ANALISIS JUMLAH POPULASI HEWAN DAN TUMBUHAN DENGAN PLOT BUJUR SANGKAR DAN SABUK TRANSEK DI KAWASAN LABORATORIUM PMIPA UNIVERSITAS RIAU Ayu Ning Arsy Email : [email protected] Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA, FKIP, Universitas Riau, Pekanbaru ABSTRAK Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk memperkenalkan sampling dengan plot bujur sangkar dan transek sabuk untuk mengetahui jumlah dan struktur anggota popolasi dan memperkenalkan pemeriksaan sebaran/pola penyebaran populasi. Kegiatan praktikum ini dilakukan pada hari Kamis, 19 September 2019 di kawasan Laboratorium PMIPA, Universitas Riau. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan mengenai analisis jumlah populasi hewan dan tumbuhan dengan plot bujur sangkar dan sabuk transek di kawasan laboratorium PMIPA, Universitas Riau, didapatkan hasil bahwa spesies tumbuhan yang mendominasi pada lahan tersebut adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan spesies hewan yang mendominasi ialah semut hitam (Dolichoderus thoracicus). Kata Kunci : populasi, plot bujur sangkar, sabuk transek PENDAHULUAN Spesies adalah individu yang mempunyai persamaan secara morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin dengan sesamanya (interhibridisasi) yang menghasilkan keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan generasinya. Kumpulan makhluk hidup satu spesies atau satu jenis inilah yang disebut dengan populasi (BMC, 2012). Dalam kaitannya dengan ruang (skala kecil), individuindividu di dalam populasi menyebar dengan tiga pola yaitu acak (random), seragam (uniform) dan mengelompok (clumped) (Elfi, 2010). Luas minimum digunakan untuk memperoleh ulasan petak contoh (sampling area) yang dianggap representative dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapa pada areal tersebut, makin luas petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran (Badriah, 2011). Gambaran suatu vegetasi dapat dilihat dari keadaan unit penyusun vegetasi yang dicuplik. Hal tersebut dapat dinyatakan dengan varibel berupa nilai dari kerapatan atau densitas, penutupan atau cover, dan frekuensi (Hiola, 2008). Suatu populasi tidak mungkin ada dalam system kehidupan tanpa keterlibatan danin interaksi dari lingkungan fisik dan kimianya. Hubungan interaksi antara system kehidupan dengan lingkungan fisik dan kimianya merupakan topik utama yang menjadi perhatian ekologi-populasi yang sampai sekarang masih merupakan perhatian utama dari ekologi-fisiologi. Sistem kehidupan tersebut tidak terlepas dari factor faktor pembatas yang turut berpengaruh. Faktor factor tersebut antara lain iklim, suhu, presipitasi, cahaya, tanah dan lain-lain (Wirakusumah, 2003). Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor biotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba Indeks Nilai penting (INP) merupakan para meter kuantitaif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan (Hardjosuwarno, 1990). METODE Praktikum ini dilakukan di kawasan Laboratorium PMIPA, Universitas Riau pada hari Kamis, 19 September 2019. Dalam kegitan ini dilakukan pengamatan terhadap jumlah dan struktur populasi tumbuhan dan hewan dengan plot bujur sangkar dan sabuk transek di kawasan Laboratorium PMIPA, Universitas Riau. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, tali raffia, pita ukur, patok dari ranting, lahan dengan vegetasi yang heterogen dan pisau. Untuk cara kerja dari pengamatan ini adalah sediakan semua alat dan bahan, kemudian menentukan 2 lokasi/biotope pada daerah terbuka dam ternaung, selanjutnya membuat plot berukuran 10x10 m pada masing-masing biotope, kemudian membagi biotope menjadi 100 subplot berukuran 1x1 m. Setelah itu memberi nomor urut 1-100 pada masing-masing subplot, dimulai dari subplot paling kiri atas. Selanjutnya, melakukan sampling secara sistematik, secara acak dan dengan menggunakan sabuk transek. Hasilnya dilakukan estimasi jumlah anggota populasi : Sampling secara sistematik : N = (Jumlah sampel/jumlah plot) x 100 = …../ha Sampling secara acak : N = (Jumlah sampel/jumlah plot) x 100 = …../ha Sampling dengan transek sabuk : N = (Jumlah sampel/jumlah plot) x 100 = …../ha Untuk menentukan pola penyebaran populasi tumbuhan, pilihlah 2 populasi yang akan diamati, kemudian hitung jumlah individu kedua jenis pada setiap plot pengamatan (tentukan dari plot pertama) tiap kelompok. Selanjutnya tabulasi hasil perhitungan dan buatlah rata-rata dari masing-masing. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah menggunakan 3 teknik sampling untuk penentuan plot, didapat hasil estimasi jumlah populasi sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Estimasi (N) Populasi NO Nama Spesies 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pennisetum purpureum Imperata cylindrica Euphorbia hirta Borreria alata Dolichoderus thoracicus Solenopsis sp Formicidae sp Jumlah Anggota (N) Populasi / ha Systematic Random Transek sampling sampling sampling 3020 1560 3140 1720 220 180 190 220 40 150 60 90 1830 510 500 1160 230 220 770 80 140 Rerata 2573,3 706,6 150 100 946,6 536,6 330 Biotop tempat pembuatan plot berada di daerah ternaung. Ditemui 7 spesies yaitu Pennisetum purpureum, Imperata cylindrical, Euphorbia hirta, Borreria alata, Dolichoderus thoracicus, Solenopsis sp dan Formicidae sp. Spesies tumbuhan yang mendominasi adalah Pennisetum purpureum atau yang dikenal dengan rumput gajah dan tumbuhan Imperata cylindrical atau disebut dengan alang-alang. Sedangkan pada populasi hewan, spesies yang mendominasi ialah Dolichoderus thoracicus yang biasa dikenal dengan semut hitam dan hewan yang mendominasi lainnya adalah Solenopsis sp atau semut merah. Pada spesies Imperata cylindrical ditemukan perbedaan jumlah populasiyang cukup besar antara systematic sampling, random sampling dan transek sampling. Besar perbedaannya sebagai berikut: Besar perbedaan sistematik dengan acak = Besar perbedaan acak dengan transek = 1720−220 × 100% = 87,2% 1720 220−180 220 Besar perbedaan sistematik dengan transek = × 100% = 18,1% 1720−180 1720 × 100% = 89,5% Data estimasi populasi setiap kelompok kemudian disatukan dan dimasukkan ke dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2. Data Estimasi Populasi (N) Setiap Kelompok Systematic sampling Kel 1 2 Metode Sampling Random sampling Transek sampling Pennisetum sp Imperata sp Dolichod erus sp Solenopsis sp Pennisetum sp Imperata sp Dolichod erus sp Solenopsis sp Pennisetum sp Imperata sp Dolichod erus sp Solenopsis sp 0 250 0 920 1990 1150 0 450 0 0 0 2980 2190 1920 0 1690 0 420 0 160 1770 1230 0 2070 3 4 5 6 7 8 Rer ata 1790 0 30 3620 3020 3340 1506,2 5 0 0 1160 80 1720 0 485 370 1040 1000 700 1830 1590 1208, 75 60 0 950 0 1160 1070 461,25 720 0 70 3170 1560 3300 1102,5 0 0 940 660 220 0 600 130 1310 730 640 510 1420 1106, 25 0 0 960 0 230 700 447,5 1550 0 20 3560 3140 3460 1518,7 5 0 10 760 460 180 0 196,2 5 0 380 440 600 500 1650 821,2 5 Dari tabel di atas, dijumpai beberapa spesies yang beragam sesuai dengan biotop yang dipilih. Spesies tumbuhan rumput gajah (Pennisetum purpureum) dijumpai oleh setiap kelompok, hal ini membuktikan bahwa lahan tersebut merupakan tempat yang kondisional ditumbuhi oleh spesies ini. Sedangkan pada hewan, spesies yang dijumpai oleh setiap kelompok adalah semut hitam (Dolichoderus thoracicus), hal ini ditandai dengan ditemukannya lubang semut pada habitat dari spesies tersebut. Begitu pula dengan semut merah (Solenopsis sp) yang cukup mendominasi pada lahan tersebut. Perbedaan estimasi populasi yang didapat setiap sampling terjadi karena perbedaan biotop yang dipilih masing-masing kelompok. Selain itu, penggunaan teknik sampling juga mempengaruhi perbedaan jumlah populasi. Kesalahan sampling akan terjadi apabila pengukuran plot yang tidak sesuai dengan ukuran ataupun ketentuan. KESIMPULAN Populasi yang didapat pada masing-masing kelompok memiliki jumlah yang berbeda, disebabkan karena perbedaan biotop yang dipilih masing-masing kelompok. DAFTAR PUSTAKA Badriah, Nurul. 2011. Analisis Vegetasi (Kurva Spesies Area). Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala. Elfi. 2010. Ekologi Populasi. Riau: Jurusan Biologi FKIP Universitas Islam Riau. Hardjosuwarno, Sunarto. 1990. Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta : Universitas Negeri Gadjah Mada. Hiola, Fatma dan Djumarirmanto. 2008. Penuntun Ekologi Tumbuhan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM. Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-dasar Ekologi Bagi Populasi dann Komunitas. Jakarta: UI Press 40 0 500 0 220 1130 495