pengorganisasian,
penempatan,
pengarahan,
dan
pengontrolan
sumber
daya
organisasional.
6|Page
Gambar 2.1
Fungsi Tradisional Manajemen
Perencanaan (planning)
Menetapkan tujuan dan
Cara mencapainya
Pengontrolan (controlling)
Memonitor aktivitas dan
Membuat koreksi
Pengarahan (directing)
Memotivasi dan
Mengkoordinasikan karyawan
Pengorganisasian
(organizing) menetapkan
Wewenang tanggungjawab
utk penyelesaian masalah
Penempatan (staffing)
Merekrut dan memperoleh
karyawan
Planning bertujuan untuk mendefinisikan tujuan dan sasaran organisasi,
mengembangkan strategi untuk mencapainya, membuat alokasi pendanaan, menciptakan
kebijakan dan prosedur. Organizing bertujuan untuk membentuk struktur organisasi,
memberikan wewenang dan tanggung jawab serta hubungan antara struktur organisasi
dan menetapkan tugas-tugas yang harus dikerjakan; mengelompokkan beberapa
pekerjaan menjadi satu departemen yang akan berbeda dengan departemen lainnya.
Staffing mencakup proses seleksi dan rekrutmen calon karyawan untuk posisi yang sudah
ditetapkan di dalam struktur organisasi, memberikan pengetahuan dan pelatihan agar
mereka mampu bekerja secara baik dalam tugasnya. Directing termasuk menggunakan
pengaruh dan memberikan hadiah untuk memotivasi karyawan agar bekerja dengan
maksimal dan menuju arah yang telah ditetapkan oleh organisasi. Controlling bertujuan
untuk menetapkan standar kerja, membangun system pelaporan, memonitor aktivitas
karyawan, dan melakukan tindakan koreksi jika terjadi kesalahan.
3. Peran Manajemen
Banyak peranan yang harus dilakukan seorang manajer untuk mencapai tujuan
organisasi. Mintzberg dalam Yukl (1998:23) telah mengembangkan sepuluh peran
manajerial yang digunakan untuk mengkodifikasi arti dari aktivitas-aktivitas yang
7|Page
diamati dalam studi para eksekutif. Kesepuluh peran tersebut menerangkan semua
kegiatan dari seorang manajer. Semua peran manajerila berlaku bagi tiap manajer atau
administrator, namun kepentingan relatifnya dapat berbeda-beda dari seorang manajer
tertentu dengan manajer yang lainnya. Menurut Mintzberg, peran dari seorang manajer
kebanyak ditetapkan terlebih dahulu oleh sifat dari posisi manajerial tersebut, namun
manajerial mempunyai beberapa fleksibilitas mengenai cara masing-masing peran
tersebut diinterpretasikan dan diterapkan. Masing-masing peran dijelaskan pada Gambar
2.2.
Gambar 2.2 Sepuluh Peran Pemimpin
Informasional
Monitor
Deseminator
Spokesperson
Mencari dan menerima informasi,
Mengamati dan melaporkan,
mempertahankan kontak personal
Menyebarkan informasi kepada anggota,
Organisasi lainnya, mengirim memo,
laporan, dan membuat kontak telepon
Memberikan informasi kepada pihak luar
Melalui pidato, laporan berkala, dan
memo
Peran informasional terbagi menjadi tiga macam, yaitu pertama monitor adalah
bagaimana seorang manajer mampu memonitor aliran informasi di sekelilingnya secara
baik. Daya tangkap dan wawasan yang luas dituntut dari seorang manajer untuk mampu
menangkap perubahan yang terjadi di sekelilinya
melalui informasi-informasi dari
berbagai sumber. Kedua, setelah seorang manajer mampu memonitor, maka kemudian
dia dituntut untuk mampu mendistribusikan dan menyebarkan informasi (disseminate)
tersebut secara efisien dan efektif. Ketiga, akhirnya seorang manajer dituntut pula untuk
mampu menjadi juru bicara yang efektif dalam menyampaikan informasi, baik dalam
kesempatan formal maupun dalam kesempatan informal.
Peran interpersonal terbagi menjadi tiga macam, yaitu manajer berperan sebagai
tokoh organisasi, pemimpin dan manajer penghubung. Akhirnya, peran pengambilan
keputusan terbagi menjadi empat peran (wirausahawan, orang yang menangani
gangguan/kekacauan, mengalokasikan sumber daya dan perunding). Untuk lebih
jelasnya, perhatikan Gambar 2.2 di bawah ini.
8|Page
Gambar 2.2 Tiga Peran Interpersonal
Interpersonal
Figurehead
Pemimpin
Liason
manajers
Melakukan kegiatan seremonial dan tugasTugas simbolik seperti menandatangi
dokumen dan Menerima tamu
Mengarahkan dan memotivasi bawahan,
Melatih, memberikan bimbingan dan
berkomunikasi
Mempertahankan hubungan informasi baik
Keluar maupun ke dalam organisasi
Menggunakan surat,telepon dan pertemuan
Gambar 2.2 Empat Peran Pengambilan
Keputusan
Pengambilan
keputusan
Enterpreneur
Pengendali
Masalah
Pembagi
Sumberdaya
Negosiator
Mengembangkan proyek baru, ide-ide
Baru dan mengembangkan organisasi
Mengambil tindakan korektif dan
Pemecahan masalah dlm keadaan
krisis
Membagikan sumber daya berupa
Keuntungan organisasi kpd yg berhak,
Menetapkan pendanaan, jadwal dan
Menetapkan prioritas
Mewakilkan organisasi dlm negosiasi
Seperti kontrak2, kerja sama, pembelian
Barang dan penetapan keuangan
4. Perbandingan antara Manajemen dan Kepemimpinan
Kepemimpinan tidak dapat menggantikan peran manajemen, kepemimpinan harus
ditempatkan sebagai tambahan bagi fungsi manajemen. Manajemen tanpa kepemimpinan
hanya akan menjadikan organisasi bersifat mekanistis dan kaku. Kepemimpinan tanpa
manajemen akan menjadikan organisasi tidak efektif dan kehilangan arah. Keduanya
merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi satu sama lain.
Perbandingan antara Manajemen dan Kepemimpinan dapat dilihat dari lima
dimensi, yaitu: arah, kewajiban, hubungan, kualitas personal dan hasil yang dicapai,
untuk selanjutnya diiliustrasikan pada Gambar 2.3.
9|Page
Dimensi
Perbandingan
Arah
Kewajiban
Hubungan
Kualitas Personal
Hasil yang Dicapai
Manajemen
Perencanaan,
Penganggaran, Berfokus
pada bottom line
Pengorganisasian,
staffing,
pengarahan,
pengawasan, menciptakan
batasan/jarak
Berfokus pada objek
produk
Menjual barang dan jasa
berdasarkan
pada
kekuasaan
jabatan,
berlaku seperti bos
Kepemimpinan
Menciptakan visi dan strategi
Berfokus pada horizon
Menciptakan budaya dan nilai
bersama, menolong orang lain
berkembang,
mengurangi
jarak
Berfokus
pada
orangmenginspirasi dan memotivasi
bawahan.
Berdasarkan pada kekuasaan
personal,
berlaku
seperti
pelatih, fasilitator, akselerator
dan pelayanan
Jarak
emosional, Hubungan emosional (hati)
berbicara, pikiran cerdas, pikiran
terbuka,
kepatuhan, pemahaman ke mendengarkan, memberikan
dalam organisasi
kebebasan dan keberanian,
pemahaman ke dalam diri
Mempertahankan
Menciptakan perubahan yang
stabilitas
terkadang radikal dan menolak
status quo
Gambar 2.3: Perbandingan antara Manajemen dan kepemimpinan
Sumber: Safaria (2004:32)
5. Perbedaan Antara Manajer dan Pemimpin
Menurut Bennis dalam Safaria (2004:33) ada perbedaan yang mencolok antara
manajer dan pemimpin. Bennis mengataka bahwa “Untuk bertahan hidup di abad 21 ini,
kita membutuhkan seorang pemimpin generasi baru, pemimpin dan bukan manajer.
Perbedaannya sangat mencolok. Pemimpin menaklukkan hambatan-hambatan yang
mengancam organisasi, seperti perubahan yang serba cepat, ketidakpastian, kekacauan
dunia, dan perubahan itu sendiri. Perbedaan antara Manajer dan Pemimpin diilustrasikan
pada Gambar 2.4.
10 | P a g e
Karakteristik Manajer
Seorang administrator
Seorang peniru
Tugasnya mempertahankan organisasi
Berfokus pada system dan struktur
Mengandalkan control dan pengawasan
Wawasan jangka pendek
Bertanya bagaimana dan kapan
Melihat bottom line
Menerima dan mempertahankan status quo
Karakteristik Pemimpin
Seorang innovator
Seorang yang kreatif dan original
Tugasnya mengembangkan organisasi
Berfokus pada orang
Menginspirasi kepercayaan dan komitmen
Wawasan jangka panjang
Bertanya apa dan mengapa
Melihat horizon
Menantang status quo dan memberi
perubahan
Melakukan sesuatu dengan benar
Melakukan sesuatu yang benar
(Does things right)
(Does the right things)
Gambar 2.4: Perbedaan antara Manajer dan Pemimpin
Sumber: Warren G. Bennis dalam Safaria (2004:33)
1.3. Rangkuman
Terdapat berbagai pendapat tentang pengertian manajemen, walaupun pada
dasarnya mempunyai makna yang kurang lebih sama. Manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi pekerjaan anggota organisasi
dan menggunakan sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan
organisasi yang dinyatakan dengan jelas.
Sepuluh peran manajerial yang disampaikan oleh Mintzberg meliputi: peran
informasional (monitor, disseminator, spokesperson); peran interpersonal (figurhead,
pemimpin, liason manager) dan peran pengambilan keputusan (enterpreneur, pengendali
masalah, pembagi sumber daya, negosiator). Manajemen dan kepemimpinan merupakan
satu kesatuan yang saling melengkapi satu sama lain. Perbandingan antara Manajemen
dan Kepemimpinan dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu: arah, kewajiban, hubungan,
kualitas personal dan hasil yang dicapai,
1.4. Soal-Soal Latihan
1) Jelaskan pengertian manajemen.
2) Jelaskan proses manajemen.
3) Jelaskan perbedaan antara manajemen dengan kepemimpinan.
4) Jelaskan dengan singkat sepuluh peran manajerial menurut Mintzberg.
11 | P a g e
Modul - 2
Perubahan
2.1. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Modul
Perubahan adalah hal yang pasti terjadi, termasuk di dalam konteks organisasi.
Perubahan terjadi karena yang menjalankan organisasi adalah manusia, dan manusia terus
berubah. Sering dikatakan satu hal yang pasti terjadi di dunia adalah perubahan. Berubah
merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan
keadaan sebelumnya (Atkinson,1987).
Sonnenberg dalam Managing With A Conscience: How to Improve Performance
Through Integrity, Trust, And Commitment (1994) menyatakan bahwa di dunia ini
perubahan terjadi setiap hari, sehingga menjalankan usaha seperti biasa adalah
merupakan resep yang dapat menjamin kegagalan. Agar berhasil, perusahaan harus
merangkul perubahan. Pengertian perubahan secara umum menurut Robbins (2008),
adalah membuat sesuatu terjadi. Dalam organisasi, perubahan dapat terjadi dalam lingkup
yang kecil, tentang sesuatu yang kecil, dan perubahan yang kecil-kecil ini terjadi secara
terus menerus.
2. Tujuan Pembelajaran
Modul ini bertujuan untuk menjelaskan:

Faktor Pendorong Perubahan

Memahami Perubahan

Resistensi terhadap Perubahan

Mengatasi Resistensi terhadap Perubahan
3. Kompetensi Yang Akan Dicapai

Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul 2 ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
pengertian dan mendiskusikan perubahan dan menyelesaikan masalah (soal-soal).
12 | P a g e

Kompetensi Khusus

Mampu menjelaskan factor pendorong perubahan.

Mampu memahami perubahan.

Mampu mengidentifikasi resistensi terhadap perubahan.

Mampu mengatasi resistensi perubahan.
2.2. Materi Pembelajaran
1. Faktor Pendorong Perubahan
Jeff Davidson menjelaskan bahwa perubahan merujuk pada sebuah terjadinya
sesuatu yang berbeda dengan sebelumnya. Perubahan bisa juga bermakna melakukan halhal dengan cara baru, mengikuti jalur baru, mengadopsi teknologi baru, memasang sistem
baru, mengikuti prosedur-prosedur manajemen baru, penggabungan
(merging),
melakukan reorganisasi, atau terjadinya peristiwa yang bersifat mengganggu (disruptive)
yang sangat signifikan. Rumusan perubahan yang diungkapkan oleh Davidson tersebut,
bahwa perubahan organisasi bisa terjadi di berbagai aspek kehidupan organisasi.
Potts dan LaMarsh melihat bahwa perubahan merupakan pergeseran dari keadaan
sekarang suatu organisasi menuju keadaan yang diinginkan di masa depan. Perubahan
dari keadaan sekarang tersebut dilihat dari sudut struktur, proses, orang dan budaya.
Perubahan lembaga menurut Potts dan LaMarsh dibatasi pada aspek struktur organisasi,
proses, orang dan budaya organisasi.
Lingkungan eksternal organisasi cenderung merupakan kekuatan yang mendorong
untuk terjadinya perubahan. Diantara para pakar ada yang menyebut factor pendorong
perubahan ini sebagai kebutuhan akan perubahan (Hussey, 2000:6; Kreitner dan Kinicki,
2001:659). Sementara itu, Robbins (2008:540) dan Greenberg dan Baron (2003:593)
menyebutkan sebagai kekuatan untuk perubahan. Terminology tersebut mengandung arti
bahwa kebutuhan akan perubahan lebih bersifat factor internal organisasi, sedangkan
kekuatan untuk perubahan dapat bersumber dari factor eksternal dan internal.
Menurut Hussey (2000:6), faktor pendorong terjadinya perubahan adalah
perubahan teknologi yang terus meningkat, persaingan semakin intensif dan menjadi
lebih global, pelanggan semakin banyak tuntutan, profil demografis negara berubah,
privatisasi bisnis milik masyarakat berlanjut dan stakeholders minta lebih banyak nilai.
13 | P a g e
Sedangkan Kreitner dan Kinicki (2001:659), menyebutkan kebutuhan akan perubahan
dipengaruhi oleh kekuatan eksternal yang mencakup demographics characteristics,
technological advancements, market changes, social and political pressures dan
kekuatan internal yang meliputi human resources problems/prospects, managerial
behavior/decisions.
Berdasarkan pendapat beberapa pakar, faktor penyebab terjadinya perubahan
dalam organisasi dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, teknologi. Perkembangan teknologi sering menjadi penyebab penting untuk
melakukan perubahan. Hal ini karena teknologi baru selalu lebih canggih dari teknologi
lama. Kedua, sumber daya manusia. Kualitas SDM terus berkembang. Tingkat
pendidikan sumberdaya manusia terus meningkat. Pengetahuan dan keterampilan
karyawan sebagai dampak dari pengalaman kerja dan pelatihan terus berkembang.
Dengan demikian pola pikir SDM terus berubah. Keanekaragaman latar belakang tenaga
kerja terus berkembang, masing masing membawa budaya yang berbeda. Ini semua
membawa perubahan dalam organisasi. Ketiga ekonomi. Keadaan ekonomi suatu negara
berpengaruh terhadap terjadinya perubahan dalam organisasi di negara tersebut. Krisis
moneter menimbulkan perubahan dalam organisasi. Banyak perusahaan mengurangi
tenaga kerja, tingkat pengangguran tinggi. Jika ekonomi suatu negara baik akan semakin
sulit mendapat tenaga kerja dari dalam negeri, akan terjadi kelangkaan tenaga kerja,
tenaga kerja harus diimpor dari negara lain. Sebagai contoh Malaysia. Sekitar tiga juta
orang tenaga kerja Malaysia berasal dari luar Malaysia. Peraturan tenaga kerja tentang
Malaysia terus berubah. Perlakuan terhadap tenaga kerja yang di impor diatur tersendiri.
(dikenal dengan migrant worker). Keempat, persaingan. Dalam era globalisasi ini,
persaingan tidak hanya datang dari dalam negeri, melainkan juga dari luar negeri. Esensi
persaingan adalah perebutan ‘pasar’. Dengan adanya persaingan, terjadi perubahan
perilaku pelanggan yang menyebabkan perusahaan melakukan perubahan untuk merebut
hati pelanggan agar pelanggan tidak pindah ke perusahaan lain dan sekaligus dapat
menarik pelanggan pesaing. Sebagai contoh didunia pendidikan Tinggi, persaingan antara
perguruan tinggi di dalam negeri semakin ketat dengan makin banyaknya perguruan
tinggi baru yang muncul, tetapi disisi lain diperlukan perubahan yang konsisten dalam hal
14 | P a g e
mutu pengelolaan pendidikan tinggi tersebut agar tidak kalah bersaing dengan perguruan
tinggi lain dan dapat survive.
Kelima, regulasi. Peraturan daerah, nasional, maupun internasional terus berubah.
Organisasi harus terus memperhatikan dan menyesuaikan diri dengan regulasi yang
berlaku.sebagai contoh dalam bidang pendidikan UU BHP yang sempat diberlakukan
pada tahun 2009 menyebabkan seluruh perguruan tinggi di Indonesia melakukan
perubahan dalam rencana strategisnya, dengan mengakomodasi poin-poin yang strategis
bagi kelangsungan perguruan tinggi tersebut.
Keenam adalah politik. Sebagai dampak dari faktor faktor yang mempengaruhi
perubahan tersebut, perubahan dalam organisasi dapat dapat dikelompokan menjadi
beberapa opsi. Robbins, misalnya mengelompokan opsi perubahan menjadi empat yaitu:
struktur (baik struktur organisasi, kebijakan, maupun komposisi orang), teknologi,
Physical setting (lay out), dan orang. Dari empat opsi ini, yang paling sukar diubah
adalah orang, hal ini karena yang diubah adalah pola pikir orang, bukan memecat semua
orang dan mengganti dengan yang baru. Oleh sebab itu permasalahan yang terjadi adalah
orang (tenaga kerja) sering enggan untuk mengubah perilaku mereka. Keengganan untuk
berubah muncul karena mereka merasa nyaman dengan cara kerja yang ada.
Dari sumber terjadinya perubahan organisasi sebagaimana dikatakan oleh
Drucker, tuntutan perubahan baik dari faktor internal dan ekesternal organisasi
sebagaimana dikatakan oleh Kreitner dan Kinicki, dan dorongan perubahan yang
diungkapkan oleh Hussey, maka mau tidak mau, suka atau tidak suka, maka organisasi
harus mengadakan perubahan sebagaimana dorongan dan tuntutan perubahan tersebut.
2. Memahami Perubahan
Perubahan
organisasional
bukanlah
proses
yang
sederhana.
Perubahan
organisasional berkaitan dengan mengubah kinerja organisasi, yaitu berkaitan dengan apa
yang dilakukan dan dengan hasil, energy, komitmen dan kesenangan selama proses
perubahan (Wibowo, 2006:87).
Dengan demikian perubahan secara umum adalah membuat sesuatu menjadi
berbeda (Robbins: 2008:542). Dalam organisasi, perubahan dapat terjadi dalam lingkup
yang kecil, tentang sesuatu yang kecil, dan perubahan yang kecil-kecil ini terjadi secara
15 | P a g e
terus menerus. Perubahan ini disebut first order change atau sering juga disebut
contiuous improvement. Pada umumnya perusahaan perusahaan jepang yang dikenal
piawai dalam menerapkan perubahan ini. Ada pula perubahan yang besar besaran, yakni
perubahan multi dimensi dalam suatu organisasi. Perubahan ini disebut second order
change atau disebut dengan istilah dramatic change. Ini tidak berarti bahwa jika suatu
organisasi sudah menerapkan first order change, maka organisasi tersebut tidak perlu
menerapkan second order change. Juga tidak berarti bahwa jika suatu organisasi
menerapkan second order change, maka organisasi tersebut tidak perlu menerapkan first
order change. Kedua jenis perubahan itu perlu diterapkan. Pimpinan organisasi harus jeli
dan peka terhadap factor-faktor yang menyebabkan perlunya melakukan perubahan.
Sonnenberg, dalam Managing With A Conscience: How to Improve Performance
Through Integrity, Trust, And Commitment (1994) menyatakan bahwa di dunia ini
perubahan terjadi setiap hari, sehingga menjalankan usaha seperti biasa adalah
merupakan resep yang dapat menjamin kegagalan. Agar berhasil, perusahaan harus
merangkul perubahan. Tidak cukup perusahaan hanya reaktif terhadap perubahan.
Perusahaan harus belajar mengantisipasi perubahan. Robbins menyatakan, organisasi
harus berubah, kalau tidak berubah, organisasi tersebut akan mati. Apa yang diutarakan
Sonnenberg dan Robbins senada dengan Smither, Houston dan McIntire (Organizational
Development: Strategies for changing Environment, 1996) yang menyatakan bahwa
semua organisasi harus berubah agar dapat bertahan hidup. Pernyataan ini mempunyai
makna bahwa perubahan yang terjadi dalam organisasi harus dirumuskan sedemikian
rupa demi kepentingan organisasi. Oleh karena itu, setiap perubahan dalam organisasi
harus direncanakan dan dikelola sebaik mungkin. Smither, Houston dan McIntire secara
tegas menyatakan bahwa proses perubaan harus dikelola secara terampil agar perubahan
tersebut terjadi secara efektif demi kepentingan organisasi. Perubahan seperti ini disebut
dengan istilah planned change. Inilah yang merupakan pokok bahasan dari manajemen
perubahan.
Dalam melakukan perubahan, informasi tentang perlunya perubahan boleh datang
dari mana saja: dari bawahan, orang luar organsasi, dari orang desa, dari pengamat, dari
konsultan, dari pelanggan, dan lain lain. Keputusan untuk berubah atau tidak berubah
16 | P a g e
selalu dari atas (pimpinan puncak organisasi, pemilik organisasi atau kepala unit kerja),
pendekatan manajemen perubahan adalah top-down.
Jika keputusan untuk berubah sudah ditetapkan, pelaksanaan atau implementasi
perubahan tidak dapat dilakukan sendiri oleh orang yang memutuskan perubahan itu.
Sejumlah orang tertentu diperlukan untuk meyakinkan seluruh anggota organisasi bahwa
perubahan itu akan membuat organisasi menjadi lebih baik, serta untuk mengelola dan
memonitor perubahan itu. Sejumlah orang tersebut disebut dengan change agent (agen
perubahan). Orang orang yang di angkat sebagai agen perubahan tersebut berperan
sebagai katalisator dan motivator untuk membuat seluruh anggota organisasi termotivasi
untuk berubah. Tanpa motovasi yang tinggi dari seluruh anggota organisasi, tujuan yang
telah ditetapkan tidak akan terwujud. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh
Bateman dan Snell dalam Management: Competing In The New Era (2002) bahwa
seluruh anggota organisasi harus termotivasi untuk berubah, jika tidak tujuan perubahan
tidak akan terwujud.
Konteks perubahan
Dalam kaitannya dengan konteks perubahan Balogun dan Hailey dalam bukunya yang
berjudul Exploring Strategic Change (2004) merumuskan suatu model berupa
kaledoskop perubahan yang merupakan fitur fitur atau aspek kontekstual yang perlu
dipertimbangkan dalam memutuskan suatu perubahan, fitur tersebut yaitu:
a. Time: seberapa cepat perubahan diperlukan? Apakah organisasi dalam keadaan krisis
atau apakah itu terkait dengan pengembangan strategi jangka panjang?
b. Scope: tingkatan perubahan yang bagaimana yang dibutuhkan? Penyesuaian atau
trasformasi? Apakah perubahan mempengaruhi seluruh organisasi atau hanya
sebagaian.
c. Preservation: aset, karakteristik, praktik organisasi apa yang perlu tetap dijaga dan
dilindungi selama perubahan
d. Diversity: apakah staf dan profesional dan divisi dalam organisasi bersifat homogen
atau lebih beragam dalam hal nilai-nilai, norma, dan perilaku?
e. Capability: apa tingkatan kemampuan organisasi, manajerial, dan personal untuk
melaksanakan perubahan?
17 | P a g e
f. Capacity: seberapa besar sumber daya yang mampu diinvestasikan oleh organisasi
dalam perubahan yang diajukan terutama dalam hal keuangan, SDM, dan waktu.
g. Readiness for Change: Seberapa siap anggota organisasi dalam melakukan
perubahan? Apakah mereka menyadari akan kebutuhan perubahan dan termotivasi
untuk melaksanakan perubahan?
h. Power: apakah kekuasaan diberikan dalam organisasi. Seberapa besar kebebasan hak
dalam memilih yang dibutuhkan oleh unit untuk berubah, dan yang dimiliki oleh
pimpinan perubahan?
3. Resistensi Terhadap Perubahan
Pada dasarnya, melakukan perubahan merupakan usaha untuk memanfaatkan
peluang untuk mencapai keberhasilan. Karena itu melakukan perubahan mengandung
resiko, yaitu adanya resistensi atau penolakan terhadap perubahan. Dalam konteks ini
Ahmed, Lim & Loh di dalam Learning Through Knowledge Management (2002) secara
tegas menyatakan bahwa resistensi terhadap perubahan adalah tindakan yang berbahaya
dalam lingkungan yang penuh dengan persaingan ketat.
Resistensi terhadap perubahan dapat dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu
resistensi individu dan resistensi organisasi. Pengertian resistensi individu adalah
penolakan anggota organisasi terhadap perubahan yang diajukan oleh pimpinan
organisasi.
Beberapa faktor resistensi yang lazim terjadi dalam perubahan organisasi adalah
sebagai berikut:
a. Kebiasaan kerja. Orang sering resisten terhadap perubahan karena menganggap
kebiasaan yang baru dianggap merepotkan atau mengganggu.
b. Keamanan. Seperti takut dipecat, atau kehilangan jabatan.
c. Ekonomi. Faktor ekonomi seperti gaji paling sering dipertanyakan, karena orang
sangat tidak megharapkan gajinya turun.
d. Sesuatu yang tidak diketahui.
Istilah lain yang sering dipakai mengenai resistensi terhadap perubahan adalah
karena setiap perubahan akan mengganggu comfort zone (zona nyaman), yaitu kebiasaan-
18 | P a g e
kebiasaan kerja yang selama ini dirasakan nyaman, Sonnenberg dalam kaitannya dengan
hal ini mengidentifikasi tujuh alasan mengapa orang resisten terhadap perubahan, yaitu:

Procastination. Kecenderungan menunda perubahan, karena merasa masih
banyak waktu untuk melakukan perubahan.

Lack of motivation. Orang berpendapat bahwa perubahan tersebut tidak
memberikan manfaat sehingga enggan berubah

Fear of failure. Perubahan menimbulkan pembelajaran baru. Orang takut kalau
nantinya ia tidak memiliki kemampuan yang baik tentang sesuatu yang baru
tersebut sehingga ia akan gagal.

Fear of the unkown. Orang cenderung merasa lebih nyaman dengan hal yang
diketahuinya dibandingkan dengan hal yang belum diketahui. Perubahan berarti
mengarah kepada sesuatu yang belum diketahui.

Fear of loss. Orang takut kalau perubahan akan menurunkan job security, power, t
atau status.

Dislike the innitiator of change. Orang sering sulit menerima perubahan jika
mereka ragu terhadap kepiawaian inisiator perubahan atau tidak menyukai
anggota agen perubahan.

Lack of communication. Salah pengertian akan apa yang diharapkan dari
perubahan, informasi yang disampaikan tidak utuh dan komprehensif.
4. Mengatasi Resistensi Terhadap Perubahan
Kotter dan Schlesinger, dalam ‘Choosing Strategies for Change’ (Harvard
Business Review-Juli – Agustus, 2008), merumuskan enam cara untuk menanggulangi
resistensi terhadap perubahan. Robbins (2005), mengkaji berbagai taktik untuk
menanggulangi resistensi terhadap perubahan, namun kemudian memutuskan untuk
merangkum keenam taktik yang dirumuskan oleh Kotter & Schlesinger (2008)
sebagaimana rangkuman berikut.

Pendidikan dan Komunikasi. Menerapkan komunikasi terbuka kepada seluruh
anggota. Komunikasi dapat dilakukan dalam bentuk lisan, tulisan, atau lisan dan
tulisan. Dengan demikian seluruh anggota organisasi dapat menerima informasi
dari satu sumber. Informasi yang disampaikan harus jelas, baik alasan mengapa
19 | P a g e
dilakukan perubahan, tujuan melakukan perubahan, dan manfaat perubahan bagi
seluruh organisasi.

Partisipasi.
Sebelum
diformulasikan,
mengaplikasikan
pimpinan
puncak
rancangan
dan
agen
perubahan
perubahan
yang
harus
telah
dapat
mengidentifikasi siapa-siapa yang resisten terhadap perubahan. Orang-orang yang
resisten kemudian dilibatkan dalam membahas faktor faktor yang menimbulkan
perubahan.

Fasilitas dan dukungan. Agen perubahan harus dilatih sedemikian rupa agar dapat
memfasilitasi dan membantu anggota organisasi yang menghadapi kesulitan
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan yang telah dirancang. Jika perlu agen
perubahan dapat menyelenggarakan pelatihan atau seminar seminar untuk
meningkatkan pemahaman tentang perubahan tersebut.

Negoisasi. Dilakukan jika agen perubahan menemui resistensi perubahan dari
orang tertentu. Orang tersebut diundang untuk berdiskusi dan negosiasi.

Manipulasi dan kooptasi. Yang dimaksud dengan manipulasi adalah menonjolkan
suatu realita sehingga terlihat dan terasa akan sangat menarik. Sedangkan
kooptasi adalah kombinasi dari manipulasi dan partisipasi. Dengan menonjolkan
suatu realita sehingga terlihat menarik orang yang resisten diajak berdiskusi dan
membuat keputusan tentang faktor faktor yang mempengaruhi pentingnya
melakukan perubahan.

Paksaan. Taktik ini adalah penerapan ancaman atau pemaksaan terhadap orang
yang resisten terhadap perubahan. Pemindahan atau rotasi, tidak promosi,
pemecatan, adalah beberapa bentuk paksaan.
Dalam rumusan cara-cara penanggulangan resistensi terhadap perubahan, Kotter dan
Schlesinger (2008) menggabungkan pendidikan dan komunikasi sebagai satu cara. Dalam
praktiknya, pendidikan dapat juga dijadikan sebagai satu taktik tersendiri. Orang orang
yang resisten terhadap perubahan dapat juga ditanggulangi dengan menyekolahkan
mereka untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Diharapkan, selama mereka
mengikuti pendidikan, pola pikir mereka akan berubah dan akan lebih memahami
perubahan yang akan dilakukan.
20 | P a g e
2.3. Rangkuman
Perubahan dilakukan untuk melanjutkan kehidupan. Tentu saja ada perbedaan
antara perubahan yang harus dilakukan untuk perusahaan, manusia, dan Negara
(pemerintah). Tetapi ada kesamaan antara ketiganya, yaitu ketiganya berhubungan
dengan manusia dan kelangsungan hidupnya.
Semua bentuk perubahan tersebut harus dikenal dengan baik oleh para pemimpin
perubahan. Kita tidak bisa melakukan perubahan semata-mata untuk berubah dan
bergerak. Perubahan perlu dilakukan secara konseptual sehingga tidak menyesatkan atau
berhenti di tengah jalan.
Perubahan memerlukan analisis tajam yang akan menentukan titik-titik mana
yang harus diutamakan. Perubahan dilakukan untuk melangsungkan kehidupan. Dan
untuk itu pelaksanaannya harus dilakukan secara konseptual, sistematis dan bertahap.
2.4. Soal-Soal Latihan
1) Apa yang dimaksud dengan ungkapan ”kita diam dalam suatu zaman yang tidak
berkesinambungan (diskontinuitas)?
2) Mengapa perubahan begitu sering menjadi isu politis dalam organisasi?
21 | P a g e
Modul - 3
Model dan Teori Perubahan
3.1. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Modul
Perubahan bukanlah sesuatu yang dengan mudah terjadi. Perubahan biasanya
akan terjadi kalau ada seorang yang memimpinnya. Model dan teori perubahan dapat
dijelaskan sebagai model, mengupas sebagai tahapan dan ada pula yang menyajikan
sebagai suatu proses.
Modul 3 ini menjelaskan berbagai model atau tahap-tahap perubahan menurut
beberapa pakar, hambatan perubahan dan kecepatan perubahan.
2. Tujuan Pembelajaran
Modul ini bertujuan untuk menjelaskan:

Model Perubahan

Hambatan Perubahan

Kecepatan Perubahan
3. Kompetensi Yang Akan Dicapai

Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul 3 ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
tahap-tahap
perubahan,
hambatan
dan
kecepatan
perubahan
serta
menyelesaikan masalah (soal-soal).

Kompetensi Khusus

Mampu menjelaskan tahap-tahap/model perubahan.

Mampu mengidentifikasi hambatan perubahan.

Mampu memahami kecepatan perubahan.
22 | P a g e
3.2. Materi Pembelajaran
1. Tahap-tahap dalam perubahan.
Secara umum tahap-tahap perubahan akan meliputi tiga tahap: persiapan, penerimaan,
dan komitmen.

Pada tahap persiapan dilakukan berbagai kontak melalui ceramah, pertemuan,
maupun komunikasi tertulis. Tujuannya agar tercapai kesadaran akan pentingnya
perubahan (change awareness). Ketidakjelasan tentang pentingnya perubahan
akan menjadi penghambat upaya-upaya dalam pembentukan komitmen.
Sebaliknya kejelasan akan menimbulkan pemahaman yang baik terhadap
pentingnya perubahan, yang mendukung upaya-upaya dalampembentukan
komitmen.

Dalam penerimaan, pemahaman yang terbentuk akan bermuara ke dalam dua
kutub, yaitu persepsi yang positif di satu sisi atau persepsi negatif di sisi yang
lain. Persepsi yang negatif akan melahirkan keputusan untuk tidak mendukung
perubahan, sebaliknya persepsi positif yang melahirkan keputusan untuk memulai
perubahan dan merupakan suatu bentuk komitmen untuk berubah.

Tahap
komitmen
melalui
beberapa
langkah
yaitu
instalasi,
adopsi,
institusionalisasi, dan internalisasi. Langkah instalasi merupakan periode
percobaan terhadap perubahan yang merupakan preliminary testing terdapat dua
konsekuensi dari langkah ini. Konsekuensi pertama, perubahan dapat diadopsi
untuk pengujian jangka panjang. Kedua, perubahan gugur setelah implementasi
pendahuluan yang mungkin disebabkan oleh masalah ekonomi-finansial–politik,
perubahan dalam tujuan strategis, dan tingginya vested interest.
Tahapan/Model Perubahan Menurut Kurt Lewin.
Kurt Lewin mengembangkan tiga tahap model perubahan terencana yang
menjelaskan bagaimana mengambil inisiatif, mengelola dan menstabilisasi proses
perubahan. Ketiga tahap tersebut oleh Robbins (2008:551) dinyatakan sebagai
unfreezing, movement dan refreezing.
Unfreezing atau pencairan merupakan tahapan yang fokusnya pada penciptaan
motivasi untuk berubah. Individu didorong untuk mengganti perilaku dan sikap lama
23 | P a g e
dengan yang diinginkan manajemen. Untuk dapat menerima suatu perubahan, diperlukan
adanya kesiapan individu. Pencairan ini dimaksudkan agar seseorang tidak terbelenggu
oleh keinginan mempertahankan diri dari status quo, dan bersedia membuka diri.
Movement atau changing merupakan tahap pembelajaran di mana pekerja diberi
informasi baru, model perilaku baru, atau cara baru dalam melihat sesuatu. Intinya adalah
untuk menyampaikan gagasan kepada para pekerja bahwa perubahan adalah suatu proses
pembelajaran berkelanjutan dan bukan kejadian sesaaat.
Tahap Pembekuan (Refreezing) Tahap ini merupakan tahap pembekuan dimana
seseorang yang mengadakan perubahan kelak mencapai tingkat atau tahapan yang baru
dengan keseimbangan yang baru. Proses pencapaian yang baru perlu dipertahankan dan
selalu terdapat upaya mendapatkan umpan balik, pembinaan tersebut dalam upaya
mempertahankan perubahan yang telah dicapai.
Berdasarkan langkah-langkah menurut Kurt Lewin dalam proses perubahan
ditemukan banyak hambatan. Hambatan tersebut yang akan mempertahankan status quo
(menetap) agar tidak terjadi perubahan. Karena itu diperlukan kemampuan yang benarbenar ada dalam konsep perubahan sesuai dengan tahapan berubah.
Tahap perubahan Rogers E (1962)
Menurut Rogers E untuk menandakan suatu perubahan perlu ada beberapa langkah yang
ditempuh sehingga harapan atau tujuan akhir dari perubahan dapat tercapai. Langkahlangkah tersebut antara lain:

Tahap Awareness. Tahap ini merupakan tahap awal yang mempunyai arti bahwa
dalam mengadakan perubahan diperlukan adanya kesadaran untuk berubah
apabila tidak ada kesadaran untuk berubah, maka tidak mungkin tercipta suatu
perubahan.

Tahap Interest. Tahap yang kedua dalam mengadakan perubahan harus timbul
perasaan minat terhadap perubahan yang selalu memperhatikan terhadap sesuatu
yang baru dari perubahan yang dikenalkan. Timbulnya minat akan mendorong
dan menguatkan kesadaran untuk berubah.
24 | P a g e

Tahap Evaluasi. Tahap ini terjadi penilaian tarhadap sesuatu yang baru agar tidak
terjadi hambatan yang akan ditemukan selama mengadakan perubahan. Evaluasi
ini dapat memudahkan tujuan dan langkah dalam melakukan perubahan.

Tahap Trial. Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap sesuatu yang baru atau
hasil perubahan dengan harapan sesuatu yang baru dapat diketahui hasilnya sesuai
dengan kondisi atau situasi yang ada, dan memudahkan untuk diterima oleh
lingkungan.

Tahap Adoption. Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses
penerimaan terhadap sesuatu yang baru setelah dilakukan uji coba dan merasakan
adanya manfaat dari sesuatu yang baru sehingga selalu mempertahankan hasil
perubahan.
Tahapan Perubahan Menurut Pasmore
Perubahan menurut Pasmore (1994:245) berlangsung dalam delapan tahapan
secara berurutan, yaitu: preparation (persiapan); analyzing trengths and weakness
(analisis kekuatan dan kelemahan); designing new organizational sub-unit (mendisain
sub-unit organisasional baru); designing projects (mendisain proyek); design work
systems (mendisain system kerja); designing support systems (mendisain system
pendukung); designing integrative mechanism (mendisain mekanisme integrative); dan
implementing change (implementasi perubahan).
2. Kecepatan Perubahan
Potts dan LaMarsh (2004:52) mengemukakan bahwa pada hakekatnya perubahan
adalah bergerak dari keadaan sekarang menuju pada keadaan baru. Orang menerima
perubahan pada tingkat yang berbeda. Hidup kita paling efektif dan efisien jika bergerak
pada kecepatan yang memungkinkan kita menerima dengan tepat perubahan yang kita
hadapi (Corner, 1992:12).
Manusia bergerak pada tingkat kecepatan yang bersifat fluktuatif menurut
kapasitas untuk menerima pengaruh dan informasi baru. Seberapa baik kita menyerap
implikasi perubahan secara dramatis memengaruhi tingkat keberhasilan kita mengelola
tantangan yang dihadapi.
25 | P a g e
3. Hambatan Perubahan
Peter M. Senge (2002:20) menyatakan bahwa menurut Drucker ada tiga hambatan
untuk melakukan perubahan, yaitu:

Demografis
Perkembangan demografis jangka panjang akan mempengaruhi arah perubahan
organisasi. jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk,
jenis kelamin, angka kelahiran dan kematian akan memengaruhi kebutuhan mereka.

Persepsi terhadap revolusi informasi
Implikasi dari hambatan terhadap persepsi tentang informasi adalah bahwa: (1) semua
organisasi harus belajar tentang bagaimana menerima perubahan; (2) banyak
pengembangan yang mengejutkan; dan (3) pemimpin harus belajar menciptakan
kesediaan menerima perubahan dengan meninggalkan cara kerja yang lama dan
using.

Lingkungan dan social
Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, manusia menggali sumber daya alam dari
dalam dan permukaan bumi. Seringkali pengelolaannya tidak memperhatikan
kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, pemimpin perubahan harus lebih
memperhatikan masalah kelestarian lingkungan dan masalah kesenjangan social.
Pada hakikatnya, perubahan harus mampu memberikan kesejahteraan kepada
masyarakat banyak.
26 | P a g e
Modul - 4
Manajemen Perubahan
4.1. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Modul
Memahami manajemen dan perubahan merupakan kebutuhan mutlak, namun
tidak cukup. Persoalan berikutnya adalah bagaimana perubahan tersebut harus dikelola.
Pemahaman manajemen perubahan diperlukan agar kemungkinan keberhasilan suatu
upaya perubahan lebih besar.
Modul 4 ini menjelaskan manajemen perubahan, model manajemen perubahan,
dan perubahan oleh manajer menengah.
2. Tujuan Pembelajaran
Modul ini bertujuan untuk menjelaskan:

Memahami Manajemen Perubahan

Model Manajemen Perubahan

Perubahan oleh Manajer Menengah
3. Kompetensi Yang Akan Dicapai

Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul 4 ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
manajemen perubahan, model manajemen perubahan dan perubahan oleh manajer
menengah.

Kompetensi Khusus

Mampu menjelaskan manajemen perubahan.

Mampu menJelaskan model manajemen perubahan.

Mampu menjelaskan perubahan oleh manajer menengah.
27 | P a g e
4.2. Materi Pembelajaran
Pemahaman tentang manajemen perubahan diperlukan agar kemungkinan
keberhasilan suatu upaya perubahan lebih besar. Untuk itu manajemen perubahan perlu
mengambil pelajaran dari pengalaman sebelumnya, menjalankan proses perubahan
dengan benar, dan memberikan peran tanggung jawab kepada semua stakeholder sesuai
dengan prosesnya.
Memahami Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan adalah suatu proses secara sistematis dalam menerapkan
pengetahuan sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk mempengaruhi perubahan
pada orang yang akan
terkena dampak dalam proses tersebut (Potts dan LaMars,
2004:16).
Pendekatan dalam manajemen perubahan adalah pertama: mengidentifikasi siapa,
diantara mereka yang terkena dampak perubahan, yang mungkin menolak perubahan;
kedua, menelusuri sumber, tipe dan tingkat resistensi perubahan yang mungkin di
temukan; ketiga, mendesainkan strategi efektif untuk mengurangi resistensi tersebut.
Dengan menerapkan manajemen perubahan, dapat memperkirakan jumlah
resistensi yang mungkin terjadi dan waktu serta uang yang diperlukan berkaitan dengan
resistensi. Hal ini memungkinkan orang yang harus dilakukan perubahan mengukur
faktor penting, seperti apakah perubahan berharga untuk melakukan dan seberapa
kemungkinan keberhasilan yang diperoleh.
Mitos manajemen perubahan
Manajemen cenderung percaya pada adanya mitos tentang perubahan dan manajemen
perubahan (Potts dan LaMarsh, 2004:18). Mitos manajemen perubahan dilakukan Potts
dan LaMars adalah sebagai berikut.
a. Orang akan selau menerima perubahan
b. Manjer tahu bagaimana mengelola perubahan
c. Perubahan pasti terjadi, tidak harus dikelola
28 | P a g e
Pentingnya Manjemen Perubahan
Perubahan merupakan suatu fenomena yang pernah terjadi dalam kehidupan
organisasi, meskipun banyak yang berpendapat bahwa kecepatan dan besaran perubahan
telah meningkat secara signifikan seberapa tahun belakang ini. Oleh karena itu, kita
melihat bahwa dalam waktu yang relatif pendek, kebanyakan organisasi dan pekerjaan
telah mengalami perubahan secara substansial tentang apa yang mereka lakukan dan
bagaimana mereka melakukan (Burnes, 2000:250).
Pendekatan Manajemen Perubahan
Terdapat dua pendekatan utama untuk manajemen perubahan, yang dinamakan
planned change (perubahan terencana) dan emergent change (perubahan darurat).
a. Planned change (perubahan terencana)
Bullock dan Batten (Burnes, 2000:272) mengemukakan bahwa untuk melakukan
perubahan terencana perlu dilakukan empat fase tindakan, yaitu sebagai berikut.
1. Exploration phase (fase aksplorasi)
2. Planning phase (fase perencanaan)
3. Action phase (fase tindakan)
4. Intergration phase (fase intergrasi)
b. Emergent approch (pendekataan darurat)
Emergent approch memberikan arahan dengan melakukan pendekatan pada lima
gambaran organisasi yang dapat mengembangkan atau menghalangi keberhasilan
perubahan, yaitu sebagai berikut.
1. Organizational structure (struktur organisasi)
2. Organizational culture (budaya organisasi)
3. Organizational learning (organisasi pembelajaran)
4. Managerial behaviour (perilaku manajerial)
5. Power and politics (kekuatan dan politik)
Dalam melakukan emergent change, Perttigrew dan Whipp (Burnes, 2009:294)
mengusulkan model untuk mengelola perubahan strategis dan operasional dengan
melibatkan lima faktor yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut.
29 | P a g e
1. Environmental assesment (pelusuran lingkungan )
2. Leading change (memimpin perubahan)
3. Linking strategic dan operational change (hubungan perubahan strategis
dan operasional)
4. Human resources sebagai assets dan liabilitas (sumber daya manusia
sebagai kekuatan dan beban)
5. Coherence of purpose (pertalian maksud)
Model Manajemen Perubahan
Burnes (2000:462) menyatakan perubahan organisasi yang bersifat interdependen,
antara lain: (1) the choice process, yang berkaitan dengan sifat, lingkungan dan fokus
pengambilan keputusan; (2) the trajectory process, yang berhubungan dengan masa lalu
organisasi dan arah masa depan dan hal tersebut terlihat seperti hasil dari visinya, maksud
dan tujuan masa depan; (3) the change process, yang mencakup pendekatan pada
mekanisme untuk mencapai, dan hasil perubahan.
Ketiga proses tersebut tergantung satu sama lain dan tidak terpisah. Di dalam
masing-masing proses terdapat sekelompok elemen, atau kekuatan yang berinteraksi,
berbenturan dengan saling mempengaruhi dengan cara yang halus dan kompleks.
1. The choice process (proses pilihan)
The choice process terdiri dari tiga elemen, yaitu sebagai berikut.
a. Organizational context (Konteks organisasional)
Salah satu proses standar untuk keberhasilan organisasi adalah bahwa mereka harus tahu
kekuatan dan kelemahannya sendiri, kebutuhan pelanggan mereka dan sifat lingkungan
mana mereka bekerja. Metode yang paling sering digunakan adalah analisis SWOT dan
PEST. SWOT adalah singkatan dari strength and weaknesses, opportunity, and threats
(kekuatan dan kelemahan, peluang dan tantangan). PEST merupakan singkatan dari
political, economic, socio-cultural, dan technological, sosio-kultural, dan teknologis.
30 | P a g e
b. Focus of choice (focus pilihan)
Dalam beberapa hal isunya hanya menyangkut kepentingan, sedangkan kasus
lainnya mungkin bersifat fundamental bagi ketahanan organisasi. Banyak hal, organisasi
akan berada dalam satu cara atau focus lainnya dalam menyesuaikan dirinya dengan atau
bahkan mempengaruhi atau mengubah hambatan dimana mereka berkerja.
c. Organizational trajectory (Lintasan Organisasional)
Lintasan proses meliputi penentuan dan saling mempengaruhi antara visi, strategi,
dan pendekatan perubahan organisasi. Bagi beberapa organisasi, trajectory akan jelas
dan tidak berarti ganda. Sebaliknya, context mengusahakan kerangka kerja dimana
projectory berkembang. Demikian pula, focus akan mempengaruhi aspek context
projectory organisasi akan diarahkan. Tidak hanya dalam jangka pendek, tetapi juga
dalam jangka menengah dan jangka panjang.
2. The Trajectory Process (Proses Lintasan)
Projectory process terdiri dari 3 elemen berikut:
a. Vision (Visi)
Terdapat empat aspek untuk membangun visi, yaitu sebagai berikut:
1. Mission (Misi)
2. Valued Outcomes (Nilai Manfaat)
3. Valued Conditions (Nilai kondisi)
4. Mid-Point Goals (Tujuan Jangka Menengah)
b. Strategy (Strategi)
Strategi semacam ini akan mencakup pemasaran, pengembangan produk,
manufacturing, personil, keuangan, teknologi informasi, dan kualitas. Karakteristik
kesadaran strategi pada umumnya melihat 5 tahun atau lebih ke depan, tetapi hanya berisi
perusahaan dan rencana detail untuk satu sampai satu setengah tahun kedepan.
c. Change
Di satu sisi, visi dan strategi membentuk dan mengarahkan perubahan. Dapat
disimpulkan bahwa kita dapat melihat bahwa lintasan proses, disamping memainkan
peran kunci dalam bentuk pilihan, tetapi juga merupakan suatu proses yang kompleks
terdiri dari visi, strategi,dan perubahan.
31 | P a g e
3. The Change Process (Proses perubahan)
Proses perubahan terdiri dari 3 elemen yang saling berhubungan, yaitu sebagai berikut :
a. Objectives and Outcomes (Tujuan dan Manfaat)
Meskipun sulit menyelidiki situasi dimana kepentingan politik tidak muncul,
Burnes (2000:470) mengusulkan pendekatan untuk mengukur kebutuhan untuk dan tipe
perubahan yang berusahan membuat proses membangun objectives dan outcomes lebih
keras dan terbuka. Burnes mempunyai empat pendeketan sebagai berikut:
1. The Trigger (Pemicu)
Organisasi harus menginvestigasi perubahan untuk salah satu alasan berikut:
a) Visi dan strategi
b) Kinerja atau operasi
c) Saran atau peluang
2. The Remit (Pembatalan)
The remit harus menegakan kebutuhan untuk focus pada aspek manusia sebaiknya
pertimbangan teknik dilibatkan.
3. The Assesment Team (Tim Pengukuran)
Tim ini harus bersifat multidisiplin, yang terdiri dari pewakilan dari bidang yang
berpengaruh (manajer dan staff), staff spesialis (keuangan, teknis, dan personil), dan
dimana cocok, konsultan luar atau fasilitator perubahan.
4. The Assesment (Pengukuran)
Adalah me-review dan jika perlu mengklarifikasi atau mengamandemen pembatalan.
b. Planning The Change (Perencanaan Perubahan)
Perubahan berskala kecil dan bersifat teknis biasanya merencanakan dan
dilaksanakan relative cepat dan mungkin tidak perlu konsultasi ekstensif dengan
melibatkan semua staff yang terpengaruh. Pertimbangan 6 kegiatan berikut:
1) Establishing a change management team (membentuk tim manajemen
perubahan)
2) Management structure (structure manajemen)
3) Activity planning (perencanaan aktivitas)
32 | P a g e
4) Recruitment planning (perencanaan rekrutmen)
5) Audits and post-audits
6) Training
c. People
Perubahan organisasi dapat mengambil beberapa bentuk, structural atau teknis
yang memerlukan individu dalam bentuk perubahan sikap atau perilaku. Terdapat tiga
kegiatan yang berhubungan dengan manusia yang perlu dilakukan yaitu:
1) Menciptakan keinginan untuk perubahan
Diantara mereka yang berkepentingan dengan perubahan, yaitu keinginan untuk
diikutsertakan. Akan tetapi, mungkin kebanyakan organisasi tetap pada tahapan dimana
mereka harus memaksa staff tentang perlunya melakukan perubahan. Ada empat langkah
yang dapat dilakukan organisasi yaitu:
a. Membuat orang peduli terhadap tekanan untuk perubahan
b. Memberikan umpan balik secara regular terhadap proses kinerja individual dan
bidang kegiatan di dalam organisasi.
c. Memublikasikan keberhasilan perubahan
d. Memahami ketakutan dan kepentingan orang.
2) Melibatkan orang
Tipe keterlibatan orang dalam proses perubahan mempunyai dua faktor utama yaitu:
a. Komunikasi
b. Membuat orang terlibat
3) Melanjutkan momentum
Perencanaan dan implementasi, dan terutama keterlibatan merupakan bagian dari
permasalahan ini. Organisasi harus melakukan hal sebagai berikut:
a) Mengusahakan sumber daya untuk perubahan
b) Memberikan dukungan pada agen perubahan
c) Pengembangan kompetensi dan keterampilan baru
d) Memperkuat prilaku yang diinginkan
33 | P a g e
C. Perubahan oleh Manajer Menengah
Hal tersebut diperlukan karena pemimpin tertinggilah yang berwenang mengaloksikan
sumber daya yang diperlukan.
1. Masalah
Apabila perubahan memiliki dampak pada bidang diluar tanggung jawabnya, maka
diperlukan persetujuan dari atasan (Hussey, 2000:130). Hal ini tidak dapat dicapai
dalam batas kewenangannya sendiri karena bagian dari lain organisasi juga harus
berubah. Tantangan antara lain datang dari: a) Atasannya yang konservatif; b) Rekan
sekerja setingkat namun dapat mempengaruhi atasan; c) Rekan sekerja dalam bidang
sumber daya manusia; d) Anak buah sendiri yang tampak ingin melanjutkan apa yang
telah mereka kerjakan; e) Personil yang kebetulan menjadi anggota komite, f)
Eksekutif kepala dan manajer, g) Kepala staff, h) Eksekutif kepala yang mengetahui
bahwa perubahan; dan i) Bagian organisasi.
2. Gaining a champhion (memanfaatkan juara)
Champion adalah individu yang mengeluarkan gagasan untuk produk atau jasa baru
dan melakukan apapun yang dapat dilakukan dalam kekuasaannya untuk memastikan
keberhasilan inovasi.
3. Specialist task force (gugus tugas spesialis)
Andrew Pettigrew membagi tahapan peranan gugus tugas spesilis yang dibentuk
dalam proses fase, yaitu conception (konsepsi), pioneering (perintisan), self-doubt
(keraguan diri) (Hussey, 2000:138).
D. Peranan dan Tanggung Jawab
1. Change advocates
2. Sponsor
3. Change agent
4. Targets
5. Stakeholder
34 | P a g e
Modul - 5
Memimpin Perubahan
5.1. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Modul
Perubahan memerlukan pemimpin yang kompeten untuk mengelola perubahan
dan bawahan yang mampu untuk menjalankannya. Pemimpin organisasi harus dapat
bertindak sebagai sponsor perubahan, sedangkan lapisan bawahnya dipersiapkan untuk
menjadi agen perubahan, sedangkan mereka yang menjadi target perubahan perlu
dilibatkan dalam proses perubahan.
Proses perubahan memerlukan pemimpin yang mampu menyeimbangkan
aktivitas operasional dengan aktivitas yang menyangkut sumber daya manusia. Pemimpin
dituntut kemampuannya untuk dapat melakukan perubahan strategis, perubahan
fundamental, dengan pendekatan kultural, partisipatif dan kepemimpinan konektif.
2. Tujuan Pembelajaran
Modul ini bertujuan untuk menjelaskan:

Memimpin Perubahan Strategis

Memimpin Perubahan Fundamental

Memimpin Berbasis Kultural

Memimpin Berdasar Hubungan

Strategi Pemimpin Perubahan

Penyakit Kepemimpinan dan Pelajaran untuk Pemimpin Perubahan
3. Kompetensi Yang Akan Dicapai
Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul 5 ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
bagaimana memimpin perubahan.
35 | P a g e
Kompetensi Khusus

Mampu menjelaskan cara memimpin perubahan strategis.

Mampu menjelaskan memimpin perubahan fundamental.

Mampu menjelaskan pemimpin berbasis kultural.

Mampu menjelaskan pemimpin berdasar hubungan

Mampu menjelaskan strategi pemimpin perubahan

Mampu menjelaskan penyakit kepemimpinan dan pelajaran untuk pemimpin
perubahan
5.2. Materi Pembelajaran
A.Memimpin Perubahan Strategis
Kebanyakan perubahan dilakukan dengan pendekatan “organization in” di mana
dilakukan perubahan organisasi lebih dahulu, kemudian diikuti dengan perubahan
individual. Keberhasilan perubahan dimulai dengan mengubah individual lebih dahulu,
kemudian perubahan organisasi akan mengikuti. Pendekatan “individual out” secara
strategis mengubah organisasi dengan terlebih dahulu mengubah individual (Black and
Gregersen, 2003:2).
Perubahan individual dimulai dari adanya kesadaran bahwa pada dasarnya setiap
orang didalam benaknya telah memiliki “peta mental”, tentang bagaimana mereka
melihat organisasi dan pekerjaan mereka. Peta mental tersebut mengarah perilaku orang
dalam kehidupan organisasi. Jika seorang pemimpin perubahan tidak mampu mengubah
peta mental individu tersebut, mereka tidak akan dapat mengubah tujuan organisasi. jika
tidak melakukan pemecahan kembali apa yang ada dibenak seseorang, maka tidak akan
dapat memecahkan brain barrier, suatu rintangan yang tertanam dalam otak seseorang.
Seorang pemimpin perubahan strategis harus mampu menjadi map maker atau pembuat
peta yang efektif.
1. Tantangan
Pada zaman modern sekarang ini telah terjadi peningkatan perubahan yang sangat
besar dalam lingkup, ukuran dan kompleksitas. Biaya atas keterlambatan melakukan
perubahan, tidak hanya berupa ketidaknyamanan, tetapi sering melakukan bencana besar
bagi suatu organisasi (Black dan Gregersen,2003:2). Perubahan strategis akan selalu dan
36 | P a g e
tetap sulit sampai dapat digali semakin dalam untuk menemukan dasarnya. Pembuat peta
perubahan harus memahami, memecahkan dan menggambar ulang peta mental individu
satu per satu, orang per orang. Dengan demikian, pekerjaan seorang pemimpin perubahan
sangatlah berat dan memerlukan perhatian penuh.
2. Hambatan
Adanya tantangan untuk memetakan kembali mental individu membawa kita pada
rintangan kritis yang menghalangi perubahan strategis secara berkelanjutan. Penyebab
kegagalan perubahan (Black dan Gregersen, 2003:6) adalah:
a. Karena kegagalan melihat akan perlunya perubahan;
b. Walaupun dapat melihat perlunya perubahan, tetapi sering gagal untuk
melakukan perubahan;
c. Walaupun mampu melihat perlunya perubahan dan dapat bergerak melakukan
perubahan, tetapi gagal untuk menyelesaikan perubahan.
Untuk menjawab masalah tersebut, perlu dilakukan penyederhanaan dalam
memikirkan perubahan karena dua alasan berikut:
a. Sesuatu menjadi praktis hanya apabila kita dapat dengan mudah mengingat dan
mengulangnya. Tidak menjadi masalah betapa komprehensifnya suatu model,
kerangka kerja, teori atau gagasan. Apapun alat perubahan yang kita harapkan
untuk kita gunakan harus mudah diingat, diulang dan diaplikasikan.
b. Prinsip 80/20 mengajarkan bahwa 80 % hasil dapat diperoleh dari 20% pekerja.
Oleh karena itu, lebih baik mencapai 80 % hasil yang diinginkan daripada tidak
pernah mencapai 100 %.
Salah satu perbedaan paling penting tentang memimpin perubahan strategis
adalah dengan menjaga konsep tetap sederhana dan memfokuskan pada yang mendasar.
3. Menerobos Inovasi dan Pertumbuhan
Keberhasilan adalah merupakan ukuran tentang melakukan sesuatu yang benar
dan melakukan sesuatu dengan baik (Black dan Gregersen,2003:11). Perubahan dimulai
dengan terjadinya pergeseran dari sesuatu keadaan yang semula besar sekarang menjadi
salah meskipun masih tetap dilakukan dengan baik. Pergeseran ini merupakan pergeseran
37 | P a g e
dari tahap pertama ke tahap kedua. Pergeseran lingkungan terjadi karena pesaing baru
datang dengan kualitas yang sama, tetapi dengan harga yang secara signifikan lebih
rendah, atau teknologi baru membuat hilangnya keandalan standar produk atau peraturan
pemerintahan tidak mengizinkan praktik bisnis yang lalu, atau pelanggan mengganti
preferensinya atau pergeseran lainnya.
Perubahan tahap kedua dimulai dengan mengenal sesuatu yang benar pada waktu
yang lalu, sekarang menjadi salah. Setelah melalui perjalanan waktu, sesuatu baru benar
menjadi jelas. Akan tetapi, karena sesuatu hal yang benar masih baru biasanya tidak
dilakukan dengan baik. Ini merupakan bentuk tantangan pada tahap perubahan ketiga.
4. Taktik menentukan perubahan
Terdapat tiga macam taktik untuk menentukan perubahan, yaitu bersifat berikut ini
(Black dan Gregersen, 2003:178).
A. Anticipatory Change (perubahan antisipatif)
Anticipatory Change (perubahan antispatif) merupakan antisipasi terhadap
kebutuhan perubahan. Dalam Anticipatory Change dituntut untuk melihat
kedepan lebih dahulu dengan melihat tanda-tanda yang menunjukkan perubahan.
B. Reactive Change (perubahan reaktif)
Reactive Change merupakan reaksi karena terlihatnya tanda-tanda bahwa akan
terjadi perubahan.
C. Crisis Change (perubahan krisis)
Crisis Change dihadapi perusahaan apabila tanda-tanda untuk perubahan sudah
sedemikian besar dan intensif, pada suatu tingkatan yang tidak dapat dielakkan
lagi dikarenakan pesaing kita telah mulai melakukan perubahan, sementara kita
tenang-tenang saja. Reactive change lebih lebih mudah dijelaskan daripada
anticipactory change lebih sulit, tetapi biayanya lebih murah secara signifikan
dalam jangka panjang.
38 | P a g e
B. Memimpin Perubahan Fundamental
Perubahan fundamental merupakan perubahan mendasar, perubahan yang
menyangkut prinsip-prinsip sehingga akan mempunyai dampak yang sangat besar dan
luas terhadap organisasi.
1. Envisioning (memimpikan)
Visi merupakan impian seseorang pemimpin yang dapat mencakup besaran yang
lingkup kegiatan, kekuatan ekonomi, hubungan dengan pelanggan, dan budaya
internal organisasi. Mendefinisikan visi secara jelas merupakan elemen penting
dalam kepemimpinan perubahan.
2. Activating (mengaktifkan)
Salah satu tugas setiap pemimpin adalah mengaktifkan followers atau pengikut.
Konteks ini mengandung makna suatu tugas untuk memastikan bahwa orang lain
didalam organisasi memahami, mendukung dan bahkan membagikan visi.
3. Supporting (mendukung)
Pemimpin harus mempunyai empati yang kuat dengan orang yang akan diberi
inspirasi, dan membayangkan melihat sesuatu dari sudut pandang mereka.
Memberikan dukungan kepada bawahan mencapai tujuan baru, pemimpin harus
menganal masalah yang dihadapi orang, tanpa ragu bahwa orang tersebut akan
berhasil.
4. Implementing (melaksanakan)
Langkah implementasi adalah tentang rencana rinci dan jadwal yang harus
diselesaikan
untuk
menjadikan
visi
menjadi
kenyataan.
Implementasi
instrumennya akan beragam tergantung pada sifat perubahannya dan jangka
waktu yang tersedia untuk mencapainya, tetapi alasan dasarnya tetap, yaitu:
1. Memastikan bahwa semua konsekuensi perubahan dapat dimengerti,
2. Dapat mengidentifikasi semua tindakan yang harus dilakukan untuk
melakukan perubahan,
3. Membagikan tanggung jawab untuk berbagai tindakan yang harus dilakukan,
4. Membangun prioritas berbagai tindakan,
5. Mengusahakan
anggaran
yang
diperlukan
untuk
menjamin
rencana
pelaksanaan,
39 | P a g e
6. Menetapkan tim dan struktur yang diperlukan untuk implementasi rencana,
7. Membagikan hak sumber daya manusia terhadap tugas,
8. Menetapkan tujuan untuk program perubahan,
9. Mempertimbangkan kebijakan yang diperlukan untuk membuat proses
implementasi.
5. Ensuring (memastikan)
Proses monitoring dan pengawasan untuk memastikan hal-hal berikut:
a. Semua tindakan dilakukan pada waktunya,
b. Dimana tindakan diubah,
c. Hasil suatu tindakan seperti diharapkan,
d. Rencana masih tetap cocok jika situasi telah berubah
Ensuring juga memastikan apakah hasil yang diinginkan telah dapat dicapai.
6. Recognizing (mengenal)
Promosi seseorang yang memainkan peran utama mungkin merupakan
konsekuensi kinerja dalam membantu melaksanakan perubahan.
C.Memimpin Berbasis Kultural
Cultural Leader adalah orang yang dengan memberi contoh, menyeimbangkan human
value atau nilai kemanusiaan dengan tugas pekerjaan. Leader ini dapat berada di setiap
jenjang dalam organisasi, mungkin menjadi direktur, manajer, supervisor atau bukan
manajer.
1. Memimpin pekerja sekarang
Pekerja pada semua tingkat menjadi kurang responsive terhadap kepemimpinan
tradisional yang sempit, direktif, tidak komunikatif dan kadang-kadang bersifat
menghukum yang mereka lihat sebagai kelemahan.
Pheagan (2000:15) mengemukakan bahwa great leader harus selalu direspon
dengan visi dan fleksibilitas terhadap orang yang mengikutinya,
a. Creating the Right Environment (menciptakan lingkungan yang tepat)
b. Installing the Right Process (menyusun proses yang tepat)
40 | P a g e
2. Produktivitas tinggi adalah mudah
Hasil pendekatan baru pada kerja sehari-hari berupa peningkatan produktivitas
10-40% dengan pemimpin yang sama (Pheagan, 2000:17). Hal tersebut
menunjukkan bahwa memimpin dengan pendekatan kultural dapat meningkatkan
produktivitas dengan banyak kesulitan.
D. Memimpin Berdasar Hubungan
1. Pengertian
Conectif leadership merupakan salah satu model yang diajukan Jean
Leapman-Bluemen (Hessebein dan Johnston, 2002:89-101). Pemimpin,
menurut Leapman-Bluemen harus belajar diintegrasikan interdependent atau
saling ketergantungan dengan diversity atau keberagaman.
2. Memahami Interdependence dan Diversity
Interdependence atau ketergantungan, didorong terutama oleh teknologi yang
mmenghubungkan setiap orang dalam setiap hal, dimana saja. Keberagaman
mencerminkan kebutuhan manusia akan identitas, keunikan setiap orang,
mengurangi perbedaan dan menekan pada kebebasan dan individualisme.
3. Memimpin di era Konektif
Connective Leader mudah mendapatkan koneksi diantara orang, gagasan dan
institusi yang berbeda. Konektif leader dapat melihat tumpang tindih antara
visi mereka sendiri dengan milik pemimpin lainnya. Konektif leader
memberikan kontribusi pada keberhasilan orang lain dan bertindak sebagai
mentor tanpa kehiangan kemampuannya untuk bersaing, mengambil tanggung
jawa, dan membuat keputusan sendiri ketika diperlukan.
a. Etika kecerdasan Politis
Menggunakan kekuatan pribadi orang lain dalam jaringannya untuk mengatasi
masalah kelompok, bukan meningkatkan kekuasaannya sendiri.
b. Kebenaran dan akuntabilitas
41 | P a g e
Authencithy atau kebenaran menghasilkan kreadibilitas dan melanjutkan
keyakinan pemimpin. Akuntabilitas menyangkut 2 kewajiban yaitu
pertama menjelaskan keputusan dan tindakan seseorang dan kedua,
bertanggung jawab terhadap stakeholder. Akuntabilitas berarti bahwa
pemimpin ingin mempunyai setiap pilihan diperiksa dengan teliti.
c. Politik kebersamaan
Mereka mencari kebersamaan dan dasar bersama, bahkan diantara
kelompok yang melihat agenda mereka sebagai mutually exclusive,
bersifat salng menggantikan.
d. Berpikir jangka panjang dan bertindak jangka pendek
Memerlukan visi dan keberanian untuk memilih antara permintaan
sekarang dari konsekuensi kunci dan masa depan yang lebih baik untuk
masyarakat yang lebih luas.
e. Kepemimpinan melalui harapan
Connective
leader
menetukan
harapan
yang
tinggi
kemudian
memercayakan sebagai tugasnya sendiri dan orang lain.
f. Pencarian arti
Pemimpin yang efektif tahu bahwa akhirnya mereka diukur oleh
kemampuannya memengaruhi orang lain.
4. Prinsip-prinsip konektif leader
Dasar perilaku konektif leadership dapat dibagi dalam 3 perangkat achieving
style berikut ini.
a. Direct style of leadership (gaya kepemimpinan langsung)
b.
Relational style of leadership (gaya kepemimpinan relasional)
c. Instrumental of leadership (gaya kepemimpinan instrumental)
E. Strategi Pemimpin Perubahan
Peter M. Senge dan Peter F. Drucker (Hesselbein dan Johnston, 2002:7-17)
membahas berbagai hal yang bersangkutan dengan strategi yang harus dilakukan
oleh seorang pemimpin perubahan.
42 | P a g e
1. Akselerasi perubahan di masa depan
Setiap pemimpin organisasi harus menjdi change leader kita harus dapat
menciptaka perubahan itu sendiri agar dapat menjadi pemimpin perubahan.
2. Pemimpin dalam pusaran perubahan
Drucker sependapat bahwa pemimpin harus creating sesuatu karena dengan
creating, akan membawa sesuatu yang beru relative
3. Langkah pemimpin perubahan
Pemimpin harus mampu mempengaruhi seluruh organisasi dengan pola piker
bahawa perubahan adalah peluang dan bukan hambatan.
4. Keseimbangan antara perubahan dan kontinuitas
Perubahan merupakan suatu hal wajar terjadi dan tidak perlu bingung atau
tajut kerananya.
5. Meningkatkan kepuasa kerja
Perusahaan mempertahankan yang memiliki kinerja dengan berbagai hadiah
seperti bonus berupa saham dan opsi lainnya.
E. Peran Pemimpin Perubahan
1. menciptakan hubungan kerja efektif
Hubungan kerja yang efektif akan membangkitan iklim pemberdayaan.
a. Menghargai mereka
b. Menunjukan empati
c. Bersikap tulus
berarti menjadi diri sendiri dan bersikap jujur atas perasaan dan pendapat. Bersangkutan
pula dengan komunikasi dengan orang lain bahwa pemimpin terbuka terhadap gagasan
baru dan bersedia membantu.
2. pergeseran Fungsi Manajer
Di dalam organisasi konvensional, seorang manajer berada di puncak pyramid,
sedangkan bawahannya di bawah untuk mendukung eksistensinya. Sementara itu, dalam
iklim permberdayaan, yang terjadi adalah pyramid terbalik. Pekerja diatas, dan manajer
43 | P a g e
di bawah. Ini mengandung makna bahwa manajer bekerja untuk mendorong dan
memenuhi kepentingan anak buahnya.
3. memimpin dengan contoh
Smith memberikan contoh sebagai berikut.
a) Jika pemimpin ingin mereka melakukan apa yang mereka katakana, ia harus
membuktikan bahwa dirinya dapat dipercaya.
b) Jika pemimpin menginginkan mereka inovatif, ia harus siap menerima risiko atas
inovasi yang dilakukannya.
c) Jika pemimpin ingin orang lain melakukan ekstra usaha,ia harus mendorong diri
sendiri bekerja lebih keras
d) Jika pemimpin ingin mereka terbuka, ia harus jujur dan tulus kepada mereka
sehingga mendapat kesan tidak ada yang disembunyikan.
e) Jika pemimpin ingin mereka saling percaya, ia harus mempercayai mereka.
f) Jika pemimpin ingin mereka menunjukan keajaiban, ia harus melengkapi mereka
dengan visi masa depan yang positif, menggairahkan dan inspiratif.
4. mempengaruhi orang lain
5. mengembangkan team work
6. Melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan
7. menjadikan pemberdayaan sebagai way of life
8. membangun komitmen
G. Penyakit Kepemimpinan
Pemimpin sering menyalahkan staffnya, tapi kenyataan resistensi terhadap perubahan
justru datang dari pemimpin itu sendiri (Victor Tan, 2002:106)
1. Pemimpin tidak mendengarkan
Penyakit pemimpin yang terbesar adalah ketika pemimpin menolak untuk
mendengarkan.
2. Pemimpin yang tidak memperhatikan apa yang dikatakan
Kesalahan besar dari beberapa pemimpin adalah kecenderungan menjadi munafik.
44 | P a g e
3. Pemimpin yang memperlakukan favoritism
Satu cara yang paling pasti untuk memastikan kepercayaan dalam organisasi
adalah dengan favoritism.
4. Pemimpin yang mengintimidasi orang lain
5. Pemimpin yang mendemoralisasi orang lain
Mungkin
penyakit
terbesar
kepemimpinan
yang
jelek
adalah
caranya
mendemoralisasikan orang lain.
6. Pemimpin yang gagal menciptakan arah
7. Pemimpin yang tidak mengembangkan orangnya.
8. Pemimpin yang merasa puas dengan dirinya
H. Pelajaran Untuk Pemimpin Perubahan
1. perubahan pola piker
a) proble solving tidak menciptakan
b) pemimpin yang efektif terbuka untuk kejutan
c) perubahan dimulai dengan sedikit gairah
2. dorongan kompetatif dan pelajaran (GAMBAR)
3. keteampilan pemimpin perubahan
Kunci untuk menguasai perubahan yaitu
a) Imajinasi untuk melakukan inovasi
b) Profesionalisme untuk mewujudkan kinerja
c) Keterbukaan untuk berkolaborasi
4. eksekutif Abad XXI
Di abad XXI pemimpin mengembangkan keterampilan sepanjangnya hidupnya.
Demikian seorang pemimpin menjadi cemerlang, dinamis, visioner atau karismatik.
45 | P a g e
Modul - 6
Perubahan Sumber Daya Manusia
6.1. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Modul
Dalam dunia yang selalu berubah, sumber daya manusia perlu menyesuiakan diri.
Untuk itu, perlu dipersiapkan agar tidak resisten terhadap perubahan. Perhatian perlu
difokuskan pada orang yang cerdas yang mencoba mencapai keunggulan kinerja dan
untuk itu perlu diperdayakan.
Perubahan harus diawali dengan mempersiapkan segenap sumber daya manusia
untuk menerima perubahan karena pada hakekatnya manusia menjadi subjek dan objek
perubahan serta mempunyai sifat resisten terhadap perubahan. Oleh karena itu, perubahan
sumber daya manusia perlu dimulai dengan melakukan pencairan terhadap pola perilaku
lama yang cenderung mempertahankan status quo untuk diubah agar bersedia menerima
pola pikir baru yang berkembang secara dinamins.
2. Tujuan Pembelajaran
Modul ini bertujuan untuk menjelaskan:

Smart People

Bagaiamana Mencapai Keunggulan

Pemberdayaan
3. Kompetensi Yang Akan Dicapai
Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul 6 ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan perubahan
sumber daya manusia.
Kompetensi Khusus

Mampu menjelaskan smart people.

Mampu menjelaskan cara mencapai keunggulan.

Mampu menjelaskan pemberdayaan.
46 | P a g e
6.2. Materi Pembelajaran
Persoalan dalam bagian ini adalah belum semua sumber daya manusia memahami
akan arti pentingnya melakukan perubahan. Masih diperlukan peningkatan pemahaman
tentang hakekat perubahan itu sendiri, tentang apa yang dimaksud dengan perubahan?
Sampai dimana kesiapan kita melakukan perubahan dan bagaimana mengelola perubahan
tersebut agar dapat mencapai tujuan yang dikehendaki.
Perubahan harus diawali dengan mempersiapkan segenap sumber daya manusia
untuk menerima perubahan karena pada hakekatnya manusia menjadi subjek dan objek
perubahan serta mempunyai sifat resisten terhadap perubahan. Oleh karena it, perubahan
sumber daya manusia perlu dimulai dengan melakukan pencairan terhadap pola perilaku
lama yang cenderung mempertahankan status quo untuk diubah agar bersedia menerima
pola pikir baru yang berkembang secara dinamins.
Dengan demikian, pemberdayaan sumber daya manusia merupakan kebutuhan
untuk berlangsungnya proses perubahan. Untuk itu, sumber daya manusia perlu
menyadari dan memahami arti pentingnya perubahan, serta bersedia untuk berubah.
Sumber daya manusia perlu semakin diperdayakan.
Disisi lain, pemimpin perlu memberikan kesempatan lebih luas untuk
berlangsungnya proses pemberdayaan. Pemberdayaan sumber daya manusia perlu
diarahkan pada terbentuknya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan untuk
mengelola dan mengadakan perubahan.
A. Mengubah smart People
Smart people atau orang cerdas memiliki kemampuan melebihi dari orang
kebanyakan. Pada umumnya mereka memiliki daya penalaran tinggi, bersifat kritis,
kreatif, dan dinamis. Dengan demikian, mengubah orang yang sudah mempunyai pola
pikir tersendiri menjadi lebih sulit. Namun, apabila dilakukan dengan cara yang tepat,
mereka merupakan potensi yang kuat untuk keberhasilan perubahan.
47 | P a g e
1. Menghapus Pemikiran Salah
Bagi organisasi untuk mencapai tingkat kecerdasan, pemimpin perlu menjalankan
perubahan dengan cara yang tepat dan sesuai. Pemimpin harus memahami enam cara
berpikir yang salah dalam melakukan perubahan (Victor Tan, 2002:89), yaitu sebagai
berikut :
a. Hanya Orang Lain yang Perlu berubah
b. Untuk menjadi efektif, perubahan harus dipaksakan
c. Perubahan adalah suatu tujuan, bukan suatu proses
d. Waktu terbaik untuk melakukan perubahan adalah pada saat terjadi krisis
e. Perubahan merupakan cara untuk menutupi kinerja buruk
f. Uang merupakan motivator paling efektif untuk melakukan perubahan
2. Memahami kekuatan pendorong Smart People
Top manager sekarang ini sering dibingungkan oleh kenyataan mengapa
organisasinya gagal untuk berubah, padahal memiliki staf yang kompeten dan sangat
qualified. Sesungguhnya organisasi menghadapi kesulitan besar untuk mendapatkan
orang yang berubah. Tantangan terbesar dalam manajemen sumber daya manusia adalah
membujuk smart people atau orang cerdas untuk berubah. Smart people sering
menempatkan hambatan terkuat dan resistensi untuk berubah.
Kebanyakan smart people merasa bahwa telah mengetahui, mendengar, melihat,
mempunyai pengalaman dan pernah mencoba perubahan sebelumnya. Smart people
adalah cepat dan tajam dalam memahami dan menggenggam gagasan atau konsep.
Mereka juga cepat meloncat pada kesimpulan dan mereka mempunyai pikiran kuat
sendiri.
Smart people mempunyai karakteristik yang dinyatakan dengan lima E yang
memengaruhi cara mereka berpikir, merasa, dan bertindak. Kelima E tersebut adalah
(Victor Tan, 2002:94): (1) experience (pengalaman); (2) education (pendidikan); (3)
expertise (keahlian); (4) excellent achievement (prestasi unggul); dan (5) endowed
abilities (kemampuan natural).
48 | P a g e
3. Mengelola Smart People
Smart people melalui pengalaman, pendidikan, keahlian, prestasi unggul dan
kemampaun bawaan sejak lahir sering mencapai sukses dengan cara sendiri. Banyak yang
mendapatkan kekaguman dari atasannya atau manajemen puncak.Sementara itu, lainnya
mendapatkan penghargaan dari usaha keras mereka. Sekarang mereka memecahkan
prestasi dalam bidang di mana mereka berprestasi, apakah kenjadi yang pertama atau
yang termuda dalam mencapai sesuatu yang terkemuka. Singkatnya, sering suatu dari
lingkungan dari mana smart people b erasal atau proses pencapaian yang telah dilalui
smart people membentuk mereka sehingga membuat sulit untuk mengubah mereka.
Sukses mugkin membuat smart people sangat merasa puas trehadap dirinya.
Karena telah terbukti sebelumnya atau mendapatkan sesuatu benar, membuat smsrt
people percaya diri berlebihan. Dan karena selalu didorong oleh kebutuhan untuk
melebihi dibidang tertentu, smsrt people mungkin menjadi sangat sempit dalam
pandangannya dan gagal mendapat gambaran yang lebih luas. Sebagai hasilnya,
merrrreka mempunyai pandangan sempit daripada pandangan makro tenyang sesuatu.
Smart people yang hanya menilai prestasi mungkin melupakan kebutuhan untuk menjadi
berprilaku baik. Hal ini mempengaruhi hubungan dengan orang disekitarnya. Terdapat
sifat lain yang tidak diinginkan yang sering diambil smart people secara tidak sadar yang
membuat mereka menjadi “orang sulit” untuk berubah. Untuk membujuk smart people
untuk berubah, kita memerlukan strategis yang cerdas berkaitan berkaitan dengan sifat
yang tidak diinginkan dengan cara efektif. Untuk membuka pikiran dan memenangkan
hati smart people, kita harus tahu bagaimana mengelola situasi di mana masing-masing
dari lima sifat tersebut menonjol (Victor Tan, 2002:100).
4. Apabila Smart People Egois
Cara untuk membuat smart people egois untuk berubah adalah dengan
memberitahu mereka alasan mengapa mereka harus berubah. Saat kita menyampaikan
pada smart people bahwa ada tiga alasan besar mengapa mereka harus berubah, mereka
mungkin membalas dengan member tiga puluh alasan mengapa perubahan tidak perlu
atau bahkan berbahaya. Smart people lebih siap dibujuk oleh alasan yang membuka diri
mereka daripada orang lainnya.
49 | P a g e
Oleh karena ini, cara paling efektif membuat smart people ingin berubah adalah
dengan membantu mereka menemukan alasan mengapa perubahan diperlukan dan
manfaat bagi organisasi dan juga untuk mereka.
Dalam berhubungan dengan smart people, diperlukan kebijaksanaan dan
kesabaran luar biasa. Kebijaksanaan disini sering berarti memaksa mereka bahwa mereka
tahu lebih bayak daripada kita sehingga mereka akan menurunkan perlindungannya dan
membuka pikirannya. Hanya dalam situasi demikian seorang agen perubahan akan
mendapat kesempatan memengaruhi smart people dan memenangkan komitmennya
terhadap perubahan dan perbaikan.
5. Apabila Smart People Over-Confident
Cara terbaik untuk mencegah smart people dari terlalu percaya diri adalah mulai
menggali
kemungkinan
blind
spots
dalam
organisasi.
Cara
yang
dapat
dipertanggungjawabkan dan jujur adalah dengan menggunakan konsultan eksternal.
Organisasi sering menggunakan konsultan eksternal untuk melakukan diagnosis
organisasional untuk membuka kekuatan, peluang dan ancaman mereka serta blind spots
dari smart people. Analisis industri termasuk analisis pesaing, survei kepuasan
pelanggan, survei kepuasan pekerja dan studi benchmark sering menjadi cara yang baik
mencegah smart people menjadi terlalu percaya diri dan merasa puas dengan dirinya
sendiri.
6. Apabila Smart People Ill-Mannered (Berkelakuan Jelek)
Cara terbaik berhubungan dengan orang yang ill-mannered atau mempunyai
kebiasaan jelek adalah dengan tidak kehilangan ketenangan. Menggunakan psikologi
sebaliknya akan lebih efektif. Apabila orang berbuat kasar, sadar atau tidak sadar, cara
yang paling efektif untuk mengatasi mereka adalah dengan menjadikan mereka
kehilangan muka oleh kekurang sopanan mereka secara menyolok.
Cara demikian akan menekan smart people yang berkelakuan buruk sadar akan
ketidak sopanannya. Perlahan-lahan akan peduli dengan kebiasaan jeleknya dan akan
mendatangkan kecenderungan didalam dirinya untuk memperbaiki apa yang mereka
50 | P a g e
lakukan. Membuat mereka bersalah merupakan cara yang efektif bagi agen perubahan
dalam memengaruhi sudut pandang smart people.
7. Apabila Smart People Micoscopic (Berpandangan Sempit)
Cara untuk membujuk expert smart people untuk berubah adalah membuat
mereka melihat bagaimana peran mereka atau departemen dihubungkan dengan visi dan
misi organisasi. Tidak ada masa depan bagi pemimpin divis keuangan jika organisasi
gagal menciptakan permintaan akan produk atau jasanya karena usaha pemasarannya
yang jelek.
Sebaliknya, tidak ada masa depan bagi pemimpin divisi pemasaran jika
perusahaan menghadapi masalah cash flow dan kegagalan dan menghadapi kebangkrutan.
Cara untuk membujuk expert smart people untuk berubah adalah dengan
membuat mereka melihat nilai dari bekerja sama dengan semua divisi dan unit untuk
mencapai visi dan misi organisasi. Tunjukkan kepada mereka bagaimana perubahan
spesifik yang diinginkan berhubungan dengan visi dan misi organisasi secara menyeluruh
dan bagaimana hal tersebut menguntungkan setiap orang dalam organisasi.
8. Apabila Smart People Tidak Fleksible
Beberapa cara yang bermanfaat untuk membuat smart people yang tidak fleksibel
ingin berubah adalah : (1) membantu mereka untuk melihat rasionalitas untuk perubahan;
(2) menunjukkan bahwa cara lama tidak lagi relevan atau tidak berguna; (3)
mengusahakan memaksakan kenyataan keberhasilan dari cara atau gagasan baru
dilakukan diorganisasi lain yang sama dalam industri yang sama; (4) menunjukkan
kepentingan mereka dengan adanya perubahan; (5) menunjukkan bukti bahwa manfaat
perubahan melebihi biayanya; (6) membantu mereka mengurangi atau mengelola risiko
dari perubahan; (7) mempermudah mereka untuk berubah; dan (8) membimbing dan
mendukung mereka dalam proses perubahan.
Untuk membujuk smart people berubah, diperlukan keteraampilan khusus. Harus
mengembangkan kesabaran dan pengetahuan psikologi untuk berhubungan dengan jenis
orang ini. Perlu mengembangkan kredibilitas untuk memenangkan mereka atas sudut
pandang kita. Kredibilitas sering diperoleh dengan membuat argumen yang cerdas dan
51 | P a g e
rasional, sambil berhati-hati untuk tidak membuat smart people terpedaya bahwa mereka
merasa defensif.
Oleh karena itu, pemimpin organisasi sekarang harus mengenal kebutuhan
penting ini jika ingin mengimplementasikan keberhasilan perubahan dalam berorganisasi.
Mengembangkan tenaga kerja yang kompeten saja tidak cukup. Banyak kasus dimana
organisasi melakukan perubahan, tetapi gagal mengimplementasikan perubahan dengan
berhasil. Inilah saatnya organisasi membujuk smart people untuk berubah.
C. Mencapai Keunggulan
Untuk menjadi excellence atau unggul dalam dunia yang sangat kompetitf dewasa
ini, diperlukan lebih dari sekedar melalui pengetahuan dibidang spesifik saja.
Keterampilan orang, seperti kemampuan memberikan inspirasi pada orang lain,
memperkuat rasa kerja sama, dan mendelegasikan merupakan masalah yang sangat
penting.
Sama pentingnya adalah mastery dibidang keterampilan praktis, dari keterampilan
analisis secara efektif sampai manajemen waktu, dan sikap percaya diri terhadap karier.
Kombinasi yang seimbang dari semua elemen tersebut yang membedakan manajer
kompeten dengan manajer unggul (Robert Heller, 1999:5).
1. Mengembangkan Potensi
Untuk mencapai excellence atau keunggulan anda harus bekerja untuk memenuhi
potensi diri. Perlu belajar membangun kekuatan dan mengembangkan kualitas pribadi
yang menjadi kunci untuk berprestasi baik. Untuk menjadi unggul, pemimpin perlu
melakukan hal-hal berikut.
a. Membangun Atribut
b. Membangun Percaya Diri
c. Mengambil Risiko
d. Mengembangkan Dorongan
e. Memimpin Dengan Efektif
f. Menjaga Kebugaran
g. Mengejar Keunggulan
52 | P a g e
2. Memperbaiki Keterampilan
Di mana pun tingkat yang anda peroleh dalam karier adalah penting untuk tetap
belajar. Dengan memperluas dan menerapkan pengetahuan anda, anda dapat
meningkatkan kinerja secara dramatis ( Heller, 1999 : 26).
a. Meningkatkan Pembelajaran
b. Berpikir efektif
c. Memperbaiki memori
d. Memperbaiki kemampuan membaca
e. Menulis dan berbicara lebih lancar
2. Menjadi Lebih Efektif
Terdapat sejumlah alat dan teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kinerja. Dengan sedikit pengetahuan, anda dapat memastikan bahwa anda
menggunakan secara maksimum sumber daya pribadi anda.
Cara yang dapat ditempuh adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Mendorong kreatifitas
b. Menggunakan waktu secara efisien
c. Menjadi lebih produktif
d. Memilih Prioritas
e. Memahami Uang
f. Mengurangi Stress
g. Mengukur Progress
4. Mencapai Sukses
Sukses melekat pada kemampuan mengelola karier dengan baik. Ambil setiap
kesempatan untuk memajukan diri dan memperoleh bantuan dari orang lain untuk
kemajuan lebih lanjut.
a. Mengukur Kembali Tujuan
b. Menemukan Mentor
c. Melakukan Kontak
d. Mengambil Peran Memimpin
53 | P a g e
e. Memengaruhi Orang Lain
f. Merencanakan ke Depan
D. PEMBERDAYAAN
Kinerja suatu organisasi sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang berada
di dalamnya. Apabila sumber daya manusianya memiliki motivasi tinggi, kreatif dan
mampu mengembangkan inovasi, kinerjanya akan menjadi semakin baik. Oleh karena
itu, diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia.
Pada masa yang lalu, untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia,
dilakukan melalui pelatihan dan pengembangan atau disebut pula sebagai pembinaan
sumber daya manusia. Cara tersebut secara bertahap mulai ditinggalkan karena dinilai
terlalu bersifat top-down sehingga kurang mampu mengembangkan kreativitas dan
inovasi sumber daya manusia.
Cara pendekatan baru yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan sumber
daya manusia tersebut, sekarang ini lebih dikenal sebagai pemberdayaan sumber daya
manusia, suatu pendekatan yang lebih bersifat bottom-up.
Pengertian Pemberdayaan
Memberdayakan orang berarti mendorong mereka menjadi lebih terlibat dalam
keputusan dan aktivitas yang memengaruhi pekerjaan mereka (Smith, 2000:1). Dengan
demikian, berarti memberi mereka kesempatan untuk menunjukkan bahwa mereka dapat
memberikan gagasan baik dann mempunyai ketrampilan mewujudkan gagasannya
menjadi realitas.
Pemberdayaan merupakan perubahan yang terjadi pada falsafah manajemen yang
dapat membantu menciptakan suatu lingkungan di mana setiap individu dapat
menggunakan kemampuan dan energinya untuk meraih tujuan organisasi. Seorang
karyawan memiliki wewenang dan berinisiatif untuk melakukan sesuatu yang dipandang
perlu, jauh melebihi tugasnya sehari-hari (Cook dan Macaulay, 1997:2).
Sementara itu, Robbins (2003: 19) memberikan pengertian pemberdayaann
sebagai menempatkan pekerja bertanggung jawab atas apa yang mereka kerjakan.
Dengan demikian, manajer belajar untuk berhenti mengontrol, dan pekerja belajar
54 | P a g e
bagaimana bertanggung jawab atas pekerjaannya dan membuat keputusan yang tepat.
Pemberdayaan dapat mengubah gaya kepemimpinan, hubungan kekuasaan, cara
pekerjaan dirancang dan cara organisasi distrukturkan.
Pemberdayaan adalah suatu proses di mana pekerja diberi peningkatan sejumlah
otonomi dan keleluasaan dalam hubungan dengan pekerjaan mereka (Greenberg dan
Baron, 2003: 448). Pemberdayaan merupakan kontinum antara keadaan pekerja yang
tidak mempunyai kekuatan untuk mempertimbangkan bagaimana mengerjakan pekerjaan,
sampai pada keadaan di mana pekerja memiliki kontrol sepenuhnya atas apa yang mereka
kerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Dengan pemberdayaan, telah terjadi
pergeseran kekuasaan kepada tim pekerja yang diperbolehkan membuat keputusan
sendiri.
Dengan demikian, pemberdayaan adalah suatu proses untuk menjadikan orang
menjadi lebih berdaya atau lebih berkemampuan untuk menyelesaikan masalahnya
sendiri dengan cara memberikan kepercayaan dan kewenangan sehingga menumbuhkan
rasa tanggung jawabnya.
Perlunya Pemberdayaan
Smith (2000:5) memandang ada dua hal yang menyebabkan perlunya
pemberdayaan. Pertama adalah karena lingkungan eksternal telah berubah sehingga
mengalihkan cara bekerja dengan orang di dalam organisasi bisnis. Organisasi bisnis di
abad 21 bekerja dalam dunia yang penuh ketidakpastian, kompleks, dan perubahan yang
tidak dapat diduga. Terdapat empat faktor yang menyebabkannya, yaitu : (1) semakin
intensifnya kompetisi; (2) inovasi teknologi yang sangat cepat; (3) permintaan yang
tetap atas kualitas yang tinggi dan nilai yang lebih baik; dan (4) tumbunnya masalah
ekologi.
Kedua adalah karena orangnya sendiri berubah. Sejak lama manajer memandang
orang sebagai orang sebagai sumber daya yang paling berharga. Akhirnya, keamanan dan
sukses ke dapan suatu organisasi lebih tergantung pada bakat dan kecerdasan orangnya
daripada pada faktor tanah, bangunan, pabrik, dan mesin. Pekerja benar-benar menjadi
inteleectual capital organisasi.
55 | P a g e
Modul - 7
Perubahan Organisasional
7.1. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Modul
Organisasi diciptakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sesuai dengan
perjalanan waktu,organisasi tumbuh dan berkembang. Untuk itu organisasi harus
berkembang sebagai organisasi pembelajaran.
Dalam lingkungan yang semakin kompetitif, organisasi perlu melakukan
perubahan sesuai dengan tuntutan lingkungan. Untuk itu, organisasi perlu selalu
melakukan inovasi untuk mencapai standar keunggulan.
2. Tujuan Pembelajaran
Modul ini bertujuan untuk menjelaskan:

Pengembangan Organisasi

Organisasi Pembelajaran

Mengubah Standar Keunggulan
3. Kompetensi Yang Akan Dicapai
Kompetensi Umum
Setelah mempelajari modul 7 ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan perubahan
organisaional.
Kompetensi Khusus

Mampu menjelaskan pengembangan organisasi.

Mampu menjelaskan organisasi pembelajaran.

Mampu menjelaskan cara mengubah standar keunggulan.
56 | P a g e
7.2. Materi Pembelajaran
Organisasi menurut Chester I. Barnard merupakan sebuah sistem dari aktivitas
yang dikoordinasi secara sadar oleh dua orang atau lebih (Kreitner dan Kinicki,
2001:621). Suatu organisasi mengandung empat karakteristik , yaitu:
(1) adanya koordinasi usaha,
(2) mempunyai tujuan bersama,
(3) terdapat pembagian kerja,
(4) adanya hierarki kekuasaan.
Melalui hierarki kekuasaan tersebut, di dalam organisasi terdapat unity of
command atau kesatuan perintah sehingga terdapat kejelasan bahwa seorang pekerja
hanya melapor kepada seorang manajer.
Suatu organisasi membentuk struktur dengan bagan yang menunjukkan rantai
hubungan kekuasaan formal dan pembagian kerja. Struktur organisasi akan menunjukkan
besaran span of control atau rentang kendali yang menunjukkan jumlah orang yang
melapor langsung pada line manager, yang memiliki kekuasaan membuat keputusan
organisasi. Struktur organisasi juga merupakan posisi pekerja sebagai lini atau staf.
Organisasi bukanlah merupakan sistem yang statis, tetapi terus berkembang didasarkan
kebutuhan sistem dan peluang yang ada dalam lingkungan.
1.Pengembangan Organisasi
Terminologi
organization
development
atau
pengembangan
organisasi
mencerminkan semua usaha pengembangan yang berorientasi pada membuat organisasi
dan anggotanya efektif. Dengan kata lain, organization development merupakan usaha
terencana secara terus-menerus untuk meningkatkan struktur, prosedur, dan aspek
manusia dalam sistem. Usaha sistematik tersebut memastikan kelangsungan dan
pertumbuhan organisasi dengan meningkatkan kualitas kehidupan kerja, dan kualitas
hidup pekerja pada umumnya.
Tyagi (2000:241) berpendapat bahwa pengembangan organisasi adalah usaha
terencana, sistematis, terorganisasi, dan kolaboratif di mana prinsip pengetehuan tentang
perilaku dan teori organisasi diaplikasikan dengan maksud meningkatkan kualitas
kehidupan yang tercermin dalam meningkatnya kesehatan dan vitalitas organisasional,
57 | P a g e
meningkatkan individu dan anggota kelompok dalam kompetensi dan harga diri, dan
semakin baiknya masyarakat pada umumnya.
Pendapat
lain
mengemukakan
bahwa
pengembangan
organisasi
adalah
serangkaian teknik ilmu sosial yang dirancang untuk merencanakan perubahan dalam
pengaturan kerja dengan tujuan untuk meningkatkan pengembangan pribadi individual
dan memperbaiki efektifitas fungsi organisasi (Greenberg dan Baron, 1997:563).
Semua metode utama perubahan organisasional berusaha menghasilkan berbagai
bentuk perubahan dalam pekerja individual, kelompok kerja, dan/atau seluruh organisasi
yang sudah terkenal adalah sebagai berikut:
1) Survey feedback
2) Sensitivity training
3) Team building
4) Quality of work life programs
5) Management by objectives
2.Pembelajaran dan Pengembangan
Kreativitas, pembelajaran, dan perkembangan anggota organisasi
terjadi jika
usaha pengembangan organisasi terkait sebagai proses kolaborasi di mana semua anggota
organisasi, dari atas sampai bawah, menjadi bagian proses perubahan. Setiap perubahan
baru, jika berhasil diprakarsai dan dilaksanakan, memerlukan orang yang akan
terpengaruh oleh perubahan tersebut dilibatkan dalam keseluruhan proses.
Apabila anggota berhadapan dengan realitas organisasi, berusaha datang dengan
gagasan inovatif, mereka mengalami pembelajaran dan perkembangan, dan secara tetap
menajamkan keterampilan dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, jika terdapat
usaha kolaboratif, tidak hanya diserahkan kepada pimpinan di atas untuk membuat
keputusan yang tepat, tetapi didasarkan pada anggota organisasi yang lebih luas, yang
lebih mengenal situasi kerja, terlibat dalam usaha perubahan. Dengan demikian,
organisasi menjadi sistem pembelajaran dan banyak sinergi diciptakan di dalam sistem.
58 | P a g e
3.Strategi Intervensi
Di atas telah diuraikan kepada teknik yang dapat digunakan untuk mengadakan
perubahan dalam pengembangan organisasi oleh Greenberg dan Baron, yang terdiri dari
survey feedback, sensitivity training,team building, quality of work life program, dan
management by objectives.
Tyagi menggunakan terminologi strategi intervensi. Beberapa komponen
diantaranya sama dengan pendapat Greenberg dan Baron. Namun, dalam pendapat Tyagi
tidak terdapat teknik quality of work life program dan management by objectives.
Sebaliknya, strategi lain yang dikemukakan Tyagi adalah sebagai berikut:
a.
Action Research (Penelitian Tindakan)
b.
Sensitivity Training (Pelatihan Sensitivitas)
c.
Transactional Analysis (Analisis Transaksional)
d.
Ego States (Tahapan Ego)
e.
Transaction (Transaksi)
f.
Process Consultation (Konsultasi Proses)
g.
Third Party Peacemaking (Perdamaian Pihak Ketiga)
h.
Organizational Mirroring (Umpan Balik Organisasional)
i.
GRID Organizational Development (Jaringan Pengembangan Organisasional)
j.
Open System Planning (Perencanaan Sistem Terbuka)
k.
Alternative Work Pattern (Pola Kerja Alternatif)
4.Strategi Inovasi
Telah dibahas di depan bahwa change atau perubahan adalah membuat sesuatu
berbeda. Inovasi merupakan jenis perubahan khusus. Inovasi adalah gagasan baru yang
diaplikasikan untuk memulai atau memperbaiki produk, proses, atau jasa. Sebagai
sumber untuk inovasi adalah variable structural :
1) Struktur organik secara positif mempengaruhi inovasi. Struktur organik memiliki
diferensiasi vertikal, formalisasi, dan sentralisasi lebih rendah. Di sisi lain, struktur
organik memfasilitasi fleksibilitas, adaptasi, dan saling menyuburkan yang membuat
pengambilan inovasi lebih mudah.
59 | P a g e
2) Lama jabatan dalam manajemen dikaitkan dengan inovasi. Jabatan manajerial
mengusahakan legitimasi dan pengetahuan tentang bagaimana menyelesaikan tugas
dan mencapai hasil yang diharapkan.
3) Inovasi dipelihara apabila terdapat kekurangan sumber daya.
4) Komunikasi antar unit sangat tinggi dalam organisasi yang inovatif, menggunakan
banyak komite, task forces, tim lintas fungsi, dan mekanisme lain yang memfasilitasi
interaksi antar departemen.
Organisasi inovatif cenderung mempunyai budaya sama. Mereka mendorong
eksperimentasi. Mereka menghargai baik keberhasilan maupun kegagalan, dan
merayakan kesalahan. Dalam lingkup sumber daya manusia ditemukan bahwa dalam
organisasi inovatif secara aktif menawarkan training dan pengembangan anggotanya.
Mereka menawarkan keamanan kerja tinggi sehingga pekerja tidak takut dipecat karena
membuat kesalahan dan menjadikannya juara perubahan. Idea champions adalah
individual yang melakukan inovasi dan secara aktif dan antusias mempromosikan
gagasan, membangun dukungan, mengatasi resistensi, dan memastikan bahwa hal
tersebut diimplementasikan.
Organisasi Pembelajaran
Learning organization atau organisasi pembelajaran adalah sebuah organisasi
yang membangun kapasitas penyesuaian dan berubah secara terus-menerus. Jika suatu
organisasi pembelajaran melakukan kesalahan, mereka dapat menempuh apa yang
dinamakan single-loop learning atau double-loop learning. Dalam hal single-loop
learning, apabila terjadi kesalahan, dikoreksi dengan menggunakan rutinitas yang lalu
dan kebijakan sekarang. Dalam double-loop learning, apabila terdapat kesalahan,
dikoreksi dengan memodofikasi objektif, kebijakan, dan standar rutin organisasi.
1.
Mengelola Pembelajaran
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang manajer untuk
menjadikan organisasinya menjadi suatu learning organization, diantaranya adalah
dengan langkah-langkah berikut:
60 | P a g e
a.
Menciptakan Strategi
b.
Merancang Ulang Struktur Organisasi
c.
Membentuk Kembali Budaya Organisasi
2.
Langkah pembelajaran
Ada empat langkah pembelajaran yang perlu dilalui untuk menjadi learning
organization, yaitu sebagai berikut:
a.
Knowledge acquisition (penguasaan pengetahuan)
b.
Information distribution (distribusi informasi)
c.
Information interpretation (interpretasi informasi)
d.
Organizational memorization (pengingatan organisasional)
3.
Karakteristik Organisasi Pembelajaran
Organisasi pembelajaran atau learning organization memiliki tiga karakteristik :
(1) Gagasan baru merupakan persyaratan bagi learning organization. Learning
organization secara aktif berusaha menginfus organisasi dengan gagasan
dan
informasi baru. Hal tersebut dilakukan dengan secara tepat menyaring lingkungan
eksternalnya, menyewa tenaga ahli apabila diperlukan, dan mengunakan sumber
daya yang penting dengan melatih dan mengembangkan pekerjaannya.
(2) Pengetahuan baru harus ditransfer ke seruruh organisasi. Learning organization
berusaha keras mengurangi struktur, proses, dan hambatan interpersonal terhadap
berbagai informasi, gagasan, dan pengetahuan di antara anggota organisasi.
(3) Perilaku harus berubah sebagai hasil pengetahuan baru. Learning organization
berorientasi pada hasil. Lingkungan diperkuat di mana pekerja didorong
menggunakan perilaku dan proses operasional baru untuk mencapai tujuan korporasi.
4.
Kapabilitas Pembelajaran
Learning Organization mengembangkan learning capability, yaitu serangkaian
kompentensi inti yang didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan pengetahuan
teknis khusus yang membedakan organisasi dari pesaingnya dan proses internal yang
memungkinkan organisasi diterima di lingkungannya. Learning capability merupakan
61 | P a g e
bahan bakar bagi keberhasilan organisasi. Learning capability melengkapi organisasi
untuk melihat ke depan dan merespons perubahan internal dan eksternal. Kapabilitas ini
pada gilirannya meningkatkan kesempatan memuaskan konsumen dan mendorong
penilaian dan keuntungan.
5. Cara Pembelajaran
Terdapat enam learning mode atau cara pembelajaran yang dominan, yaitu
sebagai berikut.
a. Analytic Learning (Pembelajaran Analitis)
b. Synthetic Learning (Pembelajaran Sintesis)
c. Experimental Learning (Pembelajaran Eksperimental)
d. Interactive Learning (Pembelajaran Interaktif)
e. Structural Learning (Pembelajaran Struktural)
f. Institutional Learning (Pembelajaran Institusional)
6. Resistensi Pembelajaran
Organisasi tidak secara sadar menolak pembelajaran. Mereka melakukan hal
tersebut karena tiga masalah fundamental (Kreitner dan Kinicki, 2001:681). Untuk
mengatasi masalah tersebut, diperlukan pergeseran fundamental tentang bagaimana kita
memandang dunia.
a. Memfokus pada Fragmentasi daripada system
b. Menekankan Kompetisi di atas Kerja Sama
c. Menjadi Reaktif daripada Kreatif dan Proaktif
7. Kepemimpinan Efektif sebagai Solusi
Dalam menghadapi resistensi semacam itu, diharapkan adanya kepemimpinan
yang efektif sebagai solusi. Pemimpin dapat membangun budaya organisasi yang
mendorong pemikiran berdasarkan system, terhadap fragmentasi, kolaborasi dan kerja
sama atas kompetisi, dan inovasi dan proaksi atas reaktivitas. Pemimpin harus
mengambil peran baru dan aktivitas yang bersangkutan untuk membangun learning
organization.
62 | P a g e
Pemimpin perlu mewujudkan tiga macam fungsi kunci dalam membangun
learning organization (Kreitner dan Kinicki, 2001 : 682), yaitu sebagai berikut.
a. Membangun Komitmen pada Pembelajaran
b. Bekerja untuk membangkitkan Gagasan dengan Dampak
c. Bekerja Menggeneralisasikan Gagasan dengan Dampak
C. Mengubah Standar Keunggulan
Setiap organisasi menetapkan standar kualitas tertentu yang menunjukkan ciri dari
produk atau jasanya. Namun, untk menjadi unggul terhadap pesaingnya, mereka harus
selalu mengubah dan menyesuaikan standar keunggulannya, dengan cara:
1. Mendefinisikan Ulang Keunggulan
2. Menciptakan Keunggulan
63 | P a g e
Download