MODUL Pariwisata (Mata Kuliah: Pemanduan Wisata Alam dan Ekowisata) Oleh I Ketut Muksin JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2016 Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya. Istilah pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti berulang-ulang atau berkali-kali, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berulangulang (H. Oka A. Yoeti :1996:112). Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah Bab I Pasal 1 ; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. wisata mengandung unsur yaitu : 1. Kegiatan perjalanan; 2. Dilakukan secara sukarela; 3. Bersifat sementara; 4. Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan pengertian daya tarik wisata menurut UU No. 10 Tahun 2009 yaitu segala suatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisata Kategori pertama merupakan definisi pariwisata yang didekati dari sisi wisatawan, sangat kental dengan dimensi spasial (tempat dan jarak). Kategori kedua merupakan definisi pariwisata yang dipandang dari dimensi industri/bisnis. Sedangkan kategori ketiga, memandang pariwisata dari dimensi akademis dan sosial budaya. Dimensi Spasial Definisi pariwisata yang dipandang dari dimensi spasial merupakan definisi yang berkembang lebih awal dibandingkan definisi-definisi lainnya (Gartner, 1996: 4). Dimensi ini menekankan definisi pariwisata pada pergerakan wisatawan ke suatu tempat yang jauh dari lingkungan tempat tinggal dan atau tempat kerjanya untuk waktu yang sementara, seperti yang dikemukakan oleh Airey pada tahun 1981 (Smith and French, 1994: 3):“Tourism is the temporary short-term movement of people to destinations outside the places where they normally live and work, and their activities during their stay at these destinatio Beberapa definisi lain juga menetapkan nilai-nilai tertentu untuk jarak tempuh dan lama perjalanan, yang biasanya dikembangkan untuk memudahkan perhitungan statistik pariwisata: - Committee of Statistical Experts of the League Nations (1937) menetapkan waktu paling sedikit 24 jam bagi perjalanan yang dikategorikan perjalanan wisata. (Gartner, 1996: 5). - The United States National Tourism Resources Review Commission (1973) menetapkan jarak paling sedikit 50 mil untuk perjalanan wisata. (ibid.) - United States Census Bureau (1989) menetapkan angka 100 mil untuk perjalanan yang dikategorikan sebagai perjalanan wisata. (ibid.) - Canada mensyaratkan jarak 25 mil untuk mengategorikan perjalanan wisata. (ibid.) - Biro Pusat Statistik Indonesia menetapkan angka lama perjalanan tidak lebih dari 6 bulan dan jarak tempuh paling sedikit 100 km untuk perjalanan wisata. (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2003: I-6) Definisi pariwisata dari dimensi spasial ini di Indonesia didefinisikan sebagai kegiatan wisata, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009 Pasal 1, yaitu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Dimensi Industri/Bisnis Definisi pariwisata yang dipandang dari dimensi industri/bisnis memfokuskan pada keterkaitan antara barang dan jasa untuk memfasilitasi perjalanan wisata. Smith, 1988 (Seaton and Bennett 1996: 4) mendefinisikan pariwisata sebagai kumpulan usaha yang menyediakan barang dan jasa untuk memfasilitasi kegiatan bisnis, bersenangsenang, dan memanfaatkan waktu luang yang dilakukan jauh dari lingkungan tempat tinggalnya Definisi pariwisata sebagai industri/bisnis inilah yang di dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataa didefinisikan sebagai pariwisata, yaitu berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Dimensi Akademis Dimensi akademis, mendefinisikan pariwisata secara lebih luas, tidak hanya melihat salah satu sisi (supply atau demand), tetapi melihat keduanya sebagai dua aspek yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Pariwisata dari dimensi ini didefinisikan sebagai studi yang mempelajari perjalanan manusia keluar dari lingkungannya, juga termasuk industri yang merespon kebutuhan manusia yang melakukan perjalanan, lebih jauh lagi dampak yang ditimbulkan oleh pelaku perjalanan maupun industri terhadap lingkungan sosial budaya, ekonomi, maupun lingkungan fisik setempat Dimensi Sosial-Budaya Definisi pariwisata dari dimensi sosial budaya menitikberatkan perhatian pada: 1. Upaya memenuhi kebutuhan wisatawan dengan berbagai karakteristiknya 2. Interaksi antara elemen lingkungan fisik, ekonomi, dan sosial budaya 3. Kerangka sejarah dan Budaya Definisi pariwisata dari dimensi akademis dan dimensi sosial budaya yang memandang pariwisata secara lebih luas, di Indonesia dikenal dengan istilah “kepariwisataan” (UU No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan), yaitu keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. Kesimpulan bahwa elemen-elemen penting yang menjadi fokus perhatian pada istilah pariwisata untuk masing-masing dimensi, adalah dimensi spasial, perjalanan manusia ke luar lingkungan tempat tinggal dan tempat kerjanya dalam waktu; sementara dimensi industri/bisnis, keterkaitan antara barang dan jasa untuk membentuk pengalaman berwisata; dimensi akademis, studi terhadap perjalanan manusia ke luar lingkungan yang biasa ditinggalinya. Studi terhadap industri untuk melayani kebutuhan wisatawan dan dampak yang ditimbulkan. Dimensi sosial budaya, terkait pemenuhan kebutuhan wisatawan. Interaksi antara lingkungan fisik, ekonomi, sosial budaya dan kerangka pembentuk sejarah, alam, dan budaya. Dari definisi-definisi tersebut, saya mencoba mengambil satu kesimpulan tentang definisi pariwisata saya, yaitu “Sistem yang mengaitkan antara lingkungan fisik, ekonomi, dan sosial budaya, dan industri dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan perjalanan seseorang yang dilakukan ke luar lingkungan tempat tinggal atau tempat kerjanya dengan motivasi selain mencari nafkah di tempat tujuannya, dan sekaligus mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan terhadap alam dan budaya.” Adapun wisata menurut definisi International Union of Travel Organisaion (IUOTO) adalah: 1. Visitor (pengunjung) : seorang yang melakukan perjalanan ke suatu negara yang bukan negara tempat ia tinggal, karena suatu alasan yang bukan pekerjaannya sehari-hari 2. Tourist (wisatawan) : pengunjung yang tinggal sementara di suatu tempat paling sedikit 24 jam di negara yang dikunjungi dengan motivasi perjalanannya : - berlibur (bersenang-senang, liburan, kesehatan, studi, alasan keagamaan dan olah raga) - berdagang, kunjungan keluarga dan pertemuanpertemuan 3. Excursionist (pelancong) : pengunjung sementara di suatu negara tanpa menginap MODUL Daya Tarik Wisata (Mata Kuliah: Pemanduan Wisata Alam dan Ekowisata) Oleh I Ketut Muksin JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2016 PENGERTIAN USAHA DAYA TARIK WISATA Pengertian : Usaha : upaya atau kegiatan yang mandiri. Daya tarik : sesuatu yang memiliki keunikan,keindahan, dan keanekaragaman alam/budaya yang menjadi sasaran. Wisata : perjalanan atau berpergian yang menyenangkan. Usaha Daya Tarik Wisata adalah upaya atau kegiatan yang mempergunakan sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dari alam maupun budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang menjadi sasaran tertentu guna untuk kunjungan wisatawan. PENGERTIAN KAWASAN PARIWISATA Berdasarkan UU No.9 Tahun 1990 dijelaskan bahwa pengertian kawasan wisata adalah suatu kawasan yang mempunyai luas tertentu yang dibangun dan disediakan untuk kegiatan pariwisata. Apabila dikaitkan dengan pariwisata air, pengertian tersebut berarti suatu kawasan yang disediakan untuk kegiatan pariwisata dengan mengandalkan obyek atau daya tarik kawasan perairan Inskeep (1991:77) sebagai area yang dikembangkan dengan penyediaan fasilitas dan pelayanan lengkap (untuk rekreasi/relaksasi, pendalaman suatu pengalaman/kesehatan). PENGERTIAN DAYA TARIK WISATA 1. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan. 2. A. Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata”tahun 1985 menyatakan bahwa daya tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu 3. Nyoman S. Pendit dalam bukunya “Ilmu Pariwisata”tahun 1994 mendefiniskan daya tarik wisata sebagai segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat 4. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu. 5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi tujuan kunjungan wisatawan 6. Daya Tarik Wisata adalah sifat yang dimiliki oleh suatu obyek berupa keunikan, keaslian, kelangkaan, lain dari pada yang lain memiliki sifat yang menumbuhkan semangat dan nilai bagi wisatawan” (budpar ) 7. Daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. PEMBAGIAN USAHA DAYA TARIK WISATA 1. Daya tarik wisata alam • Flora fauna • Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya eksistem pantai dan ekosistem hutan bakau • Gejala alam,misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danau • Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan, usaha perikanan 2. Daya Tarik Wisata Sosial Budaya •Museum •Peninggalan Sejarah •Upacara Adat •Seni Pertunjukan Dan Kerajinan. 3. Daya Tarik Wisata Minat Khusus Merupakan jenis wisata yang baru dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus. Biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian • Berburu • Mendaki Gunung • Arung Jeram •Tujuan Pengobatan •Agrowisata Syarat-syarat Untuk Daerah Daya Tarik Wisata a) What to see. Di tempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisata yang berbeda dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi wisatawan. What to see meliputi pemandangan alam, kegiatan, kesenian dan atraksi wisata. Maksudnya adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat b) What to do. Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lama ditempat itu. Maksudnya adalah sesuatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat itu. c) What to buy. Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk di bawa pulang ke tempat asal. d) What to arrived. Di dalamnya termasuk aksesbilitas, bagaimana kita mengunjungi daya tarik wisata tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan dan berapa lama tiba ketempat tujuan wisata tersebut. e) What to stay. Bagaimana wisatawan akan tingggal untuk sementara selama dia berlibut. Diperlukan penginapan-penginapan baik hotel berbintang atau hotel non berbintang dan sebagainya. Selain itu pada umunya daya tarik wisata suatu objek wisata berdasarkan atas : 1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih. 2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. 3. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka . 4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir. 5. Punya daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacaraupacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau. Suatu daerah dikatakan memiliki daya tarik wisata bila memiliki sifat : a. Keunikan, contoh: bakar batu (di Papua) sebuah cara masak tradisional mulai dari upacara memotong hewan (babi) sampai membakar daging, sayuran dan umbi/talas yang disekam dalam lubang, ditutup batu lalu dibakar, serta keunikan cara memakan masakan tersebut. b. Keaslian, alam dan adat yang dilakukan sehari-hari, dalam berpakaian dan kehidupan keluarga dimana seorang perempuan lebih mengutamakan menggendong babi yang dianggapnya sangat berharga dari pada menggendong anak sendiri. c. Kelangkaan, sulit ditemui di daerah/negara lain d. Menumbuhkan semangat dan memberikan nilai bagi wisata Syarat-syarat Untuk Daerah Daya Tarik Wisata Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang dimiliki objek tersebut dengan mengacu pada ceritera keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan, yaitu diantaranya adalah: 1. Kelayakan Finansial. Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dan pembangunan objek wisata tersebut. Perkiraan untung-rugi sudah harus diperkirakan dari awal. Berapa tenggang waktu yang dibutuhkan untuk kembali modal pun sudah harus diramalkan. 2. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional. Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan memiliki dampak sosial ekonomi secara regional; dapat menciptakan lapangan kerja berusaha, dapat meningkatkan penerimaan devisa, dapat meningkatkan penerimaan pada sektor yang lain seperti pajak, perindustrian, perdagangan, pertanian, dan lain sebagainya. Dalam kaitannya dengan hal ini pertimbangan tidak semata-mata komersial saja tetapi juga memperhatikan dampaknya secara lebih luas. 3. Layak Teknis. Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksakan diri untuk membangun suatu objek wisata apabila daya dukung objek wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata tersebut membahayakan keselamatan para wisatawan. 4. Layak Lingkungan. Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan kegiatan pembangunan suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya. Pebangunan objek wisata bukanlah untuk merusak lingkungan, tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan manusia dan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia sehingga terciptanya keseimbangan, keselarasan, dan keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungan alam dan manusia dengan Tuhannya. Atraksi Wisata 1.Atraksi wisata seni, budaya, warisan sejarah, tradisi, kekayaan alam, hiburan, jasa, dan lain-lain hal yang merupakan daya tarik wisata didaerah tujuan wisata. 2.Atraksi wisata dapat berupa kejadian-kejadian tradisional, kejadian-kejadian yang tidak tetap, dan pembuatan keramik di Kasongan. Beberapa atraksi wisata di Indonesia yang sering dikunjungi wisatawan, misalnya perayaan Sekaten di Yogya dan Sala, Upacara Ngaben di Bali, gerhana matahari total, dan pekan Raya Jakarta (Jakarta Fair). Berdasarkan pengertian objek wisata dan atraksi tersebut, dapatlah dikemukakan perbedaan dan persamaan antara objek wisata dan atraksi wisata.] Meningkatkan Daya Tarik Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu DTW antara lain dapat dirinci sebagai berikut. a. Benda-benda yang terdapat di alam sekitar •Iklim •Bentuk tanah dan pemandangan (land configuration and landscape) •Hutan belukar •Fauna dan flora •Pusat-pusat kesehatan (health center) b. Hasil ciptaan manusia (man made supply) • Momentum bersejarah dan sisa peradaban masa lalu • Museum, art galery, perpustakaan kesenian rakyat, dan handicraft. •Acara tradisional, pamderan, festival, upacara naik haji, upacara perkawinan, dan khitanan. •Rumah-rumah ibadah, seperti masjid, gereja, kuil, •candi maupun pura. c. Tata cara hidup masyarakat (the way of life) • pembakaran mayat (ngaben) di Bali. • Upacara pemakaman mayat di Tanah Toraja. •Upacara Batagak Penghuku di Minangkabau. • Upacara khitanan di daerah Parahiyangan. •Tea ceremony di Jepang. •Upacara waisak di candi mendut dan brobudur. Destinasi Destinasi Pariwisata adalah area atau kawasan geografis yang berbeda dalam suatu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat unsur: daya tarik wisata, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, masyarakat serta wisatawan yang saling terkait dan melengkapi untuk terwujudnya kegiatan kepariwisataan. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangankan merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu daerah atau tempat tertentu kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. MODUL BACK TO NATURE (Mata Kuliah: Pemanduan Wisata Alam dan Ekowisata) Oleh I Ketut Muksin JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2016 BACK TO NATURE Padahal apabila kita kaji secara bahasa, back to nature berarti kembali kepada alam. Artinya melakukan sesuatu dengan memperluas persepsi kita tentang alam. Back to nature dapat kita terapkan dalam kehidupan seharihari. Apabila konsep ini kita terapkan sebenar-benarnya, maka akan terjadi sebuah keseimbangan harmonis antar manusia dan alam. Konsep ini sangat diperlukan untuk menciptakan suatu timbal balik yang positif antar kehidupan manusia dan alam. Istilah yang mempunyai arti kembali ke alam ini mulai dikenal di seluruh dunia dan kemudian menjadi istilah yang sangat populer pada saat menjelang datangnya tahun milenium, yaitu tahun 2000 Masehi. Pada saat itu manusia belum dapat memahami apa yang dimaksud dengan kembali ke alam atau kembali kepada yang serba alami dalam tatanan dunia yang sudah penuh dengan perubahan yang bersifat fisik ini. Adanya pencemaran alam pada air, tanah dan polusi udara, berdampak pada makanan dan hasil bumi. Penggunaan alat-alat produksi modern mengakibatkan terjadinya pencemaran unsur-unsur radikal yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Hal inilah yang kemudian mempengaruhi tatanan kehidupan manusia untuk mengubah pola pemahaman kita tentang kesehatan dan sakit. “Back to nature” merupakan slogan atau ajakan, atau renungan untuk menjaga alam, tubuh dan apa saja yang merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Slogan itu juga mengajak agar manusia dapat memanfaatkan alam secara bijaksana, merawatnya, memeliharanya dari kerusakan, dan mempertahankannya demi keselamatan manusia itu sendiri, yang manfaatnya kembali kepada manusia dan anak cucunya di masa yang akan datang. Kita sering mendengar istilah BACK TO NATURE atau kembali ke alam. Apa hakikat sebenarnya “kembali ke alam” tersebut? Sejak jaman romantik yaitu sekitar tahun 1750 sebagai reaksi terhadap semua tekanan penggunaan rasio (akal) dan empiri (indera pengamatan), muncul kecenderungan di peradaban barat peranan penggunaan perasaan, feeling, intuisi untuk mengetahui hakikat manusia, dunia dan seisinya serta Tuhan. Penggunaan akal dan indera pengamatan yang berlebihan dianggap menimbulkan naluri kemanusiaan dan melahirkan kemandegan kemajuan peradaban manusia. Peradaban yang melulu dibangun dengan akal dan empiri memang pada akhirnya akan membawa pada kehancuran. Kita terasa hidup dalam sebuah wilayah yang penuh fasade-fasade beton, akal-akalan, kucing-kucingan dimana di sana yang ada hanya manusia yang sebenarnya srigala yang siap memakan manusia yang lain. Manusia yang begitu luhur karena memiliki kekayaan budi pekerti, susila dan spiritualitas berketuhanan yang begitu tinggi akan terperosok derajatnya menjadi binatang. Binatang yang hanya mengandalkan naluri untuk membunuh (tanpa akal) bila dilepas berkeliaran akan berbahaya. Apalagi kalau manusia yang memiliki akal? Sangat berbahaya Maka, kemunculan jaman romantik ini mengisi ruang-ruang kosong manusia barat yang haus kedamaian dan keheningan. Manusia barat sedemikian rindu karena lama ditinggal perasaan, feeling dan intuisinya sendiri. Terlalu lama mereka hidup dalam kalkulasi otak dan pencapaian tujuan hidup yang hanya diisi dan dipenuhi oleh materi, benda dan wadag-wadag. Manusia kangen kesejatian dirinya yang asli. Terlalu lama dia diperbudak untuk menuruti akal dan matanya. Mata batin dan perasaannya kosong melompong. Hidupnya terasa hampa dan ciut. Keluasan manusia untuk mencari-cari sisi luas dari hati nurani hilanglah sudah.