Masukan Pokok Pikiran Studi Tata Kelola Terpadu Pembangunan Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten 1. Motivasi Pemikiran Strategis Desa sebagai pilar utama pembangunan daerah, logikanya bila semua desa di daerah ini maju, mandiri, sejahtrera dan demokratis maka menjelmalah Kabupaten Jepara menjadi daerah yang maju, besar dan terhormat dibandingkan daerah-daerah lainnya; Walapun pembangunan terhadap desa sudah cukup lama akan tetapi sampai saat ini masih terdapat persoalan yang dihadapi desa dan membutuhkan penyelesaian segera hal ini disebabkan karena program dan kegiatannya sifatnya pragmatis yang tidak mengarah pada upaya untuk membangun tumbuhnya kemandirian dan daya saing desa; Selain pokok pikiran di atas, ada persoalan lain yang lebih penting, yaitu paradigma pembangunan yang sangat sektoral. Masing-masing organisasi perangkat daerah memiliki program ke desa sesuai urusannya, tanpa memperhatikan dimensi kewilayahan dan sinkronisasi dengan sektor lain. Perkembangan satu sektor saja suatu wilayah akan mengalami stagnasi bila hanya yang dikembangkan . Hal tersebut berarti bahwa keberhasilan pembangunan merupakan upaya memadukan berbagai sektor dalam suatu wilayah tertentu. Keterpaduan tersebut membutuhkan pengelolaan yang terpadu dan kerjasama antar-stakeholder yang terlibat. Sehingga membangun multidimensional dan melibatkan desa segenap adalah Stakeholder proses yang yang saling bekerjasama. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dilakukan sebuah studi perencanaan yang mendalam dengan menggabungkan kajian teoritis dan lapangan mengenai konsep -konsep pembangunan desa yang terpadu dan mengedepankan inovasi. 2. Luncuran Masalah Pembangunan Desa a. Sampai saat ini belum ada konsep/model pembangunan desa secara terpadu yang dapat menjadi solusi secara optimal dalam upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan di desa. b. Pembangunan desa yang dilaksanakan bersifat sektoral, yang hanya akan memberikan solusi secara parsial juga dan dengan waktu yang bersifat temporer, sehingga tidak ada jaminan kelangsungan program tersebut. c. Sumberdaya manusia di desa, baik aparat maupun masyarakatnya memberikan kontribusi besar terhadap melambatnya berbagai upaya pelaksanaan pembangunan desa itu sendiri. d. Pemanfaatan sumber pendanaan, baik dari desa maupun dari Kabupaten, Provinsi dan Nasional yang belum optimal dan efektif merupakan faktor utama lain yang menyebabkan lambatnya proses pembangunan desa. Disisi lain Anggaran yang disediakan/dialokasikan ke desa, baik dari Kbupaten, Provinsi maupun dari Nasional, cenderung bersifat project, bahkan charity, bersifat sesaat dan berdampak pada golongan tertentu saja di desa.; e. Perencanaan yang disusun, walaupun telah melalui suatu proses yang panjang, yaitu dari Musrenbang, Musrenbangda, (Kabupaten dan Provinsi) tetap tidak menujukan suatu streamline yang jelas serta tidak menujukan keterpaduan program (commited programme). Bahkan pada kebanyakan kasus perencanaan, usulan dari desa sejak di awal diskusi pada Musrenbangcam telah terelemenasi karena belum sinerginya perencanaan dan kebutuhan dan kewenangan Desa, Kabupaten dan Propinsi; f. Sudut pandang dari semua pihak terhadap upaya pembangunan desa masih seperti dulu, yaitu menempatkan desa sebagai suatu objek dengan klasifikasi rendah, sehingga tidak menjadi prioritas dan bersifat seperlunya saja, sehingga dengan memformulasikan suatu program yang bersifat charity, dianggap telah memberikan sesuatu manfaat yang sangat besar. g. Belum terlihat adanya suatu pemahaman yang menunjukan bahwa desa sebagai sumber utama pembangunan Daerah, sehingga desa patut menjadi sasaran utama pembangunan dan harus ditempatkan sebagai partner utama dalam sistem pembangunan Daerah. h. Persoalan belum dipahaminya kewenangan yang ada di Pemerintah Desa, Kabupaten, Provinsi dan Nasional menyebabkan terdapatnya berbagai kesulitan dalam menyusun dan mengimplementasi kebijakan Pemerintah Daerah terhadap upaya Pembangunan desa. 3. Tujuan Studi Perencanaan seduai dengan rumusan permasalahan di atas adalah : Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan materi teknis pedoman tata kelola terpadu pembangunan Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten, agar tercapai efektivitas pencapaian sasaran pembangunan desa yang juga menjadi sasaran pembangunan daerah. Adapun sasaran yang akan dicapai adalah: 1. Inventarisasi kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten dalam upaya sinkronisasi rencana pembangunan selama ini ; 2. Penyusunan kriteria dalam proses sinkronisasi rencana tata kelola terpadu pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan pemerintah Kabupaten , dan 3. Penyusunan materi teknis pedoman tata kelola terpadu pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan pemerintah Kabupaten. Hasil yang diharapkan dari studi ini adalah terbentuknya model tatakelola pelaksanaan pembangunan yang terpadu yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten pertimbangan pemerintah sebagai bahan pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan desa dalam rangka melaksanakan pembangunan desa yang efektif untuk kesejahteraan masyarakat. 4. Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah tersusunnya dokumen Laporan Kajian Tatakelola Terpadu Pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah Desa dan Pemerintah kabupaten, yang meliputi: Inventarisasi kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten dalam upaya sinkronisasi rencana pembangunan selama ini; kriteria dalam proses sinkronisasi rencana tata kelola terpadu pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan pemerintah Kabupaten; dan Rancangan materi teknis pedoman tata kelola terpadu pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan pemerintah Kabupaten. 5. Rancangan Rumusan Hasil a. Inventarisasi Kendala 1. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) atau aparat; 2. Koordinasi antar Lembaga; Pada umumnya pemerintah desa dan kabupaten masih merasa bahwa sinkronisasi tidak penting, karena lebih mengedepankan program pembangunan masing-masing sesuai dengan rencana pembangunan di desa dan Renstra SKPD masing-masing. 3. Kendala Regulasi; Dinamisnya perumusan peraturan baru dari Pemerintah Pusat memengaruhi penyusunan RTRWP dan implementasinya. 4. Kendala Periodisasi Waktu Perencanaan; Terdapat ketidaksinkronan periodisasi waktu antara RPJMD dengan RPJMDesa. 6. Sinkronisasi Muatan Rencana Pembangunan Desa dan Pembangunan Daerah; Program-program yang diusulkan oleh Pemerintah Desa belum sesuai dengan program-program yang terdapat dalam RPJMD. 7. Kendala Faktor Politis dan Ketersediaan Anggaran. DPRD mengajukan program sendiri berdasarkan diskusi dengan konstituen pada masa reses; program-program tersebut tidak selalu sesuai dengan program-program yang tercantum dalam RPJMD sesuai kesepakatan saat Musrenbang. Disamping itu, masih belum optimalnya alokasi anggaran yang untuk pelaksanaan upaya sinkronisasi. b. Kriteria dalam proses sinkronisasi rencana tata kelola terpadu 1. Integrasi prosedur antara RPJMDesa, RKPDesa dengan RPJMD dan RKPD; Mekanisme penyusunan RPJMDesa, RKPDesa dengan RPJMD dan RKPD dapat memengaruhi keintegrasian muatan kedua dokumen tersebut. karena Oleh peningkatan itu, keintegrasian perlu dipertimbangkan muatan kedua kemungkinan dokumen melalui pengintegrasian prosedur penyusunannya. Pengintegrasian prosedur penyusunan dokumen tersebut dapat membuat proses penyusunan menjadi lebih efisien dan efektif. Sinkronisasi dan integrasi terutama dilakukan pada saat pengumpulan data dan informasi, proses analisis, serta perumusan isu-isu strategis. 2. Integrasi periodisasi waktu; Pada prinsipnya, integrasi dapat dipermudah bila pentahapan dalam RPJMDesa dan RKPDesa sesuai dengan periode RPJMD dengan RKPD. Namun, pada kenyataannya hal tersebut sulit dicapai. Hal ini disebabkan karena adanya variasi kondisi penyusunan dokumen-dokumen perencanaan yang mengakibatkan adanya perbedaan periodisasi waktu, utamanya terkait Periode RPJMD dan RPJMDesa terikat dan mengikuti masa jabatan kepala daerah dan Kepala Desa terpilih; 3. Integrasi muatan antara RPJMDesa dan RKPDesa sesuai dengan periode RPJMD dengan RKPD. Dalam melakukan integrasi muatan perlu dilakukan kajian keterkaitan antara ke wena n gan urusan dalam RPJMD dan RPJMDesa yang ditindak lanjuti RKPD dengan RKPDesa. Tidak semua urusan dalam RPJMD dan RKPD memiliki implikasi dengan RPJMDesa dan RKPDesa ruang sehingga tidak dituangkan dalam RTRW (keterkaitan lemah). Sebaliknya ada urusan-urusan yang mempunyai implikasi ruang yang besar, seperti jaringan transportasi, jaringan infrastruktur, kawasan industri, kawasan perdagangan dan jasa, dan sebagainya. c. Rancangan materi teknis pedoman tata kelola terpadu......