Uploaded by Hanifa Nur Adilah

TUGAS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Bahan genetika yang ada pada setiap jasad akan mengalami proses perbanyakan
sebagai salah satu terapan sangat penting dalam proses pertumbuahn sel atau
perbanyakan partikel virus. Proses perbanyakan bahan genetika dikenal sebagai proses
replikasi. Studi awal mengenai proses perbanyakan bahan genetika dilakukan pada jasad
yang genomnya berupa molekul DNA. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa pada
jasad tertentu, khususnya kelompok virus tertentu, genomnya berupa RNA. Genom
yang berupa molekul RNA ini juga akan direplikasi genom yang berupa molekul DNA.
Replikasi bahan genetika dapat dikatakan sebagi proses yang mengawali
pertumbuhan sel, meskipun sebenarnya pertumbuhan merupakan suatu resultan banyak
proses yang salaing berkaitan satu sama lain. Sel mempunyai mekanisme replikasi
bahan genetika yang dilengkapi dengan system penyunting mekanisme replikasi bahan
genetika yang dilengkapi dengan system penyunting (editing) yang sangat akurat
sehingga bahan genetika yang diturunkan kepada sel anakan (progeny) mempunyai
komposisi yang sangat identik dengan komposisi bahangenetik sel induk. Replikasi
bahan genetika diikuti oleh pertumbuahan sel-sel anakan yang membawa duplikasi
bahan genetika hasil replikasi. Oleh karena itu, kesalahan dalam proses replikasi bahan
genetika dapat mengakibatkan perubahan pada sifat siaft sel anakan.
Mekanisme replikasi bahan genetika sanagt kompleks dan melibatkan banyak
protein yang masing-masing mempunyai peranan spesifik, protein-protein yang terlibat
di dalam proses replikasi bahan genetic dapat mengakibatkan perubahan pada sifat-sifat
sel anaka.
Mekanisme replikasi bahan genetika sangat kompleks dan melibatkan banyak
protein yang masing-masing mempunyai peranan spesifik. Protein-protein yang terlibat
di dalam proses replikasi bahan genetika dikode oleh gen-gen yang terdapat di dalam
bahan genetika itu sendiri.oleh karena itu, ada kaitan fungsional.
1.2.
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui pengertian dari replikasi
DNA, protein yang dibutuhkan dalam replikasi DNA, dan proses dari replikasi DNA.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Replikasi
Replikasi adalah proses duplikasi DNA secara akurat. Genom manusia pada satu
sel terdiri sekitar 3 milyar dan pada saat replikasi harus diduplikasi secara akurat (persis
tidak boleh ada yang salah). Replikasi adalah transmisi vertical (dari sel induk ke sel
anak supaya informasi genetik yang diturunkan sama dengan sel induk). Replikasi
hanya terjadi pada fase S (pada mamalia), Replikasi terjadi sebelum sel membelah dan
selesai sebelum fase M.
Proses replikasi pertama kali di mulai ketika enzyme Helicase memutus ikatan
kimia yang paling lemah diantara dua rantai polinukleotida. Untaian DNA diputus tepat
di tengah memisahkan pasangan-pasangan basa. Rantai polinukleotida yang baru
dipisahkan menjadi rantai tunggal akan menjadi rantai dasar (template) untuk
membentuk dua untai rantai DNA baru.
Di dalam sel-sel nucleus, terdapat banyak nukleotida-nukleotida bebas. Basabasanya akan berikatan dangan basa-basa yang ada di dalam rantai dasar (template),
yang berdasarkan aturan Chargaff, akan berpasangan hanya dengan basa lain yang
merupakan pasangannya. Misalnya, katakanlah di dalam rantai dasar(template) terdapat
basa Guanine (G),maka basa Cytosinlah (C) yang terikat padanya. Proses terbentuknya
ikatan basa-basa ini dibantu oleh enzyme yang disebut enzyme DNA Polymerase III.
Enzyme ini hanya bekerja dari ujung 5’ ke ujung 3’ dari rantai DNA. Hal ini terjadi juga
pada rantai dasar (template) yang lainnya. Hanya saja sedikit berbeda prosesnya dengan
rantai dasar yang pertama.
Karena proses replikasi oleh enzyme polymerase III hanya berlangsung dari
ujung 5’ ke ujung 3’, maka pada rantai dasar (template) ke dua dibutuhkan peran RNA
primase yang membuat RNA Primer sebagai jembatan awal bagi enzyme polymerase III
bekerja. Selanjutnya dengan bantuan DNA polymerase I dan DNA ligase akan
diperoleh sebuah rantai DNA baru dari rantai dasar (template) ke dua.
Proses ini terjadi berulang ribuan kali untuk menciptakan dua molekul DNA
yang persis sama dengan molekul DNA asal. Sehingga saat mitosis terjadi, sel
saudaranya akan menerima molekul DNA yang betul-betul sama. Jika terjadi sesuatu
2
yang salah dalam replikasi DNA, mutasi-pun terjadi. Kesalahan mutasi akan
menyebabkan protein dalam DNA memiliki urutan asam amino yang salah, misalnya
susunan basa yang berubah atau hilangnya basa tertentu.
Salah satu fungsi DNA sebagai materi genetik pada sebagian besar organisme
adalah harus mampu menyimpan informasi genetik dan dengan tepat dapat meneruskan
informasi tersebut dari induk kepada keturunannya, dari generasi ke generasi. Fungsi ini
merupakan fungsi genotipik, yang dilaksanakan melalui replikasi.
B. Replikasi DNA
Replikasi DNA adalah proses penggandaan molekul DNA untai ganda. Pada sel,
replikasi DNA terjadi sebelum pembelahan sel. Prokariota terus-menerus melakukan
replikasi DNA. Pada eukariota, waktu terjadinya replikasi DNA sangatlah diatur, yaitu
pada fase S daur sel, sebelum mitosis atau meiosis I. Penggandaan tersebut
memanfaatkan enzim DNA polimerase yang membantu pembentukan ikatan antara
nukleotida-nukleotida penyusun polimer DNA. Proses replikasi DNA dapat pula
dilakukan in vitro dalam proses yang disebut reaksi berantai polimerase (PCR).
Ada tiga cara teoretis replikasi DNA yang pernah diusulkan, yaitu konservatif,
semikonservatif, dan dispersif.
a. Pada replikasi konservatif seluruh tangga berpilin DNA awal tetap
dipertahankan dan akan mengarahkan pembentukan tangga berpilin baru.
b. Pada replikasi semikonservatif tangga berpilin mengalami pembukaan terlebih
dahulu sehingga kedua untai polinukleotida akan saling terpisah. Namun,
masing-masing untai ini tetap dipertahankan dan akan bertindak sebagai cetakan
(template) bagi pembentukan untai polinukleotida baru.
c. Sementara itu, pada replikasi dispersif kedua untai polinukleotida mengalami
fragmentasi di sejumlah tempat. Kemudian, fragmen-fragmen polinukleotida
yang terbentuk akan menjadi cetakan bagi fragmen nukleotida baru sehingga
fragmen lama dan baru akan dijumpai berselang-seling di dalam tangga berpilin
yang baru.
3
Gambar 1. Tiga cara teoritis replikasi DNA.
Diantara ketiga cara replikasi DNA yang diusulkan tersebut, hanya cara
semikonservatif yang dapat dibuktikan kebenarannya melalui percob aan yang
dikenal dengan nama sentrifugasi seimbang dalam tingkat kerapatan atau equilibrium
density -gradient centrifugation. Percobaan ini dilaporkan hasilnya pada tahun 1958 oleh
M.S. Meselson dan F.W. Stahl.
Gambar 2. Percobaan Meselson-Stahl membuktikan bahwa DNA berreplikasi secara
semikonservatif
4
Replikasi terjadi dengan proses semikonservatif karena semua DNA double
helix. Hasil replikasi DNA double strand. Kedua DNA parental strand bisa menjadi
template yang berfungsi sebagai cetakan untuk proses replikasi: Semikonservaative
process. Primer strand : Pada 3’ dia akan melepaskan 2P dipakai sebagai energy untuk
menempelkan, tetapi pada 5’ P tidak bisa dilepas karena ketiga P dibutuhkan sehigga
tidak ada energy sehingga tidak pernah terjadi sintesis dari 3’-5’, tetapi dari 5’-3’, jadi
yang menambah selalu ujung 3’.
Setiap molekul DNA yang melakukan replikasi sebagai suatu satuan tunggal
dinamakan replikon. Dimulainya (inisiasi) replikasi DNA terjadi di suatu tempat
tertentu di dalam molekul DNA yang dinamakan titik awal replikasi atau origin of
replication (ori). Proses inisiasi ini ditandai oleh saling memisahnya kedua untai DNA,
yang masing-masing akan berperan sebagai cetakan bagi pembentukan untai DNA baru
sehingga akan diperoleh suatu gambaran yang disebut sebagai garpu replikasi.
Biasanya, inisiasi replikasi DNA, baik pada prokariot maupun eukariot, terjadi dua arah
(bidireksional). Dalam hal ini dua garpu replikasi akan bergerak melebar dari ori
menuju dua arah yang berlawanan hingga tercapai suatu ujung (terminus). Pada
eukariot, selain terjadi replikasi dua arah, ori dapat ditemukan di beberapa tempa t.
Multi enzim yang terlibat dalam replikasi DNA :
o DNA
Polimerase
:
Enzim
yang
mengkatalisis
pemanjangan
rantai
polinukleotida.
o DNA Ligase : menghentikan replikasi DNA
o Primase : Enzim yang mengkopi setakan untai DNA menjadi untai RNA
komplementer.
o Single-Strand DNA-Binding Proteins (SSB) : menjaga konformasi cetakan yang
optimal. Mengikat untai tunggal DNA untuk menstabilkannya sehingga
permukaan ikatan hidrogen basa DNA mengarah ke datangnya nukleotida.
o Helikase : Membuka untai DNA pada kepala garpu replikasi
o Topoisomerase : Melonggarkan pilinan DNA
o Urasil-DNA N-Glikosilase : Menghilangkan urasil yang tergabung.
o Clamps and clamp loader
5
Gambar 3. DNA polimerase di garpu replikasi.
Tabel beberapa tipe polymerase:
Nama
Prokariotik polymerase
DNA polymerase I
DNA polymerase II
DNA polymerase III
Eukariotik polymerase
DNA polymerase α
Subunit Primase
Unit DNA polymerase
DNA polymerase β
DNA polymerase δ
Fungsi
Menghapus primer dan mengisi celah
pada untai yang tertinggal
Perbaikan DNA
Enzim utama sintesis DNA
Polymerase pemula
Sintesis RNA primer
Menambahkan bentangan sekitar 20
nukleotida ke primer
Perbaikan DNA
Enzim utama sintesis DNA
C. Mekanisme Replikasi DNA
Setiap molekul DNA yang melakukan replikasi sebagai suatu satuan tunggal
dinamakan replikon. Dimulainya (inisiasi) replikasi DNA terjadi di suatu tempat
tertentu di dalam molekul DNA yang dinamakan titik awal replikasi atau origin of
replication (ori). Contoh pada plasmid (prokariot), terdapat proses replikasi yang
dimulai pada replication origin dan mengembang sampai dihasilkan 2 plasmid yang
sama persis. Tetapi pada eukariot (mamalia) lebih kompleks tetapi tetap membutuhkan
replication origin. Proses inisiasi ini ditandai oleh saling memisahnya kedua untai DNA,
yang masing-masing akan berperan sebagai cetakan bagi pembentukan untai DNA baru
6
sehingga akan diperoleh suatu gambaran yang disebut sebagai garpu replikasi.
Biasanya, inisiasi replikasi DNA baik pada prokariot maupun eukariot, terjadi dua arah
(bidireksional). Dalam hal ini dua garpu replikasi akan bergerak melebar dari ori
menuju dua arah yang berlawanan hingga tercapai suatu ujung (terminus). Pada
eukariot, selain terjadi replikasi dua arah, ori dapat ditemukan di beberapa tempat.
Pada mamalia ada beberapa replication origin (replication bubble) yang akan
bergabung satu sama lain. DNA harus terbuka dahulu baru bisa digandakan. Origin
replication disebut sebagai unique sequence yang merupakan pertanda sebagai tempat
proses/titik mulai terjadinya replikasi, dimana ada protein tertentu yang akan mengenali
sequence. Pada bakteri (prokariot) hanya butuh satu titik ORI (origin of replication)
sedangkan pada mamalia (eukariot) butuh beberapa ORI karena kalau hanya 1 ORI akan
butuh waktu 3 minggu untuk mereplikasi 3 milyard DNA. Sehingga pada mamalia ada
30.000 titik ORI yang bekerja secara bersamaan sehingga fase S untuk replikasi hanya
butuh beberapa jam saja.
Saat awal akan di mulainya repliaksi, pada G1 akhir ORC mengenali sequence
ACS, kemudian ada molekul lain, juga helikase yang membentuk pre-replicative
complex (pre-RC). selanjutnya pada fase S degradasi fosporilasi ORC, degradasi
fosforilasi Cdc6 maka terbentuk bubble replication. Helikase membuka pilinan,
topoisomerase yang memotong pada titik tertentu. secara singkat dalam siklus sel : Pada
fase G2/M sudah ada 2 copy. Pada fase G1 persiapan, S proses replikasi, G2/M sudah
selesai.
D. Replikasi pada kedua untai DNA
Proses replikasi DNA yang kita bicarakan di atas sebenarnya barulah proses
yang terjadi pada salah satu untai DNA. Untai DNA tersebut sering dinamakan untai
pengarah (leading strand). Sintesis DNA baru pada untai pengarah ini berlangsung
secara kontinyu dari ujung 5’ ke ujung 3’ atau bergerak di sepanjang untai pengarah dari
ujung 3’ ke ujung 5’. Pada untai DNA pasangannya ternyata juga terjadi sintesis DNA
baru dari ujung 5’ ke ujung 3’ atau bergerak di sepanjang untai DNA cetakannya ini
dari ujung 3’ ke ujung 5’. Namun, sintesis DNA pada untai yang satu ini tidak berjalan
kontinyu sehingga menghasilkan fragmen terputus-putus, yang masing-masing
mempunyai arah 5’→ 3’. Terjadinya sintesis DNA yang tidak kontinyu sebenarnya
7
disebabkan oleh sifat enzim DNA polimerase yang hanya dapat menyintesis DNA dari
arah 5’ ke 3’ serta ketidakmampuannya untuk melakukan inisiasi sintesis DNA.
Untai DNA yang menjadi cetakan bagi sintesis DNA tidak kontinyu itu disebut
untai tertinggal (lagging strand). Sementara itu, fragmen-fragmen DNA yang dihasilkan
dari sintesis yang tidak kontinyu dinamakan fragmen Okazaki, sesuai dengan nama
penemunya. Fragmen-fragmen Okazaki akan disatukan menjadi sebuah untai DNA
yang utuh dengan bantuan enzim DNA ligase. Secara umum proses replikasi DNA
meliputi tahap-tahap replikasi berikut:
1. Denaturasi (pemisahan) untaian DNA induk
2. Inisiasi sintesis DNA
3. Pemanjangan untaian DNA
4. Ligasi fragmen-fragmen DNA
5. Terminasi sintesis DNA
8
Gambar 3. Proses replikasi DNA
Keterangan gambar 3: Replikasi DNA. Mula-mula, heliks ganda DNA (merah)
dibuka menjadi dua untai tunggal oleh enzim helikase (9) dengan bantuan
topoisomerase (11) yang mengurangi tegangan untai DNA. Untaian DNA tunggal
dilekati oleh protein-protein pengikat untaian tunggal (10) untuk mencegahnya
membentuk heliks ganda kembali. Primase (6) membentuk oligonukleotida RNA yang
disebut primer (5) dan molekul DNA polimerase (3 & 8) melekat pada seuntai tunggal
DNA dan bergerak sepanjang untai tersebut memperpanjang primer, membentuk
untaian tunggal DNA baru yang disebut leading strand (2) dan lagging strand (1). DNA
polimerase
yang membentuk lagging strand harus mensintesis
segmen-segmen
polinukleotida diskontinu (disebut fragmen Okazaki (7)). Enzim DNA ligase (4)
kemudian menyambungkan potongan-potongan lagging strandtersebut.
E. Replikasi DNA prokariot
Replikasi DNA kromosom prokariot, khususnya bakteri, sangat berkaitan
dengan siklus pertumbuhannya. Daerah ori pada E. coli, misalnya, berisi empat
buah tempat pengikatan protein inisiator DnaA, yang masing-masing panjangnya 9 pb.
Sintesis protein DnaA ini sejalan dengan laju pertumbuhan bakteri sehingga inisiasi
replikasi juga sejalan dengan laju pertumbuhan bakteri. Pada laju pertumbuhan sel yang
sangat tinggi, DNA kromosom prokariot dapat mengalami reinisiasi replikasi pada
dua ori yang baru terbentuk, sebelum putaran replikasi yang pertama berakhir.
Akibatnya, sel-sel hasil pembelahan akan menerima kromosom yang sebagian telah
bereplikasi.
9
Protein DnaA membentuk struktur kompleks yang terdiri atas 30 hingga 40
buah molekul, yang masing-masing akan terikat pada molekul ATP. Daerah ori akan
mengelilingi kompleks DnaA- ATP tersebut. Proses ini memerlukan kondisi
superkoiling negatif DNA (pilinan kedua untai DNA berbalik arah sehingga terbuka).
Superkoiling negatif akan menyebabkan pembukaan tiga sekuens repetitif sepanjang 13
pb yang kaya dengan AT sehingga memungkinkan terjadinya pengikatan
protein
DnaB, yang merupakan enzim helikase, yaitu enzim yang akan menggunakan
energi ATP hasil hidrolisis untuk bergerak di sepanjang kedua untai DNA dan
memisahkannya.
Untai DNA tunggal hasil pemisahan oleh helikase selanjutnya diselubungi oleh
protein pengikat untai tunggal atau single-stranded binding protein (Ssb) untuk
melindungi DNA untai tunggal dari kerusakan fisik dan mencegah renaturasi. Enzim
DNA primase kemudian akan menempel pada DNA dan menyintesis RNA primer yang
pendek untuk memulai atau menginisiasi sintesis pada untai pengarah.
Agar replikasi dapat terus berjalan menjauhi ori, diperlukan enzim helikase
selain DnaB. Hal ini karena pembukaan heliks akan diikuti oleh pembentukan putaran
baru berupa superkoiling positif. Superkoiling negatif yang terjadi secara alami ternyata
tidak cukup untuk mengimbanginya
sehingga
diperlukan
enzim
lain,
yaitu
topoisomerase tipe II yang disebut dengan DNA girase. Enzim DNA girase ini
merupakan target serangan antibiotik sehingga pemberian antibiotik dapat mencegah
berlanjutnya replikasi DNA bakteri.
Seperti telah dijelaskan di atas, replikasi DNA terjadi baik pada untai pengarah
maupun pada untai tertinggal. Pada untai tertinggal suatu kompleks yang disebut
primosom akan menyintesis sejumlah RNA primer dengan interval 1.000 hingga 2.000
basa. Primosom terdiri atas helikase DnaB dan DNA primase.
Primer baik pada untai pengarah maupun pada untai tertinggal akan
mengalami
elongasi dengan bantuan holoenzim DNA polimerase III. Kompleks
multisubunit ini merupakan dimer, separuh akan bekerja pada untai pengarah dan
separuh lainnya bekerja pada untai tertinggal. Dengan demikian, sintesis pada kedua
untai akan berjalan dengan kecepatan yang sama.
Masing-masing bagian dimer pada kedua untai tersebut terdiri atas subunit a,
yang mempunyai fungsi polimerase sesungguhnya, dan subunit e, yang mempunyai
10
fungsi penyuntingan berupa eksonuklease 3’ → 5’. Selain itu, terdapat subunit b yang
menempelkan polimerase pada DNA.
Begitu primer pada untai tertinggal dielongasi oleh DNA polimerase III, mereka
akan segera dibuang dan celah yang ditimbulkan oleh hilangnya primer tersebut diisi
oleh DNA polimerase I, yang mempunyai aktivitas polimerase 5’ → 3’, eksonuklease
5’ → 3’, dan-eksonuklease penyuntingan 3’ → 5’. Eksonuklease 5’→3’ membuang
primer, sedangkan polimerase akan mengisi celah yang ditimbulkan. Akhirnya,
fragmen-fragmen Okazaki akan dipersatukan oleh enzim DNA ligase. Secara in vivo,
dimer holoenzim DNA polimerase III dan primosom diyakini membentuk kompleks
berukuran besar yang disebut dengan replisom. Dengan adanya replisom sintesis DNA
akan berlangsung dengan kecepatan 900 pb tiap detik.
Kedua garpu replikasi akan bertemu kira-kira pada posisi 180°C dari ori. Di
sekitar daerah ini terdapat sejumlah terminator yang akan menghentikan gerakan garpu
replikasi. Terminator tersebut antara lain berupa produk gen tus, suatu inhibitor bagi
helikase DnaB. Ketika replikasi selesai, kedua lingkaran hasil replikasi masih menyatu.
Pemisahan dilakukan oleh enzim topoisomerase IV. Masing-masing lingkaran hasil
replikasi kemudian disegregasikan ke dalam kedua sel hasil pembelahan.
F. Replikasi DNA eukariot
Pada eukariot replikasi DNA hanya terjadi pada fase S di dalam interfase.
Untuk memasuki fase S diperlukan regulasi oleh sistem protein kompleks yang disebut
siklin dan kinase tergantung siklin atau cyclin-dependent protein kinases (CDKs), yang
berturut-turut akan diaktivasi oleh sinyal pertumbuhan yang mencapai permukaan sel.
Beberapa CDKs akan melakukan fosforilasi dan mengaktifkan protein-protein yang
diperlukan untuk inisiasi pada masing-masing ori.
Berhubung dengan kompleksitas struktur kromatin, garpu replikasi pada
eukariot
b ergerak hanya dengan kecepatan 50 pb tiap detik. Sebelum melakukan
penyalinan, DNA harus dilepaskan dari nukleosom pada garpu replikasi sehingga
gerakan garpu replikasi akan diperlambat menjadi sekitar 50 pb tiap detik. Dengan
kecepatan seperti ini diperlu kan waktu sekitar 30 hari untuk menyalin molekul
DNA kromosom pada
kebanyakan mamalia. Sederetan sekuens tandem yang
terdiri atas 20 hingga 50 replikon mengalami inisiasi secara serempak pada waktu
11
tertentu
selama fase S. Deretan yang mengalami inisasi
paling awal adalah
eukromatin, sedangkan deretan yang agak lambat adalah heterokromatin. DNA
sentromir dan telomir bereplikasi paling lambat. Pola semacam ini mencerminkan
aksesibilitas struktur
faktor
kromatin
yang
berbeda-beda
terhadap
inisiasi. Seperti halnya pada prokariot, satu atau beberapa DNA helikase
dan Ssb yang disebut dengan protein replikasi A atau replication protein A (RP-A)
diperlukan untuk memisahkan kedua untai DNA. Selanjutnya, tiga DNA polimerase
yang berbeda terlibat dalam elongasi. Untai pengarah dan masing-masing fragmen
untai tertinggal diinisiasi oleh RNA primer dengan bantuan aktivitas primase yang
merupakan bagian integral enzim DNA polimerase a. Enzim ini akan meneruskan
elongasi replikasi tetapi kemudian segera digantikan oleh DNA polimerase d pada
untai pengarah dan DNA polimerase e pada untai tertinggal. Baik DNA polimerase d
maupun e mempunyai fungsi penyuntingan. Kemampuan DNA polimerase d untuk
menyintesis DNA yang panjang disebabkan oleh adanya antigen perbanyakan nuklear
sel atau proliferating cell nuclear antigen (PCNA), yang fungsinya setara dengan
subunit b holoenzim DNA polimerase III pada E. coli. Selain terjadi penggandaan DNA,
kandungan histon di dalam sel juga mengalami penggandaan selama fase S.
Mesin replikasi yang terdiri atas semua enzim dan DNA yang berkaitan dengan
garpu replikasi akan diimobilisasi di dalam matriks nuklear. Mesin-mesin tersebut dapat
divisualisasikan menggunakan mikroskop dengan melabeli DNA yang sedang
bereplikasi. Pelabelan dilakukan menggunakan analog timidin, yaitu bromodeoksiuridin
(BUdR), dan visualisasi DNA yang dilabeli tersebut dilakukan dengan imunofloresensi
menggunakan antibodi yang mengenali BUdR.
Ujung kromosom linier tidak dapat direplikasi sepenuhnya karena tidak ada
DNA yang dapat menggantikan RNA primer yang dibuang dari ujung 5’ untai
tertinggal. Dengan demikian, informasi genetik dapat hilang dari DNA. Untuk
mengatasi hal ini, ujung kromosom eukariot (telomir) mengandung beratus-ratus
sekuens repetitif sederhana yang tidak berisi informasi genetik dengan ujung 3’
melampaui ujung 5’. Enzim telomerase mengandung molekul RNA pendek, yang
sebagian sekuensnya komplementer dengan sekuens repetitif tersebut. RNA ini akan
bertindak sebagai cetakan (template) bagi penambahan sekuens repetitif pada ujung 3’.
12
Hal yang menarik adalah bahwa aktivitas telomerase mengalami penekanan
di dalam sel -sel somatis pada organisme multiseluler, yang lambat laun akan
menyebabkan pemendekan kromosom pada tiap generasi sel. Ketika pemendekan
mencapai DNA yang membawa informasi genetik, sel-sel akan menjadi layu dan
mati. Fenomena ini diduga sangat penting di dalam proses
penuaan
sel.
Selain
itu, kemampuan penggandaan yang tidak terkendali pada kebanyakan sel kanker
juga berkaitan dengan reaktivasi enzim telomerase.
13
BAB III
KESIMPULAN
Beberapa poin penting dalam replikasi DNA adalah sebagai berikut :
 Mekanisme replikasi merupakan semi-konservatif, artinya masing-masing untai
baru dihasilkan dari satu untai induk dan produk replikasi merupakan dua molekul,
masing masing berisi satu untai baru dan satu untai induk.
 Senyawa antara replikasi DNA berisi struktur “Froked” pada sisi replikasi.
 Replikasi terjadi secara berututan dan tertib, dimulai dari titik tetap (disebut origin)
dan diakhiri duplek berhenti dari induk.
 Replikasi DNA menggunakan deoksiribonukleosida-5’-trifosfat (dNTPs) untuk
membangun rantai DNA.
 Replikasi DNA diskontinyu, sintesis satu strand (disebut lagging stand) tertinggal
di belakang strand yang lain (disebut leading strand) dan terjadi dalam potonganpotongan yang disebut fragmen Okazaki. Repikasi leading strand berjalan kontinyu.
 Replikasi sangat akurat, lebih akurat dari proses enzimatis lain.
 Replikasi dapat dibagi menjadi tiga proses, inisiasi, elongasi dan terminasi.
 Multi protein dibutuhkan untuk replikasi DNA pada garpu replikasi, yaitu DNA
polimerase, single strand DNA binding protein, helikasi, primase, topoisomerase,
dan DNA ligase. Beberapa diantaranya merupakan kompleks multisubunit protein.
 DNA polimerase mengkatalisis reaksi kimia dari sintesis DNA.
 Rantai DNA tumbuh (replikasi) hanya dengan arah 5’ ke 3’
14
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, E. 2011. Replikasi DNA dan Abnormalitasnya pada Pertumbuhan Sel Tumor.
https://www.academia.edu/5085250/makalah._Replikasi_DNA.
Diakses
tanggal 01 Oktober 2019.
Dani, H.B. 2013. Replikasi DNA. Mataram : Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Mataram.
Fatmawati,
D.
2015.
Replikasi
https://www.academia.edu/18306413/Replikasi_DNA_Makalah.
DNA.
Diakses
tanggal 01 Oktober 2019.
https://www.academia.edu/9493665/Replikasi_Transkripsi_dan_Translasi.
Diakses
tanggal 01 Oktober 2019.
Wulandari, E., Hendarmin., LA. 2015. Integrasi biokimia dalam modul kedokteran.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
15
TUGAS
BIOLOGI MOLEKULER
“REPLIKASI DNA”
OLEH :
Nama : Hanifa Nur Adilah
NPM : 183112620120092
PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI MEDIK
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
2019
Download