Uploaded by triniandini

DIABETES MELLITUS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalorka” (siphon). Melitus dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu.
Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu tinggi. Diabetes melitus adalah
penyakit hiperglikemia yang ditandai tas sel terhadap insulin. Berdasarkan bukti
epidemologi terkini, jumlah penderita diabetes diseluruh dunia saat ini mencapai
200 juta, dan diperkirakan meningkat lebih dari 330 juta pada tahun 2025. Alasan
peningkatan ini termasuk meningkatkan angka harapan hidup dan pertumbuhan
populasi yang tinggi dua kali lipat disertai peningkatan angka obesitas yang dikaitkan
dengan urbanisasi dan ketergantungan terhadap terhadap makanan olahan.
Diamerika serikat, 18,2 juta individu pengidap diabetes (6,3% dari populasi), hampir
1/3 tidak menyadari bahwa mereka memiliki diabetes.
Diabetes militus (DM) adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemia
karena defisiensi insulin atau ketidakadekuatan penggunaan insulin.
(Engram, Barbara.1998.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.vol3.Jakarta:EGC)
B.
Epidemologi
Menurut Depkes RI, (2008) dalam Hasdianah, (2012:2) Survei yang dilakukan
oleh organisasi kesehatan dunia (WHO), jumlah penderita Diabetes mellitus di
Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta orang, jumlah tersebut menempati
urutan ke-4 terbesar didunia. Diperkirakan jumlah penderita diabetes mellitus pada
tahun 2030 yaitu 21,3 juta di Indonesia. Jumlah penderita diabetes mellitus tahun
2000 di dunia termasuk Indonesia tercatat 175,4 juta orang, tahun 2010 mejadi
279,3 juta orang, dan diperkirakan pada tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan
tahun 2030 menjadi 366 juta orang.
Sepuluh negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak (1995 dan
2025).
Urutan
Negara
1995
Jumlah (juta)
Negara
2025 (perkiraan)
Jumlah (juta)
1
India
19.4
India
57,2
2
Cina
16.0
Cina
37,6
3
AS
13.9
As
21,9
4
Rusia
8.9
Pakistan
14,5
5
Jepang
6.3
Indonesia
12,4
6
7
8
Brazil
Indonesia
4.9
4.5
Rusia
Meksiko
12,2
11,7
Pakistan
4.3
Brazil
11,6
9
Meksiko
3.8
Mesir
8,8
10
Ukrania
3,6
Jepang
8,5
Negara Lain
Total
49,7
103,6
135,3
300,0
*dikutip dari IDF –world Atlas 2005
Angka penderita diabetes yang didapatkan di Asia Tenggara adalah: Singapura
10,4 persen (1992), Thailand 11,9 persen (1995), Malaysia 8 persen lebih (1997), dan
Indonesia 5,7 persen (1992). Kalau pada 1995 berada di nomor tujuh sebagai negara
dengan jumlah diabetes terbanyak di dunia, pada 2025 diperkirakan Indonesia akan
naik ke nomor lima terbanyak.pada saat ini, dilaporkan bahwa di kota-kota besar
seperti Jakarta dan Surabaya, sudah hampir 10 persen penduduknya mengidap
diabetes.
Laporan statistik Internasional Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa
sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Setiap tahun angka
kejadiannya naik 3% atau bertambah 7 juta orang. Pada 2025, diperkirakan akan
meningkat menjadi 350 juta dan lebih dari separuhnya berada di Asia, terutama di
India, China, Pakistan, dan Indonesia. Kalau pada tahun 1995 berada di urutan ke
tujuh sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia, maka
pada 2025 Indonesia diperkirakan akan berada diurutan ke lima.
Hampir 10 persen penduduk kota-kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya,
telah terkena Diabetes. Penyakit ini telah menjadi penyebab kematian terbesar ke
empat di dunia. Setiap tahun terjadi 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung
oleh diabetes. Jadi, ada satu orang per 10 detik atau 6 orang permenit yang
meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan diabetes. Di Amerika, negara yang
sudah maju sekalipun, kematian akibat diabetes bisa mencapai 200 orang pertahun (
Tandra, 2008 ).
C.
Etiologi
Penyebab diabetes melitus adalah kurangnya produksi dan ketersediaan
insulin dalam tubuh atau terjadinya gangguan fungsi insulin, yang sebenarnya
jumlahnya cukup. Kekurangan insulin disebabkan terjadinya kerusakan sebagian kecil
atau sebagian besar sel-sel betha di pulau langerhans dalam kelenjar pankreas yang
berfungsi menghasilkan insulin.
Disamping itu diabetes melitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi
insulin dalam memasukkan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena
kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui.
Beberapa faktor pemicu penyakit tersebut antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Konsumsi makan yang
berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang
memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya
akan menyebabkan diabetes melitus.
Obesitas ( Kegemukan )
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes melitus. Sembilan dari
sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes melitus.
Faktor Genetik
Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen
penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita
diabetes melitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit
walaupun resikonya sangat kecil.
Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan
radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas
menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme
tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu
yang lama dapat mengiritasi pankreas.
Penyakit dan Infeksi Pada Pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat
menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi
pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan
dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus.
Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes melitus.
Jika orang malas berolahraga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit
diabetes melitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang
berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan
faktor utama penyebab diabetes melitu selain disfungsi pankreas.
Kadar Kortikosteroid Yang Tinggi.
Kehamilan ( Diabates Gestasional), akan hilang setelah melahirkan.
Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
D.
Tipe-tipe Diabetes Millitus
1.
Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan
absolut insulin. Sebelumnya, tipe diabetes ini disebut sebagai diabetes melitus
dependen insulin (IDDM), karena individu pengidap penyakit ini harus mendapat
insulin (IDDM), karena individu pengidap penyakit ini harus mendapat insulin
pengganti.
Diabetes Millitus IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan,
bahkan dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1
memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai
dideritanya. Selain itu, terutama pada tahap awal.
a. Penyebab diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 diperkirakan terjadi akibat destruksi otoimun sel-sel
beta pulau Langerhans. Individu yang memilki kecenderungan genetik
penyakit ini tampaknyamenerima faktor pemicu dari lingkungan yang
menginisiasi proses otoimun. Sebagai contoh faktor pencetus yang mungkin
antara lain infeksi virus seperti gondongan (mumps), rubela, atau
sitomegalovirus (CMV) kronis. Panjanan terhadap obat atautoksin tertentu
juga diduga dapat memicu serangan otoimun ini. Karena proses penyakit
diabetes 1 terjadi dalam beberapa tahun, sering kali tidak ada faktor
pencetus yang pasti. Pada saat diagnosis diabetes tipe 1 ditegakkan,
ditemukan antibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans pada sebagian besar
pasien.
Mengapa individu membentuk antibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans sebgaia respons terhadap faktor pencetus tidak diketahui. Salah
satu mekanisme yang kemungkinan adalah bahwa terdapat agens
lingkungan yang antigenis mengubah sel-sel pankreas sehingga
menstimulasi pembnetukan autoantibodi. Kemungkinan kain bahwa para
individu yang mengidap diabetes tipe I memiliki kesamaan antigen antara
sel-sel beta pankreas mereka dan mikroorganisme atau obat tertentu.
Sewaktu berespons terhadap virus atau obat, sistem imun mungkin gagal
mengenali bahw sel pankreas adalah “diri”, mereka sendiri.
b. Kecenderungan genetik untuk diabetes melitus tipe 1
Ada kecenderungan pengaruh genetik individu untuk mengidap
diabetes tipe 1. Individu tertentu mungkin memilki “gen diabetogenik” yang
berarti suatu profil genetik yang menyebabkan mereka rentan mengidap
diabetes tipe 1 (atau mungkin penyakit otoimun lainnya). Lokus genetik
yang mewariskan kecenderungan untuk mengidap diabetes tipe 1
tampaknya merupakan bagian dari gen kompleks histokompatibilitas.
Kompleks histokompabilitas ini mengendalikan pengenalan antigen oleh
sistem imun; kehilangan toleransi terhadap diri sendiri merupakan inti
pembentukan autoantibodi. Gen hitokompabilitas terutama dikode di
kromosom 6. Gen terkait insulin spesifik lainnya di kromosom 11 yang
diduga berperan dalam pembentukan diabtes tipe 1 melalui efeknya pada
pembentukan dan replikasi sel beta. Saudara kandung individu yang
memiliki diabetes tipe 1 dan anak dari orang tua yang mengidap diabetes
tipe 1 mengalami peningkatan risiko terhadap penyakit ini dibandingkan
dengan individu yang tidak memilki kerabat generasi pertama yang
asimtomatik memperlihatkan insiden yang lebih tinggi, memperbesar
kecenderungan pada saudara kandungnya untuk mengidap penyakit ini di
masa selanjutnya.
c. Karakteristik diabetes tipe 1
Pengidap diabetes tipe 1 memperlihatkan kadar glukosa normal
sebelum yang terkenali awitan penyakit muncul. Pada masa dahulu,
diabetes tipe 1 dianggap penyakit yang terjadi tiba-tiba dengan sedikit tanda
peringatan. Akan tetapi, saat ini, diabetes tipe 1 adalah penyakit yang
biasanya berkembangan secara perlahan selama beberapa tahun, dengan
adanya autoantibodi terhadap sel-sel beta dan destruksi yang terjadi secara
terus-menerus pada diagnosis lanjut.
Semua sel lain kemudian menggunakan asam lemak bebas untuk
menghasilkan energi. Metabolisme asam lemak bebas disiklus Krebs
menghasilkan adenosin trifosfat (ATP) yang diperlukan untuk menjalankan
fungsi sel. Pembentukan energi yang hanya mengandalkan asam-asam
lemak menyebabkan peningkatan produksi berbagai keton oleh hati. Keton
bersifat asam sehingga pH plasma turun.
2. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset diabetes, obesityrelated diabetes, non-insulin-dependent-diabetes mellitus, NIDDM) merupakan
tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam
sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan
oleh mutasi pada banyak gen termasuk yang mengekspresikan difungsi sel β,
gangguan sekresi hormone insulin, resistensi sel terhadap insulin serta RBP4
yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan
sekresi gula darah oelh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom
19 yang merupakan kromosom terdapat yang di temukan pada manusia. Pada
NIDDM ditemukan ekspersi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan hormon resistin
yang tinggi, peningkatan laju metabolisme glikogenolisis glukoneogenesis pada
hati, penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi
pada hati NIDDM juga dapat disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi, dan
sindrom resisteansi insulin. Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah
berkurangnya sensitifitas terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya
kadar insulin di dalam darah. Hiperglikemia dapat di atasi dengan obat anti
diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau
mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit,
sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang
dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebabkan penyebab pasti dan
mekanisme terjadiny resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai
factor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan
pengeluaran dari adipokines (nya suatu kelompok hormon) itu merusak
toleransi glukosa. Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia
dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi
mengeram dan sejarah keluarga,walaupun di dekade yang terakhir telah terus
meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak.
Dahulu, diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes dengan awitan
dewasa karena biasanya terjadi pada individu berusia lebih dari 30 tahun.
Sayangnya, pada kenyataannya dapat terjadi pada usia lebih muda, bahkan
lebih banyak remaja dan usia praremaja yang mengalami resistensi insulin,
sebagian besar dihubungkan dengan peningkatan prevalensi obesitas di masa
kanak-kanak. Beberapa penelitian memperkirakan lebih dari 20% naka-anak
Amerika mengalami obesitas, meyebabkan berbagai dampak terhadap
kesehatan dan biaya perawatan kesehatan saat anak-anak ini sampai usia
dewasa dan mengalami komplikasi dari hiperglikemia jangka panjang.
3. Diabetes tipe lain
Penyakit eksokrin pangkreas, endokrimpati, karena obat dan kimia,
infeksi, sebab imonologi yang jarang.
4. Diabetes mellitus tipe 4
Daibetes mellitus tipe 4 atau diabetes gestasional, adalah diabetes
yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes.
Meskipun diabetes tipe ini sering membaik setelah persalinan, sekitar 50%
wanita pengidap kelainan ini tidak akan kembali ke status nondiabetes setelah
kehamilan berakhir. Bahkan, jika membaik setelah persalinan, risiko untuk
mengalami diabetes tipe 2 setelah sekitar 5 tahun II pada waktu mendatang
lebih besar daripada normal.
Diabetes
mellitus
gestasional
(bahasa
inggris:gestational
diabetes,insulin-resistant type 1 diabetes,double diabetes,type 2 diabetes
which has progressed to require injectited insulin, latent
Autoimmune diabetes of adults,type 1,5” diabetes ,type 3 diabetes,
LADA) atau diabetes mellitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih
setelah melahirkan dengan keterlibatan interleukin 6 dan protein reaktif C
pada lintasan patogenesisnya.GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin
atau ibu,dan sekitar 20-50% dari wanita penderita GDM bertahan
hidup.Diabetes mellitus pada kehamilan terjadi disekitar 2-5% dari semua
kehamilan.GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang
setelah melahirkan.GDM dapat disembuhkan,namun memerlukan pengawasan
medis yang cermat selama masa kehamilan. Meskipun GDM bersifat
sementara,bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan kesehatan
janin maupun sang ibu.
E.
Patofisiologi
(NANDA,NIC-NOC,2015)
F.
Manifestasi klinis
1. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine) karena air mengikuti glukosa yang
keluar melalui urine.
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi eksterasel karena air inkonsentrasi ke
plasma yang hiperkuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik
(konsentrasi tinggi). Dehidrasi ke plasma yang hipertonik (konsentrasi tinggi).
Dehidrasi intrasel menstimulasi pengeluaran hormon anti-diuretik (ADH;
vasopressin) dan menimbulkan rasa haus.
3. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai
energy. Aliran darah yang buruk pada pasien diabetes kronis juga berperan
menyebabkan kelelahan.
4. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pescaabsoptif yang kronis,
katabolisme protein dan lemak, dan kelaparan relative sel. sering terjadi
penurunan berat badan tanpa terapi.
5. Diabetes tipe 1 mungkin disertai mual dan muntah yang parah.
Namun pada diabetes tipe 2 sering memperlihatkan satu atau lebih gejala nonspesifik, antara lain:
1. Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi
mucus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah.
2. Gangguan penglihatan yang berhubungan dengan keseimbangan air atau, pada
kasus yang lebih berat, kerusakan retina.
3. Peretesia, atau abnormalitas sensasi.
4. Kandidiasis vagina (infeksi ragi), akibat peningkatan kadar glukosa di secret
vagina dan urine, serta gangguan fungsi imun. Kandidisasis dapat menyebabkan
rasa gatal dan rabas di vagina. Infeksi vagina merupakan kondisi yang sering
dijumpai pada wanita yang sebelumnya tidak diduga mengidap diabetes.
5. Pelistuan otot dapat terjadi karena protein otot digunakan untuk memenuhi
kebutuhan energy tubuh.
Adapun pembagian manifestasi klinis dalam kelompok usia. Untuk (1) diabetes
pada anak, World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika
pada anak dengan gejala klinis khas yaitu 3P (Polifagi: sering makan karena rasa lapar
yang berulang, Polidipsi: sering minum karena rasa haus yang berulang, Poliuri:
sering kencing, termasuk mengompol pada malam hari), Kadar gula darah (GD) tinggi
di atas 200mg/dl, panas tinggi, kejang dan tidak sadar, cacar air, bau napas,
pernapasan menjadi dalam dan cepat, mual, muntah, lelah, nyeri perut. (2) diabetes
pada dewasa, sama halnya dengan manifestasi klinis pada anak, pada dewasa juga
terjadi 3P. namun yang berbeda adalah pada diabetes mellitus pada dewasa
mengalami kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, kesemutan, kram,
pada ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan,
atau dengan bayi berat lebih dari 4 kg. (3) diabetes pada lansia, manifestasi kinisnya
meliputi: kematian meningkat pada lanisa sering akibat koma hipoglikemia,
kesadaran menurun akibat sering kekurangan atau kelebihan gula. Diabetes mellitus
pada lansia ditandai dengan adanya osmotic diuresia akibat glukoseria tertunda yang
disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai
gangguan tidur. Hiperventilasi dan dehidrasi, kesadarn menurun dengan
hiperglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak
ada pada diabetes mellitus usia lanjut. Diabetes mellitus pada lansia erat
hubungannya dengan kejadian keputihan pada lansia, karena pada penyakit diabetes
terjadi kenaikan glukosa darah yang dapat menyebabkan penurunan kadar insulin,
akibat adanya penurunan kadar insulin menyebabkan kenaikan keasaman vagina
sampai menjadi basa, yang menyebabkan motivasi bertumbuhnya jamur di vagina.
Adanya pertumbuhan jamur divagina, menyebabkan timbulnya keputihan patologis,
dan bila berlanjut dapat menyebabkan canker cervik sampai canker rahim.
G.
Pemeriksaan diagnostik
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994):
1. 3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa (dengan karbohidrat
yang cukup).
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum
air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
3. Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa.
4. Diberikan glukosa 74 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak),
dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit.
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam
setelah minum larutan glukosa selesai.
6. Periksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok.
Pemeriksaan penunjang:
1. Kadar glukosa darah
Tabel: kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring.
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar glukosa darah sewaktu
DM
Plasma vena
>200
Darah kapiler
>200
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar glukosa darah puasa
DM
Plasma vena
>120
Pelum pasti DM
100-200
80-100
Pelum pasti DM
110-120
Darah kapiler
>110
90-110
2. Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3.
4.
5.
6.
7.
H.
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl)
Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tesdiagnostik, tes pemantauan
terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
Tes saring
Tes-tes saring pada DM adalah:
a. GDP, GDS
b. Tes konvensional (metode reduksi/Benedict)
c. Tes carik celup (metode glukcose oxidase/hexokinase)
Tes diagnostic
Tes-tes diagnostic pada DM adalah: GDP, GDS, GD2PP (Glukosa DArah 2 jam Post
Prandial), Glukosa jam ke-2 TTGO
Tes monitoring terapi DM adalah:
a. GDP: plasma vena, darah kapiler
b. GD2PP: plasma vena
c. A1c: darah vena, darah kapiler
Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah:
a. Mikroalbuminura: urin
b. Ureum, Kreatinin, Asam Urat
c. Kolesterol total: plasma vena (puasa)
d. Kolesterol LDL: plasma vena (puasa)
e. Koelsterol HDL: plasma vena (puasa)
f. Tigliserida: plasma vena (puasa)
Komplikasi
Komplikai jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda),
kegagalan kronis ginjal (pnyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat
menyebabkan impotensi dan gangren de ngan risiko amputasi. Kompulikasi yang
lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.
Komplikasi-komplikasi pada Diabates Mellitus dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Komplikasi Akut
a. Hiperglikemia: pengidap diabetes tipe 1 dapat mengalami komplikasi akibat
hipoglikemia setalh injeksi insulin. Gejala yang mungkin terjadi adalah hilang
kesadaran. Koma dapat terjadi pada hipoglikemia berat. Pasien diabetes tipe
1 yang terkontrol ketat, yaitu, pasien yang melakukan injeksi insulin multiple
sepanjang hari dan mempertahankan kadar HbA1c sama atau kurang dari 7%
meningkatkan risiko untuk mengalami hipoglikemia. Manfaat kadar HbA1c
yang baik harus diseimbangkan dengan risiko hipoglikeminya.
b. Koma Nonketotik Hiperglikemia Hiperosmolar: JUga disebut diabetes
nonasidotik hyperosmolar, koma nonketotik hiperglikemik hyperosmolar
merupakan komplikasi akut yang dijumpai pada pengidap diabetes tipe 2.
Kondisi ini juga merupakan petunjuk perburukan drastis penyakit. Walaupun
tidak rentan mengalami hiperglikemia berat dengan kadar glukosa darah
lebih dari 300 mg/100 ml. kadar hiperglikemia ini menyebabkan osmolalitas
plasma, yang dalam keadaan normal dikontrol ketat pada rentang 275-295
mOsmL/L, meningkat melebihi 310 mOsm/L. situasi ini menyebabkan
pengeluaran berliter-liter urine, rasa haus yang hebat, deficit kalium yang
parah, dan pada sekitar 15 sampai 20% pasien, terjadi koma dan kematian.
Tetrapi ditunjukkan untuk mengganti cairan dan elektrolit. Koma nonketotik
hiperglikemik hiperosmotik biasanya dijumpai pada lansia pengidap diabetes
setelah mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat.
2. Komplikasi Kronik
pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian tubuh
(Angiopati diabetik) Angiopati diabetik untuk memudahkan dibagi menjadi dua
yaitu: makroangiopati (makrovaskuler) dan mikroangiopati (mikrovaskuler), yang
tidak terjadi sekaligus bersamaan komplikasi kronik DM yang sering terjadi
adalah sebagai berikut:
a. Mikrovaskuler:
1)
Ginjal.
2)
Mata.
b. Makrovaskuler:
1)
Penyakit jantung koroner.
2)
Pembuluh darah kaki.
3)
Pembuluh darah otak.
c. Neuropati: mikro dan makrovaskuler.
I.
Penatalaksanaan
Tujuan pengelolaan diabetes mellitus adalah:
1. Tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan gejala keluhan dan mempertahankan
rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian darah.
2. Tujuan jangka panjang yaitu mencegah komplikasi mikroangiopati dan
makroangiopati dengan tujuan menurunkan mortalitas dan morbiditas.
Prinsip pengelolaan diabetes mellitus, meliputi:
1. Penyuluhan
Tujuan penyeluhan yaitu meningkatkan pengetahuan diabetes tentang
penyakit dan pengelolaannya dengan tujuan dapat merawat sendiri sehingga
mampu mempertahanka hidup dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Diet diabetes mellitus
Tujuan diet pada diabetes mellitus adalah mempertahankan atau mencapai
berat badan idel, mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal,
mencegah komplikasi akut dan kronik sert meningkatkan kualitas hidup.
Penderita diabetes mellitus didalam melaksanakan diet harus
memperhatikan (3J), yaitu: jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang
harus diikuti, dan jenis makanan yang harus diperhatikan.
Komplikasi makanan yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
seimbang yaitu yang mengandung karbohidrat (45-60%), protein (10-15%), lemak
(20-25%), gram (≤3000 mg atau 6-7 gr perhari), dan serat (±25 g/hr).
Jenis buah-buahan yang dianjurkan adalah buah golongan B (salak, tomat, dll)
dan yang tidak dianjurkan golongan A (nangka, durian, dll), sedangkan sayuran
yang dianjurkan golongan A (wortel, nangka muda, dll) dan tidak dianjurkan
golongan B (taoge, terong, dll)
3. Latihan fisik (olah raga)
Tujuan olahraga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah
kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen baru
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Jika diabetes telah menerapkan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani
yang teratur naumn pengendalian kada gula darah belum tercapai maka
dipertimbangkan pemberian obat. Obat meliputi: obat hipoglikemia oral (OHO)
dan insulin.
Pemberian obat hipoglikemi oral diberikan kurang lebih 30 menit sebelum
makan. Pemberian insulin biasanya diberikan lewat penyuntikan di bawah kulit
(subkutan) dan pada keadaan khusus diberikan secara intravena atau
intramuskuler. Mekanisme kerja insulin short acting, medium acting dan long
acting.
Alat bantu lain untuk injeksi insulin antara lain pompa insulin subkutaneus
yang dapat diprogram untuk melepaskan sejumlah tertentu insulin dalam
interval waktu tertentu per hari. Apabila direncanakan perubahan terhadap
jadwal rutin (aktivitas atau diet) atau dalam keadaan sakit, pompa insulin dapat
diprogram untuk meningkatkan atau mengurangi jumlah insulin yang dilepaskan.
Intervensi farmakologi lain: obat antihipertensi dipertimbangkan untuk
digunakan di antara intervensi farmakologi semua pengidap diabetes. Untuk
pasien diabetes, tekanan darah sebaiknya lebih rendah dari populasi
nondiabetik, tekanan darah sistolik di atas 115 mm Hg dapat dianggap tinggi.
Obat-obat anti hipertensi, terutama ACE inhibitor atau penyekat reseptor
angiotensin, telah terbukti menurunkan tekanan darah pasien diabetes dan
memperlambat awitan penyakit ginjal.
Transpalntasi pankreas juga memiliki potensi untuk menormalkan
homeostatis glukosa. Metode ini juga tampak mengembalikan beberapa
komplikasi diabetes, termasuk memperbaiki neuropati diabetik (tetapi bukan
retinopati diabetik). Meskipun jelas manfaatnya dalam menormalkan kembali
kadar glukosa plasma, transplantasi pankreas memiliki banyak risiko sejak proses
pembedahan, risiko reaksi penolakan, dan kebutuhan terapi imunosupresi
seumur hidup.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A.
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:EGC
Hasdianah.2012.Mengenal Diabetes Mellitus pad Orang Dewasa dan Anak-Anak dengan
Solusi Hebat.Yogyakarta:Nuha Medika
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction Jogja
Permana, Wighatzhu Kamaeda Yoga.”PemberianTeknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Penurunan Intensistas Nyeri pada Asuhan Keperawatan Tn.S Dengan Post Debridement
Ulkus-Diabetes Mellitus Di Rung Kenanga RSUD Dr.Soediran Mangun Soemarso
Wonogiri”.Skripsi.Surakarta: Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehtan Kusuma Husada,2014
Download