BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah. Sebagai suatu kegiatan sistematis penelitian harus dilakukan dengan metode tertentu yang dikenal dengan istilah metode penelitin,yakni suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini harus didasari ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian merupakan bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodelogi penelitian karena instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti. Suatu intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan realibitas yang baik. Untuk memperoleh instrument yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung validitas dan realibiltasnya juga harus dibuat sesuai kaidah-kaidah penyusunan instrument. Berkaiatan dengan hal tersebut, pada pembahasan ini akan diuraikan berbagai hal terkait dengan instrument penelitian yang pembahasannya diawali dengan pengertian instrumen penelitian, jenis, lagkah-langkah penyusunan, dan teknik pengujian validitas dan reliabiltasnya. 1 B. Rumusan Masalah Rumusan Masalah yang dibahas pada makalah ini, melputi: 1. Apakah pengertian dari instrumen penelitian? 2. Bagaimana instrumen penelitian untuk penelitian kualitatif? 3. Bagaimana instrumen penelitian untuk penelitian kuanitatif? 4. Bagaimana langkah-langkah menyusun instrumen penelitian? 5. Apa itu validitas dan reliabilitas instrumen? 6. Apa itu pengujian validitas instrumen? 7. Apa itu pengujian peliabilitas instrumen? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui apakah pengertian dari instrumen penelitian 2. Untuk mengetahui bagaimana instrumen penelitian untuk penelitian kualitatif 3. Untuk mengetahui bagaimana instrumen penelitian untuk penelitian kuanitatif 4. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah menyusun instrumen penelitian 5. Untuk mengetahui apa itu validitas dan reliabilitas instrumen 6. Untuk mengetahui apa itu pengujian validitas instrumen 7. Untuk mengetahui apa itu pengujian Reliabilitas instrumen 2 BAB II PEMBAHASAN A. Instrumen Penelitian Seperti telah di kemukakan terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu, kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pegumpulan data. Dalam penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan realibilitas instrumen dan kualitas pengumpuulan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel. Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa test, peedoman wawancara, pedoman observasi,dan kuesioner. Dalam penelitian kualitatif,yang menjadi instrumen atau alat penelitian itu sendiri.Oleh karena itu penelitian sebagai instrumen juga harus “divalidisi” seberapa jauh penelitian tiap memalukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Yang melakukan validisi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri sebarapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teoridan wawasan terhadap bidang yang diteliti,serta kesiapan dan bekal memasuku lapangan. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki obyek penelitian.Dengan demikian dalam penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan instrumen penelitian sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif “ the researcher is the key instrumen”. Jadi peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Nasution (1988) menyatakan :“Dalam penelitiaan kualitatif,tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penellitian utama.Alasannya ialah bahwa,segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti.Masalahnya , fokus penelitian,prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan,baahkan hasil yang diharapkan,itu semuanya tidak dapat 3 ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak adaa pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya” Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri,namun selanjutnya setelah fokus peneliti menjadi jelas maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.Peneliti akan terjun kelapangan sendiri, baik pada grand tour question,tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kessimpulan. Menurut Nasution(1988) peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian 2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulan aneka ragam data sekaligus 3. Tiap situasi merupakan keseluruhan.Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat managkap keseluruhan situsi kecuali manusia. 4. Suatu situasi yang melibatkan interakhi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata. 5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh,Ia dapat menafsirkannya,melahirkan hipotesis dengan segera untuk menetukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika. 6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan 4 segera sebagai balikan untuk memperoleh,penegasan perubahan,perbaikan atau pelakan. 7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat di kuantifikasi agar dapat diolah secara statistik.sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan B. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpilan data merupakan langkah paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mmengetauhi teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan medapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber,danberbagai cara.bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah(natural setting).Bila dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data dapat menngunakan sumber primer, dsn sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung menberikan data kepada pengumpul data,dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya lewat orang lain atau lewat dookumen, Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan secara observasi(pengamatan) interview (wawancara), kuesioner (angket) dokumentasi dan gabungan keempatnya. Bermacam-mcam teknik pengumpulan data ditunjukan pada gambar 12.1 brikut. Gambar terlihat secara umum terdapat emapat macam teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara,dokumentasi, dan gabungan/trianggulasi. 5 Observasi Wawancara Macam teknik Dokumentasi pengumpulan data Trianggulasi/gabungan Gambar 12.1 macam-macam teknik pengumpulan data Dalam penelitian kualitatif, pengumpilan data dilaakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah) sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interiview) dan dokumentasi. 1. Pengumpulan data dengan observasi a. Macam-macam observasi Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.Para ilmwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Marshall (1995) menyatakan bahwa “through observation,the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku,dan makna dari perilaku tersebut. Sanafiah faisal (1990) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpatisipan (participant observation), observasi secara terang-terangan dan tersamar (over observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured 6 observation). Selanjutnya Spradley, dalam susan stainback (1988) membagi observasi berpatisipasi menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate participation, active participation,complete participation. Untuk memudahkan pemahaman tentang bermacammacam observasi,maka dapat digambarkan seperti gambar 12.2 berikut. 1) Observasi Partisipatif Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap,tajam dan sampaimengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Dalam suatu misalnya,peneliti perusahaan dapat atau berperan lembaga sebagai pendidikan guru,ia dapat mengamati bagaimana perilaku guru dan murid dalam pembelajaran,bagaimana semangat belajar murid,bagaimana hubungan satu guru dengan guru lain, hubungan karyawan dengan pengawas dan pimpinan, keluhan dalam melaksanaakan pekerjaan dan lain-lain. Seperti dikemukakan bahwa observasi ini dapat digolongkan menjadi empat yaitu paartisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar,dan observasi yang lengkap. 7 Partisipasi pasif (passive participation) : Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Partisipasi moderat (moderate participation) :Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar.peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan,tetapi tidak semuanya. Partisipasi aktif (Active participation) : Dalam observasi ini peneliti ikut melakukaan apa yang dilakukan oleh nara sumber tetapi blm sepenuhnya lengkap. Partisipasi lengkap (complete participation) : Dalam melakukan pengumpulan data,peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data.jadi suasananya sudah natural,peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang teliti. 2) Observasi terus terang atau tersamar Peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalan suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi. 3) Observasi tak berstruktur Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tau secara pasti tentang apa yang akan diamati.Dalam melakukan 8 pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Dalam suatu pameran produk industri dari berbagai negara misalnya,peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati.Oleh karena itu peneliti dapat melakukan pengamatan bebaas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan. Manfaat Observasi Menurut Patton dalam Nasution (1988) manfaat observasi adalah sebagai berikut : 1. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi social, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistic atau menyuluruh. 2. Dengan observasi, maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery. 3. Dengan observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara. 4. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancra karena bersifat sensitive atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. 5. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif. 6. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kya, tetapi juga memperoleh kesan pribadi, dan merasakan suasan situasi social yang diteliti. 9 Obyek Observasi Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley dinamakan situasi sosia, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku) dan activities (aktivitas). 1. Place, tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung. Dalam bisnis bisa di mall, toko-toko, di kantor dan lain-lain. 2. Actor, pelaku atau org-org yang sedang memainkan peran tertentu.seperti manajer, supervisor, karyawan, pembeli dan lain-lain. 3. Activities, kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung seperti kegiatan tawar-menawar antara penjual dan pembeli, pengerjaan produk tertentu, sedang memberikan pelayanan dan lain-lain. Tiga elemen utama tersebut dalam diperluas sehingga apa yang dapat kita amati adalah : 1. Space, ruang dalam aspek fisiknya. 2. Actor, semua orang yang terlibat dalam situasi social. 3. Activity, yaitu seperangkat kegiatan yang dilakukan orang. 4. Object, yaitu benda-benda yang terdapat pada tempat itu. 5. Act, yaitu perbuatan atau tindakan-tindakan tertentu. 6. Event, yaitu rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang-orang. 7. Time, yaitu urutan kegiatan. 8. Goal, yaitu tujuan yang ngin dicapi orang-orang. 9. Feeling, yaitu emosi yang dirasakan dan diekspresikan oleh orang-orang. Dalam melakukan pengamatan kita dapat menentukan pola sendiri berdasarkan pola diatas. Misalnya kita akan melakukan pengamaan terhadap situasi social bidang bisnis, maka place nya misalkan adalah lingkungan fisik tempat perjualan, actornya adalah para karayawan, manajer, pembeli dan orang-orang yang ada di 10 lingkungan dengan segala karekateristiknya, activitynya adalah kegiatan menata barang, mengirim barang, melayani konsumen, transaksi jual beli dan lain-lain. Tahapan Observasi Menurut Spradley (1980) tahapan observasi di bagi menjadi 3 tahapan yaitu 1. Observasi Deskriptif Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi social ertentu sebagai objek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang jelas yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajah umum dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data direkam, oleh karena itu hasil dari observasi ini disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata. Observasi pada tahap ini sering disebut sebagai grand tour observation. 2. Observasi Terfokus Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu observasu yang elah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini juga dinamakan observasi terfokus karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi shingga dapa menemukan fokus. 3. Observasi Terseleksi 11 Pada tahap observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, kontras-kontras atau perbedaan dan kesamaan antar kategori yang lain. Pada tahap ini diharapkan peneliti telah dapat menemukan pemahaman yang mendalam atau hipostesis. Menurut Spradley, observasi terseleksi ini masih dinamakan mini tour observation. a. Macam-Macam Interview / Wawancara: 1) Wawancara Terstruktur. Digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam teknik ini peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannyapun telah dipersiapkan. Dalam wawancara ini setiap responden diberikan pertanyaan yang sama. Alat bantu yang dapat digunakan dalam wawancara antara lain tape recorder, gambar brosur dan sebagainya. 2) Wawancara Semiterstruktur. Pelaksanaan wawancara ini lebih bebas jika dibandingkan dengan Wawancara terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk menentukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang wawancarai di minta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara ini pendengar secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh narasumber. 3) Wawancara Tak Terstruktur. Adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun mengumpulkan secara data. sistematis Pedoman dan yang lengkap untuk digunakan dalam wawancara jenis ini hanyalah berupa garis-garis besar 12 permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. b. Langkah-langkah wawancara Lincoln And Guba Sebagaimana dikutip dalam Faisal (dalam Sugiyono,2011:322), mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu : 1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan. 2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan. 3) Mengawali atau membuka alur wawancara. 4) Menginformasikan iktisar hasil wawancara dan mengakhirinya. 5) Menulis hasil wawancara kedalam catatan lapangan. 6) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh. c. Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara Patton dalam Molleong (2002) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan yaitu : 1) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengalaman yang telah dialami oleh informan atau subyek yang diteliti dalam hidupnya, baik dalam kehidupan pada waktu masih kanak-kanak, selama di sekolah, di masyarakat, di tempat kerja dan lain-lain. Hasil dari wawancara ini, selanjutnya peniliti dapat mengkonstrusi profil kehidupan seseorang sejak lahir sampai akhir hayatnya. Contoh : bagaimana pengalaman bapak selama menjabat manajer perusahaan disini ? 13 2) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat Ada kalanya peneliti ingin minta pendapat kepada informan terhadap data yang diperoleh dari sumber tertentu. Oleh karena itu pertanyaan yang di lontarkan peneliti kepada informan berkenan dengan pendapatnya tentang data tersebut. Sebagai contoh : bagaimana pendapat anda terhadap pernyataan seseorang tokoh bisnis yang menyatakan bahwa masyarakat disini daya belinya cukup tinggi. Bagaimana pendapat anda terhadap kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) 3) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan Mendapatkan data tentang perasaan orang yang sifatnya afektif lebih sulit bila dibandingkan dengan mendapatkan data yang sifatnya kognitif atau psikhomotorik. Nemun demikian perasaan orang yang sedang susah atau senang dapat terlihat dari ekspresi wajahnya. Oleh karena itu pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan seseorang menggunakan pertanyaan yang tidak langsung. Pada awalnya dilakukan percakapan yang biasa, dan lama-lama diarahkan pada pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Contoh, sepertinya anda ada masalah, apa yang sedang anda rasakan? Bagaimana rasanya setelah bangunan toko anda roboh kena gempa ? 4) Pertanyaan tentang pengetahuan Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengetahuan informan suatu kasusatau peristiwa yang mungkin diketahui. Mereka ini dipilih menjadi narasumber karena diduga ia ikut terlibat dalam peristiwa tersebut. Contoh pertanyaan : bagaimana proses terjadinya kebakaran dipusat perbelanjaan ini ? berapa orang disini yang meninggal ? berapa kerugiannya ? 5) Pertanyaan yang berkenaan dengan indera 14 Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan data atau informasi karena yang bersangkutan melihat, mendengarkan, meraba dan mencium suatu peristiwa. Pada saat anda mendengarkan ceramah Ibu Menteri Perdagangan, bagaiman tanggapan tokoh bisnis di Indonesia ? Pada saat anda melihat akibat gempa di Pulau Nias, bagaimana peran pemerintah daerah. Anda telah mencium minyak wangi itu, bagaimana baunya ? Anda telah makan buah itu, bagaimana rasanya ? 6) Pertanyaan berkaitan dengan Latar Belakang atau Demografi Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan latar belakang subyek yang dipelajari yang meliputi status sosial ekonomi, latar belakang pendidikan, asal usul, tempat lahir, usia, pekerjaan, dan lain-lain. Contoh pertanyaan : di mana dia dilahirkan ? sekarang usianya berapa ? Bekerja dimana ? Bagaimana usaha bisnisnya sekarang ? dan lain-lain. Selanjutnya Guba dan Lincoln dalam Moleong (2002) mengklasifikasikan jenis-jenis pertanyaan untuk wawancara sebagai berikut. Pertanyaan hipotesis : jika modal asing masuk kesini, bagaimana dinamika kehidupan masyarakat nanti ? Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal dan informan diminta untuk memberikan respon. Impor beras akan segera dilaksanakan, bagaimana pendapat anda ? Pertanyaan yang menantang informan untuk merespon dengan memberikan hipotesis alternatif. Adakah alternatif lain cara mengatur lalu lintas perdagangan agar tidak berbelit-belit? Bagaimana cara penerimaan karyawan yang bebas dari KKN? Pertanyaan interpretatif adalah suatu pertanyaan yang menyarankan kepada informan untuk memberikan 15 interprestasinya tentang suatu kejadian. Menurut anda, bagaimana kehidupan bisnis setelah otonomi daerah ? Pertanyaan yang memberikan saran. Apakah saran yang anda berikan dalam rangka mengatasi terpuruknya nilai rupiah ? Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alasan. Mengapa anda tidak membeli barang yang di tawarkan murah kemarin ? Pertanyaan untuk mendapatkan argumentasi. Bagaimana pendapat anda bila tempat ini akan di bangun mall ? Pertanyaan untuk mengungkap suber data tambahan. Saya telah menanyakan peristiwa itu kepada pak Lurah. Mungkin ada orang lain yang lebih tau ? Pertanyaan yang mengungkapkan kepercayaan terhadap sesuatu. Apakah anda yakin kalau kebijakan menaikkan BBM dapat meningkatkan kesejahteraan dan daya beli masyarakat ? Pertanyaan yang mengarahkan, dalam hal ini informan diminta untuk memberikan informasi tambahan. Saya telah mendapatkan data tentang adanya penimbunan barangbarang, apakah anda punya tambahan informasi ? Selanjutnya jenis-jenis pertanyaan untuk wawancara menurut Spradley (1980) dapat digolongkan seperti pada gambar berikut. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa, jenis-jenis pertanyaan untuk wawancara di golongkan menjadi 3 yaitu ; Pertanyaan Deskriptif, Struktural dan Kontras. Selanjutnya pertanyaan deskriptif dibagi menjadi : grand tour question, mini tour question, native language question, eksperince question, and example question. Pertanyaan grand tour question dibagi menjadi : typical grand tour questions, specific grand tour questions, guided grand tour question, task related grand tour question. Pertanyaan mini tour dibagi 16 menjadi : typical mini tour questions, specific mini tour questions, dan guided mini tour questions, task-related mini tour questions. Pertanyaan native language question dibagi menjadi : direct language questions, direct language questions, dan typical sentence questions. Pertanyaan Mini Tour dibagi menjadi : verivication question, cover term question, included term question, subtition frame question and card shorting structural question. Verivication question dibagi menjadi : domain verivication question, included verivication question, semantic relationship verivication question, native language verivication question. Pertanyaan kontras, dapat dibagi menjadi : contras verivication question, directed contras questions, dyadic contras questions, triadic contras questions, contras set sorting questions, twenty question game dan rating questions. Penjelasan lebih rinci terhadap jenis-jenis pertanyaan untuk wawancara tersebut dapat dilihat pada buku yang ditulis James P Spradley dengan judul The Etnographic Interview, dan Participan Observation. 17 JENIS-JENIS PERTANYAAN DALAM WAWANCARA Grand tour question Typical grand tour question Specific grand tour question Guided grand tour question Task grand tour question Typical mini tour question Mini tour question Specific mini tour question Guided mini tour question Task-related mini tour question Deskriptif Direct language question Native language Direct language question question Typical sentence question Experience question Example question Dominan verivication Struktural Verivication Inclueded term verivication questions Typical sentence Semantic relationship Cover Term Native language verivication Included term Subtitution Card Sorting structural questions 18 Contras Verivication question Directed Contrast question Kontras Dyadic Contrast Question Triadic Contrast Question Contrast Set Storting question Twenty Question Game Rating Question Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi dan wawancara. Dalam prakteknya kedua metode tersebut dapat digunakan secara bersama-sama, artinya sambil wawancara juga melakukan observasi atu sebaliknya. Wawancara akan beralngsung baik kalau telah tercipta rapport antara peneliti dengan yang diwawancarai. Susan stain Back menyatakan “rapport is a relationship of mutual trust and emotional affinity between two or more people. Establishing rapport is an importan task for the qualitative research”. Untuk menciptakan raport, Bogdan memberikan saran : Accommodate your self to the routines of the informants or participant and their ways of doing things Try to establish what you have in common with them. Get to know them throught conversations about fishing, children, sickness, past job, and food. Help people out and become a participant observer, when feasible, in their daily activities. That is, try to be an integral part of their activities. Display interest in what people have to say and what they are doing. 19 Act like a person who belongs but at the same time be your self. Don’t over do it by trying to be somethings you are not. It is important to relax and be your self to whatever degree posible. d. Alat-alat wawancara Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut. 1) Buku catatan : berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data. Sekarang sudah banyak computer yang kecil, notebook yang dapat digunakan untuk membantu mencatat data hasil wawancara. 2) Tape recorder : berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan. Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu member tahu kepada informan apakah diperbolehkan atau tidak. 3) Camera : untuk memotret kalo peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan atau sumber data. Dengan adanya foto, keabsahan data penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data. e. Mencatat hasil wawancara Hasil wawancara harus segera dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Karena wawancara dilakukan secara terbuka dan tidak berstruktur, maka peneliti perlu membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawancara. Dari berbagai sumber data, perlu dicatat mana data yang dianggap penting, yang tidak penting, dan data yang sama dikelompokkan. Hubungan satu data dengan data yang lain perlu di konstruksikan, sehingga menghasilkan pola dan makna tertentu. Data yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali 20 kepada sumber data lama atau yang baru agar memperoleh ketuntasan dan kepastian. 3. Teknik pengumpulan data dengan dokumen Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, secara kehidupan (life historys) ceritera biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, mialnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam hal dokumen Bogdan menyatakan “in most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which describs his or her own actions, experience and belief”. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih credible atau dapat dipercaya kalau di dukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, dimasyarakat, dan autobiografi. Publish autobiographies provide a readiley available source of data for the discerning qualitative research (Bogdan). Hasil penelitian juga akan semakin credible apabila di dukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Photographs provide strikingly descriptive data are often used to understant the subjective and is product are frequeltyly analyzed induktif. Tetapi perlu di cermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu. Demikian juga autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri, sering cenderung subyektif. 21 4. Trianggulasi Dalam teknik pengumpulan data, trianggulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melalukan pengumpulan data dengan trianggulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Trianggulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Trianggulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Observasi partisipatif Sumber Wawancara Data mendalam sama dokumentasi Gambar Trianggulasi “teknik” pengumpulan data (bermacam-macam cara pada sumber yang sama). A Wawancara B mendalam C 22 Gambar Trianggulasi “sumber” pengumpulan data (satu teknik pengumpulan data pada bermacam-macam sumber data). C. Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Kalau dalam objek penelitian terdapat warna merah, maka peneliti akan melaporkan warna merah. Bila peneliti membuat laporan yang tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada objek, maka data tersebut dapat dinyatakan tidak valid. Terdapat dua macam validitas : 1. Validitas Internal : berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Bila dalam desain penelitian dirancang untuk meneliti etos kerja karyawan, maka data yang diperoleh seharusnya adalah data yang akurat tentang etos kerja karyawan. Penelitian menjadi tidak valid, apabila yang ditemukan adalah derajat kesehatan karyawan. 2. Validitas Eksternal : berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian representatif, instrumen penelitian valid dan reliabel, cara mengumpulkan dan analisa data benar, maka penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi. Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positivistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam objek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda. Contoh, bila peneliti satu menemukan dalam objek berwarna merah, maka peneliti yang lain juga demikian. Bila seorang peneliti dalam objek kemarin menemukan data berwarna merah, maka sekarang atau besok akan tetap berwarna merah. 23 Objektivitas berkenaan dengan derajat kesepakatan atau interpersonal agreement antar banyak orang terhadap suatu data. Bila dari 100 orang, terdapat 99 orang menyatakan bahwa terdapat warna merah dalam objek penelitian itu, sedangkan satu orang menyatakan warna lain, maka data tersebut adalah data yang objektif, data yang objektif akan cenderung valid, meskipun belum tentu valid. Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid, reliabel dan objektif, maka penelitian dilakukan dengan meggunakan instrumen yang valid dan reliabel, dilakukan pada sampel yang mendekati jumlah populasi dan pengumpulan serta analisis data yang dilakukan dengan cara yang benar. Dalam penelitian kuantitatif, utnuk mendapatkan data yang valid dan reliabel yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah instrumen penelitiannya, sedangkan dalam penelitian kualitatif yang diuji adalah datanya. Dalam penelitian kuantitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada kemampuan peneliti mengkonstruksi fenomena yang diamati. D. Pengujian validitas dan reliabilitas Penelitian Kualitatif Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), trasferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (objektifitas). 24 TABEL PERBEDAAN ISTILAH DALAM PENGUJIAN KEABSAHAN DATA ANTARA METODE KUANTITATIF DAN KUALITATIF Aspek Metode kuantitatif Metode kualitatif Nilai kebenaran Validitas internal Kredibilitas Penerapan Validitas eksternal Transferability/keteralihan (generalisasi) Konsistensi Reliabilitas Auditability, dependability Netralitas objektivitas Confirmability (dapat dikonfirmasi) 1. Uji Kredibilitas Bermacam-macam cara pengujian kredibilitas data ditunjukan pada gambar 14.2. berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, tringulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check. 25 Perpanjangan Pengamatan Peningkatan Ketekunan Tringgulasi Uji Krediilitas Diskusi Dengan Teman Analisis kasus negatif Member check a. Perpanjangan pengamatan Mengapa dengan perpanjangan pengamatan akan dapat meningkatkan kepercayaan/kredibilitas data? Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk raport, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian, di mana kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang dipelajari. Rapport is a relationship of mutual trust and emotional affinity between two or more people (Susan Stainback, 1988) Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih dianggap orang asing, masih dicurigai, sehingga infomasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam, dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Bila data yang diperoleh 26 selama ini setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya. Berapa lama perpanjangan pengamatan ini dilakukan, akan sangat tergantung pada kedalaman, keluasan dan kepastian data. Kedalaman artinya apakah peneliti ingin menggali data sampai pada tingkat makna. Makna berarti data di balik yang tampak. Yang tampak orang sedang menangis, tetapi sebenarnya dia tidak sedih tetapi malah sedang berbahagia Keluasan berarti, banyak sedikitnya atau ketuntasan informasi yang diperoleh Dalam hal ini setelah peneliti memperpanjang pengamatan, apakah akan menambah fokus penelitian, sehingga memerlukan tambahan informasi baru lagi. Data yang pasti adalah data yang valid yang sesu4i dengan apa yang terjadi. Untuk memastikan siapa yang menjadi provokator dalam kerusuhan, maka harus betul-betul ditemukan secara pasti si apa yang menjadi provokator. Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapan gan ben ar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali ke lapan gan data sudah benar berarti kredibel maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri. Untuk membuktikan apakah peneliti itu melakukan uji kredibilitas melalui perpanjangan pengamatan atau tidak, maka akan lebih baik kalau dibuktikan dengan surat keterangan perpanjangan. Selanjutnya surat keterangan perpanjangan ini dilampirkan dalam laporan penelitian. b. Meningkatkan Ketekunan Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka 27 kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai contoh mengamati sekelompok masyarakat yang sedang olah raga pagi. Bagi orang awam olahraga adalah untuk meningkatkan kebugaran fisik. Tetapi bagi peneliti kualitatif tentu akan lain kesimpulannya. Setelah peneliti mencermati secara mendalam, ternyata olahraga pagi itu bagi sekelompok masyarakat itu merupakan wahana untuk transaksi bisnis. Selanjutnya untuk dapat memahami proses perdagangan narkoba, maka peneliti harus melakukan pengamatan secara terus-menerus danm memahami bahasa sandi mereka. Mengapa dengan meningkatkan ketekunan dapat meningkatkan kredibilitas data? Meningkatkan ketekunan itu ibarat kita mengecek pengerjaan soal-soal ujian, atau meneliti kembali tulisan dalam makalah yang telah dikerjakan, ada yang salah atau tidak. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali pakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak. c. Trianggulasih Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of the data according to the coveragence of multiple data sources or multiple data collection procedures (Wiliam Wiersma, 1986). Trianggulasih dalam penguajian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan barbagai cara, 28 dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasih sumber, triangulasih teknik pengumpulan data, dan waktu. 1) Triangulasih Sumber Triangulasih sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data yang telah diperoleh dapat dilakukan ke karyawan yang membagi pelayanan, konsumen yang mendapat pelayanan, dan supervisor. Data dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategoriskan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifikasi dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut. 2) Triangulasih Teknik Triangulasih teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek denga observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, manghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau 29 yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda. 3) Triangulasih Waktu Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan aancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulsih juga dapat dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data. 30 d. Analisis Kasus Negatif Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Mengapa dengan analisa kasus negatif akan dapat meningkatkan kredibitalitas data? Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yng telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang beda atau bertentanganan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah tidak dipercaya. Tetapi bila peneliti masih mendapatkan data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan merubah temuannya. Hal ini sangat tergantung seberapa besar kasus negatif yang muncul tersebut. Sebagai contoh, bila ada 99% penduduk mengatakan bahwa si A, pengedar narkoba, sedangkan 1% menyatakan tidak (negatif). Dengan adanya kasus negatif ini, maka peneliti justru harus mencari tahu secara mendalam mengapa masih ada data yang berbeda. Penelitian harus menemukan kepastian apakah 1% kelompok yang menyatakan si A bukan pengedar narkoba itu betul atau tidak. Kalau akhirnya yang 1% kelompok menyatakan bahwa si A adalah pengedar narkoba, peberarti kasus negatifnya tidak ada lagi. Dengan demikian temuan penelitian menjadi lebih kredibel. e. Menggunakan bahan referensi 31 Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh penelitian. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat-alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif, seperti kamera, handycam, alat rekam suara sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan fotofoto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya. f. Pengujian Transferability Seperti telah di kemukakan bahwa, transferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajad ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai tranfer ini berkenaan dengan pertanyaan, sehingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Bagi peneliti naturalistik, nilai transfer tergantung pada pemakaian, hingga mana hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain. Penelitian tidak menjamin “validitas eksternal”. Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memehami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka penelitian dalam membuat laporannyaharus memberikan uraian yang rinci, jelas sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadikan jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya, “semacam apa” suatu hasil penelitian dapat 32 diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut memenuhi standar transferabilitas (Sanafiah Faisal, 1990). 3. Pengujian Dependability Dalam penelitian kuantitatif, dependebility disebut reabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji depenability nya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabel atau dependable. Untuk itu pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus ditunjukkan oleh peneliti. Jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat menunjukkan “jejak aktivitas lapangannya”, maka dependabilitas penelitiannya patut diragukan (Sanafiah Faisal 1990). 4. Pengujian Konfirmability Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitaif disebut dengan uji objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Dalam penelitian jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada. 33 BAB III PENUTUP A. SIMPULAN Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapakan dat dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Untuk memperoleh instrumen yang valid peneliti harus bertindak hati-hati sejak awal penyusunanya. Dengan mengikuti langkah-langkah penyusunan instrumen, yakni memecah variabel menjadi sub-variabel dan indikator baru memuaskan butir-butir pertanyaanya, peneliti sudah bertindak hati-hati. Apabila cara dan isi tindakan ini sudah betul, dapat dikatakan bahwa peneliti sudah boleh berharap memperoleh instrumen yang memiliki validitas logis. Dikatakan validitas logis karena validitas ini diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui cara-cara yang benar sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki. Selain memperoleh validitas logis, peneliti juga menguji validitas instrumen yang sudah disusun melalui pengalaman. Dengan mengujinya melalui pengalaman akan diketahui tingkat validitas empiris atau validitas berdasarkan pengalaman. Untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti mencobakan instrumen tersebut pada sasaran dalam penelitian. Langkah ini bisa disebut dengan kegiatan uji coba (try-out) instrumen. Apabila data yang didapat dari uji 34 coba ini sudah sesuai dengan yang seharusnya, maka berarti bahawa instrumenya sudah baik, sudah valid. Untuk mengetahui ketepatan data ini diperlukan teknik uji validitas. Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujianya, yaitu validitas eksternal dan intenal. Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positivistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam objek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda. Pengertian umum menyatakan bahwa instrumen penelitian harus reliabel. Dengan pengertian ini sebenarnya kita dapat salah arah (miss leading). Yang diusahakan dapat dipercaya adalah datanya, bukan semata-mata instrumenya. Ungkapan yang mengatakan bahwa instrumen harus reliabel sebenarnya mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya. Apabila pengertian ini sudah tertangkap maka akan tidak begitumenjumpai kesulitan dalam menentukan cara menguji reliabilitas instrumen. Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal. Seperti halnya pada pembicaraan validitas, dua nama ini sebenarnya menunjuk pada cara-cara menguji tingkat reliabilitas instrumen. Jika ukuran atau kriteriumnya berada di luar instrumen maka dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas eksternal. Sebaiknya jika perhitungan dilakukan berdasarkan data dari instrumen tersebut saja, akan menghasilkan reliabilitas internal. Dalam implementasi validitas dan reliabilitas instrumen, disesuaikan dengan jenis penelitian yang digunakan. Yaitu diimplementasikan dalam jenis penelitian kuantitatif, kuanlitatif, dan gabungan kuantitatif-kualitatif. 35 B. SARAN Pada dasarnya, suatu penelitian dilakukan adalah untuk memecahkan suatu permasalahan. Suatu pemecahan dalam permsalahan memang bukanlah hal yang mudah untuk didapat, lebih-lebih pada suatu kebenaran yang nyata bukanya suatu manipulasi ataupun kurang terpercayanya hasil yang telah dicapai. Oleh karena itu sudah dipaparkan pada penjelasan pembahasan mengenai hal yang dapat menjamin hsil pengujian dimilnimalisirkan resiko ketidak sesuaianya dengan fakta, yaitu validitas dan reliabilitas. Oleh karena pengujian ini merupakan suatu hal yang penting dalam suatu penelitian, alangkah suatu keharusan untuk peneliti mampu memahami teori pengujian maupun praktiknya. Karena dengan instrumen ataupun data yang valid dan reliabel, tentu saja akan menghasilkan suatu kesimpulan penelitian yang berkualitas yakni sesuai dengan fakta yang ada. 36