BAB 2 dan 3

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Konsep Dasar Kehamilan
2.1.1. Pengertian
Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur
(ovum) dan sel mani (spermatozoa) (Saminem, 2009)
Kehamilan merupakan suatu peristiwa normal atau alamiah yang akan
dialami oleh setiap ibu yang merencanakan kehamilan (Melasari, 2014).
Hamil adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan dalam Rahim
seorang wanita sampai bayinya dilahirkan. Kehamilan terjadi ketika seorang
wanita melakukan hubungan seksual pada masa ovulasi atau masa subur (keadaan
ketika Rahim melepaskan sel telur matang), dan sperma (air mani) pria
pasangannya akan membuahi sel telur matang wanita tersebut. telur yang dibuahi
sperma kemudian akan menempel pada dinding Rahim, lalu tumbuh dan
berkembangan selama kira-kira 40 minggu (280 hari) dalam Rahim pada
kehamilan normal (Suririnah, 2008).
2.1.2. Tanda dan Gejala Kehamilan
Menurut Aprilia (2010) tanda –tanda pasti kehamilan yaitu :
1. Piskacek, yaitu pembesaran uterus dalam rahim yang tidak simetris, yang
terlihat pada usia kehamilan lima minggu
2. Hegar, yaitu tanda melunaknya segmen bawah Rahim yang terjadi pada
minggu ke 6 kehamilan.
8
9
3. Kontraksi Braxton hick atau kontraksi palsu yang sering dirasakan perempuan
selama kehamilannya.
Menurut Wibisono (2009) ada dua tanda-tanda kehamilan sebagai berikut
yaitu :
1.
Tanda-tanda mengarah ke kehamilan, tetapi tidak pasti hamil
a. Tes kencing menggunakan alat celup menunjukkan hamil positif
b. Terlambat menstruasi
c. Terasa mual dan muntah
d. Perut terasa membesar
e. Payudara terasa membesar dan kencang
2.
Tanda-tanda kehamilan yang tidak pasti
a. Terlihat buah kehamilan USG (Ultrasonografi)
b. Terlihat melalui foto sinar X. namun perlu diperhatikan alat ini tidak
boleh dipakai selama kehamilan
c. Terasa ada gerakan anak oleh pemeriksan
2.1.3. Perubahan Kehamilan
Selama masa kehamilan seorang ibu akan merasakan berbagai hal yang
baru seperti merasakan mual dan muntah sepanjang hari, atau saat merasakan
gerakan pertama si janin. Seiring bertambahnya usia kehamilan, baik kondisi fisik
maupun emosional ibu akan ikut berubah. Hal ini akan berlanjut terus sampai
masa persalinan. Rasa senang, bersemangat, takut, sakit, dan khawatir akan
bercampur jadi satu. Ibu yang sedang menunju masa persalinan membutuhkan
ketenangan baik secara fisik maupun mental. Disinilah perlunya peranan
10
pendamping persalinan antara lain suami, bidan dan dokter kandungannya
(Senoaji, 2012). Adapun perubahan yang terjadi pada kehamilan yaitu :
1. Perubahan Fisik
1) Uterus
Pada perempuan normal dalam keadaan tidak hamil, besar uterus sekitar 70 gr
dengan kapasitas kurang dari 10 ml. namun saat perempuan tersebut
dinyatakan positif hamil, besar uterus semula hanya 70 gr bisa berubah
menjadi 1000 gr dengan kapasitas 5-20 liter atau lebih. Selama hamil sel – sel
otot pada uterus meregang dan terjadinya hypertrophy. Dan selama trimester
pertama, hypertrophy pada uterus distimulasi (dirangsang) oleh hormone
estrogen. Perubahan lain adalah adanya peningkatan progresi yang terjadi
pada aliran darah uteroplasenter, yang berkisar antara 450-650 ml/menit pada
kehamilan akhir (kira-kira 10% cardiac ouput). Uterus emakin membesar
memberikan
menimbulkan
tekanan
terhadap
beberapa
organ-organ
keluhan
seperti
di
sekitarnya
gastrointestinal,
sehingga
respirasi,
kardiovaskuler dan sistem urinaria (Aprilia, 2010).
2) Vagina dan vulva
Selama kehamilan volume sirkulasi darah ke vagina bertambah, selaput lender
vagina menjadi keunguan/violet yang disebut tanda chadwick. Selaput lender
vagina bertambah tebal, jaringan pengikat menjadi longgar, dan sel-sel otot
polos mengalami pemebsaran. Kondisi ini akan menyebabkan dinding vagina
bertambah panjang (Huliana, 2007).
11
3) Indung telur (Ovarium)
Selama kehamilan proses pematangan telur (ovuilasi) terhenti. Indung telur
yang masih mengandung corpus luteum akan meneruskan fugnsinya pada
proses pertumbuhan kehamilan sampai terbentuknya plasenta (Huliana ,
2007).
4) Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan untuk persiapan
memberikan ASI pada saat laktasi (menyusui). Akibat pengaruh dari hormone
akan menjadi penimbunan air dan garam sehingga payudara menjadi lebih
ebsar. Proses pembesaran ini akan menyebabkan saraf tertekan dan
menimbulkan rasa sakit (Huliana, 2007).
5) Cairan tubuh
Selama kehamilan, diduga cairan tubuh wanita bertambah sekitar 40% . hal ini
disebabkan oleh meningkatnya hormon estrogen yang berefek retensi
(menahan) air. Jika tidak timbul faktor penyulit, kondisi seperti ini dianggap
normal. (Huliana, 2007)
6) Volume darah
Selama kehamilan volume darah semakin meningkat. Jumlah serum darah
lebih besar dari pertumbuhan sel darah sehingga terjadi semcam pengenceran
darah (hemodilus). Proses ini mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32
minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25-30%, sedangkan
sel darah bertambah sekitar 20%
12
7) Sistem respirasi
Sistem pernafasan wanita hamil mengalami perubahan karena kebutuhan
oksigen bertambah sekitar 18%, ventilasi meningkat sekitar 40%, kapasitas
dan resional volume (sisa udara yang tertinggal waktu menghembuskan nafas)
menurun. Kondisi ini sudah dibantu dengan adanya perubahan alat pernafasan
yang terkait , seperti diafragma yang naik sekitar 4 cm dan tulang rusuk dada
dengan sudut 68% naik menjadi 108 derajat. Pada kondisi ini lingkar rongga
dada bertambahn sekitar 6 cm sampai kehamilan cukup bulan karena terdesak
oleh pembesaran Rahim. Sebagai kompensasi ibu hamil akan bernafas lebih
dalam sekitar 20-25 % dari pernafasan normalnya. Kondisi ini harus
diperhatikan oleh ibu hamil karena di tengah kehamilannya baju menjadi
sempit di daerah diafragma.
8) Sistem pencernaan dan sistem urinaria
Organ ginjal mengalami perubahan selama kehamilan. Ginjal bertambahn
panjang dan berat. Fungsi penyaringan pun semakin meningkat sehingga zatzat dan vitamin yang larut dalam air hilang terbawa oleh air seni. Pembesaran
rahiim berputar ke kanan karena adanya usus (colon sigmoid) di sebelah kiri.
Akibatnya rahim akan menekan pipa saluran air seni (ureter) sebelah kanan.
Kondisi ini akan menye babkan proses pengeluaran air seni dari ureter kanan
terhambat. Di lain pihak produksi air seni cukup banyak. Akibatnya akan
terjadi penahanan air seni sampai ke ginjal yang mengakibatkan terjadinya
infeksi pada ginjal kanan (pielonefritis)
13
9) Pigmentasi
Selama kehamilan, kulit mengalami perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh hormone. Umumnya garis pertengahan kulit
perut menjadi jelas berpigmen, berwarna hitam kecoklatan disebut linea nigra.
Bercak-bercak kecoklatan tidak teratur dengan berbagai ukuran tampak pada
wajah dan leher yang disebut kloasma gravidarum. Bercak ini akan berkurang
atau hilang setelah melahirkan. Peregangan kulit (striae), yaitu garis-garis
berwarna keunguan akan muncul di sekitar perut, payudara, bokokng dan
pangkal paha. Bentuk striae lebih tergantung pada jenis kulit seseorang
daripada pemuaian perutnya, kecuali jika proses pemuaian perut terlalu besar.
Setelah emlahirkan, warna striae berubah mejadi keperak-perakan (agak
mengkilap).
10) Metabolisme
Perubahan metabolism slema kehamilan bertujuan untuk membentuk jaringan
baru pada proses pertumbuhan Rahim, payudara plasenta, meningkatkan
volume darah ibu, pertumbuhan janin dan persiapan laktasi.
11) Berat badan
Kenaikan berat badan selama hamil cukup bervariasi tergantung daru
kebudayaan dan pola makannya. Umumnya kenaikan berat yang normal
antara 6,5-16,5 Kg, bahkan ada juga yang lebih. Jika berat badan sebelumnya
normal, kenaikan berat badan yang dianjurkan adalah 11-13 Kg. kenaikan
berat badan selama hamil tidak dapat dijadikan sebagai parameter (ukuran)
untuk menilai pertumbuhan janin. Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak
14
dianjurkan. Jika terjadi, sebaiknya kurangi makanan yang mengandung
karbohidrat.
Jika
berat
badan
tetap
atau
turun,
dianjurkan
untuk
mengkonsumsi semua makanan, terutama yang mengandung protein dan zat
besi. Jika kenaikan berat badan sesuai dengan usia kehamilan, tetapi kaki
bengkak, wanita hamil dianjurkan untuk mengurangi garam atau makanan
yang mengandung natrium dan klorida. Kenaikan berat badan yang normal,
yaitu sekitar 0,5 Kg per minggu. Secara normal, kenaikan berat badan wanita
hamil merupakan akumulasi dari beberapa materi yang berkembang selama
kehamilan.
2.1.4. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
Kebutuhan dasar Ibu Hamil menurut Kuncara (2012) yaitu :
1. Oksigen
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan
untuk
kelangsungan
metabolisme
sel
tubuh,
untuk
mempertahankan tubuhnya dan untuk aktivitas berbagai organ atau
sel.Asupan oksigen bisa terganggu disebakan oleh berbagai factor yang salah
satunya adalah aktifitas ibu hamil yang berlebihan, karena kegiatan yang
berlebihan dapat membuat daya serap oksigen lemah. Penyebab lain adalah
asupan gizi ibu hamil yang kurang bagus, sehingga ibu kekurangan energi
untuk mengantarkan darah dan oksigen ke rahim. Dan yang menjadi faktor
penyebabnya adalah emosi. Keadaan jiwa seseorang saat hamil sangat
mempengaruhi keseluruhan proses kehamilan. Oleh karena itu stress dapat
memicu gangguan asupan oksigen. Adapun cara menanganinya dengan
15
melakukan konsultasi dokter dan pemeriksaan CTG dan pemberian obatobatan untuk melebarkan pembuluh darah, selain itu ibu hamil sebaiknya
tidak terlalu banyak aktifitas karena akan menimbulkan kelelahan dan
ketegangan.
2. Gizi
1) Pada kehamilan trimester I(minggu 1-12) kebutuhan gizi masih seperti
biasa.
2) Pada kehamilan trimester II (minggu 13-28) dimana pertumbuhan janin
cepat, ibu memerlukan kalori yang kurang lebih 285 dan protein lebih
tinggi dari biasanya menjadi 1,5 gr/kgBB.
3) Pada kehamilan trimester III (minggu 27-lahir) kalori sama dengan
trimester
II
tetapi
protein
naik
menjadi2
gr/kg
BB.
Ibu yang cukup makanannya mendapatkan kenaikan BB yang cukup baik.
Kenaikan BB selama hamil rata-rata : 9-13,5 kg.
a. Kenaikan BB selama TM I
: min 0,7-1,4 kg
b. Kenaikan BB selama TM II
: 4,1 kg
c. Kenaikan BB selama TM III
: 9,5 k
4) Makanan yang di perlukan antara lain untuk pertumbuhan janin, plasenta,
uterus, buah dada dan kenaikan metabolisme
3. Personal Hygiene
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani artinya kebersihan
perorangan, tindakan menjaga kebersihan seseorang. Kesehatan pada ibu
hamil untuk mendapatkan ibu dan anak yang sehat dilakukan selama ibu
16
dalam keadaan hamil. Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan
yang dilakukan oleh ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan infeksi, karena
badan yang kotor banyak mengandung kuman-kuman. Hal ini dapat dilakukan
diantaranya dengan memperhatikan kebersihan diri (personal hygiene) pada
ibu hamil itu sendiri, sehingga dapat mengurangi hal-hal yang dapat
memberikan efek negatif pada ibu hamil,misalnya pencegahan terhadap
infeksi.
Tujuan Menjaga Personal Hygiene pada Ibu Hamil Untuk mendapatkan
ibu dan anak yang sehat, dengan jalan:
1) Mencegah penyakit/infeksi.
2) Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan ibu.
3) Mencegah komplikasi-komplikasi pada ibu hamil, waktu hamil, bersalin
dan nifas.
4) Peningkatan derajat kesehatan.
5) Pelihara kesehatan diri.
6) Perbaikan personal hygiene.
7) Meningkatkan kepercayaan diri.
Manfaat Personal Hygiene Dan Aktivitas Pada Ibu Hamil
a. Dengan mandi dan membersihkan badan, ibu akan mengurangi
kemungkinan adanya kuman yang masuk selama ibu hamil. Hal ini
mengurangi terjadinya infeksi, khususnya sesudah melahirkan.
b. Ibu akan merasa nyaman selama menjalani proses persalinan.
17
c. Saat ini, ibu yang akan melahirkan, tidak di-huknah untuk mengeluarkan
feses.
d. Bulu kemaluan tidak dicukur seluruhnya, hanya bagian yang dekat anus
yang akan dibersihkan, karena hal tersebut akan mempermudah penjahitan
jika ibu ternyata diepisiotomi.
e. Selama menunggu persalinan tiba, ibu diperbolehkan untuk berjalan-jalan
di sekitar kamar bersalin.
f. Ibu boleh minum dan makan makanan ringan, disarankan untuk tidak
mengkonsumsi makanan yang berbau menyengat seperti petai dan jengkol.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam personal hygiene pada ibu
hamil adalah dimulai dari kebersihan rambut dan kulit kepala, kebersihan
payudara, kebersihan pakaian, kebersihan vulva, kebesihan kuku tangan dan
kaki.
1. Kebersihan Rambut & Kulit Kepala
Rambut berminyak cenderung menjadi lebih sering selama kehamilan
karena overactivity kelenjar minyak kulit
kepala dan mungkin
memerlukan keramas lebih sering. Rambut bisa tumbuh lebih cepat selama
kehamilan dan mungkin memerlukan pemotongan lebih sering.
Menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala pada ibu hamil sangatlah
penting. Disarankan ibu hamil untuk mencuci rambut secara teratur guna
menghilangkan segala kotoran, debu, dan endapan minyak yang
menumpuk pada rambut kita membantu memberikan stimulasi sirkulasi
darah pada kulit kepala dan memonitor masalah-masalah pada rambut dan
18
kulit kepala. Dengan keramas, dimana cara ini dapat membersihkan
kotoran yang menyumbat pori-pori di kulit kepala yang bisa menghambat
pertumbuhan rambut. Selain itu, keramas juga merupakan kegiatan
pemijatan yang baik pada kulit kepala ibu hamil untuk menstimulasi dan
menyediakan jalan rambut baru untuk tumbuh dengan mudah.
Prosedur cara membersihkan rambut dan kulit kepala pada ibu hamil
1) Memberitahu klien dan menjelaskan mengenai prosedur.
2) Mengkaji rambut dan kulit kepala klien.
3) Rambut dirapihkan dengan sisir.
4) Menggosok pangkal rambut dengan kasa yang telah diberi sampo dan
diberikan pijatan pada kulit kepala.
5) Pembilasan rambut.
6) Mengeringkan dan menyisir rambut.
7) Merapihkan klien.
2. Kebersihan Gigi dan Mulut
Ibu hamil harus memperhatikan kebersihan gigi dan mulut untuk
menjaga dari semua kotoran dari sisa makanan yang masih tertinggal
didalam gigi yang mengakibatkan kerusakan pada gigi dan bau mulut.
Tidak ada dokumentasi yang mendukung peningkatan rongga gigi selama
kehamilan.
Kebersihan dan perawatan gigi dapat dilakukan dengan oral hygiene
dengan menggunakan sikat dan pasta gigi, sedangkan kebersihan area
19
mulut dan lidah bisa dilakukan dengan menggunakan kasa yang dicampur
dengan antiseptik.
Penjadwalan untuk trimester pertama terkait dengan hiperemesis dan
ptyalisme (produksi liur yang berlebihan) sehingga kebersihan rongga
mulut haruis selalu terjaga, misalnya pencegahan caries pada gigi.
Sedangkan pada trimester ketiga, terkait dengan adanya kebutuhan
kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga perlu diketahui apakah
terdapat pengaruh yang merugikan pada gigi ibu hamil. Dianjurkan untuk
selalu menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil sangat rentan
terhadap terjadinya carries dan ginggivitis.
Akan tetapi, jika kebersihan mulut terpelihara dengan baik selama
kehamilan, perubahan mencolok pada jaringan gusi jarang terjadi.
Keadaan klinis jaringan gusi selama kehamilan tidak berbeda jauh dengan
jaringan gusi ibu yang tidak hamil, di antaranya :
a. Warna gusi, jaringan gusi yang mengalami peradangan berwarna
merah terang sampai kebiruan, kadang-kadang berwarna merah tua.
b. Kontur gusi, reaksi peradangan lebih banyak terlihat di daerah selasela gigi dan pinggiran gusi terlihat membulat.
c. Konsistensi, daerah sela gigi dan pinggiran gusi terlihat bengkak, halus
dan mengkilat. Bagian gusi yang membengkak akan melekuk bila
ditekan, lunak, dan lentur.
d. Risiko perdarahan, warna merah tua menandakan bertambahnya aliran
darah, keadaan ini akan meningkatkan risiko perdarahan gusi.
20
e. Luas peradangan, radang gusi pada masa kehamilan dapat terjadi
secara lokal maupun menyeluruh. Proses peradangan dapat meluas
sampai di bawah jaringan periodontal dan menyebabkan kerusakan
lebih lanjut pada struktur tersebut.
3. Kebersihan Payudara
Pemeliharaan payudara juga penting, puting susu harus dibersihkan
kalau terbasahi oleh colustrum. Kalau dibiarkan dapat terjadi edema pada
puting susu dan sekitarnya. Puting susu yang masuk diusahakan supaya
keluar dengan pemijatan keluar setiap kali mandi. Payudara perlu
dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera berfungsi
dengan baik pada saat diperlukan.
Pengurutan payudara untuk mengeluarkan sekresi dan membuka
duktus dan sinus lateferus sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan benar
karena pengurutan yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim
sehingga terjadi kondisi seperti pada uji kesejahteraan janin menggunakan
uterotonika. Basuhan lembut setiap hari pada areola dan puting susu akan
dapat mengurangi retak dan lecet pada area tersebut.
Untuk sekresi yang mengering pada puting susu, lakukan pembersihan
dengan menggunakan campuran gliserin dan alkohol. Karena payudara
menegang, sensitif dan menjadi lebih berat maka sebaiknya gunakan
penopang payudara yang sesuai (brassiere).
21
4. Kebersihan Vulva
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada
pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri.
Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya, karena hipertensi,
pemberian infus, section caesarea) harus dimandikan setiap hari dengan
pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu
sesudah selesai membuang hajat.Meskipun ibu yang akan bersalin
biasanya masih muda dan sehat, daerah daerah yang tertekan tetap
memerlukan perhatian serta perawatan protektif.
Wanita yang hamil jangan melakukan irrigasi vagina kecuali dengan
nasihat dokter karena irrigasi dalam kehamilan dapat menimbulkan emboli
udara. Hal – hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Celana dalam harus kering
b. Jangan gunakan obat / menyemprot ke dalam vagina
c. Sesudah bab / bak dilap dengan lap khusus.
Setelah ibu mampu mandi sendiri (idealnya, dua kali sehari), biasanya
daerah perineum dicuci sendiri dengan menggunakan air dalam botol
atau wadah lain yang disediakan khusus untuk keperluan tersebut.
Cara ibu hamil melakukan vulva hygiene sendiri. Langkah-langkah
yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu hamil adalah
sebagai berikut :
22
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air.
Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah sekitar
vulva
terlebih
dahulu,
dari
depan
ke
belakang,
kemudian
membersihkan daerah anus. Nasihati ibu untuk membersihkan vulva
setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.
d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.
5. Kebersihan Kuku Tangan dan Kaki
Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam
mempertahankan perawatan diri, melalui kuku berbagai kuman dapat
masuk kee dalam tubuh, untuk itu seharusnya kuku tetap dalam keadaan
sehat dan bersih. Secara anatomis kuku terdiri atas dasar kuku, badan
kuku, dinding kuku, kantung kuku, akar kuku, dan lunula. Kondisi normal
kuku ini dapat terlihat halus, tebal kurang lebih 0,5 mm, transparan, dasar
kuku berwarna warna merah muda.
23
Masalah/gangguan pada kuku :
a. Ingrown Nail
Kuku tangan yang tidak tumbuh-tumbuh dan dirasakan sakit pada
dacrah tersebut.
b. Paronychia
Radang di sekitar jaringan kuku.
c. Ram's Horn Nail
Gangguan kuku yang ditandai pertumbuhan yang lambat disertai
kerusakan dasar kuku atau infeksi.
d. Bau Tidak Sedap
Reaksi mikroorganisme yang menyebabkan bau tidak sedap.
Prosedur kerja:
a. Jelaskan prosedur pada pasien.
b. Cuci tangan.
c. Atur posisi pasien dengan posisi duduk atau tidur.
d. Tentukan kuku yang akan dipotong.
e. Rendamkan kuku dengan air hangat kurang lebih 2 menit dan
lakukan sikat dengan beri sabun bila kotor
f. Keringkan dengan handuk.
g. Letakkan tangan di atas bengkok dan lakukan pemotongan kuku.
24
6. Cuci tangan.
Kebersihan Kulit
Kelenjar kulit mungkin lebih aktif selama kehamilan dan pasien
mungkin cenderung lebih berkeringat. Baths terapi - melemaskan otot-otot
tegang dan lelah, membantu insomnia counter, dan membuat pasien
merasa segar dan berbau manis. Baths dapat menimbulkan masalah
manuver fisik yang meningkatkan kemungkinan jatuh di akhir kehamilan;
shower direkomendasikan, tetapi dengan hati-hati saat masuk dan keluar
dan bergerak di dalam kamar mandi.
7. Kebersihan Pakaian
Selama kehamilan, pakaian harus diberikan sama atau mungkin bahkan
lebih sedikit perhatian dari pada waktu lain.
Pakaian harus ringan, nonconstrictive, disesuaikan, penyerap, dan
meningkatkan rasa kesejahteraan pasien. Tidak garter bulat konstriktif atau
girdle harus digunakan karena gangguan pada sirkulasi darah itu dari kaki.
Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan anatomi
pada perut, area genitalia/lipat paha dan payudara menyebabkan lipatanlipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinvestasi oleh
mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran atau gayung pada saat
mandi, tidak dianjurkan berendam dalam bathtub dan melakukan vaginal
douche.
25
4. Pakaian
Desain BH : Desain harus disesuaikan agar dapat menyangga payudara
dan nyeri punggung yang tambah menjadi besar pada kehamilan dan
memudahkan ibu ketika akan menyusui. BH harus tali besar sehingga tidak
terasa sakit di bahu.
Pemakaian BH dianjurkan terutama pada kehamilan dibulan ke 4
sampai ke 5 sesudah terbiasa boleh menggunakan BH tipis/ tidak memakai
BH sama sekali jika tanpa BH terasa lebih nyaman. Ada dua pilihan BH yang
biasa tersedia, yaitu BH katun biasa dan BH nylon yang halus.
Selama hamil, payudara Anda perlu tersangga dengan baik. Jadi,
perhatikan kiat berikut:
a.
Pilih bra yang biasa dipakai untuk berolahraga, bra biasa tapi tanpa kawat
penyangga (kawat penyangga dapat mencederai jaringan payudara yang
lembut), atau bra khusus untuk kehamilan
b.
sebenarnya,
Anda
tidak
harus
mengenakan
bra
khusus
untuk
kehamilan, namun pemakaian bra jenis ini dapat menyangga payudara
dengan baik, sehingga terasa nyaman saat Anda bergerak
c.
ada bra yang bisa dipakai sejak masa hamil hingga menyusui. Bra jenis ini
memiliki “jendela” yang bisa dibuka bila Anda ingin menyusui bayi kelak.
Bra ini juga memudahkan, mengingat setelah melahirkan Anda perlu pakai
bra siang dan malam (terutama di minggu pertama), untuk menghindari
tetesan ASI “tumpah” ke mana-mana
26
d.
pilih yang bahan dasarnya katun, agar kulit bisa “bernapas” dengan
nyaman. Sekalipun begitu, bahan elastis yang menyertainya akan membuat
bra lebih lentur ketika ukurannya berubah
e.
untuk payudara besar, bra yang memiliki tali bahu lebar, sehingga dapat
menahan beban payudara. Selain itu, Anda pun tetap terlihat seksi
f.
pastikan penyangga bra di bagian bawah cup nyaman dipakai. Jika terlalu
ketat dapat memicu sakit di ulu hati. Selain itu, bra yang terlalu ketat akan
menahan aliran darah seputar payudara, dan meningkatkan kemungkinan
penyumbatan saluran air susu (mastitis). Memakai bra yang pas akan
menghindari berbagai gangguan tersebut.
Gunakan pakaian yang longgar, bersih dan nyaman dan hindarkan sepatu
bertongkat tinggi (high heels) dan alas kaki yang keras (tidak elastis) serta korset
penahan perut. Lakukan gerak tubuh ringan, misalnya berjalan kaki, terutama
pada pagi hari. Jangan melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat dan
hindarkan kerja fisik yang dapat menimbulkan kelelahan yang berlebihan.
Awalnya mungkin Anda masih bisa memakai celana dalam yang biasa Anda
pakai. Akibat perut yang mulai membesar, terkadang akan lebih terasa nyaman
bila bagian pinggangnya ditarik ke bawah hingga di bawah garis perut (bikini
line). Namun, umumnya celana dalam Anda harus diganti dengan yang lebih besar
setelah kehamilan memasuki usia 16 minggu.
a. Pilih celana dalam berbahan dasar katun, karena memberi “ventilasi” yang
baik sehingga menghambat pertumbuhan jamur. Ingat, selama hamil suhu
27
tubuh akan meningkat dan cairan vagina juga kadang-kadang keluar, sehingga
membuat ibu hamil rentan terhadap infeksi bakteri
b. perhatikan ukuran dan karet celana, jangan sampai menekan perut, pinggang
atau lingkar paha
c. celana dalam yang pas, menutupi sekaligus menyangga perut dan bokong,
serta tidak terlalu ketat menekan bagian selangkangan, akan sangat membantu
ibu hamil yang mengalami varises (pembesaran pembuluh darah balik vena.
5. Eliminasi
Defekasi menjadi tidak teratur karena:
1. Pengaruh relaksasi otot polos oleh estrogen
2. Tekanan uterus yang membesar
3. Pada kehamilan lanjut karena pengaruh tekanan kepala yang telah masuk
panggul.
Konstipasi dicegah dengan :
1.
Cukup banyak minum
2.
Olah raga
3.
Pemberian laksatif ringan jus buah-buahan
6. Seksual
Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang sekarang,
sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada waktu itu plasenta
sudah terbentuk, serta kemungkinan abortus menjadi lebih kecil.
Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan
dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk kedalam rongga
28
panggul, koitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit
dan perdarahan.
Sebagian perempuan takut melakukan hubungan seksual saat hamil. Beberapa
merasa gairah seksualnya menurun karena tubuh mereka melakukan banyak
penyesuaian terhadap bentuk kehidupan baru yang berkembang di dalam rahim
mereka. Sementara di saat yang sama, gairah yang timbul ternyata meningkat. Ini
bukan kelainan seksual. Memang ada masanya ketika ibu hamil mengalami
peningkatan gairah seksual.
Trimester pertama: Minat menurun Pada trimester (3 bulan) pertama, biasanya
gairah seks menurun. Jangankan kepingin, bangun tidur saja sudah didera
morning sickness, muntah, lemas, malas, segala hal yang bertolak belakang
dengan semangat dan libido. Fluktuasi hormon, kelelahan, dan rasa mual dapat
menghisap semua keinginan untuk melakukan hubungan seks.
Trimester kedua: Minat meningkat (kembali) Memasuki trimester kedua,
umumnya libido timbul kembali. Tubuh sudah dapat menerima dan terbiasa
dengan kondisi kehamilan sehingga ibu hamil dapat menikmati aktivitas dengan
lebih leluasa daripada di trimester pertama. Kehamilan juga belum terlalu besar
dan memberatkan seperti pada trimester ketiga. Mual, muntah, dan segala rasa
tidak enak biasanya sudah jauh berkurang dan tubuh terasa lebih nyaman.
Demikian pula untuk urusan ranjang. Ini akibat meningkatnya pengaliran darah ke
organ-organ seksual dan payudara.
Trimester ketiga: Minat menurun lagi Libido dapat turun kembali ketika
kehamilan memasuki trimester ketiga. Rasa nyaman sudah jauh berkurang. Pegal
29
di punggung dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak
(karena besarnya janin mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual,
itulah beberapa penyebab menurunnya minat seksual. Tapi jika Anda termasuk
yang tidak mengalami penurunan libido di trimester ketiga, itu adalah hal yang
normal, apalagi jika Anda termasuk yang menikmati masa kehamilan. Anda juga
termasuk beruntung karena tidak perlu tersiksa oleh kaki yang membengkak, sakit
kepala, atau keharusan beristirahat total.
7. Mobilisasi, Body Mekanik
Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak bebas
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatan.
Gunakan body mekanik yang baik:
a. Hindari mengangkat beban yang berat
b. Gunakan kasur yang keras untuk tidur
c. Gunakan bantal waktu tidur untuk meluruskan punggung
d. Hindari tidur terlentang terlalu lama karena dapat menyebabkan sirkulasi
darah menjadi terhambat
e. Boleh mengerjakan pekerjaan sehari-hari selama tidak memberikan gangguan
f. Aktivitas dibatasi bila didapatkan penyulit partus prematurus imminens,
ketuban pecah, menderita kelainan jantung.
8. Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Jadi Imunisasi adalah
suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke
30
dalam tubuh manuasia. Sedangkan kebal adalah suatu keadaan dimana tubuh
mempunyai daya kemampuan mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka
menghadapi serangan kuman tertentu. Kebal atau resisten terhadap suatu penyakit
belum tentu kebal terhadap penyakit lain.
Imunisasi pada Ibu Hamil Trimester I, II & III
Di Indonesia imunisasi pada ibu hamil hampir seluruhnya berupa
pemberian tetanus toksoid. Kenyatan ini memang terjadi kerana penyakit tetanus
pada neonatus jumlahnya sangat besar disamping faktor sosioekonomi yang masih
rendah sehingga tidak dimungkinkan untuk melaksanakannya imunisasi secara
lengkap. Pada penyakit tetanus neonatarum adalah clostridium tetani masuk
kedalam tubuh manusia melalui daerah luka dalam bentuk spora. Penyakit ini
timbul jika spora-spora tersebut berkembang menjadi organisme berbentuk
vegetatif yang hanya akan menghasilkan tetanospasmin pada keadaan penurunan
potensial oksigen.
Pencemaran tali pusat adalah sumber infeksi tersering pada neonatus. Ini
terjadi sewaktu dilakukan pemotongan tali pusat dengan mengunakan pisau yang
tidak bersih disertai dengan perawatan luka pemotongan yang tidak steril.
Tetanospasmin dapat mencapai susunan saraf pusat melalui penyerapan pada
sambungan mioneural (myoneural junctions) yang diikuti migrasi melalui ruangan
jaringan perineural (perineural tissue spaces) sususan saraf atau melalui
pemindahan limfosit ke dalam darah dan selanjutnya ke susunan saraf pusat.
Tetanospasmin bekerja pada motor dan plate otot skeletal, medula spinalis, otak
dan susunan saraf simpatis. Toksin yang dihasilkan tersebut menimbulkan
31
gangguan transmisi neuromuskuler dengan menghambat pelepasan asetilkolin dari
terminal-terminal saraf di otot. Keadaan ini menimbulkan hipertonitas,
kekejangan dan serangan kejang dan khas pada bayi adalah kesulitan menyusui,
kekakuan tubuh dan spasme.
Tetanus toksoid yang dibutuhkan untuk imunisasi adalah sebesar 40 IU
dalam setiap dosis tunggal. Sebagaimana toksoid lainnya, pemberian toksoid
tetanus memerlukan pemberian berseri untuk menimbulkan dan mempertahankan
imunitas. Tidak diperlukan pengulangan dosis bila jadwal pemberian ternyata
terlambat, sebab sudah terbukti bahawa respon imun yang diperolehi walaupun
dengan interval yang panjang adalah sama dengan interval yang pendek. Respon
imun atau efikasi vaksin ini cukup baik. Ibu yang mendapatkan toksoid tetanus
ternyata memberikan proteksi yang baik terhadap bayi baru lahir terhadap tetanus
neonatarum, dan ini diberikan satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester
II, dan dua kali pada trimester III. (WHO, 2001).
Tabel 2.1 Pemberian Imunisasi pada Ibu Hamil
Antigen
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5
INTERVAL
(selang waktu minimal)
Pada kunjungan
antenatal pertama
4 minggu setelah TT1
6 bulan setelah TT2
1 tahun setelah TT3
1 tahun setelah TT4
Lama
perlindungan
_
%
perlindungan
_
3 tahun
80
5 tahun
95
10 tahun
99
25 tahun/seumur
99
hidup
Ket : Artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan,
maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN (tenanus
neonatorium).
Kita bisa tanyakan apakah ibu hamil pernah mendapatkan suntikan tetanus
toksoid (TT). Bila sudah, tanyakan kapan diperolehnya. Ibu hamil yang belum
32
pernah mendapatkan TT, pada kehamilan sebelumnya atau pada waktu akan
menjadi pengantin, maka perlu mendapatkan 2 kali suntikan TT dengan jarak
minimal 1 bulan. TT yang pertama diberikan pada kunjungan antenatal yang
pertama. Bila sudah pernah, maka cukup diberikan 1 kali selama kehamilan.
Suntikan TT melindungi ibu dan bayinya dari penyakit Tetanus Neonatus
Neonatorium.
Pengertian Tetanus Toksoid ( TT )
Tetanus Toksoid ( TT ) adalah Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses
untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahanterhadap infeksi tetanus .
Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian
dimurnikan (Setiawan, 2006). Tetanus khususnya beresiko pada bayi-bayi yang
dilahirkan dengan bantuan dukun bayi di rumah dengan peralatan yang tidak
steril. Mereka juga beresiko ketika alat-alat yang tidak bersih digunakan untuk
memotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional atau abu digunakan untuk
menutup luka bekas potongan. Upaya pencegahan tetanus neonatorum dilakukan
dengan memberikan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) pada ibu hamil.
Manfaat imunisasi TT ibu hamil
a) Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005;
Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium
tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim
saraf pusat (Saifuddin dkk, 2001).
33
b) Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI,
2000)
Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan
dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan
tetanus neonatorum (Depkes, 2004)
Cara Pemberian
1. Vaksin dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan. Tujuannya agar suspensi
menjadi homogen.
2. Penyuntikkan vaksin TT untuk mencegah tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis
primer yang disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan
dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis
ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan terhadap tetanus
pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke empat
dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian
dosis ke tiga dan ke empat.
3. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama pemberian dilakukan
dengan tepat pada masa kehamilan bahkan pada trimester pertama.
4. Di unit pelayanan statis: vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama kurang lebih 4 minggu, dengan ketentuan: vaksin belum kadaluawarsa,
vaksin disimpan dalam suhu 2 dan 8 derajat Celcius, tidak pernah terendam
air, terjaga sterilitasnya, tidak beku, VVM masih dalam kondisi A atau B.
5. Di posyandu: vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi.
34
Jumlah dan dosis pemberian imunisasi TT untuk ibu hamil
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin
dkk, 2001), dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam
(Depkes RI, 2000).
Waktu pemberian imunisasi TT
Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk
mendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005). TT1 dapat diberikan sejak
di ketahui postif hamil dimana biasanya di berikan pada kunjungan pertama ibu
hamil ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2000)
Jarak Pemberian Imunisasi TT
Jarak pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu
(Saifuddin dkk, 2001; Depkes RI, 2000).
Efek samping imunisasi TT
Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan
pembengkakan pada tempat suntikan (Depkes RI, 2000). TT adalah antigen yang
sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin
apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT (Saifuddin dkk, 2001). Efek
samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak perlukan
tindakan/pengobatan (Depkes RI, 2000).
35
2.1.5. Standart Pelayanan Asuhan Kebidanan Selama Masa Kehamilan
Menurut Melasari (2014) Terdapat sembilan standar pelayanan antenatal
care yaitu :
1. Bidan melakukan identifikasi ibu dengan melakukan kunjungan rumah dan
memberikan penyuluhan terkait dengan kehamilan sehat
2. Bidan memeriksa keadaan fisik dan psikologis ibu, serta mendorongnya untuk
memeriksakan kehamilannya secara teratur maksimal selama dua bulan sekali
3. Bidan memberikan nasihat, arahan atau bimbingan kepada phak keluarga ibu,
khususnya suaminya agar ikut membantu mewujudkan kehamilan sehat
dengan senantiasa memotivasi ibu untuk memeriksakan kehamilannya secara
teratur.
4. Bidan memeriksakan pendampingan penuh kepada ibu selama masa
kehamilan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang meliputi
anamneses, serta pemantauan kesehatan ibu dan janin setidaknya dua bulan
sekali atau sesuai permintaan ibu hamil
5. Bidan diharapkan dapat mengenali adanya kelainan pada ibu maupun janinnya
selama melakukan pemeriksaan kehamilan.
6. Bidan diharapkan mampu mengambil tindakan yang tepat ketika mengetahui
adanya kelainan pada ibu maupun janinnya, dan melakukan rujukan bila
diperlukan
7. Bidan menunjukkan program perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi (P4K) yang dapat diikuti oleh ibu hamil
8. Bidan memberikan masukan, nasihatm serta saran yang tepat kepada ibu dan
36
suaminya terkait dengan persiapan persalinan di tempat yang bersih dan aman
dengan memperhatikan kondisi ibu serta janinnya
9. Bidan dituntut dapat sepenuhnya mematuhi standar yang diberlakukan dan
tidak diperbolehkan menyimpang agar kelalaian dalam praktik dapat dihindari
sedini mungkin.
2.2.
Konsep Preeklampsia
2.2.1. Pengertian Preeklampsia
Preeklampsia adalah adalah
keadaan meningkatnya tekanan darah
melebihi batas normal yang terjadi saat hamil (Detiana, 2010)
Preeklampsia adalah penyakit darah tinggi pada kehamilan dan hanya
terjadi pada wanita hamil atau dalam 12 minggu pasca persalinan, ditandai
dengan tekanan darah > 140/90 mmHg dan terdapat kebocoran protein dalam
urin dengan nilai > 1+. Jika tekanan darah > 160/110 mmHg atau disertai
penyulit disebut preeclampsia berat (Ednjun, 2009).
Preeclampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai
dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi
sistemik dengan aktivitas endotel dan koagulasi (POGI, 2016).
2.2.2. Klasifikasi Preeklampsia
Menurut Fatkhiyah (2015) pembagian preeklampsia adalah sebagai
berikut:
1. Pre eklamsia Ringan
Ditemukan tekanan darah > 140/90 mmHg dalam 2 kali pemeriksaan
dengan interval 4-6 jam mmHg atau adanya kenaikan systole sebesar 30
37
mmHg dan diastole sebesar 15 mmHg dari kondisi sebelumnya. Pusing dan
nyeri. Adanya proteinuria sedikitnya 300 mg (+1) dari specimen urine yang
ditampung dalam 24 jam.
2. Pre Eklamsia Berat
Preeclampsia berat terjadi jika pasien mengalami salah satu atau lebih
dari tanda dan gejala berikut :
1) Tekanan systolic lebih besar dari 160 mmHg atau tekanan diastolic lebih
dari 110 mmHg dalam 2 kali pemeriksaan dengan interval 4-6 jam
2) Proteinuria lebih dari 500 mg dari urine tampung 24 jam
3) Edema paru
4) Oliguria (produksi urine < 400 ml dalam 24 jam)
5) Sakit kepala yang menetap
6) Nyeri epigastrium
7) Adanya kerusakan fungsi hepar (HELLP)
8) Tombositopenia
9) Adanya gangguan pertumbuhan janin
2.2.3. Etiologi Preeklampsia
Menurut Marmi (2015) penyebab preeclampsia secara pasti belum
diketahui, namun preeklampsia sering terjadi pada :
1. Primigravida
2. Tuanya kehamilan
3. Kehamilan ganda
38
Menurut Kemenkes (2013) Faktor predisposisi penyebab terjadinya
preeclampsia yaitu :
1. Kehamilan kembar
2. Penyakit trofoblas
3. Hidramnion
4. Diabetes melitus
5. Gangguan vaskuler plasenta
6. Faktor herediter
7. Riwayat preeklampsia sebelumnya
8.
Obesitas sebelum hamil
2.2.4. Patofisiologi Preeklampsia
Pada kehamilan normal, invasi trofoblast ke dalam jaringan decidua
mengakibatkan timbulnya perubahan-perubahan fisiologi,. Perubahan tersebut
diantaranya peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resitensi
vaskuler sistemik, peningkatan curah jantung, penurunan tekanan osmotik koloid
(Bobak, 2004 dalam Fatkhiyah, 2015). Adanya perubahan tersebut melibatkan
peran penting dari arteri spiralis. Pada kehamilan normal diameter arteri spiralis
akan membesar sebagai respon terhadap meningkatnya kebutuhan suplai,
membesarnya arteri spiralis, menurut hukum poiseuille’s meningkat 4 sampai 6
kali, sehingga arteri spiralis berubah menjadi kantong elastis yang lebar,
bertahanan rendah yang memungkinan suplai darah untuk oksigenasi dan nutrisi
bagi janin menjadi adekuat. Pada ibu yang mengalami defisiensi plasenta, hanya
sebagian arteri spiralis segmen desidua yang berubah. Pada hematologi atau darah
39
klien preklampsia dapat terjadi penurunan volume plasma, peningkatan viskositas
darah, hemokonsentrasi (ditandai trombositopenia) dan coagulopatin. Pada hepar
dapat terjadi nekrosisperiportal, kerusakan hepato selluler, dan hematosis
subkapsuler (Fatkhiyah, 2015).
2.2.5. Manifestasi Klinis Preeklampsia
Penegakan Diagnosis preeklampsia dapat memperhatikan tanda dan gejala
menurut Kemenkes (2013) yaitu :
1.
Preeklampsia Ringan
1) Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
2) Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan protein
kuantitatif menunjukkan hasil >300 mg/24 jam
2.
Preeklampsia Berat
1) Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu
2) Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau pemeriksaan protein
kuantitatif menunjukkan hasil >5 g/24 jam Atau disertai keterlibatan
organ lain:
3) Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
4) Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
5) Sakit kepala , skotoma penglihatan
6) Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
7) Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
8) Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl
9) Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik
40
10) Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan
20 minggu)
11) Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau trombosit <100.000
sel/uL pada usia kehamilan > 20 minggu
2.2.6. Penatalaksanaan preeklampsia
Menurut Kemenkes (2013) Tatalaksana Umum preeclampsia adalah
sebagai berikut :
1. Anjurkan istirahat lebih banyak.
2. Pada hipertensi kronik, penurunan tekanan darah ibu akan mengganggu
perfusi serta tidak ada bukti-bukti bahwa tekanan darah yang normal akan
memperbaiki keadaan janin dan ibu.
1) Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat antihipertensi, dan
terkontrol dengan baik, lanjutkan pengobatan tersebut
2) Jika tekanan diastolik >110 mmHg atau tekanan sistolik >160 mmHg,
berikan antihipertensi
3) Jika terdapat proteinuria atau tanda-tanda dan gejala lain, pikirkan
superimposed preeklampsia dan tangani seperti preeclampsia
4) Bila sebelumnya ibu
sudah
mengkonsumsi antihipertensi, berikan
penjelasan bahwa antihipertensi
golongan ACE inhibitor (misalnya
kaptopril), ARB (misalnya valsartan), dan klorotiazid dikontraindikasikan
pada ibu hamil. Untuk itu, ibu harus berdiskusi dengan dokternya
mengenai jenis antihipertensi yang cocok selama kehamilan.
5) Berikan suplementasi kalsium1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai
dari usia kehamilan 20 minggu
41
6) Pantau pertumbuhan dan kondisi janin.
7) Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm.
8) Jika denyut jantung janin <100 kali/menit atau >180 kali/menit, tangani
seperti gawat janin.
9) Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan.
Sedangkan menurut Zahroti (2011) penatalaksanaan preklampsia dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan yaitu :
1) Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
2) Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak
perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140150/90-100 mmHg).
3) Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari
dan minimal 8 jam pada malam hari)
4) Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
5) Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
6) Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat
antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau
nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau
pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
7) Diet rendah garam dan diuretik
8) Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1
minggu
42
9) Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2
minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali
berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat.
Berikan juga obat antihipertensi.
10) jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai preeklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
11) Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali
ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta,
eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin
sudah dinyatakan matur.
12) Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau
dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.
2. Penatalaksanaan pre-eklampsia berat yaitu :
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.
1) Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan
pengobatan medisinal.
2) Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan
medisinal. Prinsip : Tetap PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG,
kardiotokografi.
3) Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di
daerah kamar bersalin. Tidak harus ruangan gelap. Penderita ditangani
aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini :
a. Ada tanda-tanda impending eklampsia
43
b. Ada HELLP syndrome
c. Ada kegagalan penanganan konservatif
d. Ada tanda-tanda gawat janin atau IUGR
e. Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
f. Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus
dextrose 5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 :
dosis awal 2 gram intravena diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan
dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80
ml/jam atau 15-20 tetes/menit).
g. Syarat pemberian MgSO4 :
a) Frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit - tidak ada tanda-tanda
gawat napas - diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya refleks patella positif.
b) MgSO4 dihentikan bila : ada tanda-tanda intoksikasi atau setelah
24 jam pasca persalinan atau bila baru 6 jam pasca persalinan
sudah terdapat perbaikan yang nyata.
c) Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam
10 cc NaCl 0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).
h. Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160
mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg. Obat yang
dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila
dalam 2 jam belum turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi.
Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi
44
persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau
prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak
terpenuhi atau ada kontraindikasi partus pervaginam. Pada persalinan
pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam.
i. Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda
impending
eclampsia
dengan
keadaan
janin
baik,
dilakukan
penanganan konservatif. Medisinal : sama dengan pada penanganan
aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda preeklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24
jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan
pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi. Obstetrik :
pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. Bila ada indikasi, langsung
terminasi.
2.2.7. Komplikasi Preeklampsia
Menurut Nadia Safira (2012) Komplikasi yang terberat adalah kematian
ibu dan janin. Komplikasi dibawah ini biasanya terjadi pada Preeklampsia dan
eklampsia.
1. Solusio plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi
akut dan lebih sering terjadi pada Preeklampsia.
2. Hipofibrinogenemia. Pada Preeklampsia berat
3. Hemolisis. Penderita dengan Preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan
gejala klinik hemolisis yang di kenal dengan ikterus. Belum di ketahui dengan
45
pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah
merah. Nekrosis periportal hati sering di temukan pada autopsi penderita
eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
4. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian
maternal penderita eklampsia.
5. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlansung
sampai seminggu.
6. Edema paru-paru.
7. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada Preeklampsi – eklampsia
merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.
8. Sindrom HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
9. Kelainan ginjal
10. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat
kejang-kejang pneumonia aspirasi.
11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra – uterin
2.3.
Konsep Kalsium
2.3.1. Metabolisme Kalsium
Kalsium memegang peranan penting dalam berbagai proses fungsi
fisiologis didalam tubuh yaitu proses pembekuan darah , bersama dengan natrium
dan kalium mempertahankan potensial membran, tranduksi sinyal antara reseptor
hormon, Eksitabilitas neuromuskuler, integritas membran sel, reaksi-reaksi
enzimatik, proses neurotranmisi, membentuk struktur tulang dan sebagai
cadangan kalsium tubuh (Agus et al, 2014)
46
Kadar kalsium dalam plasma ditentukan oleh absorbsi kalsium pada
saluran cerna, reabsorbsi kalsium pada tulang dan pengeluaran kalsium melalui
tinja, urin, dan keringat. Pengaturan keseimbangan kalsium dipengaruhi oleh
hormon paratiroid, kalsitonin dan vitamin D (Bambang, 2014).
Untuk mempertahankan kadar kalsium plasma dalam kadar yang tetap
diperlukan interaksi beberapa proses menurut Bambang (2014) yaitu :
1. Absorbsi Asupan kalsium yang berasal dari makanan akan diabsorbsi sebagian
besar pada bagian proksimal usus halus. Apabila dalam makanan mengandung
1000 mg kalsium (sesuai dengan kebutuhan sehari) 300 mg akan diabsorsbsi
oleh saluran cerna dan 700 mg sisanya tidak diabsorsi yang selanjutnya akan
diekskresi melalui feses. Absorbsi akan meningkat pada masa pertumbuhan,
ibu hamil dan menyusui. Absorsbsi pada saluran cerna dipengaruhi oleh
metabolisme aktif vitamin D (1,25 D2) dan hormon paratiroid. Sediaan obat
yang mengandung besi dan kalsium dalam obat multivitamin juga
menghambat absorbsi besi. Suatu cara, tepat efektif dan tidak mahal untuk
menghindari gangguan absorbsi besi adalah memisahkan ke dua sediaan
tersebut.
2. Ekskresi Kalsium melalui urin rata-rata 100-400 mg/hari, kalsium yang
difiltrasi glomerulus sebagian besar diabsorbsi kembali pada bagian proksimal
tubulus renalis lengkung henle dan sedikit pada bagian distal tubulus renalis.
3. Keseimbangan pembentukan dan reabsorbsi ulang
47
4. Regulasi hormonal :
1) Hormon paratiroid Hormon paratiroid berfungsi untuk mempertahankan
kadar kalsium dalam cairan ekstraseluler dengan mekanisme umpan balik.
2) Vitamin D Bentuk aktif vitamin D yang disebut dengan 1,25
dihidrokolecalsiferol (1,25-(OH)2 D3) secara langsung mempengaruhi
absorbsi kalsium di usus bersama dengan hormon paratiroid bekerja secara
sinergis meningkatkan resorbsi kalsium dari tulang.
3) Kalsitonin merupakan hormon polipeptida yang mempunyai sifat yang
berlawanan
dengan
hormon
paratiroid,
yaitu
menyebabkan
efek
hipokalsemia. Sekresi kalsitonin berbanding lurus dengan kadar kalsium
plasma secara langsung dapat meningkatkan kadar kalsitonin. Kalsium
didalam plasma terdapat dalam 3 bentuk yaitu kalsium yang terionisasi
(50%), kalsium yang terikat protein (40%) dan kalsium yang berikatan
dengan ion organik atau komplek (10%). Kalsium yang terionisasi (Ca2+)
merupakan bentuk aktif. Kalsium terikat protein (albumin) merupakan
sumber penting untuk penyediaan Ca2+ siap pakai. Sehingga kadar
albumin dalam plasma mempengaruhi kadar kalsium total dalam plasma.
Setiap penurunan 1 mg/dL albumin akan mengakibatkan penurunan
kalsium total sebesar 0,8 mg/dL. Kalsium yang diperlukan untuk proses
biologis adalah kalsium dalam bentuk ion bebas (Agus et al, 2009;
Bambang, 2009). Nilai normal kadar kalsium adalah sebagai berikut:
kalsium total 8,9-109 mg/dL (2,2-2,5 mmol/L), kalsium yang terikat
protein 4,1-4,7 mg/dL (1,0.-1,2 mmol/L); kalsium yang terionisasi 4,1-4,7
48
mg/dL (1,0-1,2 mmol/L) ; kalsium kompleks 0,7-0,8 mg/dL (0,18-1,2
mmol/L). Nilai untuk kalsium total dibawah 8,9 mg/dL (2,2 mmol/L)
menunjukkan hipokalsemia dan nilai diatas 10,1 mg/dL (2,5 mmol/L)
menunjukkan hiperkalsemi (Agus et al, 2014).
2.3.2. Metabolisme Kalsium Pada Ibu Hamil
Panduan yang dikeluarkan oleh WHO (2013) merekomendasikan
kalsium rutin sebanyak 1,5 – 2,0 gram elemen kalsium perhari. Frekuensi
pemberian setiap hari, terbagi menjadi tiga dosis (dianjurkan dikonsumsi
mengikuti waktu makan). Lama pengonsumsian adalah semenjak kehamilan 20
minggu hingga akhir kehamilan. Pemberian konsumsi kalsium di anjurkan untuk
ibu hamil terutama dengan risiko tinggi untuk terjadi hipertensi pada kehamilan
dan di daerah dengan asupan kalsium yang rendah (WHO, 2013).
Kehamilan pada awalnya dianggap sebagai keadaan “hiperparatiroidisme
fisiologis” dikarenakan hilangnya kalsium pada tulang ibu yang dibutuhkan untuk
memasok kalsium pada janin. Sebagian besar kebutuhan kalsium janin dipenuhi
melalui serangkaian perubahan fisiologis metabolisme kalsium tanpa konsekuensi
jangka panjang pada tulang ibu. Hal tersebut menyebabkan janin dapat
mengumpulkan 21 gram (kisaran 13-33 gram) kalsium, 80% dari keseluruhannya
dikumpulkan pada trimester ketiga kehamilan, ketika mineralisasi janin berada
pada pucaknya. Kalsium secara aktif ditransportasikan melewati plasenta.
Kalsium dieskresikan dalam jumlah lebih besar oleh ginjal ibu sehingga menurut
istilah hiperkalsiuria (Antony et al, 2016). Tingkat kalsium total pada ibu
menurun selama kehamilan. Penurunan kalsium total disebabkan oleh penurunan
kadar albumin serum sehingga terjadi penurunan fraksi kalsium yang terikat oleh
albumin. Namun, fraksi yang penting secara fisiologi, yaitu kalsium terionisasi
49
serum tidak berubah dan konstan. oleh karena tingkat kalsium serum normal ibu
dipertahankan, dan kebutuhan kalsium janin terpenuhi terutama melalui
peningkatan penyerapan kalsium usus. Kalsium diserap melalui usus halus, dan
penyerapannya berlipat ganda saat kehamilan 12 minggu, dengan penyerapan
maksimal pada trimester ketiga. Peningkatan penyerapan awal memungkinkan
tulang ibu untuk menyimpan kalsium sebelum tuntutan kebutuhan kalsium janin
di trimester ketiga. Meskipun sebagian besar kebutuhan kalsium janin dipenuhi
oleh peningkatan penyerapan kalsium (Antony et al, 2016).
Tingkat serum 25-hidrovitamin D meningkat dan di metabolism lebih
lanjut menjadi 1,25-dihidrovitamin D, yang bertanggung jawab langsung
terhadap peningkatan penyerapan kalsium usus. Peningkatan penyerapan kalsium
berhubungan dengan peningkatan ekskresi kalsium melalui urin dan perubahan
ini dimulai sejak 12 minggu kehamilan. Selama periode puasa, nilai kalsium urin
dapat rendah atau normal, menegaskan bahwa hipekalsiuria adalah konsekuensi
dari peningkatan penyerapan (Soma-Pillay et al, 2016).
50
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Pemikiran
Hubungan asupan
kalsium
Faktor resiko
terjadinya
preeklampsia :
1. Usia
2. Paritas
3. Aktivitas
4. Riwayat Kesehatan
5. Penggunaan
kontrasepsi
Kejadian Preeklampsia
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
3.2 Hipotesa Penelitian
H1
: Ada hubungan konsumsi kalsium serta faktor-faktor terkait pada ibu
hamil dengan kejadian preeklampsia di RS Haji Surabaya.
Download