Uploaded by nuraisyahwardani785

195(1)

advertisement
Sahabuddin, dkk., Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari
19
ANALISA STATUS MUTU AIR DAN DAYA TAMPUNG BEBAN
PENCEMARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI
Hartina Sahabuddin1, Donny Harisuseno2, Emma Yuliani2
1)
Mahasiswa Program Magister Teknik Pengairan Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur Indonesia;
[email protected]
2)
Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air di Sungai Wanggu dari daerah hulu, tengah
dan hilir. Penurunan kualitas air di Sungai Wanggu setiap tahun mengalami peningkatan karena adanya
perubahan alih fungsi penggunaan lahan sehingga mengalami pencemaran air.
Penelitian dilakukan bulan April dan Mei 2013, pengukuran kualitas air di Sungai Wanggu ada 10 Parameter di
ukur yaitu Temperatur, TDS, TSS, pH, BOD, COD, DO, Nitrat, Nitrit dan Mn dan juga menggunakan data
sekunder. Parameter TDS, TSS, COD dan BOD yang mengalami peningkatan setiap tahun. Penetapan status
mutu air di Sungai Wanggu merupakan tahapan yang penting, dengan menggunakan Metode STORET,
Sungai Wanggu mengalami cemar berat dan metode Indeks Pencemaran mengalami cemar sedang. Untuk
perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran di Sungai Wanggu tidak mempunyai daya tampung lagi untuk
penambahan parameter BOD maka diperlukan strategi pengendalian pencemaran air. Sungai Wanggu yang
berpotensi sebagai sumber air baku dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih bagi penduduk kota Kendari
kedepan.
Kata kunci: Kualitas Air Sungai, Metode STORET, Metode Indek Pencemaran, Daya Tampung Beban
Pencemaran.
Abstract: This study aims to determine the water quality in the Wanggu river of the upstream, midstream and
downstream . Decrease quality of water in the Wanggu river each year has increased due to changes over
the function in using land until occur of water pollution.
The study was conducted in April and May 2013, the measurement of water quality in the River Wanggu
there are 10 parameters in measuring the temperature , TDS , TSS , pH , BOD , COD , DO , Nitrate , Nitrite
and Mn and also uses secondary data . Parameters TDS , TSS , COD and BOD are increasing every year. The
status of water quality in the Wanggu river was Determined by using the method of STORET, Wanggu river
has been heavily polluted and Pollution Index method had moderately polluted. For the calculation of
Pollution Load Capacity in Wanggu river does not have the capacity anymore to increase the BOD parameters required water pollution control strategies. Wanggu river as a potential source of raw water can be
used as a clean water source for the future of kendari city residents
Keywords: Water quality,, Methods STORET, Pollution Index Method, Pollution Load Capacity.
Sungai merupakan perairan terbuka yang mengalir
dan mendapat masukan dari semua buangan yang
berasal dari kegiatan manusia di daerah pemukiman,
pertanian dan industri didaerah sekitarnya. Masukan
buangan ke dalam sungai akan mengakibatkan perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di dalam perairan.
Sungai Wanggu terletak di Satuan Wilayah Sungai (SWS) (Lasolo-Sampara) di wilayah Kabupaten
Konaweha Selatan dan Kota Kendari, Propinsi Sulawesi Tenggara. Sebagian besar aliran Sungai Wanggu berada pada daerah pemukiman penduduk, tambak dan areal pertanian. Sungai Wanggu bermuara
di Teluk Kendari.
Dari hasil pembangunan yang sedemikian pesat
pada daerah pengaliran Sungai Wanggu terjadi perubahan, perubahan pola tata tanam dan tata guna
lahan seperti penggunaan lahan usaha dan penggu19
20
Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm 19–28
naan lahan untuk pemukiman yang cukup cepat sehingga menimbulkan permasalahan pada daerah
pengaliran sungai tersebut. Perubahan penggunaan
lahan yang paling mencolok terjadi di daerah aliran
Sungai Wanggu bagian tengah dan bagian hilir. Dibagian tengah didaerah aliran Sungai, terdapat lahan
rawa yang sudah beralih fungsi menjadi lahan permukiman, persawahan dan tambak. Di bagian hilir,
terutama di sekitar Teluk Kendari penggunaan sudah
sangat kompleks, umumnya didominasi oleh kawasan
permukiman, kawasan komersial, industri, inflastruktur perkotaan dan fasilitas sosial.
Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk
dan peningkatan kegiatan pembangunan ekonomi di
Kabupaten Konaweha Selatan dan Kota Kendari,
yang menyebabkan peningkatan buangan limbah. Selama ini sungai dijadikan sebagai tempat pembuangan
limbah diperkirakan dapat mengakibatkan terjadinya
penurunan kualitas air di sepanjang Sungai Wanggu,
sehingga tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan.
Sungai Wanggu saat ini digunakan peruntukan
untuk kepentingan rekreasi, perikanan, peternakan
dan pertanian.
Sungai Wanggu juga masih berpotensi untuk di
optimalkan guna dimanfaatkan sebagai sumber air
baku bagi keperluan penduduk Kota Kendari, maka
Pemerintah Kota Kendari merencanakan memanfaatkan Sungai Wanggu sebagai sumber air baku dengan pembuatan embung daerah aliran sungai bagian
hilir.
perti air limbah industri maupun domestik serta saluran drainase. Air limbah adalah sisa dari suatu hasil
usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair (PP Nomor. 82 Tahun 2001); (2) Non Point Source (sebaran
menyebar), berasal dari sumber yang tidak diketahui
secara pasti. Pencemar masuk ke-perairan melalui
limpasan (run off) dari wilayah pertanian, pemukiman
dan perkotaan.
Kualitas Air
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam
air.
Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian
yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi
atau uji kenampakan (bau dan warna). Kualitas air
dapat dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu
parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut
dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, COD dan sebagainya) dan parameter
biologi (keberadaan plankton, bakteri dan sebagainya).
Penentuan Status Mutu Air
Terdapat dua metode yang dapat digunakan
untuk menentukan Status Mutu Air yaitu Metode
STORET atau Metode Indeks Pencemaran. Mengacu pada keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
TINJAUAN PUSTAKA
Pencemaran Air
Beban pencemar (polutan) adalah bahan-bahan
yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal
dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan
ekosistem sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut (Effendi, 2003).
Sumber pencemaran air berdasarkan karakteristik limbah yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi
sumber limbah domestik dan sumber limbah non-domestik. Sumber limbah domestik umumnya berasal
dari daerah pemukiman penduduk dan sumber limbah-non domestik berasal dari kegiatan seperti, pertanian dan peternakan, atau kegiatan yang bukan berasal dari wilayah pemukiman.
Sumber bahan pencemaran yang masuk ke perairan dapat berasal dari buangan yang diklasifikasikan: (1) Point Source discharges (sumber titik), yaitu sumber titik atau sumber pencemar yang dapat
diketahui secara pasti dapat berupa suatu lokasi se-
a.
Metode STORET
Mengacu pada keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air, salah satu metode yang digunakan untuk menentukan status mutu
kualitas air sungai adalah dengan Metode STORET.
Dengan Metode STORET ini dapat diketahui parameter yang memenuhi atau melampaui Baku Mutu
Air. Secara prinsip Metode STORET adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku
mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan Status Mutu Air.
Dalam rangka melaksanakan upaya pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air seperti
yang tercantum dalam peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001, maka dikeluarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001, sumber air diklasifikasikan kedalam 4
(empat) kelas mutu air.
Sahabuddin, dkk., Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari
Kelas satu, yaitu air yang dapat digunakan untuk
air minum, dan atau peruntukkan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas dua, yaitu air yang dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman
dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas tiga, yaitu air yang dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan ,air untuk
mengairi tanaman dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas empat, air yang dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
Penentuan Status Mutu Air dengan menggunakan Metode STORET dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: (a) Melakukan pengumpulan data kualitas air dan debit air secara periodik; (b)
Membandingkan data hasil pengukuran dari masingmasing parameter air dengan nilai baku mutu yang
sesuai dengan kelas air; (c) Jika hasil pengukuran
memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran <
baku mutu) maka diberi skor 0; (d) Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air atau (hasil
pengukuran > baku mutu ) maka diberi skor sesuai
dengan Tabel 1; (e) Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari
jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai Tabel 2.
Tabel 1.
Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan
Status Mutu Air dengan Metode STORET
21
Tabel 2. Sistem Nilai Penentuan Status Mutu Air
untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan
kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar. Indeks
Pencemaran mencakup berbagai kelompok parameter kualitas yang independent dan bermakna.
Jika Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam Baku Mutu suatu
Peruntukan Air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi
parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari hasil
analisis cuplikan air pada suatu lokasi pengambilan
cuplikan dari suatu alur sungai, maka PIj adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij. Harga Pij ini dapat ditentukan
dengan cara: Pilih parameter-parameter yang jika
harga parameter rendah maka kualitas air akan membaik. Pilih konsentrasi parameter baku mutu yang
tidak memiliki rentang. Hitung harga Ci/Lij untuk tiap
parameter pada setiap lokasi pengambilan cuplikan.
Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun
menyatakan tingkat pencemaran meningkat, misal
DO. Tentukan nilai teoritik atau nilai maksimum Cim
(misal untuk DO, maka Cim merupakan nilai DO jenuh). Dalam kasus ini nilai Ci/Lij hasil pengukuran
digantikan oleh nilai Ci/Lij hasil perhitungan, yaitu:
Jika nilai baku Lij memiliki rentang
untuk Ci < Lij rata-rata
untuk Ci > Lij rata-rata
b. Metode Indeks Pencemaran
Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks Pencemaran (IP) ini dapat memberi masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan
air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan
Keraguan timbul jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan
dengan nilai acuan 1,0, misal C1/L1j = 0,9 dan C2/L2j
= 1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misal C3/
L3j = 5,0 dan C4/L4j = 10,0.
22
Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm 19–28
Dalam contoh ini tingkat kerusakan badan air
sulit ditentukan. Cara untuk mengatasi kesulitan ini
adalah: Penggunaan nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran kalau
nilai ini lebih kecil dari 1,0.
Penggunaan nilai (Ci/Lij)baru jika nilai (Ci/Lij)hasil
lebih besar dari 1,0. (Ci/Lij)baru = 1,0 +
pengukuran
P.log(Ci/Lij)hasil pengukuran. P adalah konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan disesuaikan dengan hasil pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang dikehendaki untuk suatu peruntukan (biasanya digunakan nilai 5).
Tentukan nilai rata-rata dan nilai maksimum dari
keseluruhan Ci/Lij ((Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M).
Tentukan harga Pij
Di mana:
CR : konsentrasi rata-rata konstituen untuk aliran gabungan
Ci : konsentrasi konstituen pada aliran ke-i
Qi : laju aliran ke-i
Mi : massa konstituen pada aliran ke-i
d. Pengukuran Debit
Debit atau besarnya aliran sungai adalah volume
aliran yang mengalir melalui suatu penampang melintang sungai persatuan waktu. Biasanya dinyatakan
dalam satuan meter kubik per detik (l/det, /det). Adapun rumus debit sungai adalah sebagai berikut:
Q = (AxV)
Dimana:
Q = Debit (m3/det )
A = Luas bagian penampang basah (m2)
V = Kecepatan rata-rata pada ruas penampang
basah (m/det)
Evaluasi terhadap nilai PI adalah:
0  PIj  1,0  memenuhi baku mutu
1,0 < PIj  5,0  cemar ringan
5,0 < PIj  10  cemar sedang
PIj > 10
 cemar berat
c.
Daya Tampung Beban Pencemaran
Pengertian daya tampung sungai terhadap beban
pencemaran menurut Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 110 Tahun 2003 adalah kemampuan
air pada suatu sumber air, untuk menerima masukan
beban pencemar tanpa mengakibatkan air tersebut
cemar.
Beban pencemaran itu sendiri merupakan jumlah
suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air
atau air limbah.
Untuk menentukan beban daya tampung dengan
menggunakan Metode Neraca Massa, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: ukur konsentrasi
setiap konstituen dan laju alir pada aliran sungai sebelum bercampur dengan sumber pencemar. Ukur
konsentrasi setiap konstituen dan laju alir pada setiap
aliran sumber pencemar;
Tentukan konsentrasi rata-rata pada aliran akhir
setelah aliran bercampur dengan sumber pencemar
dengan perhitungan:
Pelaksanaan penelitian untuk pengukuran debit
menggunaan alat ukur arus aliran yaitu Current meter.
e . Pengendalian Pencemaran Air
Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, disebutkan bahwa pengendalian pencemaran
ada/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan
dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup
yaitu meliputi tindakan pencegahan, penanggulangan
dan pemulihan.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001,
Pengendalian Pencemaran Air dilakukan untuk menjamin kualitas air sesuai dengan baku mutu melalui
upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran
air serta pemulihan kualitas lingkungan.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01
Tahun 2010 tentang tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air disebutkan definisi pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas
air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan
Baku Mutu Air.
METODE PENELITIAN
Tahapan Penelitian
Tahap Penelitian yang dilakukan adalah studi pustaka untuk mencari masukan-masukan sebagai pendukung dalam melakukan penelitian, pengumpulan
Sahabuddin, dkk., Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari
data sekunder merupakan data bersifat konvensional
yaitu data-data yang didapat dari instansi yang mendukung dalam pencapaian tujuan dan sasaran penelitian, survei lapangan dan menyusun laporan. Pada
persiapan survei juga dilakukan penetapan lokasi dan
penetapan alat dan bahan yang digunakan. Penetapan
lokasi disesuaikan yang diperkirakan lokasi tersebut
mempunyai limbah, Setelah dilakukan pengambilan
sampel pada sungai yang sesuai titik-titik pemantauan,
sampel yang diperoleh dianalisa di laboratoium Balai
Laboratorium Kesehatan Kendari.
23
1. Lokasi Penelitian
Pengambilan sampel air dilakukan Kabupaten
Konawe Selatan Tengah (titik.1), hilir (titik.2) perbatasan Kabupaten Konawe Selatan dan Kota dan
hilir (titik.3) di Kota Kendari, yang diharapkan dapat
mewakili pembuangan air limbah.
Waktu pengambilan sampel selama 2 bulan yaitu
di bulan April dan bulan Mei tahun 2013 dengan empat
kali pengambilan.
Gambar 1. Peta lokasi Penelitian.
Gambar 2. Peta lokasi pengambilan Sampel.
24
Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm 19–28
2. Kondisi Kualitas Air Sungai Wanggu
Dari hasil pengamatan dan pengukuran kualitas
air Sungai Wanggu yang di lakukan pada bulan April
(musim hujan) dan bulan Mei (tidak hujan) mengalami
perubahan dengan pencemaran air yang diindikasikan
dengan turunnya kualitas air sampai tingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai
peruntukannya. Yang dimaksud dengan tingkat tertentu tersebut adalah baku mutu air yang ditetapkan
dan berfungsi sebagai tolak ukur untuk menentukan
telah terjadinya pencemaran air sebagai arahan tentang tingkat kualitas air yang akan dicapai.
Sungai Wanggu menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 82 tahun 2001 yang ditetapkan peruntukannya
berlaku kriteria mutu air kelas II, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
kegiatan reaksi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Pemerintah Kota Kendari merencanakan memanfaatkan Sungai Wanggu sebagai sumber air baku
maka diharapkan kualitas air kedepan mengalami peningkatan, berada di kelas I atau sesuai peruntukan
air baku.
Tabel 3. Hasil pengukuran Kualitas Air Tahun 2013.
Tabel 4.
Tahun 2009–2012 dibandingkan dengan
Baku Mutu Air
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Status Mutu Air di Sungai Wanggu
Dari hasil pengamatan dan pengukuran kualitas
air Sungai Wanggu yang di lakukan pada bulan April
dan bulan Mei 2013 mengalami perubahan dengan
pencemaran air yang diindikasikan dengan turunnya
kualitas air sampai tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya.
a.
Kualitas Air
Hasil pengukuran kualitas air dari 10 parameter
Sungai Wanggu dari bulan April dan Mei tahun 2013
dari ketiga titik pantau yang dibandingkan dengan
baku mutu air parameter TSS, COD dan DO berada
pada kelas III dan parameter BOD dari ketiga titik
pantau tidak ada yang memenuhi baku mutu air dan
parameter lainnya masih memenuhi baku mutu air.
Dari hasil pengukuran kualitas air Sungai Wanggu tahun 2009 -2012 dari daerah hulu, tengah dan
hilir yang dibandingkan dengan baku mutu air dapat
dilihat pada Tabel 4 dari daerah hilir parameter TSS
berada di kelas II, parameter COD daerah hulu berada di kelas II dan daerah tengah dan hilir berada
pada kelas III, parameter DO dari daerah hulu sampai
hilir berada dikelas II ,daerah hulu parameter BOD
berada pada kelas III dan daerah tengah ke hilir parameter BOD melampui ambang batas baku mutu air.
Untuk parameter lainnya masih memenuhi baku mutu
air.
b. Metode STORET
Hasil perhitungan Metode STORET di bulan
April dan bulan Mei 2013 dari ketiga titik pantau yang
di perlihatkan pada gambar 3, untuk kelas I, II dan
III, mengalami tercemar berat.
Di bulan April 2013 untuk kelas I dari ketiga
pantau nilai skor antara (-60) – (-70) mengalami ce-
Sahabuddin, dkk., Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari
25
Gambar 3. Grafik Penentuan Status Mutu Air Metode STORET Tahun 2013.
mar berat, kelas II nilai skor antara (-60) – (-70)
mengalami cemar berat dan Kelas III nilai skor (-20)
mengalami cemar sedang.
Di bulan Mei 2013 untuk kelas I dari ketiga
pantau nilai skor antara (-60) – (-70) mengalami
cemar berat, kelas II nilai skor antara (-52) – (-70)
mengalami cemar berat dan Kelas III nilai skor (-20)
– (-54) mengalami cemar sedang.
Dari ketiga titik pantau dengan menggunakan
metode STORET mengalami cemar berat untuk kelas
I dan II sedang kelas III mengalami cemar sedang
karena dipengaruhi adanya peningkatan nilai parameter BOD, COD dan DO.
Hasil perhitungan metode STORET Tahun
2009–2012 di Sungai Wanggu dapat dilihat gambar
4. Untuk kelas I daerah hulu tidak mengalami perubahan nilai skor yaitu (-60) mengalami cemar berat,
daerah tengah tidak mengalami perubahan nilai skor
yaitu (-60) mengalami cemar berat dan daerah hilir
tidak mengalami perubahan nilai skor yaitu (-70)
mengalami cemar berat.
Daerah hulu dan tengah, Metode Storet kelas
III nilai skor ditunjukan setiap tahun hampir sama
dan mengalami cemar berat, di pengaruhi setiap tahun
lahan hutan berkurang karena beralih fungsi menjadi
pertanian dan perkebunan, limbah yang dihasilkan
dengan penggunaan pupuk bahan kimia yang berlebihan dan erosi sehingga mengakibat peningkatan parameter TSS, TDS dan BOD. Penggunaan status
mutu air Sungai Wanggu daerah hulu masih sesuai
dengan peruntukannya yaitu untuk pertanian, perkebunan dan tambak.
Daerah hilir, Metode Storet kelas IV nilai skor
ditunjukan sama dan mengalami cemar berat dipengaruhi setiap tahun Kota kendari mengalami peningkatan jumlah penduduk dan pemukiman sehingga
mengakibatkan peningkatan pembuangan limbah dari
limbah rumah tangga, industri, Penambangan pasir/
tanah sehingga parameter TSS, TDS, COD dan
BOD mengalami peningkatan.
Penggunaan status mutu air Sungai Wanggu Saat ini daerah hilir Sungai Wanggu di peruntukan untuk
tambak dari hasil perhitungan metode Storet tahun
2009-2011 untuk kelas III (cemar sedang) masih sesuai dengan peruntukannya yaitu untuk pertanian perkebunan dan tambak, di tahun 2012 mengalami peningkatan cemar berat katagori kelas IV. Kedepan
daerah hilir Sungai Wanggu, Pemerintah Kota Ken-
Gambar 4. Grafik Penentuan Status Mutu Air Metode STORET Tahun 2009-2012.
26
Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm 19–28
dari merencanakan peruntukan air baku. Hasil perhitungan metode Storet kelas I tercemar berat berarti
berarti tidak sesuai dengan peruntukan air bersih, maka di perlukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
c.
Metode Indeks Pencemaran
Hasil perhitungan Metode Indeks Pencemaran
yang ditunjukkan pada gambar 5. di bulan April dan
Mei 2013 dari ketiga titik pantau untuk kelas I, II
dan III kondisi Sungai Wanggu tercemar ringan.
Di bulan April 2013 untuk kelas I dari ketiga
pantau nilai skor antara 2,75–5,07 mengalami cemar
sedang, kelas II nilai skor antara 2,75–4,56 mengalami cemar sedang dan Kelas III nilai skor 2,74–
3,48 mengalami cemar sedang.
Di bulan Mei 2013 untuk kelas I dari ketiga pantau nilai skor antara 4,84–5,24 mengalami cemar sedang, kelas II nilai skor antara 4,14–4,59 mengalami
cemar sedang dan Kelas III nilai skor 3,11–3,48
mengalami cemar sedang, dipengaruhi adanya peningkatan nilai parameter BOD, COD dan DO.
Hasil perhitungan metode Indeks Pencemaran
tahun 2009–2012 di tunjukkan pada gambar 6. dari
hulu ke hilir. Untuk kelas I daerah hulu mengalami
perubahan nilai skor yaitu berkisar 1,85–3,48 mengalami cemar sedang, daerah tengah mengalami per-
ubahan nilai skor yaitu berkisar, 58–4,31 mengalami
cemar sedang dan daerah hilir mengalami perubahan
nilai skor yaitu berkisar 4,85–5,55 mengalami cemar
sedang.
Dari daerah hulu dan tengah, Metode indeks pencemaran kelas I, II dan III mengalami cemar sedang,
nilai skor yang ditunjukkan berbeda. masih sesuai
dengan peruntukannya yaitu untuk pertanian, perkebunan dan tambak. Daerah hilir hasil perhitungan metode Indeks pencemaran berada kelas II mengalami
cemar sedang berarti berarti tidak sesuai dengan peruntukan air bersih, maka di perlukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
Perbedaan dari kedua metode ini, dari penentuan
nilai skor yang telah ditentukan. Metode STORET
menggunakan Skala nilai 0 sampai (-31) dan Metode
Indeks Pencemaran menggunakan 0 sampai 10.
Pemilihan penggunaan status mutu air kedua
metode yaitu metode Storet dan indeks pencemaran
di Sungai Wanggu untuk lebih mudah mengambil suatu keputusan untuk menilai kualitas air dengan nilai
skor dan katogori yang ditunjukkan yang sesuai peruntukannya: (1) Untuk pemantauan kualitas air menggunakan metode Indeks Pencemaran karena nilai
skor ditunjukkan lebih mudah diketahui perbedaan
walaupun mengalami cemar sedang; (2) Untuk pelaksanaan/melakukan tindakan memperbaiki meng-
Gambar 5. Grafik Penentuan Status Mutu Air Metode Indeks Pencemaran Tahun 2013.
Gambar 6. Grafik penentuan status mutu air metode indeks pencemaran tahun 2009 – 2012.
Sahabuddin, dkk., Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari
27
gunakan metode Storet karena hasil yang ditunjukan
mengalami tercemar berat.
babkan pencemaran air sehingga terjadi penurunan
dari tingkat tertentu.
d. Trend Status Mutu Air Metode STORET
dan Metode Indeks Pencemaran
Dari hasil trend Status Mutu Air Metode Storet
dengan menggunakan peta tata guna lahan tahun
2010, kondisi kualitas air Sungai Wanggu yang menerima beban pencemaran yang terbesar adalah daerah hilir tercemar berat.
Dari hasil trend Status Mutu Air Indeks Pencemaran dengan menggunakan peta tata guna lahan
tahun 2010 yang berada didaerah aliran hulu, tengah
dan hilir, kondisi kualitas air Sungai Wanggu tercemar
sedang.
Perubahan penggunaan lahan terjadi di DAS
Wanggu di arah hulu luas hutan berkurang 1,1% per
tahun, arah tengah luas semak belukar berkurang
0,8% pertahun lahan tersebut menja diperkebunan,
pertanian dan tambak, arah hilir daerah perkotaan
berbagai perubahan lahan yaitu rawa-rawa ditimbun
menjadi ditambak dan pemukiman bertambah 0,4%
pertahun serta inflastruktur lain. Perubahan ini mempengaruhi kualitas air Sungai Wanggu yang menye-
e . Daya Tampung Beban Pencemaran air
dengan Metode Neraca Massa
Hasil Perhitungan Beban Pencemaran Sungai
Wanggu ) dari ke tiga titik pantau yang di lakukan
bulan April dan Mei yang diperlihatkan pada gambar
7, Oksigen Terlarut (DO) memenuhi baku mutu berada di kelas III, sedangkan Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD) masih memenuhi kriteria baku kelas
IV, kecuali Oksigen Biologi (BOD) tidak ada yang
memenuhi kriteria baku mutu air.
Hal ini berarti Sungai Wanggu tidak mempunyai
daya tampung lagi untuk penambahan parameter
BOD.
Hasil Perhitungan Beban Pencemaran Sungai
Wanggu yang diperlihatkan gambar 8, parameter
TTS dan COD memenuhi baku mutu berada di kelas
III, sedangkan DO masih memenuhi kriteria baku
kelas II, kecuali BOD tidak memenuhi kriteria baku
mutu air.
Hasil beban pencemaran dari tahun 2009–2012,
kualitas air Sungai Wanggu terjadi penurunan, daerah
Gambar 7. Grafik Beban Pencemaran Sungai Wanggu Tahun 2013.
Gambar 8. Grafik Beban Pencemaran Sungai Wanggu Tahun 2009–2012.
28
Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm 19–28
hulu beban pencemaran terbesar dihasilkan adalah
TSS, daerah tengah beban pencemaran terbesar dihasilkan adalah TSS, BOD dan TDS dan beban pencemaran terbesar dihasilkan daerah hilir adalah
BOD, COD dan TDS. Sehingga Beban pencemaran
tiap tahun mengalami peningkatan.
Sumber-sumber pencemaran yang berada di Sungai Wanggu perlu untuk diketahui agar lebih mudah
diantisipasi untuk pencegahan agar setiap tahun tidak
mengalami peningkatan. Untuk Parameter-parameter yang tidak memenuhi baku mutu air diperlukan
upaya pemeliharaan, penanggulangan dan pencegahan pencemaran air serta pemulihan kualitas air agar
sesuai baku mutu air karena Sungai Wanggu yang
diperuntukkan kelas II, diupayakan ada peningkatan
kualitas air dikelas I untuk mempersiapkan apabila
sumber air baku dari Sungai Wanggu dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih bagi penduduk Kota Kota Kendari yang telah rencana oleh pemerintah
Kota Kendari.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian kualitas air Sungai Wanggu
di dapat nilai TDS, TSS, COD dan BOD mengalami
peningkatan dari tahun 2009–2013.
Dengan menggunakan Metode STORET dan
Metode Indeks Pencemaran kualitas air Sungai
Wanggu mengalami penurunan tahun 2009–2013,
untuk metode Storet daerah hulu sampai hilir kelas I
dan II cemar berat, kelas III cemar sedang dan
Metode indeks pencemaran daerah hulu sampai ke
hilir kelas I, II dan III mengalami cemar sedang.
Dari hasil trend Status Mutu Air Metode Storet
dengan menggunakan peta tata guna lahan, kondisi
kualitas air Sungai Wanggu yang menerima beban
pencemaran yang terbesar adalah daerah hilir, dan
hasil trend Status Mutu Air Indeks Pencemaran yang
berada didaerah aliran hulu, tengah dan hilir, kondisi
kualitas air Sungai Wanggu tercemar ringan
Pada kedua metode status mutu yaitu Metode
STORET dan Metode Indeks Pencemaran didapat
hasil yang berbeda, ini dapat di lihat dari hasil Metode
STORET yang lebih tinggi tingkat pencemarannya
dibandingkan hasil dari Metode Indeks Pencemaran.
Karena kedua metode ini memiliki skala yang berbeda
yaitu untuk Metode STORET menggunakan skala
negative nilai 0 sampai  -30 sedangkan Metode Indeks Pencemaran menggunakan skala positif mulai
0 sampai > 10.
Hasil Beban Pencemaran Sungai Wanggu, tidak
mempunyai daya tampung lagi untuk penambahan
parameter BOD.
Strategis pengendalian pencemaran air sungai
Wanggu dapat dilakukan dengan meningkatkan inventaris dan indikasi sumber pencemar air, meningkat
pengelolaan limbah, menetapkan Daya Tampung Beban Pencemaran, meningkatkan pengetahuan dan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan limbah.
Meningkatan pengawasan terhadap pembuangan air
limbah dan meningkatkan pamantauan kualitas air
sungai.
DAFTAR PUSTAKA
Dany, T. 2011. Kajian Beban Pencemaran dan Daya Tampung Pencemaran Sungai Ciliwung di Segmen Kota
Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara. 2004. Draf Laporan Akhir Sungai
Wanggu.
Dinas Balai Lingkungan Hidup Propinsi Sulawesi Tenggara. 2010. Pemantauan Kualitas Sungai Lintas Kabupaten.
Departemen Pekerjaan Umum. 2006. Pengelolaan Sumber
Daya Air Wilayah Sungai Lasolo-Sampara Sulawesi
Tenggara.
Deazy, R. 2011. Pengaruh Kegiatan Industri Terhadap
Kualitas Air Sungai Diwak di Bergas Kabupaten
Semarang dan Upaya Pengendalian Pencemaran
Air Sungai.
Etik, Y. 2011. Kajian Kualitas Air Sungai Ngringo Karanganyar dalam Upaya pengendalian Pencemaran Air. Universitas Diponegoro Semarang.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115
Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110
Tahun 2003 Tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air.
La Ode Alwi. 2012. Kajian Dampak dinamika Penggunaan Lahan DAS Wanggu terhadap Sedimentasi di
Teluk Kendari Sulawesi Tenggara, Institut Pertanian
Bogor.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2001 Tentang pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Download