Uploaded by User28685

MAKALAH 3

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara
sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan
masalah. Sebagai suatu kegiatan sistematis penelitian harus dilakukan dengan
metode tertentu yang dikenal dengan istilah metode penelitin,yakni suatu cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara
ilmiah ini harus didasari ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan
sistematis.
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian
merupakan bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen
metodelogi penelitian karena instrumen penelitian merupakan alat yang
digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang
sedang diteliti.
Suatu intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan realibitas
yang baik. Untuk memperoleh instrument yang baik tentu selain harus
diujicobakan, dihitung validitas dan realibiltasnya juga harus dibuat sesuai
kaidah-kaidah penyusunan instrument.
Berkaiatan dengan hal tersebut, pada pembahasan ini akan diuraikan
berbagai hal terkait dengan instrument penelitian yang pembahasannya
diawali dengan pengertian instrumen penelitian, jenis, lagkah-langkah
penyusunan, dan teknik pengujian validitas dan reliabiltasnya.
1
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang dibahas pada makalah ini, melputi:
1. Apakah pengertian dari instrumen penelitian?
2. Bagaimana instrumen penelitian untuk penelitian kualitatif?
3. Bagaimana instrumen penelitian untuk penelitian kuanitatif?
4. Bagaimana langkah-langkah menyusun instrumen penelitian?
5. Apa itu validitas dan reliabilitas instrumen?
6. Apa itu pengujian validitas instrumen?
7. Apa itu pengujian peliabilitas instrumen?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah pengertian dari instrumen penelitian
2. Untuk mengetahui bagaimana instrumen penelitian untuk penelitian
kualitatif
3. Untuk mengetahui bagaimana instrumen penelitian untuk penelitian
kuanitatif
4. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah menyusun instrumen
penelitian
5. Untuk mengetahui apa itu validitas dan reliabilitas instrumen
6. Untuk mengetahui apa itu pengujian validitas instrumen
7. Untuk mengetahui apa itu pengujian Reliabilitas instrumen
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Instrumen Penelitian
Seperti
telah
di
kemukakan
terdapat
dua
hal
utama
yang
mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu, kualitas instrumen
penelitian, dan kualitas pegumpulan data. Dalam penelitian kuantitatif,
kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan realibilitas
instrumen dan kualitas pengumpuulan data. Oleh karena itu instrumen
yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat
menghasilkan data yang valid dan reliabel. Instrumen dalam penelitian
kuantitatif
dapat
berupa
test,
peedoman
wawancara,
pedoman
observasi,dan kuesioner.
Dalam penelitian kualitatif,yang menjadi instrumen atau alat penelitian
itu sendiri.Oleh karena itu penelitian sebagai instrumen juga harus
“divalidisi” seberapa jauh penelitian tiap memalukan penelitian yang
selanjutnya terjun ke lapangan. Yang melakukan validisi adalah peneliti
sendiri, melalui evaluasi diri sebarapa jauh pemahaman terhadap metode
kualitatif,
penguasaan
teoridan
wawasan
terhadap
bidang
yang
diteliti,serta kesiapan dan bekal memasuku lapangan.
Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti memasuki obyek penelitian.Dengan demikian dalam
penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan instrumen penelitian
sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali. Oleh karena itu dalam
penelitian kualitatif “ the researcher is the key instrumen”. Jadi peneliti
adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.
Nasution (1988) menyatakan :“Dalam penelitiaan kualitatif,tidak ada
pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penellitian
utama.Alasannya ialah bahwa,segala sesuatunya belum mempunyai bentuk
yang pasti.Masalahnya , fokus penelitian,prosedur penelitian, hipotesis
yang digunakan,baahkan hasil yang diharapkan,itu semuanya tidak dapat
3
ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.Segala sesuatu masih perlu
dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak
pasti dan tidak jelas itu, tidak adaa pilihan lain dan hanya peneliti itu
sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”
Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti
sendiri,namun selanjutnya setelah fokus peneliti menjadi jelas maka
kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang
diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang
telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.Peneliti akan terjun
kelapangan sendiri, baik pada grand tour question,tahap focused and
selection,
melakukan
pengumpulan
data,
analisis
dan
membuat
kessimpulan.
Menurut Nasution(1988) peneliti sebagai instrumen penelitian serasi
untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus
dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulan aneka ragam data sekaligus
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan.Tidak ada suatu instrumen berupa
test atau angket yang dapat managkap keseluruhan situsi kecuali
manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interakhi manusia, tidak dapat difahami
dengan pengetahuan semata.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperoleh,Ia dapat menafsirkannya,melahirkan hipotesis dengan segera
untuk menetukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang
timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
4
segera
sebagai
balikan
untuk
memperoleh,penegasan
perubahan,perbaikan atau pelakan.
7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat
kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat di kuantifikasi
agar dapat diolah secara statistik.sedangkan yang menyimpang dari itu
tidak dihiraukan
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpilan data merupakan langkah paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mmengetauhi teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
medapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber,danberbagai
cara.bila
dilihat
dari
settingnya,
data
dapat
dikumpulkan pada setting alamiah(natural setting).Bila dilihat dari sumber
datanya maka pengumpulan data dapat menngunakan sumber primer, dsn
sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung
menberikan data kepada pengumpul data,dan sumber sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data
misalnya lewat orang lain atau lewat dookumen, Selanjutnya bila dilihat
dari segi cara atau teknik pengumpulan data maka teknik pengumpulan
data
dapat
dilakukan
secara
observasi(pengamatan)
interview
(wawancara), kuesioner (angket) dokumentasi dan gabungan keempatnya.
Bermacam-mcam teknik pengumpulan data ditunjukan pada gambar
12.1 brikut. Gambar terlihat secara umum terdapat emapat macam teknik
pengumpulan
data
yaitu
observasi,
wawancara,dokumentasi,
dan
gabungan/trianggulasi.
5
Observasi
Wawancara
Macam teknik
Dokumentasi
pengumpulan data
Trianggulasi/gabungan
Gambar 12.1 macam-macam teknik pengumpulan data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpilan data dilaakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiah) sumber data primer, dan teknik pengumpulan data
lebih banyak pada observasi berperanserta (participant observation), wawancara
mendalam (in depth interiview) dan dokumentasi.
1. Pengumpulan data dengan observasi
a. Macam-macam observasi
Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar
semua ilmu pengetahuan.Para ilmwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi.
Marshall (1995) menyatakan bahwa “through observation,the
researcher learn about behavior and the meaning attached to those
behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku,dan
makna dari perilaku tersebut.
Sanafiah faisal (1990) mengklasifikasikan observasi menjadi
observasi berpatisipan (participant observation), observasi secara
terang-terangan dan tersamar (over observation dan covert
observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured
6
observation). Selanjutnya Spradley, dalam susan stainback (1988)
membagi observasi berpatisipasi menjadi empat, yaitu pasive
participation, moderate participation, active participation,complete
participation. Untuk memudahkan pemahaman tentang bermacammacam observasi,maka dapat digambarkan seperti gambar 12.2
berikut.
1) Observasi Partisipatif
Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh
akan lebih lengkap,tajam dan sampaimengetahui pada tingkat
makna dari setiap perilaku yang nampak.
Dalam
suatu
misalnya,peneliti
perusahaan
dapat
atau
berperan
lembaga
sebagai
pendidikan
guru,ia
dapat
mengamati bagaimana perilaku guru dan murid dalam
pembelajaran,bagaimana semangat belajar murid,bagaimana
hubungan satu guru dengan guru lain, hubungan karyawan
dengan pengawas dan pimpinan, keluhan dalam melaksanaakan
pekerjaan dan lain-lain.
Seperti
dikemukakan
bahwa
observasi
ini
dapat
digolongkan menjadi empat yaitu paartisipasi pasif, partisipasi
moderat, observasi yang terus terang dan tersamar,dan
observasi yang lengkap.
7

Partisipasi pasif (passive participation) : Jadi dalam hal ini
peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati,
tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

Partisipasi
moderat
(moderate participation)
:Dalam
observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi
orang
dalam
dengan
orang
luar.peneliti
dalam
mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam
beberapa kegiatan,tetapi tidak semuanya.

Partisipasi aktif (Active participation) : Dalam observasi ini
peneliti ikut melakukaan apa yang dilakukan oleh nara
sumber tetapi blm sepenuhnya lengkap.

Partisipasi lengkap (complete participation) : Dalam
melakukan
pengumpulan
data,peneliti
sudah
terlibat
sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data.jadi
suasananya sudah natural,peneliti tidak terlihat melakukan
penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang
tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang teliti.
2) Observasi terus terang atau tersamar
Peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan
terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan
penelitian. Tetapi dalan suatu saat peneliti juga tidak terus
terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk
menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang
masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan
terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk
melakukan observasi.
3) Observasi tak berstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tau secara
pasti tentang apa yang akan diamati.Dalam melakukan
8
pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah
baku tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Dalam suatu pameran produk industri dari berbagai negara
misalnya,peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati.Oleh
karena itu peneliti dapat melakukan pengamatan bebaas,
mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian
dibuat kesimpulan.
Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Nasution (1988) manfaat observasi adalah sebagai berikut :
1. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami
konteks data dalam keseluruhan situasi social, jadi akan dapat diperoleh
pandangan yang holistic atau menyuluruh.
2. Dengan observasi, maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga
memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak
dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif
membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
3. Dengan observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak
diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu,
karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam
wawancara.
4. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak
akan terungkapkan oleh responden dalam wawancra karena bersifat
sensitive atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
5. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi
responden,
sehingga
peneliti
memperoleh
gambaran
yang
lebih
komprehensif.
6. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan
daya yang kya, tetapi juga memperoleh kesan pribadi, dan merasakan
suasan situasi social yang diteliti.
9
Obyek Observasi
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley
dinamakan situasi sosia, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat),
actor (pelaku) dan activities (aktivitas).
1. Place, tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung.
Dalam bisnis bisa di mall, toko-toko, di kantor dan lain-lain.
2. Actor, pelaku atau org-org yang sedang memainkan peran tertentu.seperti
manajer, supervisor, karyawan, pembeli dan lain-lain.
3. Activities, kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang
sedang berlangsung seperti kegiatan tawar-menawar antara penjual dan
pembeli, pengerjaan produk tertentu, sedang memberikan pelayanan dan
lain-lain.
Tiga elemen utama tersebut dalam diperluas sehingga apa yang dapat kita amati
adalah :
1. Space, ruang dalam aspek fisiknya.
2. Actor, semua orang yang terlibat dalam situasi social.
3. Activity, yaitu seperangkat kegiatan yang dilakukan orang.
4. Object, yaitu benda-benda yang terdapat pada tempat itu.
5. Act, yaitu perbuatan atau tindakan-tindakan tertentu.
6. Event, yaitu rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang-orang.
7. Time, yaitu urutan kegiatan.
8. Goal, yaitu tujuan yang ngin dicapi orang-orang.
9. Feeling, yaitu emosi yang dirasakan dan diekspresikan oleh orang-orang.
Dalam melakukan pengamatan kita dapat menentukan pola sendiri berdasarkan
pola diatas. Misalnya kita akan melakukan pengamaan terhadap situasi social
bidang bisnis, maka place nya misalkan adalah lingkungan fisik tempat perjualan,
actornya adalah para karayawan, manajer, pembeli dan orang-orang yang ada di
10
lingkungan dengan segala karekateristiknya, activitynya adalah kegiatan menata
barang, mengirim barang, melayani konsumen, transaksi jual beli dan lain-lain.
Tahapan Observasi
Menurut Spradley (1980) tahapan observasi di bagi menjadi 3 tahapan yaitu
1. Observasi Deskriptif
Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi social
ertentu sebagai objek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa
masalah yang jelas yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajah
umum dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat,
didengar, dan dirasakan. Semua data direkam, oleh karena itu hasil dari
observasi ini disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata. Observasi
pada tahap ini sering disebut sebagai grand tour observation.
2. Observasi Terfokus
Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu
observasu yang elah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu.
Observasi ini juga dinamakan observasi terfokus karena pada tahap ini
peneliti melakukan analisis taksonomi shingga dapa menemukan fokus.
3. Observasi Terseleksi
11
Pada tahap observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan
sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial
terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti telah menemukan
karakteristik, kontras-kontras atau perbedaan dan kesamaan antar kategori
yang lain. Pada tahap ini diharapkan peneliti telah dapat menemukan
pemahaman yang mendalam atau hipostesis. Menurut Spradley, observasi
terseleksi ini masih dinamakan mini tour observation.
a. Macam-Macam Interview / Wawancara:
1) Wawancara
Terstruktur.
Digunakan
sebagai
teknik
pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam teknik ini
peneliti
telah
menyiapkan
instrumen
penelitian
berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannyapun
telah dipersiapkan. Dalam wawancara ini setiap responden
diberikan pertanyaan yang sama. Alat bantu yang dapat
digunakan dalam wawancara antara lain tape recorder, gambar
brosur dan sebagainya.
2) Wawancara Semiterstruktur. Pelaksanaan wawancara ini lebih
bebas jika dibandingkan dengan Wawancara terstruktur.
Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk menentukan
permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang
wawancarai di minta pendapat dan ide-idenya. Dalam
melakukan wawancara ini pendengar secara teliti dan mencatat
apa yang dikemukakan oleh narasumber.
3) Wawancara Tak Terstruktur. Adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah
tersusun
mengumpulkan
secara
data.
sistematis
Pedoman
dan
yang
lengkap
untuk
digunakan
dalam
wawancara jenis ini hanyalah berupa garis-garis besar
12
permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam wawancara tidak
terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa
yang
akan
diperoleh,
sehingga
peneliti
lebih
banyak
mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.
b. Langkah-langkah wawancara
Lincoln And Guba Sebagaimana dikutip dalam Faisal (dalam
Sugiyono,2011:322), mengemukakan ada tujuh langkah dalam
penggunaan
wawancara
untuk
mengumpulkan
data
dalam
penelitian kualitatif, yaitu :
1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan.
3) Mengawali atau membuka alur wawancara.
4) Menginformasikan iktisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
5) Menulis hasil wawancara kedalam catatan lapangan.
6) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah
diperoleh.
c. Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara
Patton dalam Molleong (2002) menggolongkan enam jenis
pertanyaan yang saling berkaitan yaitu :
1) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
Pertanyaan
ini
digunakan
untuk
mengungkapkan
pengalaman yang telah dialami oleh informan atau subyek yang
diteliti dalam hidupnya, baik dalam kehidupan pada waktu
masih kanak-kanak, selama di sekolah, di masyarakat, di
tempat kerja dan lain-lain. Hasil dari wawancara ini,
selanjutnya peniliti dapat mengkonstrusi profil kehidupan
seseorang sejak lahir sampai akhir hayatnya. Contoh :
bagaimana pengalaman bapak selama menjabat manajer
perusahaan disini ?
13
2) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
Ada kalanya peneliti ingin minta pendapat kepada informan
terhadap data yang diperoleh dari sumber tertentu. Oleh karena
itu pertanyaan yang di lontarkan peneliti kepada informan
berkenan dengan pendapatnya tentang data tersebut. Sebagai
contoh : bagaimana pendapat anda terhadap pernyataan
seseorang tokoh bisnis yang menyatakan bahwa masyarakat
disini daya belinya cukup tinggi. Bagaimana pendapat anda
terhadap kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
3) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
Mendapatkan data tentang perasaan orang yang sifatnya
afektif lebih sulit bila dibandingkan dengan mendapatkan data
yang sifatnya kognitif atau psikhomotorik. Nemun demikian
perasaan orang yang sedang susah atau senang dapat terlihat
dari ekspresi wajahnya. Oleh karena itu pertanyaan yang
digunakan
untuk
mengungkapkan
perasaan
seseorang
menggunakan pertanyaan yang tidak langsung. Pada awalnya
dilakukan percakapan yang biasa, dan lama-lama diarahkan
pada pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan
perasaan. Contoh, sepertinya anda ada masalah, apa yang
sedang anda rasakan? Bagaimana rasanya setelah bangunan
toko anda roboh kena gempa ?
4) Pertanyaan tentang pengetahuan
Pertanyaan
ini
digunakan
untuk
mengungkapkan
pengetahuan informan suatu kasusatau peristiwa yang mungkin
diketahui. Mereka ini dipilih menjadi narasumber karena
diduga ia ikut terlibat dalam peristiwa tersebut. Contoh
pertanyaan : bagaimana proses terjadinya kebakaran dipusat
perbelanjaan ini ? berapa orang disini yang meninggal ? berapa
kerugiannya ?
5) Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
14
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan data atau
informasi karena yang bersangkutan melihat, mendengarkan,
meraba dan mencium suatu peristiwa. Pada saat anda
mendengarkan ceramah Ibu Menteri Perdagangan, bagaiman
tanggapan tokoh bisnis di Indonesia ? Pada saat anda melihat
akibat gempa di Pulau Nias, bagaimana peran pemerintah
daerah. Anda telah mencium minyak wangi itu, bagaimana
baunya ? Anda telah makan buah itu, bagaimana rasanya ?
6) Pertanyaan berkaitan dengan Latar Belakang atau Demografi
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan latar
belakang subyek yang dipelajari yang meliputi status sosial
ekonomi, latar belakang pendidikan, asal usul, tempat lahir,
usia, pekerjaan, dan lain-lain. Contoh pertanyaan : di mana dia
dilahirkan ? sekarang usianya berapa ? Bekerja dimana ?
Bagaimana usaha bisnisnya sekarang ? dan lain-lain.
Selanjutnya Guba dan Lincoln dalam Moleong (2002)
mengklasifikasikan jenis-jenis pertanyaan untuk wawancara
sebagai berikut.

Pertanyaan hipotesis : jika modal asing masuk kesini,
bagaimana dinamika kehidupan masyarakat nanti ?

Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal dan
informan diminta untuk memberikan respon. Impor beras
akan segera dilaksanakan, bagaimana pendapat anda ?

Pertanyaan yang menantang informan untuk merespon
dengan memberikan hipotesis alternatif. Adakah alternatif
lain cara mengatur lalu lintas perdagangan agar tidak
berbelit-belit? Bagaimana cara penerimaan karyawan yang
bebas dari KKN?

Pertanyaan interpretatif adalah suatu pertanyaan yang
menyarankan
kepada
informan
untuk
memberikan
15
interprestasinya tentang suatu kejadian. Menurut anda,
bagaimana kehidupan bisnis setelah otonomi daerah ?

Pertanyaan yang memberikan saran. Apakah saran yang
anda berikan dalam rangka mengatasi terpuruknya nilai
rupiah ?

Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alasan. Mengapa anda
tidak membeli barang yang di tawarkan murah kemarin ?

Pertanyaan untuk mendapatkan argumentasi. Bagaimana
pendapat anda bila tempat ini akan di bangun mall ?

Pertanyaan untuk mengungkap suber data tambahan. Saya
telah menanyakan peristiwa itu kepada pak Lurah. Mungkin
ada orang lain yang lebih tau ?

Pertanyaan yang mengungkapkan kepercayaan terhadap
sesuatu. Apakah anda yakin kalau kebijakan menaikkan
BBM dapat meningkatkan kesejahteraan dan daya beli
masyarakat ?

Pertanyaan yang mengarahkan, dalam hal ini informan
diminta untuk memberikan informasi tambahan. Saya telah
mendapatkan data tentang adanya penimbunan barangbarang, apakah anda punya tambahan informasi ?
Selanjutnya
jenis-jenis
pertanyaan
untuk
wawancara
menurut Spradley (1980) dapat digolongkan seperti pada
gambar berikut. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa,
jenis-jenis pertanyaan untuk wawancara di golongkan menjadi
3 yaitu ; Pertanyaan Deskriptif, Struktural dan Kontras.
Selanjutnya pertanyaan deskriptif dibagi menjadi : grand tour
question, mini tour question, native language question,
eksperince question, and example question. Pertanyaan grand
tour question dibagi menjadi : typical grand tour questions,
specific grand tour questions, guided grand tour question, task
related grand tour question. Pertanyaan mini tour dibagi
16
menjadi : typical
mini tour questions, specific mini tour
questions, dan guided mini tour questions, task-related mini
tour questions. Pertanyaan native language question dibagi
menjadi : direct language questions, direct language questions,
dan typical sentence questions.
Pertanyaan Mini Tour dibagi menjadi : verivication
question, cover term question, included term question, subtition
frame question and card shorting structural question.
Verivication question dibagi menjadi : domain verivication
question, included verivication question, semantic relationship
verivication question, native language verivication question.
Pertanyaan kontras, dapat dibagi menjadi : contras
verivication question, directed contras questions, dyadic
contras questions, triadic contras questions, contras set sorting
questions, twenty question game dan rating questions.
Penjelasan lebih rinci terhadap jenis-jenis pertanyaan untuk
wawancara tersebut dapat dilihat pada buku yang ditulis James
P Spradley dengan judul The Etnographic Interview, dan
Participan Observation.
17
JENIS-JENIS PERTANYAAN DALAM WAWANCARA
Grand tour question
Typical grand tour question
Specific grand tour question
Guided grand tour question
Task grand tour question
Typical mini tour question
Mini tour question
Specific mini tour question
Guided mini tour question
Task-related mini tour question
Deskriptif
Direct language question
Native language
Direct language question
question
Typical sentence question
Experience question
Example question
Dominan verivication
Struktural
Verivication
Inclueded term verivication questions
Typical sentence
Semantic relationship
Cover Term
Native language verivication
Included term
Subtitution
Card Sorting
structural questions
18
Contras Verivication question
Directed Contrast question
Kontras
Dyadic Contrast Question
Triadic Contrast Question
Contrast Set Storting question
Twenty Question Game
Rating Question
Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang
utama adalah observasi dan wawancara. Dalam prakteknya
kedua metode tersebut dapat digunakan secara bersama-sama,
artinya sambil wawancara juga melakukan observasi atu
sebaliknya. Wawancara akan beralngsung baik kalau telah
tercipta rapport antara peneliti dengan yang diwawancarai.
Susan stain Back menyatakan “rapport is a relationship of
mutual trust and emotional affinity between two or more
people. Establishing rapport is an importan task for the
qualitative research”. Untuk menciptakan raport, Bogdan
memberikan saran :

Accommodate your self to the routines of the informants or
participant and their ways of doing things

Try to establish what you have in common with them. Get
to know them throught conversations about fishing,
children, sickness, past job, and food.

Help people out and become a participant observer, when
feasible, in their daily activities. That is, try to be an
integral part of their activities.

Display interest in what people have to say and what they
are doing.
19

Act like a person who belongs but at the same time be your
self. Don’t over do it by trying to be somethings you are
not. It is important to relax and be your self to whatever
degree posible.
d. Alat-alat wawancara
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan
peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada
informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat
sebagai berikut.
1) Buku catatan : berfungsi untuk mencatat semua percakapan
dengan sumber data. Sekarang sudah banyak computer yang
kecil, notebook yang dapat digunakan untuk membantu
mencatat data hasil wawancara.
2) Tape recorder : berfungsi untuk merekam semua percakapan
atau pembicaraan. Penggunaan tape recorder dalam wawancara
perlu member tahu kepada informan apakah diperbolehkan atau
tidak.
3) Camera : untuk memotret kalo peneliti sedang melakukan
pembicaraan dengan informan atau sumber data. Dengan
adanya foto, keabsahan data penelitian akan lebih terjamin,
karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.
e. Mencatat hasil wawancara
Hasil
wawancara
harus
segera
dicatat
setelah
selesai
melakukan wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Karena
wawancara dilakukan secara terbuka dan tidak berstruktur, maka
peneliti perlu membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap
hasil wawancara. Dari berbagai sumber data, perlu dicatat mana
data yang dianggap penting, yang tidak penting, dan data yang
sama dikelompokkan. Hubungan satu data dengan data yang lain
perlu di konstruksikan, sehingga menghasilkan pola dan makna
tertentu. Data yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali
20
kepada sumber data lama atau yang baru agar memperoleh
ketuntasan dan kepastian.
3. Teknik pengumpulan data dengan dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen
bisa
berbentuk
tulisan,
gambar,
atau
karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, secara kehidupan (life historys) ceritera
biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar,
mialnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar,
patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif. Dalam hal dokumen Bogdan menyatakan “in most tradition
of qualitative research, the phrase personal document is used broadly
to refer to any first person narrative produced by an individual which
describs his or her own actions, experience and belief”.
Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih credible
atau dapat dipercaya kalau di dukung oleh sejarah pribadi kehidupan di
masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, dimasyarakat, dan autobiografi.
Publish autobiographies provide a readiley available source of data for
the discerning qualitative research (Bogdan). Hasil penelitian juga
akan semakin credible apabila di dukung oleh foto-foto atau karya tulis
akademik dan seni yang telah ada. Photographs provide strikingly
descriptive data are often used to understant the subjective and is
product are frequeltyly analyzed induktif.
Tetapi perlu di cermati bahwa tidak semua dokumen memiliki
kredibilitas
yang
tinggi.
Sebagai
contoh
banyak
foto
yang
mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan
tertentu. Demikian juga autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri,
sering cenderung subyektif.
21
4. Trianggulasi
Dalam teknik pengumpulan data, trianggulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti
melalukan pengumpulan data dengan trianggulasi, maka sebenarnya
peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan
data dan berbagai sumber data.
Trianggulasi
teknik,
berarti
peneliti
menggunakan
teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama
secara serempak. Trianggulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data
dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
Observasi partisipatif
Sumber
Wawancara
Data
mendalam
sama
dokumentasi
Gambar Trianggulasi “teknik” pengumpulan data (bermacam-macam cara pada
sumber yang sama).
A
Wawancara
B
mendalam
C
22
Gambar Trianggulasi “sumber” pengumpulan data (satu teknik pengumpulan data
pada bermacam-macam sumber data).
C. Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya
terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.
Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data
yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada
objek penelitian. Kalau dalam objek penelitian terdapat warna merah, maka
peneliti akan melaporkan warna merah. Bila peneliti membuat laporan yang
tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada objek, maka data tersebut dapat
dinyatakan tidak valid. Terdapat dua macam validitas :
1. Validitas Internal : berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian
dengan hasil yang dicapai. Bila dalam desain penelitian dirancang untuk
meneliti etos kerja karyawan, maka data yang diperoleh seharusnya adalah
data yang akurat tentang etos kerja karyawan. Penelitian menjadi tidak
valid, apabila yang ditemukan adalah derajat kesehatan karyawan.
2. Validitas Eksternal : berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil
penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana
sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian representatif, instrumen
penelitian valid dan reliabel, cara mengumpulkan dan analisa data benar,
maka penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi.
Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau
temuan. Dalam pandangan positivistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliabel
apabila dua atau lebih peneliti dalam objek yang sama menghasilkan data yang
sama, atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau
sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda.
Contoh, bila peneliti satu menemukan dalam objek berwarna merah, maka peneliti
yang lain juga demikian. Bila seorang peneliti dalam objek kemarin menemukan
data berwarna merah, maka sekarang atau besok akan tetap berwarna merah.
23
Objektivitas berkenaan dengan derajat kesepakatan atau interpersonal
agreement antar banyak orang terhadap suatu data. Bila dari 100 orang,
terdapat 99 orang menyatakan bahwa terdapat warna merah dalam objek
penelitian itu, sedangkan satu orang menyatakan warna lain, maka data
tersebut adalah data yang objektif, data yang objektif akan cenderung valid,
meskipun belum tentu valid.
Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid, reliabel
dan objektif, maka penelitian dilakukan dengan meggunakan instrumen yang
valid dan reliabel, dilakukan pada sampel yang mendekati jumlah populasi
dan pengumpulan serta analisis data yang dilakukan dengan cara yang benar.
Dalam penelitian kuantitatif, utnuk mendapatkan data yang valid dan reliabel
yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah instrumen penelitiannya,
sedangkan dalam penelitian kualitatif yang diuji adalah datanya.
Dalam penelitian kuantitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa
kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal,
tetapi jamak dan tergantung pada kemampuan peneliti mengkonstruksi
fenomena yang diamati.
D. Pengujian validitas dan reliabilitas Penelitian Kualitatif
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility
(validitas
internal),
trasferability
(validitas
eksternal),
dependability
(reliabilitas), dan confirmability (objektifitas).
24
TABEL PERBEDAAN ISTILAH DALAM PENGUJIAN KEABSAHAN
DATA ANTARA METODE KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Aspek
Metode kuantitatif
Metode kualitatif
Nilai kebenaran
Validitas internal
Kredibilitas
Penerapan
Validitas
eksternal Transferability/keteralihan
(generalisasi)
Konsistensi
Reliabilitas
Auditability, dependability
Netralitas
objektivitas
Confirmability
(dapat
dikonfirmasi)
1. Uji Kredibilitas
Bermacam-macam cara pengujian kredibilitas data ditunjukan pada
gambar 14.2. berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa uji kredibilitas
data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain
dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan
dalam penelitian, tringulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus
negatif dan member check.
25
Perpanjangan
Pengamatan
Peningkatan
Ketekunan
Tringgulasi
Uji Krediilitas
Diskusi
Dengan
Teman
Analisis kasus
negatif
Member
check
a. Perpanjangan pengamatan
Mengapa
dengan
perpanjangan
pengamatan
akan
dapat
meningkatkan kepercayaan/kredibilitas data? Dengan perpanjangan
pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan
pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui
maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti
hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk
rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling
mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
Bila telah terbentuk raport, maka telah terjadi kewajaran dalam
penelitian, di mana kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku
yang dipelajari. Rapport is a relationship of mutual trust and
emotional affinity between two or more people (Susan Stainback,
1988)
Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih
dianggap orang asing, masih dicurigai, sehingga infomasi yang
diberikan belum lengkap, tidak mendalam, dan mungkin masih banyak
yang dirahasiakan. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti
mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama ini
merupakan data yang sudah benar atau tidak. Bila data yang diperoleh
26
selama ini setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber
data lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan
lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti
kebenarannya.
Berapa lama perpanjangan pengamatan ini dilakukan, akan sangat
tergantung pada kedalaman, keluasan dan kepastian data. Kedalaman
artinya apakah peneliti ingin menggali data sampai pada tingkat
makna. Makna berarti data di balik yang tampak. Yang tampak orang
sedang menangis, tetapi sebenarnya dia tidak sedih tetapi malah
sedang berbahagia Keluasan berarti, banyak sedikitnya atau ketuntasan
informasi
yang
diperoleh
Dalam
hal
ini
setelah
peneliti
memperpanjang pengamatan, apakah akan menambah fokus penelitian,
sehingga memerlukan tambahan informasi baru lagi. Data yang pasti
adalah data yang valid yang sesu4i dengan apa yang terjadi. Untuk
memastikan siapa yang menjadi provokator dalam kerusuhan, maka
harus betul-betul ditemukan secara pasti si apa yang menjadi
provokator.
Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data
penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data
yang telah diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek
kembali ke lapan gan ben ar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah
dicek kembali ke lapan gan data sudah benar berarti kredibel maka
waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.
Untuk membuktikan apakah peneliti itu melakukan uji kredibilitas
melalui perpanjangan pengamatan atau tidak, maka akan lebih baik
kalau dibuktikan dengan surat keterangan perpanjangan. Selanjutnya
surat keterangan perpanjangan ini dilampirkan dalam laporan
penelitian.
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka
27
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti
dan sistematis. Sebagai contoh mengamati sekelompok masyarakat
yang sedang olah raga pagi. Bagi orang awam olahraga adalah untuk
meningkatkan kebugaran fisik. Tetapi bagi peneliti kualitatif tentu
akan lain kesimpulannya. Setelah peneliti mencermati secara
mendalam, ternyata olahraga pagi itu bagi sekelompok masyarakat itu
merupakan wahana untuk transaksi bisnis. Selanjutnya untuk dapat
memahami proses perdagangan narkoba, maka peneliti harus
melakukan pengamatan secara terus-menerus danm memahami bahasa
sandi mereka.
Mengapa dengan meningkatkan ketekunan dapat meningkatkan
kredibilitas data? Meningkatkan ketekunan itu ibarat kita mengecek
pengerjaan soal-soal ujian, atau meneliti kembali tulisan dalam
makalah yang telah dikerjakan, ada yang salah atau tidak. Dengan
meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat melakukan
pengecekan kembali pakah data yang telah ditemukan itu salah atau
tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti
dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang
apa yang diamati.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah
dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian
atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang
diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin
luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang
ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.
c. Trianggulasih
Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses the
sufficiency of the data according to the coveragence of multiple data
sources or multiple data collection procedures (Wiliam Wiersma,
1986). Trianggulasih dalam penguajian kredibilitas ini diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan barbagai cara,
28
dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasih sumber,
triangulasih teknik pengumpulan data, dan waktu.
1) Triangulasih Sumber
Triangulasih sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data yang telah
diperoleh dapat dilakukan ke karyawan yang membagi pelayanan,
konsumen yang mendapat pelayanan, dan supervisor. Data dari
ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam
penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategoriskan, mana
pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifikasi dari
tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti
sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan
kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.
2) Triangulasih Teknik
Triangulasih teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara,
lalu dicek denga observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila
dengan
tiga
teknik
pengujian
kredibilitas
data
tersebut,
manghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau
29
yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau
mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.
3) Triangulasih Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat
narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan
data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam
rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan dengan aancara, observasi atau teknik lain
dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan
data yang berbeda, maka dilakukan berulang-ulang sehingga
sampai ditemukan kepastian datanya.
Triangulsih juga dapat dilakukan dengan cara mengecek hasil
penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan
pengumpulan data.
30
d. Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan
hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Mengapa dengan analisa
kasus negatif akan dapat meningkatkan kredibitalitas data? Melakukan
analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau
bahkan bertentangan dengan data yng telah ditemukan. Bila tidak ada
lagi data yang beda atau bertentanganan dengan temuan, berarti data
yang ditemukan sudah tidak dipercaya. Tetapi bila peneliti masih
mendapatkan data yang bertentangan dengan data yang ditemukan,
maka peneliti mungkin akan merubah temuannya. Hal ini sangat
tergantung seberapa besar kasus negatif yang muncul tersebut. Sebagai
contoh, bila ada 99% penduduk mengatakan bahwa si A, pengedar
narkoba, sedangkan 1% menyatakan tidak (negatif). Dengan adanya
kasus negatif ini, maka peneliti justru harus mencari tahu secara
mendalam mengapa masih ada data yang berbeda. Penelitian harus
menemukan kepastian apakah 1% kelompok yang menyatakan si A
bukan pengedar narkoba itu betul atau tidak. Kalau akhirnya yang 1%
kelompok menyatakan bahwa si A adalah pengedar narkoba, peberarti
kasus negatifnya tidak ada lagi. Dengan demikian temuan penelitian
menjadi lebih kredibel.
e. Menggunakan bahan referensi
31
Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh
penelitian. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung
dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia,
atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat-alat
bantu perekam data dalam penelitian kualitatif, seperti kamera,
handycam, alat rekam suara sangat diperlukan untuk mendukung
kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan
sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan fotofoto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya.
f. Pengujian Transferability
Seperti telah di kemukakan bahwa, transferability ini merupakan
validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal
menunjukkan derajad ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitian
ke populasi dimana sampel tersebut diambil.
Nilai tranfer ini berkenaan dengan pertanyaan, sehingga mana hasil
penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Bagi
peneliti naturalistik, nilai transfer tergantung pada pemakaian, hingga
mana hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan
situasi sosial lain. Penelitian tidak menjamin “validitas eksternal”.
Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memehami hasil
penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan
hasil
penelitian
tersebut,
maka
penelitian
dalam
membuat
laporannyaharus memberikan uraian yang rinci, jelas sistematis, dan
dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadikan jelas
atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau
tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat
lain.
Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang
sedemikian jelasnya, “semacam apa” suatu hasil penelitian dapat
32
diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut memenuhi
standar transferabilitas (Sanafiah Faisal, 1990).
3. Pengujian Dependability
Dalam penelitian kuantitatif, dependebility disebut reabilitas. Suatu
penelitian
yang
reliabel
adalah
apabila
orang
lain
dapat
mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian
kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan
proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti
ini perlu diuji depenability nya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan
tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabel atau dependable.
Untuk itu pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor
yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas
peneliti
dalam
melakukan
penelitian.
Bagaimana
peneliti
mulai
menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber
data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai
membuat kesimpulan harus ditunjukkan oleh peneliti. Jika peneliti tak
mempunyai dan tak dapat menunjukkan “jejak aktivitas lapangannya”,
maka dependabilitas penelitiannya patut diragukan (Sanafiah Faisal 1990).
4. Pengujian Konfirmability
Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitaif disebut dengan
uji objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil
penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji
konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya
dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji
hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang
dilakukan. Bila hasil
penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka
penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Dalam
penelitian jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.
33
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi
pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan
demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang
dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
penelitian.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapakan dat
dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang validitas yang dimaksud.
Untuk memperoleh instrumen yang valid peneliti harus bertindak hati-hati
sejak awal penyusunanya. Dengan mengikuti langkah-langkah penyusunan
instrumen, yakni memecah variabel menjadi sub-variabel dan indikator baru
memuaskan butir-butir pertanyaanya, peneliti sudah bertindak hati-hati. Apabila
cara dan isi tindakan ini sudah betul, dapat dikatakan bahwa peneliti sudah boleh
berharap memperoleh instrumen yang memiliki validitas logis. Dikatakan
validitas logis karena validitas ini diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui
cara-cara yang benar sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas
yang dikehendaki.
Selain memperoleh validitas logis, peneliti juga menguji validitas instrumen
yang sudah disusun melalui pengalaman. Dengan mengujinya melalui
pengalaman akan diketahui tingkat validitas empiris atau validitas berdasarkan
pengalaman.
Untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti mencobakan
instrumen tersebut pada sasaran dalam penelitian. Langkah ini bisa disebut
dengan kegiatan uji coba (try-out) instrumen. Apabila data yang didapat dari uji
34
coba ini sudah sesuai dengan yang seharusnya, maka berarti bahawa instrumenya
sudah baik, sudah valid. Untuk mengetahui ketepatan data ini diperlukan teknik
uji validitas. Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujianya, yaitu
validitas eksternal dan intenal.
Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau
temuan. Dalam pandangan positivistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliabel
apabila dua atau lebih peneliti dalam objek yang sama menghasilkan data yang
sama, atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau
sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda.
Pengertian umum menyatakan bahwa instrumen penelitian harus reliabel.
Dengan pengertian ini sebenarnya kita dapat salah arah (miss leading). Yang
diusahakan dapat dipercaya adalah datanya, bukan semata-mata instrumenya.
Ungkapan yang mengatakan bahwa instrumen harus reliabel sebenarnya
mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu
mengungkapkan data yang bisa dipercaya. Apabila pengertian ini sudah
tertangkap maka akan tidak begitumenjumpai kesulitan dalam menentukan cara
menguji reliabilitas instrumen.
Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan
reliabilitas internal. Seperti halnya pada pembicaraan validitas, dua nama ini
sebenarnya menunjuk pada cara-cara menguji tingkat reliabilitas instrumen. Jika
ukuran atau kriteriumnya berada di luar instrumen maka dari hasil pengujian ini
diperoleh reliabilitas eksternal. Sebaiknya jika perhitungan dilakukan berdasarkan
data dari instrumen tersebut saja, akan menghasilkan reliabilitas internal.
Dalam implementasi validitas dan reliabilitas instrumen, disesuaikan dengan
jenis penelitian yang digunakan. Yaitu diimplementasikan dalam jenis penelitian
kuantitatif, kuanlitatif, dan gabungan kuantitatif-kualitatif.
35
B. SARAN
Pada dasarnya, suatu penelitian dilakukan adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan. Suatu pemecahan dalam permsalahan memang bukanlah hal yang
mudah untuk didapat, lebih-lebih pada suatu kebenaran yang nyata bukanya suatu
manipulasi ataupun kurang terpercayanya hasil yang telah dicapai.
Oleh karena itu sudah dipaparkan pada penjelasan pembahasan mengenai
hal yang dapat menjamin hsil pengujian dimilnimalisirkan resiko ketidak
sesuaianya dengan fakta, yaitu validitas dan reliabilitas. Oleh karena pengujian ini
merupakan suatu hal yang penting dalam suatu penelitian, alangkah suatu
keharusan untuk peneliti mampu memahami teori pengujian maupun praktiknya.
Karena dengan instrumen ataupun data yang valid dan reliabel, tentu saja akan
menghasilkan suatu kesimpulan penelitian yang berkualitas yakni sesuai dengan
fakta yang ada.
36
Download