Uploaded by User29056

Jinayah Revisi'

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Cakupan jarimah pencurian dalam syariat islam dikenal prinsip bahwa suatu
perbuatan dapat dipandang sebagai jarimah jika telah dinyatakan dalam nash atau dengan
bahasa kenegaraan, sesuatu perbuatan dapat dipandang sebagai jarimah jika telah
diundangkan.
Dengan adanya prinsip tersebut macam-macam, pencurian dan sanksinya akan dapat
diketahui dengan jelas dan pasti. Dengan demikian orang akan berhati-hati agar tidak sampai
melakukan jarimah yang akan berakibat penderitaan terhadap dirinya sendiri. Dilihat dari sisi
lain adanya prinsip tersebut akan mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang penguasa
atau pengadilan untuk menjatuhkan suatu hukuman kepada seseorang berbeda dengan
hukuman yang akan dijatuhkan terhadap orang lain yang melakukan jarimah yang sama
dengan motif yang sama pula.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a.
b.
c.
d.
e.
Pengertian Jarimah Pencurian dan Macam-Macamnya
Dalil , Nisab dan Sanksi Hukum bagi Pelaku Jarimah Pencurian
Syarat dan Rukun Jarimah Pencurian
Pembuktian Untuk Jarimah Pencurian dan Hal yang Dapat Menggugurkan Hukuman
Hadits Yang Berkaitan Dengan Jarimah Pencurian
1.3 TUJUAN MASALAH
a.
b.
c.
d.
Untuk Mengetahui Apa Itu Jarimah Pencurian dan Macam-Macamnya
Untuk Mengetahui Dalil,Nisab dan Sanksi Hukum bagi Pelaku Jarimah Pencurian
Untuk Mengetahui Syarat dan Rukun Jarimah
Untuk Mengetahui Apa Bentuk Pembuktian Untuk Jarimah Pencurian dan Hal yang
Dapat Menggugurkan Hukuman
e. Untuk Mengetahui Hadits Yang Berkaitan Dengan Jarimah Pencurian
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Jarimah Pencurian dan Macam-Macamnya
Secara etimologis sariqah adalah bentuk masdar dari kata “‫ ”سرق–يسرق– سرقا‬yang
berarti “‫ ”أخذ ماله خفية وجيلة‬yaitu mengambil harta seseorang secara sembunyi-sembunyi
dan dengan tipu daya. Sementara itu definisi sariqah secara terminologi dikemukakan oleh
beberapa ahli sebagai berikut :
1. Ali bin Muhammad Al-Jurjani
Sariqah dalam syariat Islam yang pelakunya harus diberi hukuman potong tangan adalah
mengambil sejumlah harta senilai sepuluh dirham yang masih berlaku, disimpan di tempat
penyimpanannya atau dijaga dan dilakukan oleh seorang mukallaf secara sembunyi-sembunyi
serta tidak terdapat unsur syubhat, sehingga kalau barang itu kurang dari sepuluh dirham
yang masih berlaku maka tidak dapat dikategorikan sebagai pencurian yang pelakunya
diancam hukuman potong tangan.
2. Wahbah Al-Zuhaili
Sariqah ialah mengambil harta mlik orang lain dari tempat penyimpanannya yang biasa
digunakan untuk menyimpan secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi. Termasuk dalam
kategori mencuri informasi dan pandangan jika dilakukan dengan sembunyi-sembunyi.
3. Muhammad Al-Khatib Al-Syarbini (ulama mazhab Syafi’i)
Sariqah secara bahasa berarti mengambil harta (orang lain) secara sembunyi-sembunyi
dan secara istilah syara’ adalah mengambil harta (orang lain) secara sembunyi-sembunyi dan
zalim, diambil dari tempat penyimpanann ya yang biasa digunakan untuk menyimpan dengan
berbagai syarat.1
Suatu pencurian baru dianggap sempurna apabila telah memenuhi :
1. Pencuri mengeluarkan barang dari hirz / tempat penyimpanan.
2. Barang yang dicuri telah dipindah tangankan kepada pencuri, dan ia telah
memilikinya.
3. Barang yang dicuri telah lepas dari tangan / kekuasaan pemilik.2
Pencurian dalam syariat Islam ada dua macam, yaitu :
a. Pencurian yang hukumnya had
1
2
M.Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah,( Jakarta : Amzah, 2013) , hlm 99-100.
Mohd.Nasir Cholis, Fiqh Jinayat,( Riau : SUSKA PRESS, 2008 ), hlm 36.
2
b. Pencurian yang hukumnya ta’zir
Pencurian yang hukumnya had dibagi menjadi dua, yaitu pencurian ringan dan pencurian
berat. Menurut Abdul Qadir pencurian ringan adalah mengambil harta milik orang lain
dengan cara diam-diam, yaitu dengan jalan sembunyi-sembunyi. Sedangkan pencurian berat
adalah mengambil harta milik orang lain dengan cara kekerasan. Perbedaan antara kedua
pencurian itu jika didalam pencurian ringan harta diambil tanpa persetujuan dan tanpa
sepengetahuan pemilik harta, maka dalam pencurian berat pengambilan harta dilakukan
dengan sepengetahuan pemilik harta tetapi tanpa kerelaannya, disamping itu pun terdapat
unsur kekerasan. Pencurian berat ini dikategorikan kedalam kelompok jarimah hirabah atau
perompakan.
Pencurian yang hukumnya ta’zir juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Semua jenis pencurian yang dikenai hukuman had, tetapi syarat-syaratnya tidak
terpenuhi, atau ada syubhat. Contohnya seperti mengambil harta mlik anak oleh
ayahnya.
b. Pengambilan harta milik orang lain dengan sepengetahuan pemilik tanpa kerelaannya
dan tanpa kekerasan. Contohnya seperti menjambret kalung dari leher seorang wanita,
lalu penjambret itu melarikan diri dari pemilik barang tersebut melihatnya sambil
berteriak meminta bantuan.3
2.2 Dalil , Nisab dan Sanksi Hukum bagi Pelaku Jarimah Pencurian
Apabila tindak pidana telah dapat dibuktikan, maka pencuri akan dikenai dua hukuman,
yaitu :
a. Penggantian Kerugian (Dhaman)
Hukuman penggatian kerugian ini hanya dapat dilaksanakan apabila si pencuri tidak
terkena hukuman potong tangan, apabila ia mendapatkan hukuman potong tangan maka ia
tidak akan dikenakan penggantian kerugian.4
b. Hukuman potong tangan.
Ulama sepakat bahwa pencurian termasuk salah satu dari tujuh jenis jarimah hudud
karena secara tegas dinyatakan oleh Allah SWT sebagaimana berikut .
َ ‫ارقَةُ فَٱ ْق‬
َّ ‫ٱَّلل ۗ َو‬
ٌ‫ع ِزيز ََ ِكي‬
َّ ‫ار ُق َوٱل‬
َّ ‫َوٱل‬
ِ َّ َ‫س َبا نَ َٰ َكًل ِمن‬
َ ُ‫ٱَّلل‬
َ ‫طعُ ٓو ۟ا أ َ ْي ِد َي ُه َما َجزَ آ ًۢء ِب َما َك‬
ِ ‫س‬
ِ ‫س‬
“Adapun orang laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan
dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS.Al-Ma’idah (5) : 38)
3
4
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta : Sinar Grafika, 2016) , hlm 81-82.
Ibid.,hlm 90.
3
Dalam syarat ini, Allah menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan pencuri harus
dipotong tangan keduanya. Ada ulama berbeda pendapat tentang persyaratan yang membuat
seseorang pencuri bisa dihukum potong tangan, bagian tangan yang harus dipotong dan batas
minimal (nisab) barang curian. Adapun dalam hadits Nabi dikatakan, nisab barang curian
yang tangan pelakunya dapat dipotong adalah seperempat dinar atau tiga dirham.
Untuk dapat mengatahui nilai tiga dirham dalam kurs rupiah, terlebih dahulu harus
mengukur dengan dolar Amerika Serikat. Satu dolar Amerika Serikat sama dengan 5,7 pound
Mesir. Dengan demikian, tiga puluh pound Mesir sama dengan 10,52 dolar Amerika Serikat.
Jika satu dolar Amerika Serikat 9,500 rupiah, maka 10,52 dolar Amerika Serikat sama
dengan 99.940 rupiah dan dapat dibulatkan menjadi 100.000 rupiah. Inilah perkiraan
seperempat dinar atau tiga dirham, yaitu 100.000 rupiah. 5
Hukuman potong tangan ini tidak dapat dimaafkan, jika perkaranya sudah diserahkan
dan ditangani oleh Ulul Amri (pemimpin). Berkenaan dengan anggota badan yang dipotong
dan batas pemotongannya, para ulama berbeda pendapat, yaitu :
a. Imam Malik dan Imam Syafi’I berpendapat pada pencurian pertama yang dipotong
adalah tangan kanan, pada pencurian kedua yang dipotong adalah kaki kiri, pada
pencurian yang ketiga yang dipotong adalah tangan kiri, pada pencurian ke empat yang
dipotong adalah tangan kanan. Jika pencuri masih mencuri yang kelima kalinya maka
dipenjara sampai dia bertobat.
b. Atha berpendapat bahwa pencurian yang pertama dipotong tangannya, dan mencuri
yang kedua kalinya dihukum ta’zir.
c. Mazhab Zhahiri berpendapat bahwa pada pencurian pertama dipotong tangan
kanannya, pada pencurian kedua dipotong tangan kirinya, pada pencurian ketiga
dikenai hukuman ta’zir.
d. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa pada pencurian pertama pencuri dipotong
tangan kanannya, pada pencurian kedua dipotong kaki kirinya, pencurian ketiga
dipenjara sampai tobat.
Salah satu hal yang disepakati oleh para ulama adalah bahwa kewajiban potong tangan
itu dihapus, jika tangan yang akan dipotong itu telah hilang sesudah pencurian terjadi. Batas
pemotongan menurut Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Ahmad dan
Zahiri adalah dari pergelangan tangan ke bawah, begitupula bila yang dipotong kakinya.
Alasannya adalah batas minimal anggota yang disebut tangan dan kaki adalah telapak tangan
atau kaki dengan jari-jarinya. Selain itu Rasulullah melakukan pemotongan tangan pada
pergelangan tangan pencuri.6
5
6
M.Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta : Amzah , 2016) , hlm 80.
H.A.Dzajuli, Fiqih Jinayah , ( Jakarta: PT Raja Grafindo. 1997 ), hlm 80-84.
4
Sekalipun syariat Islam terkesan sangat keras, Islam juga mengedepankan aspek yuridis
formal dan memperhatikan hak-hak terdakwa. Yang dimana untuk mengeksekusi pelaku,
harus diperhatikan terlebih dahulu syarat dan rukun dari sebuah pencurian.7
2.3 Syarat dan Rukun Jarimah Pencurian
Dalam memberlakukan sanksi potong tangan harus diperhatikan aspek-aspek penting
yang berkaitan dengan syarat dan rukunnya. Shalih Sa’id Al-Haidan, dalam bukunya Hal AlMuttaham fi Majlis Al-Qada’, mengemukakakan lima syarat untuk berlakunya hukuman ini,
yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
Pelaku telah dewasa dan berakal sehat
Pencurian tidak dilakukan karena pelakunya sangat terdesak oleh kebutuhan hidup
Tidak terdapat hubungan kerabat antara pihak korban dan pelaku
Tidak terdapat unsur syubhat dalam hal kepemilikan
Pencurian tidak terjadi disaat perperangan di jalan Allah.
Adapun rukun pencurian, yaitu :
a. Mengambil secara sembunyi-sembunyi
Mengambil secara sembunyi-sembunyi harus memenuhi tiga syarat. Pertama, pencuri
mengambil barang curian dari tempat penyimpanan. Kedua, barang pencurian tersebut
dikeluarkan dari pemeliharaan pihak korban. Ketiga, barang curian berpindah tangan dari
pihal korban kepada pihak pelaku.
b. Barang yang dicuri harus mal mutaqawwim
yaitu barang yang dianggap bernilai menurut syara’. Menurut, Syafi’i, Maliki dan
Hambali, bahwa yang dimaksud dengan benda berharga adalah benda yang dimuliakan
syara’, yaitu bukan benda yang diharamkan oleh syara’ seperti khamar, babi, anjing, bangkai,
dan seterusnya, karena benda-benda tersebut menurut Islam dan kaum muslimin tidak ada
harganya. Karena mencuri benda yang diharamkan oleh syara’, tidak dikenakan sanksi
potong tangan. Hal ini diungkapkan oleh Abdul Qadir Awdah, “Bahwa tidak divonis potong
tangan kepada pencuri anjing terdidik (helder) maupun anjing tidak terdidik, meskipun
harganya mahal, karena haram menjual belinya.8
c. Barang yang diambil berupa harta
Harta yang dicuri memenuhi beberapa syarat, syarat yang dimaksud adalah (1) berupa
harta bergerak, (2) berupa benda berharga, (3) disimpan ditempat penyimpanan dan (4) harus
mencapai nisab.
d. Harta yang Diambil Adalah Milik Orang Lain
7
8
M.Nurul Irfan, Masyrofah. Op.Cit. ,hlm 105-111.
Ahmad Azhar Basyir, Ikhtisar Fikih Jinayat (Hukum Pidana Islam), ( Yogyakarta : UII Press, 2006, )
hlm. 37
5
Hal ini penting, karena jika yang diambil itu adalah barang milik si pelaku dengan cara
sembunyi-sembunyi maka tidak bisa dikatakan sebagai pencurian. Sama hal nya dengan harta
milik bersama milik korban dan pelaku juga bukan termasuk pencurian. Jadi barang yang
merupakan barang pencurian bukan lah milik pelaku, begitu juga bukan harta bersama milik
pelaku dan korban.
e. Melawan Hukum
Mengambil secara sembunyi-sembunyi tidak dapat dianggap sebagai mencuri kecuali di
dalam benak si pelaku terdapat unsur melawan hukum. Pencurian termasuk ke dalam kategori
melawan hukum apabila dilakukan untuk memiliki barang yang dicurinya tanpa
sepengetahuan dan izin dari korban. 9
Pencurian dapat dibuktikan dengan tiga macam alat bukti , yaitu :
a. Dengan Saksi
Saksi yang diperlukan untuk membuktikan tindak pidana pencurian , minimal dua orang
laki-laki atau seorang laki-laki dan dua orang perempuan. Apabila saksi kurang dari dua
orang maka pencuri tidak dikenai hukuman.
b. Dengan Pengakuan
Pengakuan merupakan salah satu alat bukti untuk pencurian. Menurut Zhahiriyah,
pengakuan cukup dinyatakan satu kali dan tidak perlu diulang-ulang. Akan tetapi Imam Abu
Yusuf, Syi’ah Zaidiyah berpendapat bahwa pengakuan harus dinyatakan sebanyak dua kali.
c. Dengan Sumpah
Apabila dalam suatu peristiwa pencurian tidak ada saksi dan tersangka tidak mengakui
perbuatannya, maka pemilik barang dapat meminta kepada tersangka untuk bersumpah
bahwa ia tidak mengambil barang tersebut. Apabila tersangka enggan untuk bersumpah maka
sumpah dikembalikan kepada penuntut. Apabila pemilik barang mau bersumpah maka
pencurian bisa dibuktikan dengan sumpah tersebut dan keengganan bersumpah tersangka,
sehingga tersangka dkenai hukuman had.
Akan tetapi pembuktian dengan sumpah dianggap kurang tepat, karena hukuman untuk
perbuatan ini sangat berat sehingga diperlukan ketelitian dan kecermatan dalam
pembuktiannya.
Adapun beberapal hal yang dapat menggugurkan hukuman, yaitu sebagai berikut :
a. Karena si pemilik barang tidak mempercayai pengakuan pencuri atau tidak
mempercayai para saksi.
b. Karena adanya pengampunan dari pihak korban.
9
Ibid.,hlm 114-120.
6
c. Karena pencuri tersebut menarik kembali pengakuannya, berlaku hanya pembuktian
dilakukan dengan pengakuan.
d. Karena dikembalikannya barang yang dicuri sebelum perkara diajukan ke pengadilan.
e. Karena pencuri berusaha memiliki barang yang dicuri.
f. Karena pencuri mengaku bahwa barang yang dicurinya adalah barang milik dirinya
sendiri.10
2.5. Hadits Yang Berkaitan Dengan Jarimah Pencurian
a. Ibnu Umar ra menerangkan :
َ َُ ‫الَ َر‬
‫ار َمُِر َيف ٍَّ َ ِجَ َُ ُه َتمَيَ ثَةَثَالَ ََ َمها ََر‬
َ ‫ِ َُ َم‬
َ َِ ‫اُ َس‬
َ
َ ‫ع َط‬
َ ََ ‫ِلَ ُه َي‬
“ Nabi saw telah memotong tangan seseorang yang mencuri tameng / perisai, seharga
tiga dirham”. (HR.Al-Jamaah : Al-Muntaqa 2 : 720)
b. Aisyah ra menerangkan :
َ ‫د َقَ ا َ ُس‬
َ ْ‫َرم َمَُطَ يَف ََل َإ ه‬
َِ ‫ِلَ ُه َي‬
َ ‫َم‬
َ ‫الَ َر‬
َ ‫اُ َس‬
َ ََ ‫ َُر َس‬: ‫ع َط َإ‬
ِ ‫للار َِقِه ََ م‬
َ َ‫ىلَص ي‬
َ َِ َُ ِ
َ ‫ق‬
َ ‫رم‬
“ Nabi saw memotong tangan seorang yang mencuri seperempat dinar atau lebih”.
(HR.Al-Jamaah selain Ibnu Majah : Al-Muntaqa 2 : 720). 11
10
Ahmad Wardi Muslich,Op.Cit.,hlm 88&92.
Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Koleksi Hadits-Hadits Hukum , ( Semarang : Pustaka
Rizki Putra , 2011 ) , hlm 389.
11
7
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Secara etimologis sariqah adalah bentuk masdar dari kata “‫ ”سرق–يسرق– سرقا‬yang
berarti “‫ ”أخذ ماله خفية وجيلة‬yaitu mengambil harta seseorang secara sembunyi-sembunyi dan
dengan tipu daya.
Shalih Sa’id Al-Haidan, dalam bukunya Hal Al-Muttaham fi Majlis Al-Qada’,
mengemukakakan lima syarat untuk berlakunya hukuman ini, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
Pelaku telah dewasa dan berakal sehat
Pencurian tidak dilakukan karena pelakunya sangat terdesak oleh kebutuhan hidup
Tidak terdapat hubungan kerabat antara pihak korban dan pelaku
Tidak terdapat unsur syubhat dalam hal kepemilikan
Pencurian tidak terjadi disaat perperangan di jalan Allah.
Adapun rukun jarimah pencurian, yaitu :
a.
b.
c.
d.
Mengambil secara sembunyi-sembunyi
Barang yang diambil berupa harta
Harta yang diambil adalah milik orang lain
Melawan hukum.
3.2 SARAN
Makalah yang saya buat pastilah masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi tulisan
atau kata-kata yang kurang cocok di pikiran pembaca, maka dengan tangan terbuka saya
menerima masukan dari para pembaca yang budiman baik yang berupa saran, kritik yang
bersifat membangun. karena dengan saran dan kritik pembaca dapat membantu untuk lebih
baik dalam penyusunan makalah saya selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Basyir, Ahmad Azhar.2006.Ikhtisar Fikih Jinayat (Hukum Pidana Islam).( Yogyakarta : UII
Press )
8
Dzajuli, H.A.1997. Fiqih Jinayah.( Jakarta : PT Raja Grafindo )
Hasbi Ash-Shiddieqy ,Tengku Muhammad.2011. Koleksi Hadits-Hadits Hukum.(Semarang :
Pustaka Rizki Putra )
Irfan, M.Nurul,2016.Hukum Pidana Islam.(Jakarta:Amzah)
Irfan,M.Nurul dan Masyrofah.2013.Fiqh Jinayah.(Jakarta:Amzah)
Muslich,Ahmad Wardi.2016. Hukum Pidana Islam.(Jakarta:Sinar Grafika)
Cholis, Mohd.Nasir.2008.Fiqh Jinayat.(Riau : SUSKA PRESS)
9
Download