Maths Anxiety: The Fear Factor in the Mathematics Classroom Reviu atas karya tulis ilmiah: Julie Whyte & Glenda Anthony. 2012. New Zealand Journal of Teachers’ Work. Volume 9. Issue 1. 6-15. ISSN 2232 -1802 Pendahuluan Pada saat ini di Selandia Baru, terdapat kebijakan pemerintah agar dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis matematika untuk seluruh siswa. Dengan melihat kasus beberapa siswa, yang harus dipertimbangkan adalah apakah kecemasan matematika memiliki dampak terhadap hasil belajar siswa. Pada jurnal ini lebih menyoroti penyebab dari kecemasan matematika dan bagaimana guru dapat membantu untuk mengurangi timbulnya kecemasan matematika pada siswa tersebut. Dalam konteks pendidikan Selandia Baru, sangat penting bahwa guru selalu memantau sikap siswa terhadap matematika dan pembelajaran matematika (Hunter & Anthony, 2011). Pada dasarnya, guru harus memiliki kesadaran dan pemahaman tentang kecemasan matematika, dan mengembangkan kemampuan untuk membantu siswa mengatasi kecemasan matematika. Kecemasan Matematika Kecemasan matematika, dianggap sebagai rasa takut atau fobia, dan menghasilkan respon negatif pada proses belajar matematika dan mengganggu proses pembelajaran (Whyte, 2009, hal. 4). Pada penelitian diperoleh catatan bahwa kecemasan matematika dapat mempengaruhi individu dalam cara yang berbedabeda, menginduksi kognitif, afektif, atau reaksi fisik. Sebagai contoh, reaksi kognitif mungkin melibatkan cara bicara yang kurang baik, tidak bermakna dan bahkan tidak ikut terlibat aktif dalam pembelajaran; reaksi afektif dapat ditandai dengan ketidakpercayaan kemampuan, takut terlihat bodoh, dan kehilangan harga diri; dan reaksi fisik dapat dibuktikan dengan berkeringat, denyut jantung, tegang, atau mual (Freiberg, 2005). Penyebab Kecemasan Matematika Kecemasan matematika dapat timbul karena beberapa faktor, bisa muncul karena pola asuh orang tua di rumah, budaya yang berkembang di masyarakat atau metode mengajar guru di kelas. Di rumah, orang tua kadang tidak sengaja mentransfer kecemasan kepada anakanak mereka. Misalnya, anak-anak seringkali terlalu disudutkan dengan kesalahan yang dibuatnya. Stolpa (2004) juga mengidentifikasi bagaimana orang tua dapat dengan sengaja menaikkan kecemasan matematika pada anak-anak mereka dengan mendorong untuk berhenti berusaha ketika mereka frustasi atau marah karena kesulitan dengan tugas matematika dan menanam benih yang dapat tumbuh menjadi keyakinan yang kuat untuk anak-anak bahwa mereka tidak mampu belajar matematika. Faktor sosial seperti mitos matematika adalah pelajaran yang sulit juga dapat menyebabkan atau memperkuat kecemasan matematika untuk beberapa siswa. Misalnya, mitos bahwa anak laki-laki lebih baik dari anak perempuan dalam matematika. Sebuah studi penelitian (Vinson, 2001) menunjukkan bahwa kecemasan matematika mungkin disebabkan karena metode mengajar dari guru. Pengajaran matematika yang menggunakan metode pembelajaran tradisional seperti: latihan soal dan lembar kerja; menugaskan pekerjaan yang sama untuk semua orang; mengajar tergantung buku teks; bersikeras hanya satu cara yang benar untuk menyelesaikan masalah; berkonsentrasi lebih pada keterampilan dasar daripada konsep (Gurganus, 2007). Dengan munculnya Standar Nasional, guru Selandia Baru didorong untuk mengintegrasikan berbagai metode pembelajaran yang mendukung kegiatan belajar siswa untuk mengurang kecemasan matematika. Kesimpulan Guru memiliki peran penting dalam mengurangi atau mencegah kecemasan matematika siswa. Berbagai cara bisa dilakukan meliputi: membangun sikap positif terhadap matematika, mengajak siswa membuat tulisan berkaitan pemahaman atau pengalaman tentang matematika agar bisa mengekspresikan perasaan mereka terhadap matematika, menciptakan suasana kelas yang kondusif, melaksanakan pembelajaran yang efektif dan melibatkan orang tua dalam mengurangi kecemasan matematis siswa itu sendiri. Komentar Reviu Tulisan Whyte yang ditelaah di sini mengacu pada banyak hasil penelitian para ahli dalam dunia pendidikan. Hanya dalam penelitian ini belum disampaikan analisis statistiknya secara lengkap. Pernyataan penutup pada sajian tulisan Whyte tentang kecemasan matematika adalah agar kita menghindari sikap yang mengakibatkan siswa takut terhadap matematika atau memiliki kecemasan yang dapat melemahkan kemampuan matematis mereka. Bagaimanapun kecemasan matematika adalah sesuatu yang membutuhkan perhatian kita. Untuk itu, tulisan ini telah menjadi hidangan pembuka untuk peneliti-peneliti lain agar melakukan penelitian lanjutan berkaitan strategi-strategi pembelajaran apa yang dapat mengurangi kecemasan matematis siswa. Daftar Pustaka Aiex, N. K. (1993). Bibliotherapy. ERIC Digests. Bloomington, IN: ERIC Clearinghouse on Reading and Communication Skills. [ED357333]. Bernstein, J. D., Coté-Bonanno, J., Reilly, L. B., Carver, J., & Doremus, M. E. (1995). Changes in math anxiety levels. New Jersey Research Bulletin, 10, 2-6. Breen, C. (2003). Fear of mathematics in adults: Moving from insights to thoughtful enactive practice. Literacy & Numeracy Studies, 12(2), 65 -76. Crooks, T., Smith, J., & Flockton, L. (2010). Mathematics: Assessment results 2009. Dunedin: Educational Assessment Research Unit, University of Otago. Dossel, S. (1993). Maths anxiety. The Australian Mathematics Teacher, 49(1), 4-8. Ellsworth, J. Z., & Buss, A. (2000). Autobiographical stories from preservice elementary mathematics and science students: Implications for K-16 teaching. School Science and Mathematics, 100(7), 355-364. Else-Quest, N. M., Hyde, J. S., & Hejmadi, A. (2008). Mother and child emotions during mathematics homework. Mathematical Thinking and Learning, 10(1), 5-35. Farrell, E. F. (2006). Taking anxiety out of the equation. Chronicle of Higher Education, 52(19), 41-42. Fraser, H., & Honeyford, G. (2000). Children, parents and teachers enjoying numeracy: Numeracy hour success through collaboration . London: David Fulton. Freiberg, M. (2005).Math – that four-letter word! Academic Exchange Quarterly, 9(3), 7-11. Gurganus, S. P. (2007). Math instruction for students with learning problems. Boston: Pearson Education. Lee, J. (2009). Universals and specifics of math self-concept, math self-efficacy, and math anxiety across 41 PISA 2003 participating countries. Learning and Individual Differences, 19(3), 355-365. Martinez, J. G. R (1987). Preventing math anxiety: A prescription. Academic Therapy, 23, 117-125. Middleton, J. A.,& Jansen, A. (2011). Motivation matters, and interest counts: Fostering engagement in mathematics. Reston, VA: National Council of Teachers of Mathematics. Miller, H.,& Bichsel, J. (2004). Anxiety, working memory, gender, and math performance. Personality and Individual Differences, 37(3), 591-606. Ministry of Education. (2009). Mathematics standards for years 1–8. Wellington: Learning Media. Neill, A., Fisher, J., & Dingle, R. (2010). Exploring mathematics interventions: Exploratory evaluation of the accelerating learning in mathematics pilot study. Wellington: NZCER. Nolting, P. D. (2011). Math studyskills workbook (4th ed.). South Melbourne: Cengage Learning. Scieszka, J.,& Smith, L. (1995). Maths curse. London: Puffin. Shields, D. J. (2005). Teachers have the power to alleviate math anxiety. Academic Exchange Quarterly, 9(3), 326-330. Stolpa, J. M. (2004). Math and writing anxieties. Phi Kappa Phi Forum, 84(3),3. Vinson, B. M. (2001). A comparison of preservice teachers’ mathematics anxiety before and after a methods class emphasizing manipulatives. Early Childhood Education Journal, 29(2), 89-94. Walshaw, M., & Anthony, G. (2008). The teacher’s role in classroom discourse: A review of recent research into mathematics classrooms. Review of Educational Research, 78(3), 516-551. Watson, A. (2000). Mathematics teachers acting as informal assessors: Practices, problems and recommendations. Educational Studies in Mathematics, 41, 69-91. Whyte, J. M. (2009). Maths anxiety: The what, where, and how. Unpublished Masterate research report. Palmerston North: Massey University. Wolodko, B., Willson, K., & Johnson, R. (2003). Preservice teachers’ perceptions of mathematics: Metaphors as a vehicle for exploring. Teaching Children Mathematics, 10 (4), 224-230. Young-Loveridge, J. (2010). A decade of reform in mathematics education: Results for 2009 and earlier years. Findings from the New Zealand Numeracy Development Projects 2009 (pp. 15-35). Wellington: Learning Media. Young-Loveridge, J., Taylor, M., Sharma, S., & Hāwera, N. (2006). Students’ perspectives on the nature of mathematics. In P. Grootenboer, R. Zevenbergen & M. Chinnappan (Eds.), Identities, cultures, and learning spaces (Proceedings of the 29th Annual Conference of the Mathematics Education Research Group of Australasia, pp. 583-590). Retrieved from http://www.merga.net.au/documents/RP682006.pdf Zambo, D.,& Zambo, R. (2006). Using thought bubble pictures to assess students’ feelings about mathematics. Mathematics Teaching in the Middle School, 12(1), 14-21.