LAPORAN HOME VISIT PADA PASIEN NY. DR DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK) OLEH : Igede sathya guna shadhana 17.901.1822 PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI DENPASAR 2017 PRE PLANNING HOME VISIT A. Identitas Klien a. Nama Umur : ny.dr : 28 Tahun Jenis Kelamin : perempuan Agama : Hindu Pendidikan : smp Status : Belum Menikah Tanggal Masuk : 28 Oktober 2017 No Rm : 017891 Alamat : jalan lembu sura desa pemalukan paguyangan denpasar b. Identitas Penanggung Jawab Nama : Ni nyoman musmawati Umur : 57 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Hindu Hubungan : Ibu Kandung Alamat : jalan lembu sura desa pemalukan paguyangan denpasar A. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan kesehatan dalam pelayanan keperawatan kepada klien yang mengalami gangguan jiwa, sangat membutuhkan dukungan dari keluarga karena keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien. Selain itu menurut Padila (2012) keluarga memiliki fungsi dasar dalam merawat anggota keluarga yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi, fungsi reproduksi dan fungsi perawatan kesehatan. Dalam hal untuk meningkatkan status kesehatan pada anggota keluarga terutama yang mengalami gangguan jiwa yaitu perlu penerapan dalam perawatan kesehatan keluarga. Perawatan kesehatan keluarga berfungsi meningkatkan status kesehatan anggota keluarga dengan cara mengenal masalah kesehatan keluarga, memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan (Suprajitno, 2007). Menurut Friedman, Bowden & Jones (2010) Fungsi perawatan kesehatan keluarga bukan hanya fungsi esensial dan dasar dalam keluarga, namun merupakan fungsi yang bertanggung jawab penuh dalam keluarga untuk mempertahankan status kesehatan anggota keluarga. Peningkatan peran keluarga pada pelayanan rehabilitasi klien yang mengalami gangguan jiwa dapat ditingkatkan melalui “home visit: atau kunjungan rumah yang berarti mengunjungi rumah klien den bertemu dengan keluarga untuk mendapatkan berbagai informasi penting yang diperlukan dalam proses terapi maupun untuk melakukan pendidikan kesehatan terkait dengan kebutuhan pasien. B. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk melengkapi dan mengklasifikasi data yang didapat dari klien serta melakukan asuhan keperawatan, yaitu memberi penyuluhan kesehatan jiwa kepada keluarga khusunya yang dihadapi klien. Keluarga mampu merawat pasien dirumah atau setelah dipulangkan dari rumah sakit dan menjadi sistem pendukung yang efektif. 2. Tujuan khusus a. Riwayat penyakit yang diderita klien baik sebelum maupun sesudah dirawat di RSJ. b. Mengidentifikasi riwayat kesehatan keluarga, apakah ada yang menderita gangguan jiwa. c. Mengidentifikasi tentang klien, apakah mempunyai masalah dalam keluarga, lingkungan, masyarakat dan tempat kerja. d. Keluarga mengetahui dan mengoptimalkan lima fungsi keluarga terhadap klien yang mengalami gangguan jiwa di rumah dikaitkan dengan 5 fungsi keluarga, yaitu : 1) Keluarga dapat mengenal masalah yang dapat menyebabkan klien kambuh 2) Keluarga dapat mengambil keputusan dalam melakukan perawatan terhadap klien 3) Keluarga dapat merawat klien di rumah 4) Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang terapeutik dalam merawat klien. 5) Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat untuk merawat kesehatan klien. e. Memberikan pendidikan kepada keluarga sesuai dengan masalah yang ditemukan saat pengkajian f. Memotivasi keluarga untuk melanjutkan perawatan di rumah. C. Pelaksanaan Kegiatan Hari : saptu , 2 Desember 2017 Pukul : 14.00 Wita Tempat : jalan lembu sura desa pemalukan paguyangan denpasar Petugas : Petugas yang melakukan home visit adalah mahasiswa Program Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali yang sedang praktek di RSJ Provinsi Bali. D. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Berikan informasi kepada keluarga tentang kondisi dan masalah keperawatan yang dialami oleh klien saat ini kepada keluarga. 2. Diskusikan tentang keluarga pentingnya peran aktif keluarga dalam merawat pasien dengan gangguan resiko perilaku kekerasan 3. Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang masalah keperawatan terkait gangguan resiko perilaku kekerasan salah satunya kepatuhan dalam minum obat. 4. Lakukan SP keluarga dengan masalah resiko perilaku kekerasan a. SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan pasien beserta proses terjadinya Menjelaskan cara cara merawat pasien dengan resiko perilaku kekerasan Latih dab stimulasi keluarga cara mereawat pasien resiko perilaku kekerasan RTL Keluarga b. SP 2 Keluarga: Melatih keluarga memprkatekkan cara merawat pasien Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien resiko perilaku kekerasan c. RTL Keluarga SP 3 Keluarga : Mengevaluasi SP 1 dan SP 2 pada Keluarga Melatih kelaurga mempraktekan cara merawat langsung resiko perilaku kekerasan RTL keluarga d. SP 4 keluarga : Mengevaluasi SP 1, SP 2 danSP 3 pada Keluarga Melatih Keluarga mempraktekan cara merawat langsung pada pasien resiko perilaku kekerasan E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan 1. Fase orientasi a. Ucapkan salam b. Memperkenalkan diri c. Menyampaikan tujuan kunjungan rumah : keluarga dapat memahami dan berperan aktif dalam merawat klien setelah pulang ke rumah berdasarkan asuhan keperawatan. d. Evaluasi/Validasi 1) Kondisi klien saat dirumah 2) Perasaan dan sikap klien terhadap keluarga 3) Sikap masyarakat terhadap klien 4) Status sosial ekonomi keluarga 5) Apa yang dilakukan keluarga terhadap klien jika pasien sudah ada dirumah? e. Membuat kontrak 1) Topik : Memberikan pendidikan kesehatan mengenai kepatuhan dalam minum obat 2. 2) Waktu : 08.00-09.00 WITA 3) Tempat : Rumah keluarga klien Fase kerja a. Memberikan informasi kepada keluarga tentang kondisi dan masalah keperawatan yang dialami oleh klien b. Mendiskusikan potensi keluarga untuk membantu klien dalam mengatasi gangguan jiwanya yaitu gangguan resiko perilaku kekerasan c. Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang hal-hal umum terkait pasien dengan gangguan resiko perilaku kekerasan d. Melakukan SP keluarga pasien dengan resiko perilaku kekerasan SP 1 Keluarga : 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis waham yang dialami pasien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara cara merawat pasien resiko perilaku kekerasan SP 2 Keluarga: 1. Melatih keluarga memprkatekkan cara merawat pasien 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien resiko perilaku kekerasan SP 3 Keluarga : 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk minum obat 2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau oleh keluarga 3. Fase terminasi a. Evaluasi subyektif Menanyakan perasaan keluarga setelah dikunjungi oleh mahasiswa dan diberikan informasi terkait perkembangan klien b. Evaluasi obyektif 1) Keluarga dapat mengungkapkan kembali yang sudah disampaikan terkait kepatuhan dalam minum obat 2) Keluarga dapat menerima klien apa adanya 3) Keluarga dapat membina hubungan baik dengan klien 4) Keluarga dapat mengenal tanda dan gejala gangguan jiwa 5) Keluarga dapat membantu anggota keluarga dalam merawat klien dengan resiko perilaku kekerasan 6) Keluarga dapat memanfaatkan obat dengan baik. SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Minum Obat Sub Pokok Bahasan : Pengawasan Minum Obat Sasaran : Keluarga klien gangguan jiwa Tempat : Br. Tubuh, Ds. Blahbatuh, Gianyar Waktu : 30 menit I. LATAR BELAKANG Menurut Dharmadi (2002) mengemukakan bahwa, skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa terberat yang dialami manusia, bahkan bisa dinilai lebih buruk dibanding penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV), bukan karena tidak bisadiobati, tetapi penyembuhannya yang membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan menurut Siswono (2003) mengemukakan bahwa, Sekitar 1% sampai 2% dari seluruh penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu waktu dalam hidupnya. Ada beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan skizofrenia, antara lain penderita tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur, menghentikansendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya dukungan dari keluarga danmasyarakat, serta adanya masalah kehidupan yang berat yang membuat stress, sehingga penderita kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu pengawasan minum obat oleh keluarga dengan gangguan jiwasangat penting demi kesembuhan pasien gangguan jiwa. II. TUJUAN a. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah diberikan penyuluhan tentang penyuluhan kesehatan jiwa selama 30 menit diharapkan keluarga mampu memahami tentang pemberian obat. b. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa selama 30 menit diharapkan keluarga klien mampu : 1. Menyebutkan obat-obat yang sering digunakan untuk pasien gangguan jiwa 2. Menyebutkan manfaat obat 3. Menyebutkan reaksi yang efektif setelah minum obat 4. Menyebutkan 5 benar pemberian obat III. WAKTU DAN TEMPAT Hari/ Tanggal :saptu,2 desember 2017 Pukul : 08.00 WIB Tempat : jalan lembu sura desa pemalukan paguyangan denpasar IV. MATERI Terlampir V. MEDIA Leaflet VI. METODE Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah, diskusi dan tanya jawab. VII. SETTING TEMPAT Peserta duduk di samping penyaji VIII. PENGORGANISASIAN: Penyaji : igede sathya guna shadhana IX. RENCANA PENYULUHAN NO TAHAP KEGIATAN WAKTU 1 Persiapan 1. Menyiapkan Audience 10 menit 2. Menyiapkan Alat dan Media 2 Orientasi 1. Perkenalan 5 menit 2. Menjelaskan tujuan 3. Kontrak waktu 3 Kerja Menjelaskan materi sesuai topik 4 Terminasi 1. Melakukan (perasaan evaluasi pasien 10 menit secara setelah subjektif 5 menit mengikuti pendidikan kesehatan) 2. Penyaji melakukan evaluasi secara objektif (perasaan pasien setelah mengikuti pendidikan kesehatan) 3. Penyaji bersama pasien membuat rencana tindak lanjut terkait topik pendidikan kesehatan untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari X. RENCANA EVALUASI Evaluasi penyuluhan akan dilakukan dengan memberikan 4 pertanyaan tentang materi yang telah disampaikan ke keluarga. XI. PENILAIAN KEBERHASILAN Penilaian keberhasilan dari penyuluhan adalah dengan memberikan 4 pertanyaan dengan kriteria penyuluhan berhasil apabila keluarga mampu menjawab 3 atau 4 dari pertanyaan dengan benar, penyuluhan dikatakan kurang berhasil apabila keluarga hanya mampu menjawab 2 atau 4 pertanyaan dengan benar, Sedangkan penyuluhan tidak berhasil apabila keluarga hanya mampu menjawab 1 pertanyaan dengan benar. Bentuk soal : Esai Soal-soal pertanyaan esai 1. Sebutkan obat-obat yang sering digunakan untuk pasien gangguan jiwa! 2. Sebutkan manfaat obat ! 3. Sebutkan reaksi efektif dalam penggunaan obat ! 4. 5 benar cara pemberian obat ? Lampiran : Materi PMO atau PENGAWAS MINUM OBAT Adalah orang yang ditunjuk untuk mengawasi dan mengingatkan pasien untuk minum obatuntuk menjamin seseorang menyelesaikan pengobatan. PMO sebaiknya adalah seseorangyang dekat dan dipercaya oleh klien sehingga klien akan menuruti ketika minum obat. A. Obat-obatan yang sering digunakan untuk pasien gangguan jiwa 1. Anti psikotik Fungsi obat: sebagai penenang, menurunkan aktivitas motorik,mengurangi insomnia, sangat efektif untuk mengatasi: delusi, halusinasi, ilusidan gangguan proses berpikir. 2. Anti depresi Fungsi obat -Mengurangi gejala depresi -Penenang Efek samping: yaitu meliputi mulut kering, penglihatan kabur, susah buang air besar. 3. Anti maniak Manfaat obat - Mengurangi hiperaktivitas - Tidak menimbulkan efek sulit tidur - Mengontrol pola tidur dan perasaan mudah tersinggung 4 4. Anti cemas 5. Anti insomnia 6. Anti panik B. 4 Manfaat Obat 1. Membantu istirahat 2. Membantu mengendalikan emosi 3. Membantu mengendalikan perilaku 4. Membantu proses pikir (konsentrasi) C. Reaksi obat efektif jika: 1. Emosional stabil 2. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat 3. Halusinasi, agresi, delusi, menarik diri menurun 4. Perilaku mudah diarahkan 5. Proses berpikir ke arah logika 6. Efek samping obat 7. Tanda-tanda vital: tekanan darah, denyut nadi dalam batas normal D. Prinsip Lima benar Pemberian Obat 1. Benar Pasien Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas ditempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbaldapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari caraidentifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayiharus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya. 2. Benar Obat Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan namadagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa namageneriknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya ataukandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol ataukemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yangdiminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinyatidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saatmemberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantumengingat nama obat dan kerjanya. 3. Benar Dosis Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawatharus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelumdilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harusmemeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosisyang berbeda tiap ampul atau tabletnya. 4. Benar Cara/Rute Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yangmenentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerjayang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal,rektal, inhalasi. a) Oral adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN. b) Parenteral kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melaluisaluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus). c) Topikal yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya 4. salep, losion, krim, spray, tetes mata. Rektal obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoriayang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid(anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obatdalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria. d) Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafasmemiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna 5. Benar Waktu Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harusdiminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberisatu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak bolehdiberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itusebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat. E. Tanda-tanda Kekambuhan 1. Ada penawaran minum obat (menolak minum obat) 2. Sulit tidur dan mondar-mandir 3. Malas berbicara dengan orang lain 4. Banyak menyendiri dan melamun 5. Malas melakukan aktifitas harian 6. Malas perawatan diri 7. Malas cemas dan khawatir yang berlebihan 8. Cepat marah dan mudah tersinggung 9. Keluyuran/pergi tanpa tujuan 10. Merusak tanaman dan mengganggu lingkungan 11. Merusak alat-alat rumah tangga 12. Memukul atau melukai orang lain 13. Melukai diri sendiri (mencoba bunuh diri) 14. Mengatakan keinginan untuk mati/bunuh diri 15. Mengancam orang lain 16. Teriak-teriak 17. Bicara dan tertawa sendiri DAFTAR PUSTAKA Kaplan , Harold I. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya Medika. Keliat, B.A. Diktat Kuliah FK. UI : Terapi Aktifitas Kelompok, Jakarta 1994. Tidak dipublikasikan Keliat, Budi A. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC Stuart, Gail W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta: EGC