Uploaded by User31744

Pijat oksitosin

advertisement
Perempuan memiliki peran utama yang sangat penting dalam membangun keluarga
yang sehat dan mampu melahirkan generasi bangsa yang sehat dan berkarakter. Menteri
Kesehatan menekankan pentingnya seorang perempuan dalam memberikan ASI Eksklusif,
makanan pendamping, bagi optimalisasi tumbuh kembang anaknya. Perempuan harus sehat
karena memiliki tuntutan untuk mampu melahirkan generasi yang berkualitas (1). Upaya ini
harus dilakukan sejak remaja agar tidak anemia, lalu pada 1000 hari pertama kehidupan yakni
270 hari kandungan dan 730 hari bayi sejak lahir sampai usia 2 tahun.
Sampai saat ini cakupan pemberian ASI Ekslusif masih rendah. Data Kementerian
Kesehatan mencatat, angka inisiasi menyusui dini (IMD) di Indonesia meningkat dari 51,8
persen pada 2016 menjadi 57,8 persen pada 2017. Kendati meningkat, angka itu disebut
masih jauh dari target sebesar 90 persen (Juniman, 2018)(2). Rendahnya praktik pemberian
ASI eksklusif disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu, faktor sosial budaya,
kurangnya informasi tentang ASI eksklusif dan konseling laktasi dari tenaga kesehatan serta
kuatnya promosi susu formula di dalam sarana pelayanan kesehatan modern/swasta
(Ambarwati et al., 2013)(3).
Selain itu sekitar 80%-90% produksi ASI ditentukan oleh keadaan emosi ibu,
dikarenakan hal ini berkaitan dengan refleks oksitosin ibu berupa pikiran, perasaan dan
sensasi. Apabila hal tersebut meningkat, maka dapat melancarkan produksi ASI (Ramadani &
Hadi, 2009(4). Oleh karena itu perlu adanya upaya mengeluarkan ASI untuk beberapa ibu
postpartum. Dalam upaya pengeluaran ASI ada 2 hal yang mempengaruhi yaitu produksi dan
pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin sedangkan pengeluaran
dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke
puting susu melalui isapan mulut bayi atau melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi,
dengan dilakukan pijatan pada tulang belakang ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan
ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar
dan ASI pun cepat keluar (WBW, 2007)(5).
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai
tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan
oksitosin setelah melahirkan dan dapat memberikan kenyamanan pada ibu dengan tujuan agar
ASI bisa keluar (Widiyanti, 2014)(6). Melalui pijatan atau rangsangan pada tulang belakang,
neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke
hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan
payudara mengeluarkan air susu. Dengan pijatan didaerah tulang belakang ini juga akan
merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress dan dengan begitu hormon oksitosoin
keluar sehingga akan membantu pengeluaran ASI, dibantu dengan isapan bayi pada puting
susu pada saat segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal (Perinasia, 2007)(7).
Di Provinsi Riau persentase pemberian ASI Ekslusif tahun 2012-2016 mengalami
penurunan. Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Provinsi Riau
padatahun 2016 sebesar 56,2%, lebih rendah daripada tahun 2015 (68,8%). Sedangkan target
cakupan pemberian ASI Ekslusif di Provinsi Riau pada tahun 2016 yaitu sebesar 80%.
Cakupan pemberian ASI Eksklusif diKabupaten/kota tertinggi pada tahun 2016 adalah
Kabupaten Rokan Hilir sebesar 81,57%, Kota Dumai sebesar 73,97%, dan Kabupaten Siak
sebesar 72,65%. Sedangkan Kota Pekanbaru 50,67%, target cakupan ini masih rendah
(Dinkes Provinsi Riau, 2016)(8).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, bahwa di
Puskesmas Sidomuloyo RI merupakan salah satu Puskesmas yang paling banyak kunjungan
ibu bersalin dan ibu nifas yaitu sebanyak 2911 ibu bersalin dan nifas dan memiliki cakupan
ASI Ekslusif yang masih rendah (Dinkes Kota Pekanbaru, 2016)(9). BPM Khairani Asnita
merupakan salah satu BPM yang paling banyak kunjungan ibu bersalin dan ibu nifas yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo RI yaitu 60 orang dalam 6 bulan terakhir ini
begitu juga dengan ibu nifasnya. Didapatkan bahwa 15 dari 20 ibu nifas yang mengalami
masalah laktasi dan menyusui. Permasalahan yang dialami ibu tersebut mayoritas adalah
tidak keluarnya ASI pada hari pertama sampai hari ketiga post partum. Akibatnya, bayi baru
lahir yang seharusnya mendapatkan ASI dini akan tertunda dan sebagai alternatifnya
diberikan susu formula sehingga gagal dalam memberikan ASI ekslusif.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian untuk produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukannya
pijat oksitosin diketahui bahwa dari 8 responden yang memiliki ASI kurang sebelum
dilakukan pijat oksitosin, kemudian mengalami pertambahan ASI setelah dilakukan pijat
oksitosin sebesar 4 responden (50%). Dan dari 9 responden yang memiliki ASI banyak
sebelum dilakukan pijat oksitosin, kemudian mengalami pertambahan ASI setelah dilakukan
pijat oksitosin sebesar 9 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan Wilcoxon,
maka diperoleh nilai p-value adalah 0,046 (p<0,05). Penelitian ini sejalan dengan Penelitian
Kiftia (2015)(10) yaitu hasil hipotesa penelitian p-value 0,001 < 0,05, yang menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan nilai rata-rata sebelum dan setelah dilakukan terapi pijat
oksitosin, maka dapat disimpulkan bahwa terapi pijat oksitosin ini efektif digunakan pada ibu
post partum hari ke 4-10 pasca persalinan.
Pijat oksitosin yang dilakukan akan memberikan kenyamanan pada ibu sehingga akan
memberikan kenyamanan pada bayi yang disusui. Secara fisiologis hal tersebut
meningkatkan hormon oksitosin yang dikirimkan ke otak sehingga hormon oksitosin
dikeluarkan dan mengalir kedalam darah, kemudian masuk ke payudara ibu menyebabkan
otot-otot di sekitar alveoli berkontraksi dan membuat ASI mengalir di saluran ASI. Hormon
oksitosin juga membuat saluran ASI lebih lebar, membuat ASI mengalir lebih mudah Isnaini
dan Diyanti (2015)(11). Widia dan Meihartati (2017)(12) menerangkan bahwa selain
dipengaruhi oleh isapan bayi saat menyusu, isapan bayi juga mempengaruhi pelepasan
hormon oksitosin di sistem ductal. Saat salurannya melebar atau melunak, oksitosin
disekresikan secara reflektif oleh hipofisis untuk memeras ASI dari alveoli. Setelah
persalinan, efek supresi estrogen dan progesteron pada hipofisis menghilang, pengaruh
hormon hipofisik muncul kembali, termasuk prolaktin. Payudara, yang sudah disiapkan
selama kehamilan, menjadi terpengaruh, menyebabkan payudara kelenjar mengandung susu.
Produksi ASI akan menjadi lebih cepat dan lebih berlimpah ketika dirangsang sedini
mungkin dengan menyusui.
Penelitian Kurniati, Bakara dan Susanti (2019)(13) juga menunjukkan bahwa hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pijat oksitosin menggunakan minyak esensial
lavender dengan kelancaran produksi ASI pada ibu nifas dengan P <0,05. Pijat pada tulang
belakang dapat meningkatkan laktasi di semua parameter yang dinilai. Hal dapat
direkomendasikan untuk semua ibu yang menyusui, terutama mereka yang menghadapi
masalah dengan IMD dan pemberian ASI. Yang penting, ini adalah metode sederhana yang
dapat diimplementasikan (Patel dan Gedam, 2013)(14). Oleh karena itu perlunya pelatihan
oleh para bidan agar dapat mengajarkan pijat oksitosin kepada ibu-ibu dari mulai masa
kehamilan melalui kelas ibu hamil serta dukungan suami dalam memotivasi ibu untuk
memberikan ASI Ekslusif melalui pijat oksitosin. Hal ini sesuai dengan penelitian Asih
(2017)(15) adanya pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI di BPM Lia Maria
Kecamatan Sukarame Bandar Lampung Tahun 2017 karena dengan melakukan pijat oksitosin
dapat merangsang hormon oksitosin yang berfungsi dalam pengeluaran ASI. Dilihat dari segi
pekerjaan, sebagian besar responden tidak bekerja, seharusnya memungkinkan untuk
melaksanakan pijat oksitosin baik oleh suami di pagi dan sore hari ataupun dilakukan oleh
keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa peran suami sangat mempengaruhi usaha ibu dalam
memberikan ASI Ekslusif.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Depkes (2018). Kemenkes: Pekerja Perempuan Harus Sehat untuk Sehatkan Keluarga.
http://www.depkes.go.id/article/view/18020700006/kemenkes-pekerja-perempuanharus-sehat-untuk-sehatkan-keluarga.html Diakses 22 Agustus 2019
(2) Juniman, PT (2018). Angka Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Masih Rendah.
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180820165738-255-323681/angka-pemberianasi-eksklusif-di-indonesia-masih-rendah
(3) Ambarwati, R., Muis, S. F., Susantini, P. (2013). Pengaruh konseling laktasi intensif
terhadap pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif sampai 3 bulan, 2(1), 16–23.
(4) Ramadani, M., Hadi, E. N. (2009). Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang, Sumatera Barat, 16424, 1–6.
(5) WBW. 2007. Early Initiation of Breastfeeding Can Save More Than One Million
Babies
Press
Release.
World
Breastfeeding
Week
:
Malaysia
http://www.worldbreastfeedingweek.net/wbw2007/pdf/PressRelease07.pdf Diakses 22
Agustus 2019
(6) Widiyanti AF, Heni S, Kartika S, Rini S (2014). Perbedaan antara dilakukan pijatan
oksitosin dan tidak dilakukan pijatan oksitosin terhadap produksi asi pada ibu nifas di
wilayah kerja puskesmas ambarawa. Akbid Ngudi Waluyo Ungaran.
(7) Perinasia (2007). Manajemen Laktasi. Jakarta : Gramedia.
(8) Dinkes Provinsi Riau, 2016. Profil Kesehatan Riau Tahun 2016. Riau.
(9) Dinkes Kota Pekanbaru, 2016. Data ASI Ekslusif dan Kunjungan Ibu Bersalin dan
Nifas. Pekanbaru
(10) Kiftia, M. 2015. Pengaruh Terapi Pijat Oksitosinterhadap Produksi ASI pada Ibu Post
Partum.
3(1).
Jurnal
Ilmu
Keperawatan
Unsyiah.
http://jurnal.unsyiah.ac.id/JIK/article/view/5128 Diakses pada tanggal 22 Agustus 2019
(11) Isnaini N dan Diyanti R. 2015. Hubungan Pijat Oksitosin pada Ibu Nifas terhadap
Pengluaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Raja Basa Indah Bandar Lampung Tahun
2015.
Jurnal
Kebidanan
Malahayati.
Vol
1,
No
2.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan/article/view/551/485 Diakses pada
tanggal 22 Agustus 2019.
(12) Widia L dan Meihartati T. 2017. Oxytocin massage enhanced breast milk production in
post-partum women. Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 25 No. 2. https://ejournal.unair.ac.id/MOG/article/view/7979/4717 Diakses pada tanggal 22 Agustus 2019
(13) Kurniati, Bakara DM dan Susanti E. 2019. The Effect Of Oxytocin Massage Method
Using Lavender Essential Oils On The Smooth Production Of Breast Milk At Mother
Postpartum In Rejang Lebong Regency. Advances in Health Sciences Research
(AHSR), vol.14. 1st International Conference on Inter-Professional Health
Collaboration (ICIHC 2018). https://www.atlantis-press.com/proceedings/icihc18/55916774 Diakses pada tanggal 22 Agustus 2019
(14) Patel U dan Gedam DS. 2013. Effect of back Massage on Lactation among Postnatal
Mothers. International Journal of Medical Research and Review. Vol 1, No.01.
http://medresearch.in/index.php/IJMRR/article/view/13 Diakses pada tanggal 22
Agustus 2019
(15) Asih Y. 2017. Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI pada Ibu Nifas. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Sai Betik. Vol 13, No 2. http://www.ejurnal.poltekkestjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/931/709 Diakses pada tanggal 22 Agustus 2019
Download