Uploaded by Agus Saefudin

Kompasiana Strategi Pembelajaran

advertisement
Collected by:
Agus saefudin
SMK NEGERI 2 BAWANG
BANJARNEGARA
September 2018
Rekreasi Tangerang - Metode
Pembelajaran Efektif Menurut Para Ahli
Mulyadi Hamidah
13 Agustus 2018 14:04 Diperbarui: 13 Agustus 2018 14:10 112 0 0
Rekreasi Tangerang - Metode Pembelajaran Efektif Menurut Para Ahli
Rekreasi Tangerang - Sebagaimana telah kita ketahui bahwa, pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Dilansir
dari https://www.wikipedia.org/ pengertian pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pengertian pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik
agar dapat belajar dengan baik.
Dalam hal ini, ada beberapa metode pembelajaran yang sangat efektif dan akan kami ulas
pada artikel ini. Untuk informasi wahana permainan dan pembelajaran Tim Rekreasi
Tangerang sangat merekomendasikan Anda untuk pergi ke Citra Raya World of Wonders
Theme Park.

Metode Jigsaw. Metode atau model Jigsaw dikembangkan oleh Eliot Aronson dan kawankawannya dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Pada model Jigsaw,
kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim 4 sampai dengan 5 orang anggotanya
yang bersifat heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan tiap
siswa diberi tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian dari bahan akademik tersebut.



Kemudian, para anggota dari berbagai kelompok yang berbeda memiliki tanggung jawab
untuk mempelajari satu bagian bahan akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul
untuk saling membantu mengkaji bahan tertsebut.
Metode Group Investigation. Dasar-dasar metode group investigation (investigasi kelompok)
dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya dikembangkan oleh oleh Sharan dan kawankawannya. Dibandingkan dengan model STAD dan Jigsaw, group investigation merupakan
model pembelajaran yang lebih kompleks dan paling sulit dilaksanakan dalam pembelajaran
kooperatif. Pada model group investigation, sejak awal siswa dilibatkan mulai dari tahap
perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui
investigasi. Dalam pelaksanaanya, mempersyaratkan para siswa untuk memiliki kemampuan
yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.
Pengelompokan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil a 5-6 orang dapat bersifat
heterogen dan dapat juga didasarkan pada kesenangan berteman atau kesamaan minat.
Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap
berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan
di depan kelas secara keseluruhan.
Bagaimana, apakah Anda siap menerapkan metode pembelajaran tersebut? atau
Anda memiliki metode pembelajaran sendiri yang menurut Anda paling efektif? Jika ya,
boleh tambahkan pada kolom komentar. Have a great day.
(https://www.kompasiana.com/mulyadihamidah7630/5b712d986ddcae35c329b616/rekreasitangerang-metode-pembelajaran-efektif-menurut-para-ahli)
Pentingnya Menerapkan Metode Pembelajaran
"Thinking Aloud Pair Problem Solving"
Elisabeth Dande
9 Agustus 2018 19:30 Diperbarui: 9 Agustus 2018 19:55 225 0 0
PENTINGNYA MENERAPKAN METODE PEMBELAJARAN "THINKING ALOUD PAIR PROBLEM
SOLVING" UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Pada hakekatnya matematika merupakan ilmu yang menarik untuk dipelajari. Matematika
mempunyai manfaat yang besar dalam konteks kehidupan manusia. Hampir setiap aspek
kehidupan manusia selalu berkaitan atau bersinggungan dengan ilmu matematika.
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bilangan atau angkaangka, teori bilangan tentang pengukuran besaran satuan dan bangun ruang secara
structural. Matematika adalah ilmu pengetahuan yang konseptual dan terstruktur. Yang
dibutuhkan dalam proses pembelajaran matematika ialah kemapuan nalar (logika) berpikir
siswa. Kemampuan siswa ini sangat diperlukan dalam seluruh proses pembelajaran ilmu
matematika.
Hampir sebagian besar siswa menganggap matematika sebagai bidang studi yang paling
rumit dan sulit untuk dipahami. Berbeda dengan ilmu social yang hanya butuh pemahaman,
matematika sebagai ilmu eksata membutuhkan kemampuan nalar (logika) berpikir. Maka
ketika kemapuan nalar ini tidak dimiliki, maka bukan tidak mungkin siswa akan sulit
memahami ilmu matematika.
Selain itu, metode belajar yang diterapkan oleh siswa itu sendiri juga mempengaruhi
kemapuan matematika siswa. Pada umumnya, siswa terbiasa untuk menghafal rumusrumus tanpa pemahaman mendalam tentang bagaimana terbentuknya rumus tersebut.
Faktor-faktor inilah kemudian yang menyebabkan siswa merasa minder dan takut untuk
mempelajari ilmu matematika.
Maka untuk mengatasi persoalan tersebut, penulis menganjurkan salah satu metode
altenatif yang bisa digunakan oleh para guru dalam pembelajaran matematika. Metode
tersebut adalah
metode pembelajaran thinking aloud pair problem solving, yang bisa digunakan untuk siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving telah digunakan oleh Farida Hanum,dkk dalam
penelitian di SMP Muhammadiyah 13 Surabaya untuk siswa kelas VII-B. Penggunaan metode
tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa, aktivitas siswa, respon siswa
kelas VII-B SMP Muhammadiyah 13. Mereka mengukur kemampuan siswa terhadap hasil
belajar siswa.
Hasil penelitian disimpulkan bahwa, kemampuan siswa dapat ditingkatkan menggunakan
Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving. Rata-rata nilai siswa meningkat dari siklus I
dengan rata-rata meningkat sebesar nilai Ujian Tengah Semster (UTS) semester genap dan
dari siklus II meningkat dari siklus I dengan rata-rata. Aktivitas siswa dalam menyelesaikan
menyelesaikan masalah memperoleh presentase terbesar 20%. Respon minat siswa dalam
mengikuti mata pelajaran matematika sebesar 92,3.
Berdasarkan data di atas, jelas manfaat dari metode thinking aloud pair problem solving
sangat membantu siswa dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, penulis
menyarankan agar metode ini bisa terapkan oleh para guru.
(https://www.kompasiana.com/elisabethdande7923/5b6c33d0bde5755a4135af12/pentingnyamenerapkan-metode-pembelajaran-thinking-aloud-pair-problem-solving-untuk-siswa-sekolahmenengah-pertama)
Pentingnya Menerapkan Metode
Pembelajaran "Thinking Pair Problem Solving"
Nurulin elfarah
8 Agustus 2018 17:58 Diperbarui: 8 Agustus 2018 18:31 137 0 0
Pada hakekatnya matematika merupakan ilmu yang menarik untuk dipelajari. Matematika
mempunyai manfaat yang besar dalam konteks kehidupan manusia. Hampir setiap aspek
kehidupan manusia selalu berkaitan atau bersinggungan dengan ilmu matematika.
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bilangan atau angkaangka, teori bilangan tentang pengukuran besaran satuan dan bangun ruang secara
structural. Matematika adalah ilmu pengetahuan yang konseptual dan terstruktur. Yang
dibutuhkan dalam proses pembelajaran matematika ialah kemapuan nalar (logika) berpikir
siswa. Kemampuan siswa ini sangat diperlukan dalam seluruh proses pembelajaran ilmu
matematika.
Hampir sebagian besar siswa menganggap matematika sebagai bidang studi yang paling
rumit dan sulit untuk dipahami. Berbeda dengan ilmu social yang hanya butuh pemahaman,
matematika sebagai ilmu eksata membutuhkan kemampuan nalar (logika) berpikir. Maka
ketika kemapuan nalar ini tidak dimiliki, maka bukan tidak mungkin siswa akan sulit
memahami ilmu matematika.
Selain itu, metode belajar yang diterapkan oleh siswa itu sendiri juga mempengaruhi
kemapuan matematika siswa. Pada umumnya, siswa terbiasa untuk menghafal rumusrumus tanpa pemahaman mendalam tentang bagaimana terbentuknya rumus tersebut.
Faktor-faktor inilah kemudian yang menyebabkan siswa merasa minder dan takut untuk
mempelajari ilmu matematika.
Maka untuk mengatasi persoalan tersebut, penulis menganjurkan salah satu metode
altenatif yang bisa digunakan oleh para guru dalam pembelajaran matematika. Metode
tersebut adalah
metode pembelajaran thinking aloud pair problem solving, yang bisa digunakan untuk siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving telah digunakan oleh Farida Hanum,dkk dalam
penelitian di SMP Muhammadiyah 13 Surabaya untuk siswa kelas VII-B. Penggunaan metode
tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa, aktivitas siswa, respon siswa
kelas VII-B SMP Muhammadiyah 13. Mereka mengukur kemampuan siswa terhadap hasil
belajar siswa.
Hasil penelitian disimpulkan bahwa, kemampuan siswa dapat ditingkatkan menggunakan
Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving. Rata-rata nilai siswa meningkat dari siklus I
dengan rata-rata meningkat sebesar nilai Ujian Tengah Semster (UTS) semester genap dan
dari siklus II meningkat dari siklus I dengan rata-rata.
Aktivitas siswa dalam menyelesaikan menyelesaikan masalah memperoleh presentase
terbesar 20%. Respon minat siswa dalam mengikuti mata pelajaran matematika sebesar
92,3.
Berdasarkan data di atas, jelas manfaat dari metode thinking aloud pair problem solving
sangat membantu siswa dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, penulis
menyarankan agar metode ini bisa terapkan oleh para guru.
(https://www.kompasiana.com/nurulintransitaelfarah3766/5b6acce75a676f02ed7ec8d6/pentingny
a-menerapkan-metode-pembelajaran-thinking-pair-problem-solving-untuk-siswa-sekolahmenengah-pertama)
Metode Pembelajaran E-learning Berbasis
Web Terbaik di Perguruan Tinggi Indonesia
15 Juli 2018 22:01 Diperbarui: 15 Juli 2018 22:39 397 0 0
Konsep belajar mengajar masih memiliki makna sebagai sebuah interaksi antara dosen
dengan mahasiswa melalui sebuah pertemuan yang terjadi di dalam kelas.
Dosen atau pengajar berperan sangat dominan di dalam ruang kuliah. Padahal,
pembelajaran yang efektif seharusnya sangat terfokus pada karakteristik yang tergambar
dari (proses) pembelajarannya.
Adanya perkembangan proses belajar melalui Teknologi informasi dan komunikasi yang
mengenalkan penggunaan media elektronik seperti komputer dalam menyebarkan
informasi.
Di dalam bidang pendidikan, perkembangan TIK ini memicu berkembangnya e-Learning. ELearning atau electronic learning adalah sebuah konsep dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan TIK, khususnya menggunakan media yang berbasis Internet. Istilah eLearning
sendiri memiliki kesamaan makna dengan beberapa istilah lain seperti on-line learning,
virtual classroom dan virtual learning.
Istilah e-learning sangat popular beberapa tahun belakangan ini, mekipun konsepnya sudah
cukup lama dimunculkan sebelumnya. Istilah ini sendiri memiliki definisi yang sangat luas.
Terminologi e-learning cukup banyak dikemukakan dalam berbagai sudut pandang, namun
pada dasarnya mengarah pada pengertian yang sama Jadi e-learning berarti pembelajaran
dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. Dalam
pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio, video, perangkat komputer, atau
kombinasi dari ketiganya.
E-Learning merupakan sebuah proses pembelajaran yang dilakukan menggunakan jaringan
internet, dengan e-learning dapat memungkinkan tersampainnya suatu informasi dalam
bentuk kegiatan atau aplikasi seperti website menggunakan media teknologi Informasi dan
Komunikasi yang berupa jaringan internet atau komputer.
Menggunakan e-learning pembelajaran yang berupa suatu kegiatan lewat media bisa
dilakukan kapan saja, dan dimana saja. E-learning memiliki ciri khas yang menjadi unggulan
yakni tidak tergantung pada ruang(tempat) dan waktu.
Pada pembelajaran lewat media ini tidak menyita waktu yang begitu lama untuk mahir
didalamnya, atau sekedar untuk bisa melakukan pembelajaran elektronik e-learning sendiri,
dan e-learning tidak membutuhkan ruangan (tempat) yang besar atau luas layaknya
pembelajaran dalam kelas, e-learning yang merupakan sebuah teknologi media internet
telah memperpendek jarak.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang menghasilkan internet
dengan pembelajaran berbasis web merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang
memanfaatkan media situs web (website) yang bisa diakses melalui jaringan internet.
Pembelajaran berbasis web merupakan salah satu jenis penerapan dari pembelajaran
elektronik (e-learning).
Tetapi disini sebenarnya untuk kegunaan elearning terkadang masih jarang yang tahu,
apalagi untuk ranah mahasiswa, kurangnya pemahaman mereka tentang apa itu e larning.
Disisi lain untuk kegunaan e learning sendiri banyak sekali, disamping itu juga banyak situs
elearning seperti yang terbaik saat ini di Indonesia menurut Vebma.com dalam tulisannya
adalah #ilmukomputer.com, #Goesmart.com, #Geschool.net, #Fisikanet.lipi.go.id,
#pesonaedu.com .
Tidak sampai disitu saja sebenarnya pembelajaran elearning melalu internet juga banyak
hanya saja kita menjadi mahasiswa tidak ingin tahu, bisa jadi kita yang malas untuk
membuka wawasan kita atau mencari tahu pembelajaran yang terbaik saat ini, yang
terpenting kita sebagai pelaku harus pandai pandainya mencari referensi yang baik selagi
zaman ini semakin maju.
Jadi kita tidak stuck hanya disitu saja kita bisa melihat yang diluar sana untuk pembelajaran
elearning sendiri, apabila kita menemukan pembelajaran yang pas kita tidak hanya
merasakan kesenangan secara pribadi saja tetapi kita akan terus menerus membuka
tersebut dan menjadi ingin tahu lebih jauh mengenai elearning.
Maka dari itu kita sekaligus belajar dengan mana yang akan dijadikan pembelajaran
elearning sendiri walaupun sekarang sudah ada situs elearning terbaik diindonesia, tetapi
kita tidak bisa mengacu pada satu pandangan saja untuk saat ini karena banyak yang lebih
baik asal kita mau untuk berusaha dan mencari-cari.
Dengan berbasis website, E-learning dapat berkembang dari pembelajaran menggunakan
internet kemudian memiliki sebuah isi dari video, teks dan lain sebagainnya yang disebut
dengan website. Munculnya website tersebut yang telah berkembang sangat cepat
disebabkan oleh faktor utama yaitu karena penyebaran informasi melalui website begitu
cepat dan mencakup area yag luas (mendunia),
Sehingga tidak ada batasan waktu dan jarak selain itu juga sampai sekarang ini lagi tren
pembuatan website pribadi atau blog. Semisal apabila ingin kuliah kita tinggal mendaftar
pada website-website yang telah menyediakan e-learning, sehingga proses perkulihannya
dapat dilakukan secara online walaupun dibatasi oleh jarak jauh.
Pembelajaran berbasis web adalah suatu kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan
dengan memanfaatkan media situs (website) yang dapat diakses melalui jaringan internet
yang terkoneksi atau terhubung secara simultan, sehingga memungkinkan untuk bertukar
data dan informasi antar komputer.
Hal itu dikenal dengan sebutan Web Based Learning (WBL) atau Web Based Education
(WBE) merupakan salah satu jenis penerapan dari pembelajaran elektronik (e-learning).
Dengan demikian dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia
pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan.
Sumber: Vebma.com
(https://www.kompasiana.com/hebby63555/5b4b61d05e13730cfc41f9d2/metode-pembelajaran-elearning-berbasis-website-terbaik-di-perguruan-tinggi-di-indonesia)
Pembelajaran Fisika dengan Metode
Pembelajaran "Problem Solving"
20 Juni 2018 12:35 Diperbarui: 20 Juni 2018 12:36 363 0 0
Rendahnya kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran dalam pendidikan
merupakan masalah yan penting bagi setiap bangsa yang sedang berkembang atau yang
telah maju sebab pendidikan merupakan salah satu tolak ukur krmajuan suatu bangsa.
Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan dilihat dari kualitas proses dan hasil belajar
yang bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa " tujuan pendidkan nasional
dalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman danbertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memilliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan".
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Melalui pendidikan fisika siswa dilatih untuk dapat berpikir secara kritis, logis, cermat,
sistematis, kreatif dan inovatif. Hal ini merupakan beberapa kemampuan yang dapat
dikembangkan melalui pendidikan fisika yang baik.
Di samping itu ada beberapa sikap positif yang dapat berguna dalam pemecahan masalah :
percaya diri, pantang menyerah, ulet dan disiplin dalam melalukan segala sesuatu.
Pendidkan fisikan yang terbaik hanya akan terjadi jika proses belajar mengajar fisika di
dalam kelas berhasil membelajarkan siswa untuk berpikir dan bersikap.
Pada kenyatan yang sering kita lihat di sekolah, terdapat siswa yang tidak menyukai
pelajaran fisika. Sebagian siswa menggangap bahwa pelajaran fisika itu sebagai pelajaran
yang menakutkan, sulit serta membosakan.
Pandangan negatif siswa terhadap pelajaran fisika ini menyebabkan rendahnya hasil belajar
dan minat belajar siswa terhadap pelajaran fisika. Pada hal jika ditelisik dari konsep
pembelajaran, pelajaran fisika semestinya menjadi mata pelajaran yang sangat
menyenangkan dan di sukai oleh siswa.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi mengapa pelajaran fisika tidak di sukai oleh
siswa, salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam
mengajar di kelas. Masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional atau
metode ceramah. Metode ceramah dianggap sebagai metode yang paling mudah, padahal
tidak semua mata pelajaran cocok menggunakan metode ceramah.
Dengan metode ceramah pusat pembelajaran hanya terletak pada guru, siswa lebih banyak
menengarkan dan mencatat informasi tanpa mengetahui konsep dari pembelajaran itu
sendiri. Sehingga keterampilan yang ada di dalam diri siswa tidak dapat terlatih dengan baik.
Selain itu juga, minat belajar siswa terhadap pelajaran fisika akan menurun dan akan
berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika.
Proses pembelajaran yang berlangsung satu arah dan monoton tersbut menyebabkan siswa
kurang aktif dan kurang dapat meningkatkan minat belajar siswa yang pada akhirnya tidak
bisa dipugkiri masih banyak menggangap fisika sebagai pelajaran yang sulit dan
menbosankan. Sehingga, siswa tidak dapat menerapkan konsep pembelajaran fisika dalam
menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru yang dibuat sedikit berbeda.
Oleh karena itu dalam pembelajaran fisika guru perlu menggunakan model pembelajaran
yang tepat dan menarik sehingga siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran fisika.
Kemampuan problem solving pada dasarnya merupakan hakikat tujuan pembelajaran yang
menjadi kebutuhan peserta didik dalam menghadapi kehidupan nyata. Didalam kehidupan
sehari-hari peserta didik telah banyak dihadapkan dengan sebuah masalah baik
dilingkungan rumah, sekolah ataupun di masyarakat. Kurangnya kepercayaan uang di
berikan kepada peserta didik di lingkugan keluarga untuk menghadapi masalah-masalah
yang ada merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peserta didik tidak terlatih untuk
melalukan problem solving.
Selain itu kurangnya pengelaman yang dimiliki oleh peserta didik dalam menghadapi
masalah dalam kehidupan sehari-hari juga faktor yang membuat susah
terlaksananya problem solving. Faktor lain yang menyebabkan terlaksananya
kemampuan problem solving adalah kurangnya kesiapan sekolah, guru dan peserta didik
untuk melakukan kegiatan problem solving dalam pembelajaran. Hal ini di sebabkan karena
belum adanya pendekatan yang cocok untuk menunjang kegiatan problem solving dalam
pembelajaran.
Problem Solving adalah suatu proses dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik
tertentu untuk menghadapi situasi baru, agar keadan tersebut dapat dilalui sesuai keinginan
yang ditetapkan oleh guru. Dalam pemecahan suatu maslah guru harus membantu siswa
dalam memcahkan suatu masalah.
Cara yang paling efektif adalah guru menberikan contoh kepada anak cara memecahkan
suatu masalah, cara yang lebih baik ialah guru memberikan intruksi kepada siswa verbal
untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah, sedangkan cara yang terbaik adalah
memecahkan masalah itu langkah demi langkah dengan menggunakan aturan atau kaidah
tertentu, tanpa merumuskan aturan itu maksudnya siswa di bantu dan di bimbing untuk
menemukan sendiri pemecahan dari masalah tersebut.
Dalam proses pemecahan masalah tersebut siswa harus memiliki kondisi belajar dalam diri
pelajar atau kondisi dalam situasi belajar. Kondisi dalam diri pelajar adalah kemampuan
untuk mengingat kembali aturan-aturan yang telah dipelajari sebelumnya yang berkenaan
dengan pemecahan masalah itu. Sedangaka kondisi dalam situasi belajar merupakan
binbingan oleh anak itu sendri kepada dirinya dalam hal belajar untuk mendorong anak
untuk mengingatkembali aturan yang di perlukan.
Menurut Polya (2002 : 27) memberi empat langkah pokok cara pemecahan masalah, yaitu :





masalahnya, Masing-masing siswa mengerjakan lathan yang berbeda denga teman sebelahnya.
menyusun rencana penyelesaian, pada tahap ini siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi
masalah, kemudian mencari cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Melaksanakan rencana penyelesaian itu, langkah ini siswa dapat menyelesaikan masalah dengan
melihat contoh atau dari buku, dan bertanya pada guru.
Memeriksa kembali penyelesaian yang telah dilaksanakan.
Terakhir siswa mengulang kembali atau memeriksa jawabab yang telah dikerjakan, kemudian
siswa bersama guru dapat menyimpulkan dan dapat mempresentasikan di depan kelas.
Model pengajuan soal atau problem solving atau membuat soal sendiri dapat membantu
siswa dalam mengembangkan kesukaannya terhadap fisika, sebab ide-ide fisika siswa
diarahkan untuk memahami soal yang sedang dikerjakan dan dapat meningkatkan
pemahamannya dalam memecahkan suatu permasalahan.
Penggunaan metode problem solving menitik beratkan pada keaktifan siswa dalam proses
belajar mengajar di kelas. Keaktifan siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar
juga dipengaruhi oleh minat belajar siswa.
Sehingga dengan adanya interaksi antar metode mengajar dan minat belajar tersebut
diharapkann dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam hal ini dapat meningkatkan
kemampuan kognitif siswa.
(https://www.kompasiana.com/lorita98/5b29e71816835f4d4c180bb3/pembelajaran-fisika-denganmetode-pembelajaran-problem-solving)
Metode Pembelajaran "Picture and Picture"
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
26 April 2018 19:58 Diperbarui: 26 April 2018 20:03 562 0 0
Hasil belajar menjadi komponen terakhir dalam sebuah proses pembelajaran. Hasil belajar
berhubungan dengan nilai atau aspek kognitif siswa dan perilaku siswa yang berubah
setelah mengalami sebuah proses pembelajaran.
Tujuan sederhana dari belajar adalah mengajarkan pengetahuan dan keterampilan agar
siswa yang awalnya tidak tahu menjadi tahu dan siswa yang awalnya tidak terampil menjadi
terampil. Maka dari itu,diharapkan proses pembelajaran yang terjalin antara guru dan siswa
menjadi proses pembelajaran yang bermakna dan berkualitas. Proses pembelajaran yang
berkualitas melibatkan banyak hal, salah satunya adalah metode atau model pembelajaran
yang diterapkan oleh guru.
Menurut Slameto metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam
mengajar. Metode pembelajaran yang diterapkan akan sangat mempengaruhi siswa dalam
menyerap materi yang disampaikan oleh guru. Jika seorang guru menyampaikan materi
menggunakan metode pembelajaran yang variatif dan menyenangkan, maka siswa akan
lebih tertarik untuk menyimak materi yang disampaikan.
Sebaliknya jika guru hanya mengajar dengan metode konvensional yaitu ceramah maka
siswa akan bosan dan tidak tertarik menyimak materi yang sedang diajarkan. Hal tersebut
tentunya akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa yang tidak menyimak materi
pembelajaran akan mengalami kesulitan jika guru memberikan soal-soal yang berkaitan
dengan materi tersebut.
Penggunaan metode pembelajaran yang masih sangat minim, ternyata salah satunya
disebabkan oleh kurangnya kesadaran guru untuk menggunakan metode pembelajaran
kreatif untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Ini yang menyebabkan pembelajaran
menjadi kurang menarik dan membuat siswa merasa bosan dan tidak semangat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah.
Contohnya seperti, guru hanya menerangkan dengan cara menjelaskan terkait materi
dipapan tulis kemudian menyuruh para siswanya untuk mengerjakan soal-soal dibuku. Hal
ini yang kemudian menjadikan hasil belajar siswa rendah. Hal ini juga terjadi karena
kurangnya penggunaan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan semangat para
siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Salah satu tugas seorang guru adalah memotivasi siswa dan mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan dan dapat membuat siswa belajar dengan sungguh-
sungguh. Suasana pembelajaran yang menyenangkan dapat diaplikasikan melalui metode
pembelajaran yang menyenangkan pula.
Salah satu metode pembelajaran tersebut adalah metode pembelajaran picture and picture.
Metode pembelajaran picture and picture adalah salah satu metode pembelajaran yang
menggunakan gambar dan dapat menarik perhatian siswa, terutama di taman kanak-kanak
(TK) yang notabenya masih menyukai hal-hal yang imaginatif. Menurut Suprijono metode
pembelajaran picture and picture adalah metode pembelajaran yang menggunakan gambar
dipasangkan dan diurutkan menjadi urutan yang logis.
Proses pembelajaran dengan menggunakan metode picture and picture pada pembelajaran
mempunyai tujuan untuk menciptakan dan mendorong siswa supaya siswa lebih aktif, selain
itu kerja kelompok perlu ditanamkan sejak dini sehingga diharapkan dapat memacu
kekompakan siswa untuk dapat membantu anggota dalam memecahkan masalah bersama,
menumbuhkan rasa toleransi dan kekompakan antar anggota kelompok.
Selain itu, melihat situasi kelas di taman kanak-kanak yang siswanya sering ramai dan tidak
tertarik menyimak materi yang disampaikan, maka dengan adanya metode pembelajaran
yang bervariasi seperti picture and picture diharapkan dapat menarik perhatian siswa
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
(https://www.kompasiana.com/dewi_masluchah/5ae1cceadcad5b5fa6245d93/metodepembelajaran-picture-and-picture-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-siswa)
Guru Harus Kreatif Mengembangkan
Metode Pembelajaran
Kifayatul ahyar
5 April 2018 14:55 Diperbarui: 28 Mei 2018 10:59 331 0 0
dokpri
BEDA Online - Berita Dari Ajibarang Metode pembelajaran digunakan untuk menciptakan
suasana kelas yang aktif. Pembelajaran akan membosankan bila guru tidak kreatif.
Menciptakan suasana belajar yang aktif menjadi tugas utama guru. Terlebih bagi mata
pelajaran yang bersifat naratif dan hafalan seperti ilmu pengetahuan sosial (IPS) materi
sejarah. Sebab materi sejarah lebih banyak penghafalan teks dibanding penalaran, sehingga
siswa mudah bosan dan jenuh didalam kelas. Mengatasi persoalan ini, siswa kelas lima MI
Ma'arif NU 1 Karangnangka Kecamatan Kedungbanteng menggunakan metode diskusi
teman sebaya untuk menghindari kejenuhan dibawah bimbingan gurunya, Rabu (4/4)
Kurikulum 2013 mengamanatkan agar pembelajaran lebih mengedepankan pendekatan
saintifik. Banyaknya materi IPS menjadikan siswa cepat bosan, karena mereka diharuskan
mengingat teks materi dalam buku pegangan. Pendekatan saintifik, mengajak siswa untuk
menemukan sesuatu yang dipelajarinya. Maka dengan diskusi teman sebaya, siswa akan
berdialog dan berinteraksi untuk mendapatkan pengalaman belajarnya.
Imam Muttaqin, guru kelas lima, menuturkan dalam pembelajaran IPS sebenarnya banyak
cara yang dapat dilakukan, satu diantaranya dengan tanya jawab teman sebaya. "Belajar
sejarah juga dapat dilakukan melalui kunjungan ke situs bersejarah, nonton film sejarah,
studi lapangan, wisata religi dan sebagainya disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran,"
tuturnya.
Imam menjelaskan tujuan penerapan metode diskusi teman sebaya ini untuk menghindari
kebosanan. Untuk menggali dan berbagi informasi antarsiswa. "Dengan berdiskusi, siswa
diharapkan lebih memahami materi secara mendalam dan saling melengkapi satu sama lain
dibawah bimbingan guru," jelasnya.
Kepala Madrasah, Sugeng Riyadi, mengemukakan metode tanya jawab teman sebaya
memberikan suasana pembelajaran menjadi hidup. Sebab siswa bertukar informasi dan
pengalaman belajarnya. "Metode ini bagian dari upaya implementasi kurikulum 2013, cara
menciptakan pembelajaran inovatif dan partisipatif harus selalu dikembangkan," ungkanya.
Sugeng berharap semua guru seyogianya selalu melakukan pembaharuan dalam
pembelajaran. sehingga siswa tidak cepat bosan dalam belajar. "Idealnya setiap guru
mampu mengembangkan metode pembelajaran agar suasana interaksi dikelas tidak
menjenuhkan. Sehingga saya menghimbau kepada para guru disini untuk aktif agar tujuan
pembelajaran bisa tercapai dan terukur", harapnya.
(https://www.kompasiana.com/kifayatulahyar/5ac5d659dcad5b109950ba24/guru-harus-kreatifmengembangkan-metode-pembelajaran)
Metode Pembelajaran Bahasa yang
Menyenangkan dengan "Nge-vlog"
Yuniarto Hendy
1 Januari 2018 20:33 Diperbarui: 2 Januari 2018 08:03 1471 1 2
Dokumentasi Pribadi
Telah banyak metode pembelajaran ataupun pengajaran bahasa yang dapat dipraktikkan.
Dari metode konvensional sampai mutakhir juga telah banyak dibahas serta diteliti di
lingkungan akademik. Boleh dikatakan bahwa metode memang menentukan kualitas
pembelajaran dan pengajaran.
Faktanya, kita melihat metode tersebut efektif dan tidaknya lewat hasil daripada seseorang
yang dapat menguasai suatu tingkatan tertentu dalam berbahasa. Metode konvensional
mungkin semakin lama akan semakin tergusur dengan metode yang lebih inovatif karena
pembelajar merupakan generasi milenial atau bahkan generasi Z.
Generasi ini berada pada masa kemudahan digital, sehingga tidak mengherankan kalau
seseorang dapat berbicara bahasa asing hanya melaui pembelajaran online atau dengan
aplikasi di gawai mereka.
Seseorang dapat berbahasa Inggris karena terbiasa mendengarkan melihat film, menonton
video di youtube, bermain game, melihat meme, dan lain-lain.
Salah satu metode yang penulis praktikan untuk mengajar bahasa adalah dengan melakukan
penampilan yang direkam dalam video pendek. Secara sederhana pembelajar membuat vlog
dengan tema atau topik yang bermacam-macam.
Tentu saja tema ataupun topik disesuaikan dengan tingkatan berbahasa pembelajar. Vlog
yang diartikan sebagai video-blog tentu telah populer sejak lama.
Vlog berisikan video dokumentasi tentang kehidupan sehari-hari, hobi, travel, opini, dan
masih konten yang lainnya. Membuat vlog dimulai dengan perencanaan karena
perencanaan inilah yang akan menentukan hasil. Sebenarnya, vlog sebagai metode
pembelajaran tidak setarus persen berfokus pada hasil, melainkan proses yang lebih
penting.
Di dalam proses pembuatan vlog pembelajar menyusun pembicaraan yang harus sesuai
pengucapan serta tata bahasa yang baik dan benar. Selanjutnya dalam proses perekaman,
pembelajar akan berbicara tanpa membaca teks.
Melalui proses ini pembelajar tidak ada pilihan lain kecuali harus menghafal teks. Selain itu,
pembelajar juga diharapkan tidak bersikap kaku di depan kamera karena mereka juga
diharuskan untuk berperan secara alami.
Oleh karena itu, ada empat keunggulan dalam proses pembelajaran ini, yaitu
mempersiapkan teks, berbicara sesuai dengan pengucapan yang benar, menghafal teks, dan
berperilaku alami sebagai seorang penutur asli bahasa target.
Penulis mencoba mempraktikkan metode ini kepada mahasiswa asing yang belajar bahasa
Indonesia dari tingkat pemula dan semenjana. Tema yang digunakan pun cukup beragam.
Karena tema belajar bahasa yang terlampau banyak, maka pengajar dan pembelajardapat
menentukan sendiri sesuai dengan buku ajar ataupun hal-hal menarik sesuai lingkungan.
Beberapa vlog terkait pembelajaran bahasa dapat disaksikan sebagai berikut.
vlog tentang kisah romantis mahasiswa
vlog tentang memperkenalkan obyek pariwisata
vlog tentang cara memasak
vlog tentang lingkungan kampus
Dengan metode vlog maka pembelajar akan mendapatkan hasil belajar bahasa yang
maksimal. Pembelajar tidak hanya belajar mempersiapkan teks serta membenahi tata
bahasanya, namun pembelajar juga berlatih berbicara secara berulang-ulang karena harus
menyesuaikan sikap alami penutur asli.
Meskipun metode ini terkesan menarik tetapi metode ini juga pasti mempunyai banyak
kekurangan bila dibandingan dengan metode yang telah teruji bertahun-tahun dan
dipraktikan secara umum di manapun dan dalam bahasa apapun.
Selain itu, dalam metode vlog juga membutuhkan waktu yang tidak sedikit, mengingat
proses perencanaan dan pengambilan video yang memakan waktu cukup lama. Namun
dengan proses inilah pembelajar asing memiliki pengalaman yang mengasyikkan dalam
belajar bahasa selain daripada di ruang kelas.
Di sini penulis hanya berbagi tentang apa yang telah dipraktikkan meskipun penulis sendiri
tidak 100 persen menggunakan metode vlog dalam proses pengajaran bahasa. Metode vlog
hanya salah satu cara agar pembelajaran lebih menarik.
Metode ini setidaknya memiliki sedikit manfaat untuk peningkatan kemampuan berbahasa
seseorang. Selain itu, diharapkan pembelajar juga menjadi lebih kreatif karena mereka
diberi kebebasan untuk berekspresi.
(https://www.kompasiana.com/joker_88/5a4a38b416835f16372e18c5/vlog-sebagai-metodepembelajaran-bahasa-yang-menyenangkan)
Bagaimana Merancang Metode Pembelajaran yang
Menarik, Menyenangkan, Kontekstual dan Bermakna?
Komar Tsuji
Guru SMA Al-Izhar Pondok Labu Jakarta dan Fasilitator Yayasan Cahaya Guru.
1 Desember 2017 23:57 Diperbarui: 2 Desember 2017 09:27 2523 0 0
ff6df62e731e51300883a6a42aff2128-5a220f79b3f86c7971256c02.jpg
Guru Sebagai Ujung Tombak Pemasaran
Pernahkah Anda mendengar/menyaksikan iklan dengan kalimat utama: "Kesan pertama
begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda"? Iklan tersebut mempromosikan merek
parfum tertentu yang sangat terkenal di era tahun 90-an, namun gemanya hingga kini masih
terasa.
Lalu, apakah penting memperhatikan kesan pertama (first impression) bagi seorang guru?
Guru bukan model, aktor/aktris, atau pebisnis. Mengapa harus repot memikirkan kesan
pertama?
Ada pepatah yang mengatakan, "first impression determine your image". Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persepsi orang lain terhadap Anda sangat ditentukan dari menit-menit
awal interaksi. Jadi dapat dibayangkan, jika kesan pertama Anda sebagai guru kurang
menggoda bagi murid-murid, kira-kira bagaimana dengan langkah-langkah Anda
selanjutnya?
Seperti halnya petugas pemasaran, hampir setiap hari, guru memasarkan produknya berupa
konten kurikulum kepada para konsumen, yaitu peserta didik di kelas masing-masing.
Ketertarikan mereka terhadap "produk", sangat ditentukan oleh kemampuan guru
mengemasnya. Strategi guru pada menit-menit awal pembelajaran, sangat menentukan
bagaimana kualitas proses pembelajaran puluhan menit selanjutnya.
Apakah Anda termasuk guru yang selalu mengulang-ngulang tahapan pembelajaran
sehingga mudah ditebak siswa dan tentu saja membosankan? Ataukan Anda berani
melakukan apapun agar proses pembelajaran lebih menantang, mengejutkan, menarik dan
tentu saja bermakna bagi para peserta didik? Silahkan dijawab sendiri dengan merefleksikan
pengalaman yang sudah Anda jalani sebagai pendidik.
Bagaimana merancang menit-menit pertama yang lebih menggoda?
Seandainya Anda ditanya, "Diantara rentang 1 hingga 10, berapa skor Anda dalam
merancang pembelajaran yang menarik, menyenangkan, kontekstual dan bermakna?"
"Metode apa saja yang sudah Anda lakukan untuk membuat murid-murid antusias dalam
menjalani proses belajar bersama Anda?" Saya yakin, setiap guru punya momen praktik baik
yang sangat berharga dalam membangun kepercayaan diri dan rasa bangga sebagai
pendidik.
Seandainya setiap guru di Indonesia mendokumentasikan satu saja metode pembelajaran
yang sudah dirancang dan diterapkannya, maka kemungkinan akan terbit sekian puluh buku
yang bisa digunakan untuk saling berbagi pengalaman antar para guru di seantero
Nusantara.
Bagi saya ada 4 pedoman dalam merancang metode pembelajaran, yaitu Menarik,
Menyenangkan, Kontekstual dan Bermakna (MMKB) bagi murid-murid. Guru dituntut untuk
merdeka melakukan apapun dibawah payung MMKB tersebut. Tidak ada eksperimen yang
salah dalam proses kreatif. Jangan takut mengalami kegagalan. Bahkan kesalahanpun
merupakan hal yang sangat berharga dibandingkan dengan tidak pernah salah karena
memang Anda tidak pernah berbuat apapun.
Dalam pelajaran Geografi kelas XI IPS SMA Al-Izhar Pondok Labu Jakarta (tempat saya
bertugas), ada materi yang cukup abstrak dan konseptual yaitu Pembangunan
Berkelanjutan. Materi ini bisa diajarkan dalam satu kali pertemuan, dengan cara yang sangat
konvensional: siswa merangkum, latihan soal, dan pertemuan selanjutnya ulangan harian.
Selesai sudah proses pembelajaran. Murid senang dan guru pun riang karena kewajiban
kurikulum tuntas. Namun apakah proses pembelajaran menarik, menyenangkan,
kontekstual dan bermakna bagi kehidupan mereka? Itu prioritas yang kesekian karena
jawabannya akan panjang lebar dan melelahkan. Buat apa guru berlelah-lelah?
Namun, saya memilih untuk berlelah-lelah. Saya memilih jalan yang terjal dan berliku.
Dalam kajian materi tersebut, setelah memberikan pengantar beberapa menit, saya
mengajak murid-murid ke ruang serbaguna untuk bermain holahop. Tentu saja mereka
memberondong berbagai pertanyaan ke saya. Sebagian dengan nada cenderung sinis.
Resepon saya sangat sederhana, "Itu pertanyaan yang harus kalian jawab sendiri setelah
permainan holahop."
Aneh, mengada-ada, kekanak-kanakan, dan tidak bermutu, itu kesan yang saya tangkap dari
mereka. Setelah berada di ruang serbaguna, saya memberikan pengarahan, "Silahkan setiap
orang bermain holahop maksimal 5 menit. Bagi yang sudah lancar, bantu temannya yang
belum bisa". Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan permainan holahop kelompok.
Setiap kelompok berbaris dengan tangan berpegangan. Anggota paling kiri memegang
holahop dan harus memindahkan ke anggota sebelah kanannya tanpa melepaskan tangan,
hingga holahop berada di ujung paling kanan secepat mungkin.
Apa yang terjadi beberapa menit kemudian? Suasana yang tadinya beku berubah menjadi
sangat dinamis, penuh gelak tawa, menyehatkan dan menyenangkan. Mereka yang sudah
piawai maupun yang belum bisa sama sekali bermain holahop, sama-sama menjadi
tontonan yang menarik. Suasana semakin riuh rendah saat memasuki perlombaan
permainan holahop kelompok. Masing-masing kelompok ingin menjadi yang tercepat di
kelasnya.
Tapi apakah cukup sampai di situ? Tentu saja belum. Itu hanya satu tahapan membangun
suasana belajar yang menarik dan menyenangkan. Apa dan bagaimana kontekstualisasinya
dengan meteri yang sedang dibahas yaitu Pembangunan Berkelanjutan? Itu tantangan
berikutnya.
Langkah selanjutnya adalah kerja kelompok untuk mendiskusikan prinsip-prinsip apa saja
yang didapatkan dari permainan holahop individual dan kelompok. Bagaimana kaitannya
dengan prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan yang sejak tahun 2016 menjadi
program Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melalui Sustainable Development Goals (SDGs)
hingga tahun 2030? Hal-hal apa saja yang sudah tercapai di lingkungan tempat tinggal
masing-masing terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan pelestarian lingkungan? Apakah
warga di sekitar tempat tinggalmu mendapat kesulitan terhadap akses layanan kesehatan
dan pendidikan? Masih adakah ibu-ibu yang meninggal karena melahirkan? Masih adakah
anak-anak yang tidak dapat sekolah karena kesulitan biaya? Bagaimana penanganan
sampah di lingkungan temnpat tinggalmu? Serta rangkaian pertanyaan lain yang relevan
dengan kehidupan di tempat tinggal murid-murid. Dengan demikian, proses pembelajaran
menjadi kontekstual dengan kehidupan sehari-hari, serta lebih bermakna bagi kehidupan
para peserta didik.
Dalam kajian teori belajar, proses tersebut termasuk dalam konsep konstruktivisme. Sebagai
landasan paradigma pembelajaran, konstruktivisme menyerukan perlunya partisipasi aktif
murid, pengembangan proses belajar mandiri, dan kemampun untuk mengembangkan
pengetahuannya sendiri.
Orientasi pembelajaran bergeser dari berpusat pada guru ke murid. Mereka tidak lagi
diposisikan bagaikan bejana kosong yang siap diisi. Dengan sikap pasrah mereka disiapkan
untuk dijejali informasi oleh gurunya. Atau mereka dikondisikan sedemikian rupa untuk
menerima pengatahuan dari gurunya. Murid kini diposisikan sebagai mitra belajar guru.
Guru bukan satu-satunya pusat informasi dan yang paling tahu. Guru hanya satu di antara
beragam sumber belajar atau sumber informasi. Sedangkan sumber belajar yang lain bisa
teman sebaya, perpustakaan, alam, laboratorium, televisi, koran dan internet.
Apakah kelas Anda seperti menara gading yang terpisah dari kehidupan?
Jika jawabannya "ya", maka Anda perlu merenungkan ulang hakikat pendidikan dan
pembelajaran. Anda harus merefleksikan kembali seluruh proses pembelajaran yang sudah
dijalani selama ini, karena hal tersebut merupakan jebakan yang "mematikan" bagi proses
pertumbuhan kepedulian, kebermanfaatan dan kebermaknaan proses pendidikan para
peserta didik.
Kelas menjadi steril, ngawang-ngawang dan terpisah dari kehidupan nyata. Murid hanya
bergumul dengan konsep-konsep abstrak yang terpisah dari realita. Bukankah itu sangat
membahayakan bagi proses pendewasaan peserta didik? Yang seharusnya terjadi adalah
kelas menjadi laboratorium terbuka, dinamis dan terhubung dengan dunia di luar sana.
Kelas harus menjadi medium untuk menumbuhkan kepedulian murid agar bisa memahami,
merespon, dan memberikan solusi terhadap beragam masalah yang terjadi di masyarakat,
baik dalam konteks lokal, nasional, maupun global.
Untuk menjawab tantangan tersebut, hampir dalam setiap menit-menit awal pembelajaran,
saya mengawalinya dengan apa yang disebut sebagai "Kajian Isu Terkini" (istilah kerennya:
Current Issues Studies). Pertanyaan kunci yang sering saya kemukakan saat memulai
pelajaran adalah "Peritiwa apa yang menarik perhatian kalian pada pekan ini?" "Bagaimana
tanggapan kalian?" "Adakah relevansinya dengan materi yang sedang kita bahas?"
Pertanyaan tersebut, selain dalam rangka meningkatkan kepedulian mereka, juga untuk
mengukur apakah mereka memanfaatkan media - baik cetak maupun digital - dalam proses
belajar (menumbuhkan kemampuan literasi media).
Ketika membahas materi Perbandingan Negara Maju dan Berkembang untuk murid kelas XII
IPS, ada seorang anak yang menyampaikan ketertarikannya pada pernyataan Salim Said,
yang mengatakan dalam sebuah acara diskusi di satu stasiun televisi, "Mengapa Indonesia
tidak maju, karena Tuhan pun tidak ditakuti." Tentu saja ini menjadi pemicu terjadinya
diskusi hangat dan penuh gelora, yang kemudian merambah ke beberapa hal, termasuk
pada 2 dimensi ajaran agama, yaitu dimensi ritual-simbolik yang partikular dan sistem nilai
yang universal.
Untuk lebih menyempurnakan proses pembelajaran, saya menampilkan cuplikan video
tersebut, yang disambut dengan gelak tawa mereka, karena memang sang professor
berargumen dengan sangat bernas namun penuh canda.
Contoh lainnya adalah saat pembahasan materi Oceanografi di kelas XI IPS, terutama topik
Laut Teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Seorang anak mengemukakan
ketertarikannya pada ketegasan Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti dalam
menindak para pencuri kekayaan laut Indonesia, yang tanpa ampun menenggelamkan kapal
perampok tersebut.
Ketertarikannya bukan saja pada ketegasan sikap sang menteri, tetapi juga pada latar
belakang pendidikan dan gaya hidup yang apa adanya, tanpa beban berat untuk menjaga
pencitraan di mata publik. Tapi justru kesederhanaanya itulah yang mengundang
kekaguman dari berbagai kalangan.
Tentu saja itu hanya segelintir pengalaman bagaimana mengaitkan antara apa yang terjadi
di luar sana dengan apa yang menjadi pokok bahasan di dalam kelas. Guru harus berani
merobohkan "dinding mental" kelas jika pembelajaran ingin kontekstual dan bermakna.
Sekali lagi, tidak ada yang salah dalam proses kreatif. Yang terjadi adalah "proses
pertumbuhan". Lebih baik lagi jika pertumbuhan itu juga ditularkan kepada para guru lain.
Mari kita merangkai kata, berbagi asa, untuk menuai bahagia.
(https://www.kompasiana.com/komarsmaliz/5a218a0245480219872bd002/bagaimana-merancangmetode-pembelajaran-yang-menggoda?page=all)
Metode Pembelajaran Menurut Teori
Hanifatul Ismadi
MAHASISWA
PGRA UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
25 November 2017 19:54 Diperbarui: 25 November 2017 20:05 1727 0 0
Pembelajaran dikelas haruslah menyenangkan, nyaman, memberi kebebasan untuk siswa
dalam mengeluarkan argument. Dalam mencapai pembelajaran yang diinginkan harus
mnggunakan metode yang mnyenangkan pula dalam pembelajaran.
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah dibuat agar rencana yang telah disusun tersebut bisa tercapai. Metode
pembelajaran harus dikuasai oleh seorang pendidik. Ketika guru sudah mampu
mengondisikan kelas maka guru tersebut sudah memahami metode pembelajaran saat
dikelas.
Metode pembelajaran memiliki macam-macam yaitu metode bercerita, metode brmain,
metode Tanya jawab, metode diskusi dan masih banyak lagi metode yang dapat digunakan
dikelas. Metode pembelajaran menurut beberapa teori yaitu :
Teori Behavioristik
Teori behavioristik yaitu perubahan tingkah laku yang didapatkan melalu hasil dari
pengalaman atau hasil dari suatu pembelajaran. Metode yang digunakan dalam teori
behaviorstik yaitu metode pembiasaan dimana seseorang itu harus diberikan stimulus untuk
mengubah tingkah laku mereka oleh karena itu dengan pemberian stimulus tersebut
membutuhkan pembiasaan agar hasil yang hendak dicapai semaksimal mungkin.
Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif ini dimana seseorang itu harus memahami betul suatu obyek karena
teori ini menyatakan bahwa tingkah laku seseorang itu hasil dari pemahaman atau persepsi
dirinya sendiri. Pembelajaran menggunakan teori ini juga ada kelemahannya yaitu karena
kebanyakan seseorang yang menggunakan intelektualnya tetapi mereka miskin nilai
moralnya. Metode yang digunakan dalam teori ini adalah metode praktek dimana praktek
ini mengedepankan intelektualnya jadi, harus diberikan kebebasan yang luas dalam
mengembangkan kualitas kognitifnya.
Teori kontruktivisme
Teori kontruktivisme yaitu dimana siswa harus menemukan sendiri infomasi yang masuk
kemudian memfilter apakah informasi ini benar-benar real atau hoax. Siswa juga marus
peka dalam merevisi suatu aturan yang tidak sesuai lagi. Metode yang digunakan dalam
teori kontruktivisme yaitu pengalaman dari siswa, ketika siswa akan mudah mempelajari
pelajaran apabila mereka memiliki pengalaman yang sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
Jadi, guru didini hanya sebagai fasilitator dan juga mengarahkan siswa dalam mengatasi
masalah yang akan dilalui oleh sisw dalam suatu pembelajaran.
Teori belajar humanistik
Teori humanistik yaitu memanusiakan manusia, teori ini berusaha memahami perilaku
belajar melalui sudut pandang belajar bukan dari pengamatnya. Metode yang digunakan
learning exsperimensial diamana siswa harus terjun langsung ke dalam ranah sosial untuk
melakukan pengamatan tentang pelaku sosial.
Semoga dalam artikel kali ini lebih memberikan manfaat bagi pembacanya.
(https://www.kompasiana.com/hanifatulismadi/5a1967f8da14f924b72ad7f2/metodepembelajaran-menurut-teori)
Pandangan terhadap Salah Satu Metode Pembelajaran
Asma Wati
27 Oktober 2017 12:22 Diperbarui: 27 Oktober 2017 12:39 1612 0 0
METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat berbagai metode yang dapat digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran. Guru harus memahami berbagai metode pembelajaran agar guru dapat
memilih dan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan materi dan tujuan
pembelajarannya. Metode pembelajaran yang digunakan diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam proses berpikir dan mengungkapkan pendapat. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yaitu metode
diskusi. Diskusi merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain ,saling
berbagi gagasan dan pendapat. Menurut Suryosubroto (1997: 179), adalah suatu
percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang bergabung dalam suatu kelompok, untuk
saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemacahan
mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah. Metode diskusi mendorong
siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan agar siswa dapat terdorong
untuk berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan-aturan yang terlalu keras, namun
tetap harus mengikuti etika yang disepakati bersama. Diskusi digunakan oleh guru apabila
hendak:
1. memanfaatkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh siswa
2. memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing
3. memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah
tercapai
4. membantu para siswa balajar berpikir teoretis dan praktis lewat berbagai mata pelajaran dan
kegiatan sekolah
5. membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun temantemannya (orang lain)
6. mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut
Pemanfaatan diskusi oleh guru mempunyai arti untuk memahami apa yang ada didalam
pemikiran siswa dan bagaimana memproses gagasan dan informasi yang diajarkan melalui
komunikasi yang terjadi selama pembelajaran yang berlangsung baik antar siswa. Sehingga
diskusi menyediakan tatanan sosial dimana guru dapat membantu siswa menganalisis
proses berpikir mereka.
Adapun kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
Guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan atau guru meminta
kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan.
Guru menjelaskan tujuan diskusi.
Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai materi pelajaran yang
didiskusikan.
Guru mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa serentak berbicara mengeluarkan
pendapat.
Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat
mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.
Mengatur giliran berbicara agar jangan siswa yang berani dan berambisi menonjolkan diri
saja yang menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok/problem.
Mencatat hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang memungkinkan
siswa tidak menyadari pendapat yang salah.
Bukan lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi pengatur pembicaraan.
Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
1. Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu problem dan
topik kepada kelas.
2. Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber atau sumber pengetahuan
lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem yang diajukan.
3. Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah membicarakan
bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.
4. Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang baru
dikemukakan.
5. Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang dikemukakan oleh siswa atau
kelompok lain.
6. Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat.
7. Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan teman baik setuju
maupun bertentangan.
8. Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan tepat.
9. Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.
10. Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha mencari pendapat
yang benar yang telah dianalisa dari segala sudut pandang.
Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, termasuk juga metode
diskusi. Adapun kelebihan metode diskusi yaitu sebagai berikut:








Mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau pendapat.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai sumber
data.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem bersama-sama.
Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui atau menentang
pendapat teman-temannya.
Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan, atau keputusan
yang akan atau telah diambil.
Mengembangkan rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang bervariasi atau mungkin
bertentangan sama sekali.
Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan berbicara saja tetapi juga
menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis.
Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh pembicara, pengetahuan dan
pandangan siswa mengenai suatu problem akan bertambah luas.
Kelemahan metode diskusi yaitu sebagai berikut:





Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang
dapat didiskusikan.
Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.
Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan terbuang karena
menunggu siswa mengemukakan pendapat.
Pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan telah biasa berbicara.
Siswa pemalu dan pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara.
(https://www.kompasiana.com/asmaw259/59f2c29028d54e0bd8015852/pandangan-terhadapsalah-satu-metode-pembelajaran)
Perbedaan Metode Pembelajaran
Tradisional dengan Modern
Vatyca Dewi
12 Oktober 2017 23:23 Diperbarui: 12 Oktober 2017 23:33 6239 0 0
Metode berasal dari bahasa yunani Methodos yang berarti cara yang ditempuh seseoranh
untuk mencapai tujuan tertentu dan menyangkut masalah untuk memahami sesuatu objek.
Metode pembelajaran tradisional adalah metode yang menekankan konsep lama yang
berkembang dilimgkungan pendidikan, nah dimetode ini yang berperan aktif adalah gurunya
sedangkan muridnya menerima semua yang berikan oleh gurunya itu tersendiri. Nah,
pembelajaran seperti ini disebut dengan dengan behavioristik.
Sedangkan metode pembelajaran modern sendiri, menekan pada konsep-konsep baru dan
media yang digunakan lebih modern. Dimetode ini yang berperan aktif adalah muridnya
sendiri karena metode ini murid tak hanya bergantung pada guru itu sendiri, para siswa
dituntut untuk lebih kreatif dan lebih berfikir secara kritis.
(https://www.kompasiana.com/vatyca/59df96fd63eae746d345db32/perbedaan-metodepembelajaran-tradisional-dengan-modern)
Metode Pembelajaran "Picture and Picture" dan Praktiknya
Munasaroh
21 September 2017 16:07 Diperbarui: 21 September 2017 16:16 35809 0 0
Pengertian Metode Picture and Picture
Metode picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini mengandalkan
gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor
utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah
menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk
carta dalam ukuran besar.
Model pembelajaran picture and picture merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran picture and picture ini dapat digunakan dalam berbagai
mata pelajaran dan tentunya dengan kemasan dan kreatifitas guru. Sejak di populerkan
sekitar tahun 2002, model pembelajaran ini mulai menyebar di kalangan guru di Indonesia.
Dengan menggunakan model pembelajaran tertentu, maka pembelajaran menjadi
menyenangkan. Selama ini hanya guru sebagai aktor di depan kelas, dan seolah-olah
gurulah sebagai satu-satunya sumber belajar.
Model pembelajaran picture and picture merupakan sebuah model dimana guru
menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi atau
memfasilitasi siswa untuk aktif belajar. Dengan menggunakan alat bantu atau media
gambar, diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik dan dalam
kondisi yang menyenangkan. Sehingga apapun pesan yang disampaikan bisa diterima
dengan baik dan mampu meresap dalam hati, serta dapat diingat kembali.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Inovatif setiap
pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat
peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta
didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan
menggunakan metode, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh
dari proses pembelajaran.
Gambar yang baik digunakan dalam pembelajaran adalah gambar yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi.
Harus otentik
Gambar tersebut haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti melihat benda sebenarnya.
Sederhana
Komposisi hendaknya cukup jelas dalam menunjukkkan poin-poin pokok yang terdapat pada
gambar.
Memiliki Nilai Seni
Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni.
Menurut Johnson & Johnson, prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture
and picture adalah sebagai berikut:
Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara anggota kelompoknya.
Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung-jawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran
yaitu dengan cara memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga
pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah Pembelajaran Picture and picture.
Adapun Langkah langkah pembelajaran picture and picture adalah sebagai berikut:
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai .
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi
Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur
sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. disamping itu guru juga harus menyampaikan
indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan
dapat dicapai oleh peserta didik.
Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan
momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat
dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa
yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi
akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
Guru menunjukan / memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan
materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh
temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan
lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai
guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi
yang kegiatan tertentu.
Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambargambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung
kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian,
sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambargambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.
Guru menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan
indikator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain
untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekananpenekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan
atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam
pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai
indikator yang telah ditetapkan.
Kesimpulan / rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan
materi pelajaran.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:
Dalam setiap model pembelajaran tentu ada kelebihan dan kekurangannya, kelebihan dan
kekurangan model pembelajaran picture and picture adalah:
Kelebihan model pembelajaran picture and picture:
Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan
kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu.
Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar
mengenai materi yang dipelajari.
Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk
menganalisa gambar yang ada.
Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa
mengurutkan gambar.
Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah
dipersiapkan oleh guru.
Kekurangan model pembelajaran picture and picture:
Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi
pelajaran.
Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa
yang dimiliki.
Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama
dalam membahas suatu materi pelajaran.
Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang
diinginkan.
(https://www.kompasiana.com/munasaroh/59c38153298f391609680442/metode-pembelajaranpicture-and-picture-dan-prakteknya-dalam-pembelajaran-kurtilas?page=all)
Metode Pembelajaran
Titin Yuliantini
16 September 2017 09:23 Diperbarui: 16 September 2017 09:25 310 0 0
Macam-Macam Metode pembelajaran :
1. Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran
kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah
yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai
beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi
pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam
pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar
yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
2.Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih
untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat
dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka.
Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat
interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode
diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan
memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode
diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih
efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
3. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif
untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana
cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya.
Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang
demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada
seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara
membuat kue, dan sebagainya.
Kelebihan Metode Demonstrasi :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
Kelemahan metode Demonstrasi :
a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan.
4. Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih
dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya.
Ada tiga macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
5. Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan
siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat
lebih lama.
b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung
jawab dan mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi adalah :
a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil
pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
6. Metode Eksperimental
Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana
siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu
yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri
atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang
dipelajarinya.
7. Metode Study Tour (Karya wisata)
Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak
peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya
peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan
tersebut dengan didampingi oleh pendidik.
8. Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan
memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan
mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi,
kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan
keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta
didik.
9. Metode Pengajaran Beregu
Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih
dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.Biasanya salah seorang pendidik
ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya,setiap pendidik membuat soal, kemudian
digabung. Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan
team pendidik tersebut
10. Peer Theaching Method
Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu metode
mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.
11. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanyasekadar metode
mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebabdalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada
menarik kesimpulan.
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir danmenggunakan
wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan olehsiswa. Seorang guru harus
pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencobamengeluarkan pendapatnya.
(https://www.kompasiana.com/titinyuliantinisdngirihieum1/59bc8b3aa32cdd53487617d3/metodepembelajaran?page=all)
Metode Pembelajaran Inkuiri: Meningkatkatkan
Pemahaman dan Hasil Belajar Siswa
Gania Hasikin
14 September 2017 10:36 Diperbarui: 14 September 2017 10:41 567 0 0
Salah satu pembelajaran yang ditawarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPA
sekolah adalah model yang didasarkan pada pandangan konstruktivisme karena dipandang
paling sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA. Metode pembelajaran inkuiri
merupakan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme. Jund (Trianto, 2007: 135) menyatakan bahwa :
Discovery merupakan bagian dari inkuiri, atau inkuiri merupakan perluasa proses discovery
yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa Inggris Inqiury berarti
pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang
dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.
Menurut Sanjaya (2006: 194) "Metode pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan."
Inkuiri sebagai suatu metode pembelajaran dirancang untuk mengajak siswa secara
langsung kedalam proses ilmiah kedalam waktu yang relatif singkat, lebih lanjut lagi
dikemukakan ole Gulo, 2002 (Trianto, 2002: 137), bahwa :
Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensiyang
ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan suatu proses
yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,
menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
Dengan kata lain metode inkuri merupakan metode pembelajaran yang penyajiannya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa
bantuan guru.
Berdasarkan gambaran hasil analisis data terhadap proses pembelajaran dan hasil tes
kemampuan siswa pada materi gaya magnet di kelas V SDN Krukut 3 Kecamatan Limo Kota
Depok, penerapan metode inkuiri telah menunjukkan peningkatan yang positif terhadap
proses pembelajaran dan hasil tes kemampuan siswa. Hal ini dapat dillihat dari kinerja guru,
aktivitas siswa, dan tes kemampuan siswa yang mengalami peningkatan di setiap
pelaksanaan tindakan.
Dengan menerapkan metode inkuiri pada pelajaran IPA materi gaya magnet menunjukkan
peningkatan pada hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran
dikatakan bermakna bagi siswa, jika siswa dapat memahami dan mengerti konsep-konsep
yang sedang dipelajarinya dengan melibatkan proses pengalaman atau penemuan dari
pengetahuan awal siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Bruner (Dahar, 1996: 103)
mengenai belajar penemuan yaitu:
Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan
dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan
yang benar-benar bermakna.
Siswa dapat lebih dilibatkan dalam proses pembelajaran, siswa belajar sesuai dengan hasil
penemuan dan pengamatannya sendiri karena siswa sendiri yang menemukan konsep
materi pembelajaran, selain itu siswa menjadi aktif dalam mengajukan pertanyaan ketika
ada hal-hal yang kurang dipahaminya baik kepada guru atau kepada siswa lainnya.
Dengan demikian siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui tahapan
orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis dan merumuskan kesimpulan.
Perencanaan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran tentang gaya magnet yaitu sebagai berikut:





Membuat rencana pelaksanaan permbelajaran (RPP) dengan menerapkan metode inkuiri.
Menyiapkan lembar kerja siswa dan lembar pengamatan mengenai gays magnet.
Menyiapkan materi pelajaran dan mengaitkannya dengan pengalaman siswa.
Mempersiapkan media, alat peraga, dan sumber belajar.
Menyiapkan soal tes hasil belajar
siswa.
Itulah sekilas pandangan penulis terhadap meetode inkuiri yang diterapkan pada
pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri Krukut 3 Kecamatan Limo Kota Depok, semoga bisa
bermanfaat...
(https://www.kompasiana.com/ganiahasikin/59b9f954ab12ae5cce5b97a2/metode-pembelajaraninkuiri-untuk-meningkatkatkan-pemahaman-dan-hasil-belajar-siswa)
Penerapan Metode Pembelajaran Buzz Group pada
Pembelajaran Matematika Materi Turunan Fungsi
Didit Safari Zenal Muttaqin
12 Agustus 2017 23:31 Diperbarui: 12 Agustus 2017 23:37 2172 0 0
Pendidikan Matematika Universitas Indraparasta PGRI Jakarta
ABSTRAK: Penulisan ini bertujuan untuk penerapan metode pembelajaran buzz
grouppada pembelajaran matematika materi turunan fungsi. Penulisan ini menggunakan
pendalaman kualitatif dengan cara kajian pustaka. Metode buzz group dapat merangsang
pertanyaan siswa serta menggali gagasan dan informasi dengan cepat. Hasil penulisan ini
menunjukkan bahwa untuk metode pembelajaran buzz group diperlukan cara; 1) Bentuk
beberapa kelompok; tampilkan pengarah diskusi dan informasi batas waktu, 2) Minta
anggota kelompok bertukar pikiran untuk merespons pengarah tersebut, 3) Lakukan
pengecekan secara periodik untuk melihat apakah kelompok-kelompok yang ada masih
terlibat secara aktif dan fokus pada topik yang diberikan. Jika sudah keluar dari topik,
persingkat batas waktu. Jika masih membahas topik dan waktu sudah berakhir,
pertimbangkan untuk memperpanjang batas waktu beberapa menit lagi, 4) Minta siswa
untuk kembali pada diskusi kelas dan ulangi kembali pengarah untuk memulainya.
KATA KUNCI: Buzz Group, Pembelajaran Matematika, Turunan Fungsi.
Pendahuluan
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa,
2002:100). Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan tingkah laku.
Pembelajaran matematika menurut Russeffendi (1993:109) adalah suatu kegiatan belajar
mengajar yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan dengan memanipulasi
simbol-simbol dalam matematika sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.
Dalam kurikulum 2004 disebutkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu
pembelajaran yang bertujuan:
Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan
penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan
inkonsistensi
Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan
mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan
dugaan, serta mencoba-coba
Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan
antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.
Menurut Soedjadi (1994:1), meskipun terdapat berbagai pendapat tentang matematika
yang tampak berlainan antara satu sama lain, namun tetap dapat ditarik ciri-ciri atau
karekteristik yang sama, antara lain:
memiliki objek kajian abstrak,
bertumpu pada kesepakatan,
berpola pikir deduktif,
memiliki symbol yang kosong dari arti,
memperhatikan semesta pembicaraan,
konsisten dalam sistemnya.
Matematika sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar yang berupa fakta, konsep, operasi,
dan prinsip. Dari objek dasar itu berkembang menjadi objek-objek lain, misalnya: pola-pola,
struktur-struktur dalam matematika yang ada dewasa ini. Pola pikir yang digunakan dalam
matematika adalah pola pikir deduktif, bahkan suatu struktur yang lengkap adalah deduktif
aksiomatik.
Matematika sekolah adalah bagian dari matematika yang dipilih, antara lain dengan
pertimbangan atau berorientasi pada kependidikan. Dengan demikian, pembelajaran
matematika perlu diusahakan sesuai dengan kemampuan kognitif siswa, mengkongkritkan
objek matematika yang abstrak sehingga mudah difahami siswa. Selain itu sajian
matematika sekolah tidak harus menggunakan pola pikir deduktif semata, tetapi dapat juga
digunakan pola pikir induktif, artinya pembelajarannya dapat menggunakan pendekatan
induktif. Ini tidak berarti bahwa kemampuan berfikir deduktif dan memahami objek abstrak
boleh ditiadakan begitu saja.
Metode Pembelajaran Buzz Group
Pengertian
Menurut Barkley (2012:169) Buzz group adalah sebuah tim yang terdiri atas empat hingga
enam mahasiswa yang dibentuk dengan cepat tanpa persiapan untuk merespons
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan perkuliahan. Senada dengan pendapat
Barkley, Surjadi (1989:34) menjelaskan, bahwa Buzz group merupakan suatu kelompok
dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil (sub-groups) masing-masing terdiri dari 3-6 orang
dalam tempo yang singkat, untuk mendiskusikan suatu topik atau memecahkan suatu
masalah. Sedangkan menurut Suprijanto (2007:110), Buzz group merupakan alat untuk
membagi kelompok diskusi besar menjadi kelompok-kelompok kecil.
Hasil belajar yang diharapkan dalam metode buzz group yaitu siswa membandingkan
persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan pelajaran, membandingan
informasi yang diperoleh masing-masing sehingga siswa dapat saling memperbaiki
pengertian, persepsi, informasi, interpretasi sehingga dapat dihindarkan kekeliruan
(Hasibuan dan Moedjiono, 1995:21).
Berdasarkan pernyataan tersebut, penulis simpulkan bahwa metode Buzz group adalah
sebuah metode dengan membentuk kelompok/tim secara cepat dan tanpa persiapan untuk
merangsang pertanyaan serta menggali gagasan dan informasi dengan cepat.
Tahapan Metode Pembelajaran Buzz Group
Setiap pembelajaran tentu membutuhkan langkah-langkah. Langkah-langkah merupakan
sekenario yang dilakukan guru di kelas agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode Buzz group ada tahapan-tahapan yang
harus dilalui, agar pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode Buzz group, diperlukan langkahlangkah (prosedur) untuk menjalankannya.
Barkley (2012:170) menjelaskan bahwa prosedur yang dapat digunakan dalam
pembelajaran menggunakan metode Buzz group di antaranya sebagai berikut.




Bentuk beberapa kelompok; tampilkan pengarah diskusi dan informasi batas waktu.
Minta anggota kelompok bertukar pikiran untuk merespons pengarah tersebut.
Lakukan pengecekan secara periodik untuk melihat apakah kelompok-kelompok yang ada masih
terlibat secara aktif dan fokus pada topik yang diberikan. Jika sudah keluar dari topik, persingkat
batas waktu. Jika masih membahas topik dan waktu sudah berakhir, pertimbangkan untuk
memperpanjang batas waktu beberapa menit lagi.
Minta siswa untuk kembali pada diskusi kelas dan ulangi kembali pengarah untuk memulainya.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Buzz Group
Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Mudjiono
dan Dimyati (1992:55) adapun kelebihan dalam metode Buzz group yaitu; Mendorong siswa
yang malu-malu untuk memberikan sumbangan pikiran sehingga dapat meningkatkan
partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi; Menciptakan suasana
yang menyenangkan; Menghemat waktu memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan;
Memberikan variasi kegiatan belajar yang disertai dengan penggunaan metode lain;
Membangkitkan motivasi siswa, motivasi ini dapat menjadikan siswa berpikir ilmiah dan
dapat mengembangkan pengetahuan; Metode ini dapat membangun suasana saling
menghargai perbedaan pendapat dan mengembangkan kesamaan pendapat dalam mencari
suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan. Sedangkan kekurangannya; Membutukan
waktu yang cukup lama untuk melakukan persiapan; Metode ini tidak akan berhasil bila
anggota kelompok terdiri dari individu yang tidak tahu apa-apa; Diskusi berputar-putar.
Berdasarkan pernyataan diatas metode diskusi Buzz group memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan. Peranan guru menjadi sangat penting dalam mengatasi beberapa kelemahan
metode ini, seperti menyiapkan perangkat pembelajaran dan hal-hal yang dibutuhkan
sebelum pelaksanaan pembelajaran, menjadi motivator siswa untuk mempelajari materi
yang akan diajarkan lebih dulu, menjadi fasilitator disaat siswa mengalami kesulitan dan
selalu memantau kegiatan diskusi siswa sehingga diskusi dapat berjalan lancar dan tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Penerapan Metode Pembelajaran Buzz Group Pada Pembelajaran Matematika Materi
Turunan Fungsi
Materi Turunan merupakan salah satu materi yang terdapat pada kelas XI Semester 2 Bab 8.
Pembahasannya meliputi Turunan, Titik Stasioner, dan Jenis-jenis Ekstrim. Materi prasyarat
dari Turunan Fungsi adalah Fungsi dan Limit Fungsi. Terkait dengan penelitian ini, peneliti
menggunakan Turunan Fungsi sebagai materi dalam instrumen tes.
Dimana materi tersebut diaplikasikan ke dalam kemampuan pemahaman matematis yaitu
memahami masalah-masalah yang terdapat dalam pembelajaran matematika atau
kehidupan sehari-hari yang menyangkut kedalam materi Turunan Fungsi. Adapun
diantaranya materi yang dibahas diantaranya:
Mengenali turunan fungsi aljabar yang didalamnya terdapat turunan fungsi konstan,
turunan fungsi identitas, turunan fungsi pangkat, turunan jumlah dan selisih fungsi, turunan
hasil kali fungsi, dan turunan hasil bagi fungsi. Dan juga menerapkan turunan fungsi aljabar
kedalam pembelajaran matematika dan diluar matematika dengan tujuan dapat
memecahkan masalah pembelajaran matematika. sifat-sifat dan rumus- rumus turunan
fungsi aljabar digunakan dalam memecahkan masalah di dalam pembelajaran matematika,
dan aplikasinya dapat memecahkan masalah di luar pembelajaran matematika. Contoh:
mencari besar kecepatan dan percepatan dengan menggunakan rumus turunan fungsi.
Mengenali turunan fungsi terkait titik maksimum dan titik minimum. Selain itu dapat
menerapkan bentuk model matematika berupa persamaan fungsi, serta menerapkan
konsep dan sifat turunan fungsi dalam memecahkan masalah maksimum dan minimum
dalam konteks-konteks di luar matematika.Fungsi f(x) stasioner jika f'(x) = 0. Nilai stasioner
f(x) maksimum jika f''(x) < 0, dan minimum jika f''(x) > 0.
Langkah-langkah Pembelajaran









Guru memasuki ruangan kelas dengan mengucapkan salam kepada siswa. Siswa menjawab salam
dari guru.
Sebelum pembelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa. Siswa menyimak.
Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil beranggotakan 3-4 siswa. Tiap siswa
menempati tempat dan kelompok masing-masing yang telah ditentukan oleh guru.
Guru menyampaikan materi Turunan Fungsi secara umum atau garis besar dengan metode ceramah.
Siswa mendengarkan penjelasan guru.
Guru kemudian menentukan topik masalah (tugas) yang sama kepada tiap kelompok yang akan
didiskusikan dengan batas waktu tertentu (missal 30 menit). Siswa pada tiap kelompok berdiskusi
dengan teman kelompoknya masing-masing mengenai tugas yang diberikan oleh guru.
Selama diskusi berlangsung, guru memantau dan memperhatikan aktifitas siswa. Guru mengunjungi
setiap kelompok untuk mengetahui adakah kelompok yang memerlukan bantuan untuk memahami
tugasnya.
Sebelum diskusi diakhiri, guru memberikan peringatan mengenai batas waktu dalam menyelesaikan
tugas.
Setalah waktu yang ditentukan selesai, guru meminta tiap kelompok untuk mengumpulkan hasil
diskusinya. Siswa perwakilan masing-masing kelompok mengumpulkan hasil diskusi mereka.
Guru membahas tugas tersebut untuk memperbaiki konsep siswa.
Penutup
Simpulan
Metode pembelajaran Buzz group adalah sebuah metode dengan membentuk
kelompok/tim secara cepat dan tanpa persiapan untuk merangsang pertanyaan serta
menggali gagasan dan informasi dengan cepat. Penerapan metode Buzz group dapat
meningkatkan hasil belajar siswa terhadap suatu topik masalah dalam pembelajaran
matematika.
Saran
Walau metode pembelajaran Buzz group tidak dapat digunakan pada kelompok besar, guru
harus berani mencoba menggunakan metode ini pada kegiatan belajar mengajar di kelas
agar siswa tidak merasa bosan dengan metode ceramah. Hendaknya lembaga dapat
melakukan peningkatan pembelajaran dengan metode Buzz group agar target pembelajaran
mencapai semaksimal mungkin.
Daftar Pustaka
Barkley, Elizabert E. K. Patricia Cross, dan Claire Howell Major. 2012.
Collaborative Learning Techniques. Bandung: Penerbit Nusa Media.
Dimyati dan Moedjiono. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud Dirjen Dikti: Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Hasibuan dan Moedjiono. 1995. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ruseffendi, E. T. 1993. Pendidikan Matematika 3 Modul 1-5. Jakarta : Universitas Terbuka.
Soedjadi, 1994. Memantapkan Matematika Sekolah Sebagai Wahana Pendidikan dan
Penalaran Kebudayaan. Surabaya : Program Pasca Sarjana Pendidikan IKIP
Surabaya.
Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Surjadi. 1989. Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung: Bandar Maju.
(https://www.kompasiana.com/chdt/598f2d7e347d5d43400f0dd3/penerapan-metodepembelajaran-buzz-group-pada-pembelajaran-matematika-materi-turunan-fungsi?page=all)
Penerapan Metode Pembelajaran Tutor
Sebaya Pada Pembelajaran Matematika
Yasser Muhammad
19 Juli 2017 11:48 Diperbarui: 19 Juli 2017 12:03 3073 0 0
cc-596ee596b614016d676bfd52.png
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
Muhammad Yasser
Pendidikan Matematika Universitas Indraprasta PGRI Jakarta
ABSTRAK:Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran tutor
pada pembelajaran matematika. Penulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
kajian pustaka. Hasil penulisan ini menunjukan bahwa untuk menerapkan metode
pembelajaran ini mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: (a) memiilih materi, (b)
membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil, (c) setiap kelompok diberi tugas
mempelajari satu sub materi, (d) beri mereka waktu yang cukup, (e) setiap kelompok
menyampaikan sub materi, dan (f) kesimpulan dan klarifikasi.
KATA KUNCI: Tutor Sebaya, Pembelajaran Matematika.
Pendahuluan
Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu
yang lain. Pengajaran matematika di sekolah dasar salah satunya adalah menumbuh
kembangkan keterampilan berhitung dalam kehidupan sehari-hari. Objek matematika
berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarki dan
penalarannya deduktif. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Soedjadi bahwa hakikat
matematika adalah memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola
pikir yang deduktif (Heruman 2008:1).
Sifat khusus dari matematika ini akan membawa akibat matematika tidak mudah dipelajari
oleh kebanyakan peserta didik di sekolah dasar (SD) yang taraf berpikirnya masih berada
pada tahap berpikir konkret. Matematika dianggap mata pelajaran yang sulit karena
matematika menggunakan bahasa simbol yang kurang bisa dipahami siswa dimana siswa
usia sekolah dasar masih berada pada taraf berpikir konkret. Matematika merupakan
disiplin ilmu yang mempunyai sifat khusus bertujuan melatih berfikir siswa secara
sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten (Wahyudi, 2008: 3). Proses pembelajaran
matematika masih berpusat pada guru dan bersifat abstrak. Siswa hanya menjadi
pendengar pasif dalam pembelajaran. Interaksi terjalin apabila guru memberikan
pertanyaan dan siswa memberi jawaban. Siswa terkesan jenuh dalam pembelajaran
matematika.
Sesuai dengan KHS dengan subjek tentang Matematika masih lebih standar bahkan rendah.
Dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain mata pelajaran Matematika perlu untuk
ditingkatkan. Berdasarkan analisis nilai KHS subjek Matematika pada semester ganjil
sebelumnya disimpulkan bahwa kesulitan siswa meliputi pemahaman materi matematika
yang berada pada level sedang sampai dengan sulit. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan
agar tes hasil belajar siswa mencapai kriteria yang ditentukan. Menyadari permasalahan
tersebut, perlu adanya strategi yang tepat dalam pembelajaran Matematika. Karakteristik
siswa yang senang bergaul dengan teman sebaya dan bekerjasama sangat tepat bila
dilakukan dengan pembelajaran secara berkelompok. Salah satunya yaitu dengan
menggunakan metode pembelajaran Tutor Sebaya.
Tutor Sebaya
Pengertian Tutor Sebaya
Metode pembelajaran yang dipilih harus mengutamakan peran siswa dalam pembelajaran
dan kerjasama kelompok secara heterogen yang baik tanpa menghilangkan tanggung jawab
kepada setiap individu. Metode ini juga dapat menarik perhatian dan meningkatkan
semangat belajar siswa. Salah satu metode yang tepat digunakan adalah metode
pembelajaran Tutor Sebaya. Pembelajaran matematika sering menggunakan beberapa
metode. Salah satu metode yang sesuai dengan kondisi siswa kelas C adalah metode
pembelajaran Tutor Sebaya. Tutor Sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang
ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan
sekelas (Arikunto, 2006: 11). Sejalan dengan hal tersebut, Suherman (2003: 1) menyatakan
bahwa Tutor Sebaya adalah kelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran,
memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan
pelajaran yang dipelajarinya. Dedi Supriyadi (1985:36) mengemukakan bahwa tutor sebaya
adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok yang
prestasinya lebih tinggi.
Langkah-langkah Tutor Sebaya
Langkah-langkah metode pembelajaran Tutor Sebaya menurut Hisyam Zaini dalam Beti
Riawati (2012:2) adalah sebagai berikut: (a) memiilih materi, (b) membagi siswa menjadi
kelompok-kelompok kecil, (c) setiap kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi, (d)
beri mereka waktu yang cukup, (e) setiap kelompok menyampaikan sub materi, dan (f)
kesimpulan dan klarifikasi. Menurut Djamarah (2006:25) menerangkan bahwa untuk
menentukan siapa yang akan dijadikan tutor diperlukan pertimbangan-pertimbangan
sendiri, diantaranya adalah: (a)Memiliki kepandaian lebih unggul dari pada yang lain. (b)
Memiliki kecakapan dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. (c) Mempunyai
kesadaran untuk membantu teman lain. (d) Dapat menerima dan disenangi siswa yang
mendapat program tutor sebaya, sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan
untuk bertanya kepada yang pandai dan rajin. (e) Tidak tinggi hati, kejam, atau keras hati
terhadap sesama kawan. (f) Mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan
bimbingan atau yaitu dapat menerangkan kepada kawannya.
Kelebihan dan Kekurangan Tutor Sebaya
Arikunto dalam Amirudin (2010:20) mengungkapkan keunggulan metode pembelajaran
Tutor Sebaya yaitu: (a) hasilnya lebih baik bagi siswa yang mempunyai perasaan takut
gurunya, (b) bagi tutor pekerjaan tutoring akan dapat memperkuat konsep yang sedang
dibahas, (c) bagi tutor melatih tanggung jawab, dan (d) mempererat hubungan antar siswa.
Sedangkan kekurangan metode pembelajaran Tutor Sebaya yaitu: (a) siswa yang dibantu
sering kali kurang serius, (b) siswa yang merasa malu atau enggan untuk bertanya, (c)
pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan, dan (d) bagi guru sukar untuk menentukan
seorang tutor sebaya.
Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Tutor Sebaya bertujuan siswa
dapat memahami konsep materi Matematika dengan benar. Dalam pelaksanaannya, siswa
harus terlibat aktif secara langsung dalam memahami konsep pecahan sehingga dapat
menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan materi . Penerapan metode pembelajaran
Tutor Sebaya yang dilakukan mendorong siswa terlibat secara langsung sehingga diharapkan
akan mencapai hasil yang maksimal.
Penerapan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Pada Materi Pecahan
Tahap Pendahuluan
Mula-mula guru masuk kelas dan mengucapkan salam, dan para murid menjawab salam.
Selanjutnya guru menyuruh para murid berdoa terlebih dahulu sebelum memulai proses
belajar, dan ketua kelas memimpin doa menurut kepercayaan masing-masing. Selanjutnya
guru mengabsen para murid dan para murid yang dipanggil menunjukkan tangan. Setelah
itu guru memberikan intermezzo/icebreaking untuk murid agar tidak tegang dalam
mengikuti pelajaran, sekaligus memotivasi anak murid dengan memberikan kuis yang
mudah tentu berkaitan dengan topik pembahasan yang akan dibahas seperti operasi
penjumlahan dan pengurangan agar para murid memiliki tingkat percaya diri yang tinggi.
Tahap Inti
Setelah itu guru mulai menjelaskan tentang materi pecahan yang seperti penjumlahan
pecahan, pengurangan pecahan, dan perkalian pecahan. Penjumlahan pecahan dengan cara
menyamakan penyebut lalu membagi penyebut yang sama pada penyebut soal dan
mengalikan ke pembilang, setelah itu lakukan pada bagian satunya lagi, setelah sudah
tinggal menjumlahkan pembilang seperti gambar (1). Untuk pengurangan sama seperti
penjumlahan, namun hanya jika kedua penyebut sudah sama dan sudah disetarakan
penyebutnya, tinggal mengurangkan pembilang sisi kiri dan sisi kanan seperti gambar (2).
Berbeda dengan operasi penjumlahan dan pengurangan untuk operasi perkalian hanya
tinggal mengalikan penyebut dengan penyebut, dan pembilang dengan pembilang, seperti
gambar (3)
Gambar 3
Setelah itu memberi contoh soal ketiga operasi tersebut pada pecahan dengan tingkat
kesulitan tinggi. Kita dapat menilai kemampuan siswa pada materi pecahan ini dari mereka
mengumpulkan soal lebih dulu dengan jawaban yang benar. Misal satu kelas ada 30 orang
kita mencari 5 orang yang memiliki kemampuan lebih dalam materi pecahan ini dan
mempunyai komunikasi yang baik pada teman-temannya agar dapat menyampaikan materi
pecahan pada teman sekelompoknya dengan baik. Membagi 5 kelompok dengan masingmasing 6 orang dengan salah satu anggota kelompok 5 orang yang telah dipilih untuk
mengajarkan teman sekelompoknya nanti. Setelah itu guru memberikan waktu untuk
masing masing kelompok 20 menit sambil mengawasi proses tutor sebaya tersebut jikalau
ada kesulitan yang dihadapi oleh siswa yang memipin kelompok, juga agar tidak ada siswa
yang bercanda dan berisik selama proses tutor sebaya ini berlangsung.
Tahap Penutup
Setelah selesai guru mengevaluasi kinerja 5 siswa yang ditunjuk untuk memimpin setiap
kelompok dengan cara mencoba latihan kembali dan dikumpulkan untuk di nilai latihannya.
Setelah itu jika ada kekurangan dengan pemahaman siswa kelas yang dapat dilihat dari hasil
latihan tersebut, dan menanyakan ke para siswa dibagian mana yang masih dianggap sulit,
dan dapat dibahas langsung agar para siswa dapat mengerti pada materi pecahan.
Penutup
Simpulan
Penulis menyimpulkan bahwa metode pembelajaran tutor sebaya dapat dilaksanakan
dengan beberapa pertimbangan agar mencapai siswa yang aktif sebagai mana yang di
harapkan dalam kurikulum 2013. Begitu juga banyak kelebihan secara mental, antara lain
yang biasanya anak kurang mengerti dengan materi dan enggan atau malu bertanya pada
guru, maka dalam metode ini siswa diharapkan dapat bertanya tanpa ada rasa enggan atau
takut karena bertanya pada teman sepermainannya. Begitu juga untuk siswa yang ditunjuk
sebagai ketua untuk masing-masing kelompok dapat meningkatkan rasa tanggung jawabnya
kepada teman-teman. Meskipun disisi lain ada beberapa faktor juga yang dapat
menghalangi berjalannya metode tutor sebaya ini.
Saran
Tulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman bagi para tenaga pengajar yang
dikhususkan untuk guru. Juga untuk mencari lebih lengkapnya supaya dalam penerapannya
nanti tidak ada kendala ataupun 777 karena keterbatasan penulis dalam tulisan ini.
Daftar Pustaka
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT
Bumi
Aksara.
AmirudinMoh. (2010). Implementasi Metode Tutor Sebaya Dalam Meningkatkan
Prestasi
Belajar Siswa Pada Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII A MtsAlma'arif 01
Singosari Malang. Malang: UIN Maulanamalik Ibrahim.
Erman, Suherman.Dkk. (2001).Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung.
Jica
Heruman. (2008). Model Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
Riawati, B. (2012). Metode Pembelajaran Tutor Sebaya. Diperoleh tanggal 15 Desember
2016 Dari http://10310258.blogspot.com/2012/01/ model-pembelajaran-tutorsebaya.html
Wahyudi. (2008). Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Surakarta: FKIP
UNS.
http://www.kajianpustaka.com/2014/04/pembelajaran-matematika.html
(https://www.kompasiana.com/myasser/596ee4b9880ecd7d9b2d67a3/penerapan-metodepembelajaran-tutor-sebaya-pada-pembelajaran-matematika?page=all)
Penerapan Metode Pembelajaran Reciprocal Teaching
Dalam Meningkatkan Aktifitas Belajar Matematika Siswa
Rivan Hilmi
18 Juli 2017 10:21 Diperbarui: 18 Juli 2017 10:49 7856 0 0
Segitiga Siku-siku sama kaki
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHINGDALAM MENINGKATKAN
AKTIFITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA
Rivan Azizul Hilmi
Pendidikan Matematika Universitas Indraprasta PGRI Jakarta
ABSTRAK : Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode
pembelajaran reciprocal teachingdalam meningkatkan aktifitas belajar matematika siswa.
Penulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan kajian pustaka. Hasil penulisan ini
menunjukan bahwa untuk menerapkan metode pembelajaran ini mempunyai langkahlangkah sebagai berikut : 1) Merangkum (summarizing), 2) Mengajukan pertanyaan
(question generating), 3) Mengklarifikasi (clarfying), 4) Memprediksi (predicting).
KATA KUNCI : Reciprocal Teaching, Aktifitas Belajar Siswa.
Pendahuluan
Matematika adalah cara atau metode berpikir dan bernalar. Matematika dapat
digunakan untuk membuat keputusan pakar suatu ide itu benar atau salah atau paling tidak
ada kemungkinan benar. Matematika adalah suatu eksplorasi dan penemuan, di situlah
setiap hari ide-ide baru ditemukan. Matematika adalah metode berpikir yang digunakan
untuk memecahkan semua jenis permasalahan yang terdapat di dalam sains, pemerintahan,
dan industri.
James dan James dalam ( Suherman, 2001:10 ) mengatakan "Matematika adalah ilmu
tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan
dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar,
analisis, dan geometri". Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam
pembelajaran matematika antara satu topik matematika dengan topik matematika yang lain
saling berkaitan.
Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. karena itu, matematika sangat
diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapai perkembangan
IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak SD, bahkan
sejak TK.
Keberhasilan sebuah pembelajaran tidak hanya di wujudkan dalam sebuah hasil prestasi
siswa di sekolah, namun pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang mampu
mengembangkan apa yang telah dipelajari di sekolah dan mengaplikasikan ke dalam
kehidupan sehari-hari.Pengertian belajar menurut Suherman et, al, (2001: 8) adalah Proses
perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman, sedangkan
pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program
belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Subarinah (2006 : 1) memandang istilah matematika sebagai berikut : "Matematika
merupakan pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian logik, pengetahuan struktur
yang terorganisasi memuat sifat-sifat, teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur
yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya".
Pengajaran matematika menuntut siswa menunjukkan sikap yang aktif, kreatif, inovatif
dan bertanggung jawab. Tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tujuan
pembelajaran matematika, belum tercapai sebagaimana yang diharapkan. Seringkali guru
menemukan siswa tidak berani mengemukakan pendapat maupun bertanya. Dalam bekerja
kelompok banyak dari anggota kelompok yang hanya mencantumkan nama saja tanpa ikut
berpartisipasi dalam kelompok. Tanggung jawab siswa rendah baik terhadap dirinya sendiri,
maupun terhadap kelompok.
Mengajarkan matematika memerlukan model dan pendekatan agar siswa lebih mudah
memahami materi dan meyelesaikan masalah mengenai materi yang diajarkan. Model
pembelajaran matematika harus mengubah situasi guru mengajar kepada situasi siswa
belajar. Guru memberikan pengalamannya kepada siswa sebagai pengayom, sebagai
sumber tempat bertanya, sebagai pengarah, sebagai pembimbing, sebagai fasilitator, dan
sebagai organisator dalam belajar.
Reciprocal Teaching.
Pengertian metode pembelajaran terbalik (reciprocal teaching).
Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan.
Model-model pembelajaran tradisional kini mulai ditinggalkan berganti dengan model yang
lebih modern. Sejalan dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran, salah satu
model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah Model pembelajaran
terbalik (reciprocal teaching). Model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)
merupakan konsep baru dalam pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk belajar
mandiri, kreatif, dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran juga dapat
membantu memecahkan kebutuhan yang sering dihadapi dalam penggunaan model
pembelajaran yang sudah usang.
Reciprocal teaching adalah pendekatan konstruktivis yang berdasarkan pada prinsipprinsip pembuatan / pengajuan pertanyaan (Trianto, 2007 : 96). Menurut Sriyanti dan
Marlina ( 2003:118 ) pembelajaran terbalik merupakan salah satu model pembelajaran yang
memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri
sehingga peserta didik mampu menjelaskan temuannya kepada pihak lain serta dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar mandiri.
Menurut Suyatno (2009 : 64), reciprocal teaching merupakan strategi pembelajaran
berdasarkan prinsip-prinsip pengajuan pertanyaan dimana siswa ketrampilan-ketrampilan
metakognitif diajarkan melalui pengajaran langsung dan pemodelan oleh guru.
Pembelajaran menggunakan reciprocal teaching harus memperhatikan tiga hal yaitu siswa
belajar mengingat, berfikir dan memotivasi diri. Dalam reciprocal teaching, guru
mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan menciptakan
pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku tertentu dan kemudian membantu siswa
mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian
semangat (Trianto, 2007 : 96).
Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) ini merupakan model yang dirasa dapat
membantu meningkatkan aktivitas, karena dengan menerapkan pembelajaran
terbalik (reciprocal teaching) siswa diutamakan dapat menerapkan empat strategi
pemahaman mandiri, yaitu: menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan dan
menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya, kemudian
memprediksikan pertanyaan apa selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa.
Manfaatnya adalah dapat meningkatkan antusias siswa dalam pembelajaran karena siswa
dituntut untuk aktif berdiskusi dan menjelaskan hasil pekerjaannya dengan baik.
Langkah-langkah pembelajaran terbalik (reciprocal teaching).
Menurut Cole (1990) pada model reciprocal teaching, siswa diajarkan empat srategi
pemahaman mandiri yaitu merangkum, mengajukan pertanyaan dan penyelesaiannya,
mengklarisifikasi atau menjelakan serta memprediksi bahan ajar. Rincian dari empat strategi
pemahaman mandiri tersebut sebagai berikut : 1) Merangkum (summarizing). Pada strategi
pemahaman ini siswa diberikan kesempatan untuk mengidentifikasi dan membuat ikhtisar
tentang informasi-informasi penting dari suatu bahan ajar yang telah dibaca. Bahan ajar
tersebut dapat diringkas oleh siswa dalam bentuk kalimat-kalimat maupun paragrafparagraf yang dibuat sendiri. 2) Mengajukan pertanyaan (question generating). Pada
strategi pemahaman ini siswa memikirkan pertanyaan penting yang dapat ditanyakan dari
apa yang dibaca dan meyakinkan dapat menjawab pertanyaan tersebut. 3) Mengklarifikasi
(clarfying). Pada strategi pemahaman ini siswa, mencatat apabila ada hal-hal yang kurang
jelas atau tidak masuk akal dari bagian bacaan dan selanjutnya memeriksa apakah kita
berhasil membuatnya masuk akal. 4) Memprediksi (predicting). strategi pemahaman ini
terjadi ketika para siswa memprediksi (menduga) apa yang akan mungkin dibahas oleh
penulis pada bagian tulisan selanjutnya.
Langkah-langkah pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) menurut Palinscar dan
Brown (1984) dalam (Evendi, 2001:5) adalah sebagai berikut: 1) Pada tahap awal
pembelajaran, guru bertanggung jawab memimpin tanya jawab dan melaksanakan
keempat strategi pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) yaitu merangkum, menyusun
pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi. 2) Guru menerangkan bagaimana cara
merangkum, menyusun pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi setelah
membaca. 3) Selama membimbing siswa melakukan latihan mengunakan empat strategi
pembelajaran terbalik (reciprocal teaching), guru meminta siswa dalam menyelesaikan apa
yang diminta dari tugas yang diberikan berdasarkan tugas kepada siswa. 4) Selanjutnya
siswa belajar untuk memimpin tanya jawab dengan atau tanpa adanya guru. 5) Guru
bertindak sebagai fasilitator dengan memberikan penilaian berkenaan dengan penampilan
siswa.
Kelebihan metode pembelajaran terbalik (reciprocal teaching).
Menurut Muslim, dkk (Hasanah, 2005:20), kelebihan metode pembelajaran reciprocal
teaching adalah sebagai berikut: 1) Melatih kemampuan siswa dalam belajar mandiri. 2)
Melatih kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, ide dan gagasan. 3)
Meningkatkan kemampuan bernalar siswa. 4) Meningkatkan kemampuan siswa dalam
pemahaman konsep dan pemecahan masalah.
Abdul Azis (2007 :113) mengungkapkan bahwa kelebihan reciprocal teaching antara lain
sebagai berikut : a) Mengembangkan kreativitas siswa. b) Memupuk kerjasama antara siswa.
c) Menumbuhkan bakat siswa terutama dalam berbicara dan mengembangkan sikap. d)
Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri. e) Memupuk keberanian
berpendapat dan berbicara di depan kelas. f) Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan
mengambil kesimpulan dalam waktu singkat. g)Menumbuhkan sikap menghargai guru
karena siswa akan merasakan perasaan guru pada saat mengadakan pembelajaran terutama
pada saat siswa ramai atau kurang memperhatikan. h) Dapat digunakan untuk materi
pelajaran yang banyak dan alokasi waktu yang terbatas.
Penerapan Metode Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Pada Materi Segitiga.
Tahap Pendahuluan.
Sebelum guru menyampaikan materi yang akan di pelajari, guru menyuruh perwakilan
atau ketua kelasnya untuk memimpin do'a, semua siswa berdo'a yang dipimpin oleh ketua
kelas, setelah selesai berdo'a guru mengabsen siswa satu persatu dan siswa menunjuk
tangan ketika guru memanggil namanya setelah selesai mengabsen siswa, guru langsung
memulai pembelajaran.
Tahap Inti.
pokok pembahasan yang akan dibahas adalah pengertian dan jenis-jenis segitiga. Pada
kegiatan pembelajaran ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan
penjelasan mengenai penerapan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching), dan
memperagakan bagaimana cara merangkum, membuat pertanyaan, menjelaskan dan
memprediksi. Dan menjelaskan bahwa setiap pembelajaran menggunakan pembelajaran
terbalik (reciprocal teaching)dalam kelompok-kelompok belajar yang telah ditentukan. Guru
memberi penjelasan bahwa setiap kelompoknya akan diberikan bahan diskusi yang di
dalamnya terdapat perintah pembelajaran terbalik (reciprocal teaching), setelah siswa
mengerjakan seluruh perintah dalam bahan diskusi kemudian salah satu kelompok diminta
untuk maju ke depan untuk menjadi guru siswa menjelaskan hasil bahan diskusi kelompok
tersebut. Sesuai perintah siswa sudah duduk bersama kelompok yang telah ditentukan.
Kemudian guru membagikan bahan diskusi kepada masing-masing kelompok siswa yang
berisi materi pengertian dan jenis-jenis segitiga. Guru meminta kepada setiap siswa untuk
aktif dalam mengerjakan tugas dalam bahan diskusi tanpa harus mengandalkan salah satu
siswa atau siswa yang pintar saja. selama siswa mengerjakan bahan diskusi, guru berkeliling
memantau aktivitas siswa dari satu kelompok ke kelompok lain untuk memberikan
pengarahan jika ada kelompok yang kurang mengerti. setelah siswa menyelesaikan bahan
diskusi dalam waktu kurang lebih 30 menit, Kemudian guru memberikan contoh bagaimana
menjadi seorang guru di depan kelas, guru mencontohkan menjadi seorang guru dengan
menggunakan hasil bahan diskusi. Berikut ini contoh yang dilakukan guru dari proses
pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)menurut Cole (1990): (1). Merangkum, Berikut
penjelasan hasil dari rangkuman bahan diskusi : 1. Pengertian segitiga adalah bangun
datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan mempunyai tiga buah titik sudut. Alas segitiga
merupakan salah satu sisi dari suatu segitiga, sedangkan tingginya adalah garis yang tegak
lurus dengan sisi alas dan melalui titik sudut yang berhadapan dengan sisi alas. 2. Jenis-jenis
segitiga. Jenis-jenis suatu segitiga dapat ditinjau berdasarkan a) Panjang sisi-sisinya, b)
Besar sudut- sudutnya, c) Panjang sisi dan besar sudutnya.Rangkuman tersebut dibacakan
oleh guru kepada seluruh siswa dan menanyakan kepada seluruh siswa apakah dari
rangkuman yang sudah dibacakan masih ada yang belum jelas?, (2). Menyusun pertanyaan,
guru memberikan contoh bagaimana cara menjelaskan menyusun pertanyaan dari perintah
bahan diskusi. Guru bertanya kepada kelompok lain apa saja materi yang belum dipahami
dari pengertian dan jenis-jenis segitiga tersebut. Setelah itu guru menyuruh kelompok lain
untuk membacakan pertanyaan yang mereka ingin tanyakan. Adapun pertanyaan yang
dibuat salah satu siswa dari salah satu kelompok adalah: Apa yang di maksud segitiga
sama sisi? Jawab: Segitiga sama sisi adalah segitiga yang memiliki tiga buah sisi yang sama
panjang dan tiga buah sudut yang sama besar.(3). Menjelaskan jawaban dari soal yang ada
pada bahan diskusi. Guru memberi contoh bagaimana cara menerangkan jawaban di
depan kelas dan siswa memperhatikan.(4). Memprediksi, Setelah siswa memahami
pengertian dan jenis-jenis segitiga dan dapat memecahkan soal-soal, siswa diminta untuk
memprediksikan: Soal Tebaklah aku! Aku mempunyai 3 buah sisi. 2 sisiku sama panjang,
salah satu sudutku 900. segitiga apakah aku? Buatlah gambarku!
Segitiga siku-siku sama kaki
Jawaban dari soal memprediksi bahan diskusi dapat di jawab oleh salah satu siswa. Setelah
guru mencontohkan menjadi seorang guru di kelas sekarang giliran tiap kelompok yang
memperaktekan seperti yang di contohkan guru.
Tahap Penutup.
karena waktu sudah mau habis guru langsung memberikan kesimpulan dalam kegiatan
pembelajaran ini kemudian memberikan nilai kepada tiap-tiap kelompok dan memberikan
materi yang harus dipelajari siswa untuk dibahas pada pertemuan yang selanjutnya.
Penutup
Simpulan
Dari pembahasan di atas bisa disimpulkan bahwa langkah langkah dalam metode
pembelajaran terbalik ( reciprocal teaching) adalah 1) Pada tahap awal pembelajaran, guru
bertanggung jawab memimpin tanya jawab dan melaksanakan keempat strategi
pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) yaitu merangkum, menyusun pertanyaan,
menjelaskan kembali dan memprediksi. 2) Guru menerangkan bagaimana cara merangkum,
menyusun pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi setelah membaca. 3) Selama
membimbing siswa melakukan latihan mengunakan empat strategi pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching), guru meminta siswa dalam menyelesaikan apa yang diminta dari tugas
yang diberikan berdasarkan tugas kepada siswa. 4) Selanjutnya siswa belajar untuk
memimpin tanya jawab dengan atau tanpa adanya guru. 5) Guru bertindak sebagai
fasilitator dengan memberikan penilaian berkenaan dengan penampilan siswa.
Saran
Dalam penggunaan model pembelajaran Reciprocal teaching(Pengajaran Terbalik) ini
hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Tidak semua materi yang ada
dalam penyampaiannya dapat menggunakan model ini. Pada pembelajaran Reciprocal
teaching guru hendaknya memberikan motivasi yang kreatif untuk mendorong semangat
siswa dalam mengikuti pelajaran.
Daftar Pustaka
Aziz, Abdul (2008), dari Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, Universitas
Negeri Makasar. Dengan judul penelitian "Keefektifan Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Melalui Reciprocal Teaching Pada Siswa Kelas XI MA Darul Ulum
Amessangeng
abdulaziz.
Kabupaten Maros". Jurnal Pendidikan. (online), Vol. 1, No. 1, (http://
wordpress.com,
Muslimin, Ibrahim, dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif.Universitas Negeri
Surabaya: University Press.
Palincsar, A.S. (1984). Strategi for Reading Comprehension Reciprocal Teaching.
Palincsar, A.S. dan Brown A.. 1984. " Reciprocal teaching of Comprehension
Fostering and Comprehension mentoring Activities". Cognition and Instruction. Vol
1
No. 2 pp.117- 175
Subarinah, Sri. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas
Suherman, Erman. 2010. Model Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Pada
Kompetensi
Siswa.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif berorentasi kontruktivistis. Jakarta:
Prestasi Pustaka
(https://www.kompasiana.com/rivanhilmi/596d7ea54fc4aa0dfd4b7d52/metodepembelajaran?page=all)
Sorogan dan Bandungan: Duet Maut
Metode Pembelajaran Pesantren
Zaki Mubarak
Dosen
Saya adalah Pemerhati Pendidikan S1 Pendidikan Bahasa Inggris S2 Studi Islam S2 Pendidikan Bahasa
Inggris S3 Pengembangan Kurikulum
15 Mei 2017 21:11 Diperbarui: 15 Mei 2017 21:35 802 0 0
Sebelum kita masuk ke wilayah inti; Sorogan dan Bandungan, kita harus sepakat dahulu
tentang pendidikan pesantren. Namun untuk memahami pesantren, selayaknya kita harus
memahami aliran pendidikan dulu agar mendudukan pesantren pada kursi yang tepat,
tanpa prasangka dan ekspektasi berlebih. Alasannya, pesantren bukanlah lembaga sekolah
yang bebas berinovasi, mereka adalah lembaga agama yang geraknya sangat terbatas.
Aliran pendidikan ada empat (Sukmadinata, 2006). Mereka adalah klasik, pribadi, teknologis
dan interaksionis. Sederhananya, pendidikan klasik adalah pendidikan yang bertujuan
mewariskan budaya, teknologi dan nilai yang telah didesain masa lalu untuk dilanjutkan
kepada generasi mendatang. Pendidikan pribadi adalah pendidikan yang bertujuan untuk
menghargai setiap perbedaan individu. Pendidikan teknologis yakni aliran yang didesain
sistematis dengan menekankan kompetensi, sedang yang terakhir pendidikan interaksionis
adalah aliran pendidikan yang menekankan pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat.
Pesantren, seperti kebanyakan pola pendidikan masa lalu, merupakan pola pendidikan
dengan aliran klasik. Tujuan pesantren adalah mencetak ulama yang diharapkan
melanjutkan estafet kepemimpinan ummat (baca: muslim). Ulama adalah pewaris budaya,
nilai, teknologi, ilmu pengetahuan yang telah “selesai” didesain oleh ahli masa lampau. Jadi,
mereka adalah sosok yang menerima secara pasrah atas apa yang telah dirumuskan masa
lalu. Pelajar pesantren adalah botol kosong yang siap diisi dengan ilmu.
Dalam konteks Islam, masa lalu terdistorsi paling tidak oleh tiga generasi; generasi nubuah,
generasi sohabat, dan generasi kholifah. Nah, generasi kholifah inilah zaman dimana Islam
menemukan momentum untuk lebih maju dari Yunani. Zaman ini disebut golden agenya
Islam dan lahirnya ribuan bahkan jutaan kitab (buku, namun kitab memiliki nilai berlebih bila
dipadankan dengan buku). Bersamaan dengan waktu yang terus berlanjut, kitab itu
bersentuhan dengan generasi penerus dan diuji ketangguhannya. Hanya kitab muktabaroh
lah yang dapat diterima dan teruji ketangguhannya.
Nah, Kitab muktabaroh inilah yang dianggap dunia pesantren memiliki otoritas tertinggi
dalam keilmuan Islam. Kitab ini diyakini telah mewakili ilmu Islam secara holistik, baik dari
urusan tafsir Qur’an, Hadits, Atsar, Fikih, Ushul Fikih, Bahasa, Tasawuf, Tahuhid dan ilmu
lainnya. Kitab muktabaroh harus memiliki sanad (referenced) yang jelas dan diakui oleh
dunia Islam tanpa terputus. Para mushonif (penulis) kitab memiliki syarat yang ketat baik
dalam keilmuan, kewaroan, ketakwaan dan tidak jarang aspek spiritualitas. Semakin kitab ini
memiliki dimensi spiritualitas tinggi, maka semakin tinggi pula otoritasnya.
Dunia pesantren adalah dunia kitab muktabaroh. Untuk penyederhanaan istilah, kitab ini
disebut kitab kuning karena kekhasan warna kertasnya yang kuning. Ini juga sebagai
pembeda dengan kitab putih. Bila seorang santri menggunakan kitab putih sebagai
kajiannya, maka tingkat keintelektualitasan Islamnya dipertanyakan. Namun, bila santri
senantiasa menggunakan kitab kuning dalam kajiannya, maka jelaslah bahwa
keintelektualitasan mereka dapat diakui dengan baik. Jadi kitab kuninglah yang memiliki
otoritas paling tinggi di dunia pesantren, bahkan hampir bisa mengalahkan posisi Qur’an.
Dengan begitu tingginya otoritas kitab kuning, maka proses pembelajaran di pesantren tidak
jauh dari kitab kuning. Semakin santri memahami sistem kajian kitab kuning, mulai dari
sistem lughot (transliterasi) sampai kode tarjim, dari pemahaman qowaid per kata sampai
kepada pemahaman makna secara lengkap, maka semakin dekat pula mereka menjadi
ulama (kyai). Jadi disinilah akar kenapa metode Bandungan dan Sorogan menjadi metode
pembelajaran yang bisa jadi duet maut ala pesantren.
Bandungan adalah metode dengan pendekatan gramatical translation method (GTM,
qowaid wa attarjamah, gramatika dan terjemahan). Bandungan memiliki dua proses penting
dalam sebuah kajian; proses gramatika dan proses penerjemahan dari bahasa Arab ke
bahasa lokal. Di samping dua pendekatan ini, metode GTM ini pun bersifat satu arah (Kyai
ke santri) dan bermaksud menempatkan Kyai sebagai sosok ahli yang patut di gugu dan
ditiru. Ada beberapa keunggulan dari metode Bandungan dalam pandangan saya.
(1) lahirnya takdim. Karena bandungan ditradisikan sebagai proses pembelajaran rutin,
maka ada banyak dampak yang dilahirkannya. Takdim (mengagungkan) kepada guru adalah
salah satu dampak yang paling hebat. Kitab kuning yang di bandungan kan adalah kitab yang
muktabaroh dan ditulis dengan bahasa Arab yang bagi kebanyakan santri akan sulit
memahaminya. Agar kesulitan ini dipupuk, maka bandungan dilestarikan secara turun
temurun dari generasi ke generasi. Kesulitan ini akan menunjukan kepada para santri begitu
sulitnya mencari ilmu, sehingga santri harus takdim kepada guru.
Di samping kepada guru, santri juga harus takdim kepada penulis dan fisik kitabnya.
Sebelum mengaji, maka perlu ada hadhoroh (mendo’akan dengan mengirimkan Fatihah)
kepada penulis kitab agar para santri dapat dengan mudah menguasai kitab dimaksud. Para
santri juga harus menghormati kitab yang dimaksud, bila dibawa harus didekap dadanya dan
bila disimpan sebisa mungkin tidak bersentuhan dengan kaki. Pendeknya, ketakdiman
kepada kyai, penulis dan kitab adalah bukti bahwa takdim lahir dari bandungan yang
memang dilestarikan kesulitannya.
Sebenarnya bisa saja para ulama terdahulu menerjemahkan kitab dimaksud, seperti yang
sudah banyak dilakukan oleh universitas agar pemahaman akan ilmu dipercepat. Namun, itu
tidak dilakukan karena takutnya sikap ketakdiman santri akan terdegradasi. Adapun upaya
yang solutif bagi santri pemula, ulama menuliskan terjemahan tetapi ditulis dengan tulisan
Arab Pegon dan menggunakan sistem simbol yang telah disepakati di dunia pesantren. Sama
saja sulit.
(2) Lahirnya sistem kesungguhan belajar. Bila seorang santri ketinggalan bandungan, maka
akan ketinggalan meloghat (transliterasi). Kosongnya beberapa paragraf tanpa loghatan
akan menuntut siswa untuk mengkaji ulang bersama koleganya yang ikut pengajian.
Kesuksesan seorang santri dalam mengaji adalah ketika kitab itu tidak kosong dari loghatan.
Kata per kata. Bila ini terjadi, maka santri harus mengejar isian kekosongannya dengan
mengikuti program “pasaran” yaitu program loghat untuk memenuhi kitab-kitab yang
kosong dengan sistem cepat dan terbatas (patas).
Disamping santri sungguh-sungguh untuk menjaga tulisannya, Bandungan juga dapat
melahirkan kesungguhan untuk cepat memahami gramatika bahasa disatu sisi dan makna di
sisi lainnya. Ini tidak mudah. Di perguruan tinggi, GTM sering dihindari karena kurang efektif
untuk menguasai bahasa dan makna secara sekligus. Mereka lebih memilih gramatika pada
kelas khusus dan terjemahan makna di kelas lainnya. Mereka fokus. Santri dengan
Bandungan akan dituntut untuk mengkoneksikan gramatika bahasa sekaligus memahami
makna perkata dan memahami makna secara keseluruhan.
Pelengkap metode bandungan di pesantren adalah sorogan. Sorogan adalah metode
kebalikan bandungan. Bila bandungan, kyai mengajarkan ilmu kitab kuning secara satu arah
dari kyai ke santri, maka sorogan menyetorkan hasil belajarnya berupa bacaan gramatika
dan makna kepada kyai. Bila bandungan, kyai mengajarkan secara bersama kepada semua
santri tanpa batas jumlah, maka sorogan satu santri berkesempatan secara bergiliran untuk
didengarkan oleh kyai. Dalam perkembangannya, sorogan bermakna melebar, dimana kyai
bisa diganti oleh santri senior atau santri yang dipandang menguasai kitab termaksud.
Sorogan dalam dimensi luasnya adalah metode kompetensi, dimana setiap santri tidak bisa
melanjutkan kemampuan membaca kitabnya apabila belum menguasai bacaan kitab
sebelumnya. Ini seperti mastery learning. Mereka secara mandiri dapat meningkatkan
kemampuan baca kitabnya. Setiap individu santri dapat mempercepat kemampuan kitabnya
dan melompat kepada kajian kitab yang lebih tinggi. Ini seperti accelerated learning.
Beberapa keunggulan sorogan adalah: (1) lahirnya kemandirian dan tanggung jawab belajar.
Di pesantren tidak dikenal kurikulum secara tertulis. Tidak ada lesson plan, silabus, atau
program tahunan dan semesteran. Hampir semua dokumen disini tidak tertulis dan
terprogram, yang ada adalah kurikulum berbasis kitab kuning, dan hidden curriculum yang
tidak mudah diketahui. Nah, sistem inilah yang membuat santri harus tanggung jawab
kepada dirinya atas studi yang sedang ditempuh.
Kemandirian belajar santri sangat dituntut. Tanggung jawab individu pun harus hadir dalam
setiap santri. Bila santri memiliki kemandirian dan tanggung jawab besar melalui sistem
sorogan, maka dapat dipastikan kemampuan bacanya akan cepat tercapai dan lompatan
kelas-kelas kitab pun akan cepat dilakukan. Bila sorogan ini terus dipacu, baik melalui selfservice maupun peer coaching, maka seorang santri akan cepat mampu meraih kesetaraan
kemampuan dengan seniornya. Tradisi di pesantren, senior pesantren dikategorikan kepada
masa lama tinggal di pesantren dan mampunya seorang menguasi bacaan kitab kuning
dengan dua hal pokok; gramatika dan makna.
(2) lahirnya kompetisi dan kolaborasi antar santri. Bila kita sepakat bahwa keterampilan
abad 21 adalah kolaborasi, maka sorogan telah memiliki kemampuan ini, bahkan dengan
kompetisi sekaligus. Kompetisi antar santri melalui metode sorogan telah menimbulkan
gairah untuk belajar saling susul menyusul. Kompetisi ini sangat baik agar terjadi akselerasi
belajar.
Kolaborasi yang terjadi dalam metode sorogan adalah adanya kerjasama peer coaching
antar santri. Santri senior yang telah dahulu menguasai satu ilmu akan terasah manakala
ilmunya diturunkan kepada santri juniornya. Ada katrol mengatrol kompetensi dalam
sorogan ini. Bila junior sudah menguasai maka keilmuan ini harus diasah lagi melalui
sorogan kepada santri yang lebih junior.
Dua keunggulan bandungan dan sorogan menjadi bukti bahwa duet mereka sangat hebat
bagi dunia pendidikan pesantren. Pesantren yang berfungsi untuk mewariskan kitab kuning
yang bahasa nya sulit menggunakan bandungan dan sorogan sebagai metode pembelajaran
yang saling mengisi. Bila kyai memiliki veto untuk mengisi “botol” otak santri secara mutlak
melalu bandungan, maka disisi lain kyai pun menggunakan pembelajaran
rekonstruksionisme terbatas (hanya untuk tujuan mewariskan ilmu) melalui sorogan.
Saya melihat kelemahan mendasar dari bandungan dan sorogan. Kelemahan inilah yang
membuat pesantren disalip keunggulannya oleh pihak sekolah. Salah satu kelemahan
mendasarnya adalah setiap santri tidak menggunakan keunggulan bandungan dan sorogan
sebagai sebuah sitem yang dilakukan secara disiplin oleh santri. Mereka lebih memilih dan
percaya atas lamanya belajar di pesantren yang berkah dengan berbagai dinamikanya
ketimbang mempercepat penguasaan kitab kuning yang grusak grusuk. Al ajal
minassyaithon.{}
Banyak keunggulan dari pesantren, namun itu tetap hanya mewariskan nilai, bukan
memproduksinya.
Bumisyafikri, 15/5/17
(https://www.kompasiana.com/zakimu79/5919b715929373773805555d/sorogan-dan-bandunganduet-maut-metode-pembelajaran-pesantren?page=all)
Metode Pembelajaran Skill atau Knowledge?
4 April 2017 18:45 Diperbarui: 4 April 2017 18:52 489 0 0
Oleh: Asep Nurdin Toha,S.Pd
Guru SDN BOJONG ENTENG I KOTA BEKASI
PENTINGNYA MEMPERBAHARUI SKIIL ( keahlian )DAN KNOWLEDGE ( pengetahuan BAGI
GURU karena ...
Pendidikan bagi setiap manusia adalah hal yang sangat di perlukan dan harus suka dan tidak
suka bahwa pendidikan adalah hal yg penting karena kompetensi yang dimiliki seseorang itu
akan menetukan nasib seseorang dan kasta sosial seseorang.
Di dalam dunia pendidkan ada berbagai macam cara seseorang memperoleh pengetahuan
ada yg lewat jalur legalitas resmi atau sering disebut sekolah ,atau ada lewat jalur jalur
masyarakat seperti pengajian..sekolah agama dll.
Semua itu bertujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan kompetensi
seseorang dalam bidang- bidangnya.
Dalam proses pendidikan ada dua unsur yang tidak bisa di pisahkan yaitu peserta didik
(siswa,audien,santri dsb) dan pendidik ( guru ,ustad,mentor dll )
Ilmu ilmu yang dimiliki seseorang di dalam dunia penddidikan dimasukan kedalam dua
kategori ,yaitu skill ( keahlian ) dan pengetahun (knowledge)
Skill (keahlian)
menurut definisi saya adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang sifatnya
spesifik, fokus namun dinamis mengikuti perkembangan jaman yang membutuhkan waktu
tertentu untuk mempelajarinya dan dapat dibuktikan denagn kerja nyata. Skill apapun dapat
dipelajari namun membutuhkan dedikasi yang kuat untuk mempelajari ilmu tersebut seperti
perlunya mental positif, semangat motivasi, waktu dan terkadang uang.
Knowledge (pengetahuan)
menurut definisi saya adalah kemampuan seseorang untuk mengenali suatu keadaan
berdasarkan persepsi pikirannya. Knowledge seseorang ditentukan oleh apa yang dipelajari
dari bahan bacaan, lingkungan pergaulan, pekerjaan dan lain sebagainya. Tapi sayangnya
knowledge bukanlah skill jadi seberapa banyak pun Anda tahu, tidak dapat dikatakan Anda
mempunyai skill terhadap hal tersebut kecuali Anda take action dan akhirnya menemukan
pola tertentu sehingga cara berpikir Anda menjadi sebuah skill. Knowledge itu sendiri sangat
mudah didapatkan, apalagi dewasa ini ketika Anda ke internet tinggal searching di google
Anda sudah bisa dikatakan dapat mengeksplore knowledge dengan jumlah yang tidak
terbatas.
Jadi berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam mendidik peserta dsidik dalam
melaksanakan proses penddiidkan itu di tentukan oleh skil dan knowledge seorang
penddidik.
Metode pembelajaran atau bahan ajar yang di pakai adalah sebuah cerminan dari
kemampuan guru dalam mengelola skill dan knowledge dari guru tersebut, Kebanyakan
bahan ajar dan metode yang dipakai seseorang hanyalah kumpulan informasi dan langkah-
langkah sebuah pekerjaan atau cara urutan dan lain sebagainya...tapi tidak diiringi dengan
perbuatan nyata atau memperaktikan apa yg ada di tuliskan di bahan ajar tersebut.
Sehingga cenderung membosankan dan yang akhirnya peroses transfer ilmu pengetahuan
kurang berhasil.....
Metode pembelajaran atau bahan ajar bagi seorang pendidik semstinya gabungan Skill dan
knowledge seorang guru sehingga...proses pembelajaran selalu menyesuaikan
perkembangan ilmu tekhnologi
Seringkali banyak orang tidak mampu memahami dan membedakan dengan baik antara
skill dan knowledge, itulah sebabnya “mereka” sering merendahkan dunia pendidikan
karena tidak melahirkan lulusan yang “berkualitas”. Maksud berkualitas disini saya paham
benar bahwa dibutuhkan skill di dunia kerja, sayangnya tidak semua jurusan menawarkan
skill yang kelihatan. Masih bingung? Baiklah saya berikan contoh supaya bisa lebih peka
membedakan mana yang termasuk skill dan mana yang termasuk knowledge.
Antara kuliah di jurusan Pendidkan dan jurusan design komunikasi visual , manakah
yang termasuk knowledge dan manakah yang termasuk skill, relatif secara umum?
Jawabannya adalah jurusan Pendidikan lebih ke arah knowledge dan bidang design
komunikasi visual lebih kearah skill. Saya memberikan kata relatif, karena tergantung
orangnya yang belajar di bidang keilmuan tersebut dan bagaimana ilmu tersebut
digunakan.
Saya jelaskan lebih lanjut, orang yang kuliah dibidang Pendidikan, mereka paham benar
dengan apa yang berhubungan dengan dunia pendidikan , seperti istilah-istilah dalam
pendidikan materi pelajaran dll, itu adalah knowledge yang sebenarnya mudah didapat. Tapi
apakah skillnya ada? ......
Itu tergantung dari banyak hal makanya ilmu pendidikan sering disebut sebagai softskill.
Ilmu pendisikan saya katakan mempunyai skill pada cara berpikir, bagaimana mengelola
sesuatu misalnya cara memberi materi atau dalam mengajar di kelas.
Tapi tidak akan terlihat ilmunya digunakan jika hanya mengajar biasa teks book, guru
harus menguasai metode -metode pembelajaran terbaru dan cara yg jitu baru akan
kelihatan skill mengelolanya. Sudah mulai mengerti ya…
Jadi seorang pendidik yang bijak dan profesional seharusnya menjadikan knowledge untuk
mengembangkan skill untuk mendukung metode pembelajaran sehingga dapat tercapai
sesuai tujuan pembelajaran
Banyak tempat kursus-kursus online atau ofline untuk memperbanyak wawasan
pngetahuan dan skill seorang guru….contohnya DOGMIT….Guru melek IT yang di bombing
oleh Pa Sukani ..sangat membantu untuk memunculkan skill-skill dan KNOWLEDGE seorang
pendidik.
(https://www.kompasiana.com/asepnurdintoha/58e3871db47a61e52dcfad13/metodepembelajaran-skill-atau-knowledge)
Metode Pembelajaran untuk ABK
maulida ad
30 Maret 2017 15:59 Diperbarui: 30 Maret 2017 16:18 3228 0 0
Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah yang paling sempurna dari makhluk-makhluk
lainnya. Seperti yang telah disebutkan dalam Al Quran surat At-Tin ayat 4 “Sesungguhnya
kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Namun bagaimana
dengan manusia yang memiliki kebutuhan khusus dalam dirinya. Apakah mereka tidak
diciptakan secara sempurna? Dalam islam, manusia dapat dibedakan dengan manusia
lainnya bukan dilihat dari perbedaan suku, ras, golongan, bahasa, warna kulit, jenis rambut
dan keadana fisik seseorang. Melainkan mereka dapat dibedakan dari tingkat keimanan
seseorang kepada sang pencipta. Jadi perbedaan fisik seseorang atau keadaan fisik yang
tidak sempurna tidak akan membuat perbedaan tingkatan di mata sang pencipta.
Meskipun dikatakan sebagai makhluk yang terlahir sempurnya dengan akal dan pikiran yang
dimiliki. Namun, manusia adalah makhluk yang membutuhkan penyempurnaan sebagai
manusia melalui pendidikan, dan kebutuhan untuk mengembangkan dirinya melalui upaya
yang terus menerus menggali potensi dengan proses mendidik diri. Karena setiap manusia
yang dilahirkan belum memiliki kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan dalam hidupnya
di masyarakat. Maka dari itu, fungsi pendidikan adalah mengembangkan dan membentuk
kemampuan-kemampuan diri dalam individu untuk keberlangsungan hidupnya di
masyarakat.
Lalu bagaimana pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus? Pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus mendatangkan banyak manfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi
orang-orang yang berada di sekitarnya. Melalui pendidikan, anak ABK mengetahui kelebihan
dan kelemahan-kelemahan yang ia miliki serta dapat mengeksplorasi kemampuankemampuan yang dimilikinya sehingga peserta didik berkebutuhan khusus bukan hanya
sebagai anak yang tidak dapat memberikan sumbangsihnya pada lingkungan sekitar. Dari
kemampuan-kemampuan yang dikembangkan akan membentuk anak menjadi pribadi yang
mandiri, disiplin, serta tidak bergantung pada orang lain meskipun itu hanya sebatas hal
kecil yang menurut kita tidak berarti apa-apa namun bagi anak yang berkebutuhan khusus
hal tersebut menjadi kelebihan tersendiri baginya.
Pendidikan untuk anak ABK dapat diperoleh dari SLB (Sekolah Luar Biasa) yang dibedakan
menjadi 6 kelas (SLB A – SLB F) menurut kebutuhan pendidikan dari anak berkebutuhan
khusus, SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa), Pendidikan Terpadu, Home Schooling,Sekolah
Alam, dan Pendidikan Inklusif. Pembelajaran untuk ABK dapat tersampaikan melalui
berbagai macam pendidikan menurut kebutuhan peserta didik melalui berbagai cara baik
dalam pendidikan normal maupun pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus.
Metode merupakan sebuah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Cara atau metode digunakan seorang pendidik untuk menyampaikan ilmunya
kepada peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Metode
yang digunakan juga harus sesuai dengan kebutuhan serta karakteristik peserta didik.
Berikut metode pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus secara umum, yaitu:

















Communication
Komunikasi merupakan hal mendasar yang dilakukan semua orang untuk berhubungan dengan
sesamanya. Dalam dunia belajar, siswa tidak terlepas dari proses komunikasi baik komunikasi antar
siswa, komunikasi dengan guru, maupun komunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Keterampilan
komunikasi siswa akan mempengaruhi proses dan hasil belajar dari siswa. Dalam pembelajaran,
komunikasi yang sering dilakukan adalah komunikasi antara guru dan siswa untuk membantu siswa
memecahkan masalahnya dalam belajar.
Task Analisis
Analisis tugas dilakukan untuk mendeskripsikan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam indikatorindikator kompetensi. Dari analisis tugas yang ditentukan melalui kompetensi dapat dijadikan tolak
ukur apakah siswa telah mengerjakna tugasnya sesuai indikator kompetensi atau belum. Task
analisis diberikan berupa tugas-tugas yang harus diselesaikan dan dipraktekkan oleh siswa.
Direct Intruction
Intruksi langsung adalah metode pembelajaran yang menggunakan pendekatan selangkah demi
selagkah yang terstruktur dengan cermat dalam intruksi atau perintah. Pelajaran disampaikan sedikit
demi sedikit dalam bentuk yang mudah dipahami sehingga anak mencapai keberhasilan disetiap
tahapnya.
Prompts
Promptsadalah setiap bantuan yang diberikan pada anak untuk menghasilkan respon yang
benar. Promptsyang diberikan kepada anak berupa informasi penjelas atau bantuan yang
memudahkan siswa untuk menjalankan sebuah intruksi. Promptsdibedakan menjadi 5 jenis
diantaranya:
Verbal prompts
Verbal prompts adalah bentuk informasi verbal yang diberikan sebagai tambahan instruksi pada
tugas yang akan dikerjakan oleh siswa. Hal ini digunakan untuk informasi mengenai bagaimana cara
dia mengatasi tugasnya. Contoh saat anak belajar memakai baju, intruksi yang diberikan adalah
pakailah bajumu, verbal promptsnya masukkan tangan kanan pada bagian lengan terlebih dahulu.
Modelling
Modelling dilakukan untuk memberikan informasi mengenai cara mengatasi tugasnya dengan cara
mempraktekkan. Sehingga ia akan mencontoh dari apa yang kita kerjakan. Modelling dilakukan
ketika verbal prompts tidak berhasil. Contoh saat anak belajar memakai baju kita beri verbal
prompts mereka tidak menangkap bantuan informasi kita, maka dapat kita lakukan modelling
dengan mencontohkan langsung bagaimana cara menggunakan baju dan selanjutnya anak akan
menirunya.
Gestural prompts
Gestural prompts adalah informasi yang diberikan melalui gerak anggota tubuh. Misalnya isyarat
salah satu anggota tubuh, gerakan tangan, ekspresi muka dan gerakan anggota tubuh lainnya.
Anggukan sebagai tanda setuju, gerakan tangan sebagai tanda larangan ataupun sebagai tanda
suruhan untuk melakukan sesuatu dll.
Physical prompts
Physical prompts yaitu kontak fisik yang diberikan untuk membantu anak mengerjakan tugasnya.
Physical prompts ini diberikan saat semua prompts yang telah dilakukan tidak menimbulkan reaksi
apapun pada anak dalam pengerjaan tugasnya.
Peer tutorial













Peer tutorial adalah metode dimana anak dipasangkan dengan anak yang lain yang memiliki
tingkatan lebih dengan pasangannya. Metode ini dilakukan dengan tujuan anak yang lebih pintar
akan mengajari mereka yang kurang. Peer tutorial biasanya dilakukan dalam kelas reguler yang juga
terdapat ABK. Anak normal dipasangkan dengan anak yang berkebutuhan dengan maksud ia bisa
menjadi tutor sebayanya dalam menyelesaikan sebuah tugas. Dengan adanya peer tutorial akan
membelajarkan pada anak tentang rasa kepedulian pada orang lain serta lebih mensyukuri dari apa
yang diberikan oleh sang pencipta.
Cooperative learning
Cooperative learning yaitu metode penyelesaian tugas yang diberikan untuk siswa dengan cara
berkelompok. Hal ini bisa dilakukan dengan penempatan anak dengan derajat kemampuan yang
berbeda di dalam kelompok.
Sedangkan menurut Roshensin dan Stevens, berikut beberapa bentuk metode yang digunakan
dalam pendidikan inklusi:
Metode pengajaran langsung
Metode pengajaran langsung adalah suatu pengajaran yang bersifat teacher center.Model ini
merupakan model dengan pusatnya guru guru paling tinggi. Biasanya menggunakan metode
ceramah, demonstrasi, dan latihan.
Metode ini dilakukan dengan cara mengulas dan memeriksa kembali hasil pekerjaan yang kemarin
diantaranya pemeriksaan tugas rumah dan mengulas kembali pelajaran sebelumnya, menampilkan
muatan atau keterampilan khusus dengan memberikan materi baru setiap pertemuannya,
menyediakan latihan dengan bimbingan dengan cara menanyakan kesulitan yang dialami oleh siswa,
memberikan umpan balik dan koreksi serta mengajari ulang, menyediakan latihan mandiri, dan
sering-sering mengulas kembali.
Metode pengajaran tidak langsung
Metode ini berbanding terbalik dengan metode pengajaran langsung. Pada metode pengajaran
langsung guru sebagai pusat, dalam pengajaran tidak langsung guru hanya sebagai fasilitator. Guru
menganggap bahwa siswa dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri sedangkan guru hanya
memberikan umpan balik dari inkuiri yang dilakukan oleh siswa.
Latihan siswa mandiri
Dalam metode ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar mandiri dengan memberikan
tugas-tugas individu dengan tujuan membangun inisiatif dari masing-masing siswa sera kemandirian.
Tugas yang diberikan bisa berwujud tugas rumah karena dapat memberikan efek positif bagi prestasi
siswa.
Scaffolding
Scaffoldingmerupakan bentuk bantuan yang diberikan oleh guru maupun siswa lain dengan tujuan
menjembatani jarak antara kemampuan mereka dengan tujuan yang akan dicapai. Hal ini bisa
dilakukan dengan guru memberikan strategi ataupun contoh konrit dalam menangani sebuah
masalah, mengatur tingkat kesulitan terhadap materi yang akan dipelajari siswa, menyediakan
variasi latihan yang lebih beragam bagi siswa, menyediakan umpan balik, mengingatkan tanggung
jawab siswa, dan menyediakan latihan mandiri untuk menerapkan hal-hal yang telah mereka ketahui
dalam pembelajaran.
Dari uraian beberapa metode untuk ABK diatas, berbagai macam metode digunakan untuk
memudahkan guru dalam menyampaikan pembelajaran. Penerapan berbagai metode dalam
kelas harusnya dilakukan guru sesuai dengan kebutuhan siswanya sebagai penyandang
disabilitas. Misalkan di dalam kelas yang memiliki beragam anak berkebutuhan khusus yaitu
tuna rungu, tuna grahita, dan down syndrom. Guru dapat menggunakan
metode communication,task analisis ataupun direct intruction pada pembelajarannya.
Dengan metode-metode tersebut guru berperan aktif dalam pembelajaran dengan
mengajak anak untuk selalu berkomunikasi, memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat
mengembangkan potensi peserta didik dengan bantuan memberikan intruksi secara terus
menerus ataupun memberikan contoh konkritnya sehingga siswa dengan ketiga perbedaan
tersebut dapat menerima pembelajaran meskipun dalam satu kelas dengan perbedaan
kebutuhan.
Pada dasarnya semua metode yang telah disebutkan diatas dapat digunakan pada semua
jenis ABK. Namun hanya saja terdapat perbedaan pada teknik guru dalam
menyampaikannya. Misalkan pada anak yang mengalami tuna rungu dan tuna grahita
dengan menggunakan metode Promptsyang modelling.Maka guru akan memberikan contoh
bagaimana cara memakai baju kepada siswa, tetapi guru akan lebih memberikan perlakuan
lebih untuk anak penyandang tuna grahita daripada untuk tuna rungu karena kebutuhan
lebih besar berada pada penyandang tuna grahita. Walaupun dalam penerapannya memang
guru harus menyampaikan materi kepada siswa secara satu persatu dengan mendekati
siswanya tetapi dengan adanya metode-metode tersebut sedikit banyaknya dapat
memudahkan untuk menyampaikan pembelajaran di kelas.
Referensi:
Listanti, Rusia Eka. 2016. Metode Pengajaran yang Digunakan Guru di
Sekolah Dasar Inklusi Se-Kabupaten Bantul.Skripisi pada Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Geniofam. 2010. Mengasuh dan Mensuksesakan Anak Berkebutuhan
Khusus.Jogjakarta: Garailmu.
Sudrajat, Dian Nurdiani. Metode Pengajaran untuk Anak Berkebutuhan
Khusus.https://dianns21.wordpress.com/pgsd-unpas/abk/perihal/. Diakses padatanggal 29
Maret 2017.
(https://www.kompasiana.com/maulidaad/58dcc8f6339773ec1beb7e17/metode-pembelajaranuntuk-abk)
Metode Pembelajaran ala Malaikat Jibril
furkanawati handani mbelo
24 Februari 2017 09:53 Diperbarui: 24 Februari 2017 10:15 392 0 0
Di dunia pendidikan kita mengenal beberapa metodedan model pembelajaran, hal ini sering
kita lihat atau temukan pada pembuatanskripsi atau bahkan tesis. Yang tidak lazim lagi
seperti, model pembelajaranSTAD, TGT, INKUIRI, dan lain-lain. Model pembelajaran ini
merupakan modelpembelajaran konstruktifisme yang biasa digunakan dalam metode
penelitianpendidikan untuk mengungkapkan permasalahan dalam penulisan karya ilmiah.
Terlepas dari beberapa metode diatas, saya teringatakan kesuksesan dari seorang Nabi
Muhammad SAW. Ia merupakan manusia ciptaanAllah yang sangat diseggani baik kawan
maupun lawan, selain itu Ia adalah manusiayang sangat jujur sehingga digelar Al-Amin.
Terlepas dari kemuliaan lainnyayang dimilikinya. Allah SWT mengangkat Ia menjadi
kekasihnya (Habiballah), Iapun dijuluki sebagai Al-Qur’an yang berjalan .
Sikap mulia yang terbentuk dan melekat pada pribadiNabi Muhammad SAW, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, selain Nabimengkonsumsi makanan yang halal dan baik
(dikisahkan baginda Nabi tidak pernahmemakan makanan yang dijadikan sesajean buat
berhala). Faktor lain yangmembentuk pribadi sempurnah seperti baginda Muhammad
adalah sang Maha Guru.
SIAPAKAH MAHA GURU TERSEBUT?
Dia adalah Malaikat Jibril atau yang sering dikenalRoh Kudus
Awalnya saya bertanya dalam hati saya, setiapkesuksesan yang diraih oleh para murid. Tidak
terlepas dari seorang guru yanghebat begitu pula pemilik pribadi yang begitu sempurna
baginda Nabi MuhammadSAW tidak terlepas dari malaikat Jibril yang sabar.
Disinilah dimulailah persahabatan antara Guru danMurid
Malaikat Jibril : IQRO (Bacalah)
Nabi Muhammad : Aku ngga bisa membaca
Malaikat Jibril merangkulnya
Malaikat Jibril : IQRO (Bacalah)
Nabi Muhammad : Aku ngga bisa membaca
Malaikat Jibril merangkulnya
Malaikat Jibril : IQRO (Bacalah)
Nabi Muhammad : Aku ngga bisa membaca
Malaikat Jibril merangkulnya
Mungkin cerita yang lebih lengkapnya, teman-temanlebih mengetahuinya
Tapi inti atau makna dari artikel ini adalah telahterkafer dalam sepenggalan cerita diatas
Metode yang diterapkan oleh Malaikat Jibril dalammemberikan pembelajaran kepada Nabi
Muhammad saya rangkum dalam beberapa frasedibawah
TEKANAN DAN RANGKULAN
Tekanan atau yang biasa dikenal Push ini merupakanbentuk pemaksaan agar baginda Nabi
mau belajar, karena baginda Nabi sendiriadalah orang yang buta huruf, walaupun Jibril
memberikan penegasan dalam memberikanpelajaran tapi sang maha guru tidak lupa
melunakannya dengan rangkulan, agarpsikologi sang murid tidak tertekan
Model pembelajaran yang begitu sederhana tapimelahirkan sesuatu yang sangat berharga.
Dimasa sekarang ini banyak masyarakatIndonesia pada umumnya lebih percaya pada teoriteori pendidikan yang belumterbukti keberhasilannya. Yang paling ekstrib lagi teori
pendidika yangterbentuk disitu sampelnya adalah binatang seperti Anjing, Tikus, danlainlain. Saya rasa ini sangat tidak manusiawi jika teori pendidikan iniditerapkan kepada
manusia.
Sebut saja eksperimen teori pendidikan Pavlov, Iamenggunakan Anjing dalam melakukan
penelitian Teori Pengkondisian AsosiatifStimulus Respon, selain itu Teori Operant
Konditioning Skinner. Dia menggunakanseekor tikus dalam melakukan penelitiannya.
Oleh karena itu, saran saya, sebaiknya kitamengikuti sesuatu yang sudah terbukti yaitu
model Pembelajaran Tekanan DanRangkulan Oleh Maha Guru Malaikat Jibril. Jika didalam
sebuah modelpembelajaran memiliki sintaknya atau langkah-langkahnya, maka sintak
ataulangkah-langkah pendidikan Jibril tersebut adalah Sunnah Nabi Muhammad SAW
dandasar Teorinya adalah Al-Qur’an dan Al- Hadist.
Dijamin deh Insya Allah akan berhasil
Selamat Mencoba
(https://www.kompasiana.com/furkanawatimbelo/58afa033117f618904286005/metodepembelajaran-ala-malaikat-jibril?page=all)
JIS Ciptakan Metode Pembelajaran Baru Untuk Siswa
Mai Queenda
23 Februari 2017 14:30 Diperbarui: 23 Februari 2017 14:32 298 0 0
Jakarta Intercultural School (JIS) adalah sekolah internasional swasta di Jakarta atau sekolah
yang terkenal untuk anak-anak ekspatriat yang tinggal di Jakarta, tapi saat ini banyak siswa
siswi asli Indonesia yang orang tua nya lebih memilih untuk menyekolahkan putra putrinya
di JIS lantaran kualitas dalam berbahasa internasional serta inovasi dalam sistem
pembelajarannya yang menarik.
Selain terkenal dengan bahasa Internasional yang di gunakan dalam sehari – hari JIS juga
sangat aktif dalam menerapkan nilai sosial dan budaya yang diajarkan oleh para guru – guru
JIS, dan tak cukup dengan berbekal nilai sosial saja, guru – guru JIS bahkan juga sering
mengupgrade pengetahuan yang kelak akan di berikan kepada para siswa – siswi JIS dan
juga sistem atau cara belajar yang menyenangkan.
Untuk diketahui terkadang siswa – siswi sering kali jenuh ketika dalam belajar hal tersebut
wajar saja karena bisa jadi materi yang disampaikan terlalu monoton dan materinya kurang
menarik, akan tetapi dalam hal ini yang sangat berperan penting adalah para guru yang
menjadi fasilitator bagi siswa siswinya yang harus dapat memilih metode belajar yang tepat
dalam proses pembelajaran serta mengolah situasi tersebut menjadi situasi yang kondusif
serta menyenangkan bagi para siswa.
Mengingat hal tersebut para guru JIS selalu adakan inovasi atau workshop dalam sistem
pembelajaran untuk siswa siswi di JIS dan dikhususkan untuk para guru di JIS seperti
kegiatan tentang bagaimana cara menggunakan non fiksi teks dalam membantu siswa
memahami konsep yang akan di sampaikan oleh guru ketika di kelas, sehingga membuat
para siswa penasaran dengan materi yang disampaikan
Serta bagaimana cara memberdayakan siswa dengan memberikan hasil yang nyata melalui
rubrics pembelajaran tentang bagaimana model pemecahan masalah dapat digunakan
untuk mendapatkan keuntungan bagi para siswa siswi dalam memahami mata pelajaran.
(https://www.kompasiana.com/maiqueenda/58ae8fa83197739d04e84464/jis-ciptakan-metodepembelajaran-baru-untuk-siswa)
Metode Pembelajaran Efektif
Elis Rosnawati
4 Desember 2016 13:36 Diperbarui: 4 Desember 2016 14:02 50 0 0
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan
kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai
masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu
pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan
agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien
adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan
menyenakngkan dan tidak membosankan. Di bawah ini adalah beberapa metode
pembelajaran efektif, yang mungkin bisa kita persiapkan.
Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket
pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari
empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang
lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan
masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada
guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi
kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur
debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran
kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling
membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung
(interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam
usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas
kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan
untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut
tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur
materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses
belajar.
Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda
mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung
kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan
kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan
waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu
melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah
pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara
bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah
pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia
kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya
alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya
dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang lain.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna
bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi
penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data,
hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya
dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini
Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide
pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan
ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok
dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya,
serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7. Penutup.
Kelebihan:
• Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
• Setiap siswa mendapat peran.
• Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
• Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
• Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas
pada dua orang tersebut).
Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambargambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.
Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor
kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok
dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan
paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan
siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik
dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills).
Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas
menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik
yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman
atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin
dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih,
kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.
Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi
kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang
beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin,
etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a)
di atas.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran
harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan
mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam
maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c)
dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan
kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah
dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang
luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara
individu atau kelompok, atau keduanya.
Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok
belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota
bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru
dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab
terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari
dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar
dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan
subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut
kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan
mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam
subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk
menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan
demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
Metode Team Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model
TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung
jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya
dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru.
Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami
materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat
kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat
dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan
anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang
didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar
pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk
turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru
melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen
pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi
prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan
mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.
Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team”
apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40
Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota
lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut
prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota
yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak
boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.
Model Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contohcontoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan /
menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
yang ingin dicapai.
7. KKesimpulan.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
Model Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa
Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto
Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di
Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih
efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat
rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas
sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil
mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersamasama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan
seterusnya kembali ke (2).
Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga
dan pada setiap tingkatan kelas.
- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.Baca Juga : Model Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL)
(https://www.kompasiana.com/elis_1988/5843b962727e61fa2878e293/metode-pembelajaranefektif?page=all)
Metode Pembelajaran ala Anwar Jundi
Mohammad Amir
Jamaah Maiyah.Kuliah di Universitas Maiyah Nusantara.Sedang menekuni pekerjaan sebagai karyawan di
pabrik ban Dunlop
15 September 2016 10:41 Diperbarui: 15 September 2016 10:46 20 0 0
Guru ibarat cermin,ungkapan yang banyak diungkapkan guru= digugu dan ditiru.Sehingga
dapat dikatakan guru itu sebagai panutan bagi siswa untuk mencetak agar cerdas otak dan
akhlaknya.
Manusia pada dasarnya suci sehingga orangtuanyalah yang akan merubahnya menjadi
yahudi,nasrani ataupun majusi.Tetapi suci disini bukanlah seperti kertas putih dalam artian
tidak ada bakat bertauhid seperti yang dikemukakan oleh John Lock (aliran empirisme)
dalam teori tabularasa yang kontroversialnya itu,tetapi suci disini manusia mempunyai
dasar tauhid.Kemudianlah pendidikan yang akan mencetaknya.Ki Hajar Dewantara pernah
mengungkapkan bahwa pendidikan itu terdiri dari dasar dan ajar.Dasar itu bakat yang
dimiliki sejak lahir sedangkan ajar berarti pendidikan.
Dari hal itu maka sedemikian besar peran serta guru untuk merubah,mencetak dan
mendidik seseorang siswa sehingga kelak akan menjadi siswa yang cerdas otak dan juga
akhlaknya.
Anwar Jundi dalam kitabnya “At Tarbiyah wa bil haul ajyal fi dlouil islam” membagi metode
pembelajaran menjadi 4 metode :
1.Metode Nasihat ( Thoriqoh bil mau’idhoh)
Metode ini biasanya dilakukan guru dengan cara memberikan nasihat seperti bagaimana
cara menghormati guru (menyapa guru,bersalaman dan lain seagainya),bertutur kata yang
baik,menghormati orang tua,cinta kepada Allah dan RosulNya.Biasanya metode ini
menjelaskan dengan kebenaran,memotivasi untuk beramal dan peringatan adanya
kemadhorotan yang harus dihindari.Misalnya saja nasihat untuk bertauhid,menegakan amar
ma’ruf nahi munkar.
2.Metode dengan perkataan yang jelas
Guru dituntut untuk memiliki sifat komunikatif artinya mudah dipahami nyambung dan
mudah diserap siswa.misalnya guru memberi materi pelajaran akhlak semacam
menghormati orang tua.Anak dipaksa secara halus untuk meniru akhlak Rosululloh
perlahan-lahan tetapi maksud tujuannya jelas.
3.Metode teladan yang baik
Anwar Jundi menegaskan bahwa siswa lebih banyak mengambil pelajaran melalui ikutikutan dan meniru perbuatan dibandingkan melalui nasihat-nasihat dan petunjuk secara
lesan.Nasihat mungkin seperti paksaan secara halus namun meniru dan tiruan lebih efektif
untuk siswa dalam berubah.Dalam prakteknya metode ini ada 2 carayaitu direc maksudnya
guru memberi teladan,agar ditiru yang kedua non direct yaitu menceritakan kisah-kisah
kepahlawanan,syuhada,nabi/rosul,dan orang-orang yang menginspirasi lainnya sehingga
siswa bisa menjadikannya sebagai uswatun hasanah.
4.Metode merenungkan/memikirkan masa lalu (ibroh wa bil qishoh).Dalam metode ini
siswa diajak untuk merenungkan kisah-kisah orang-orang yang saleh atau
nabi/rosul.Misalnya dalam kisahnya Nabi Yusuf itu terdapat suatu I’tibar,sehingga siswa bisa
diajak merenungkannnya sehingga hal ini bisa melatih berfikir sehat dan dapat
meningkatkan akhlak yang baik.
Demikianlah beberapa metode yang dikemukakan penulis menurut Anwar jundi.Jika kita
mau sungguh-sungguh,insya Allah ,siswa kelak akan menjadi generasi yang cerdas otak dan
akhlaknya,baik dan cinta kepada tuhan,sesama manusia dan lingkungan sekitar.
sumber : www.amirmaiyah.wordpress.com
(https://www.kompasiana.com/amirmaiyah/57da1864149773514172f0dc/metode-pembelajaranala-anwar-jundi)
Metode Pembelajaran Terbaik yang Diabaikan
Pauzan Haryono
15 Agustus 2016 08:56 Diperbarui: 15 Agustus 2016 09:02 35 6 10
Sesungguhnya bangsa Indonesia memiliki sejarah gemilang. Warisan budayanyapun masih terlihat
sampai sekarang. Kerajaan Sriwijaya mampu membangun di istana di atas air di saat bangsa-bangsa
Eropa masih tinggal di goa. Candi Borobudur dibangun 600 tahun sebelum bangunan katedral
pertama di Eropa. Pelaut-pelaut kita sudah menjelajah samudera sebelum pelaut-pelaut bangsa lain
mengelilingi bumi.
Di bidang pendidikan bangsa ini juga memiliki warisan asli yang juga luar biasa. Metode
pembelajaran terbaik pernah kita miliki namun sekarang kita abaikan. Kita lebih terpesona dengan
bangsa lain dalam segala hal, sehingga apapun yang kita miliki terasa rendah kualitasnya. Minimal
ada tiga metode pembelajaran warisan nenek moyang kita yang kalau diterapkan akan mampu
mengubah wajah pendidikan kita yang sekarang ‘belum jelas arahnya’. Ketiga metode pembelajaran
itu adalah :
 Bercerita
Mengajar dengan cerita akan membangkitkan kesan bagi siswa. Pelajaran sesulit apapun kalau
disampaikan dalam bentuk cerita akan merangsang siswa-siswa untuk lebih fokus, karena
mereka penasaran dengan kelanjutan cerita tersebut. Di berbagai wilayah Indonesia terdapat
banyak sekali cerita rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa nenek moyang kita sudah mengajarkan
nilai-nilai luhur dan membangkitkan motivasi dengan cara bercerita.
 Berdialog
Dialog adalah komunikasi dua arah. Dengan dialog akan mampu mengeksplorasi pemikiranpemikiran siswa. Dialog yang baik akan melahirkan sintesis dari berbagai tesis dan antitesis,
karena siswa bisa saja memiliki pengetahuan dan pengalaman berbeda dalam menanggapi satu
hal. Dialog adalah metode pembelajaran yang ‘membukakan pikiran’ bukan ‘mengisi pikiran’.
Bangsa kita memiliki budaya dialog yang luar biasa. Hal ini dibuktikan dengan adanya balai desa
di tingkat desa dan alun-alun di tingkat pusat kerajaan. Balai desa dan alun-alun merupakan
wadah dialog antara pemimpin dengan rakyatnya.
 Menjelajah
Dua metode pembelajaran sebelumnya, jika dilaksanakan dengan baik dan dan konsisten akan
menghasilkan kecerdasan kognisi yang baik pula. Tapi kognisi yang baik tidak cukup, karena kita
membutuhkan kecerdasan meta kognisi, yaitu cerdas dalam memanfaatkan pengetahuan.
Betapa banyak orang cerdas tapi tidak menghasilkan apa-apa karena tidak bisa memanfaatkan
kecerdasan. Penjelajahan adalah metode pembelajaran yang akan menghasilkan kecerdasan
metakognisi, karena dalam penjelajahan akan banyak sekali masalah yang harus dipecahkan.
Pemecahan masalah kadang memerlukan keberanian dan kemandirian. Bangsa ini punya
semboyan ‘nenek moyangku adalah pelaut’. Itu artinya bangsa ini punya kebiasaan menjelajah
bukan pemain ‘jago kandang’.
(https://www.kompasiana.com/pauzan/57b12151bd22bd9528de1c23/metode-pembelajaranterbaik-yang-diabaikan)
Tebu Mimpin: Metode Pembelajaran yang Efektif
Donald Ivantoro
19 Juni 2016 11:01 Diperbarui: 19 Juni 2016 11:14 47 0 0
Siswa membuat mind mapp
Program Kreativitas Mahasiswa “TEBU MIMPIN” (Terampil Membuat Mind Mapping) yang
bertujuan untuk meningkatkan retensi terhadap materi pelajaran bagi siswa SD Negeri
Tawangharjo, Sleman, Yogyakarta berlangsung pada bulan April-Mei 2016. PKM-M TEBU
MIMPIN ini diikuti oleh 40 siswa yang terdiri dari 23 siswa kelas IV dan 17 siswa kelas V.
Kendala-kendala yang dialami SD Negeri Tawangharjo adalah para guru masih kurang
mengaplikasikan strategi pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(PAIKEM) dan kurang dukungan media berbasis IT. Strategi pembelajaran konvensional yang
cenderung berfokus pada guru (teacher based learning) menjadi salah satu penghambat
bagi siswa sehingga kurang bisa belajar secara optimal. Perilaku belajar siswa di kelas
diwarnai oleh duduk, dengar, dikte, catat, hafal.
Secara khusus metode mencatat siswa yang kurang efektif masih sering terjadi. Siswa
terbiasa didikte oleh guru dan mencatat materi dengan berpuluh-puluh lembar, sehingga
catatan yang demikian tidak bisa dipahami oleh otak manusia. Otak manusia lebih dapat
memahami kata-kata kunci yang spesifik dan jelas. Kendala lain catatan yang berpuluhpuluh lembar itu jarang bahkan tidak dibaca lagi, kecuali siswa akan ujian itupun akan sangat
melelahkan membaca catatan yang begitu panjang dalam waktu sesaat.
Hasil yang diperoleh dari keseluruhan proses pendampingan yaitu metode mind
mapping membuat nilai tes siswa meningkat. Peningkatan itu dibuktikan dengan
peningkatan nilai post testyang lebih tinggi dibandingkan nilai pre test. Kelas IV pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran IPA (pre test) sebesar 50 %, sedangkan post test72%. Kelas
V pre test46%, sedangkan post test 58%.
img-0384-576618cdc7afbd7407544eda.jpg
Tim PKM-M Tebu Mimpin yang diketuai oleh Cristian Ade Prasetia (BK) dan beranggotakan Donald
Ivantoro (BK), Thomas Govanis (BK), Fatriyani (Akuntansi), Alvin Alfian (Manajemen) ini memberikan
solusi yaitu menerapkan metode mind mappingdalam pembelajaran Siswa di SD Negeri
Tawangharjo. Pelaksanaan kegiatan ini menggunakan metode pre testdan post test serta praktek
langsung membuat mind mapping.
whatsapp-image-20160529-1-576618f665afbdda097e184b.jpg
Potensi yang dapat dikembangkan oleh PKM-M Tebu Mimpin yaitu modul untuk guru dan orang tua,
serta modul untuk siswa. Program PKM-M ini dapat terus dilanjutkan dengan membuat pelatihan
bagi para guru SD Negeri Tawangharjo, Yogyakarta.
(https://www.kompasiana.com/ydivantoro/5766191cb37e6116132d83bd/tebu-mimpin-metodepembelajaran-yang-efektif)
Metode Pembelajaran dengan
Numbered Heads Together
laviasnaravika
8 Mei 2016 19:03 Diperbarui: 8 Mei 2016 19:11 4 0 0
Pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads Together diawali dengan
Numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok
sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Jika jumlah peserta didik
dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan jumlah
konsep yang dipelajari, maka tiap kelompok terdiri 8 orang. Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap
kelompok diberi nomor 1-8.
Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab
oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menemukan
jawaban. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together”
berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru.
Langkah berikutnya adalag guru memangil peserta didik yang memiliki nomor yang sama
dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang
telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan
nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban
atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan
diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu
sebagai pengetahuan yang utuh.
(https://www.kompasiana.com/laviasnaravika/572f2b148323bd9e09cbab5e/metode-pembelajarandengan-numbered-heads-together)
Metode Pembelajaran Melalui Media
Lusi irsyia fitri
15 Desember 2015 04:42 Diperbarui: 15 Desember 2015 04:45 21 0 0
Media adalah suatu cara perantara untuk proses memperlancar pembelajaran. Bila anak
dikaitkan denang pembelajaran melalui media sebagai alat untuk perantara dalam belajar.
Anak bisa dengan mudah memahami apa yang diajarkan tapi juga harus dengan adanya
praktek.
Media juga bisa menumbuhkan rasa semangat nya dan rasa ingin taupada anak . dan
menyenangkan jadi mereka tidak bosan dan jenuh dalam belajar dan berbagai tujuan media
pembelajaran akan dapat terwujudkan kreatifitas pada anak.
Prinsip- prinsip media pembelajaran:
1. Tidak ada satu mediapun yang paling baik untuk semua tujuan
2. Karakter media pembelajaran
3. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar digunakan untuk bisa
memecahkan masalah yang dihadapi
4. Pengguna media pengajarn harus diorganisasikan secara sistematis bukan sembarang
pengguna.
Dengan pembelajaran melalui media itu bisa melalui media lingkungan dan media
permainan:
1. Media lingkungan
Suatu tempat atau suasana yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pada sia anak. Dan
juga bisa diartikan proses belajar pada anak untuk mengenalkan alam. Lingkungan disini
dapat berupa taman bermain,perkebunan,dan tempat wisata. Pentingnya lingkungan
sebagai sumber belajar untuk anak usia dini memberikan kesempatan anak untuk
mendapatkan pengetahuan.
2. Media permainan
Media yang sangat disukai oleh anak,permainan eduktif adalah kreatifitas pada anak dengan
membangun pengetahuan dan memecahkan masalah.
(https://www.kompasiana.com/lusiirsyiafitri/566f13d5529773b209d3ee2e/metode-pembelajaranmelalui-media)
“Antara Guru, Siswa, Media dan Metode
Pembelajaran”
Try rahayu
2 April 2015 13:36 Diperbarui: 17 Juni 2015 08:37 2299 0 2
Pernahkah anda merasa bosan saat belajar ?
Pernahkah anda merasa ngantuk saat guru menjelaskan ?
Oh tentu, pasti kita semua pernah mengalami hal tersebut . . .
Jadi, mari ikuti serangkaian tulisan di bawah ini !
Berbicara tentang guru, maka tidak jauh beda dengan metode dan media yang diterapkan oleh guru
di sekolah terutama guru dalam bidang Sosiologi.
Banyak kita lihat di sekolah-sekolah, terutama waktu saya masih duduk di bangku SLTA, jarang ada
guru yang menerapkan metode diskusi atau kegiatan observasi lainnya. Adapun ketika kita sedang
mengikuti kegiatan belajar, pasti kita pernah merasa bosan, jenuh, ngantuk dan sebagainya kenapa
demikian ? itu karena terkadang guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik hanya
menggunakan media dan metode yang itu-itu saja. Seperti penyampaian materi dengan metode
ceramah saja (monoton/statis) dan juga jarang guru itu menggunakan atau memanfaatkan
media/alat yang ada seperti komputer, LCD, gambar-gambar, peta dan yang lainnya. Sehingga
peserta didik cepat merasa bosan, jenuh dan mengantuk di kelas saat mengikuti proses
pembelajaran. Adapula ketika guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah tersebut, kebanyakan peserta didik pada asyik ngerumpi dengan
teman-temannya, ada yang main-main di dalam kelas, ada pula yang makan dan lebih parahnya lagi
ada peserta didik yang sampai ketiduran saatu guru menyampaikan materi pembelajaran. Naah,
bagaimana mau mencetak generasi muda yang berkualitas, kalau keadaannya seperti ini ? ? ? mari
kita mencoba merubah situasi dan kondisi seperti saat sekarang ini !!!
Sedangkan adapun dengan menggunakan media yang ada bisa membuat peserta didik merasa
tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Media juga dapat merangsang pemikiran, minat
dan rasa ketertarikan siswa terhadap materi yang akan disampaikan oleh guru.
Di samping itu, media merupakan suatu benda/alat yang digunakan untuk membantu seorang guru
dalam menyampaikan materi kepada peserta didiknya bisa dengan menggunakan gambar, peta atau
semacamnya. Sedangkan metode sendiri merupakan cara/strategi yang dilakukan oleh seorang guru
dalam menyampaikan atau mengajar peserta didik, dimana metode pengajaran yang tepat yaitu
dapat mendorong semangat peserta didik untuk menjadi lebih giat dalam belajar dan juga dapat
dengan mudah dipahami apa yang akan disampaikan atau diajarkan oleh guru tersebut. Maka
seorang guru perlu mempersiapkan metode-metode yang bervariasi, kreatif, inovatif, eksklusif serta
menyenangkan kepada peserta didik di dalam proses kegiatan belajar-mengajar.
Selain itu, antara media dan metode pembelajaran merupakan salah satu unsur yang terpenting
dalam kegiatan pembelajaran selain dari unsur-unsur pendidikan seperti peserta didik, pendidik,
tujuan pendidikan, materi (isi), serta lingkungan pendidikan. Tanpa adanya media ataupun metode
pembelajaran, pastinya guru akan mengalami kesulitan di dalam mengajar. Begitupula dengan siswa
juga akan mengalami kesulitan di dalam memahami dan mengerti materi yang akan disampaikan
oleh guru tersebut. Jadi, antara media dan metode pembelajaran tersebut memiliki hubungan dan
keterkaitan. Tetapi di sisi lain, percuma juga media atau metode itu diterapkan jika tidak di sesuaikan
dengan isi atau materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Dengan begitu media ataupun
metode tersebut harus di sesuaikan dengan isi atau materi yang akan di sampaikan kepada peserta
didik, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Seperti kurangnya pemahaman peserta
didik dengan isi atau materi yang disampaikan oleh guru pada saat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran. Adapun selain media dan metode di atas, di dalam melakukan pembelajaran
seharusnya seorang guru menciptakan suasana kelas yang kondusif. Maksudnya disini yaitu
menciptakan suasana kelas yang aman dan nyama bagi peserta didik. Sehingga peserta didik merasa
nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran dan mudah mengerti serta memahami materi yang
disampaikan oleh guru tersebut. Bukan hanya tidak menerapkan media atau metode saja yang
menjadi hambatan guru di dalam kegiatan pembelajaran, tetapi juga suasana kelas yang kurang
mendukung. Dengan begitu hal-hal seperti itu harus diperhatikan oleh seorang guru sebelum
memulai kegiatan belajar.
Jadi,dapat kita ketahui bahwa media pembelajaran tersebut memiliki manfaat bagi peserta didik,
salah satunya yaitu :
1.Menarik perhatian siswa dan menumbuhkan motivasi belajarnya
2.Materi atau isi lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik
3.Dengan adanya media pembelajaran bisa mengurangi rasa bosan, jenuh dan ngantuk yang
terjadi pada peserta didik tersebut, dan
4.Adanya media pembelajaran juga dapat memperjelas materi yang disampaikan oleh guru
tersebut, sehingga tidak terlalu verbalistik (ceramah-ceramah saja/dengan kata-kata). Dan
sebagainya.
Adapun berkaitan dengan media dan metode pembelajaran , guru juga harus bisa menjalin
hubungan yang baik dengan peserta didik. Guru yang bisa menjalin hubungan baik dengan peserta
didiknya pasti akan mengerti bagaimana cara menghadapi peserta didiknya. Dan guru tersebut juga
akan mengetahui metode apa yang tepat untuk mengajar peserta didiknya. Sehingga guru tersebut
bisa mengimplementasikan metode tersebut sesuai dengan kondisi dari peserta didiknya yang
memiliki karakter yang berbeda-beda.
Dan dalam mengajar pun guru sebaiknya tidak memilih atau memilah peserta didiknya. Seperti yang
sering kita dengar “Setiap peserta didik itu adalah unik”, maka mereka jelas mempunyai karakter
pribadi yang berbeda-beda. Sehingga sangat dibutuhkan seorang guru untuk mengetahui dan
memahami karakter dari anak didiknya serta bisa membagi perhatiannya kepada seluruh peserta
didik tersebut dan tidak hanya terfokus pada salah satu peserta didik.
Oleh karena itu, kita sebagai guru ataupun calon guru harus bisa menerapkan media atau metodemetode yang bervariasi kepada peserta didik sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, sehingga
peserta didik tidak merasa bosan, jenuh dan merasa ngantuk pada saat mengikuti kegiatan belajarmengajar.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi kita semua . . .
(https://www.kompasiana.com/tryrahayu/55301cda6ea834aa2b8b457f/antara-guru-siswa-mediadan-metode-pembelajaran)
Dampak Media dan Metode Pembelajaran
Bagi Peserta Didik yang Ideal
Maulana Suryadi
2 April 2015 06:05 Diperbarui: 17 Juni 2015 08:39 109 1 0
Penguasaan multi metode dan multi media guru SMA
Cerita Penguasaan multi metode dan multi media guru SMA saya tapi sebelum itu saya akan
jabarkan pengertiaan media atau alat dan metode.
Metodeadalah cara-cara yang dipakai oleh orang atau sekelompok orang untuk membimbing
anak atau peserta didik sesuai dengan perkembangannya kearah tujuan yang hendak dicapai.
Alat atau media adalah hal yang tidak saja memuat kondisi-kondisi yang memungkinkan
terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi alat atau media itu telah mewujudkan diri sebagai
perbuatan atau situasi, dengan perbuatan dan situasi mana, dicita-citakan dengan tegas, untuk
mencapai tujuan pendidikan
Seorang peserta didik tentu memiliki penilaiaan sendiri terhadap gurunya karan dalam
menyampaikan materi guru pasti memiliki problem atau masalah yang di timbulkan dalam
menyamaikan suatu materi
Guru yang baik adalah guru yang mampu membuat peserta didik yang tidak tau menjadi lebih tau
dan mampu memberikan kenyamanan pada peserta didik saat belajar
Dan Menurut pandangan saya guru sosiologi saya di SMA sudah cukup menguasai metode karna
sejak saya di didik atau diajar, dia sering menggunakan metode yang tepat dalam menyampaikan
materi yang diajarkannya seperti:
- metode ceramah
metode ini selalu dia gunakan apabila ada materi yang tidak seharusnya dihapal
-metode diskusi
metode ini selalu dia gunakan apabila ada materi yang akan dipersentasekan
-metode ekspremen
metode ini selalu dia gunakan ketika materi itu mencangkup dengan analisis sekitar linggkungan
sekolah
-metode memberikan tugas
metode ini sering dia gunakan ketika kita mau pulang sekolah
metode latihan
metode ini sering kali dia gunakan ketika kita mau memasuki bab yang lain
Tapi dia belum mampu menguasai media atau alat karna sejak saya diajar sama dia tidak pernah
memakai alat atau media seperti,LCD,leptop,komputer dll
Padahal menurut saya metode dan alat atau media sama-sama sangat penting dalam proses belajar
mengajar karna bisa mempermudah peserta didik untuk lebih cepat memahami materi yang akan
disampaikan oleh guru serta peserta didik jugak tidak ketinggalan zaman tapi apabia media atau alat
tidak lengkap peserta didik akan sulit memahami materi yang akan disampaikan guru dan guru jugak
akan lebih sulit mengajar apabila alat atau media tidak lengkap tapi sebaliknya jika media dan alat
sudah lengkap maka guru akan mudah untuk mengajar
Namun masih ada sekolah yang tidak menyedikan media atau alat yang lengkap untuk dipakai oleh
guru dalam proses belajar mengajar sehingga jangan heran ada peserta didik yang ketinggalan
zaman atau tidak mengetahui yang namaya leptop,Lcd,komputar dll dan semua itu akan berdanpak
negative terhadap peserta didik apabila sudah lulus dan masuk keperguruaan tinggi peserta didik
tersebut akan mersa mindar dan dia jugak akan merasa dirinya paling kampungan dan bodoh karna
tidak bisa menggunakan leptop,computer,Lcd dll sedangkan teman-temannya yang lain sudah bisa
menggunakan computer,leptop,Lcd,Padahal media-media seperti Lcd,komputer,leptop dll,banyak
sekali dijual diwilayah-wilayah Lombok atupun Indonesia tapi keinginan dari guru untuk membeli
yang tidak ada ,ataupun guru tersebut belum bisa menggunakan lcd,computer,leptop,sehingga dia
tidak mau beli
Dan Keberhasilan proses belajar mengajar tergantung dengan alat atau media dan metode seorang
guru jika alat atau media dan metode sudah lengkap proses belajar mengajar akan lancer dan lebih
efektif serta lebih mudah tapi apabila media dan alat tidak lengkap maka proses belajar mengajar
akan tidak efektif karan tidak adanya alat pembantu seperti Lcd,komputer,leptop,gambar,dll
Dalam belajar-mengajar buku paket jugak penting tetapi jika tidak di sertai dengan gambar maka
peserta didik akan cendrung malas untuk membacanya dan disana manfaat atau kegunaan leptop
dan Lcd sangatlah penting karna bisa menampilkan gambar yang tidak ada di buku
(https://www.kompasiana.com/maulanasuryadi/552e5b9b6ea8344b538b457b/dampak-media-danmetode-pembelajaran-bagi-peserta-didik-yang-ideal)
Perubahan Metode Pembelajaran
Anggi Amilia Pratiwi
berasal dari bojonegoro, jatim. berkeinginan untuk membangun pendidikan di indonesia menjadi lebih
maju. dan membahagiakan orang tua.
10 Desember 2014 18:11 Diperbarui: 17 Juni 2015 15:36 202 0 0
Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang mulai direalisasikan pada tahun 2014,
kurikulum ini merupakan buatan pada pemerintahan SBY dan Budiono. Kurikulum ini
mewajibkan sisiwa untuk wajib aktif kereatif dan berwawasan luas dalam belajar. Hal
inisecara tidak langsung membuat sisiwa harus rajin – rajin dalam mencari tambahan ilmu.
Tapi pada 5 desember 2014, kurikulum 2013 dihapuskan dan untuk sistem pendidikan
diperkirakan akan kembali pada kurikulum KTSP.
Perpindahan dari dua bentuk sistem pendidikanyang berbeda tidak begitu efektif dalam
dampak dan proses pembelajaranya, banyak terjadi kendala dalam proses belajar mengajar
antara guru dan siswa.
Hal ini dapat dilihat dari sistem yang di berlakukan, yakni dimana guru hanya memberi topik
materi dansiswa diwajibkan untuk mencari materi dan informasi tambahan. Selain itu
menurut beberapa pengamatan langsung di lingkungan sekolah, metode ini membuat
78,99% siswa kewalahan dan terkesan tertinggal akan informasi dalam proses pembelajaran
di kelas.
Dalam hal ini sarana pembelajaran tidak mendukung sisiwa untuk mencari informasi yang
harus mereka dapatkan. Banyak dari mereka bimbang dan bingung akan informasi yang ada
dibuku.
Seperti sarana buku 2013, menurut penyurpaian di dalam proses pembelajaran. Materi yang
diberikan antara kurikulum 2013 berbeda isi atau makna dengan kurikulum KTSP, selain itu
ada beberapa kesalahan dalam pengetikan dan penjelasan yangsalah. Munkin hal ini
disebapkan oleh waktu yang sedikit dalam proses penyetakan buku.
Hal ini juga terjadi pada sistem ujian, dimana siswa harus menjalani ujian pada saat duduk di
kelas 2 sma. Secara tidak langsung hal ini membuat siswa terbebani, dan tertekan.
Menurut beberapa pendapat berapa siswa, “waktu ujian pada kelas dua, tidak begitu efektif
karena waktu 2 tahun siswa dalam pembelajaran tidak begitu matang untuk menghadapi
ujian, dan itu menjadi suatu hal yang membuat siswa terbebani.”
Di dalam sistem ini juga diberlakukan untuk sekolah menengah atas atau SMA melakukan
penjurusan pada saat kelas satu. Di mana hal itu mengakibatkan dua dampak yaitu dampak
positif yang dapat di terima oleh siswa dan negatif.
Dampak itu seperti , terlihat dibeberapa peristiwa banyak siswa yang berpendapat bahwa
dia salah masuk jurusan. Karena mereka tidak pernah mengalami bagaimana rasanya belajar
di dua jurusan yang berbeda, hal ini membuat mereka tidaktahu bagaimana apotensi
mereka saat belajar dipembelajar IPA atau IPS. Tapi selain itu hal ini juga memiliki
nilai plus yakni membuat, siswa dapat serius selama tiga tahun dalam pembelajaranya di
dalaam satu jurusan.
Di lihat dalam berbagai aspek diatas, mungkin lebih baiknya ada perubahan atau perbaaikan
dalam sistem kurikulum 2013. Sehingga tidak akan mengakibatkan atau merugikan
beberapa golongan, sehingga membuat proses pembelajaran lebih lengkap dan dapat
mencetak pemuda bangsa yang baik dan berkhualitas.
(https://www.kompasiana.com/anggiamiliapratiwi/54f925bca33311ab068b4776/perubahanmetode-pembelajaran)
Glenn Doman Flash Card Techniques – Salah Satu
Metode Pembelajaran di Sekolah Saint Monica
Dina Sagita
1 Desember 2014 22:53 Diperbarui: 17 Juni 2015 16:19 81 0 0
Usia dini merupakan usia emas bagi anak-anak untuk mempelajari segala sesuatu, dimana dalam
usia mulai 3-7 tahun, anak-anak masih ingin mencari tahu dan mencoba berbagai hal tentang
apapun, karena pada usia tersebut daya motorik dan sensorik anak hampir mencapai tingkat yang
matang. Hal ini harus segera dimanfaatkan oleh para orang tua dengan memberikan pengajaran
yang baik kepada anak sejak dini, pentingnya mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung.
Salah satu teknik yang bagus untuk metode pengajaran anak adalah ‘Glenn Doman Flash Card’,
teknik ini dipakai oleh salah satu sekolah terkemuka di Jakarta, yaitu Saint Monica Jakarta School.
Teknik pengajaran ini digunakan untuk nursery dan kindergarden school di mana dalam tahap inilah
anak diajarkan mempersiapkan diri untuk belajar lebih dalam di tingkat selanjutnya.
Teknik Glenn Doman Flash Card merupakan sebuah teknik mengajarkan anak belajar dengan metode
yang sangat fun sehingga anak tersebut tidak cepat merasa bosan atau jenuh dalam belajar. Dalam
teknik ini, orang tua dan guru di sekolah dituntut untuk mengetahui bagaimana situasi yang baik
dalam mengajar anak. Sama seperti namanya, teknik ini menggunakan flash card sebagai alat bantu
untuk proses belajar, dimana flash card akan diberi gambar dan tulisan, misalnya : Gambar (Buah
Apel); Tulisan (Apple). Dengan cara inilah anak dirangsang untuk mengingat setiap gambar dan
membacanya. Teknik ini juga bisa diaplikasikan dalam metode berhitung, mengenal bentuk,
mengenal bahasa, dan lain sebagainya.
Dengan metode ini, anak-anak di sekolah pun bisa lebih mudah dan cepat dalam menyerap setiap
ilmu yang disalurkan pada mereka.
saintmonicajakarta.org
(https://www.kompasiana.com/dinasagita/54f92c34a33311f8478b4c1a/glenn-doman-flash-cardtechniques-salah-satu-metode-pembelajaran-di-sekolah-saint-monica)
Kualitas Metode Pembelajaran Sekolah
Saint Monica Jakarta
Dina Sagita
12 November 2014 18:17 Diperbarui: 17 Juni 2015 17:58 25 0 0
14157656401219266319
Kualitas metode pembelajaran suatu sekolah tentu sangat berpengaruh terhadap kualitas murid
didikannya. Seiring banyaknya sekolah bertaraf International saat ini, masyarakat pun harus
semakin selektif dalam memilih sekolah dengan kualitas yang terbaik.
Meski begitu, tetap ada ukuran-ukuran yang dapat memudahkan kita untuk melihat kualitas
suatu sekolah. Seperti penghargaan apa saja yang didapatkan sekolah tersebut dan
bagaimana kualitas yang dihasilkan dari alumni-alumninya.
Inovasi, kreativitas, kualitas para pengajar-pengajarnya merupakan elemen penting yang
harus dimiliki untuk menunjang kualitas sebuah sekolah dan bisa dijadikan sebuah
barometer bagi Anda untuk memilih sebuah sekolah.
[caption id="attachment_374560" align="aligncenter" width="386"
caption="Penghargaan yang diraih Sekolah Saint Monica Jakarta"][/caption]
Saint Monica Jakarta School Achievement
Sejak awal didirikan dari tahun 1989, Saint Monica Jakarta School sudah
menorehkan banyak prestasi yang membuatnya mampu bersaing dengan sekolah-sekolah
bertaraf international lainnya. Beberapa penghargaan terbaik pun telah diraih, seperti
Indonesian Creative dan Innovative Award pada tahun 2006 dari Pusat Prestasi Indonesia,
juga Indonesian Profesional and Educator Award.
Dengan akreditasi A dan telah menghasilkan lebih dari 10.000 lulusan, Saint Monica Jakarta
School merupakan institusi edukasi yang telah menghasilkan pemimpin-pemimpin masa
depan yang berkualitas.
Dengan semakin banyaknya sekolah yang meningkatkan kualitasnya dalam berbagai aspek,
diharapkan tingkat kualitas pendidikan di Indonesia akan semakin meningkat dan mampu
bersaing di dunia international.
saintmonicajakarta.org
(https://www.kompasiana.com/dinasagita/54f93d59a33311e9018b487d/kualitas-metodepembelajaran-sekolah-saint-monica-jakarta)
Model dan Metode Pembelajaran
Menurut Kurikulum 2013
Oleh Wikarti,S.Pd.
Guru Bahasa Inggris MTs Negeri Sridadi, Kabupaten Batanghari, Jambi
31 Oktober 2014 04:38 Diperbarui: 17 Juni 2015 19:05 15 0 1
A.Kurikulum 2013 dan aspek-aspeknya
Kurikulum 2013 merupakan suatu kurikulum yang dibentuk untuk mempersiapkan lahirnya generasi
emas bangsa Indonesia dengan sistem dimana siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM). Aspek-aspek yang ingin dicapai dalam kurikulum 2013 adalah aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Aspek Pengetahuan dalam kurikulum 2013 sama seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya, yaitu
penekanan pada tingkat pemahaman siswa dalam pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan bisa
didapat dari Ulangan Harian, Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada
kurikulum 2013, Pengetahuan bukan aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Aspek keterampilan merupakan aspek baru dalam kurikulum di Indonesia. Keterampilan merupakan
penekanan pada skill atau kemampuan/ketrampilan, misalnya adalah kemampuan untuk
mengemukakan pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat laporan, serta berpresentasi.
Aspek Keterampilan merupakan salah satu aspek penting karena dengan ketrampilan siswa dapat
menyalurkan pengetahuannya sehingga pengetahuan tidak hanya menjadi teori semata.
Aspek sikap merupakan aspek yang agak sulit untuk dinilai. Sikap meliputi sopan santun, adab dalam
belajar, absensi, sosial, dan agama. Diperlukan kerja sama yang baik antara orang tua,guru mata
pelajaran, wali kelas dan guru BK agar penilaian aspek ini lebih optimal. Agar penilaian sikap dapat
diterapkan setiap tatap muka, guru harus menyiapkan lembar pengamatan penilaian sikap.
B.Model dan metode pembelajaran
Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran. Istilah model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, dan teknik.
Sedangkan istilah “strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan
perang atau dunia olah raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia
militer atau olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, dan pendidikan. Menurut Ruseffendi
(1980), istilah strategi, metode, pendekatan dan teknik didefinisikan sebagai berikut : 1. Strategi
pembelajaran adalah separangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan dengan faktor
yang menetukan warna atau strategi tersebut, yaitu : a. Pemilihan materi pelajaran (guru atau siswa)
b. Penyaji materi pelajaran (perorangan atau kelompok, atau belajar mandiri) c. Cara menyajikan
materi pelajaran (induktif atau deduktif, analitis atau sintesis, formal atau non formal) d. Sasaran
penerima materi pelajaran ( kelompok, perorangan, heterogen, atau homogen. 2. Pendekatan
Pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan. Misalnya memahami suatu prinsip dengan
pendekatan induktif atau deduktif. 3. Metode Pembelajaran adalah cara mengajar secara umum
yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori,
tanya jawab, penemuan terbimbing dan sebagainya. 4. Teknik mengajar adalah penerapan secara
khusus suatu metode pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru,
ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan siswa. Sedangkan Model Pembelajaran adalah
sebagai suatu disain yang menggambakan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa
(Didang : 2005)
Mengajar belajar adalah kegiatan guru murid untuk mencapai tujuan tertentu, makin jelas tujuan
makin besar kemungkinan ditemukan model pembelajaran dan metode penyampaian yang paling
serasi. Namun tidak ada pegangan yang pasti tentang cara mendapatkan model dan metode
mengajar yang paling tepat. Tepat tidaknya suatu model dan metode baru terbukti dari hasil belajar
siswa. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar (Udin Winataputra, 1994,34). Jadi
model pembelajarn bersifat preskriptif (menentukan/memberi petunjuk) yang relatif sulit dibedakan
dengan strategi pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang
memiliki landasan teoritik yang humanistik, lentur, adaktif, berorientasi kekinian, memiliki sintak
pembelajaran (pola urutan) yang sederhana, mudah dilakukan, dapat mencapai dan hasil belajar
yang ingin dicapai.
Setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa
agar terlibat dalam proses pembelajaran dan diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, didalamnya
meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan
guru.
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara –cara mengajar yang dipergunakan oleh
seorang guru atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secaraindividual
maupun kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan
baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan (Ahmadi, 2005 : 52)
C.Metode Inquiry
Berikut ini adalah contoh metode yang digunakan dalam kurikulum 2013 yaitu metode inkuiri.
Metode inquiri adalah metode pembelajaran dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses
penemuan, penempatan siswa lebih banyak belajar sendiri serta mengembangkan keaktifan dalam
memecahkan masalah.
Proses inquiri adalah suatu proses khusus untuk meluaskan pengetahuan melalui penelitian. Oleh
karena itu metode inquiri kadang-kadang disebut juga metode ilmiahnya penelitian. Metode inquiri
adalah metode belajar dengan inisiatif sendiri, yang dapat dilaksanakan secara individu atau
kelompok kecil.
Metode inquiri merupakan metode pengajaran yang berusaha meletakan dasar dan
mengembangkan cara befikir ilmiah. Dalam penerapan metode ini siswa dituntut untuk lebih banyak
belajar sendiri dan berusaha mengembangkan kreatifitas dalam pengembagnaan masalah yang
dihadapinya sendiri. Metode mengajar inquiri akan menciptakan kondisi belajar yang efektif dan
kundusif, serta mempermudah dan memperlancar kegiatan belajar mengajar (Sudjana, 2004 : 154).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode inquiri dalam penelitian ini
adalah suatu teknik instruksional dalam proses belajar mengajar dan siswa dihadapkan pada suatu
masalah, dan tujuan utama menggunakan metode inquiri adalah membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan penemuan ilmiah.
Sedangkan asumsi-asumsi yang mendasari metode inquiri adalah sebagai berikut : 1. Keterampilan
berpikir kritis dan berpikir dedukatif sangat diperlukan pada waktu mengumpulkan evidensi yang
dihubungkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan oleh kelompok 2. Keuntungan para siswa dari
pengalaman-pengalaman kelompok di mana mereka berkomunikasi, berbagai tanggung jawab dan
bersama-sama mencari pengetahuan. 3. Kegiatan-kegiatan belajar yang disajikan dalam semangat
berbagi inquri menambah motivasi dan memajukan partisipasi aktif (Hamalik, 2003 : 64).
Syarat-syarat penerapan Metode Inquiry adalah:
bentuk kelompok yang seimbang, baik akademik maupun sosial
-kelompok dengan cara
yang responsif dan tepat waktunya.
-kal perlu intervensi oleh guru agar terjadi interaksi antarpribadi yang sehat dan demi
kemajuan tugas.
terhadap hasil-hasil yang dicapai (Hamalik, 2004 : 65).
Penerapan metode inquiri dalam proses belajar mengajar menuntut keaktifan siswa dalam belajar
individu, maupun kelompok.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Inquiri a. Kelebihan Metode Inquiri
1.Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuannya
untuk hasil akhir.
2.Perkembangan cara berfikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban, dan
menyimpulkan / memperoses keterangan dengan metode inquiri dapat dikembangkan
seluas-luasnya.
3.Dapat melatih anak untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan
pendidikan demokrasi.
b. Kelemahan metode inquiri
1.Belajar mengajar dengan metode inquiri memerlukan kecerdasarn anak yang tinggi. Bila
anak kurang cerdas, hasilnya kurang efektif
2.Metode inquri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda, misalnya anak SD.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap metode mempunyai kelebihan
dan kekurangan tetapi semua itu dapat diatasi dengan baik jika seorang guru kreatif dalam
menggunakannya dan siswa akan terlihat aktif dalam proses belajar mengajar.
What is your favourite food? Apa makanan kesukaanmu?
Pagi itu siswa-siswi kelas VII.2 MTs Negeri Sridadi melaksanakan Kegiatan BelajarMengajar (KBM)
seperti biasanya. Namun pagi itu ada yang lain, bu Wikarti(guru Bahasa Inggris MTs Negeri Sridadi)
mengajak siswa-siswinya keluar kelas untuk belajar. Sebenarnya belajar bisa dilaksanakan dimana
saja baik didalam maupun diluar kelas. Guru harus pandai menciptakan suasana agar proses belajar
mengajarmenarik.
Belajar bahasa mempunyai empat ketrampilan yang tidak bisa dipisahkan yaitu, mendengarkan,
berbicara, membaca dan menulis. Di kurikulum 2013 ini banyak menuntut siswa agar lebih aktif
dalam proses belajar mengajar sementara guru menjadi fasilitator.
Materi pada saat itu adalah makanan kesukaan.What is your favourite food?. Dengan menggunakan
metode tanya jawab siswa siswi saling bertanya dan menjawab pertanyaan temannya dan siswa
yang bertanya menulis di buku tugas tentang kesukaan temannya tersebut dengan mengisi tabel
yang sudah dibuat terlebih dahulu. Setelah selesai saling bertanya dan menjawab
pertanyaan,mereka mempresentasikan didepan kelas dengan bimbingan guru.
Ternyata dengan menggunakan metode tanya jawab ini siswa sangat tertarik, hal ini dibuktikan
dengan keinginan siswa menggali makanan kesukaan temannya dan belum mau berhenti sebelum
tabel di buku tugasnya terisi semua.
(https://www.kompasiana.com/parmuji.com/54f3fd967455139f2b6c84c0/model-dan-metodepembelajaran-menurut-kurikulum-2013)
Metode Pembelajaran Keterampilan sejak Dini
widya trisna
27 Agustus 2014 13:59 Diperbarui: 18 Juni 2015 02:24 29 0 0
Di era zaman sekarang ini pendidikan lebih dekenal dengan beberapa macam jenis yaitu pendidikan
karakter, pendidikan intelek, pendidikan keterampilan,dll.Pendapat umum menyatakan bahwa
keterampilan berpikir yang efektif merupakan suatu karakteristik yang dianggap penting oleh
sekolah pada setiap jenjangnya, meskipun keterampilan berpikir seperti ini jarang diajarkan oleh
guru di kelas.
Mengajarkan keterampilan berpikir secara eksplisit dan memadukannya dengan materi
pembelajaran (kurikulum) dapat membantu para siswa untuk menjadi pemikir yang kritis dan kreatif
secara efektif. Seperti keterampilan yang harus diberikan dalam sebuah proses pembelajaran sejak
dini karena keterampilan kreatif dan kritis akan sangat berguna dalam perkembangan psikologi anak
pada tahapan perkembangan selanjutnya, sehingga diharapkan dengan tumbuhnya anak yang
kreatif dan kritis dapat lebih siap menghadapi dunia global yang senantiasa berubah dan dinamis.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Contohnya Cara belajar kini tidak hanya dengan membaca buku saja. Banyak cara yang dapat
dilakukan seiring dengan ditemukannya berbagai metode belajar baru dan berbagai peralatan yang
membantu proses belajar. Salah satu yang paling sederhana adalah dengan membuat mind
mapping atau pemetaan materi belajar. Metode ini dapat meringkas materi yang kompleks menjadi
catatan yang mudah dipahami. Selain itu, sumber materi pun tidak selamanya harus dari buku.
Materi dapat diunduh atau dibaca langsung dari internet, baik melalui komputer ataupun telepon
genggam, sehingga belajar tidak terbatas pada ruang dan waktu tertentu, tetapi belajar dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Oleh karna itu kita sebagai penerus generasi berikutnya mempelajari apa saja yang harus kita
lakukan, karena mengingat segala sesuatunya kini dapat berkembang dengan pesat, banyak sekali
muncul hal-hal dan penemuan-penemuan baru hanya dalam waktu singkat, serta tantangan yang
dihadapi manusia pun semakin banyak. pendidikan seperti ini sudah banyak dipraktekkan dalam
berbagai aspek pendidikan, baik di negara maju maupun negara berkembang. Banyak manfaat dari
metode keterampilan dalam modernisasi pendidikan ini, dan tak lupa juga dampak negatifnya.
(https://www.kompasiana.com/widyatrisna/54f5eaa8a3331135728b46a9/metode-pembelajaranketerampilan-sejak-dini)
Peralatan dan Metode Pembelajaran yang Modern
Nama : Dwiki Purnama
Universitas Negeri Jakarta
Jurusan : Pendidikan Teknik Mesin
23 Agustus 2014 05:03 Diperbarui: 18 Juni 2015 02:48 517 0 0
Kita ketahui pendidikan itu merupakan usaha sadar seseorang dan terencana untuk mewujudkan
suasana proses pembelajaran. Pendidikan mempunyai tujuan untuk menciptakan seseorang yang
berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang sangat luas untuk kedepannya dan
untuk mencapai suatu cita cita atau impian. Dari zaman ke zaman proses pembelajaran sudah sangat
pesat perkembangannya terutama dibidang pendidikan, dimulai dari peralatan yang mendukung
proses pembelajaran hingga metode yang digunakan oleh para guru kepada muridnya, kita bisa
ambil contoh : komputer/laptop, komputer/ laptop merupakan salah satu alat canggih dimasa
sekarang ini dan juga dapat berperan sangat penting dibidang pendidikan, karena kita bisa
mendapatkan banyak informasi mengenai apapun yg berkaitan dengan pendidikan melalu internet,
selain itu juga komputer/laptop dan internet dapat mempermudah guru dan siswa melakukan
proses belajar yang tidak harus mempertemukan keduanya secara langsung.
Selain peralatan yang berperan dalam pendidikan, banyak juga yang bermunculan mengenai metode
metode pembelajaran yang dianggap sangat sistematis dalam penyampaiannya diera modern ini.
Contohnya khusunya pada tahun 2013, pemerintah telah menetapkan adanya proses pembelajaran
baru yaitu “sistem kurikulum 2013”. Dalam kurikulum ini proses pembelajaran ditargetkan berjalan
dengan mudah karna siswa dituntut harus aktif dan mandiri dalam proses belajar mengajar, yang
juga memudahkan guru untuk menerangi kembali materi yang telah diberikan atau diajarkan.
Ada juga metode yg dianggap sangat sistematis dalam pembelajaran yaitu, “metode membaca dan
berdiskusi”, dalam arti pembahasan suatu masalah melalui diskusi dan diawali dengan membaca
terlebih dahulu, karna membaca merupakan hal terpenting yang perlu dilakukan dan dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan yang sangat luas. Dan selain itu masih banyak lagi metode
metode yg dapat dijabarkan satu persatu untuk mempermudah berjalannya proses belajar mengajar
baik guru maupun siswa/murid.
(https://www.kompasiana.com/dwikipurnama/54f5f1d3a3331190088b45c5/peralatan-dan-metodepembelajaran-yang-modern)
Polemik Penerapan Metode
Pembelajaran Multiple Intelligences
Pada Sistem Pendidikan Indonesia
Elis Siti Toyibah
5 April 2014 05:02 Diperbarui: 24 Juni 2015 00:03 598 1 0
Kondisi pendidikan di Indonesia kualitasnya mengalami degradasi yang disebabkan oleh banyak
faktor. Berdasarkan Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di negara-negara berkembang di Asia Pacific,
Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya
berada pada level 14 dari 14 negara berkembang. Hal tersebut menunjukan kebenaran pernyataan
diatas terkait dengan terdegradasinya kualitas atau kondisi pendidikan di Indonesia.
Salah satu Kendala bagi dunia pendidikan di Indonesia untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas
adalah masih banyaknya sekolah yang mempunyai pola pikir tradisional didalam menjalankan proses
belajarnya, yaitu sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa.
Penerapan pola pikir tradisional tersebut menjadi suatu kekeliruan yang besar, karena setiap
kenaikan kelas, prestasi anak didik hanya diukur dari kemampuan matematika dan bahasa. Dengan
demikian sistem pendidikan nasional yang mengukur tingkat kecerdasan anak didik yang sematamata hanya menekankan kemampuan logika dan bahasa perlu direvisi, karena kecerdasan
intelektual tidak hanya mencakup dua parameter tersebut.1
Metode pembelajaran Multiple Intelligences (MI) merupakan salah satu strategi atau sistem
pembelajaran yang tidak hanya mengukur kecerdasan dari kemampuan logika dan bahasa saja.
Metode ini terfokus pada penemuan kecocokan antara gaya mengajar guru dan gaya belajar anak
didik atau murid.2 Gaya belajar yang cocok antara guru dan murid ditentukan berdasarkan dari
ragam kecerdasan majemuk yang terdiri dari kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis, spasial,
kinestetik, musikal, intrapersonal, interpersonal, natural, dan eksistensialis.3
Fokus utama dari metode pembelajaran MI adalah memberikan pelajaran yang
menyesuaikandengan gaya belajar murid. Berdasarkan analisis hasil implementasi metode
ini, beberapa sekolah di Indonesia mencapai sebuah kesuksesan dalam membantu muriduntuk
lebih memahami pelajaran. Keberhasilan pemahaman pelajaran tersebut tidak hanya berlaku untuk
murid yang normal melainkan juga pada murid penyandang disabilitas. Berbagai kesuksesan
maupun keunggulan dari implementasi metode MI ini membutuhkan usahadan pengorbanan yang
besar , karena prosesnya menuntut adanya kreatifitas lebih dari para guru dalam menyiapkan bahan
ajar. Hal tersebut bertolak belakang dengan kondisi di Indonesia yang sebagian besar gurunya masih
perlu untuk dibenahi secara intelektual dan moral sehingga belum siap untuk mengimplementasikan
metode MI. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya penerapan kurikulum 2013 yang menuntut
guru untuk berpedoman pada buku pegangan yg telah ada sehingga menghambat kreatifitas dari
para guru itu sendiri.
Pertanyaan yang muncul dengan adanya pernyataan di atas adalah,apakah metode MI ini benarbenar dapat menjadi alternatif yang dapat memajukan pembelajaran di sekolahsekolah Indonesiadengan segala tantangannya?
Indonesia sudah lama terjebak dalam penerapan metode pembelajaran dengan pola pikir
tradisional, dimana guru yang mengajar dan muridnya hanya bertugas untuk menerima. Hal ini
berimbas pada munculnya berbagai hambatan dalam penerapan metode pembelajaran baru seperti
metode MI, karena para pelaku pendidikan sudah terbiasa dengan pola pikir tradisional. Selain itu
prosespenerepan metode pembelajaran MI memerlukan perubahan yang signifikan dan persiapan
yang matang karena diperlukannya sumberdaya guru yang siap untukmengetahui kecerdasan
masing-masing muriddan memerlukan fasilitas maupun media yang mendukung di setiap sekolah.
Pengaplikasian metode pembelajaran MI memerlukan pemahaman terlebih dahulu
terkait tujuan utama dari metode MI. Metode ini sebenarnya bertujuan untuk membuat guru
memahami kecerdasan anak didiknya masing masing, sehingga setiap elemen pelaku pendidikan
mampu memahami kecerdasan utama yang dimiliki dan yang menjadi bakatnya. Pemahaman
tersebut akan berdampak pada fokusnya pengembangan kemampuan anak didik pada apa yang
menjadi kemampuan utama dan bakatnya sehingga anak didik dapat menjelma menjadi murid yang
pandai dibidangnya. Pemaparan diatas semakin menguatkan tujuan dari MI sebagai strategi
pembelajaran yang memiliki titik tekan padadiscovering ability untuk mengungkap jenis kecerdasan
anak dan mengajar sesuai dengan kemampuan mereka.
Metode pembelajaran MI telah diimplementasikan di beberapa sekolah di Indonesia dengan
labelnya sekolah berbasis MI,namunsecara prinsip sebenarnya metode pembelajaran MI ini
juga tanpa disadari sudah diterap oleh Individu guru yang mampu memahami keunikan diri masingmasing anak didiknya. Serta memahami kecerdasan fisik, mental dan kecerdasan fikir setiap anak
didiknya. Penerapan metode pembelajaran MI secara institusional di sekolah-sekolah di
Indonesia masih perlu memperhatikan kesiapan guru,keberadaan fasilitas yang memadai, kebijakan
yang mendukung dari sekolah, hingga sistem kurikulum yang sesuai dengan ruh atau tujuan
utama dari metode ini.
1Susanto, Handy, Penerapan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran, Jurnal Pendidikan
Penabur, No.04, Th.IV, 2005.
2Chatib, Munif, Sekolahnya Manusia, Jakarta: PT Mizan Publika, 2009.
3Gardner, Howard, Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk), Batam: Interaksara, 2003.
(https://www.kompasiana.com/aurelis/54f7ba8da33311181d8b4888/polemik-penerapan-metodepembelajaran-multiple-intelligences-pada-sistem-pendidikan-indonesia)
Metode-Metode Pembelajaran yang Sesuai
Dengan Sifat Mahasiswa Masa Kini
Muhammad Gian Audreya Baskara
20 Maret 2014 06:47 Diperbarui: 24 Juni 2015 00:43 149 0 0
Sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali mahasiswa yang banyak membuangbuang waktu mereka dengan hanya sekedar melakukan kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfa’at
bagi perkembangan akademik,hal ini lah yang harus di ubah dalam kehidupan mereka agar mereka
tidak membuang-buang waktu mereka yang hanya di gunakan untuk melakukan suatu hal-hal yang
tidak perlu bagi pengembangan bakat mereka
Menurt saya hal yang pertama di ubah adalah kebiasa’an mereka terlebih dahulu atau persepsi
mereka terhadap sebuah kegiatan yang membosankan atau yang urang menyenangkan itu di anggap
oleh mereka menjadi sebuah hal yang sangat menyenangkan bagi mereka misalnya belajar kenapa
saya mengambil belajar sebagai contoh karena banyak dari kalangan kita para mahasiswa yang
banyak mengalami problematika susah untuk belajar karena menurut anggapan mereka belajar itu
adalah sesuatu yang membosankan karena sifat dari pemudah-pemudah sekarang itu berbeda
dengan sifat pemudah-pemudah pada zaman dahulu yang semangat-semangatnya dalam belajar
karena kemajuan zaman yang terusan berkembang itulah penyebab menjadinya para pemudah
zaman sekarang lebih malas dalam belajar seharusnya yang harus kita tanamkan kepada mereka
adalah persepsi akan bosannya belajar kita ubah menjadi belajar itu menyenangkan ya kalo soal
metode jujur saya sendiri tidak tau bagaimana caranya tapi saya akan mencoba berpendapat
bahwasannya belajar itu jangan hanya dilakukan dengan kegiatan yang monoton saja ya begitubegitu saja menurut saya belajar itu harus di berikan sebuah games atau permainan yang mana
permainan itu menuju ke’arah hal yang ingin di pelajari karena jika kita senang atau asik dalam
melakukan suatu hal pasti itu tidak akan membosankan karena sesuatu yang asik itu juga biasanya
pasti akan membekas ataupun dapat di ingat secara mudah tanpa susah-susah untuk menghafalkan
ataupun mempeljarinya secara berulang-ulang sekian artike saya hehehe semoga bermanfa’at bagi
para pembaca
(https://www.kompasiana.com/musang_pecinta/54f8039da3331173618b4893/metodemetodepembelajaran-yang-sesuai-dengan-sifat-mahasiswa-masa-kini)
Tercemari Warna Tercerah (Metode
Pembelajaran untuk Sekolah Dasar)
Dwi Novi Antari
17 Desember 2013 08:52 Diperbarui: 24 Juni 2015 03:50 40 0 0
Tercemari Warna Tercerah
Beberapa makna penting dari media pembelajaran yang saya dapatkan dari kelas perkuliahan yang
lebih disebut sebagai ruang penuh kejutan, teramat sangat mengesankan dan teramat banyak buahbuah kebaikannya. Jika dibaris selanjutnya tulisan ini lebih seperti curhatan atau terbaca sangat
teoritis ya barangkali efek saya sudah berpikir. Memiliki proses berpikir lebih baik dari hasil berpikir
itu sendiri. Seperti kata seorang kakek tua yang selalu datang ke kamar kosan saya, hehe beliau
adalah Albert Enstein yang mengatakan bahwa hal terpenting adalah proses sebab hasil adalah
relatif.
Pada awal pembelajaran memang dibawa kepada teori seorang ahli asal Rusia, Vygotsky. Diakui
bahwa ini menjadi kiblat atau juga pondasi segala rupa media yang nantinya dihadirkan di ruang
penuh kejutan oleh bapak, iya kan pak? Hayoo ngaku. Siapa Vygotsky dan apa jabatannya menjadi
tidak penting setelah segala penjelasan tentang teorinya mengalir di kelas. Semua terdengar
luarbiasa.
Sangat luarbiasa setelah segala teori Vygotsky dicerna lewat pembelajaran mengenai metode
pembelajaran dengan menghadirkan media yang terlihat ajaib. Maka kira-kira seperti inilah harusnya
pembelajaran dalam suatu kelas harusnya. Tentu saja ini setelah banyak pertemuan yang mengupas
beberapa hal mengenai media juga pembelajaran itu sendiri. Sebagai berikut mestinya:


Mengajar bukan sekedar buka buku dan kerjakan!
Dalam mengajar sering kali buku menjadi patokan mutlak untuk mengajar. Tetapi dalam
perkuliahan Media Pembelajaran ini tidak adanya buku sebagai pedoman guru pun bukan
masalah. Sebab ukuran mengajar adalah menyampaikan materi bukan sekedar teori untuk
hafalan atau memenuhi buku tulisan saja. Penyampaian yang inovatif bisa dilakukan tanpa
buku asal ada persiapan lebih dari guru dalam penguasan materinya. Ingat! Diantara guru
dan siswa harus adanya jembatan yakni media. Sebab pembelajaran luarbiasa adalah yang
menyertakan anak untuk berpikir.


Sediakan alat bantu penyampaian atau disebut dengan media pembelajaran
Media dalam pemelajaran sejatinya adalah jalur penghubung komunikasi penyampaian dari guru
kepada murid oleh karena itu adanya media menjadi sangat penting. Media dalam ukuran
penyampaian lebih penting ketimbang penyampaian guru sendiri jika media memberikan runtunan
yang jelas yang mengajar murid berpikir. Mengunakan pikiran atau berpikir adalah tahapan paling
luarbiasa dalam dalam proses belajar. Sekali lagi ini kata kakek yang suka nongkrong di kamar kosan
saya, kakek saya Enstein si peraih nobel yang nanti akan saya susul untuk mendapatkannya
mengatakan : If you cant eplain it simply, you don’t understand it well. Nah kan jadi pelajaran yang
simpel menandakan kita paham materinya.Study is not about a book. Hehe.


Media bukan sekadar barang jadi yang mahal tetapi juga bisa barang sederhana yang penuh makna
Pentingnya media dalam penyampaian bukan merupakan beban bagi guru karena media
sejatinya hanyalah apa yang bisa menyampaikan pengertian atau penjelasan tentang
pembelajaran dari guru. Hal-hal sederhana bisa menjadi media jika guru mau sedikit
berpikir. Seperti yang sering diperlihatkan di kelas. Saat itu yang dengan ajaibnya
dicontohkan adalah menghadirkan pembagian dengan media yang sangat sederhana yakni
gelas minuman mineral yang nantiya diperagakan sebagai serangkaian pembagian yang
tanpa mengunakan teori rumit. Hey, guru kece nan cool itu yang mempesona anak
muridnya bukan dengan penampilan atau muka yang ganteng atau cantik tapi yang dengan
ajaib membuat mulut muridnya membulat dan bilang serempak ‘ooo’. Ini sih dalam
beberapa kitab sakti a.k.a buku disebut O’moment, guru yang sampai bisa menempatkan
muridnya di tahap ini bener-bener kece nan cool. Well, harus ngaku deh. Selama
pembelajaran Metode Pembelajaran saya sering melonggo dan ilang ‘o’, ya ini fakta kalau
dosennya emang kece nan cool. Weits, bukan penampilannya loh (?) hehe.


Tidak memberi penjelasan penuh agar anak sendiri yang mencari pengertian pembelajaran
Hal umum lainnya yang dilakukan oleh hampir semua guru adalah mencekoki murid-murid
dengan beragai penjelasan dan devinisi-devinisi yang tujuannya adalah agar anak didik
menghafal bukan untuk mengerti. Nah pada kelas ajaib yang saya ikuti di setiap hari kamis
ini adalah tidak menyediakan pengertian sepanjang kereta untuk disampaikan ke murid
tetapi menyediakan peta yang untuk memuat petunjuk anak menemukan sendiri apa yang
hendak ia pelajari hari itu. Seperti saat pertemuan yang mengajarkan tentang warna merah
dalam aksara jepang yang benar-benar tidak kita bisa kita baca tetapi dari alur dan
pengarahan akhirnya tau apa yang kita pelajari dengan menemukannya saat bepikir. Ya,
proses berpikir saja sudah cukup untuk dapen nilai B, wehehe.


Inti pembelajaran dihadirkan dalam kelas
Ini juga hal penting, kunci utamanya seperti ini : untuk apa menyampaikan materi dan teori seperti
deret gerbong kereta api jika anak sendiri hanya duduk diam di stasiun tanpa masuk ke dalam
gerongnya. Memberi ngambaran nyata dalam pemelajaran sangat penting. Dan satu hal yang harus
dikuasai guru adalah membawa imajenasi kedalam kelas, sebab anak adalah penghayal yang unggul.
Sekali biarkan saya mengutip apa kata kakek yang suka nongrong di kamar saya, ‘Pengetahuan itu
terbatas sedang Imajinasi itu sangat luas’, sampai disini saya harus ngaku kalau saya adalah ketua
Albert Enstein Fans Club (AEFC) cabang Kota Serang, hehe.


Membuat kejutan yang tidak diduga oleh anak
Well ,ini bukan menyuruh untuk menjadi badut ya hehe, pasalnya kita kembalikan pada dalil
penting bahwa anak adalah penghayal yang ulung maka sertakan hal itu dengan kejutan
yang paling dahsyat untuk bisa jadi guru kece nan cool yang juga membuat anak bedecap
kagum lantas bilang ‘O’.


Perankan aktif anak dalam media yang disediakan
Ini paling peting, ngapain repot bawab media yang super wow kalau anak nggak disertakan
didalamnya. Ya tadi kayak ngajak anak naik kereta tapi pas gerobangnya lewat cuma diliatin
padahal kan temanya naik kereta bukan nonton kereta hehe. sertakan anak dalam setiap
kegiatan yang mengunakan media. It’s one of key to teach. Ini eneran dalil ngarang.


Setiap membawa media membuat juga prediksi yang anak pikirkan untuk menjadi umpan materi
yang dibahas
Kalau yang ini beneran nyuruh jadi badut hehe, ini sih guru kelewat pinter. Nggak sampai nebak apa
yang dipikir anak juga nggak papa yang jelas media yang kita punya harus mengantarkan murid pada
yang kita maksud untuk dipelajari hari itu. Nice kan? :)
ini adalah tugas paling amzing yang saya kerjakan sebelum masa UAS :)
sebuah tugas dari dosen yang benar-benar seperti dosen... well, belajar nggak sekedar tatap muka
dengan buku. tapi libatkan diri pada imajinasi paling tinggi, yang terpenting kita telah berusaha
berpikir itu hakikat belajar :) dan mengajar adalah bagaimana kita bisa mengunakan hati didalamnya.
trims for everything Mr. Tatang, Metode Pembelajaran Universitas Pendidikan Indonesia :)
(https://www.kompasiana.com/magenthaazzahra/55290ca5f17e6138318b4590/tercemari-warnatercerah-metode-pembelajaran-untuk-sekolah-dasar)
Macam-macam Metode Pembelajaran
Wahyu Gandi
17 Desember 2013 00:18 Diperbarui: 24 Juni 2015 03:51 9932 0 0
Macam-Macam Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Metode ceramah.
Dalam metode ceramah proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru umumnya didominasi
dengan cara ceramah.
Dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar (TIK), ada beberapa motode yang umum
digunakan, diantaranya adalah :
a.Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metoda Tanya Jawab
akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai
aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan
yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak
kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik.
b.Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui
pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka.
Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi
dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.
Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi.
Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi
harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa
tekanan.
c.Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa
untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok.
Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda.
Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka: 1) tugas harus
bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa, 2) hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti
dengan presentasi oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok yang lain
atau oleh guru yang bersangkutan, serta 3) di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat.
d.Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan
aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam
metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan
mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan banyak dilakukan
pada pendekatan pembelajaran analisis sistem terhadap produk teknik atau bahan.
Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal ini tergantung dari
tujuan dan makna percobaan atau jumlah alat yang tersedia. Percobaan ini dapat dilakukan dengan
demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu atau dua perangkat saja.
e.Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi
yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang
sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan.
Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh
siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terusmenerus dan berulang-ulang oleh siswa.
f.Metode Tutorial/Bimbingan
Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui proses
bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada siswa baik secara perorangan atau kelompok
kecil siswa. Disamping metoda yang lain, dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar, metoda
ini banyak sekali digunakan, khususnya pada saat siswa sudah terlibat dalam kerja kelompok.
Peran guru sebagi fasilitator, moderator, motivator dan pembimbing sangat dibutuhkan oleh siswa
untuk mendampingi mereka membahas dan menyelesaikan tugas-tugasnya
Penyelenggaraan metoda tutorial dapat dilakukan seperti contoh berikut ini:
-Misalkan sebuah kelas dalam bahan ajar Pengerjaan Kayu 2, jam pelajaran pertama digunakan
dalam bentuk kegiatan klasikal untuk menjelaskan secara umum tentang teori dan prinsip.
-Kemudian para siswa dibagi menjadi empat kelompok untuk membahas pokok bahasan yang
berbeda, selanjutnya dilakukan rotasi antar kelompok.
-Sementara para siswa mempelajari maupun mengerjakan tugas-tugas, guru berkeliling diantara
para siswa, mendengar, menjelaskan teori, dan membimbing mereka untuk memecahkan
problemanya.
-Dengan bantuan guru, para siswa memperoleh kebiasaan tentang bagaimana mencari informasi
yang diperlukan, belajar sendiri dan berfikir sendiri.
Perhatian guru dapat diberikan lebih intensif kepada siswa yang sedang mengoperasikan alat-alat
yang belum biasa digunakan.
(https://www.kompasiana.com/wira08/552fc1a36ea834bf318b45a3/macammacam-metodepembelajaran)
Metode Pembelajaran Efektif
Wahyu Gandi
17 Desember 2013 00:16 Diperbarui: 24 Juni 2015 03:51 98 0 0
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita
berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan
yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang
pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital,
maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan
proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan. Di bawah ini
adalah beberapa metode pembelajaran efektif, yang mungkin bisa kita persiapkan.
Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket
pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari
empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang
lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan
masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada
guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang
meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam
prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran
kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling
membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung
(interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam
usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas
kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan
untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut
tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur
materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses
belajar.
Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda
mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung
kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan
kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan
waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu
melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi
atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah
pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat
laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan
kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang
lain.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi
siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan
dialog.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa
terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan
masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan
dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan
baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini
Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok
dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok
yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta
lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7. Penutup.
Kelebihan:
• Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
• Setiap siswa mendapat peran.
• Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
• Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
• Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada
dua orang tersebut).
Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan /
diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar
menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.
Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian
dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling
sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan
metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat
juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu.
Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai
subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas
secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok
dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompokkelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6
orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan
akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum
yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus
melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa
untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru
secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan
merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari
agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai
topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas
sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau
keduanya.
Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponenkomponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang
terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan
setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing
kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang
terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan
menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik
bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke
kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting
dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa.
Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh
materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai
topik secara keseluruhan.
Metode Team Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif
yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,
kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan
dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat
penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang
disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan
pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari
prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami
materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok
agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat
siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaanpertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab
pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan
mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan
presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi
siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja
I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat
sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat
julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 4045 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40
Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain
sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi,
jenis kelamin, suku, dll.).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang
tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.
Model Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh
dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan /
menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada
kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin
dicapai.
7. KKesimpulan.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
Model Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya
disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang
dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana
pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas
sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan
rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama
mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini
merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk
pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan
seterusnya kembali ke (2).
Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada
setiap tingkatan kelas.
- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.
(https://www.kompasiana.com/wira08/552fee3a6ea834916a8b459a/metode-pembelajaran-efektif)
Sudah Saatnya Metode Pembelajaran
Guru Diubah
Rahmi Ali
24 Oktober 2013 14:11 Diperbarui: 24 Juni 2015 06:06 124 0 0
Berita di Televisi tentang kasus pemukulan dan tindak kekerasan seorang guru terhadap
murid di daerah Papua mengingatkan saya pada kisah yang pernah saya alami beberapa
tahun lalu sewaktu saya masih tinggal dan bersekolah di Papua.Saya Lahir dan besar di
Sorong Papua Barat yang dulu lebih dikenal dengan nama Irian Jaya.
Sewaktu di Sekolah Dasar saya mempunyai seorang Guru Olah Raga yang cukup " Killer "
alias tegas dan keras ini dibuktikan dengan tingkahnya yang sering menampar wajah
muridnya satu persatu ketika tengah berbaris memasuki kelas.Saya pun kebagian Tamparan
itu,terang saja setiap tiba Jam Olah Raga saya jadi takut dan sedikit trauma,perasaan itu
saya simpan sampai menginjak kelas 5 SD,dikelas 6 saya di ajar oleh Guru Olah Raga yang
lain.
Bagi Saya sudah saatnya metode Pembelajaran Para Guru harus diubah,dengan berbagai
alasan yang cukup jelas.
Kekerasan Tidak Membuat Murid Jera dan Peka
Memberi Pelajaran bagi murid tidak harus dengan tindakan tegas untuk memberi efek jera
bagi murid yang sering membandel atau tidak fokus pada Pelajaran.Kekerasan malah
membuat murid jadi Peka dan dekat dengan kekerasan juga.Kekerasan malah
mengakibatkan trauma yang panjang hingga para murid kehilangan konsentrasi dalam
belajar.
Pembelajaran Dengan Metode Pendekatan Personal
Seorang Guru adalah Orang Tua Kedua bagi seorang murid,disekolah Guru sejatinya adalah
Orang Tua bagi muridnya,para guru lebih tahu muridnya yang mana yang pintar,yang
bandel,yang urakan,yang tidak fokus,dan semua sikap lain yang ada pada murid.
Guru yang " Pintar " adalah Guru yang tahu bagaimana cara memperlakukan muridnya
dengan baik dan benar,semua murid memiliki sifat dan karakter yang berbeda.
Kekerasan tidak membuat murid menjadi pintar dan mudah menerima pelajaran,justru
dengan metode Pendekatan secara pribadi seorang murid mampu dan bisa lebih leluasa
menerima Pelajaran.
Murid Adalah Manusia Bukan Mesin Pencatat Dan Pengingat
Seorang Guru yang baik selayaknya memandang Murid sebagai manusia sejati,bukan Mesin
Pencatat dan Pengingat,yang bisa hafal dan paham pada semua Pelajaran yang
diberikan,Kemampuan tiap murid berbeda-beda jadi sebaiknya seorang Guru bisa
menciptakan suasana " Mengajar " yang tenang dan nyaman serta jauh dari rasa takut
dan tegang.
Guru sekarang dan yang dahulu bisa jadi tidak memiliki perbedaan meskipun zaman telah
berubah,Tiap Sekolah pasti memberi penekanan dan target pada Guru agar muridnya
mampu melewati Ujian Akhir dengan baik,hingga dengan alasan itulah beban pada Murid
kian bertambah.Beban ini berupa tekanan dari Target yang dimiliki oleh seorang Guru
maupun target Si Murid itu sendiri,jadi secara otomatis Seorang Murid memikul beban yang
lebih,karena mereka yang menjadi Objek.
Guru Adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa,Seorang Pahlawan Tidak pernah Lelah berkorban
untuk selalu memberikan yang terbaik.
(https://www.kompasiana.com/rahmi_ali/552811786ea83425278b45af/sudah-saatnya-metodepembelajaran-guru-diubah)
Metode Pembelajaran Para Pendidik
Irjha Yany
26 September 2013 20:16 Diperbarui: 24 Juni 2015 07:21 134 1 2
PENDIDIKAN MASA DULU DAN MASA KINI
Metode pembelajaran para pendidik
Revolusi selalu terjadi ,itulah hukum alam dimana dari tahun ketahun selalu ada
perubahan,segalanya berubah dan perubahan itu dirasakanoleh kita semua, sehingga dari
perubahan itu bisa kita rasakan ada dampak didalamnya.
Contoh: dari segi pendidikan
Ditahun 1970-an dimana pada saat itu team pengajar masih terbilang minim sekali, pendidikan
terakhir yang mereka capai agar bisa mengajar hanya sampai tingkat SMA saja. Akan tetapi
semangat mereka dalam mengajar sangat luar biasa, cara mengajar mereka adalah”Mengajar
dengan hati,mendidik dengan jiwa”.Artinya: mereka mengajar dengan sepenuh hati, ikhlas, tanpa
pamrih bahkan tidak bosan-bosannya memberikan nasehat, dengan hati itu pula mereka bisa
membaca pikiran para anak didiknya. Mendidik mereka dengan jiwa-jiwa yang tenang
mampumendidik dan mengatasi para murid yang daya pikirnya berbeda-beda.
Bisa kita lihat, rasakan dan bedakan dunia pendidikan dimasa kini sangat berbeda jauh dengan
dimasa lalu, contoh kecil dilingkungan daerah kita saat ini banyak sekali hal-hal yang tidak kita sukai
terjadi, sistem pendidikan dalam mendidik boleh dikata hampir tidak diterapkan lagi,sedangkan
sistem mengajar menduduki urutan pertama, sudah sangat jelas sehingga membawa dampak yang
tidak baik, semangat para guru tidak lagi seperti api yang menyala-nyala, tidak lagi seperti dulu.
Dunia pendidikan dianggap enteng dan efeknya dirasakan oleh para pelajar dengan situasi seperti ini
membuat para pelajar akan bersifat apatis. Sebagai para pendidik marilah menerapkan kembali
metode-metode terdahulu.
Saran dan kritik sangat saya harapkan, mohon maaf jika ada kesalahan karena saya juga masih
belajar.
(https://www.kompasiana.com/irjayani/552924aff17e61983f8b45b6/metode-pembelajaran-parapendidik)
ArtMatika: Metode Pembelajaran Matematika
yang Bermakna dan Menyenangkan
Nia Agustin
31 Agustus 2013 10:36 Diperbarui: 24 Juni 2015 08:34 1094 0 0
2 hari yang lalu, saya baru saja menyelesaikan salah satu korean drama berjudul Monstar,
sebenarnya bukan ini yang penting, tapi ada satu point menarik dalam film ini yang menginspirasi
saya dalam mengajar matematika selanjutnya. Mungkin bisa dibilang apa yang saya tonton adalah
metode ArtMatika (penamaan dari saya sendiri). Pada episode 7 film ini, terdapat adegan kelas
matematika, semua murid terlihat mengantuk, dan si guru langsung tanggap dengan hal ini,
kemudian mengajak murid menyanyi ala rapper dengan lirik rumus baris dan deret aritmatika. It’s
really fun, I think. Kenapa menyanyi? Silahkan observasi di lingkungan sekitar anda, anak-anak anda,
mereka sangat cepat menghafal sebuah lirik lagu, dalam waktu 1 hari, mereka bisa menghafal 2-3
lagu, nah teori itulah yang dipakai, diharapkan, dengan bantuan ritme musik, murid bisa lebih cepat
mengingat dan setelah mengingat mereka tidak cepat lupa.
Dari film itu, saya terinspirasi membuat ArtMatika yang lain, setiap Jum’at saya mengajar di Yayasan
Kejar Paket, tanggal 30 Agustus 2013 saya kebetulan mengajar di paket C kelas 3. Karena sudah 1
tahun mengajar di sana, saya jadi tahu bahwa mengajar paket C kelas 3 membutuhkan 3 kali lipat
tenaga dan pikiran dibandingkan mengajar sekolah reguler. Berlatar belakang gagal di bangku
sekolah sebelumnya, atau karena memang tujuannya hanya ijasah saja, maka menyepelekan guru,
dan tidak mau tau terhadap materi pelajaran itu menjadi hal yang biasa (80%). Sudah banyak cara
saya coba, tapi jarang berhasil, akhirnya metode ArtMatika saya beranikan untuk diterapkan di sini.
Pukul 19.00 siswa masuk kelas, setelah absen, saya lanjutkan dengan menjelaskan materi inti dari
integral tentu dan tak tentu (saya tidak menjelaskan secara rinci, karena keterbatasan kemampuan
dan kebutuhan). Pukul 20.00 penjelasan beserta contoh dari saya selesai dipaparkan, selanjutnya,
saya membagi 1 kelas menjadi 2 kelompok, 1 kelompok 8 orang dan it’s time to quiz. Saya namakan
games ini “Kuis Merantai”. Selain untuk mengasah memori dan kecepatan otak mereka untuk
mengerjakan soal integral, dalam kuis ini mereka juga belajar tanggung jawab terhadap pekerjaan
bersama, kejujuran, dan kerjasama. Dalam kuis merantai ini, mereka duduk lurus sebaris tiap
kelompok, kemudian saya berikan 5 soal yang harus dikerjakan berdelapan dengan cara oper setiap
3 menit sekali. Misal, orang pertama mengerjakan nomer 1, 3 menit kemudian saya memberi kode
untuk pindah dan orang ke 2 melanjutkan pekerjaan dari orang ke 1, selanjutnya sampai orang ke 8.
Setelah waktu untuk orang ke 8 selesai, saya mengumpulkan pekerjaan 2 kelompok tersebut, bagi
kelompok yang pekerjaannya paling banyak benar, maka mendapatkan hadiah berupa makanan dari
kelompok yang kalah di pembelajaran minggu depan.
Dari paparan di atas, pasti anda menanyakan dimana Art-nya? Pada saat mereka kuis, saya
menyalakan koleksi musik dari laptop, bagi yang belum mendapat giliran mengerjakan, mereka saya
haruskan untuk mengikuti dan menikmati ritme musik sambil bergoyang, hal ini saya harapkan
menstimulus mereka untuk lebih rileks, sehingga, ketika mereka mendapat giliran mengerjakan, otak
mereka tidak dalam keadaan tegang dan stress. Hal ini penting supaya mereka bisa berfikir jernih
dan lebih kreatif, serta menyalurkan energi mereka yang kebanyakan habis untuk berbicara (hal di
luar pelajaran), ngobrol, dan mengeluh di tengah-tengah pelajaran menjadi kreatifitas dan enjoyitas. So, this is it ArtMatika.
Bagaimana? Anda ingin mencobanya? Untuk pertanyaan dan kritik saya terima dengan senang hati
di komen blog ini. have a nice educating.
(https://www.kompasiana.com/bagiania/55292c5d6ea8342d778b45d5/artmatika-metodepembelajaran-matematika-yang-bermakna-dan-menyenangkan)
Guru dan Metode Pembelajaran
Nurhayati Libels
24 Agustus 2013 20:02 Diperbarui: 24 Juni 2015 08:52 104 1 0
PERANAN GURU
1. Mengkomunikasikan pengetahuan. Guru harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang
bahan yang diajarkannya.
2. Guru sebagai Modul. Guru= yang digugu dan ditiru. Guru harus menunjukkan sikap positf.
Dalam hal ini dapat melihat keindahan dan manfaat mata pelajaran yang diajarkannya serta
menunjukkankeberanian untuk berpikir intuitif.
3.Guru menjadi model sebagai Pribadi. Guru harus disiplin, cermat berpikir, mencintai mata
pelajaran, tidak mematikan idealisme, serta tidak picik dalam pandangannya.
KESIMPULAN
Guru dapat berperan sebagai Komunikator, Model dan Tokoh Identifikasi. Antara guru dan alat-alat
instruksional tidak terdapat pertentangan. Mutu pendidikan tidak sendirinya akan meningkat
dengan dibelinya alat-alat instruksional yang mutakhir dan mahal. Alat-alat hanya akan bermanfaat
dalam tangan guru yang terampil dan bijaksana.
Sumber; Nasution.S.2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar
(Seorang GURU) dalam praktik mengajar harus mempunyai rasa kasih sayang terhadap muridmuridnya dan cinta pada pelajaran yang ia berikan. Perasaan tidak senang terhadap apa yang
diberikan kepada murid sudah pasti akan membawa rasa tidak senang pula pada anak yang
bersangkutan. (H. M. Arifin, M.Ed.)
Metode Pembelajaran baru dapat berfungsi dengan baik, bilamana GURU mampu menguasai
metode yang dipilih secara tepat dalam pengetrapannya.(H. M. Arifin, M.Ed.)
(https://www.kompasiana.com/nurhayati15/552a75b1f17e616c0fd6241a/guru-dan-metodepembelajaran)
Metode Pembelajaran Kontruktivisme
indri naneng
3 Juli 2013 11:17 Diperbarui: 24 Juni 2015 11:05 2260 0 0
Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan terutama pada proses
pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah konstruktivisme. Pemilihan pendekatan ini lebih
dikarenakan agar pembelajaran membuat pelajar lebih antusias terhadap persoalan yang ada
sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya. Pembelajaran di kelas masih dominan
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga membosankan dan kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi langsung kepada benda-benda konkret. Seorang
pengejar perlu memperhatikan konsep awal pelajar sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian,
maka seorang pendidik tidak akan berhasilkan menanamkan konsep yang baik dan benar, bahkan
dapat memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk
meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah konsepsikonsepsi siswa yang sudah ada dan di mana mungkin konsepsi itu salah, dan jika ternyata benar
maka pendidik harus membantu pelajar dalam mengkonstruk konsepsi tersebut biar lebih matang
dan baik. Maka dari permasalahan tersebut, saya ingin melakukan penelitian konsep kontruktivisme
untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar yank cocok untuk pelajar yang tidak
membosankan ini bisa mengembangkan keaktifan pelajar dalam mengkonstruk pengetahuannya
sendiri, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai
pembelajaran karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman yang
siswa peroleh dari lingkungan kehidupannya sehari-hari.
Alasan kenapa saya memilih metodi pembelajaran kontruktivisme karna karakteristik manusia yang
diharapkan dalam rangka membangun sumber daya manusia adalah manusia-manusia yang memiliki
kepekaan, kemandirian, tanggung jawab terhadap risiko dalam pengambilan keputusan,
mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus untuk
menemukan jati diri mereka sendiri. Untuk mencapai tujuan ini dipilih teori belajar konstruktivisme,
sebab dibandingkan teori belajar lain, teori ini dapat mengantisipasi pergeseran dari pendidikan
yang lebih menekankan aspek kognitif menuju aspek potensi manusia secara utuh. Di samping itu
teori belajar konstruktivisme pembelajarannya lebih menekankan aktivitas mahasiswa dari pada
pendidik. Menurut pandangan konstruktivisme belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan individu yang belajar, ia harus aktif melakukan
kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang dipelajari. Dosen
memang dapat dan harus mengambil peran untuk mengarahkan mahasiswa, namun yang akhirnya
paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar mahasiswa itu sendiri.
Konstruktivisme memandang mahasiswa sebagai pribadi yang memiliki kemampuan awal sebelum
mempelajari suatu pengetahuan yang baru. Penilaian terhadap proses belajar mahasiswa
merupakan bagian integral dalam pembelajaran, dilakukan melalui observasi dosen terhadap hasil
kerja mahasiswa mahasiswa. Terdapat beberapa strategi pembelajaran konstruktivisme yaitu belajar
aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif, generative learning, dan model pembelajaran kognitif yang
kesemuanya ini dapat diterapkan pada setiap mata kuliah.
Dan saya rasa tidak ada perbedaan dengan penulis yang lebih dahulu meneliti metode
pembelajaraan kontuktivisme karna inti yang mereka tulis dengan inti dari yang saya tulis sama.
sama-sama mempunyai arti; metode pembelajaran kontruktivisme adalah pelajar yang mandiri,
pelajar yang slalu membandingkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada, pelajar
yang bisa mengembangkan ide-ide mereka, pelajar yang memiliki kepekaantanggung jawab
terhadap risiko dalam pengambilan keputusan, mengembangkan segenap aspek potensi melalui
proses belajar yang terus menerus untuk menemukan jati diri mereka sendiri. Jadi tidak ada
perbedaan hanya mungkin cara menyajikan mereka dengan saya berbeda karna mempunyai
karakter yang berbeda tetapi inti tulisan mereka sama dengan inti yang saya tulis.
Alasan kenapa saya memilih objek “mahasiswa” karna mahasiswa bisa membina pengetahuanyang
berasal dari pengalaman mereka sendiri, dan bisa membandingkan informasi baru dengan
pengetahuan yang sudah tertanam dalam dirinya. Mahasiswa adalah pelajar yang mandiri, pelajar
yang memiliki kepekaan tanggung jawab terhadap risiko dalam pengambilan keputusan,
mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus untuk
menemukan jati diri mereka sendiri, pengajar mempunyai kemudahan dalam proses ini karna
mahasiswa menentukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri untuk belajar dan mahasiswa
memiliki cara berfikir yang berbeda-beda. Beberapa mahasiswa juga lebih suka berdiskusi saling
bertukar pikiran dari pada mendengar ceramah dosen yang kadang mahasiswa tahu apa yang
sedang dibahas oleh dosen.
Jadi di dalam dunia pendidikan terutama pada proses pembelajaran pemilihan pendekatan
kontutivisme lebih dikarenakan agar pembelajaran membuat pelajar lebih antusias terhadap
persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya. Secara teoretik,
pelajaran ini berimplikasi bahwa pelajar seharusnya dipandang sebagai individu yang memiliki
potensi yang unik untuk berkembang, bukan sebagai tong kosong yang hanya menunggu untuk diisi
oleh orang dewasa (pengajar). Secara praktis, pelajaran ini berimplikasi bahwa model belajar
konstruktivisme dibutuhkan untuk mengembangkan kecakapan pribadi-sosial pelajar dalam
mengembangkan potensi kreatifnya melalui pembelajaran di sekolah. Pembelajaran di kelas masih
dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi langsung kepada benda-benda konkret Dan teori
kontruktivisme adalah sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta
sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal
berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental, dan bisa
membentuk karakter pelajar yang memiliki kepekaan, kemandirian, tanggung jawab terhadap risiko
dalam pengambilan keputusan, mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang
terus menerus untuk menemukan jati diri mereka sendiri. Pembentukan ini harus dilakukan individu
yang belajar, ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna
tentang hal-hal yang dipelajari. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme
adalah sebagai fasilitator atau moderator. Dan tidah ada perbedaan saya denga peneliti lainnya
hanya mungkin cara penulisannya yang berbeda karna berbeda karakter. Dan kenapa saya memilih
objek mahasiswa karana mahasiswa bisa membina pengetahuanyang berasal dari pengalaman
mereka sendiri, dan bisa membandingkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah tertanam
dalam dirinya.
Jadi mahasiswa yang memakai metode pembelajaran konstruktivisme adalah mahasiswa yang
mandiri mahasiswa yang mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan secara
mandiri dan mahasiswa yang aktif akan menemukan sesuatu dan membangun sendiri pengetahuan
dengan cara berdiskusi, mahasiswa mempunyai cara berfikir masing-masing yang kadang mungkin
sangat berbeda dari temannya, dan mahasiswa slalu mencoba metode pembelajaran yang cocok
sehingga dosen perlu menciptakan metode pembelajaran yang dapat membantu mahasiswa belajar.
Metode pembelajaran konstruktivisme melibatkan dosen dan mahasiswasaling berintegrasi, dosen
hanya perlu membimbing mahasiswa, karna hasil belajar tergantung dari pengalaman dunia fisik dan
lingkungan dan tergantung dari apa yang ketahui sebelumnya. Dosen mengikuti pola piker
mahasiswa, mahasiswa lebih banyak berdiskusi dari pada hanya mendengarkan dosen berbicara
tanpa tahu apa apa yang dibicarakan dosen. Dan merupakan kemampuan internal yang terorganisasi
untuk membantu mahasiswa dalam proses belajar, proses berpikir, memecahkan masalah dan
mengambil keputusan sendiri.
(https://www.kompasiana.com/indri_naneng/552a35e9f17e613c6cd62423/metode-pembelajarankontruktivisme)
Inovasi Metode Pembelajaran "Fun Display Festival"
Restu Wijayanto
9 Juni 2013 21:36 Diperbarui: 24 Juni 2015 12:17 333 0 0
Pendidikan adalah salah satu tolok ukur keberhasilan sebuah bangsa. Korea Selatan yang
dulu tidak stabil dan salah satu negara termiskin di dunia pada 1960-an sudah menjelma
menjadi negara maju. Hal itu tidak lepas dari perkembangan pendidikan di negara tersebut.
Berbicara mengenai masalah pendidikan, tentu tidak lepas dari sosok seorang guru. Guru
tidak hanya berbagi ilmu pengetahuan tetapi juga keterampilan untuk hidup.Terlebih dalam
sebuah pendidikan Sekolah Dasar (SD) guru memegang peranan penting dalam mengajar.
Guru SD menanamkan pengetahuan awal kepada siswa dan membuat pondasi di dalam otak
siswa.
Namun hal ini kurang disadari oleh sebagian guru bahwa dalam proses mengajarnya
terdapat banyak kesalahan. Dalam mengajar masih banyak guru yang menggunakan metode
konvensional, yaitu ceramah. Siswa SD yang berada pada tahap operasional konkret tentu
akan kurang jelas dan mudah bosan jika hanya mendengarkan gurunya berceramah. Seakanakan guru adalah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan (teacher centered).
Hal lain yang membuat siswa bosan saat pembelajaran yaitu mereka seperti dikurung dalam
sebuah ruangan yang tidak terlalu luas, yaitu kelas. Guru umumnya kurang mampu
menghidupkan kelas. Padahal kelas dapat dijadikan lebih berwarna dan membuatsiswa
betah saat pembelajaran di kelas.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, kami membuat sebuah inovasi metode
pembelajaran yang aktif, menyenangkan dan kreatif. Metode ini kami beri nama Fun Display
Festival. Metodeini membuat siswa aktif dan kreatif. Selain itu, Fun Display
Festival membuat kelas tidak akan membisu seperti penjara. Tentunya ini akan membuat
siswa betah belajar di dalam kelas.
Tahapan pelaksanaannya yangpertama, Pelaksanaan Fun Display Festival adalah
memancing rasa ingin tahu dan ketertarikan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Siswa
menyusun potongan puzzle yang dibagikan guru. Hal ini berguna untuk membagi
kelompok dan juga menentukan materi yang akan dibahas untuk setiap
kelompok.Kedua, Setelah puzzle terbentuk, siswa mengkaji materi tersebut melalui studi
literatur. Siswa bisa memanfaatkan perpustakaan sekolah atau buku paket.Ketiga,Setelah
siswa paham akan materinya, siswa membuat poster sesuai materinya dengan
kreativitasnya. Dalam pembuatan poster tentu melatih siswa untuk bekerja
sama.KeempatSelanjutnya, poster selesai dibuat, siswa mempresentasikan poster
tersebut di depan kelas. Untuk lebih menyemarakkan pembelajaran, siswa menempelkan
poster tersebut di kelas (display).Kelima,Setiap siswa kemudian memberikan nilai dengan
cara menempelkan bintang yang diberikan guru di papan komentar poster yang paling
disukai. Adapun aturan dalam penilaian ini siswa tidak boleh menempel bintang pada
poster kelompoknya.
Fun Display Festival cocok untuk diterapkan di SD untuk berbagai mata pelajaran dan cocok
juga untuk kelas rendah maupun kelas tinggi. Untuk kelas rendah lebih banyak
membutuhkan bimbingan guru. Hal ini sangat membutuhkan kreativitas guru dalam
membuat puzzle menarik dan juga mengaktifkan kelas. Dengan adanya Fun Display
Festival diharapkan siswa menjadi senang untuk belajar dan tentu akan merasa betah di
kelas melihat karya-karya kreatif siswa.
Oleh : TIM KKN PPL UNY SD BANTUL TIMUR
Ario, Yuni, Dewi, Restu, Endah, Umi, Nia, Zeti
(https://www.kompasiana.com/kknpplsdbantultimur2013/552ff60d6ea8343d748b4569/inovasimetode-pembelajaran-fun-display-festival)
Metode Pembelajaran PAIKEM untuk PAINEM
Yustinus Sapto Hardjanto
15 Mei 2013 19:25 Diperbarui: 24 Juni 2015 13:31 4617 2 3
Ketika membaca lembar koran pagi tadi mata saya terbelakak melihat tulisan judul yang sekilas
terbaca sebagai PAINEM pada kolom opini. Setelah saya perhatikan dengan seksama ternyata bukan
PAINEM melainkan PAIKEM. Artikel itu menawarkan pemikiran dan gagasan tentang metode
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan yang kemudian disingkat sebagai
PAIKEM.
Buat saya ini menarik terutama pada bagian Menyenangkan. Sudah lama saya meyakini bahwa yang
utama dan pertama dalam proses pembelajaran adalah menyenangkan, sehingga anak-anak menjadi
senang belajar dan pergi ke sekolah. Kenapa menyenangkan itu menjadi penting? Sebab saya
melihat sendiri betapa sengsaranya orang tua yang harus memaksa anaknya setiap pagi untuk
sekolah. Pagi-pagi dan menemukan kenyataan anaknya mogok ke sekolah bakal menjadi cobaan
hidup yang maha berat untuk orang tua sebelum melangkah ke jam atau hari berikutnya.
Selain mogok ada pula anak-anak yang doyan minta pindah sekolah. Merasa belajar di sekolah yang
sekarang ini tidak enak sehingga ingin pindah ke sekolah lain. Urusan pindah memindah anak dari
sekolah satu ke sekolah yang lain juga bukan urusan yang ringan untuk orang tua. Kakek dan nenek
saya pernah mengeluhkan hal ini karena adik ibu yang paling bungsu punya hobby pindah-pindah
sekolah.
Atas dasar itu maka buat saya memastikan bahwa bersekolah adalah menyenangkan untuk anak
saya menjadi sangat penting. Namun dalam kondisi sekarang ini sebenarnya sulit untuk membuat
anak saya menemukan kesenangan dalam belajar. Bayangkan pagi-pagi berangkat ke sekolah
dengan membawa beban buku yang berat. Sampai di sekolah harus berusaha keras berkonsetrasi,
mendengarkan guru yang ceramah di depan. Metode pengajaran yang amat umum dimana guru
bicara murid mendengar.
Model satu arah ini bukan merupakan metode Pembelajaran Aktif, sebab siswa tidak ikut terlibat
dalam pembelajaran selain sebagai pendengar yang manis. Tak heran dengan model pembelajaran
satu arah itu, guru harus menjaga agar siswa tidak bosan dan mulai bercerita sendiri, ngobrol
dengan teman sebangku, atau mulai mengusili teman sebelahnya. Tentu saja kemampuan anak-anak
terutama anak sekolah dasar untuk duduk manis mendengarkan penjelasan guru masih rendah.
Kalau murid mulai ribut biasanya guru marah dan membentak siswa. Siswa bukan takut tapi kaget
saja dan diam sebentar setelah itu ribut lagi. Dan biasanya kalau guru tak bisa mengendalikan
suasana maka akan menyuruh anak-anak untuk menyalin tulisan atau soal dari buku pelajaran ke
buku tulis.
Saya yakin bahwa guru-guru juga merasa berat mengajar dengan model pembelajaran satu arah dan
bukan tidak tahu tentang metode Pembelajaran Aktif. Namun aneka model pembelajaran hanya
menjadi wacana perbincangan dan tak pernah benar-benar dipraktekkan karena para guru tidak
dilatih untuk menguasai metode itu. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan para guru itulah yang
membuat metode Pembelajaran Aktif hanya menjadi jargon yang kerap diucapkan tapi tak
dilakukan.
Andai guru mampu menerapkan metode Pembelajaran Aktif, maka akan terangsang untuk
menyajikan sesuatu yang baru atau inovatif. Pembelajaran Aktif akan menuntut guru-guru untuk
mengembangkan pendekatan baru, melakukan pembaharuan atas bahan atau materi yang disajikan
selama ini. Dari situ akan lahir kreatifitas, guru akan menciptakan materi pembelajaran atau alat
bantu yang sesuai dengan para muridnya. Pun demikian murid-muridnya bisa juga didorong untuk
terlibat dalam proses kreati. Misalnya dalam keterbatasan peralatan mereka bisa menggunakan alat
atau perkakas sederhana untuk mempelajari pergerakan matahari misalnya. Pembelajaran yang
kreatif tidak hanya dilakukan di dalam kelas melainkan juga di luar kelas. Untuk mengenal jenis akarakaran, para siswa misalnya bisa diajak ke kebun.
Pembelajaran dengan cara seperti itu akan membuat siswa mengenal perbedaan akar antara
tanaman yang satu dengan yang lain secara efektif. Anak-anak mengenal secara langsung, melihat,
memegang dan merasakan. Efektif berarti apa yang disampaikan akan diterima secara maksimal
oleh anak-anak, membekas dalam pikiran dan pemahaman mereka sehingga tidak mudah lupa.
Pengenalan atas keragaman budaya atau daerah-daerah di Indonesia misalnya kurang membekas
apabila hanya lewat gambar di buku atau menghafalkan lagu daerah, maka memutarkan film
tentang nusantara akan jauh lebih baik. Pun demikian dengan pelajaran sejarah yang akan membuat
siswa lebih tertarik dengan cara mengunjungi musium. Kombinasi dari Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif dan Efektif akan membuat pembelajaran akan menyenangkan untuk anak-anak, untuk para
siswa atau peserta belajar.
Kalau anak saya pulang sekolah maka yang saya perhatikan adalah wajahnya. Dan pada umumnya
anak saya terlihat senang saat pulang sekolah walau diberi PR setumpuk oleh gurunya. Saya yakin
anak saya senang bukan karena metode pembelajaran di sekolahnya yang menyenangkan. Anak saya
senang sekolah karena kalau di rumah dia akan sendirian, maka lebih baik sekolah karena disana
banyak teman. Kemudian pulang sekolah dia juga senang karena setelah ganti baju akan pergi ke
rumah sebelah untuk bermain dengan kemenakan saya yang lain. Jadi ke sekolah untuk bermain dan
pulang sekolah kemudian juga bermain, makanya hari-harinya menyenangkan.
Namun bukan tak mungkin suatu saat dia akan bosan dengan cara belajar di sekolah. Bosan karena
pelajarannya begitu-begitu saja. Dan saya merasa ini menjadi tugas dari para guru-guru untuk
membuat murid-muridnya tidak bosan dengan suasana belajar mengajar dalam kelas. Kurikulum
2013 andai itu kemudian diterapkan maka metode Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan secara potensial akan terwujud. Namun tentu saja tidak dengan segera karena perlu
waktu untuk memperkenalkan dan memberi pelatihan pada para guru agar bisa mempraktekkannya
secara benar. Andai ini tak dilakukan tentu saja PAIKEM kemudian benar-benar akan jadi PAINEM,
nama pembantu di rumah sebelah yang menurut pengakuannya hanya sekolah sampai kelas 5 SD.
Pondok Wiraguna, 15 Mei 2013
@yustinus_esha
(https://www.kompasiana.com/yustinus_sapto/551f481a813311932c9df047/metodepembelajaran-paikem-untuk-painem)
Metode Pembelajaran Tarikh Atau Ski
Abdul Latif M
4 Januari 2013 07:07 Diperbarui: 24 Juni 2015 18:32 12 2 1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sejarah merupakan pengetahuan mengenai kejadian kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan
manusia di masa lampau dan ada kaitannya dengan keadaan masa kini. Sejarah juga merupakan
pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau, yang
diperoleh melalui penyelidikan dan analisis atau peristiwa-peristiwa masa lampau.
Sejarah peradaban Islam diartikan sebagai perekembangan atau kemajuan kebudayaan Islam dalam
perspektif sejarahnya, dan peradaban Islam. Dalam perspektif Islam, manusia sebagai pelaku
sekaligus pembuat peradaban memiliki kedudukan dan peran inti. Kedudukan dan posisi manusia di
kisahkan dalam Al Qur’an diantaranya: manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna dan
paling utama Allah berfirman: Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami
ciptakan.
Pada bab selanjutnya pemakalah akan membahas tentang metode mengajar Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI) secara lebih rinci lagi.
B.Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini meliputi :
1.
2.
3.
4.
Apa yang dimaksud dengan SKI ?
Apa pentingnya belajar SKI ?
Metode apa saja yang bisa dipakai dalam mengajar SKI ?
Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Penetapan Metode Yang Akan Digunakan
dalam mengajar
C.Tujuan Masalah
Tujuan masalah pada makalah ini meliputi :
1.
2.
3.
4.
Untuk mengetahui pengertian SKI ?
Untuk mengetahui pentingnya belajar SKI ?
Untuk mengetahui metodemengajar SKI ?
Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Penetapan Metode Yang Akan Digunakan
dalam mengajar
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh.
Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Jadi metode bisa juga berarti
sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pengertian sejarah secara etimologis berasal dari kata arab “syajarah”yang mempunyai arti “pohon
kehidupan” dan yang kita kenal didalam bahasa ilmiyah yakni History, dan makna sehjarah
mempunyai 2 konsep yaitu: pertama, konsep sejarah yang memberikan pemahaman akan arti
objektif tentang masa lampau. Kedua, sejarah menunjukan maknanya yang subjektif, karena masa
lampau tersebut telah menjadi sebuah kisah atau cerita.
Sejarah kebudayaan (peradaban) Islam diartikan sebagai perekembangan atau kemajuan
kebudayaan Islam dalam perspektif sejarahnya, dan peradaban Islam mempunyai berbagai macam
pengetian lain diantaranya: pertama, sejarah peradaban Islam merupakan kemajuan dan tingkat
kecerdasan akal yang di hasilkan dalam satu periode kekuasaan Islam mulai dari periode nabi
Muhammad Saw sampai perkembangan kekuasaan Islam sekarang.Kedua, sejarah peradaban Islam
merupakan hasil hasil yang dicapai oleh ummat Islam dalam lapangan kesustraan, ilmu pengetahuan
dan kesenian. Ketiga, sejarah perdaban Islam merupakan kemajuan politik atau kekuasaan Islam
yang berperan melindungi pandangan hidup Islam terutama dalam hubungannya dengan ibadahibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup bermasyarakat.
Sedangkan SKI adalah singkatan dari Sejarah Kebudayaan Islam yang merupakan sebuah mata
pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah
Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, keteladan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka metode pengajaran SKI merupakan cara-cara yang ditempuh
oleh para guru dalam pelajaran SKI agar tujuan pelajaran SKI dapat tercapai.
B.Pentingnya pelajaran Tarikh atau SKI
Adapribahasa yang mengatakan “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
pahlawannya”. Atas dasar itulah betapa kedudukan sejarah amat penting dalam suatu Negara dan
agama. Selain itu nilai sejarah (history) menjadi salah satu pondasi dasar dalam pembentukan
pendidikan di suatu Negara yang bertujuan untuk mengembang kan pendidikan secara optimal.
Jadi dapat disimpulkan betapa pentingnya pelajaran Tarikh dalam pendidikan formal untuk
menciptakan dan membangun generasi yang meneladani perjuangan dan pencapaian para pahlawan
islam dalam membela dan menyebarkan agama islam.
C.Metode Mengajar SKI
Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab
berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat tergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar
yang digunakan oleh guru.
Berbagai macam metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru terhadap semua mata
pelajaran. Salah satunya adalah mata pelajaran SKI. Metode yang dapat digunakan dalam mata
pelajaran SKI diantaranya adalah:
1.Metode Ceramah.
Metode ceramah ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan melalui penuturan (penjelasan
lisan) oleh guru kepada siswa. Dalam metode ceramah proses belajar mengajar yang dilaksanakan
oleh guru umumnya didominasi dengan cara ceramah. Jadimelalui metode ceramah ini guru
menceritakan/menyampaikan kejadian-kejadian masa lampau dan menjelaskan hikmah apa yang
bisa diambil dari sejarah tersebut.
2.Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaanpertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi yang ada dalam pelajaran SKI. Metoda
Tanya Jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan
memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup
(pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan
dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik.
3.Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui
pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka.
Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi
dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.
4.Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda yang sedang dipelajari. Demontrasi
dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan
disertai dengan penjelasan lisan.
Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh
siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terusmenerus dan berulang-ulang oleh siswa.
5. Metode Timeline (Garis Waktu)
Metode ini tergolong tepat untuk pembelajaran sejarah karena di dalamnya termuat kronologi
terjadinya peristiwa. Dengan metode ini, peserta didik bisa melihat urutan kejadian dan akhirnya
juga bisa menyimpulkan hukum-hukum seperti sebab akibat dan bahkan bisa meramalkan apa yang
akan terjadi dengan bantuan penguasaanTimeline beserta rentetan peristiwanya.
Timeline dipakai untuk melihat perjalanan dan perkembangan satu kebudayaan oleh karena itu dia
bisa dibuat panjang atau hanya sekedar periode tertentu. Timeline untuk sejarah kebudayaan Islam
bisa dibuat mualai dari zaman Jahiliyah menjelang Islam.hadir sampai pada saat ini; timeline juga
hanya bisa dibuat menggambarkan perjalanan peristiwa dalam satu kurun atau periode tertentu. Ini
adalah metode survey sejarah yang sangat baik karena peserta didik akan melihat benang merah
atau hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
Langkah-langkah:
a. Sampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik dalam
pembelajaran hari itu.
b. Tunjukkan pentingnya mempelajari sejarah melalui timeline.
c. Buat timeline dengan cara menarik garis lurus horizontal dan menuliskan waktu tertentu dan
beberapa kejadian penting yang terjadi di dalamnya. Waktu berikutnya juga ditulis seperti cara titik
waktu pertama dan begitu terus sampai pada waktu tertentu yang sesuai dengan materi
pembelajaran. Berikut ini adalah dua contoh timeline yang dibuat dengan cara yang sedikit berbeda
pada masa nabi sampai menjelang hijrah.
Timeline yang pertama ditulis dengan format satu tahun satu peristiwa penting.
Timeline yang kedua memungkinkan satu tahun memuat banyak peristiwa penting secara simultan
d. Jelaskan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada tahun-tahun tertentu dan menjelaskan
hubungannya dari tahun ke tahun.
e. Adakan tanya jawab mengenai peristiwa-peristiwa dan hubungannya satu dengan yang lain.
f. Buat kesimpulan.
g. Minta peserta didik untuk membuat timeline yang berhubungan dengan mereka masing-masing
mulai dari lahir sampai saat ini.
Pengembangan:
1. Guru bisa meminta peserta didik untuk mengisi tahun atau peristiwa-peristiwa sejarah dari
format timeline yang disediakan. Hal ini sangat penting dipakai untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam memahami peristiwa sejarah dan bagaimana mereka mengakaitkan satu peristiwa dengan
lainnya.
2. Guru juga bisa meminta siswa membuat timeline untuk sejarah keluarga masing-masing, mulai
dari pernikahan orang tua sampai waktu sekarang. Hal ini dimaksudkan untuk melatih ketrampilan
berpikir sejarah yang kronologis. Di samping itu, peserta didik juga bisa menghargai sejarah keluarga
dan dirinya.
6.Metode Concept Map (Peta Konsep)
Peta konsep adalah cara yang praktis untuk mendeskripsikan gagasan yang ada dalam benak. Nilai
praktisnya terletak pada kelenturan dan kemudahan pembuatannya. Guru bisa memanfaatkan peta
konsep untuk dijadikan sebagai metode penyampaian materi sejarah. Penyampaian materi dengan
peta konsep akan memudahkan siswa untuk mengikuti dan memahami alur sejarah dan memahami
secara menyeluruh. Peserta didik sendiri nantinya yang akan membuat kaitan antara satu konsep
dengan lainnya. Peta konsep sangat tepat dipakai untuk
pembelajaran sejarah karena banyak konsep yang harus dikuasai oleh siswa untuk mengembangkan
proses berpikir. Dengan peta konsep, peserta didik tidak akan mengingat dan menghafal materi
sejarah secara verbatim, kata per-kata. Mereka punya kesempatan untuk membangun kata-kata
mereka sendiri untuk menjelaskan hubungan satu konsep dengan lainnya. Di samping itu, Peta
konsep bisa mengatasi hambatan verbal atau bahasa untuk menyampaikan gagasannya dan dalam
saat yang sama bisa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang pada akhirnya akan
mendorong kemampuan verbalnya, penggunaan kata-kata untuk menyampaikan gagasannya.
Terkadang istilah Peta Konsep (Concept Map) disejajarkan dengan Peta Pikiran (Mind Map).
Keduanya memang mempunyai kesamaan dalam hal pembuatannya; keduanya menggunakan cara
kerja pembuatan peta. Sedikit perbedaan yang bisa digaris bawahi adalah bahwa Peta Pikiran lebih
cenderung dipakai untuk menyampaikan gagasan-gagasan ilmiah yang menjadi kesepakatan umum,
sementara itu, Peta Pikiran lebih bersifat personal, yaitu untuk menggambarkan ide-ide atau segala
yang ada dalam pikiran seseorang. Peta pikiran merupakan metode yang sangan bagus untuk
mencurahkan gagasan.
Langkah-langkah:
a. Jelaskan tujuan pembelajaran dan sebutkan jenis kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
b. Kaitkan materi yang akan dipelajari dengan keadaan peserta didik dan tunjukkan pentingnya
mempelajari materi sejarah ini untuk kehidupan mereka.
c. Tunjukkan pentingnya cara belajar dengan Peta Konsep dan berikan contoh-contohnya, artinya
cukup tulisan setiap gagasan yang ada dalam pikiran ke dalam papan atau kertas. Minta semua
peserta didik untuk menuliskan satu kata, konsep, gagasan, atau perasaan yang sekarang dirasakan.
Dan tanyakan diakhir pelajar kenapa mereka menuliskannya dan diskusikan sebentar.
d. Buat sebuah gambar yang melambangkan topik utama sekaligus merupakan garis besar di tengah
atau di atas kertas kalau hubungan antar konsepnya bersifat hirarkis, seperti silsilah keturunan.
Setiap kali membuat gambar atau garis, jelaskan maksud dan hubungannya.
e. Buat garis tebal berlekuk-lekuk yang menyambung dari gambar di tengah kertas ke masing-masing
cabang untuk setiap ide utama yang ada atau sebagai subjek. Cabang utama dalam
mind map melambangkan sub topik utama.
f. Beri nama pada setiap ide di atas atau boleh juga menambahkan gambar-gambar kecil mengenai
masing-masing ide tersebut. Hal ini dilakukan untuk merangsang penggunaan kedua sisi otak.
g. Dari setiap ide yang ada, tarik garis penghubung lainnya, yang menyebar seperti cabang-cabang
pohon. Kemudian tambahkan buah pikiran ke setiap ide tadi. Cabang-cabang tambahan ini
melambangkan detail-detail yang ada.
h. Buat kelompok untuk mendiskusikan Peta Konsep yang dibuat guru dipapan tulis dan minta salah
satu dari masing-masing kelompok menjelaskan atau membaca Peta Konsep itu dalam
kelompoknya secara bergantian.
Pengembangan:
1. Guru bisa meminta siswa untuk membuat peta konsep sendiri untuk mendeskripsikan silsilah
keluarganya. Di pertemuan berikutnya, cara pembuatan konsep tersebut didiskusikan. Materi yang
didiskusikan adalah bagaimana peserta didik bisa mengetahui silsilah keluarganya; siapa saja yang
dijadikan sumbernya. Dengan cara pembelajaran seperti ini, peserta didik tidak hanya mengetahui
dan menghafal sejarah orang lain tapi juga mereka bisa melakukan cara berpikir sejarah untuk
menuliskan silsilah sejarahnya sendiri.
2. Guru juga bisa meminta siswa untuk membuat Peta Konsep dari beberapa materi yang dianggap
dasar dan harus mereka kuasai.
7.Role Playing (Bermain Peran)
Bermain peran bisa berbentuk memerankan dialog tokoh-tokoh dalam sejarah atau memerankan
diri atau kelompok sebagai ahli sejarah. Bentuk yang pertama bisa mengajak peserta didik untuk
menjiwai karakter atau tokoh sejarah. Dengan cara ini, siswa merasakan dirinya sebagai aktor
sejarah dan akan sangat berkesan bagi mereka. Dialog-dialog yang dipakai diusahakan untuk
sederhana dengan tanpa meninggalkan gagasan-gagasan utamanya.
Langkah-langkah:
1. Susun/siapkan skenario beberapa hari minimal satu minggu sebelum tatap muka.
2. Tunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kegiatan pembelajaran.
3. Bentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 siswa atau sesuai dengan kebutuhan.
4. Beri penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
5. Panggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk memainkan skenario yang sudah dipersiapkan.
6. Minta masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan
mengamati skenario yang sedang diperagakan.
7. Beri kertas kepada peserta didik sebagai audiens setelah selesai pementasan untuk membahas
masalah yang diangkat.
8. Minta masing-masing masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
9. Berikan kesimpulan secara umum.
Pengembangan:
1. Setelah kegiatan bermain peran usai, guru bisa meminta peserta didik yang memainkan peran
untuk merefleksikan apa yang mereka alami dan rasakan saat mempersiapkan dan memerankan
tokoh sejarah tersebut.
2. Bermain peran bisa dilaksanakan untuk kelas terbuka, terutama setelah melakukan banyak latihan
dan peserta didik meras percaya diri untuk naik ke pentas memerankan dialog-dialog dan kejadian
sejarah lainnya.
8.Active Knowledge Sharing (Aktif Berbagi Pengetahuan)
Ini adalah satu yang dapat membawa peserta didik untuk siap belajar dengan efektif dan melibatkan
unsur afektif. Metode ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa di samping untuk
membentuk kerja-sama kelompok.
Langkah-langkah:
1. Siapkan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
Pertanyaan itu bisa menyangkut:
a. Definisi suatu istilah
b. Pertanyaan dalam bentuk Pilihan Ganda
c. Mengidentifikasi tokoh sejarah
d. Menanyakan sikap atau tindakan yang harus dilakukan
e. Melengkapi kalimat, dll.
2. Minta peserta didik untuk menjawab dengan sebaik-baiknya.
3. Minta peserta didik untuk mencari teman yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
tidak diketahui. Tekankan pada mereka untuk saling membantu.
4. Minta peserta didik untuk kembali ke tempat duduk masingmasing.
5. Periksa jawaban siswa, klarifikasi kalau ada jawaban kurang tepat dan jawab pertanyaanpertanyaan yang belum terjawab.
Pengembangan
Guru bisa mengkombinasi metode ini dengan Binggo, yaitu mengisi matrik atau kotak-kotak yang
berupa informasi yang harus diisi oleh peserta didik. Mereka yang selesai mengisi semua
kotak tersebut bilang “Bingo”!
E.Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Penetapan Metode Yang Akan Digunakan
dalam mengajar
Dalam menentukan metode pengajaran seorang guru tidak boleh gegabah dalam penetapan metode
yang akan digunakan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.Tujuan yang hendak dicapai
Guru haruslah mengetahui dengan jelas tujuan yang hendak dicapainya, supaya metode dan media
pendujungnya bias digunakan secara optimal dan maksimal.
2.Audiens (siswa)
Seorang guru hendaknya memperhatikan Audiens (siswa) terlebih dahulu sebelum menentukan
metode yang akan digunakan, karna jumlah dan karakter siswa,sangat berpengaruh pada umpan
balik dan tujuan yang diharapkan seorang guru.
3.Fasilitas
Fasilitas menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam penetapan metode pengajaran, namun
harus kita ingat fasilitas disini tidak hanya berkutat kepada materi semata namun non materi seperti
waktu yang diberikan untuk seorang guru dalam menyampaikan materinya.
4.keunggulan dan kelemahan metode tertentu
tidak ada satu metode yang dapat dikatakan lebih baik karena metode-metode yang ada bisa
bersifat tidak efektif apabila tidak tercapainya tujuan yang diharapkan atas dasar itulah hendaknya
guru memperhatikan beberapa fakto-faktor yang telah di jelaskan di atas
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun pentingnya belajar SKI yaitu untuk menciptakan dan membangun generasi yang meneladani
perjuangan dan pencapaian para pahlawan islam dalam membela dan menyebarkan agama islam.
Dalam pembelajaran SKI ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya
jawab, timeline, concept map, Role Playing (Bermain Peran), Active Knowledge Sharing(Aktif Berbagi
Pengetahuan), dan sebagainya sesuai dengan materi apa yang ingin disampaikan ketika pelajaran SKI
belangsung.
Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Penetapan Metode Yang Akan Digunakan dalam
mengajar : Tujuan yang hendak dicapai, Audiens (siswa), Fasilitas, keunggulan dan kelemahan
metode tertentu.
B.Saran
1. Seorang guru hendaknya terampil dan dapat menguasai berbagai metode pembelajaran agar
peserta didik lebih mudah memahami materi pembelajaran.
2. Seorang guru harus selalu aktif melibatkan peserta didik selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
3. Seorang guru harus dapat memilih metode dan kreatif dalam mencoba ide baru agar proses
pembelajaran berhasil dengan baik dan tidak membosankan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir,Yogyakarta: PP. Al-Munawwir Krapyak, 1984.
Atabik Ali, Kamus Kontemporer Arab Indonesia Cet. VIII; Yogyakarta: Multikarya Grafika, 2003.
http://ktiptk.blogspirit.com/archive/2009/01/26/pengertian-metode.html Diakses Tanggal 01
Desember 2012, Pukul 17:07 WIB.
http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/04/sejarah-kebudayaan-Islam/ Diakses Tanggal 20
Desember 2011, Pukul 17:54 WIB.
Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam. Makassar: Yayasan Fatiya, 2002.
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam. Cet. III; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.
Idris, M. M. (2008). Strategi dan Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar yang
Efektif dan Edukatif. Yogyakarta, Ar-Ruzmedia.
Marno & M. Idris. (2008). Strategi dan metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar
yang Efektif dan Edukatif. Jogyakarta,Ar-Ruzmedia.
Prawiradilaja, Dewi Salma. (2008). Prinsip Disain Pembelajaran: Instructional Design
Principles. Jakarta, Kencana.
Sanjaya, W. (2003). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta,
Kencana.
Silberman, Melvin L. (2000). Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Suject. Massachusetts, Ally
and Bacon.
Yustisia, T. P. (2008). Panduan Lengkap KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Yogyakarta,
Pustaka Yustisia.
Zuhairini,dkk.Metodik Khusus Pendidikan Agama.(Malang:Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan
Ampel ,1983).
Ramayulis.Metodologi Pengajaran Agama Islam.(Jakarta:Kalam Mulia,2001)
(https://www.kompasiana.com/abdul_latifm/551b6500a33311e01fb65e7a/metode-pembelajarantarikh-atau-ski)
Download