Uploaded by User28109

PARIWISATA (pemanduan wisata dan ekowosata)

advertisement
MODUL
Pariwisata
(Mata Kuliah: Pemanduan Wisata Alam dan Ekowisata)
Oleh
I Ketut Muksin
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MIPA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang
dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan
yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau
turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling
tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan
rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata
Dunia
Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa.
Mereka menangani jasa mulai dari transportasi, jasa
keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa
bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll.
Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian,
petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya.
Istilah pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yang terdiri
dari dua suku kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti
berulang-ulang atau berkali-kali, sedangkan wisata
berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata
berarti perjalanan yang dilakukan secara berulangulang (H. Oka A. Yoeti :1996:112).
Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang
Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata yang
didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah
Bab I Pasal 1 ; dinyatakan bahwa wisata adalah
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata
yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
wisata mengandung unsur yaitu :
1.
Kegiatan perjalanan;
2.
Dilakukan secara sukarela;
3.
Bersifat sementara;
4.
Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan
untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
Sedangkan pengertian daya tarik wisata menurut UU No. 10
Tahun 2009 yaitu segala suatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisata
Kategori pertama merupakan definisi pariwisata yang
didekati dari sisi wisatawan, sangat kental
dengan dimensi spasial (tempat dan jarak). Kategori
kedua merupakan definisi pariwisata yang dipandang
dari dimensi industri/bisnis. Sedangkan kategori
ketiga, memandang pariwisata dari dimensi akademis
dan sosial budaya.
Dimensi Spasial
Definisi pariwisata yang dipandang dari dimensi spasial
merupakan definisi yang berkembang lebih awal
dibandingkan definisi-definisi lainnya (Gartner, 1996: 4).
Dimensi ini menekankan definisi pariwisata pada
pergerakan wisatawan ke suatu tempat yang jauh dari
lingkungan tempat tinggal dan atau tempat kerjanya
untuk waktu yang sementara, seperti yang
dikemukakan oleh Airey pada tahun 1981 (Smith and
French, 1994: 3):“Tourism is the temporary short-term
movement of people to destinations outside the places
where they normally live and work, and their activities
during their stay at these destinatio
Beberapa definisi lain juga menetapkan nilai-nilai tertentu untuk
jarak tempuh dan lama perjalanan, yang biasanya dikembangkan
untuk memudahkan perhitungan statistik pariwisata:
- Committee of Statistical Experts of the League Nations (1937)
menetapkan waktu paling sedikit 24 jam bagi perjalanan yang
dikategorikan perjalanan wisata. (Gartner, 1996: 5).
- The United States National Tourism Resources Review
Commission (1973) menetapkan jarak paling sedikit 50 mil
untuk perjalanan wisata. (ibid.)
- United States Census Bureau (1989) menetapkan angka 100 mil
untuk perjalanan yang dikategorikan sebagai perjalanan wisata.
(ibid.)
- Canada mensyaratkan jarak 25 mil untuk mengategorikan
perjalanan wisata. (ibid.)
- Biro Pusat Statistik Indonesia menetapkan angka lama
perjalanan tidak lebih dari 6 bulan dan jarak tempuh paling
sedikit 100 km untuk perjalanan wisata. (Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata, 2003: I-6)
Definisi pariwisata dari dimensi spasial ini di Indonesia
didefinisikan sebagai kegiatan wisata, seperti yang
tercantum dalam Undang-Undang Kepariwisataan No. 10
Tahun 2009 Pasal 1, yaitu kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya
tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara.
Dimensi Industri/Bisnis
Definisi pariwisata yang dipandang dari dimensi industri/bisnis
memfokuskan pada keterkaitan antara barang dan jasa
untuk memfasilitasi perjalanan wisata.
Smith, 1988 (Seaton and Bennett 1996: 4) mendefinisikan pariwisata
sebagai kumpulan usaha yang menyediakan barang dan
jasa untuk memfasilitasi kegiatan bisnis, bersenangsenang, dan memanfaatkan waktu luang yang dilakukan
jauh dari lingkungan tempat tinggalnya
Definisi pariwisata sebagai industri/bisnis inilah yang di dalam
UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataa
didefinisikan sebagai pariwisata, yaitu berbagai macam
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan pemerintah daerah.
Dimensi Akademis
Dimensi akademis, mendefinisikan pariwisata secara lebih
luas, tidak hanya melihat salah satu sisi (supply
atau demand), tetapi melihat keduanya sebagai dua
aspek yang saling terkait dan mempengaruhi satu
sama lain.
Pariwisata dari dimensi ini didefinisikan sebagai studi yang
mempelajari perjalanan manusia keluar dari
lingkungannya, juga termasuk industri yang
merespon kebutuhan manusia yang melakukan
perjalanan, lebih jauh lagi dampak yang ditimbulkan
oleh pelaku perjalanan maupun industri terhadap
lingkungan sosial budaya, ekonomi, maupun
lingkungan fisik setempat
Dimensi Sosial-Budaya
Definisi pariwisata dari dimensi sosial budaya menitikberatkan
perhatian pada:
1. Upaya memenuhi kebutuhan wisatawan dengan berbagai
karakteristiknya
2. Interaksi antara elemen lingkungan fisik, ekonomi, dan sosial
budaya
3. Kerangka sejarah dan Budaya
Definisi pariwisata dari dimensi akademis dan dimensi sosial
budaya yang memandang pariwisata secara lebih luas, di
Indonesia dikenal dengan istilah “kepariwisataan” (UU
No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan), yaitu
keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta
interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan
pengusaha.
Kesimpulan
bahwa elemen-elemen penting yang menjadi fokus
perhatian pada istilah pariwisata untuk masing-masing
dimensi, adalah dimensi spasial, perjalanan manusia ke
luar lingkungan tempat tinggal dan tempat kerjanya dalam
waktu; sementara dimensi industri/bisnis, keterkaitan
antara barang dan jasa untuk membentuk pengalaman
berwisata; dimensi akademis, studi terhadap perjalanan
manusia ke luar lingkungan yang biasa ditinggalinya.
Studi terhadap industri untuk melayani kebutuhan
wisatawan dan dampak yang ditimbulkan. Dimensi sosial
budaya, terkait pemenuhan kebutuhan wisatawan.
Interaksi antara lingkungan fisik, ekonomi, sosial budaya
dan kerangka pembentuk sejarah, alam, dan budaya.
Dari definisi-definisi tersebut, saya mencoba mengambil
satu kesimpulan tentang definisi pariwisata saya, yaitu
“Sistem yang mengaitkan antara lingkungan fisik,
ekonomi, dan sosial budaya, dan industri dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhan perjalanan seseorang yang
dilakukan ke luar lingkungan tempat tinggal atau tempat
kerjanya dengan motivasi selain mencari nafkah di tempat
tujuannya, dan sekaligus mempertimbangkan dampak
yang ditimbulkan terhadap alam dan budaya.”
Adapun wisata menurut definisi International Union of
Travel Organisaion (IUOTO) adalah:
1. Visitor (pengunjung) : seorang yang melakukan
perjalanan ke suatu negara yang bukan negara tempat ia
tinggal, karena suatu alasan yang bukan pekerjaannya
sehari-hari
2. Tourist (wisatawan) : pengunjung yang tinggal sementara
di suatu tempat paling sedikit 24 jam di negara yang
dikunjungi dengan motivasi perjalanannya :
- berlibur (bersenang-senang, liburan, kesehatan, studi,
alasan keagamaan dan olah raga)
- berdagang, kunjungan keluarga dan pertemuanpertemuan
3. Excursionist (pelancong) : pengunjung sementara di suatu
negara tanpa menginap
MODUL
Daya Tarik Wisata
(Mata Kuliah: Pemanduan Wisata Alam dan Ekowisata)
Oleh
I Ketut Muksin
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MIPA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
PENGERTIAN USAHA DAYA TARIK WISATA
Pengertian :
Usaha : upaya atau kegiatan yang mandiri.
Daya tarik : sesuatu yang memiliki keunikan,keindahan,
dan keanekaragaman alam/budaya yang menjadi
sasaran.
Wisata : perjalanan atau berpergian yang
menyenangkan.
Usaha Daya Tarik Wisata adalah upaya atau kegiatan
yang mempergunakan sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan dari alam maupun budaya yang dimiliki oleh
masyarakat yang menjadi sasaran tertentu guna untuk
kunjungan wisatawan.
PENGERTIAN KAWASAN PARIWISATA
Berdasarkan UU No.9 Tahun 1990 dijelaskan bahwa
pengertian kawasan wisata adalah suatu kawasan
yang mempunyai luas tertentu yang dibangun dan
disediakan untuk kegiatan pariwisata.
Apabila dikaitkan dengan pariwisata air, pengertian
tersebut berarti suatu kawasan yang disediakan
untuk kegiatan pariwisata dengan mengandalkan
obyek atau daya tarik kawasan perairan
Inskeep (1991:77) sebagai area yang dikembangkan
dengan penyediaan fasilitas dan pelayanan lengkap
(untuk rekreasi/relaksasi, pendalaman suatu
pengalaman/kesehatan).
PENGERTIAN DAYA TARIK WISATA
1. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
No. 10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan
sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan,
kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.
2. A. Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu
Pariwisata”tahun 1985 menyatakan bahwa daya
tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang
lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu yang
menjadi daya tarik bagi orang untuk
mengunjungi suatu daerah tertentu
3. Nyoman S. Pendit dalam bukunya
“Ilmu Pariwisata”tahun 1994 mendefiniskan daya
tarik wisata sebagai segala sesuatu yang menarik
dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat
4. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Daya tarik wisata adalah segala
sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai
yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke
suatu daerah tertentu.
5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi
tujuan kunjungan wisatawan
6. Daya Tarik Wisata adalah sifat yang dimiliki oleh
suatu obyek berupa keunikan, keaslian, kelangkaan, lain
dari pada yang lain memiliki sifat
yang menumbuhkan semangat dan nilai bagi
wisatawan” (budpar )
7. Daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas
yang berhubungan, yang dapat menarik minat
wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu
daerah atau tempat tertentu.
PEMBAGIAN USAHA DAYA TARIK WISATA
1. Daya tarik wisata alam
• Flora fauna
• Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya eksistem
pantai dan ekosistem hutan bakau
• Gejala alam,misalnya kawah, sumber air panas, air
terjun dan danau
• Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah,
perkebunan, peternakan, usaha perikanan
2. Daya Tarik Wisata Sosial Budaya
•Museum
•Peninggalan Sejarah
•Upacara Adat
•Seni Pertunjukan Dan Kerajinan.
3. Daya Tarik Wisata Minat Khusus
Merupakan jenis wisata yang baru dikembangkan di
Indonesia.
Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang
mempunyai motivasi khusus.
Biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian
• Berburu
• Mendaki Gunung
• Arung Jeram
•Tujuan Pengobatan
•Agrowisata
Syarat-syarat Untuk Daerah Daya Tarik Wisata
a) What to see.
Di tempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisata yang
berbeda dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain
daerah tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi
budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi wisatawan.
What to see meliputi pemandangan alam, kegiatan, kesenian
dan atraksi wisata. Maksudnya adalah sesuatu yang menarik
untuk dilihat
b) What to do.
Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan
disaksikan, harus disediakan fasilitas rekreasi yang dapat
membuat wisatawan betah tinggal lama ditempat itu.
Maksudnya adalah sesuatu aktivitas yang dapat dilakukan di
tempat itu.
c)
What to buy.
Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk
berbelanja terutama barang souvenir dan kerajinan
rakyat sebagai oleh-oleh untuk di bawa pulang ke
tempat asal.
d)
What to arrived.
Di dalamnya termasuk aksesbilitas, bagaimana kita
mengunjungi daya tarik wisata tersebut, kendaraan
apa yang akan digunakan dan berapa lama tiba
ketempat tujuan wisata tersebut.
e)
What to stay.
Bagaimana wisatawan akan tingggal untuk
sementara selama dia berlibut. Diperlukan
penginapan-penginapan baik hotel berbintang atau
hotel non berbintang dan sebagainya.
Selain itu pada umunya daya tarik wisata suatu
objek wisata berdasarkan atas :
1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan
rasa senang, indah, nyaman dan bersih.
2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat
mengunjunginya.
3. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat
langka .
4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk
melayani para wisatawan yang hadir.
5. Punya daya tarik tinggi karena memiliki nilai
khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacaraupacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam
suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.
Suatu daerah dikatakan memiliki daya tarik wisata bila
memiliki sifat :
a. Keunikan, contoh: bakar batu (di Papua) sebuah cara
masak tradisional mulai dari upacara memotong hewan
(babi) sampai membakar daging, sayuran dan
umbi/talas yang disekam dalam lubang, ditutup batu
lalu dibakar, serta keunikan cara memakan masakan
tersebut.
b. Keaslian, alam dan adat yang dilakukan sehari-hari,
dalam berpakaian dan kehidupan keluarga dimana
seorang perempuan lebih mengutamakan menggendong
babi yang dianggapnya sangat berharga dari pada
menggendong anak sendiri.
c. Kelangkaan, sulit ditemui di daerah/negara lain
d. Menumbuhkan semangat dan memberikan nilai bagi
wisata
Syarat-syarat Untuk Daerah Daya Tarik Wisata
Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang
dengan bersumber pada potensi daya tarik yang
dimiliki objek tersebut dengan mengacu pada
ceritera keberhasilan pengembangan yang meliputi
berbagai kelayakan,
yaitu diantaranya adalah:
1. Kelayakan Finansial.
Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara
komersial dan pembangunan objek wisata tersebut.
Perkiraan untung-rugi sudah harus diperkirakan
dari awal. Berapa tenggang waktu yang dibutuhkan
untuk kembali modal pun sudah harus diramalkan.
2. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional.
Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah
investasi yang ditanamkan untuk membangun suatu
objek wisata juga akan memiliki dampak sosial
ekonomi secara regional; dapat menciptakan
lapangan kerja berusaha, dapat meningkatkan
penerimaan devisa, dapat meningkatkan
penerimaan pada sektor yang lain seperti pajak,
perindustrian, perdagangan, pertanian, dan lain
sebagainya.
Dalam kaitannya dengan hal ini pertimbangan tidak
semata-mata komersial saja tetapi juga
memperhatikan dampaknya secara lebih luas.
3. Layak Teknis.
Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang
ada. Tidaklah perlu memaksakan diri untuk membangun
suatu objek wisata apabila daya dukung objek wisata tersebut
rendah. Daya tarik suatu objek wisata tersebut
membahayakan keselamatan para wisatawan.
4.
Layak Lingkungan.
Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai
acuan kegiatan pembangunan suatu objek wisata.
Pembangunan objek wisata yang mengakibatkan rusaknya
lingkungan harus dihentikan pembangunannya. Pebangunan
objek wisata bukanlah untuk merusak lingkungan, tetapi
sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan
manusia dan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
sehingga terciptanya keseimbangan, keselarasan, dan
keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungan
alam dan manusia dengan Tuhannya.
Atraksi Wisata
1.Atraksi wisata seni, budaya, warisan sejarah, tradisi,
kekayaan alam, hiburan, jasa, dan lain-lain hal yang
merupakan daya tarik wisata didaerah
tujuan wisata.
2.Atraksi wisata dapat berupa kejadian-kejadian
tradisional, kejadian-kejadian yang tidak tetap, dan
pembuatan keramik di Kasongan. Beberapa atraksi
wisata di Indonesia yang sering dikunjungi wisatawan,
misalnya perayaan Sekaten di Yogya dan Sala, Upacara
Ngaben di Bali, gerhana matahari total, dan pekan Raya
Jakarta (Jakarta Fair). Berdasarkan pengertian objek
wisata dan atraksi tersebut, dapatlah dikemukakan
perbedaan dan persamaan antara objek wisata dan
atraksi wisata.]
Meningkatkan Daya Tarik
Hal-hal yang dapat menarik orang untuk
berkunjung ke suatu DTW antara lain dapat dirinci
sebagai berikut.
a. Benda-benda yang terdapat di alam sekitar
•Iklim
•Bentuk tanah dan pemandangan (land
configuration and landscape)
•Hutan belukar
•Fauna dan flora
•Pusat-pusat kesehatan (health center)
b. Hasil ciptaan manusia (man made supply)
• Momentum bersejarah dan sisa peradaban masa
lalu
• Museum, art galery, perpustakaan kesenian
rakyat, dan handicraft.
•Acara tradisional, pamderan, festival, upacara naik
haji, upacara perkawinan, dan khitanan.
•Rumah-rumah ibadah, seperti masjid, gereja, kuil,
•candi maupun pura.
c. Tata cara hidup masyarakat (the way of life)
• pembakaran mayat (ngaben) di
Bali.
• Upacara pemakaman mayat di Tanah Toraja.
•Upacara Batagak Penghuku di Minangkabau.
• Upacara khitanan di daerah Parahiyangan.
•Tea ceremony di Jepang.
•Upacara waisak di candi mendut dan brobudur.
Destinasi
Destinasi Pariwisata adalah area atau kawasan geografis
yang berbeda dalam suatu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat unsur: daya
tarik wisata, fasilitas pariwisata, aksesibilitas,
masyarakat serta wisatawan yang saling terkait dan
melengkapi untuk terwujudnya kegiatan
kepariwisataan.
Daya tarik yang tidak atau belum dikembangankan
merupakan sumber daya potensial dan belum dapat
disebut daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis
pengembangan tertentu. Objek dan daya tarik wisata
merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya
daya tarik di suatu daerah atau tempat tertentu
kepariwisataan sulit untuk dikembangkan.
MODUL
BACK TO NATURE
(Mata Kuliah: Pemanduan Wisata Alam dan Ekowisata)
Oleh
I Ketut Muksin
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MIPA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
BACK TO NATURE
Padahal apabila kita kaji secara bahasa, back to nature berarti
kembali kepada alam.
Artinya melakukan sesuatu dengan memperluas persepsi kita
tentang alam.
Back to nature dapat kita terapkan dalam kehidupan seharihari.
Apabila konsep ini kita terapkan sebenar-benarnya, maka akan
terjadi sebuah keseimbangan harmonis antar manusia dan
alam.
Konsep ini sangat diperlukan untuk menciptakan suatu timbal
balik yang positif antar kehidupan manusia dan alam.
Istilah yang mempunyai arti kembali ke alam ini mulai
dikenal di seluruh dunia dan kemudian menjadi istilah
yang sangat populer pada saat menjelang datangnya
tahun milenium, yaitu tahun 2000 Masehi.
Pada saat itu manusia belum dapat memahami apa yang
dimaksud dengan kembali ke alam atau kembali kepada
yang serba alami dalam tatanan dunia yang sudah penuh
dengan
perubahan
yang
bersifat
fisik
ini.
Adanya pencemaran alam pada air, tanah dan polusi
udara, berdampak pada makanan dan hasil bumi.
Penggunaan alat-alat produksi modern mengakibatkan
terjadinya pencemaran unsur-unsur radikal yang sangat
berbahaya bagi tubuh manusia. Hal inilah yang
kemudian mempengaruhi tatanan kehidupan manusia
untuk mengubah pola pemahaman kita tentang
kesehatan dan sakit.
“Back to nature” merupakan slogan atau ajakan, atau
renungan untuk menjaga alam, tubuh dan apa saja
yang merupakan makhluk ciptaan Tuhan.
Slogan itu juga mengajak agar manusia dapat
memanfaatkan alam secara bijaksana, merawatnya,
memeliharanya
dari
kerusakan,
dan
mempertahankannya demi keselamatan manusia itu
sendiri, yang manfaatnya kembali kepada manusia
dan anak cucunya di masa yang akan datang.
Kita sering mendengar istilah BACK TO NATURE
atau kembali ke alam. Apa hakikat sebenarnya
“kembali ke alam” tersebut?
Sejak jaman romantik yaitu sekitar tahun 1750
sebagai reaksi terhadap semua tekanan penggunaan
rasio (akal) dan empiri (indera pengamatan), muncul
kecenderungan di peradaban barat peranan
penggunaan perasaan, feeling, intuisi untuk
mengetahui hakikat manusia, dunia dan seisinya
serta Tuhan.
Penggunaan akal dan indera pengamatan yang
berlebihan
dianggap
menimbulkan
naluri
kemanusiaan dan melahirkan kemandegan kemajuan
peradaban manusia.
Peradaban yang melulu dibangun dengan akal dan
empiri memang pada akhirnya akan membawa pada
kehancuran.
Kita terasa hidup dalam sebuah wilayah yang penuh
fasade-fasade beton, akal-akalan, kucing-kucingan
dimana di sana yang ada hanya manusia yang
sebenarnya srigala yang siap memakan manusia yang
lain.
Manusia yang begitu luhur karena memiliki kekayaan
budi pekerti, susila dan spiritualitas berketuhanan yang
begitu tinggi akan terperosok derajatnya menjadi
binatang.
Binatang yang hanya mengandalkan naluri untuk
membunuh (tanpa akal) bila dilepas berkeliaran akan
berbahaya.
Apalagi kalau manusia yang memiliki akal? Sangat
berbahaya
Maka, kemunculan jaman romantik ini mengisi
ruang-ruang kosong manusia barat yang haus
kedamaian dan keheningan.
Manusia barat sedemikian rindu karena lama
ditinggal perasaan, feeling dan intuisinya sendiri.
Terlalu lama mereka hidup dalam kalkulasi otak dan
pencapaian tujuan hidup yang hanya diisi dan
dipenuhi oleh materi, benda dan wadag-wadag.
Manusia kangen kesejatian dirinya yang asli.
Terlalu lama dia diperbudak untuk menuruti akal
dan matanya. Mata batin dan perasaannya kosong
melompong.
Hidupnya terasa hampa dan ciut.
Keluasan manusia untuk mencari-cari sisi luas dari
hati nurani hilanglah sudah.
Download