Uploaded by aina

aina jurnal dr paul

advertisement
Aspek Kimiawi, Fisiologis,
dan Patologis dari pH
pada Kanker
PENDAHULUAN
ION HIDROGEN (H+/Proton)
Ion yang paling reaktif dalam tubuh
organisme hidup. Semua larutan biologis
memiliki konsentrasi ion H+ tertentu yang
muncul dari keseimbangan antara reaksi
deprotonasi dan protonasi dari air, asam
lemah, dan basa lemah.
Keseimbangan antara ion H+ dan bentuk
molekul yang tidak terprotonasi (A) dan
terprotonasi (HA) digambarkan dengan
disosiasi asam (Ka = [H+] x [A]/[HA]) 
Nilai Ka memiliki rentang cukup lebar dan,
konsekuensinya, H+ dapat sangat
bervariasi antar larutan yang berbeda.
1
PENDAHULUAN
•
•
Pada pH tertentu, lokasi yang protonable dengan
pKa yang sangat tinggi atau sangat rendah akan
hampir seluruhnya tertitrasi atau tidak terikat.
Kondisi ini memiliki peran penting, dimana:
Sebaliknya  Konsentrasi dari lokasi terprotonasi
dan tidak terprotonasi (dalam kondisi
makroskopis) akan seimbang bila pKa dekat
dengan pH sekitarnya.
2. Perubahan yang menetap dalam pH akan
mengubah rasio [HA]/[A], yang mungkin memiliki
pengaruh sekunder bila sifat biologis HA dan A
berbeda secara substansial.
1. Availabilitas HA dan A melindungi larutan (sebagai
buffer) dari perubahan pH besar sebagai respon
dari tantangan asam-basa.
Sensitivitas protein terhadap pH memiliki pengaruh pada sel
karena protein bertindak sebagai buffer pH, dan fungsinya
dapat berubah secara substansial jika keadaan ionisasi diubah
oleh pengikatan atau pelepasan ion H+
2
PENDAHULUAN
 Jaringan hidup juga dibagi ke dalam
kompartemen ruang intra- dan ekstraseluler
yang dipisahkan oleh sel membran
JARINGAN HIDUP
 Berhadapan dengan produksi/konsumsi asam
(dan basa) lewat reaksi-reaksi kimia. Karena
respirasi seluler, sebagian besar sel adalah
penghasil asam mengingat pH intraselulernya
memiliki kecenderungan untuk turun.
Membran Transport
 Tantangan asam basa yang menetap dan
substansial ini tidak dapat dikoreksi dengan
buffer pH saja karena kapasitas buffer yang
terbatas
3
Rendahnya tekanan O2 lingkup mikro dan pH sebagai ciri khas kanker
• Gradien O2 dibuat dalam persamaan reaksi difusi steady-state, di mana DO2 adalah koefisien difusi O2 dan fungsi
R menggambarkan reaksi DO2 x
∇2 [O2 ] + R([O2 ]) = 0
• Keberadaan area dengan tekanan O2 rendah (<1%) berhubungan dengan peningkatan metastasis dan tingkat
survival pasien yang buruk, memberikan gagasan bahwa hipoksia merupakan ciri khas kanker yang malignan
• Penemuan bahwa hipoksia mengubah sifat biologi sel (contoh via faktor HIF1α yang terinduksi hipoksia)
menawarkan sebuah mekanisme terjadinya perubahan adaptif, seperti perubahan menjadi metabolisme glikolitik
(pengaruh Warburg)  Hipoksia tumor sejak itu menjadi topik dari banyak penelitian
• Dari antara faktor-faktor lingkungan mikro lainnya yang dikenali dalam tumor, keasaman esktraseluler muncul
sebagai ciri khas kanker lainnya.
4
Rendahnya tekanan O2 lingkup mikro dan pH sebagai ciri khas kanker
Ditemukan dua kondisi yaitu:
1. Berbeda dengan ekspektasi awal, kompartemen intraseluler menunjukkan kondisi alkalin
meskipun pH ekstraseluler rendah.
2. Selain pada tumor solid, distribusi trans-membran dari [H+] (asam di ekstraseluler/alkalin di
intraseluler) tidak umum terlihat dalam jaringan.
Sehingga muncul 2 pertanyaan  pertama, Bagaimana tumor padat memproduksi
pH rendah namun tetap mampu memelihara pH pada batas normal yang
diinginkan?, dan kedua, Bagaimana distribusi pH transmembran ini
mempengaruhi progresivitas penyakit?
5
Produksi dan
Pelepasan Asam
Metabolik
SEL KANKER
• Sel kanker membutuhkan masukan energi untuk mendukung pertumbuhan mereka yang intensif.
Hal ini menjelaskan kecepatan penggunaan glukosa yang tinggi, diukur paling banyak pada
rentang antara 0,1 – 1 μmol (g jaringan)-1menit-1
• Di bawah kondisi aerobik, respirasi glukosa terhadap CO2 dipasangkan dengan produksi ATP, yang
mengonsumsi sebuah ion H+:
3ADP
+ HPO 4
2- 
4ATP
+
OH
6
SEL KANKER
• Gangguan asam basa ini kemudian dinetralkan oleh pemecahan ATP di tempat lain dalam sel
tersebut, hasilnya, sumber keasaman dari metabolisme aerobik adalah CO2, ketika terhidrasi
menjadi H+ dan ion HCO3• Di bawah kondisi anaerobik, produksi ATP glikolitik dipasangkan dengan dengan konversi kimiawi
glukosa menjadi laktat anionik:
Glukosa + 2 x
+ 2 x laktat
3ADP
+ 2 x HPO 4
2- 
2x
4ATP
7
Reaksi ini tidak menghasilkan (atau mengkonsumsi) ion H+, mengindikasikan bahwa glikolisis sendiri pada pH
netral. Namun, pemecahan ATP selanjutnya akan melepaskan ion H+, menjelaskan bagaimana metabolisme
anaerobik menghasilkan asam.
Bergantung pada apakah respirasi glikolitik atau mitokondria, sel kanker dapat memproduksi sekitar 13mmol . (1sel)-1menit-1 asam  besarnya beban asam ini akan mengubah pHi bila tidak dikoreksi.
Namun, sebagian besar sel memiliki kapasitas untuk membuang produk akhir respiratorik secara pasif melewati
membran permukaan.
- CO2 memiliki koefisien partisi lemak:air yang lebih tinggi, sehingga mudah untuk melewati lipid bilayer secara
bebas.
- Asam laktat, meskipun koefisien partisi lemak:air lebih rendah, dapat melewati membran sebagai H+-laktat
8
• Penyangga molekul berat rendah seperti asam amino, fosfat, atau
CO2/HCO3- dapat memfasilitasi difusi H+ dan meningkat pelepasan H+laktat (a)
• Difusi CO2 terfasilitasi CA juga membutuhkan buffer yang mobile dan
adekuat untuk membawa ion H+ secara paralel terhadap CO2 dan HCO3- (b)
Produksi dan Pelepasan Asam Metabolik
9
Kecepatan pelepasan CO2 dan
pasif dari sel
bergantung pada gradien konsentrasi trans-membran.
+
H -laktat
 Pada jaringan yang perfusinya baik, gradien transmembran yang mengarah ke luar
dipelihara oleh coupling difusif yang baik antara permukaan sel dan darah kapiler.
 Sebaliknya, perfusi kapiler pada tumor yang sering tidak adekuat memberikan
peningkatan terhadap jarak difusi panjang dan resistensi yang mempengaruhi aliran
cairan tersebut.
10
Buffer yang mudah bergerak (mobile) biasanya berdampingan
dengan buffer yang menetap
Konsekuensi dari kondisi ini adalah:
Gradien yang relatif curam H+ diperlukan untuk mendorong fluks ion difusif H+
untuk menyesuaikan dengan fluks dari CO2, HCO3-, atau laktat. Hal ini dapat
menjelaskan mengapa penting untuk [H+ ]e di inti tumor padat untuk mencapai kadar
sebesar 250nM, contoh pHe = 6,6.
11
Dalam skema yang dikembangkan sejauh ini, H+ - laktat dan CO2 adalah sumber utama dari asam dalam sel, dan
pelepasan ion ini dibatasi oleh tahanan yang diberikan kepada membran (permeabilitas) dan ruang intersisial yang
berliku-liku (difusi).
Intraseluler keadaan steady-state dapat diperkirakan dengan:
Pada beberapa sel, seperti eritrosit, pHi kondisi steady-state yang diprediksi oleh persamaan ini masih viabel karena
plasma [H+ ], [HCO3-] dan [laktat-] secara normal terkontrol baik dalam tubuh.
Namun, sebagian besar sel tidak memiliki kemampuan untuk mengakses langsung terhadap lingkungan yang
terkontrol baik, konsekuensinya  pHi ekuilibrium yang diprediksi mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan biologis.
12
Regulasi pH oleh
transport
membran
Regulasi pH oleh transport membran
Transport ion H+
Transport ion
ekuivalen H+
• Dalam larutan di mana konsentrasi dan Ka buffer menetap, satusatunya cara untuk mengubah pH adalah dengan menambahkan
asam atau basa.
• Ketika produksi H+/H+ ekuivalen (atau konsumsi) dalam
metabolisme tidak cukup mencapai homeostasis pHi, sel dapat
mengontrol pHi mereka sendiri dengan meregulasi transport
aktif dari ion H+ atau ekuivalen kimiawi nya yang melewati
membran.
• Melalui eksperimen, dapat dibedakan antara protein regulasi pHi
yang mentranslokasikan ion H+ (atau OH-) dari protein yang
mentranslokasi ion HCO3- (atau CO32-) dengan mengukur fluks
dengan keberadaan dan ketiadaan dari penyangga CO2 / HCO3-
13
Regulasi pH oleh transport membran
• Untuk sistem regulatori yang lengkap,
transporter membran harus ‘merasakan’
pHi dan berespon dengan memproduksi
net efluks atau influks dari H+ / H+
ekuivalen ketika pHi terlalu tinggi atau
terlalu rendah.
• Dalam praktiknya, sebagian besar sel
mengekspresikan protein transporter
pemuatan dan ekstrusi asam yang telah
sesuai
14
a. Dengan bekerja berlawanan dengan satu
sama lain, ektrusi asam dan loading asam
dapat memperbaiki gangguan pHi dan
memelihara pHi sekitar titik keadaan
steady-state
b. Contoh analisis fluks dari sel kanker kolon
HCT116 yang dikultur di bawah kondisi
normoksia.
c. NHE1, contohnya sensitif terhadap sinyal
dengan rentang yang cukup lebar.
Pertukaran Na+/ H+dalam sel HCT116
sensitif terhadap kinase.
15
SEBAGAI RANGKUMAN:
1
pHi istirahat dari sebuah sel dapat didefinisikan sebagai titik keadaan steady-state yang mana
produksi net asam metabolik seimbang dengan transport H+ / H+ ekuivalen membran.
2
Fluks ini sangat mungkin menunjukkan variasi regional yang cukup banyak dalam tumor solid,
menghasilkan gradien pHi yang besar yang potensial sepanjang pHe non-uniformitas.
3
Aspek penting dari regulasi pH jaringan tidak dapat diinvestigasi dengan mengukur pH dalam
suspensi atau monolayer 2-dimensi yang disediakan dari sel kultur.
16
SEBAGAI RANGKUMAN:
4. Pendekatan yang lebih instruktif untuk
mempelajari non-uniformitas pH dalam
jaringan adalah untuk menggambarkan
sferoid 3 dimensi multiseluler yang
diturunkan dari kanker untuk pHi dan pHe
17
• Transport aktif H+ / H+ ekuivalen adalah sebuah cara di mana sel kanker dapat menjaga pHi alkalin, dengan
adanya produksi asam metabolik substansial dan pHe rendah.
• Namun, kapasitas transpor membran untuk melakukan kontrol penuh dan autonomi pHi terbatas oleh
sedikitnya dua faktor, yaitu:
1. Transpor aktif dapat memberikan beban energi substansial pada sel; Konsekuensinya, transport H+ / H+
ekuivalen membran harus ada pada beberapa mmol .1-1min-1 untuk mengubah pHi sebesar sebagian unit
per menit.
2. Pengaruh yang dimiliki regulator pHi pada pH ekstraseluler. Cth: Pada sferoid, kapasitas buffer ekstraseluler
intrinsik diperkirakan ekuivalen sebesar 5-10mmol. (l interstitium)-1.(pH unit)-1  menyebabkan
perubahan pHe yang cukup besar dan menambah asidosis yang disebabkan oleh pelepasan CO2 dan H+laktat (menjelaskan mengapa tumor defisien-glikolisi menghasilkan pHe rendah).
18
‘Merasakan’ pH,
seleksi didorong pH,
dan perspektif klinis
Merasakan (sensing) pH
SEL KANKER
Sel kanker dapat mendeteksi dan berespon terhadap faktor lingkungan mikro, yang kemudian
menjadi panduan sel sel ini untuk evolusi somatik.
Namun sulit untuk mengidentifikasi Sensor pH yang terlibat dalam progresi penyakit kanker,
kemungkinan karena sulitnya membedakan sensor pH bonafide dari plethora protein yang mengikat
ion H+
19
Kelompok imidazole histidin
• Di antara situs yang dapat dititrasi pada protein, kelompok imidazole histidin adalah kandidat
yang menarik dari bagian yang merasakan pH.
• Meskipun histidin hanya menyumbang kurang dari 3% dari sebagian besar protein, histidin umum
ditemukan pada lokasi aktif atau pengikatan. Histidin tidak bersubtitusi baik dengan asam amino
lain.
• Dengan mempertimbangkan keunggulannya di lokasi aktif/pengikatan, mutasi histidin diduga
dapat mengubah fungsi protein.
20
Selama progresivitas penyakit kanker  sel mengakumulasi perubahan
genetik yang menetap ketika terpilih secara positif oleh lingkungan mikro.
Setidaknya beberapa mutasi mungkin berhubungan dengan gen atau
regulator gen untuk transporter ekuivalen H+ / H+, sensor pH, atau protein
yang terlibat dalam alur metabolik penghasil asam.
21
Prognosis buruk dari tumor dengan pHe rendah dapat mengindikasikan  keasaman
dapat mengidentifikasi sebuah populasi sel yang memiliki sensor pH yang sesuai dan
struktur regulator yang dibutuhkan untuk berkembang, dan bahkan dapat menjadi
resisten terhadap obat.
Karena sel kanker (dan mungkin sel stroma) memiliki kontrol yang cukup besar pada
pHe, arah, kecepatan perubahan dari tekanan seleksi ini dapat diadaptasi sehingga
meningkatkan progresivitas penyakit.
22
• Bukti yang berkembang tentang pentingnya pH dalam biologi kanker telah
mendorong banyak ide ambisius untuk terapi yang menargetkan protein yang
mengatur pH dengan inhibitor berat molekuler rendah atau antibodi monoclonal.
• Strategi penghambatan ekstrusi asam dari sel kanker dan memperbolehkan asam
intraseluler untuk berakumulasi hingga kadar letal dapat dicapai dalam kondisi in
vitro, namun efikasinya in vivo harus melewati hambatan besar.
23
Protein yang menangani asam basa juga penting untuk sel normal dan inhibisi
dapat berakhir pada toksisitas sistemik yang tidak dapat diterima.
Hambatan yang
dapat terjadi yaitu
bahwa:
Redundansi dalam mekanisme ekstrusi asam yang dapat mengkompensasi
protein yang ditargetkan, terutama dalam sel kanker yang memiliki cara untuk
mengubah dan beradaptasi secara dinamis.
24
Jaringan dapat meregulasi dan beradaptasi terhadap
distribusi pH tertentu lewat interaksi dua arah antara
pH dan protein.
KESIMPULAN
Lewat evolusi fenotipe superior secara kontinu, sel
kanker dapat mengeksploitasi interaksi ini untuk
mengalahkan sel inang dalam kompetensi dan
metastasis.
Belum jelas bagaimana konsentrasi ion H+ diregulasi
dan dirasakan oleh sel kanker. Namun, kombinasi
pendekatan fisiologis, biokimia, genetik, dan
komputasional menyuplai ide baru tentang
bagaimana menggunakan interaksi pH/biologi dalam
manajemen kanker
25
THANK YOU!
ANY QUESTIONS?
Download