BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalorka” (siphon). Melitus dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai tas sel terhadap insulin. Berdasarkan bukti epidemologi terkini, jumlah penderita diabetes diseluruh dunia saat ini mencapai 200 juta, dan diperkirakan meningkat lebih dari 330 juta pada tahun 2025. Alasan peningkatan ini termasuk meningkatkan angka harapan hidup dan pertumbuhan populasi yang tinggi dua kali lipat disertai peningkatan angka obesitas yang dikaitkan dengan urbanisasi dan ketergantungan terhadap terhadap makanan olahan. Diamerika serikat, 18,2 juta individu pengidap diabetes (6,3% dari populasi), hampir 1/3 tidak menyadari bahwa mereka memiliki diabetes. Diabetes militus (DM) adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemia karena defisiensi insulin atau ketidakadekuatan penggunaan insulin. (Engram, Barbara.1998.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.vol3.Jakarta:EGC) B. Epidemologi Menurut Depkes RI, (2008) dalam Hasdianah, (2012:2) Survei yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO), jumlah penderita Diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta orang, jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar didunia. Diperkirakan jumlah penderita diabetes mellitus pada tahun 2030 yaitu 21,3 juta di Indonesia. Jumlah penderita diabetes mellitus tahun 2000 di dunia termasuk Indonesia tercatat 175,4 juta orang, tahun 2010 mejadi 279,3 juta orang, dan diperkirakan pada tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan tahun 2030 menjadi 366 juta orang. Sepuluh negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak (1995 dan 2025). Urutan Negara 1995 Jumlah (juta) Negara 2025 (perkiraan) Jumlah (juta) 1 India 19.4 India 57,2 2 Cina 16.0 Cina 37,6 3 AS 13.9 As 21,9 4 Rusia 8.9 Pakistan 14,5 5 Jepang 6.3 Indonesia 12,4 6 7 8 Brazil Indonesia 4.9 4.5 Rusia Meksiko 12,2 11,7 Pakistan 4.3 Brazil 11,6 9 Meksiko 3.8 Mesir 8,8 10 Ukrania 3,6 Jepang 8,5 Negara Lain Total 49,7 103,6 135,3 300,0 *dikutip dari IDF –world Atlas 2005 Angka penderita diabetes yang didapatkan di Asia Tenggara adalah: Singapura 10,4 persen (1992), Thailand 11,9 persen (1995), Malaysia 8 persen lebih (1997), dan Indonesia 5,7 persen (1992). Kalau pada 1995 berada di nomor tujuh sebagai negara dengan jumlah diabetes terbanyak di dunia, pada 2025 diperkirakan Indonesia akan naik ke nomor lima terbanyak.pada saat ini, dilaporkan bahwa di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, sudah hampir 10 persen penduduknya mengidap diabetes. Laporan statistik Internasional Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Setiap tahun angka kejadiannya naik 3% atau bertambah 7 juta orang. Pada 2025, diperkirakan akan meningkat menjadi 350 juta dan lebih dari separuhnya berada di Asia, terutama di India, China, Pakistan, dan Indonesia. Kalau pada tahun 1995 berada di urutan ke tujuh sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia, maka pada 2025 Indonesia diperkirakan akan berada diurutan ke lima. Hampir 10 persen penduduk kota-kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya, telah terkena Diabetes. Penyakit ini telah menjadi penyebab kematian terbesar ke empat di dunia. Setiap tahun terjadi 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Jadi, ada satu orang per 10 detik atau 6 orang permenit yang meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan diabetes. Di Amerika, negara yang sudah maju sekalipun, kematian akibat diabetes bisa mencapai 200 orang pertahun ( Tandra, 2008 ). C. Etiologi Penyebab diabetes melitus adalah kurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam tubuh atau terjadinya gangguan fungsi insulin, yang sebenarnya jumlahnya cukup. Kekurangan insulin disebabkan terjadinya kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar sel-sel betha di pulau langerhans dalam kelenjar pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin. Disamping itu diabetes melitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukkan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui. Beberapa faktor pemicu penyakit tersebut antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pola Makan Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus. Obesitas ( Kegemukan ) Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes melitus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes melitus. Faktor Genetik Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes melitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas. Penyakit dan Infeksi Pada Pankreas Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus. Pola Hidup Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes melitus. Jika orang malas berolahraga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes melitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes melitu selain disfungsi pankreas. Kadar Kortikosteroid Yang Tinggi. Kehamilan ( Diabates Gestasional), akan hilang setelah melahirkan. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin. D. Tipe-tipe Diabetes Millitus 1. Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes melitus tipe 1 adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan absolut insulin. Sebelumnya, tipe diabetes ini disebut sebagai diabetes melitus dependen insulin (IDDM), karena individu pengidap penyakit ini harus mendapat insulin (IDDM), karena individu pengidap penyakit ini harus mendapat insulin pengganti. Diabetes Millitus IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, terutama pada tahap awal. a. Penyebab diabetes tipe 1 Diabetes tipe 1 diperkirakan terjadi akibat destruksi otoimun sel-sel beta pulau Langerhans. Individu yang memilki kecenderungan genetik penyakit ini tampaknyamenerima faktor pemicu dari lingkungan yang menginisiasi proses otoimun. Sebagai contoh faktor pencetus yang mungkin antara lain infeksi virus seperti gondongan (mumps), rubela, atau sitomegalovirus (CMV) kronis. Panjanan terhadap obat atautoksin tertentu juga diduga dapat memicu serangan otoimun ini. Karena proses penyakit diabetes 1 terjadi dalam beberapa tahun, sering kali tidak ada faktor pencetus yang pasti. Pada saat diagnosis diabetes tipe 1 ditegakkan, ditemukan antibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans pada sebagian besar pasien. Mengapa individu membentuk antibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans sebgaia respons terhadap faktor pencetus tidak diketahui. Salah satu mekanisme yang kemungkinan adalah bahwa terdapat agens lingkungan yang antigenis mengubah sel-sel pankreas sehingga menstimulasi pembnetukan autoantibodi. Kemungkinan kain bahwa para individu yang mengidap diabetes tipe I memiliki kesamaan antigen antara sel-sel beta pankreas mereka dan mikroorganisme atau obat tertentu. Sewaktu berespons terhadap virus atau obat, sistem imun mungkin gagal mengenali bahw sel pankreas adalah “diri”, mereka sendiri. b. Kecenderungan genetik untuk diabetes melitus tipe 1 Ada kecenderungan pengaruh genetik individu untuk mengidap diabetes tipe 1. Individu tertentu mungkin memilki “gen diabetogenik” yang berarti suatu profil genetik yang menyebabkan mereka rentan mengidap diabetes tipe 1 (atau mungkin penyakit otoimun lainnya). Lokus genetik yang mewariskan kecenderungan untuk mengidap diabetes tipe 1 tampaknya merupakan bagian dari gen kompleks histokompatibilitas. Kompleks histokompabilitas ini mengendalikan pengenalan antigen oleh sistem imun; kehilangan toleransi terhadap diri sendiri merupakan inti pembentukan autoantibodi. Gen hitokompabilitas terutama dikode di kromosom 6. Gen terkait insulin spesifik lainnya di kromosom 11 yang diduga berperan dalam pembentukan diabtes tipe 1 melalui efeknya pada pembentukan dan replikasi sel beta. Saudara kandung individu yang memiliki diabetes tipe 1 dan anak dari orang tua yang mengidap diabetes tipe 1 mengalami peningkatan risiko terhadap penyakit ini dibandingkan dengan individu yang tidak memilki kerabat generasi pertama yang asimtomatik memperlihatkan insiden yang lebih tinggi, memperbesar kecenderungan pada saudara kandungnya untuk mengidap penyakit ini di masa selanjutnya. c. Karakteristik diabetes tipe 1 Pengidap diabetes tipe 1 memperlihatkan kadar glukosa normal sebelum yang terkenali awitan penyakit muncul. Pada masa dahulu, diabetes tipe 1 dianggap penyakit yang terjadi tiba-tiba dengan sedikit tanda peringatan. Akan tetapi, saat ini, diabetes tipe 1 adalah penyakit yang biasanya berkembangan secara perlahan selama beberapa tahun, dengan adanya autoantibodi terhadap sel-sel beta dan destruksi yang terjadi secara terus-menerus pada diagnosis lanjut. Semua sel lain kemudian menggunakan asam lemak bebas untuk menghasilkan energi. Metabolisme asam lemak bebas disiklus Krebs menghasilkan adenosin trifosfat (ATP) yang diperlukan untuk menjalankan fungsi sel. Pembentukan energi yang hanya mengandalkan asam-asam lemak menyebabkan peningkatan produksi berbagai keton oleh hati. Keton bersifat asam sehingga pH plasma turun. 2. Diabetes mellitus tipe 2 Diabetes mellitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset diabetes, obesityrelated diabetes, non-insulin-dependent-diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen termasuk yang mengekspresikan difungsi sel β, gangguan sekresi hormone insulin, resistensi sel terhadap insulin serta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oelh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terdapat yang di temukan pada manusia. Pada NIDDM ditemukan ekspersi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan hormon resistin yang tinggi, peningkatan laju metabolisme glikogenolisis glukoneogenesis pada hati, penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati NIDDM juga dapat disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi, dan sindrom resisteansi insulin. Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglikemia dapat di atasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebabkan penyebab pasti dan mekanisme terjadiny resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai factor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines (nya suatu kelompok hormon) itu merusak toleransi glukosa. Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga,walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak. Dahulu, diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes dengan awitan dewasa karena biasanya terjadi pada individu berusia lebih dari 30 tahun. Sayangnya, pada kenyataannya dapat terjadi pada usia lebih muda, bahkan lebih banyak remaja dan usia praremaja yang mengalami resistensi insulin, sebagian besar dihubungkan dengan peningkatan prevalensi obesitas di masa kanak-kanak. Beberapa penelitian memperkirakan lebih dari 20% naka-anak Amerika mengalami obesitas, meyebabkan berbagai dampak terhadap kesehatan dan biaya perawatan kesehatan saat anak-anak ini sampai usia dewasa dan mengalami komplikasi dari hiperglikemia jangka panjang. 3. Diabetes tipe lain Penyakit eksokrin pangkreas, endokrimpati, karena obat dan kimia, infeksi, sebab imonologi yang jarang. 4. Diabetes mellitus tipe 4 Daibetes mellitus tipe 4 atau diabetes gestasional, adalah diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Meskipun diabetes tipe ini sering membaik setelah persalinan, sekitar 50% wanita pengidap kelainan ini tidak akan kembali ke status nondiabetes setelah kehamilan berakhir. Bahkan, jika membaik setelah persalinan, risiko untuk mengalami diabetes tipe 2 setelah sekitar 5 tahun II pada waktu mendatang lebih besar daripada normal. Diabetes mellitus gestasional (bahasa inggris:gestational diabetes,insulin-resistant type 1 diabetes,double diabetes,type 2 diabetes which has progressed to require injectited insulin, latent Autoimmune diabetes of adults,type 1,5” diabetes ,type 3 diabetes, LADA) atau diabetes mellitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan dengan keterlibatan interleukin 6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya.GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu,dan sekitar 20-50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.Diabetes mellitus pada kehamilan terjadi disekitar 2-5% dari semua kehamilan.GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan.GDM dapat disembuhkan,namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan. Meskipun GDM bersifat sementara,bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. E. Patofisiologi (NANDA,NIC-NOC,2015) F. Manifestasi klinis 1. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine) karena air mengikuti glukosa yang keluar melalui urine. 2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi eksterasel karena air inkonsentrasi ke plasma yang hiperkuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (konsentrasi tinggi). Dehidrasi ke plasma yang hipertonik (konsentrasi tinggi). Dehidrasi intrasel menstimulasi pengeluaran hormon anti-diuretik (ADH; vasopressin) dan menimbulkan rasa haus. 3. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energy. Aliran darah yang buruk pada pasien diabetes kronis juga berperan menyebabkan kelelahan. 4. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pescaabsoptif yang kronis, katabolisme protein dan lemak, dan kelaparan relative sel. sering terjadi penurunan berat badan tanpa terapi. 5. Diabetes tipe 1 mungkin disertai mual dan muntah yang parah. Namun pada diabetes tipe 2 sering memperlihatkan satu atau lebih gejala nonspesifik, antara lain: 1. Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mucus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah. 2. Gangguan penglihatan yang berhubungan dengan keseimbangan air atau, pada kasus yang lebih berat, kerusakan retina. 3. Peretesia, atau abnormalitas sensasi. 4. Kandidiasis vagina (infeksi ragi), akibat peningkatan kadar glukosa di secret vagina dan urine, serta gangguan fungsi imun. Kandidisasis dapat menyebabkan rasa gatal dan rabas di vagina. Infeksi vagina merupakan kondisi yang sering dijumpai pada wanita yang sebelumnya tidak diduga mengidap diabetes. 5. Pelistuan otot dapat terjadi karena protein otot digunakan untuk memenuhi kebutuhan energy tubuh. Adapun pembagian manifestasi klinis dalam kelompok usia. Untuk (1) diabetes pada anak, World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika pada anak dengan gejala klinis khas yaitu 3P (Polifagi: sering makan karena rasa lapar yang berulang, Polidipsi: sering minum karena rasa haus yang berulang, Poliuri: sering kencing, termasuk mengompol pada malam hari), Kadar gula darah (GD) tinggi di atas 200mg/dl, panas tinggi, kejang dan tidak sadar, cacar air, bau napas, pernapasan menjadi dalam dan cepat, mual, muntah, lelah, nyeri perut. (2) diabetes pada dewasa, sama halnya dengan manifestasi klinis pada anak, pada dewasa juga terjadi 3P. namun yang berbeda adalah pada diabetes mellitus pada dewasa mengalami kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, kesemutan, kram, pada ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lebih dari 4 kg. (3) diabetes pada lansia, manifestasi kinisnya meliputi: kematian meningkat pada lanisa sering akibat koma hipoglikemia, kesadaran menurun akibat sering kekurangan atau kelebihan gula. Diabetes mellitus pada lansia ditandai dengan adanya osmotic diuresia akibat glukoseria tertunda yang disebabkan ambang ginjal yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur. Hiperventilasi dan dehidrasi, kesadarn menurun dengan hiperglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada diabetes mellitus usia lanjut. Diabetes mellitus pada lansia erat hubungannya dengan kejadian keputihan pada lansia, karena pada penyakit diabetes terjadi kenaikan glukosa darah yang dapat menyebabkan penurunan kadar insulin, akibat adanya penurunan kadar insulin menyebabkan kenaikan keasaman vagina sampai menjadi basa, yang menyebabkan motivasi bertumbuhnya jamur di vagina. Adanya pertumbuhan jamur divagina, menyebabkan timbulnya keputihan patologis, dan bila berlanjut dapat menyebabkan canker cervik sampai canker rahim. G. Pemeriksaan diagnostik Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994): 1. 3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa (dengan karbohidrat yang cukup). 2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan. 3. Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa. 4. Diberikan glukosa 74 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak), dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit. 5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai. 6. Periksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa. 7. Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok. Pemeriksaan penunjang: 1. Kadar glukosa darah Tabel: kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring. Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl) Kadar glukosa darah sewaktu DM Plasma vena >200 Darah kapiler >200 Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl) Kadar glukosa darah puasa DM Plasma vena >120 Pelum pasti DM 100-200 80-100 Pelum pasti DM 110-120 Darah kapiler >110 90-110 2. Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan: a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L) b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L) 3. 4. 5. 6. 7. H. c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl) Tes laboratorium DM Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tesdiagnostik, tes pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi. Tes saring Tes-tes saring pada DM adalah: a. GDP, GDS b. Tes konvensional (metode reduksi/Benedict) c. Tes carik celup (metode glukcose oxidase/hexokinase) Tes diagnostic Tes-tes diagnostic pada DM adalah: GDP, GDS, GD2PP (Glukosa DArah 2 jam Post Prandial), Glukosa jam ke-2 TTGO Tes monitoring terapi DM adalah: a. GDP: plasma vena, darah kapiler b. GD2PP: plasma vena c. A1c: darah vena, darah kapiler Tes untuk mendeteksi komplikasi Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah: a. Mikroalbuminura: urin b. Ureum, Kreatinin, Asam Urat c. Kolesterol total: plasma vena (puasa) d. Kolesterol LDL: plasma vena (puasa) e. Koelsterol HDL: plasma vena (puasa) f. Tigliserida: plasma vena (puasa) Komplikasi Komplikai jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (pnyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren de ngan risiko amputasi. Kompulikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk. Komplikasi-komplikasi pada Diabates Mellitus dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1. Komplikasi Akut a. Hiperglikemia: pengidap diabetes tipe 1 dapat mengalami komplikasi akibat hipoglikemia setalh injeksi insulin. Gejala yang mungkin terjadi adalah hilang kesadaran. Koma dapat terjadi pada hipoglikemia berat. Pasien diabetes tipe 1 yang terkontrol ketat, yaitu, pasien yang melakukan injeksi insulin multiple sepanjang hari dan mempertahankan kadar HbA1c sama atau kurang dari 7% meningkatkan risiko untuk mengalami hipoglikemia. Manfaat kadar HbA1c yang baik harus diseimbangkan dengan risiko hipoglikeminya. b. Koma Nonketotik Hiperglikemia Hiperosmolar: JUga disebut diabetes nonasidotik hyperosmolar, koma nonketotik hiperglikemik hyperosmolar merupakan komplikasi akut yang dijumpai pada pengidap diabetes tipe 2. Kondisi ini juga merupakan petunjuk perburukan drastis penyakit. Walaupun tidak rentan mengalami hiperglikemia berat dengan kadar glukosa darah lebih dari 300 mg/100 ml. kadar hiperglikemia ini menyebabkan osmolalitas plasma, yang dalam keadaan normal dikontrol ketat pada rentang 275-295 mOsmL/L, meningkat melebihi 310 mOsm/L. situasi ini menyebabkan pengeluaran berliter-liter urine, rasa haus yang hebat, deficit kalium yang parah, dan pada sekitar 15 sampai 20% pasien, terjadi koma dan kematian. Tetrapi ditunjukkan untuk mengganti cairan dan elektrolit. Koma nonketotik hiperglikemik hiperosmotik biasanya dijumpai pada lansia pengidap diabetes setelah mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat. 2. Komplikasi Kronik pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian tubuh (Angiopati diabetik) Angiopati diabetik untuk memudahkan dibagi menjadi dua yaitu: makroangiopati (makrovaskuler) dan mikroangiopati (mikrovaskuler), yang tidak terjadi sekaligus bersamaan komplikasi kronik DM yang sering terjadi adalah sebagai berikut: a. Mikrovaskuler: 1) Ginjal. 2) Mata. b. Makrovaskuler: 1) Penyakit jantung koroner. 2) Pembuluh darah kaki. 3) Pembuluh darah otak. c. Neuropati: mikro dan makrovaskuler. I. Penatalaksanaan Tujuan pengelolaan diabetes mellitus adalah: 1. Tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan gejala keluhan dan mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian darah. 2. Tujuan jangka panjang yaitu mencegah komplikasi mikroangiopati dan makroangiopati dengan tujuan menurunkan mortalitas dan morbiditas. Prinsip pengelolaan diabetes mellitus, meliputi: 1. Penyuluhan Tujuan penyeluhan yaitu meningkatkan pengetahuan diabetes tentang penyakit dan pengelolaannya dengan tujuan dapat merawat sendiri sehingga mampu mempertahanka hidup dan mencegah komplikasi lebih lanjut. 2. Diet diabetes mellitus Tujuan diet pada diabetes mellitus adalah mempertahankan atau mencapai berat badan idel, mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik sert meningkatkan kualitas hidup. Penderita diabetes mellitus didalam melaksanakan diet harus memperhatikan (3J), yaitu: jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti, dan jenis makanan yang harus diperhatikan. Komplikasi makanan yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang yaitu yang mengandung karbohidrat (45-60%), protein (10-15%), lemak (20-25%), gram (≤3000 mg atau 6-7 gr perhari), dan serat (±25 g/hr). Jenis buah-buahan yang dianjurkan adalah buah golongan B (salak, tomat, dll) dan yang tidak dianjurkan golongan A (nangka, durian, dll), sedangkan sayuran yang dianjurkan golongan A (wortel, nangka muda, dll) dan tidak dianjurkan golongan B (taoge, terong, dll) 3. Latihan fisik (olah raga) Tujuan olahraga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen baru dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Jika diabetes telah menerapkan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani yang teratur naumn pengendalian kada gula darah belum tercapai maka dipertimbangkan pemberian obat. Obat meliputi: obat hipoglikemia oral (OHO) dan insulin. Pemberian obat hipoglikemi oral diberikan kurang lebih 30 menit sebelum makan. Pemberian insulin biasanya diberikan lewat penyuntikan di bawah kulit (subkutan) dan pada keadaan khusus diberikan secara intravena atau intramuskuler. Mekanisme kerja insulin short acting, medium acting dan long acting. Alat bantu lain untuk injeksi insulin antara lain pompa insulin subkutaneus yang dapat diprogram untuk melepaskan sejumlah tertentu insulin dalam interval waktu tertentu per hari. Apabila direncanakan perubahan terhadap jadwal rutin (aktivitas atau diet) atau dalam keadaan sakit, pompa insulin dapat diprogram untuk meningkatkan atau mengurangi jumlah insulin yang dilepaskan. Intervensi farmakologi lain: obat antihipertensi dipertimbangkan untuk digunakan di antara intervensi farmakologi semua pengidap diabetes. Untuk pasien diabetes, tekanan darah sebaiknya lebih rendah dari populasi nondiabetik, tekanan darah sistolik di atas 115 mm Hg dapat dianggap tinggi. Obat-obat anti hipertensi, terutama ACE inhibitor atau penyekat reseptor angiotensin, telah terbukti menurunkan tekanan darah pasien diabetes dan memperlambat awitan penyakit ginjal. Transpalntasi pankreas juga memiliki potensi untuk menormalkan homeostatis glukosa. Metode ini juga tampak mengembalikan beberapa komplikasi diabetes, termasuk memperbaiki neuropati diabetik (tetapi bukan retinopati diabetik). Meskipun jelas manfaatnya dalam menormalkan kembali kadar glukosa plasma, transplantasi pankreas memiliki banyak risiko sejak proses pembedahan, risiko reaksi penolakan, dan kebutuhan terapi imunosupresi seumur hidup. BAB III KONSEP KEPERAWATAN A. BAB IV PENUTUP DAFTAR PUSTAKA Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:EGC Hasdianah.2012.Mengenal Diabetes Mellitus pad Orang Dewasa dan Anak-Anak dengan Solusi Hebat.Yogyakarta:Nuha Medika Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction Jogja Permana, Wighatzhu Kamaeda Yoga.”PemberianTeknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensistas Nyeri pada Asuhan Keperawatan Tn.S Dengan Post Debridement Ulkus-Diabetes Mellitus Di Rung Kenanga RSUD Dr.Soediran Mangun Soemarso Wonogiri”.Skripsi.Surakarta: Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehtan Kusuma Husada,2014