Lampiran II : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Tahun 2004. Tentang : Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. Tanggal : KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NO INDIKATOR 1 Jumlah sarana pengolahan limbah. <3 3–6 >6 Skala Nilai Bobot Skor PENJELASAN a. Limbah merupakan sisa suatu usaha dan atau kegiatan. 400 700 1000 10 40 Skor 70 Skor 100 Skor b. Jenis limbah dapat berbentuk cair (contoh:air limbah pabrik, air limbah rumah sakit, air limbah rumah tangga, dll), gas (contoh: emisi dari cerobong pabrik, dll) dan limbah padat (contoh: sampah, sludge, dll). c. Sarana pengolahan limbah merupakan tempat/instalasi/ sekumpulan peralatan yg berfungsi sebagai perubah karakteristik/sifat limbah menjadi karakteristik/sifat limbah yg aman terhadap manusia dan makluk hidup lain serta lingkungan, yang dapat berupa antara lain : • Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) industri atau Unit Pengolahan Limbah (UPL); • Tempat Pengolahan Akhir (TPA Sampah); • Insinerator; • Instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT); • Sarana pengolahan Limbah B3; • Sarana pengolahan limbah cair domestik perkotaan dan tinja secara terpadu; 1 NO INDIKATOR Skala Nilai Bobot Skor PENJELASAN • Unit komposter; • Unit pendaur-ulang limbah. d. Sarana pengolahan limbah dapat merupakan milik Pemerintah Daerah,swasta, atau setiap usaha dan atau kegiatan (badan usaha atau individu). 2 Jumlah perusahaan yang memerlukan AMDAL <5 5 – 10 > 10 400 700 1000 10 40 Skor 70 Skor 100 Skor a. Jumlah perusahaaan dimaksud merupakan jumlah usaha dan atau kegiatan yg telah ada maupun sedang direncanakan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan Atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, atau yang ditetapkan lebih lanjut oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001; b. Lokasi usaha dan atau kegiatan berada di Kabupaten/Kota atau Propinsi yang bersangkutan. 3 Jumlah Laboratorium Lingkungan <2 2–3 >3 400 700 1000 10 40 Skor 70 Skor 100 Skor a. Laboratorium lingkungan yang mempunyai kemampuan dan kewenangan untuk menguji parameter lingkungan kimia, fisika, biologi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Laboratorium di daerah yg mempunyai kemampuan untuk menganalisa beberapa parameter lingkungan. 2 NO 4 INDIKATOR Skala Nilai Bobot Skor Tingkat Pencemaran Air (%). Rendah (<5) Sedang (5-20) Tinggi (> 20) 400 700 1000 10 40 Skor 70 Skor 100 Skor PENJELASAN a. Sumber air yang dipakai untuk mengukur tingkat pencemaran air antara lain sungai, danau, air tanah, rawa. b. Dalam menghitung tingkat pencemaran air maka dilakukan perhitungan dengan membandingkan antara kualitas hulu dengan kualitas hilir pada sumber air di dalam batas wilayah administrasi. c. Pengertian 20% dari tingkat pencemaran air adalah terjadinya penurunan kualitas air pada sumber air akibat kenaikan salah satu parameter pencemar (misalnya: BOD, COD, E-coli, dsb.) sebesar 20 % pada hilir dibandingkan dengan kualitas pada hulu. Contoh: BOD pada hulu 100 ppm dan BOD pada hilir 125 ppm maka tingkat pencemaran air tinggi. d. Jumlah titik sampling yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan tingkat pencemaran air minimal dilakukan terhadap 2 (dua) titik sampling hulu dan hilir pada wilayah administrasi. e. Tingkat pencemaran air dilakukan untuk setiap sumber– sumber air, sehingga dapat diketahui kualitas air rata-rata di daerah secara keseluruhan (total). 5 a. Pencemaran udara dimaksud ditujukan pada kualitas udara ambien. Tingkat Pencemaran Udara (%). Rendah (<5) Sedang ( 5-20) Tinggi (> 20) 400 700 1000 10 40 Skor 70 Skor 100 Skor b. Untuk mengetahui tingkat pencemaran udara harus dilakukan uji terhadap kualitas udara ambien di lokasi yang 3 NO INDIKATOR Skala Nilai Bobot Skor PENJELASAN Padat aktifitas (permukiman, jalan raya dan industri) dengan membandingkan lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan atau pengukuran parameter terbatas (CO, O3, SO2, NO2 dan PM-10 yang dinyatakan dalam ISPU terdapat dalam Keputusan Menteri Nengara Lingkungan Hidup Nomor 45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemaran Udaranatau Keputusan Gubernur. c.Hasil pengukuran ISPU sebagaimana dimaksud pada Keputusan Menteri Nengara Lingkungan Hidup Nomor 45/MENLH/10/1997 dikelompokkan sebagai berikut : 1. Baik (0-50) dinyatakan tercemar ringan = (<5) 2. Sedang (50-100) dinyatakan tercemar sedang = (5-20) 3. Berbahaya (>100) dinyatakan tercemar berat = (> 20) 6 Tingkat Pencemaran dan Kerusakan Laut/Pantai(%) Rendah (<5) Sedang ( 5-20) Tinggi (> 20) 400 700 1000 10 40 Skor 70 Skor 100 Skor d.Tingkat pencemaran udara dimaksud merupakan hasil pengukuran minimal di satu titik sampling kualitas udara ambien dari lokasi padat aktifitas di Daerah. a. Kerusakan laut/pantai meliputi kerusakan terumbu karang, mangrove, padang lamun, dan berkurangnya sempadan pantai (abrasi pantai). b. Untuk mengetahui tingkat Pencemaran pantai/laut harus dilakukan pengukuran minimal satu titik sampling dengan 4 NO INDIKATOR Skala Nilai Bobot Skor PENJELASAN membandingkan Baku Mutu Air Laut dalam Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. c. Untuk mengetahui tingkat kerusakan terumbu karang harus dilakukan pengukuran, minimal satu titik sampling dengan membandingkan yang ditetapkan dalam lampiran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04/MENLH/02/2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang; d. Tingkat kerusakan hutan bakau (mangrove) disempadan pantai sesuai Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. 7 e. Tingkat pencemaran dan kerusakan laut/pantai adalah hasil evaluasi dari presentase tingkat pencemaran dan kerusakan yang ada dari titik sampling yang mewakili (representatif). a. Pencemaran tanah yang berlangsung secara terus menerus akan mengakibatkan kerusakan tanah; Tingkat Pencemaran Tanah (%). Rendah ( <5) Sedang ( 5-20) Tinggi ( > 20) 400 700 1000 10 40 Skor 70 Skor 100 Skor b. Kerusakan tanah meliputi lahan kering akibat erosi air, lahan basah dan lahan kering (sesuai lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa) c. Pencemaran tanah di lahan 5 NO INDIKATOR Skala Nilai Bobot PENJELASAN Skor pertanian akibat dari pemanfaatan limbah (land aplication) atau penggunaan pupuk pestisida. c. Pencemaran tanah disekitar lokasi usaha dan atau kegiatan berasal dari kegiatan penghasil, pengumpul, penimbun, pemanfaat, dan pengolah Limbah B3 yang tidak memenuhi persyaratan teknis. d. Untuk mengetahui tingkat pencemaran tanah yang dapat menimbulkan kerusakan tanah, perlu dilakukan uji kualitas tanah minimal satu titik sampling yang mewakili lokasi usaha dan atau kegiatan yang berpotensi menyebabkan pencemaran tanah. e. Tingkat 8 Produksi Limbah B3/ tahun (ton). >1 1-5 >5 400 700 1000 Salinan sesuai dengan aslinya 10 40 Skor 70 Skor 100 Skor kerusakan tanah dimaksud merupakan hasil ratarata dari uji kualitas tanah sesuai lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000. Besaran Limbah B3 yang dihasilkan dari seluruh aktifitas yang menghasilkan limbah B3 setiap tahunnya sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Menteri Negara Lingkungan Hidup, ttd Nabiel Makarim, MPA.,MSM. Deputi I MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup, Hoetomo, MPA 6